Anda di halaman 1dari 90

BAB 2

KONSEP BIAYA DAN KLASIFIKASI


BIAYA

Kodirin, Ak., M.A.


Pengertian cost dan expense.
• Cost adalah harga yang dibayar (pengorbanan) untuk
mendapatkan manfaat.
• Harga yang dibayar atau pengorbanan yang dilakukan ditandai
dengan berkurangnya aset (misalnya cash) atau bertambahnya
liability (misalnya account payable).
• Apabila suatu barang diperoleh melalui pembelian secara tunai,
cost barang tersebut meliputi sejumlah uang yang dibayarkan.
Pengertian cost dan expense.
• Apabila pembelian dilakukan secara kredit, cost barang tersebut
ditandai dengan jumlah utang (account payable) yang diakui
atau dicatat.
• Cost barang yang diperoleh melalui pembelian dari pihak lain
meliputi harga yang dibayarkan ditambah biaya-biaya yang
terkait untuk menjadikan barang tersebut siap untuk dipakai.
• Dengan demikian, cost bisa diartikan sebagai biaya perolehan
(biaya).
Pengertian cost dan expense.
• Contoh, perusahaan manufaktur membeli material dengan
harga satu juta rupiah sudah termasuk ongkos kirim.
• Apabila dibayar secara tunai maka cash berkurang satu juta
rupiah dan material bertambah satu juta rupiah.
• Dalam hal ini total aset tidak berubah.
• Yang terjadi hanyalah perubahan komposisi aset, cash
berkurang dan material bertambah.
Pengertian cost dan expense.
• Apabila pembelian material tersebut dilakukan secara kredit
maka account payable bertambah satu juta rupiah dan material
bertambah satu juta rupiah.
• Dalam hal ini total aset bertambah satu juta rupiah.
• Kenaikan total aset diimbangi dengan kenaikan total liability
dengan jumlah yang sama sehingga net aset (total aset – total
liability) tidak berubah.
Pengertian cost dan expense.
• Jadi, cost tidak memengaruhi jumlah net aset.
• Pada pembelian material secara tunai, total aset tidak berkurang
karena berkurangnya cash diimbangi dengan bertambahnya
material yang dibeli.
• Pada pembelian material secara kredit, kenaikan total aset
diimbangi dengan kenaikan total liability sehingga net aset tidak
berubah.
Pengertian cost dan expense.
• Seringkali istilah cost disamakan dengan istilah expense.
• Sebenarnya expense bisa diartikan sebagai cost yang terpakai
untuk mendapatkan revenue.
• Dalam akuntansi dikenal prinsip “matching cost against revenue”
yaitu menandingkan revenue suatu periode dengan cost yang
terpakai untuk menghasilkan revenue tersebut.
• Cost yang ditandingkan dengan revenue itulah yang disebut
sebagai expense (beban).
• Besarnya expense diukur sebesar penurunan aset atau kenaikan
liability dalam rangka menghasilkan revenue.
Pengertian cost dan expense.
• Untuk membedakan antara cost dan expense, kita ambil contoh
pembelian inventory dengan harga sepuluh juta rupiah.
• Pada saat pembelian timbul cost sebesar sepuluh juta rupiah.
• Cost timbul sebesar pengorbanan yang dikeluarkan untuk
mendapatkan manfaat atas inventory yang dibeli.
Pengertian cost dan expense.
• Pada saat pembelian expense belum timbul.
• Mengapa? Karena inventory masih utuh, belum terpakai untuk
menghasilkan revenue.
• Kapan inventory menghasilkan revenue? ketika terjual.
• Pada saat itulah cost inventory berubah menjadi expense.
Pengertian cost dan expense.
• Berapa besar cost yang berubah menjadi expense?
• Sesuai dengan banyaknya inventory yang terjual.
• Apabila inventory yang terjual sebesar satu juta rupiah maka
cost inventory yang berubah menjadi expense sebesar satu juta
rupiah.
• Expense berupa cost inventory yang terjual dikenal dengan
istilah cost of goods sold (COGS).
Cost object
• Cost object (objek biaya) adalah item atau aktivitas di mana
cost diakumulasikan dan diukur.
• Objek biaya menjawab pertanyaan biaya apa?
• Contoh objek biaya antara lain produk, batch, pesanan
pelanggan, kontrak, proyek, proses, divisi, departemen, tujuan
strategis.
Cost object
Jenis Objek Objek Biaya Biaya
Biaya
Produk Meja okayu
opaku
olem
ocat
oupah tukang
olistrik
odepresiasi
peralatan
odepresiasi gedung
Cost object
Proses Perakitan oupah pekerja
olistrik
odepresiasi
peralatan
odepresiasi gedung
Divisi Divisi Pemasaran ogaji pegawai
ogaji supervisor
ogaji kepala divisi
oalat tulis kantor
odepresiasi
peralatan
odepresiasi
kendaraan
odepresiasi gedung
Pengertian direct cost dan indirect cost
• Setelah objek biaya ditetapkan, pengukuran biaya tergantung
pada traceability biaya ke objek biaya.
• Traceability ini menentukan tingkat objektivitas dan reliabilitas
pengukuran cost atas suatu cost object.
• Tingkat traceablility suatu cost ke cost object bervariasi.
• Pada umumnya cost dikelompokkan menjadi direct cost dan
indirect cost.
Pengertian direct cost dan indirect cost
• Direct cost adalah cost yang bisa ditelusuri secara langsung ke
suatu cost object.
• Indirect cost adalah cost yang tidak dapat ditelusuri secara
langsung ke cost object.
Pengertian direct cost dan indirect cost
• Pada kenyataannya, tingkat traceability cost ke cost object
bervarisi dari “sangat” direct cost sampai “sangat” indirect cost.
• Tingkat traceability cost ke cost object dapat digambarkan
sebagai sebuah garis lurus, pada ujung kiri adalah direct cost
yang sangat nyata, semakin ke kanan sifat biayanya semakin
menjauhi sifat direct cost dan pada ujung kanan adalah indirect
cost yang sangat nyata.
• Contoh ekstrim direct cost adalah cost yang secara fisik dapat
diidentifikasi sebagai bagian dari suatu produk.
Pengertian direct cost dan indirect cost
• Secara fisik, unit pembentuk cost dapat diperiksa, ditimbang,
atau diukur untuk menentukan tipe dan kuantitas bahan baku
unit tersebut.
• Misalnya kayu pada cost object berupa meja atau kursi.
• Kayu pada meja atau kursi adalah contoh direct cost yang
sangat nyata.
Pengertian direct cost dan indirect cost
• Dekat dengan direct cost yang sangat nyata seperti contoh di atas,
terdapat cost yang dapat ditelusuri secara empiris dengan melakukan
observasi terhadap proses pembuatan suatu cost object.
• Pada proses pembuatan meja dapat diobservasi tenaga kerja yang terlibat
dalam proses produksi, tenaga kerja yang membantu proses produksi,
berbagai material kecil yang dipakai, dan energi listrik yang digunakan.
• Tidak semua cost yang bisa ditelusuri secara fisik atau empiris harus
ditelusuri untuk menghitung cost suatu cost object.
• Hal ini dilandasi dengan tingkat akurasi penghitungan cost yang diinginkan,
tingkat kesulitan untuk melakukan penelusuran tersebut, dan biaya yang
diperlukan untuk melakukan penelusuran.
Pengertian direct cost dan indirect cost
• Lebih jauh dari cost yang bisa ditelusuri secara fisik atau empiris,
terdapat cost yang harus dialokasikan ke cost object secara arbitrer.
• Contoh, pada awal proses produksi massal, diperlukan setup cost,
yaitu biaya untuk menyetel mesin sesuai dengan spesifikasi produk
yang diinginkan.
• Untuk cost object berupa unit produk, setup cost dialokasikan ke unit-
unit sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi.
• Namun, setup cost menjadi direct cost apabila cost object-nya
berupa batch, yaitu sekumpulan unit yang diproduksi menggunakan
penyetelan mesin yang dalam sama.
Pengertian direct cost dan indirect cost
• Lebih jauh lagi, terdapat cost yang dapat ditelusuri ke semua produk
sejenis yang dihasilkan mulai dari pertama kali produk tersebut
diproduksi sampai sekarang dan masa yang akan datang sampai
dengan dihentikan produksinya.
• Termasuk dalam cost yang seperti ini adalah cost desain produk,
pengembangan produk, uji coba produk, dan pelatihan tenaga kerja
terkait dengan desain baru.
• Alokasi cost tersebut ke satu unit produk berdasarkan jumlah produk
yang akan diproduksi dari awal sampai dengan produk itu dihentikan
produksinya.
• Berapa jumlahnya?
• Seorang manajer yang berpengalaman pun kesulitan ...
Pengertian direct cost dan indirect cost
• Lebih jauh lagi pada garis lurus tersebut, ada cost yang dapat
ditelusuri ke proses yang digunakan untuk menghasilkan produk
tersebut
• Lebih jauh lagi ada cost yang dapat ditelusuri ke divisi tempat
proses produksi berlangsung,
• Dan lebih jauh lagi ada cost yang dapat ditelusuri ke bangunan
tempat departemen produksi berada.
Cost Traceability
Cost object: baju
Traceability Cost
Fisik Kain, kancing
Empiris Tenaga kerja, benang
Arbitrer Desain, supervisor, kepala divisi
produksi, depresiasi peralatan,
depresiasi gedung
Cost traceability pada industri jasa
• Cost traceability penting untuk penentuan harga, keputusan
melanjutkan atau menghentikan layanan, dan keputusan-
keputusan lain terkait dengan jasa yang diberikan.
• Contoh, pada layanan makan di hotel terdapat tambahan
ongkos jasa pengantaran apabila makanan diantar ke kamar,
misalnya sebesar Rp5.000,00.
• Dengan demikian, tagihan kepada pemesan meliputi harga
makanan ditambah ongkos jasa pengantaran.
Cost traceability pada industri jasa
• Mengapa ongkos pengantaran tidak ditambahkan ke harga
makanan saja?
• Karena hal ini menyulitkan perhitungan harga makanan,
misalnya makanan yang dipesan berupa nasi, ikan, sup, kerupuk,
pisang, dan jus jeruk.
• Bagaimana mengalokasikan ongkos pengantarannya?
• Apakah berdasarkan beratnya? Tentu sulit dan tidak praktis.
• Atau dibagi rata sejumlah jenis makanan yang dipesan? Ini lebih
mudah tetapi kurang adil.
Cost traceability pada industri jasa
• Selain sulit, penambahan ongkos pengantaran ke makanan juga
menyebabkan harga makanan menjadi tidak sama antara makanan
yang disajikan di restoran hotel dan makanan yang disajikan di kamar.
• Selain itu, akan ada perbedaan antara harga makanan yang diantar ke
kamar satu dan kamar lain apabila jumlah makanan yang diantar
berbeda.
• Misalnya tamu di kamar pertama memesan nasi, ikan, sup, kerupuk,
pisang, dan jus jeruk sedangkan tamu di kamar kedua hanya
memesan pisang dan jus jeruk untuk dimakan di kamar.
• Pada kasus ini harga pisang dan jus jeruk yang dibebankan kepada
tamu di kamar pertama dan tamu di kamar kedua menjadi berbeda.
Cost traceability pada industri jasa
• Perhatikan, sebenarnya terdapat dua jenis cost object pada kasus
layanan makan di kamar hotel, yang pertama adalah menu
makanan yang dipesan dan yang kedua adalah jasa pengantaran.
• Menu makanan yang dipesan sendiri bisa berupa cost object
tunggal apabila hanya satu unit makanan yang dipesan.
• Namun, makanan yang dipesan bisa juga berupa beberapa cost
object yang berbeda apabila terdapat lebih dari satu unit
makanan yang dipesan.
• Dalam menentukan harga makanan yang dipesan, tiap-tiap unit
makanan diperlakukan sebagai satu cost object.
Cost traceability pada industri jasa
• Adapun terkait jasa pengantaran, yang menjadi cost object
adalah jasa pengantaran itu sendiri.
• Pembedaan cost object jasa pengantaran dari menu makanan
seperti di atas sesuai dengan cost traceability-nya karena cost
jasa pengantaran hanya bisa ditelusuri ke proses pengantaran
saja dan tidak bisa ditelusuri ke menu makanan.
1) Ilustrasi kasus cost object, traceability,
dan penetapan harga
• Manajer Layanan Makanan Hotel Firdaus merencanakan struktur
harga baru untuk layanan antar.
• Cost satu porsi Mie Aceh Rp20.000,00.
• Untuk menghasilkan laba normal 50% dari harga jual, maka
harga jual satu porsi Mie Aceh ditetapkan Rp30.000,00.
• Untuk menu yang diantar ke kamar dikenakan harga lebih tinggi
untuk menutup biaya antar.
1) Ilustrasi cost object, traceability, dan
penetapan harga
• Cost untuk mengantar makanan ke kamar Rp4.000,00 untuk
berapa pun jumlah porsi yang diantar.
• Untuk mendapatkan laba normal 50% maka pelanggan harus
membayar tambahan Rp6.000,00 untuk satu kali layanan antar.
• Manajer Layanan Makanan mengestimasikan rata-rata antaran
terdiri atas dua porsi Mie Aceh, sehingga tiap porsi Mie Aceh
yang diantar ke kamar harganya ditambah Rp3.000,00.
• Dengan demikian harga satu porsi Mie Aceh yang diantar ke
kamar menjadi Rp33.000,00 (Rp30.000,00 + Rp3.000,00).
Hitung:
a) Berapa persentase laba apabila ada pesanan Mie Aceh yang
diantar ke kamar sebanyak 3 porsi?
b) Berapa persentase laba apabila ada pesanan Mie Aceh yang
diantar ke kamar sebanyak 1 porsi?
c) Apabila yang menjadi cost object adalah menu makanan dan
jasa pengantaran, berapa persentase laba apabila ada
pesanan Mie Aceh yang diantar ke kamar sebanyak 3 porsi?
d) Apabila yang menjadi cost object adalah menu makanan dan
jasa pengantaran, berapa persentase laba apabila ada
pesanan Mie Aceh yang diantar ke kamar sebanyak 1 porsi?
a) Berapa persentase laba apabila ada
pesanan Mie Aceh yang diantar ke kamar
sebanyak 3 porsi?
Penyelesaian:
• Harga jual 3 porsi Mie Aceh (3 x Rp33.000,00) Rp99.000,00
• Cost Mie Aceh (3 x Rp20.000,00) Rp60.000,00
• Cost pengantaran 4.000,00 64.000,
00
• Laba Rp35.000,00
• Persentase laba (35.000/60.000 x 100%) 58,33%
b) Berapa persentase laba apabila ada
pesanan Mie Aceh yang diantar ke kamar
sebanyak 1 porsi?
• Harga jual 1 porsi Mie Aceh (1 x Rp33.000,00) Rp33.000,00
• Cost Mie Aceh (1 x Rp20.000,00) Rp20.000,00
• Cost pengantaran 4.000,00
24.000,00
• Laba Rp9.000,00
• Persentase laba (9.000/20.000 x 100%) 45%
c) Apabila yang menjadi cost object adalah menu
makanan dan jasa pengantaran, berapa persentase laba
apabila ada pesanan Mie Aceh yang diantar ke kamar
sebanyak 3 porsi?
• Harga jual 3 porsi Mie Aceh (3 x Rp30.000,00) Rp90.000,00
• Jasa pengantaran 6.000,00
• Harga total Rp96.000,00
• Cost Mie Aceh (3 x Rp20.000,00)Rp60.000,00
• Cost pengantaran 4.000,00
• Total cost 64.000,00
• Laba Rp32.000,00
• Persentase laba (32.000/64.000 x 100%) 50%
d) Apabila yang menjadi cost object adalah menu
makanan dan jasa pengantaran, berapa persentase laba
apabila ada pesanan Mie Aceh yang diantar ke kamar
sebanyak 1 porsi?
• Harga jual 1 porsi Mie Aceh (1 x Rp30.000,00) Rp30.000,00
• Jasa pengantaran 6.000,00
• Harga total Rp36.000,00
• Cost Mie Aceh (1 x Rp20.000,00) Rp20.000,00
• Cost pengantaran 4.000,00
• 24.000,00
• Laba Rp12.000,00
• Persentase laba (12.000/24.000 x 100%) 50%
Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya terkait dengan produk.
• Manufacturing cost yang disebut juga production cost adalah
cost yang diperlukan untuk memproduksi suatu barang.
• Manufacturing cost terdiri atas
• direct material (DM),
• direct labour (DL), dan
• factory overhead (FOH).
• DM + DL = prime cost
• DL + FOH = conversion cost
Direct material.
• Direct material adalah seluruh material yang membentuk finished
product dan disebutkan secara eksplisit dalam penghitungan cost
suatu produk.
• Tingkat kesulitan menelusuri material dan cost material yang menjadi
bagian dari finished product menjadi pertimbangan apakah suatu
material termasuk direct material atau bukan.
• Contoh, untuk cost object berupa meja kayu, direct material-nya adalah
kayu.
• Selain kayu terdapat beberapa material yang menjadi bagian dari meja
di antaranya paku, namun nilainya terlalu kecil dibandingkan dengan
cost total sehingga paku tidak kelompokkan sebagai direct material.
Direct labor
• Direct labor adalah tenaga kerja yang secara langsung terlibat
dalam proses pengolahan direct material menjadi finished
product.
• Apabila seorang pekerja menangani beberapa proses pengolahan
dan sulit untuk mengidentifikasi berapa alokasi waktu pekerja
untuk tiap-tiap finished product yang dihasilkan, maka upah
pekerja tersebut tidak dikelompokkan sebagai direct labor.
• Demikian juga apabila upah pekerja tersebut terlalu kecil
dibandingkan dengan total cost finished product maka tidak
dikelompokkan sebagai direct labor.
Factory overhead
• Factory overhead adalah semua biaya produksi yang tidak bisa
ditelusuri secara langsung, meliputi semua biaya produksi selain
direct material dan direct labor.
• Factory overhead terdiri atas
• indirect material,
• indirect labor dan
• other indirect costs.
Indirect material
• material yang diperlukan dalam proses pembuatan finished
product namun tidak menjadi bagian dari finished product
tersebut.
• Contoh ampelas yang digunakan untuk menghaluskan
permukaan kayu pada proses pembuatan meja.
• Contoh lain adalah kertas pola yang digunakan oleh penjahit
dalam proses pembuatan pakaian.
Indirect material
• Indirect material juga meliputi material yang menjadi bagian
dari finished product namun nilainya kecil atau sulit ditelusuri.
• Contoh: paku, lem, dan sekrup
• Factory supplies yang meliputi minyak pelumas, kain pembersih,
dan sikat untuk membersihkan mesin dan area pabrik termasuk
dalam kategori indirect material.
Indirect labor
• tenaga kerja yang tidak terlibat secara langsung dalam proses
produksi.
• meliputi supervisor, pemelihara mesin, dan petugas yang
menangani material.
• Pada departemen jasa misalnya petugas resepsionis.
Klasifikasi biaya terkait dengan volume
produksi.
• Variable cost.
• Fixed cost.
• Semivariable cost
Variable cost.

• Total variable cost bertambah seiring dengan kenaikan volume


produksi dalam rentang yang relevan.
• Dengan kata lain, variable cost per unit konstan ketika volume
produksi berubah dalam rentang yang relevan.
• Terdapat pembatasan dalam “rentang yang relevan”, mengapa?
• Dalam pembelian material biasanya terdapat diskon apabila
jumlah yang dibeli melebihi batas tertentu.
• Hal ini membuat cost per unit material menjadi lebih kecil.  
Variable cost.

• Variable cost meliputi


• direct material,
• direct labor dan
• factory overhead seperti supplies dan bahan bakar.
• Variable cost menjadi tanggung jawab supervisor karena
efisiensi dan efektivitas variable cost di bawah kendali
supervisor.
• 
Fixed cost
• Fixed cost jumlahnya tetap meskipun ada perubahan volume
produksi dalam rentang yang relevan.
• Dengan demikian fixed cost per unit menjadi semakin kecil seiring
dengan kenaikan volume produksi dalam rentang yang relevan.
• Ketika volume produksi melebihi kapasitas mesin maka diperlukan
penambahan mesin baru sehingga biaya totalnya menjadi tidak tetap
lagi. Karena itulah diperlukan pembatasan dalam rentang yang
relevan.
• Fixed cost menjadi tanggung jawab middle management atau
executive management.
• 
Fixed cost
Factory overhead yang termasuk fixed cost meliputi
• gaji manajer produksi,
• gaji supervisor,
• upah petugas petugas sekuriti,
• upah mandor,
• depresiasi,
• pajak properti,
• amortisasi paten,
• pemeliharaan pabrik,
• sewa.
Semivariable cost
• Semivariable cost adalah cost yang mengandung unsur fixed
dan variable.
• Contoh, biaya listrik.
• Biaya listrik yang terpakai untuk penerangan cenderung tetap;
sedangkan biaya listrik yang digunakan untuk menyalakan
mesin cenderung mengikuti tingkat produksi.
• Untuk keperluan analisis, cost biasanya dikelompokkan menjadi
fixed cost dan variable cost sehingga semivariable cost perlu
dipisahkan menjadi fixed cost dan variable cost
Klasifikasi biaya terkait dengan
departemen
• Departemen produksi vs departemen jasa
• Direct departemental cost vs Indirect departemental cost
• Common cost dan joint cost
Klasifikasi biaya terkait dengan
departemen
• Departemen produksi adalah departemen yang melakukan
proses produksi, berupa proses pembentukan, pemotongan,
atau perakitan.
• Departemen jasa adalah departemen yang memberikan jasa
kepada departemen lain baik departemen produksi maupun
departemen jasa lainnya.
• Cost departemen jasa merupakan bagian dari factory overhead.
• Departemen jasa meliputi departemen pemeliharaan,
penggajian, akuntansi biaya, pemrosesan data, dan layanan
makan.
Klasifikasi biaya terkait dengan
departemen
• Istilah direct dan indirect terkait biaya bisa dihubungkan dengan
departemen.
• Direct departemental cost adalah biaya yang bisa ditelusuri
secara langsung ke suatu departemen, misalnya gaji pegawai.
• Indirect departemental cost adalah biaya yang tidak bisa
ditelusuri secara langsung ke suatu departemen, misalnya listrik
dan depresiasi gedung.
Klasifikasi biaya terkait dengan
departemen
• Common cost adalah biaya fasilitas atau layanan yang dinikmati
oleh lebih dari satu kegiatan.
• Joint cost adalah biaya suatu kegiatan yang menghasilkan lebih
dari satu produk.
• Common cost dan joint cost akan dibahas lebih dalam pada
Bab 8 Buku Carter.
Klasifikasi biaya terkait dengan periode
akuntansi.
• Capital expenditure adalah pengeluaran yang memberi manfaat
lebih dari satu periode, contohnya biaya pembangungan gedung
dan biaya pembelian peralatan.
• Revenue expenditure adalah pengeluaran yang memberikan
manfaat hanya untuk satu periode, misalnya gaji pegawai dan
beban listrik.
• Pengelompokkan ini terkait dengan prinsip matching cost
against revenue.
Klasifikasi biaya terkait dengan
pengambilan keputusan
• Cost yang relevan dengan pilihan yang tersedia disebut sebagai
relevant cost atau differential cost.
• Revenue atau keuntungan lain yang tidak dapat diperoleh atau
hilang akibat memilih alternatif lain disebut sebagai opportunity
cost alternatif terpilih.
• Cost yang sudah terjadi sehingga tidak relevan lagi dengan
sebuah keputusan disebut sebagi sunk cost.
Ikhtisar Klasifikasi Biaya
  Klasifikasi
Dasar Klasifikasi
  oDirect material
  oDirect labor
  oFactory overhead
   Indirect material
Produk  Indirect labor
 Other indirect cost
  oVariable costs
Volume produksi oFixed costs
oSemivariable costs
Ikhtisar Klasifikasi Biaya

  oDirect departemantal cost


Departemen oIndirect departemental cost
oCommon cost

Periode akuntansi oCapital expenditure


oRevenue expenditure
  oRelevant cost
Pengambilan keputusan oOpportunity cost
oSunk cost
Ilustrasi soal manufacturing cost ...
2) Manufacturing cost
Cost per unit PT Sabang Sejahtera ketika beroperasi pada
tingkat produksi dan tingkat penjualan 10.000 unit adalah
sebagai berikut:

Cost Cost per Unit


Direct material Rp12.000,00
Direct labor 9.000,00
Variable factory overhead 7.000,00
Fixed factory overhead 5.000,00
Variable marketing 2.000,00
Fixed marketing 3.000,00
Hitung:

a) Prime cost per unit.


b) Conversion cost per unit.
c) Variable manufacturing cost per unit.
d) Manufacturing cost per unit.
e) Variable cost per unit?
f) Total cost apabila tingkat produksi 10.000 unit dan tingkat
penjualan 8.000 unit.
a) Prime cost per unit
= direct material + direct labor
= Rp12.000,00 + Rp9.000,00
= Rp21.000,00
b) Conversion cost per unit
= direct labor + variable factory overhead + fixed factory overhead
= Rp9.000,00 + Rp7.000,00 + Rp5.000,00
= Rp21.000,00
c) Variable manufacturing cost per unit
= direct material + direct labor + variable factory overhead
= Rp12.000,00 + Rp9.000,00 + Rp7.000,00
= Rp 28.000,00
d) Manufacturing cost per unit
= direct material + direct labor + variable FOH + fixed FOH
= Rp12.000,00 + Rp9.000,00 + Rp7.000,00 + Rp5.000,00
= Rp 33.000,00
e) Variable cost per unit
= direct material + direct labor + variable FOH + variable
marketing
= Rp12.000,00 + Rp9.000,00 + Rp7.000,00 + Rp2.000,00
= Rp 30.000,00

 
f) Total cost apabila tingkat produksi 10.000
unit dan tingkat penjualan 8.000 unit.
Biaya produksi:
• Direct material 10.000 unit x Rp12.000,00 = Rp120.000.000,00
• Direct labor 10.000 unit x Rp9.000,00 = 90.000.000,00
• Variable FOH 10.000 unit x Rp7.000,00 = 70.000.000,00
• Fixed FOH 10.000 unit x Rp5.000,00 = 50.000.000,00
Total biaya produksi = Rp330.000.000,00
Biaya pemasaran:

• Variable marketing 8.000 unit x Rp2.000,00 = Rp16.000.000,


00
• Fixed marketing 10.000 unit x Rp3.000,00 = 30.000.000,
00
Total biaya pemasaran = Rp46.000.000,00
Total cost
Total cost = total biaya produksi + total biaya pemasaran
= Rp330.000.000,00 + Rp46.000.000,00
= Rp376.000.000,00
3. Manufacturing cost
Total cost untuk tiap-tiap unsur biaya ketika PT Kapuas
beroperasi pada tingkat produksi dan tingkat penjualan
1.000 unit adalah sebagai berikut:

Cost Total Cost


Direct material Rp15.000.000,00
Direct labor 8.000.000,00
Variable factory overhead 6.000.000,00
Fixed factory overhead 3.000.000,00
Variable marketing 400.000,00
Fixed marketing 1.000.000,00
Hitung:
a) Prime cost per unit
b) Conversion cost per unit
c) Variable manufacturing cost per unit
d) Manufacturing cost per unit
e) Total cost apabila tingkat produksi 1.100 unit dan tingkat
penjualan 900 unit
f) Variable manufacturing cost per unit
a) Prime cost per unit
= (total direct material + total direct labor) / tingkat produksi
= (Rp15.000.000,00 + Rp8.000.000,00) / 1.000 unit
= Rp33.000.000,00 / 1.000 unit
= Rp33.000,00 per unit
b) Conversion cost per unit
= (total direct labor + total variable FOH + total fixed FOH) /
tingkat produksi
= Rp8.000.000,00 + Rp6.000.000,00 + Rp3.000.000,00 / 1.000
unit
= Rp17.000.000,00 / 1.000 unit
= Rp17.000,00 per unit
c) Variable manufacturing cost per unit
= (total direct material + total direct labor + total variable FOH) /
tingkat produksi
= (Rp15.000.000,00 + Rp8.000.000,00 + Rp6.000.000,00) / 1.000
unit
= Rp29.000.000,00 / 1.000 unit
=Rp29.000,00 per unit
d) Manufacturing cost per unit
= (total direct material + total direct labor + total variable FOH +
total fixed FOH) / tingkat produksi
= (Rp15.000.000,00 + Rp8.000.000,00 + Rp6.000.000,00 +
Rp3.000.000,00) / 1.000 unit
= Rp32.000.000,00 / 1.000 unit
= Rp32.000,00 per unit
e) Variable cost per unit
= (total direct material + total direct labor + total variable FOH) /
tingkat produksi + (total variable marketing) / tingkat penjualan
= Rp15.000.000,00 + Rp8.000.000,00 + Rp6.000.000,00 +
Rp400.000,00 / 1.000 unit
= Rp29.400.000,00 / 1.000 unit
= Rp 29.400,00 per unit
f) Total cost apabila tingkat produksi
1.100 unit dan tingkat penjualan 900 unit
Untuk memudahkan, dihitung terlebih dulu cost per unit untuk
biaya-biaya variabel sebagai berikut:

  Unit Cost
Cost Total Cost (total
cost/1.000)
Direct material Rp15.000.000,00 Rp15.000,00
Direct labor 8.000.000,00 8.000,00
Variable factory overhead 6.000.000,00 6.000,00
Variable marketing 400.000,00 400,00
Biaya produksi:

• Direct material 1.100 unit x Rp15.000,00 = Rp16.500.000,00


• Direct labor 1.100 unit x Rp8.000,00 = 8.800.000,00
• Variable FOH 1.100 unit x Rp6.000,00 = 6.600.000,00
• Fixed FOH 3.000.000,00
Total biaya produksi Rp34.900.000,00
Biaya pemasaran:
• Variable marketing 900 unit x Rp400,00 = Rp360.000,00
• Fixed marketing 1.000.000,00
Total biaya pemasaran = Rp1.360.000,00
Total cost
Total cost = total biaya produksi + total biaya pemasaran
= Rp34.900.000,00 + Rp1.360.000,00
= Rp36.260.000,00
4. Manufacturing cost
Data

Prime cost Rp800.000,00


Conversion cost 400.000,00
Manufacturing cost 900.000,00

Hitung:
(a)Factory overhead
(b)Direct Labour
(c)Direct material
Penyelesaian:
• Untuk menghitung factory overhead, direct labor, dan direct
material kita harus menguraikan prime cost, conversion cost,
dan manufacturing cost sebagai berikut:

• Prime cost = DM + DL = Rp800.000,00 ... (1)


• Conversion cost = DL+ FOH = Rp400.000,00 ... (2)
• Manufacturing cost = DM + DL + FOH = Rp900.000,00 ... (3)
a) Factory overhead
• Dari persamaan (1) dan (3) diperoleh bahwa:
Factory overhead = manufacturing cost – prime cost
= Rp900.000,00 – Rp800.000,00
= Rp100.000,00
b) Direct Labor
Selanjutnya dari persamaan (2) diperoleh bahwa:
Direct Labor = conversion cost – factory overhead
= Rp400.000,00 – Rp100.000,00
= Rp300.000,00
c) Direct material
Berikutnya dari persamaan (1) diperoleh bahwa:
Direct material = prime cost – direct labor cost
= Rp800.000,00 – Rp300.000,00
= Rp500.000,00
5. Manufacturing cost
Data
Manufacturing cost Rp750.000,00
Conversion cost 450.000,00
Direct labor cost 1/3 direct material cost

Hitung:
(a)Direct material
(b)Direct Labour
(c)Factory overhead
Penyelesaian:
Untuk memudahkan perhitungan, kita perlu menguraikan
manufacturing cost, conversion cost, dan direct labor cost
dengan sebagai berikut:

• Manufacturing cost = DM + DL + FOH = Rp750.000,00 ... (1)


• Conversion cost = DL + FOH = Rp150.000,00 ... (2)
a) Direct material
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh bahwa:
Direct material = Manufacturing cost – conversion cost
= Rp750.000,00 – Rp450.000,00
= Rp300.000,00
b) Direct labor cost
Selanjutnya kita hitung direct labor sebagai berikut:
Direct labor cost = 1/3 direct material cost
= 1/3 x Rp300.000,00
= Rp100.000,00
c) factory overhead
Selanjutnya factory overhead dihitung dari conversion cost
sebagai berikut:
Conversion cost= direct labor cost + factory overhead
Factory overhead = conversion cost – direct labor cost
= Rp450.000,00 – Rp100.000,00
= Rp350.000,00
Saatnya bersenang-senang ...
• Kerjakan soal-soal di buku dengan gembira ...

Anda mungkin juga menyukai