Anda di halaman 1dari 14

Makalah Penjelasan Tentang

“Menyikapi Maqodirullah”

Dewan Guru Pembimbing :

H. Nur Hasan Nasrullah, M.Pd

Saringan Periode November-Desember 2021 :

Putri Dwi Zahrotul Aulia

PONDOK PESANTREN MAHASISWA KHOIRUL HUDA 1

SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘aalamiin, kita bersyukur kepada Allah atas segala


nikmat dan karunia yang diberikan kepada kita semua, terlebih lagi kita masih
ditetapkan di dalam hidayah-Nya, yaitu menetapi agama Islam yang berdasarkan
Qur’an Hadits dan berbentuk Jamaah. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW junjungan manusia dan pembawa risalat tauhid untuk kebahagian manusia
dunia dan akhirat. Tidak lupa rasa syukur tertuju untuk para perantara agama yang
haq ini dengan ucapan syukur Alhamdulillahi jaza humullohu khoiro sehingga
berkat perjuangannya kita semua bisa merasakan manisnya keimanan manisnya
kehidupan ini.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas sebagai persyaratan untuk
lulus dari kelas saringan periode November – Desember 2021. Makalah ini kami
susun berdasarkan referensi-referensi yang kami dapatkan baik dari pemangkulan
Al Quran dan Al Hadist, buku pelajaran, maupun internet. Makalah ini memuat
tentang 4 maqdirulloh.
Kami juga mengucapkan Alhamdulillahi jaza kumullohu khoiro kepada
teman, dewan guru dan lain sebagainya yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini sehingga dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat memberikan wawasan yang lebih
luas dan ilmunya barokah sehingga menjadi jariyah pahala yang baik disisi Allah
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para santriwan
santriwati Pondok Pesantren Mahasiswa Khoirul Huda Surabaya.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, khususnya dari dewan guru dan santriwan santriwati guna perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang.

Surabaya, 1 Januari 2022

2
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 4
BAB I .................................................................................................................................... 6
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 8
1. Qodar Nikmat .......................................................................................................... 8
2. Qodar Cobaan ......................................................................................................... 8
3. Qodar Musibah ..................................................................................................... 10
4. Qodar Salah ........................................................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................................ 13
PENUTUP ........................................................................................................................... 13
Kesimpulan.................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

4
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

5
BAB I

PENDAHULUAN

Manusia diciptakan oleh Allah tidak lepas dari qodar, dan segala sesuatu yang
diciptakan oleh Allah sudah ada qodarnya masing-masing entah itu jodoh,
maut,maupun rezeki. Tidak hanya manusia yang menjalani qodar, namun seluruh
makhluk Allah termasuk hewan dan tumbuhan juga menjalani kehidupan sesuai
dengan qodarnya masing – masing.

Allah telah memberi keimanan yang tinggi kepada kita. Sehingga kita benar – benar
percaya dan yakin terhadap semua qodarnya Allah. Bahwa semua yang terjadi di
muka bumi ini sudah menjadi kehendak dan ketentuan dari Allah serta sudah ada
qodarnya yang tertulis di lauhil mahfud dan ditulis 50-ribu tahun sebelum Allah
menciptakan langit dan bumi yang tidak seorang pun dapat menghalanginya.
Sebagai orang iman, kita wajib untuk percaya terhadap qodarnya Allah dan bila
sampai tidak percaya terhadap qodarnya Allah maka berarti kufur. Sehingga dengan
memahami dan yakin terhadap qodar dari Allah berarti kita benar – benar menjadi
orang iman, selain hidup kita juga akan menjadi lebih tenang, lebih tentram dan
bahagia.

ِ ِ ِ َّ ‫الَ ي ْؤِمن عبدً ح‬


َ ‫ت يُ ْؤم َن ِِبلْ َق َد ِر َخ ِْْيه َو َشىِره َح ىّت يَ ْعلَ َم اَ َّن َما أ‬
ْ‫َصابَهُ ََل‬ َ َْ ُ ُ
‫صبَهُ * رواه الرتمذى يف كتاب القدر‬ ِ ‫ي ُكن لِيخطَئَه واَ َّن ما اَخطَأَه لَمي ُكن لِي‬
ُ ْ َْ ُ ْ َ َ ُ ْ ُ ْ َ
“Tidak beriman seorang hamba sehingga dia percaya terhadap qodar yang baik
dan qodar yang jelek, sehingga dia mengetahui bahwa apa – apa yang menimpanya
tidak akan luput darinya dan sesungguhnya apa – apa yang luput ( tidak ada
qodarnya ) tidak akan menimpanya."

Dengan adanya ketentuan qodar dari Allah, maka kita supaya bisa menerima qodar
– qodar dari Allah, baik qodar itu qodar baik atau qodar jelek yang bisa
disimbolkan dalam 4 maqdirulloh yaitu :

1. Qodar nikmat
2. Qodar musibah
3. Qodar cobaan
4. Qodar salah

Dari keempat qodar yang diberikan Allah kepada kita bagaimanakah sikap kita
dalam menghadapi dan menyikapinya sebagai orang iman? Makalah ini akan

6
membahas mengenai empat macam maqodirullah serta penjelasan dan sikap kita
dalam menhadapi qodar Allah tersebut.

7
BAB II

PEMBAHASAN

1. Qodar Nikmat

Ketika mendapat nikmat terutama nikmat hidayah dan nikmat lain berupa apa
saja seperti badannya sehat dan kuat, rejekinya lancar, suaminya sholih,
istrinya sholihah, anak – anaknya sholih-sholihah, tetangga dan teman –
temannya baik, keadaan aman, hatinya bisa tentram dan tenang, maka supaya
bersyukur sebab dengan bersyukur Allah akan menambah nikmatnya, Allah
akan ridho dan akan memberi pahala. Sebaliknya bila tidak bersyukur Allah
tidak akan ridho bahkan menyiksa padanya.

Berdasarkan dalil di surat Ibrahim ayat 7:

‫اب لَ َش ِديْد‬ِ ‫ذ‬


َ ‫ع‬ َّ
‫ن‬ ِ‫واِ ْذ َتَذَّ َن ربُّ ُكم لَ ِٕىن ش َكرُت َالَ ِزيدنَّ ُكم ولَ ِٕىن َكفرُت ا‬
ْ َ ْ َْ ْ َ ْ َْ ْ ْ َ ْ ْ َ َ َ
٧ ‫*سورة ابراهيم‬
“Jika kalian bersyukur maka aku Allah akan menambah ( nikmat ) pada kalian,
dan jika kalian kufur ( tidak bersyukur ) sesungguhnya siksa-Ku sangat berat

Praktek mensyukuri nikmat Allah adalah dengan ucapan dan perbuatan.


Adapun syukur dengan ucapan kepada Allah kita ucapkan dengan kalimat
“Alhamdulillahi Robbil Alamin” dan kepada orang yang menjadi perantara
nikmat, kita syukuri dengan mengucapkan “Jaza Kallahu Khoiro – Jaza
Killahu Khoiro – Jaza Kumullohu Khoiro atau Jaza Humullohu Khoiro”.
Adapun syukur kepada Allah dengan perbuatan adalah dengan semakin
menertibkan dan meningkatkan ibadahnya terutama ibadah sholat malamnya.
Praktek syukur dengan perbuatan kepada perantara nikmat / hidayah adalah
ta’dzim dan thoat dengan hati gembira.

2. Qodar Cobaan

Manusia hakekatnya selama hidup didunia akan selalu tertimpa cobaan, terlebih
lagi kita sebagai orang iman pasti akan dicoba oleh Allah. Sebagaimana yang
tertulis dalam Alquran surah Al Ankabut ayat 2 :

ۡ ۡۤ ۡ ۡۤ ۡ
٢ ‫َّاس اَن يُّ ۡ َرتُك ۡوا اَن يَّ ُق ۡولُ ۡوا اٰ َمنَّا َوُه ۡم َال يُفتَ نُ ۡو َن*سورة العنكبوت‬
ُ ‫ب الن‬
ِ
َ ‫اَ َحس‬
8
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan
mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?”

Ketika telah mengatakan sanggup iman dan sanggup untuk beribadah kepada
Allah, lalu menyangka bahwa oleh Allah akan dibiarkan begitu saja?

Ketika salah satu jamaah mendapat cobaan, seperti badannya sakit-sakitan,


usaha kurang lancar, istrinya / suaminya bermasalah, anak – anaknya sulit
diarahkan, hidupnya miskin, dan lain – lain, maka supaya tetap sabar, tabah dan
tahan uji, tidak jatuh mental, tetap menetapi keimanannya, tertib ibadahnya,
tertib 5 babnya dan tetap semangat dalam perjuangan sehingga Allah memberi
pertolongan dan kemenangan. Kita tidak boleh emosi, tidak boleh marah –
marah, tidak boleh mengeluh, dan tidak boleh menyalahkan orang lain dalam
menghadapi berbagai cobaan, tetapi supaya tetap berusaha agar bisa lepas dari
cobaan tersebut dengan disertai lebih mendekatkan diri kepada Allah ( takarub
ila Allah ) memperbanyak doa dan tawakal pada Allah, tetap khusnudzon billah
dan yakin bahwa Allah pasti akan memberikan pertolongan.

Kita supaya ingat bahwa dalil – dalil cobaan itu tidak dimansuh dan akan terus
berjalan sapanjang perjalanan hidup kita, sebagaimana dalil di surat Al -
Baqarah ayat 155:

ِ ‫س والثَّمر‬ ِ ِ ٍ ‫اْلوِع ونَ ْق‬ ِ ْ ‫ولَنَ ب لُونَّ ُكم بِ َشي ٍء ِمن‬


‫ت‬ ََ َ ِ ‫ص م َن ْاْل َْم َوال َو ْاْلَنْ ُف‬ َ ُْْ ‫اْلَْوف َو‬ َ ْ ْ َْ َ
َّ ‫َوبَ ِىش ِر‬
١١٥ ‫الصابِ ِريْن*البقرة‬
“ Dan sungguh kami Allah akan mencoba kepada kalian dengan sesuatu berupa
rasa takut, kelaparan, harta, dan kekuragan diri (sakit / keluarganya
meninggal) dan kekurangan buah – buahan dan berilah kabar gembira wahai
Muhammad pada orang – orang yang sabar.”

Kita supaya mengerti bahwa seberat apapun dan sebesar apapun cobaan dan
penganiayaan yang kita terima saat ini belum seberat bila dibandingkan dengan
cobaan – cobaan yang menimpa kepada orang – orang dulu yaitu para nabi dan
shohabatnya, mereka mendapatkan bermacam – macam cobaan dan
penganiayaan yang sangat pedih bahkan ada yang akhirnya dibunuh.

Nabi Ayub AS mendapat cobaan dari Allah yang sangat berat selama kurng
lebih 18 tahun, harta bendanya habis dihancurkan oleh iblis, pada saat anak –
anknya makan dan minm tiba – tiba angin bertiup deengan kerasnya sehingga
pilar – pilar rumahnya menimpa mereka dan meninggallah anak – anak Nabi
Ayub. Iblis mashi datang lagi untuk memberikan penganiayaan yang lain yaitu

9
dengan meniup telapak kakinya Nabi Ayub maka seketika itu mulai dari telapak
kakinya sampai sekujur tubuhnya penuh borok ( luka yang membusuk )
sehingga istri – istrinya tidak kuat dan meninggalkannya serta dikucilkan oleh
masyarakat. Dalam keadaan yang demikian itu, Nabi Ayub yang sudah
kehilangan segalanya hanya tinggal kebersihan hatinya. Nabi Ayub tetap
memuji kepada Allah dengan mengucapkan kalimat syukur dan tetap
khusnudzon billah sampai Allah memberikan pertolongan yaitu badannya
sembuh, istri - istrinya kembali, anak – anaknya yang mati diganti oleh Allah
dengan yang lebih baik dan lebih banyak, serta hartanya kembali berlimpah –
limpah.

Dengan demikian kita supaya bertambah kefahamannya dan keyakinannya


bahwa dengan adanya cobaan – cobaan berarti keadaan kita ini sudah sesuai
dengan dalil. Adapun dengan adanya cobaan - cobaan tersebut, Allah membuka
pintu mustajabahnya doa kita, Allah cinta kepada kita, Allah menambah
kemulyaan kita, dan Allah akan memberikan pertolongan – pertolongan yaiu di
dunia nya ibadah kita lancar dan di akhirotnya masuk surga selamat dari neraka.
Berdasarkan dalil :

‫ب قَ ْوًما ابْتَ ََل ُه ْم فَ َم ْن َر ِض َي‬ ِ َّ ‫اْلَز ِاء مع ِعظَِم الْب ََل ِء وإِ َّن‬ ِ ِ
َّ ‫َح‬
َ ‫اَّللَ إذَا أ‬ َ َ َ َ َْ ‫إ َّن عظَ َم‬
‫ط* رواه الرتمذي‬ ُّ ُ‫ضا َوَم ْن َس ِخ َط فَلَه‬
ُ ‫الس ْخ‬ ِ‫فَلَهُ ى‬
َ ‫الر‬
“Besarnya pahala di sertai besarnya cobaan dan sesungguhnya ketika Allah
mencintai suatu kaum maka Allah memberi cobaan kepada mereka, barang
siapa ridho maka baginya ridho Allah dan barang siapa marah – marah maka
baginya murkanya Allah.”(H.R Tirmidzi)

Oleh karena itu didalam menghadapi berbagai macam cobaan kita supaya tetap
sabar dan tabah, tetap sambung jamaah, tetap menjaga kerukunan dan keutuhan
jamaah, tetap meramut dan membina anak – anaknya hingga menjadi anak –
anak yang sholih – sholihah dengan mengharapkan kemulyaan dan kebahagiaan
di sisi Allah.

3. Qodar Musibah

Kita supaya mengerti bahwa ada qodar musibah didalam menetapi ibadah
kepada Allah dan menetapi Quran Hadist Jamaah, yaitu sesuatu yang
tidakdisenangi, sebagaimana disebutkan dalam Al – Hadist:

ِ ‫ما اَصاب الْم ْؤِمن ِِمَّا ي ْكره فَهو م‬


‫صبَة * رواه الطربان‬ ُ َ ُ َُ َ َ ُ َ َ َ

10
“ Apa – apa yang menimpa orang iman dari yang dibenci itulah yang disebut
musibah. ”(H.R Tobroni)

Adapun musibah yang menimpa orang – orang iman itu merupakan pertanda
mendapat kebaikan dunia akhirot berdasarkan dalil sabda Nabi Muhammad
SAW:

‫ب ِمْنهُ * رواه البخري‬ ِ ِِ ‫من ي ِرِد‬


ْ ‫اَّللُ به َخ ْ ًْيا يُص‬
‫َْ ُ ى‬
“Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan atas dirinya maka Allah akan
memberi musibah kepadanya.”(H.R Tobroni)

Musibah itu sendiri tidak akan menimpa orang yang iman kecuali apa – apa
yang telah tertulis sebelumnya (sudah ada qodar sebelumnya). Oleh karena itu,
ketika kita menghadapi musibah supaya istirja’ dan dikembalikan kepada Allah
dengan mengucapkan kalimat:

‫ِل َخ ْ ًْيا ِمْن َها‬ ِ ‫صب ِِت وأ‬


ِ ِ ‫َّلل وإِ ََّن إِلَي ِه ر ِاجعو َن اللىه َّم أْجرِن‬
ِِ
ِْ ‫ف‬
ْ ‫َخل‬
ْ َ ْ َ ‫يف ُم‬
ْ ْ ُْ ُ ُ َ ْ َ َّٰ ‫إِ ََّن‬
Kita jangan sampai mengeluh, marah – marah, emosi, mencari – cari kejelekan
orang lain, jangan putus asa, larut dalam kesedihan dan jangan su’udzon billlah.
Sehingga kita bisa mendapat kebaikan – kebaikan, baik didunia Allah
mengganti yang lebih baik, dan di akhirot Allah memberi pahala surga.

4. Qodar Salah

Telah menjadi ketetapan bahwa setiap anak turun Adam pasti melakuakan
kesalahan dan dosa. Ada kewajiban – kewajiban ibadah yang harus dikerjakan
oleh satu – satunya jamaah, seperti kewajiban sambung jamaah, kewajiban lima
bab, kewajiban budi luhur – luhuring budi karena Allah, kewajiban menetapi
dapukannya masing – masing, dll. Sehingga kita supaya menertibkan diri dalam
menetapi kewajiban – kewajiban tersebut. Selain itu juga terdapat larangan –
larangan agama yang harus djauhi oleh satu – satunya jamaah, seperti syirik,
zina, riba, makan harta anak yatim, dll. Karena semua itu hukumnya haram dan
bisa memasukkan ke dalam neraka. Sehingga kita supaya berusaha menghindari
pelanggaran – pelanggaran itu. Apabila kita sudah bersungguh – sungguh
menertibkan kewajiban – kewajibannya dan menjauhi larangan – larangan
tersebut, tetapi masih terkena cobaan melanggar / berbuat salah maka supaya
segera ditaubati dengan taubatan nasukha lahir batin karena Allah dan mencari
pulihan sebanyak – banyaknya. Sebab apabila kita bisa taubatan nasukha lahir

11
batin karena Allah maka Allah akan mengampuni dosa - dosa kita ( bisa masuk
surga) berdasarkan dalil dibawah ini:

ِ ْ ‫ُك ُّل ب ِِن آدم خطَّاء وخْي‬


َ ْ ‫اْلَطَّائ‬
‫ْي الت ََّّوابُ ْو َن* رواه ابن ماجة كتاب الزهد‬ ُْ َ َ َ َ َ َ
“Setiap anak adam banyak berbuat salah dan sebaik – baiknya orang yang
banyak berbuat salah adalah orang yang banyak bertaubat”

Tetapi bila kita diqodar salah lalu tidak segera bertaubat dengan taubatan
nasukha lahir batin karena Allah maka kesalahan kita akan tetap menjadi dosa,
Allah tidak akan mengampuni, dan iman kita rusak sehingga bisa masuk
kedalam neraka. Gambarannya seperti bara api yang terbakar habis.

Adapun dalam melaksanakan taubatan nasukha lahir batin karena Allah


terdapat 4 syarat yang harus ditetapi yaitu:

1. Mengakui kesalahan
2. Minta ampun kepada Allah dengan membaca istirja’
3. Merasa menyesal dan tidak akan mengulangi lagi
4. Menunaikan kafaroh

Ketika mendapat qodar salah / melanggar lalu sudah bisa bertaubat dengn
taubatan nasukha lahir batin karena Allah dengan memenuhi 4 syarat tersebut
supaya bersyukur, berarti beruntung dunia dan akhirotnya. Selanjutnya kita
supaya mencari pulihan sebanyak banyaknya dan supaya benar – benar
menjaga dirinya agar jangan sampai melanggar lagi. Apabila ketika kita masih
mempunyai kesalahan yang belum ditobati, maka supaya segera memerlukan
melaksanakan taubatan nasukha lahir batin karena Allah agar diri kita bersih
dan keimanan terjaga sampai khusnul khotimah.

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dengan adanya ketentuan qodar dari Allah, maka kita supaya bisa menerima qodar
– qodar dari Allah, baik qodar itu qodar baik atau qodar jelek yang bisa
disimbolkan dalam 4 maqdirulloh yaitu qodar nikmat, qodar musibah, qodar
cobaan, qodar salah. Adapun cara menghadapi 4 maqdirulloh tersebut adalah
apabila mendapat nikmat supaya bersyukur, apabila mendapat cobaan supaya sabar,
apabila mendapat musibah supaya istirja’, dan apabila berbuat salah supaya
bertaubat.

Dan sebagai orang iman tak lupa juga berdoa untuk diberi qodar yang baik, berdoa
agar hati percaya dan yakin pada qodar yang diberikan Allah, dan berdoa supaya
tetap bisa melakukan ibadah sehingga tertimpa qodar jelek pun ibadah tetap lancar.

13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Nur Karim

Hadits Riwayat Tirmidzi

Hadits Riwayat Ibnu Majah

Hadist Riwayat Bukhori

Hadist Riwayat Tobroni

Cinta Alam Indonesia (CAI) 2010. “Penjelasan Bab Maqodirullah”. 2010.

Referensi: https://www.merdeka.com/quran/al-baqarah/ayat-110

Referensi: https://www.merdeka.com/quran/ibrahim/ayat-7

Referensi: https://www.merdeka.com/quran/al-ankabut/ayat-2

14

Anda mungkin juga menyukai