Anda di halaman 1dari 41

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

HALAMAN COVER

PENGARUH TINGKAT PERPUTARAN KAS, EFEKTIVITAS PENGELOLAAN HUTANG


DAN TINGKAT KREDIT YANG DISALURKAN TERHADAP PROFITABILITAS
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
KABUPATEN TABANAN
(Periode 2012-2016)

ANOM BETARIATISNA
Email: anikyuesti@unmas.ac.id
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Abstrak

Profitabilitas adalah bagian penting bagi setiap lembaga keuangan atau perusahaan sebab berkaitan
dengan pertumbuhan dan stabilitas setiap lembaga keuangan atau perusahaan. Untuk menghasilkan
laba yang tinggi setiap periodenya, perusahaan perlu memperhatikan segala faktor yang dapat
mempengaruhi profitabilitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat perputaran
kas, efektivitas pengelolaan hutang dan tingkat kredit yang disalurkan terhadap profitabilitas baik
secara simultan maupun parsial. Penelitian ini dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten
Tabanan yang berjumlah 19 BPR. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi non partisipan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh
simultan dan parsial serta melihat variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap profitabilitas.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara simultan variabel tingkat perputaran kas,
efektivitas pengelolaan hutang dan tingkat kredit yang disalurkan berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas dengan kontribusi 77,10% variasi. Secara parsial hanya variabel tingkat kredit yang
disalurkan saja yang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Pihak manajemen BPR sebaiknya
memperhatikan jumlah kas yang dimiliki karena semakin besar kas yang dimiliki atau menganggur
itu berarti sangat rendah perputaran kasnya maka akan mengakibatkan kecilnya profitabilitas. Selain
itu pihak manajemen juga harus memaksimalkan pengelolaan hutangnya karena semakin efisien atau
efektif BPR dalam mengelola hutang, maka profitabilitas pada BPR juga akan meningkat.
Kata kunci : profitabilitas, tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang dan tingkat kredit
yang disalurkan

242
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, sedangkan usaha perbankan
meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank
lainnya (Kasmir, 2016). Bank juga dikenal sebagai suatu industri di dalam kegiatan usahanya
mengandalkan kepercayaan masyarakat atau nasabah. Sebagai lembaga kepercayaan, bank dalam
operasinya lebih banyak menggunakan dana masyarakat dibandingkan dengan modal sendiri dari
pemilik atau pemegang saham. Lembaga Perbankan adalah sebagai penyedia dana dan dengan dana
tersebut dapat digunakan untuk memenuhi pembiayaan atau kebutuhan investasi karena dalam
proses pembangunan, satu hal yang paling penting adalah terlihat bahwa lembaga perbankan
merupakan lembaga penghubung dalam mata rantai perekonomian (Patmiwati, 2016).
Keberadaan BPR sangatlah penting bagi masyarakat Bali khususnya karena BPR disini berguna
dan sangat membantu masyarakat yang tidak memiliki modal untuk membuat usaha terutama
masyarakat menengah ke bawah. Tingkat persaingan yang tinggi antar lembaga keuangan di Bali
menuntut BPR meningkatkan daya saingnya agar tumbuh dan bersinergi dengan lembaga keuangan
lainnya seperti bank umum maupun usaha koperasi simpan pinjam. Profitabilitas bagi BPR
merupakan salah satu indikator penting sehingga BPR dapat melaksanakan fungsinya sebagai
lembaga intermediary keuangan dalam jangka panjang dan BPR lebih leluasa untuk bergerak dan
melaksanakan misinya, baik misi sosial maupun ekonomi.
Tujuan utama operasional bank adalah menghasilkan laba atau profit. Tanpa diperolehnya laba,
bank tidak dapat memenuhi tujuan lainnya yaitu berkembang (growth), bertahan hidup (going
concern), dan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility). Laba yang menjadi tujuan
utama bank dapat dicapai dengan pemberian kredit. Semakin tinggi pemberian kredit, maka laba
yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Kelangsungan hidup perusahaan (going concern)
dipengaruhi oleh profitabilitas bank itu sendiri. Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah
kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh bank. Profitabilitas disini selain untuk memaksimalkan
bank juga sangat penting bagi perusahaan, baik itu perusahaan dagang, perusahaan jasa, maupun
perusahaan manufaktur. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2010:122).
Profitabilitas dapat menunjukkan efektivitas pengelolaan keuangan dan aktiva oleh perusahaan. Hal
ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi pada dasarnya
penggunaan rasio yakni menunjukan tingkat efisiensi suatu perusahaan (Handayani, 2018) .
Sedangkan menurut Irman (2014) Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh
laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Semakin tinggi laba
yang diperoleh dari modal yang kecil maka lembaga perbankan dikatakan semakin efisien.
Rentabilitas atau profitabilitas dapat dinilai dengan dua cara yaitu profitabilitas ekonomi dan
profitabilitas modal sendiri. Profitabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan
modal sendiri dan modal pinjaman yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan
dinyatakan dalam prosentase. Sedangkan profitabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu
perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan

243
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

(Prakoso, 2014). Rasio profitabilitas juga dapat diukur dengan membandingkan laba bersih sebelum
Bunga dan pajak untuk modal digunakan (Susanto, 2015). Besar kecilnya laba yang diperoleh akan
tergantung pada kemampuan pengurus lembaga perbankan dalam mengelola aset dan liabilities yang
ada. Pengelolaan aset dan liabilities oleh pengurus lembaga perbankan dapat dilihat dari
kemampuan mengatur dan mengelola perutaran kas, efektivitas pengelolaan hutang, dan tingkat
kredit yang disalurkan kepada masyarakat sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap
profitabilitas BPR. Maka dari itu profitabilitas sangat penting bagi setiap lembaga keuangan ataupun
perusahaan karena berkaitan dengan kesinambungan dan stabilitas setiap lembaga keuangan ataupun
perusahaan.
Suatu lembaga keuangan harus mampu dalam mengelola tingkat perputaran kas. Tingkat
perputaran kas merupakan perbandingan antara jumlah penjualan dengan rata-rata kas (Riyanto,
2016). Penjualan yang dimaksud pada lembaga perbankan adalah total pendapatan. Menurut
Munawir (2015) kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal
yang paling tinggi likuiditasnya, semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu
perusahaan/lembaga keuangan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah
kas menunjukkan semakin rendah tingkat perputaran kasnya. Siklus perputaran kas yang lebih lama
akan merugikan probabilitas perusahaan (Sundari, 2011). Perusahaan tidak harus berusaha
mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas berarti semakin
banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya (Pangesti, 2013).
Menurut Kasmir (2016) rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Sedangkan menurut Pangesti
(2013) liquidity atau likuiditas adalah kemampuan bank dalam membayar semua hutang-hutangnya
terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua
permohonan kredit yang layak untuk disetujui. Atau dalam kata lain likuiditas ini berhubungan
dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera
harus dipenuhi. Menurut Kasmir (2016) terdapat beberapa ukuran rasio likuiditas yang sering
dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain: cash ratio (CR), reserve requipment
(RR), loan to deposit ratio (LDR), dan loan to assets ratio (LAR). Dalam penelitian ini dipergunakan
loan to deposit ratio untuk mengukur tingkat kredit yang disalurkan. Pendapatan yang diperoleh
BPR dapat ditingkatkan dengan memaksimalkan pemberian kredit atau pinjaman kepada
masyarakat. Martha (2015) menyatakan bahwa loan to deposit ratio yaitu perbandingan antara kredit
yang diberikan terhadap dana yang diterima oleh bank dari masyarakat yang berpengaruh positif
terhadap profitabilitas. Selain itu menurut Syafitri (2016) loan to deposit ratio adalah rasio antara
seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank dan semakin tinggi
nilai rasio LDR menunjukkan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar, sebaliknya
semakin rendah rasio LDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit
sehingga hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh laba. Risha (2013) menegaskan bahwa
semakin besar jumlah kredit yang diberikan maka jumlah dana yang menganggur semakin sedikit
dan penghasilan bunga yang diperoleh menjadi tinggi sehingga meningkatkan Profitabilitas.
Untuk menghasilkan laba yang maksimal lembaga keuangan juga harus mampu dalam
mengelola hutang yang ada. Sundari (2011) menyatakan efektivitas pengelolaan hutang akan tampak
pada perhitungan spread management yakni selisih antara return on total assets dengan cost of debt.

244
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Semakin tinggi ROA semakin tinggi potensi pertumbuhan perusahaan (Liow, 2017), dan semakin
tinggi nilai spread management menunjukkan semakin efektif pengelolaan hutang. Hal ini
dikarenakan penghasilan lembaga keuangan atas total asetnya akan melebihi biaya bunga yang harus
dibayarkan kepada penabung, sehingga semakin efektif manajemen lembaga keuangan dalam
mengelola hutangnya, maka profitabilitas juga akan meningkat.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai salah satu lembaga keuangan yang ikut menghimpun
dan menyalurkan dana dari masyarakat, juga memiliki jenis produk dan jasa layanan perbankan pada
umumnya, salah satunya adalah layanan pemberian kredit. BPR juga berusaha berperan aktif agar
dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pemberian kredit kepada Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) khususnya di daerah pedesaan. Penelitian ini menggunakan
objek Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Tabanan karena masih sedikit penelitian yang
mengangkat tentang profitabilitas di Kabupaten Tabanan. Selain itu penelitian ini mengambil lokasi
di Kabupaten Tabanan karena salah satu BPR di Kabupaten Tabanan yaitu PT. BPR Dewata
Indobank memiliki jumlah asset tertinggi di Kabupaten Tabanan maka dari itu peneliti ingin meneliti
profitabilitas BPR di Kabupaten Tabanan.
Penelitian ini akan menjelaskan keempat aspek yang meliputi pengaruh tingkat perputaran kas,
efektivitas pengelolaan hutang dan tingkat kredit yang disalurkan yang nantinya akan mempengaruhi
profitabilitas pada seluruh BPR di Kabupaten Tabanan agar dapat mengelola keempat aspek tersebut
dengan baik. Penelitian dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat karena dari penelitian-penelitian
sebelumnya masih relatif sedikit yang meneliti, sebagian besar penelitian dilakukan pada Lembaga
Perkreditan Desa dan selain itu hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai profitabilitas
relatif masih banyak hasil penelitian yang meragukan contohnya Sundari (2011), Viony (2013),
Diana (2016), Sumantri (2012), yang mengatakan tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan
hutang dan kredit yang disalurkan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas namun
berbeda dengan Wardana (2014), Sufiana (2011), Prawira (2012), Irman (2012), Pangesti
(2013),Yuliani (2014), Melani (2017), Kristiadi (2015), Handayani (2018) yang mengatakan
sebaliknya tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang dan tingkat kredit yang disalurkan
berpengaruh secara signifikan. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efesiensi penggunaan kas
yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas
kembalinya kas yang telah ditanamkan didalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran
kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan.
Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk memastikan apakah tingkat perputaran kas, efektivitas
pengelolaan hutang dan tingkat kredit yang disalurkan berpengaruh secara signifikan atau tidak.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik mengangkat judul “Pengaruh Tingkat
Perputaran Kas, Efektivitas Pengelolaan Hutang dan Tingkat Kredit yang disalurkan
Terhadap Profitabilitas pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten Tabanan periode
2012-2016”.

1.2 Pokok Permasalahan


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah :
1) Apakah tingkat perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas pada Bank Perkreditan Rakyat
di Kabupaten Tabanan periode 2012-2016?

245
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

2) Apakah efektivitas pengelolaan hutang berpengaruh terhadap profitabilitas pada Bank


Perkreditan Rakyat di Kabupaten Tabanan periode 2012-2016?
3) Apakah tingkat kredit yang disalurkan berpengaruh terhadap profitabilitas pada Bank Perkreditan
Rakyat di Kabupaten Tabanan periode 2012-2016?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah :
1) Untuk menganalisis pengaruh tingkat perputaran kas terhadap profitabilitas pada Bank
Perkreditan Rakyat di Kabupaten Tabanan periode 2012-2016.
2) Untuk menganalisis pengaruh efektivitas pengelolaan hutang terhadap profitabilitas pada Bank
Perkreditan Rakyat di Kabupaten Tabanan periode 2012-2016.
3) Untuk menganalisis pengaruh tingkat kredit yang disalurkan terhadap profitabilitas pada Bank
Perkreditan Rakyat di Kabupaten Tabanan periode 2012-2016.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan memberikan pemahaman dasar
tentang BPR mengenai pengaruh tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang, dan
tingkat kredit yang disalurkan pada profitabilitas di Kabupaten Tabanan periode 2012-2016, serta
dapat digunakan sebagai bahan pembanding dan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya
sehingga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi
seluruh pengurus Bank Perkreditan Rakyat yang ada di Kabupaten Tabanan dalam meningkatkan
kebijakan yang berhubungan dengan upaya peningkatan profitabilitas.
3. Bagi Fakultas / Universitas Mahasaraswati Denpasar
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembang ilmu
akuntansi dan sebagai referensi bagi mahasiswa yang akan meneliti lebih lanjut mengenai
profitabilitas suatu perusahaan khususnya Bank Perkreditan Rakyat sebagai bahan referensi
untuk penelitian berikutnya di masa yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Menurut Besley dan Brigham (2017), Teori Sinyal adalah sebuah tindakan yang diambil
oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan. Menurut Jama’an (2016) Signalling Theory
mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan
oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau
informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.

246
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan
akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prisip ini
mencegah perusahaan melakuan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna
laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Sebagai pengelola,
manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik
(principal). Sinyal yang diberikan dapat melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan.
Penelitian ini mengacu pada Teori Sinyal karena apabila BPR di Kabupaten Tabanan dapat
mengelola hutang dengan baik, memanfaatkan kas agar tidak banyak yang menganggur dan
memberikan kredit dengan suku bunga yang bersaing maka dapat memberikan sinyal kepada
investor agar menanamkan modalnya dan juga dapat memberikan sinyal kepada nasabah agar
menabung serta meminjam uang di BPR tersebut.

2.1.2 Pengertian Bank


Bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal
10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Menurut Kasmir (2016) perbankan menurut jenisnya terdiri dari :
a) Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh
wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank). Kegiatan-kegiatan
Bank Umum :
(1) Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk :
a. Simpanan Giro (Demand Deposit)
b. Simpanan tabungan (Saving Deposit)
c. Simpanan Deposit (Time Deposit)
(2) Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk :
a. Kredit Investasi
b. Kredit Modal Kerja
c. Kredit Perdagangan
(3) Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Service) seperti :
a. Transfer (Kiriman Uang)
b. Inkaso (Collection)
c. Kliring (Clearing)
d. Safe Deposit Box
e. Bank Card
f. Bank Notes
g. Bank Garansi

247
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

h.
Referensi Bank
i.
Bank Draft
j.
Letter of Credit (L/C)
k.
Cek Wisata (Travellers Cheque)
l.
Jual beli surat-surat berharga
m.
Menerima setoran-setoran seperti:
(a) Pembayaran Pajak
(b) Pembayaran telepon
(c) Pembayaran air
(d) Pembayaran listrik
(e) Pembayaran uang kuliah
n. Melayani pembayaran-pembayaran seperti :
(a) Gaji/Pensiun/Honorarium
(b) Pembayaran deviden
(c) Pembayaran kupon
(d) Pembayaran Bonus/Hadiah
o. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi:
(a) Penjamin emisi (Underwriter)
(b) Penjamin (Guarantor)
(c) Wali Amanat (Trustee)
(d) Perantara perdagangan efek (pialang/broker)
(e) Pedagang efek (Dealer)
(f) Perusahaan pengelola dana (Invesment company)
b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat yang biasa disingkat dengan BPR adalah salah satu jenis bank
yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah dengan lokasi yang
pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. BPR sudah ada sejak
jaman sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan Lumbung Desa, bank Desa, Bank
Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar.
BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur sesuai Undang-Undang Republik
Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No. 10 Tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Melalui Peraturan Bank Indonesia, BPR
diberi kesempatan untuk mempercepat pengembangan jaringan kantor dengan membuka
Kantor Cabang dan Kantor Kas, sehingga ini akan semakin memperluas jangkauan BPR
dalam menyediakan layanan keuangan kepada para pengusaha mikro, kecil dan menengah.
Usaha BPR yang diperbolehkan menurut UU meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.
b) Memberikan Kredit.
c) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip syariah.
d) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito, dan
tabungan pada bank lain.

248
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Disamping kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh BPR, terdapat juga


kegiatan-kegiatan yang merupakan larangan bagi BPR sebagai berikut.
a) Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
b) Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing.
c) Melakukan penyertaan modal.
d) Melakukan usaha peransuransian.
e) Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas.

Bentuk hukum Bank Perkreditan Rakyat yang berdasarkan UU, adalah :


a) Perusahaan daerah.
b) Koperasi.
c) Perseroan Terbatas (PT).
d) Bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Berdasarkan kegiatan usaha dan larangan-larangan di atas, maka dapat dilihat secara umum
BPR mempunyai kegiatan yang terbatas dibandingkan dengan Bank Umum. Bank Umum dapat
menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito sedangkan BPR tidak
boleh menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro dan juga tidak boleh ikut serta dalam
lalu lintas pembayaran. Bank Umum dapat melakukan penyertaan modal pada lembaga keuangan
dan untuk mengatasi kredit macet, sedangkan BPR sama sekali tidak boleh melakukan penyertaan
modal. Dalam hal melakukan usaha perasuransian, BPR dan Bank Umum sama-sama tidak
diperbolehkan. Selain Bank Umum dan BPR lembaga keuangan yang saat ini masih beroperasi
dan jadikan pendukung pembangunan perekonomian terutama di daerah pedesaan yaitu Lembaga
Perkreditan Desa (LPD). Dari sisi organisasi, managemen, pembinaan dan pengawasan LPD
ditetapkan oleh Penda Bali. Dengan organisasi yang sederhana, pembinaan dan pengawasan
internal melibatkan aparat desa adat itu sendiri. Pembinaan dan pengawasan teknis juga ditentukan
dan ditetapkan oleh pemerintah Bali dari tingkat Kabupaten, Provinsi serta melibatkan Bank
Pembangunan Daerah Bali dengan beberapa SK Gubernur. Perbedaan LPD dengan BPR kalau
LPD, pendirian, pengawasan organisasi ditentukan oleh Peraturan Daerah dan SK Gubernur
artinya sifat lokal dan operasinya otonom. Sedangkan BPR karena menyandang nama Bank
meskipun dengan scope lebih kecil dari Bank Umum, pendirian, bentuk hokum, pembinaan,
pengawasannya didasarkan atas Undang-undang No. 8 Tahun 1998 tentang Pokok Perbankan yang
dimana pelaksanaannya dilakukan oleh Bank Indonesia dengan berbagai regulasinya.

2.1.3 Kas
Kas merupakan komponen aktiva yang paling liquid dan sangat mempengaruhi transaksi
yang sedang terjadi, hal ini disebabkan setiap transaksi memerlukan suatu dasar pengukuran yaitu
kas, bahkan walaupun perkiraan kas tidak terlibat dalam transaksi tersebut namun besarnya
transaksi tersebut tetap diukur dengan kas. Kas merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi
tingkat likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan maka akan
semakin rendah tingkat perputarannya. Kas merupakan awal sekaligus akhir siklus operasi
perusahaan. Sedangkan menurut Munawir (2016) mendefinisikan kas sebagai semua mata uang
kertas dan logam baik mata uang dalam negeri serta semua surat-surat yang mempunyai sifat-sifat
yang segera dapat digunakan untuk melakukan pembayaran pada setiap saat yang dikehendaki,

249
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

termasuk dalam pengertian kas adalah simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro/demand
deposit yaitu simpanan di bank yang dapat diambil setiap saat diperlukan oleh perusahaan.
Penerimaan kas dalam suatu perusahaan berasal dari berbagai sumber seperti pelunasan piutang,
penjualan tunai, pinjaman dari sumber lainnya yang jarang terjadi dalam aktivitas normal
perusahaan.
Berdasarkan beberapa pengertian dan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Kas
merupakan pos aktiva dalam neraca yang paling likuid, maksudnya dapat dengan mudah
dipergunakan sebagai alat pertukaran dan menunjukkan daya beli secara umum, dimana dalam
berbagai bentuk dinyatakan dengan nilai yang sekarang dan pasti dapat ditetapkan.

2.1.4 Tingkat Perputaran Kas


Suatu lembaga keuangan harus mampu dalam mengelola Tingkat Perputaran Kas. Tingkat
Perputaran Kas adalah perbandingan antara jumlah penjualan dengan rata-rata kas (Riyanto,
2016). Selain itu tingkat perputaran kas merupakan periode berputarnya kas yang dimulai pada
sat kas diinvestasikan dalam komponen model kerja sampai saat kembali menjadi kas. Kas
sebagai unsur modal kerja yang tingkat likuiditasnya paling tinggi, maka semakin bear jumlah
kas yang dimiliki berarti semakin rendah tingkat perputarannya. Begitu juga sebaliknya, jumlah
kas yang relatif kecil akan memberikan tingkat perputaran kas yang tinggi. Tingkat perputaran
kas yang tinggi menunjukkan efesiensi dalam penggunaan kas (Kristiadi, 2015). Dengan
demikian efesiensi penggunaan kas dapat diketahui dari tingkat perputaran kasnya.

2.1.5 Kredit (Loan)


Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 (pasal 21 ayat 11) tentang
Perubahan Undang-Undang No. 7/1992 tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara ban dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Dalam Undang-Undang No. 10/1998 (pasal 21 ayat 11), kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak yang lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Sudirman
(2016) kredit merupakan aktiva produktif yang penggunaan/penyaluran dana berupa penanaman
dana bank seperti pembelian saham atau obligasi, dan penempatan dana bank seperti menyimpan
di bank lain sehingga mendatangkan penghasilan bagi bank. Kredit yang disalurkan oleh bank
kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk penggunaan dana bank yang menghasilkan
pendapatan bank yang berupa bunga kredit. Menurut Taswan (2015) aktiva produktif (earning
assets) adalah penanaman dana bank baik dalam valuta rupiah maupum valuta asing dalam
bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, termasuk komitmen dan
kontijensi pada transaksi rekening administratif. Aktiva produktif berfungsi untuk memperoleh
pendapataan utama bank. Pengelolaan dana dalam aktiva produktif merupakan sumber
pendapatan yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional bank termasuk
biaya bunga, biaya tenaga kerja dan biaya operasional lainnya.

250
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Menurut Rusyadi (2016) kredit dalam arti luas dapat diartikan dengan kepercayaan. Hal ini
berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima
kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disetujui bersama. Sedangkan bagi penerima,
kredit merupakan penerima kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar
sesuai jangka waktu. Kesepakatan antara bank (creditor) dengan nasabah penerima kredit
(debitur) disebut perjanjian kredit. Perjanjian kredit mencakup hak dan kewajiban masing-
masing pihak termasuk jangka waktu dan bunga yang telah disepakati bersama serta masalah
saksi apabila penerima kredit atau debitur tidak menepati perjanjian yang telah dibuat bersama.

2.1.6 Tingkat Kredit yang Disalurkan


Fungsi utama dari sebuah BPR adalah mengumpulkan dana dari masyarakat berupa
tabungan dan deposito serta menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat. Semakin
banyak dana yang dihimpun dari masyarakat maka BPR harus sedapat mungkin menyalurkan
dana tersebut kembali ke masyarakat, karena dari penyaluran dana tersebut atau dapat dikatakan
dari pemberian kredit itulah BPR bias memperoleh pendapatan. Dalam lembaga perbanka, 75
persen penghasilan lembaga perbankan berasal dari pendapatan bunga (Simorangkir, 2016) itu
artinya jika BPR ingin mendapatkan penghasilan yang besar maka BPR harus mengoptimalkan
kreditnya.
Tingkat kredit yang disalurkan diukur dengan Loan to Deposit Ratio, Loan to deposit ratio
merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dan dana yang diterima oleh bank
(Sudirman, 2016).
Pengertian dana pihak ketiga adalah sebagai berikut :
1) Deposito dan tabungan yang meliputi sisa tabungan wajib dan tabungan sukarela milik
nasabah pada BPR.
2) Simpanan berjangka meliputi seluruh simpanan berjangka di BPR yang belum jatuh tempo
pada suatu tanggal tertentu.
3) Pinjaman yang diterima melalui pinjaman pihak lain.
4) Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.
5) Rupa-rupa pasiva.
6) Modal inti.
Rasio ini menggambarkan kemampuan BPR membayar kembali penarikan yang dilakukan
nasabah deposan dengan menganalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula likuiditas lembaga perbankan (Dendawijaya,
2015). Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu perbankan
adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100% atau menurut Kasmir
(2016), batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110%. Tujuan
penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh BPR
memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain
LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu lembaga
perbankan.

251
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

2.1.7 Pengertian Hutang


Munawir (2016) menyatakan hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada
pihak yang belum terpenuhi, dimana hutang itu merupakan sumber dana atau modal perusahaan.
Sedangkan menurut Singapuroko dan Shalahudin (2015) hutang adalah salah satu alat yang
digunakan oleh banyak perusahaan untuk meningkatkan modal mereka dalam rangka
meningkatkan keuntungan. Tarjo (2015) juga mengatakan suatu perusahaan agar dapat
menghasilkan laba dengan maksimal harus bisa efektif dan efesien dalam menggunakannya.
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung untuk memperkecil hutang.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hutang adalah semua kewajiban kepada
pihak ketiga atau masyarakat yang belum terpenuhi yang merupakan sumber dana atau modal
bagi BPR.
Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Hutang lancar (hutang jangka pendek)
Hutang lancar yaitu kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya
akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan
aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Hutang tidak lancar (hutang jangka panjang)
Hutang tidak lancar yaitu kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh
temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca).

2.1.8 Efektivitas Pengelolaan Hutang


Muljono (2015) menyatakan pengelolaan hutang bagi manajemen relatif lebih mudah dapat
dikendalikan dari pada aktiva karena lebih sulit bagi lembaga keuangan untuk membatasi dan
memastikan pihak-pihak yang menanamkan modalnya. Selain itu Muljono juga mengatakan
pengelolaan hutang akan tampak pada perhitungan spread management yakni selisih antara
Return On Total Asset dengan Cost Of Debt. Adapun rumus perhitungannya adalah : Menurut
Muljono (2015) yang dimaksud dengan :
1) Earning Before Interest an Tax (EBIT) yaitu laba sebelum dikurangi pajak dan biaya bunga
yang dibayar oleh BPR.
2) Total Asets yaitu jumlah asets bank secara keseluruhan yang dimiliki oleh BPR bersangkutan.
3) Total Interest Expense yaitu seluruh biaya bunga yang dibayar oleh BPR kepada pihak ketiga.
4) Total Debt yaitu seluruh hutang yang dimiliki oleh BPR.

2.1.9 Analisis Laporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas
perusahaan. Laporan keuangan biasanya diperoleh dari proses berjalannnya sistem akuntansi.
Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang dikandung suatu
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjafi selama tahun buku yang bersangkutan (Badriwan,
2015). Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam
suatu periode. Adapun macam-macam laporan keuangan (Kasmir, 2016) adalah sebagai berikut :
1. Laba rugi

252
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode
tertentu. Artinya laporan laba rugi haris dibuat dalam suatu siklus operasi atau peiode tertentu
guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga
dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. Informasi yang disajikan
perusahaan dalam laporan laba rugi (Kasmir,2016) meliputi :
1) Jenis-jenis pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode
2) Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan
3) Jumlah keseluruhan pendapatan
4) Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode
5) Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan
6) Jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
7) Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan biaya. Selisih ini
disebut laba atau rugi.

2. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang),
dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Pembuatan neraca biasanya
dibuat berdasarkan periode tertentu (tahunan). Dalam neraca disajikan berbagai informasi
yang berkaitan dengan komponen yang ada di neraca (Kasmir,2016) meliputi :
1) Jenis-jenis aktiva atau harta (assets) yang dimiliki
2) Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva
3) Jenis-jenis kewajiban atau utang (liability)
4) Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban
5) Jenis-jenis modal (equity)
6) Jumlah rupiah masing-masing jenis modal
3. Laporan perubahan modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal yang
dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga menunjukkan perubahaan modal
serta sebab-sebab berubahnya modal. Informasi yang diberikan dalam laporan perubahan
modal (Kasmir,2016) meliputi :
1) Jenis-jenis dan jumlah modal yang ada saat ini
2) Jumlah rupiah tiap jenis modal
3) Jumlah rupiah modal yang berubah
4) Sebab-sebab berubahnya modal
5) Jumlah rupiah modal sesudah perubahan
4. Laporan arus kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas
keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain,
sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik
arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.
5. Laporan catatan atas laporan keuangan

253
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan
laporan keuangan yang disajikan. Lporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang
dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya.
Tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Ada beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan
laporan keuangan (Kasmir,2016) yaitu :
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan
pada saat ini.
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki
perusahaan saat ini.
c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu
periode tertentu.
d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan
dalam suatu periode tertentu.
e. Membeikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva,
dan modal perusahaan.
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.
g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
h. Informasi keuangan lainnya
Dari laporan keuangan akan tergambar kondisi keuangan suatu perusahaan yang dapat
memudahkan manajemen dalam menilai kinerja manajemen perusahaan. Penilaian kinerja akan
menjadi patokan atau ukuran apakah manajemen mampu atau berhasil dalam menjalankan
kebijakan yang telah digariskan (Kasmir,2016). Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti
sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis laporan
keuangan. Tujuan utama analisislaporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi
keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, akan terlihat apakah
perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak (Kasmir,2016).
Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan
teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat pula (Kasmir,2016).
Kegiatan dalam menganalisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menentukan
dan mengukur antara pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan. Kemudian, analisis laporan
keuangan juga dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang dimiliki dalam satu
periode. Disamping itu, analisis laporan keuangan dapat dilakukan pula antara beberapa periode.
Analisis laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah menganalisis antara
pos-pos yang ada dalam satu laporan atau dapat pula dilakukan antara satu laporan dengan
laporan yang lainnya. Hal ini dilakukan agar lebih tepat dala menilai kemajuan atau kinerja
manajemen dari periode ke periode selanjutnya (Kasmir,2016). Ada beberapa tujuan dan manfaat
bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan (Kasmir,2016) meliputi :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta
kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah tercapai untuk beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

254
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang
berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini
5. Unuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak
karena sudah dianggap berhasil atau gagal
6. Dapat juga digunakan sebagai pembaning dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang
mereka capai
Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik analisis yang
tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat adalah agar laporan keuangan
tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Sebelum melakukan analisis laporan keuangan,
diperlukan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan. Menurut Kasmir (2016) langkah atau
prosedur yang dilakukan dalam analisis keuangan adalah :
1. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan selengkap mungkin, baik
untuk satu periode maupun beberaa periode.
2. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan-perhitungan dengan rumus-rumus
tertentu, sesuai dengan standar yang biasa digunakan secara cermat dan teliti, sehingga hasil
yang diperoleh benar-benar tepat
3. Melakukan perhitungan dengan memasukan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan
secara cermat
4. Memberikan intepretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat
5. Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan
6. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis tersebut.
Ada dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai (Kasmir,2016) yaitu:
1. Analisis Vertikal (statis)
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan
keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode saja dan
tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode tidak diketahui.
2. Analisis Horizontal (dinamis)
Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan
keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis akan terlihat perkembangan perusahaan
dari periode satu ke periode yang lain.

Disamping metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan, terdapat


beberapa jenis teknik analisis laporan keuangan. Adapun jenis-jenis teknik analisis laporan
keuangan yang dapat dilakukan (Kasmir,2016) adalah sebagai berikut :
1. Analisis perbandingan antara laporan keuangan
2. Analisis tren
3. Analisis persentasi perkomponen
4. Analisis sumber dan penggunaan dana
5. Analisis sumber dan penggunaan kas
6. Analisis rasio
7. Analisis kredit
8. Analisis laba kotor
9. Analisis titik pulang pokok atau titik impas (break even point)

255
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Hasil analisis laporan keuangan akan memberikan informasi tentang kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen akan dapat
memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian kekuatan yang dimiliki perusahaan
harus dipertahankan atau ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya ke depan.
Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, akan tergambar kinerja manajemen
selama ini (Kasmir,2016).

2.1.10 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan suatu lembaga keuangan dalam menghasilkan laba dari
modal yang dimiliki, atau dapat dikatakan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan
modal saham yang tertentu (Hanafi, 2015). Menurut Sennahati (2016) berpendapat
Profitabilitas atau efesiensi adalah rasio untuk mengukur efesiensi penggunaan aktiva
perusahaan atau mungkin juga dikaitkan dengan efesiensi penjualan yang berhasil diciptakan.
Laba menjadi faktor utama karena sebagai dominasi utama untuk membuat keputusan tepat
yang harus dilakukan oleh manajemen demi kelangsungan hidup perusahaan selanjutnya
(Lintner, 2015).
Menurut Riyanto (2016), Profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu atau rentabilitas suatu perusahaan
diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan
jumlah aktiva atau modal perusahaan tersebut. Klana dalam Wardana (2014) menyatakan
profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada
saat menjalankan operasinya.
Tarigan dan Hasan (2015) berpendapat bahwa profitabilitas merupakan rasio yang
membandingkan laba dengan penjualan dan investasi. Performa manajerial dari setiap
perusahaan akan dikatakan baik apabila tingkat profitabilitas perusahaan yang dikelolanya
tinggi atau dalam kata lain maksimal, dimana profitabilitas ini umumnya selalu diukur dengan
membandingkan laba yang diperoleh perusahaan seperti jumlah aktiva perusahaan maupun
penjualan dan investasi, sehingga dapat diketahui efektivitas pengelolaan keuangan dan aktiva
oleh perusahaan. Sedangkan Ikbal dkk, (2015) menyatakan profitabilitas adalah tingkat
keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya.
Peningkatan laba yang stabil dari suatu perusahaan menunjukkan bahwa pertumbuhan laba
perusahaan baik (Putri dan Syafitri, 2016).
Profitabilitas merupakan perbandingan antara laba yang diperoleh dengan modal yang
dipakai untuk menghasilkan laba, maka dengan demikian tingkat profitabilitas yang tinggi
dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi pula. Laba yang besar belum merupakan ukuran
bahwa perusahaan sudah bekerja secara efisiensi. Efisiensi baru dapat diketahui dengan
membandingkan laba yang diperoleh tersebut dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan
laba tersebut, atau menghitung profitabilitas, sehingga yang harus diperhatikan adalah
bagaimana mendapatkan titik profitabilitas yang maksimal dari laba yang maksimal.

256
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

2.1.11 Hubungan Antara Tingkat Perputaran Kas dengan Profitabilitas


Kas merupakan aktiva yang paling likuid untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, makin
besar kas yang ada dalam perusahaan berarti makin tinggi likuiditasnya. Ini berarti bahwa
perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban
finansialnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan
persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas berarti semakin banyak uang yang
menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitas, maka perusahaan berusaha agar semua
persedian kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja. Jika perusahaan itu dalam
keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.

2.1.12 Hubungan Antara Efektivitas Pengelolaan Hutang dengan Profitabilitas


Hutang merupakan instrumen yang sangat sensitif terhadap nilai perusahaan, semankin
tinggi proporsi hutang, maka semankin tinggi juga harga saham. Namun pada titik tertentu
peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari
penggunaan hutang lebih kecil dari pada biaya yang ditimbulkan oleh hutang itu sendiri (Irawan,
2012). Hartono (2012), menyebutkan bahwa hutang itu mengandung risiko. Semakin tinggi
risiko perusahaan, semakin tinggi tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan
terhadap tingginya risiko dan sebaliknya. Semakin rendah risiko perusahaan, semakin rendah
tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan rendahnya risiko. Dalam hal ini efektivitas
pengelolaan hutang sangat erat kaitannya dengan profitabilitas dimana, setiap perusahaan
mengelola hutang dengan tetap memikirkan risiko profit kedepannya. Semakin efektif
manajemen lembaga keuangan dalam mengelola hutangnya, maka profitabilitas juga akan
meningkat.

2.1.13 Hubungan Antara Tingkat Kredit yang disalurkan dengan Profitabilitas


Bagi perusahaan maupun bank, kredit merupakan sumber utama penghasilan, sekaligus
sumber resiko operasi bisnis terbesar. Sebagian besar dana operasional bank diputarkan dalam
bentuk kredit. Oleh karena tujuan utama didirikannya suatu bank adalah untuk pencapaian
profitabilitas yang maksimal, maka perlu dilakukan pengelolaan perbankan secara profesional
terutama dalam sektor perkreditannya. Dengan dilakukannya pengelolaan kredit secara
professional diharapkan dapat meningkatkan likuiditas dan profitabilitas bank, karena
profitabilitas yang tinggi menunjukkan kinerja perbankan yang tinggi pula. Hubungan antara
tingkat kredit yang diberikan dengan profitabilitas suatu perusahaan adalah semakin banyak bank
menyalurkan kredit ini maka semakin banyak pendapatan bunga yang akan diperoleh. Ketika
pendapatan yang diterima meningkat yang nantinya dapat mempengaruhi jumlah laba, baik
deviden dan laba ditahan. Hal ini tentu saja meningkatkan pertumbuhan modal dan akhirnya
dapat meningkatkan sumber dana untuk menyalurkan kreditnya.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya


Penelitian ini dilaksanakan dengan mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan adalah :
1) Irma (2011) meneliti Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Tingkat Perputaran Kas, Pertumbuhan
Jumlah Nasabah, Leverage Management dan Spread Management terhadap Profitabilitas

257
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli periode 2008-2010.


Hasil analisis menunjukkan variabel tingkat perputaran kas, dan pertumbuhan jumlah nasabah
secara parsial berpengaruh tidak signifikan pada Profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa di
Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli periode 2008-2010. Sedangkan variabel spread
management secara parsial berpengaruh signifikan pada profitabilitas Lembaga Perkreditan
Desa di Kecamanatan Kintamani Kabupaten Bangli periode 2008-2010.
2) Nina (2011) meneliti Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan
Terhadap Profitabilitas Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia periode 2008-
2010. Hasil analisis menunnjukkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran
persediaan berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas pada perusahaan food and
beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Perputaran kas tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas, sedangkan perputaran piutang dan
perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan food and
beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010.
3) Prawira (2012) meneliti Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Pertumbuhan Kredit, dan Rasio
BOPO pada Profitabilitas LPD di Kota Denpasar Periode 2006-2010. Hasil analisis
menunjukkan bahwa Tingkat perputaran kas, pertumbuhan kredit, dan rasio BOPO, secara
simultan (serempak) berpengaruh signifikan pada profitabilitas LPD di Kota Denpasar periode
2006-2010.
4) Sumantri (2012) meneliti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Perusahaan (Studi
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI Tahun 2006-2010). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perputaran persediaan dan rasio lancar mempunyai koefisien regresi yang
negatif, sedangkan ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi yang positif. Hal ini berarti
bahwa perusahaan dengan periode perputaran persediaan dan perusahaan dengan ukuran
perusahaan yang tinggi akan menghasilkan ROA yang tinggi.
5) Deni (2012) meneliti Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran
Persediaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan secara serentak berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
6) Gita (2013) meneliti Pengaruh Kredit yang Diberikan, Likuiditas dan Kecukupan Modal
terhadap Profitabilitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa kredit yang diberikan berpengaruh
signifikan negatif terhadap profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa Kredit yang diberikan
yang diproksikan dengan menghitung proporsi kredit yang diberikan dari total aset (X 1)
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.
7) Pangesti (2013) meneliti Pengaruh Perputaran Kas, Piutang dan Persediaan terhadap
Profitabilitas dan Likuiditas pada perusahaan Tekstil dan Garment yang terdaftar di BEI. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Perputaran kas secara parsial tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas, Perputaran piutang secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas, Perputaran
persediaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, Perputaran kas secara
parsial tidak berpengaruh terhadap likuiditas, Perputaran piutang secara parsial tidak
berpengaruh terhadap likuiditas, Perputaran persediaan secara parsial berpengaruh terhadap

258
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

likuiditas pada perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI selama tahun 2007 sampai
2010.
8) Rizkiyanti dan Musmini (2013) meneliti Pengaruh Perputaran Kas terhadap Profitabilitas pada
PT Tirta Mumbul Jaya Abadi Singaraja Periode 2008-2012. Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa perputaran kas secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas,
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
9) Santoso (2013) meneliti Perputaran modal kerja dan perputaran piutang pengaruhnya terhadap
profitabilitas pada PT. Pegadaian (PERSERO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
simultan perputaran modal kerja dan perputaran piutang pada PT. Pegadaian (Persero) periode
2000-2011 berpengaruh signifikan terhadap net profit margin. Sedangkan secara parsial
perputaran modal kerja pada PT. Pegadaian (Persero) periode 2000-2011 tidak memiliki
hubungan yang signifikan terhadap net profit margin namun, perputaran piutang memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap net profit margin pada PT. Pegadaian (Persero) Periode
2000-2011.
10) Prakoso (2014) meneliti bahwa Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Piutang
terhadap Profitabilitas (Studi pada Perusahaan Pembiayaan Listing di BEI Periode 2009-2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran modal kerja dan perputaran piutang secara
simultan berpengaruh terhadap profitabilitas, secara parsial perputaran modal kerja berpengaruh
terhadap profitabilitas, perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas pada Perusahaan
Pembiayaan Listing di BEI Periode 2009-2013.
11) Agustini (2014) meneliti Pengaruh Perputaran Kas dan Piutang terhadap Rentabilitas ekonomis
pada Koperasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan
perputaran kas dan piutang terhadap rentabilitas ekonomis, ada pengaruh positif dan signifikan
perputaran kas terhadap perputaran piutang, ada pengaruh positif perputaran kas terhadap
rentabilitas ekonomis, dan ada pengaruh negatif dan signifikan perputaran piutang terhadap
rentabilitas ekonomis pada koperasi.
12) Wardana (2014) meneliti Tingkat Perputaran Kas, Efektivitas Pengelolaan Hutang, dan Tingkat
Kredit yang disalurkan terhadap Profitabilitas BPR di Kabupaten Buleleng periode 2008-2012.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas dan tingkat kredit yang disalurkan berpengaruh signifikan
pada profitabilitas BPR di Kabupaten Buleleng periode 2008-2012.
13) Yuliani (2014) meneliti Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan
PT. Unillever Indonesia Tbk tahun 2005-2012. Hasil analisis menunjukkan bahwa perputaran
piutang berpengaruh signifikan pada profitabilitas PT. Unillever Indonesia Tbk. Tahun 2005-
2012.
14) Mulyana (2014) meneliti Pengaruh Perputaran Kas Dan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perputaran Kas berpengaruh signifikan
terhadap tingkat Profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2009-2013, Modal Kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
Profitabilitas perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2009-2013.

259
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

15) Kristiadi (2015) meneliti Pengaruh Kredit yang Disalurkan dan Biaya Operasional terhadap
Laba Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Kecamatan Kerambitan tahun 2013-2014. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh secara simultan dari kredit yang disalurkan dan
biaya operasional terhadap laba pada LPD di Kecamatan Kerambitan tahun 2013-2014.
16) Susanto (2015) meneliti Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Asuransi
Yang Terdaftar Di Bei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran piutang berhubungan
positif dan signifikan terhadap ROI. Sedangkan perputaran kas berpengaruh positif tapi tidak
signifikan terhadap ROI. Secara simultan dengan menggunakan uji F menunjukkan perputaran
kas dan perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap ROI pada Perusahaan Asuransi
Yang Terdaftar Di Bei.
17) Diana (2016) meneliti Pengaruh Perputaran Kas, Piutang, Persediaan terhadap Profitabilitas
pada perusahaan semen di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran kas
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sedang perputaran piutang dan perputaran
persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan semen di BEI.
18) Syafitri (2016) meneliti Pengaruh Debt to Equity Ratio (Der), Perputaran Kas Dan Perputaran
Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Koperasi Di Kota Palu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Debt To Equity Ratio (DER), Perputaran Kas, dan Perputaran Piutang
secara simultan berpengaruh positif dan siginifikan terhadap Rentabilitas Ekonomi pada
Koperasi di Kota Palu, Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Koperasi di Kota Palu, Perputaran Kas dan Perputaran
Piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Koperasi di
Kota Palu.
19) Damanik (2017) meneliti Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Piutang dalam
Meningkatkan Laba Bersih Pada PT Indofood Suka Makmur Tbk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara parsial perputaran kas berpengaruh positif dan signifikan dalam
meningkatkan laba bersih, secara parsial perputaran piutang berpengaruh positif dan signifikan
dalam meningkatkan laba bersih, perputaran kas dan perputaran piutang secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada PT Indofood Suka Makmur Tbk.
20) Handayani (2018) meneliti Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran
Piutang terhadap Profitabilitas pada PT Mayora Indah Tbk. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang berpengaruh secara simultan
terhadap profitabilitas pada PT. Mayora Indah (Persero)Tbk.
Adapun persamaan antara penelitian-penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
meneliti tentang profitabilitas perusahaan dan pada teknik analisisnya yang menggunakan teknik
analisis regresi linear berganda. Adapun perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan
penelitian ini adalah penggunaan beberapa variable yang berbeda, lokasi penelitian, lembaga
keuangan yang diteliti dan periode penelitiannya.

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN RUMUSAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir


Tujuan utama suatu perusahaan atau lembaga keuangan adalah mencapai laba atau
profitabilitas. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai salah satu lembaga keuangan yang ikut

260
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat berperan aktif dalam membantu meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Salah satu dasar penilaian mengenai kondisi keuangan dapat dilihat pada
tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu dapat ditentukan dari profitabilitas lembaga
keuangan tersebut.
Performa manajerial dari setiap perusahaan akan dikatakan baik apabila tingkat profitabilitas
perusahaan yang dikelolanya tinggi atau dalam kata lain maksimal, dimana profitabilitas ini
umumnya selalu diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan seperti jumlah
aktiva perusahaan maupun penjualan dan investasi, sehingga dapat diketahui efektivitas pengelolaan
keuangan dan aktiva oleh perusahaan. Untuk menghasilkan laba yang maksimal pada lembaga
keuangan profitabilitas dapat diukur dengan melihat tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan
hutang dan tingkat kredit yang disalurkan. Berdasarkan teori sinyal, manajemen perusahaan yang
memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana seharusnya kondisi sebuah perusahaan
dan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan yang menyatakan bahwa perusahaan
tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Sinyal yang diberikan dapat melalui pengungkapan
informasi akuntansi pada laporan keuangan. Dengan cara mengukur tingkat perputaran kas melalui
pemanfaatkan kas agar tidak banyak yang menganggur, efektivitas pengelolaan hutang, dan tingkat
kredit yang disalurkan maka dapat memberikan sinyal kepada investor agar menanamkan modalnya
dan juga dapat memberikan kontribusi positif terhadap profitabilitas suatu lembaga keuangan.
Berdasarkan pemaparan diatas, kerangka berpikir yang dapat disajikan adalah dalam gambar
3.1 sebagai berikut.
Gambar 3. 1
Kerangka Berpikir Pengaruh Tingkat Perputaran Kas,
Efektivitas Pengelolaan Hutang dan Tingkat Kredit yang Disalurkan Terhadap Profitabilitas
Pada Bank Perkreditan Rakyat di
Kabupaten Tabanan

Sumber : Hasil Pemikiran Peneliti (2018)

3.2 Rumusan Hipotesis


3.2.1 Pengaruh tingkat perputaran kas terhadap profitabilitas
Perputaran kas merupakan perbandingan antara penjualan bersih dengan jumlah rata-rata kas.
Irman (2012) menyatakan bahwa perputaran kas menunjukkan kemampuan kas dalam
menghasilkan pendapatan, sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu
periode tertentu. Semakin tinggi perputaran kas, ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan

261
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Semakin besar jumlah kas
menunjukkan semakin rendah tingkat perputaran kasnya. Siklus perputaran kas yang lebih lama
akan merugikan probabilitas perusahaan. Kas pada suatu perusahaan tidak harus besar, karena
kas yang besar dimiliki suatu perusahaan dapat dinyatakan kas itu banyak yang menganggur
sehingga dapat memperkecil profitabilitas (Riyanto,2016). Menurut Irman (2012) variabel
perputaran kas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas. T-hitung bernilai
minus disebabkan oleh semakin meningkatnya perputaran kas sebesar 1 kali jusru akan
menurunkan efisiensi usaha hal ini terjadi karena adanya kas yang digunakan untuk kepentingan
lain seperti kas digunakan untuk menutupi kerugian yang disebabkan oleh adanya piutang tak
tertagih, kas digunakan untuk pemeliharaan persediaan yang menumpuk digudang dan kas juga
digunakan oleh pemilik modal. Sedangkan menurut Diana (2016) tingkat perputaran kas
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian yang sama juga diperoleh oleh
penelitian Prawira (2012) dan Putri (2013). Hubungan yang searah ditunjukkan dari koefisien
regresi yang bernilai positif antara tingkat perputaran kas dengan profitabilitas, jika tingkat
perputaran kas meningkat maka profitabilitas juga akan meningkat, karena dengan tingkat
perputaran kas yang tinggi telah menunjukkan bahwa terjadinya volume
transaksi yang tinggi, dengan tingkat pendapatan yang lebih besar akan
memberikan kemungkinan laba yang lebih besar sepanjang biaya operasional
tidak meningkat. Peningkatan laba yang diterima akan membuat tingkat profitabilitas menjadi
meningkat. Semakin banyak transaksi yang dilakukan perusahaan tentu akan meningkatkan
volume penjualan, dengan penjualan yang meningkat akan memberikan keuntungan atau
meningkatnya profitabilitas perusahaan dan perputaran kas juga akan mengalami kenaikan.
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian diatas maka hipotesis yang dapat dikembangkan
adalah sebagai berikut:
H1 : Tingkat Perputaran Kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada bank BPR
di Kabupaten Tabanan.

3.2.2 Pengaruh efektivitas pengelolaan hutang terhadap profitabilitas


Pengelolaan hutang bagi manajemen relatif lebih mudah dapat dikendalikan dari pada aktiva
karena lebih sulit bagi lembaga keuangan untuk membatasi dan memastikan pihak-pihak yang
menanamkan modalnya (Muljono 2015). Menurut Wardana (2014) efektivitas pengelolaan
hutang tidak berpengaruh signifikan pada profitabilitas hal ini berarti efektivitas pengelolaan
hutang kurang efektif atau masih rendah, penelitian ini sejalan dengan penelitian Diana (2012).
Semakin tinggi ROA semakin tinggi potensi pertumbuhan perusahaan, dan semakin tinggi nilai
spread management menunjukkan semakin efektif pengelolaan hutang. Hal ini dikarenakan
penghasilan lembaga keuangan atas total asetnya akan melebihi biaya bunga yang harus
dibayarkan kepada penabung, sehingga semakin efektif manajemen lembaga keuangan dalam
mengelola hutangnya, maka profitabilitas juga akan meningkat. Berdasarkan landasan teori dan
hasil penelitian diatas maka hipotesis yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:
H2 : Efektivitas Pengelolaan Hutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada
bank BPR di Kabupaten Tabanan.

262
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

3.2.3 Pengaruh Tingkat Kredit yang disalurkan terhadap profitabilitas

Kredit merupakan aktiva produktif yang penggunaan/penyaluran dana berupa penanaman


dana bank seperti pembelian saham atau obligasi, dan penempatan dana bank seperti menyimpan
di bank lain sehingga mendatangkan penghasilan bagi bank. Kredit yang disalurkan oleh bank
kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk penggunaan dana bank yang menghasilkan
pendapatan bank yang berupa bunga kredit (Sudirman 2013). Menurut penelitian Risha (2013)
kredit yang disalurkan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Pada penelitian Martha (2015)
menunjukkan ada pengaruh antara kredit yang disalurkan terhadap profitabilitas hal ini
mengindikasikan bahwa semakin besar jumlah kredit yang diberikan, maka semakin besar pula
pendapatan bunga yang akan diperoleh setiap perusahaan. Penghasilan bunga dari penyaluran
kredit ini merupakan pendapatan utama dari perusahaan perbankan. Peningkatan pendapatan ini
nantinya juga akan mempengaruhi jumlah laba yang akan diperoleh perusahaan. Semakin tinggi
pemberian kredit, maka laba yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Berdasarkan landasan teori
dan hasil penelitian diatas maka hipotesis yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:
H3 : Tingkat Kredit yang disalurkan berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada bank
BPR di Kabupaten Tabanan.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada BPR yang berada di wilayah Kabupaten Tabanan karena pada
tahun 2012-2016 relatif mengalami perkembangan yang cukup berarti dari total asetnya dan salah
satu BPR yang berada di Kabupaten Tabanan yaitu PT. BPR Dewata Indobank merupakan BPR
yang memiliki asset terbesar di Kabupaten Tabanan. Maka dari itu saya ingin meneliti profitabilitas
BPR di Kabupaten Tabanan. Kabupaten Tabanan terdapat 19 BPR yang menyebar di beberapa
kecamatan yaitu:
1) PT. BPR Sari Dananiaga
2) PT. BPR Kertha Warga
3) PT. BPR Amerta Sari
4) PT. BPR Penebel
5) PT. BPR Sedana Murni
6) PT. BPR Sedana Yasa
7) PT. BPR Ayunulus
8) PT. BPR Bunga Sutra Mas
9) PT. BPR Luhur Pucak Sari
10) PT. BPR Artha Adyamurthi
11) PT. BPR Sewu Bali
12) PT. BPR Restu Dewata
13) PT. BPR Prisma Bali
14) PT. BPR Bumi Prima Dana
15) PT. BPR Dharmawarga Utama
16) PT. BPR Jero Anom

263
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

17) PT. BPR Luhur Damai


18) PT. BPR Dewata IndoBank
19) PT. BPR Artha Budaya

4.2 Objek Penelitian


Objek penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2016). Objek penelitian dalam penelitian ini adalah BPR di Kabupaten Tabanan,
khususnya mengenai perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang, tingkat kredit yang disalurkan
dan profitabilitas pada BPR di Kabupaten Tabanan.

4.3 Identifikasi Variabel


Menurut Sugiyono (2014:59) variabel penelitian merupakan suatu atribut atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya. Berdasarkan hipotesis yang telah dikemukakan, maka variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

4.3.1 Variabel Independen (X)


Variabel Independen yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2014). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang, dan tingkat kredit yang disalurkan.

4.3.2 Variabel Dependen (Y)


Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel terikat
pada penelitian ini adalah Profitabilitas (Y).

4.4 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:
1) Tingkat Perputaran Kas (X1)
Tingkat perputaran kas merupakan periode berputarnya kas yang dimulai dari saat
diinverstasikan dalam kelompok modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Kas sebagai
unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas
yang dimiliki oleh perusahaan maka akan semakin rendah tingkat perputarannya. Menurut
Riyanto (2016) tingkat perputaran kas adalah perbandingan antara total pendapatan dengan
rata-rata kas. Dalam penelitian ini tingkat perputaran kas (dinyatakan dengan satuan kali)
diukur dengan rumus:

2) Efektivitas Pengelolaan Hutang (X2)


Efektivitas pengelolaan hutang adalah kemampuan manajemen BPR dalam mengelola dana
dari pihak ketiga. Menurut Muljono (2015) Efektivitas pengelolaan hutang akan nampak pada

264
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

perhitungan spread management yakni selisih antara return on total asets dengan cost of debt.
Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

3) Tingkat Kredit yang Disalurkan (X3)


Tingkat kredit yang disalurkan adalah besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit
dibandingkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan dari pihak ketiga ditambah modal sendiri
yang dimiliki. Menurut Susilo, dkk (2015) tingkat kredit yang disalurkan dapat dihitung dengan
Loan to Deposit Ratio, yang dimana LDR merupakan perbandingan antara jumlah dana yang
dikumpulkan dari pihak ketiga ditambah dengan modal sendiri. Rumus untuk menghitung loan
to deposit ratio dapat dijelaskan sebagai berikut:

4) Profitabilitas (Y)
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu lembaga keuangan dalam menghasilkan laba
dari modal yang dimiliki selama periode tertentu atau profitabilitas suatu perusahaan dapat
diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu
dengan jumlah aktiva atau modal perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase.
Dalam penelitian ini profitabilitas dihitung dengan rumus Return On Equity (ROE), yaitu
perbandingan laba perusahaan dengan modal sendiri. Rasio ini dipilih karena dapat
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal yang
dimiliki perusahaan itu sendiri. Rasio ini digunakan untuk menilai keseluruhan dari kinerja
bank (Susanto Iriani (2015)). ROE merupakan indikator penting bagi pemilik bank, karena
menentukan tingkat pengembalian modal atau investasi yang ditanamkan dalam industri
perbankan. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham
bahwa tingkat pengembalian investasi disektor perbankan makin tinggi. Angka ROE yang
tinggi akan menarik para pemegang saham untuk menambah modal. Tetapi angka ROE yang
tinggi pada tingkat industri akan mengundang investor baru untuk memasuki bisnis perbankan.

265
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Menurut Sartono (2016) perhitungan profitabilitas suatu bank dapat diukur dengan ROE yaitu
perbandingan laba setelah pajak dengan modal sendiri.

Dengan menganalisa ROE kita tidak hanya dapat menentukan besarnya penghasilan yang
didapat dari investasi modal yang kita keluarkan tapi kita juga dapat mengetahui lebih lanjut
kualitas penghasilan yang didapatkan dari perusahaan Walsh dalam Wisnu Wardana (2014).
Semakin tinggi rasio berarti semakin baik, karena mencerminkan pemanfaatan yang lebih
efektif dari dana pemegang saham.

4.5 Jenis dan Sumber Data


4.5.1 Jenis Data
Jenis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1) Data Kuantitatif
Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka yang dapat diukur dengan satuan
hitung. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam data kuantitatif adalah data mengenai
perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang dan tingkat kredit yang disalurkan pada BPR
yang terdaftar di Kabupaten Tabanan.
2) Data Kualitatif
Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar. Data Kualitatif
dalam penelitian ini adalah sejarah berdirinya BPR serta gambaran umum mengenai BPR.

4.5.2 Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan
data yang tidak diperoleh dari sumbernya langsung, tetapi diperoleh dari sumber-sumber lain baik
individu maupun dokumen. Data sekunder biasanya diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain. Data-data tersebut berupa laporan keuangan.

4.6 Metode Penentuan Sampel


4.6.1 Populasi
Sugiyono (2014:115) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karateritas tertentu. Yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
19 BPR kabupaten Tabanan yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan Bali (OJK).

4.6.2 Sampel
Sugiyono (2014:116) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi, sampel yang diambil harus benar-benar dapat mewakili populasinya. Untuk
menentukan sampling akan digunakan teknik Sampel Jenuh. Teknik sampel jenuh yaitu, teknik
yang pengambilan sampelnya dengan menggunakan seluruh data keuangan BPR Kabupaten
Tabanan.

266
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

4.7 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang berhubungan dengan topik penelitian dilakukan dengan cara
observasi non partisipan, yaitu teknik pengumpulan data dengan observasi/pengamatan dimana
peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono,2017:139).
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati, mencatat, serta
mempelajari uraian dari buku-buku, karya ilmiah berupa skripsi, artikel dan dokumen yang terdapat
di BPR Kabupaten Tabanan. Dalam penelitian ini, yang termasuk dalam metode observasi non
partisipan adalah laporan keuangan BPR per 31 Desember dari tahun 2012 sampai dengan 2016.

4.8 Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui pengaruh tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang dan
tingkat kredit yang disalurkan terhadap profitabilitas digunakan analisis regresi linier berganda.

4.8.1 Uji Asumsi Klasik


1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi variable bebas dan variable terikat
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
dan normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui distribusi data norma atau tidak dapat
dilakukan dengan menggunakan Statistic Kolmogorov-Smirnov. Data populasi dikatakan
berdistribusi normal jika koefisiensi Asymp.Sig lebih besar dari a = 0,05.
2) Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2016:138) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya kolerasi antar variable bebas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi kolerasi diantara variable bebas. Model regresi yang baik adalah bebas dari gejala
multikolinearitas. Untuk dapat mendeteksi ada atau tidaknya kolerasi antar sesame variable
bebas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai
tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinear.
Adanya gejala multikoliner sering diindikasikan oleh R 2 yang sangat besar atau uji F, yang
signifikan, tetapi tidak satupun variable bebas yang signifikan melalui uji parsial (t).
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mendeteksi adanya korelasi antara data pada masa
sebelumnya (t0) dengan data sesudahnya (t1) dan uji ini hanya dilakukan pada data time series
(runtut waktu), tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuisioner dimana
pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Uji
autokorelasi ini untuk melihat pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat, jadi tidak boleh
ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Model uji yang baik adalah
terbebas autokorelasi. Dalam penelitian ini uji autokorelasi menggunakan nilai Durbin Watson.
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,
2016:138). Model regresi yang baik adalah tidak mengandung gejala Heteroskedastisitas atau
mempunyai varians yang homogen. Jika suatu model regresi yang mengandung gejala

267
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Heteroskedastisitas akan memberikan hasil prediksi yang menyimpang. Uji Heteroskedastisitas


dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Apabila nilai koefisien regresi
dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi tidak signifikan secara statistik, maka
dapat disimpulkan tidak terjadi Heteroskedastisitas.

4.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda


Teknik analisis yang dipergunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah
regresi linier berganda. Regresi linier berganda adalah model statistik untuk menguji pengaruh
satu atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat (Ghozali, 2016:139). Analisis regresi
linier berganda ini digunakan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran mengenai pengaruh
tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang dan tingkat kredit yang disalurkan terhadap
profitabilitas pada BPR di Kabupaten Tabanan, dengan bantuan Statistical Package For Science
(SPSS).
Model analisis regresi linier berganda ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e …………………………….... (6)
Keterangan :
a = Bilangan Konstan
β1-2,3 = Koefisien Regresi
Y = Profitabilitas
X = Variabel Bebas
E = error
1) Uji Statistik F
Uji F dikenal dengan Uji serentak atau uji model Uji anova. Uji F ini dilakukan terlebih
dahulu dari uji t karena pada dasarnya Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji ini dilakukan agar mengetahui
apakah model regresi yang kita buat baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan. Jika
model signifikan maka model bias digunakan untuk prediksi/peramalan, sebaliknya jika
non/tidak signifikakn maka model regresi tidak bisa digunakan untuk peramalan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji F ini sebagai berikut :
a) Merumuskan Hipotesis
H0 : β1 = 0, berarti variabel bebas (X) secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat (Y)
H1 : β1 ? 0, berarti variabel bebas (X) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel terikat (Y)
b) Menentukan tingkat keyakinan = 95% dan a = 5% ; df = (k-1) ;(n-k) untuk menentukan F
table.
c) Menentukan besarnya F hitung, yang diperoleh dari hasil regresi dengan program SPSS.
d) Membandingkan F hitung dengan F table
Apabila F hitung > F table, maka H0 ditolak H1 diterima.
Apabila F hitung = F table maka H0 diterima dan H1 ditolak.
2) Uji t

268
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Analisis t-test pada dasarnya digunakan untuk menguji signifikansi masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikatnya secara parsial. Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a) Merumuskan Hipotesis
H0 : β1 = 0 (berarti tidak ada pengaruh X terhadap Y)
H1 : β1 ? 0 (berarti ada pengaruh X terhadap Y)
b) Menentukan tingkat keyakinan = 95% dan a = 5
c) Menentukan besarnya t hitung, yang diperoleh dari hasil regresi dengan program SPSS.
d) Membandingkan t hitung dengan t table
H0 diterima jika :
(a) t hitung = t table
(b) t hitung = -t table
H0 ditolak jika :
(a) t hitung > t table
(b) t hitung < -t table

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum


5.1.1 Gambaran Umum Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat yang biasa disingkat dengan BPR adalah salah satu jenis bank
yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah dengan lokasi yang pada
umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan Sejarah lembaga perkreditan
rakyat dimulai pada masa kolonial Belanda pada abad ke-19 dengan dibentuknya Lumbung
Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa, dengan tujuan membantu para petani,
pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat pelepas uang (rentenir) yang memberikan
kredit dengan bunga tinggi. Pasca kemerdekaan Indonesia, didirikan beberapa jenis lembaga
keuangan kecil dan lembaga keuangan di pedesaan seperti Bank Pasar, Bank Karya Produksi
Desa (BKPD), dan mulai awal 1970an, Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh
Pemerintah Daerah. Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988
(PAKTO 1988) melalui Keputusan Presiden RI No.38 yang menjadi momentum awal pendirian
BPR-BPR baru. Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan
usaha “Bank Perkreditan Rakyat” atau BPR. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.7
tentang Perbankan tahun 1992 (UU No.7/1992 tentang Perbankan), BPR diberikan landasan
hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum. Sesuai UU No.7/1992
tentang Perbankan, Lembaga Keuangan Bukan Bank yang telah memperoleh izin usaha dari
Menteri Keuangan dapat menyesuaikan kegiatan usahanya sebagai bank. Selain itu, dinyatakan
juga bahwa lembaga-lembaga keuangan kecil seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar,
Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD, dan lembaga-lembaga lainnya
yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan status sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan
dan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Selanjutnya
PP No.71/1992 memberikan jangka waktu sampai dengan 31 Oktober 1997 bagi lembaga-
lembaga keuangan tersebut untuk memenuhi persyaratan menjadi BPR. Sampai dengan batas

269
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

waktu yang ditetapkan, tidak seluruh lembaga keuangan tersebut dapat dikukuhkan sebagai BPR
karena tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan. BPR yang didirikan sesudah PAKTO
1988 maupun Lembaga Keuangan yang dikukuhkan menjadi BPR sesuai dengan PP No.71/1992,
tunduk pada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Perbankan dan peraturan-
peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas bank. Khusus Badan
Kredit Desa (BKD), meskipun lembaga tersebut sesuai UU No.7/1992 tentang Perbankan,
diberikan status sebagai BPR, namun karena organisasi dan manajemennya relatif sederhana,
lingkup usahanya sangat kecil, serta operasionalnya tidak setiap hari, maka pengaturan dan
pengawasan terhadap BKD pun tidak dapat disamakan dengan BPR. Dengan mempertimbangkan
karakteristik yang spesifik, jumlah dan sebarannya serta secara historis sebelum PAKTO 1988
pengawasan BKD dibawah kewenangan BRI maka pengawasan BKD dilakukan oleh BRI untuk
dan atas nama Bank Indonesia.

5.1.2 Fungsi dan Tujuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


1. Fungsi BPR
Adapun fungsi BPR adalah sebagai berikut :
a. Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak memiliki akses ke
bank umum.
b. Membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional agar
ekselarasi pembangunan di sektor pedesaan dapat lebih dipercepat.
c. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat pedesaan.
d. Mendidik dan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan lembaga
keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan rentenir.
2. Tujuan Pendirian BPR
Pendirian BPR memiliki tujuan, yaitu:
a. Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan bagi masyarakat
pedesaan.
b. Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan sehingga para petani,
nelayan dan para pedagang kecil di desa dapat terhindar dari lintah darat, pengijon dan
pelepas uang.
c. Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan
sesederhana mungkin sebab yang dilayani adalah orang-orang relatif rendah
pendidikannya.
d. Ikut serta memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut membantu rakyat
dalam berhemat dan menabung dengan menyediakan tempat yang dekat, aman, dan
mudah untuk menyimpan uang bagi penabung kecil.

5.1.3 Pengaturan dan Pembagian Tugas BPR, KUD, dan BRI


a. BPR yang terdapat di daerah pedesaan sebagai pengganti Bank Desa,
kedudukannya ditingkatkan ke kecamatan dan diadakan penggabungan Bank Desa yang ada
dan kegiatannya diarahkan kepada layanan kebutuhan kredit kecil untuk pengusaha,
pengrajin, pedagang kecil, atau kepada mereka yang tinggal dan berusaha di desa tersebut

270
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

tetapi tidak atau belum menjadi anggota KUD dan menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. KUD bekerja sebagai lembaga perkreditan kecil di desa yang memberikan pinjaman kepada
petani, peternak, dan nelayan yang menjadi anggotanya. Dana untuk pemberian kredit berasal
dari dana yang dihimpun dari anggota KUD dan kredit yang disalurkan oleh BRI dan BI.
c. BPR yang terdapat di daerah perkotaan adalah Bank Pasar, Bank Pegawai, atau bank yang
sejenis yang melayani kebutuhan kredit pengusaha dan pedagang kecil di pasar dan di
kampung. Sumber pembiayaan kredit ini adalah berasal dari dana masyarakat yang dihimpun
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
d. BRI melayani langsung kredit yang relatif besar atau kredit yang dipinjamkan kepada
pengusaha menengah di pedesaan atau di perkotaan.

5.2 Hasil dan Pembahasan


5.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui informasi tentang karakteristik variabel
penelitian antara lain minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi. Standar deviasi
merupakan perbedaan nilai data dengan nilai rata-ratanya. Berdasarkan hasil pengujian statistik
deskriptif dapat dilihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut:
Tabel 5. 1
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


X1 95 4.27 73.00 22.0042 15.35287
X2 95 -958942 2913.36 -10469.0 98347.48647
X3 95 24.50 1457.20 342.0832 334.59633
Y 95 .06 57.98 15.3768 14.47958
Valid N (listwise) 95

Lampiran 7 : Hasil Analisis Statistik Deskriptif


Sumber: Data diolah (2018)

Berdasarkan hasil statistik deskriptif Tabel 5.1 maka dapat diketahui bahwa :
1. Variabel Tingkat Perputaran Kas (X1) dengan N adalah 95 sampel memiliki nilai minimum
sebesar 4,27; nilai maximum sabesar 73,00; dan nilai rata-rata sebasar 22,00 dengan standar
deviation sebasar 15,35.
2. Variabel Efektivitas Pengelolaan Hutang (X2) dengan N adalah 95 sampel memiliki nilai
minimum sebesar -95,90; nilai maximum sebesar 2913,36; dan nilai rata-rata sebesar -
10469,0; dengan standar deviation sebesar 98347,5.
3. Variabel Tingkat Kredit yang Disalurkan (X3) dengan N adalah 95 sampel memiliki nilai
minimum sebesar 24,50; nilai maximum sebesar 1457,20; dan nilai rata-rata sebesar 342,08;
dengan standar deviation sebesar 334,60.

271
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

4. Variabel Profitabilitas (Y) dengan N adalah 95 sampel memiliki nilai minimum sebesar 0,06;
nilai maximum sebesar 57,98; dan nilai rata-rata sebesar 15,38; dengan standar deviation
sebesar 14,48.

5.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: uji normalitas, uji
multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas. Hasil uji asumsi klasik disajikan sebagai berikut:
1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, residu dari
persamaan regresi memiliki distribusi data yang normal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, data dikatakan berdistribusi normal
apabila memiliki nilai signifikansi > 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 5.2
sebagai berikut:
Tabel 5. 2
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov -Smirnov Test

Unstandardiz
ed Residual
N 95
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 6.81797930
Most Extreme Absolute .097
Differences Positive .097
Negative -.080
Kolmogorov-Smirnov Z .950
Asymp. Sig. (2-tailed) .328
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Lampiran 8 : Hasil Uji Normalitas


Sumber : Data Diolah (2018)

Berdasarkan Tabel 5.2 hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan
nilai sebesar 0,328 lebih besar dari 0,05. Hasil uji normalitas dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
2. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai Tolerance dan Varians Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF kurang dari 10
dan atau nilai Tolerance lebih dari 0,01 maka dapat disimpulkan dengan tegas bahwa tidak
terdapat masalah multikolinearitas. Dan sebaliknya maka dapat disimpulkan dengan tegas pula

272
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

bahwa multikolinearitas telah terjadi dalam model. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada
Tabel 5.3 sebagai berikut:
Tabel 5. 3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 1.912 1.404 1.362 .177
X1 .021 .047 .023 .456 .649 .983 1.018
X2 1.16E-006 .000 .008 .159 .874 .989 1.011
X3 .038 .002 .879 17.620 .000 .980 1.020
a. Dependent Variable: Y
Lampiran 9 :
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Data Diolah (2018)

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukan bahwa dari hasil uji multikolinearitas, memiliki nilai
VIF < 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi.

3. Hasil Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi dilakukan untuk mendeteksi adanya korelasi antara data pada masa
sebelumnya (t0) dengan data sesudahnya (t1) dan uji ini hanya dilakukan pada data time series
(runtut waktu), tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuisioner dimana
pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Model uji
yang baik adalah terbebas autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi,
digunakan metode Durbin Watson. Jika nilai Dw Test sudah ada, maka nilai tersebut
dibandingkan dengan nilai tabel dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen.
a. Bila du< dw (4-du), maka tidak terjadi autokorelasi.
b. Bila dw< dl maka terjadi autokorelasi positif.
c. Bila dw> (4-dl), maka terjadi autokorelasi negatif.
d. Bila dl< dw< du atau (4-du) < dw< (4-dl), maka tidak dapat ditarik kesimpulan mengenai
ada tidaknya autokorelasi.
Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut :
Tabel 5. 4
Model Summaryb

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 .882 a .778 .771 6.92945 1.713
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Hasil Uji Autokorelasi

273
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Lampiran 10 : Hasil Uji Heteroskedastisitas


Sumber : Data Diolah (2018)

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin
Watson sebesar 1,713 dari jumlah sampel 95 dengan jumlah variabel 3 (n = 95, k = 3) dan
tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian maka, dl = 1,6015 dan du = 1,7316. Dan du = 4-
1,7316 = 2,2684.
Dari hasil pengujian autokorelasi, maka dapat dinyatakan hasil uji autokorelasi dengan
nilai Durbin Watson sebesar du< dw< (4-du) atau 1,7316 < 1,713 < 2,2684. Hal ini berarti hasil
pengujian menghasilkan kesimpulan bahwa tidak terjadi autokorelasi antar tahun pengamatan
pada variabel independen model regresi.

4. Hasil Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang
baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kiteria dalam pengujian ini
yaitu jika nilai signifikansi dari variabel independen > 0,05 maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.5 sebagai berikut:
Tabel 5. 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.524 2.003 1.760 .082
X1 .095 .067 .147 1.415 .160
X2 4.82E-006 .000 .048 .462 .645
X3 .001 .003 .049 .469 .641
a. Dependent Variable: ABRES

Lampiran 11 : Hasil Uji Heteroskedastisitas


Sumber : Data Diolah (2018)

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa hasil uji heteroskedastisitas tidak ada variabel
independen yang nilai signifikansi secara statistik yang mempengaruhi variabel dependen
dengan nilai ABRES. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi masing-masing variabel > 0,05
yang artinya didalam model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

5.2.3 Uji Kelayakan Model


1. Koefesien Determinasi (Adjusted R2)

274
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

Koefesien determinasi digunakan untuk mengukur ketepatan atau kesesuaian garis regresi
terhadap sebaran datanya. Hasil dari koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 5.5
sebagai berikut:

Tabel 5. 6
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 .882 a .778 .771 6.92945 1.713
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y

Lampiran 12 : Koefisien Determinasi Adjusted R2


Sumber : Data Diolah (2018)

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui nilai Adjusted R2 sebesar 0,771. Artinya variabel
tingkat perputaran kas (X1), efektivitas pengelolaan hutang (X2), tingkat kredit yang disalurkan
(X3), mampu menjelaskan 77,10% variasi profitabilitas (Y), sedangkan sisanya 22,90%
dijelaskan variabel lain diluar model.
2. Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan)
Uji F bertujuan untuk menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan pada
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Hasil
uji F dapat diketahui dari tabel analisis varians (ANOVA), jika nilai F ≤ 0,05 maka variabel
independen secara simultan atau secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Hasil uji statistik F dapat dilihat pada Tabel 5.6 sebagai berikut:
Tabel 5. 7
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 15338.301 3 5112.767 106.478 .000 a
Residual 4369.575 91 48.017
Total 19707.876 94
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Lampiran 13 :
Hasil Uji Statistik F
Sumber: Data Diolah (2018)

Berdasarkan pada Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa uji ANOVA atau F test diperoleh nilai
signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi 0,000 ≤ 0,05; hal ini menunjukkan bahwa variabel

275
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

tingkat perputaran kas (X1), efektivitas pengelolaan hutang (X2), dan tingkat kredit yang
disalurkan (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas (Y).
3. Uji Statistik t (Uji Parsial)
Uji t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 atau 5%. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah: jika p value ≤ 0,05 maka dapat dikatakan variabel independen (X) berpengaruh
terhadap dependen (Y), sedangkan jika p value > 0,05 maka dapat dikatakan variabel independen
(X) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Kriteria untuk arah variabel, jika koefisien
(+) maka berpengaruh positif, jika koefisien (-) maka berpengaruh negatif. Hasil uji statistik t
dapat dilihat pada Tabel 5.8 sebagai berikut:
Tabel 5. 8
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 1.912 1.404 1.362 .177
X1 .021 .047 .023 .456 .649 .983 1.018
X2 1.16E-006 .000 .008 .159 .874 .989 1.011
X3 .038 .002 .879 17.620 .000 .980 1.020
a. Dependent Variable: Y

Lampiran 14 : Hasil Uji Statistik t


Sumber : Data Diolah (2018)

Berdasarkan pada Tabel 5.8 hasil uji t dapat menjelaskan bahwa:


a. Hasil analisis menunjukan variabel tingkat perputaran kas terhadap profitabilitas memiliki nilai
t sebesar 0,456 dengan nilai signifikansi sebesar 0,649 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dapat
disimpulkan bahwa tingkat perputaran kas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, sehingga
H1 ditolak.
b. Hasil analisis menunjukan variabel efektivitas pengelolaan hutang terhadap profitabilitas
memiliki nilai t sebesar 0,159 dengan nilai signifikansi sebesar 0,874 yang berarti lebih besar
dari 0,05.Dapat disimpulkan bahwa efektivitas pengelolaan hutang tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas, sehingga H2 ditolak.
c. Hasil analisis menunjukan variabel tingkat kredit yang disalurkan terhadap profitabilitas
memiliki nilai t sebesar 17,620 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil
dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kredit yang disalurkan berpengaruh positif
terhadap profitabilitas, sehingga H3 diterima.

5.2.4 Analisis Regresi Linear Berganda


Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Model
analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat perputaran kas,
efektivitas pengelolaan hutang dan tingkat kredit yang disalukan terhadap profitabilitas pada
BPR di Kabupaten Tabanan periode 2012-2016. Dalam model analisis regresi linear berganda

276
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

yang digunakan sebagai variabel bebas adalah tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan
hutang dan tingkat kredit yang disalurkan, sedangkan variabel terikatnya adalah profitabilitas.
Hasil analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 5.9 sebagai berikut:
Tabel 5. 9
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 1.912 1.404 1.362 .177
X1 .021 .047 .023 .456 .649 .983 1.018
X2 1.16E-006 .000 .008 .159 .874 .989 1.011
X3 .038 .002 .879 17.620 .000 .980 1.020
a. Dependent Variable: Y

Lampiran 15 : Hasil Analisis Regresi Linear Berganda


Sumber : Data Diolah (2018)

Berdasarkan pada Tabel 5.9 dapat dilihat persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut:
Y = 1,912 +0,021X1 + 1,160000X2 + 0,038X3 ..………(6)
Keterangan:
Y = Profitabilitas
X1 = Tingkat Perputaran Kas
X2 = Efektivitas Pengelolaan Hutang
X3 = Tingkat Kredit yang disalurkan

Arti dari persamaan regresi linear berganda dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar 1,912 berarti apabila tingkat perputaran kas (X1), efektivitas
pengelolaan hutang (X2), dan tingkat kredit yang disalurkan (X3) sama dengan nol
(konstanta), maka profitabilitas (Y) sama dengan 1,912.
2. Tingkat kredit yang disalurkan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,038 ini berarti
apabila kredit yang disalurkan meningkat 1 satuan, maka profitabilitas (Y) akan meningkat
0,038 satuan dengan asumsi variabel lain konstanta.

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian


5.3.1 Pengaruh Tingkat Perputaran Kas terhadap Profitabilitas
Hipotesis pertama menyatakan bahwa tingkat perputaran kas berpengaruh positif terhadap
profitabilitas. Hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa tingkat perputaran kas tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas. Hal ini ditunjukkan dari nilai β sebesar 0,021 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,649 lebih besar dari 0,05 yang berarti tingkat perputaran kas tidak
memiliki pengaruh terhadap profitabilitas sehingga H1 ditolak.
Tinggi rendahnya tingkat perputaran kas pada BPR kabupaten Tabanan periode 2012-2016
tidak dapat mempengaruhi profitabilitas. Pada penelitian ini tingkat perputaran kas tidak

277
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

berpengaruh terhadap profitabilitas. Sebagian perusahaan berasumsi bahwa penjualan yang


meningkat akan memberikan keuntungan atau meningkatnya profitabilitas perusahaan dan
perputaran kas juga akan mengalami kenaikan. Namun banyak sedikitnya transaksi yang
dilakukan perusahaan belum tentu dapat meningkatkan volume penjualan. Siklus perputaran kas
yang lebih cepat belum tentu dapat meningkatkan probabilitas perusahaan. Kas pada suatu
perusahaan tidak harus besar, karena kas yang besar dimiliki suatu perusahaan dapat dinyatakan
kas itu banyak yang menganggur sehingga dapat memperkecil profitabilitas. Hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prawira (2012) yang menyatakan tingkat
perputaran kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Namun pernyataan ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardana (2014), Pangesti (2013) dan
Sufiana (2011) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran kas tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas.

5.3.2 Pengaruh Efektivitas Pengelolaan Hutang terhadap Profitabilitas


Hipotesis kedua menyatakan bahwa efektivitas pengelolaan hutang berpengaruh positif
terhadap profitabilitas. Hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa efektivitas pengelolaan
hutang tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Hal ini ditunjukkan dari nilai β sebesar 1,160000
dengan nilai signifikansi sebesar 0,874 lebih besar dari 0,05 yang berarti efektivitas pengelolaan
hutang tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas sehingga H2 ditolak.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang sigfnifikan
antara variabel pengelolaan hutang terhadap profitabilitas. Hal ini disebabkan karena pengelolaan
hutang bagi manajemen relatif lebih mudah dapat dikendalikan dari pada aktiva karena lebih sulit
bagi lembaga keuangan untuk membatasi dan memastikan pihak-pihak yang menanamkan
modalnya. Namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan
karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil dari pada biaya yang
ditimbulkan oleh hutang itu sendiri. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wardana (2014)
dan Diana (2016) yang menyatakan bahwa efektivitas pengelolaan hutang tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Melani (2017)
yang menyatakan bahwa pengelolaan hutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

5.3.3 Pengaruh Tingkat Kredit yang Disalurkan terhadap Profitabilitas


Hipotesis ketiga menyatakan bahwa tingkat kredit yang disalurkan berpengaruh positif
terhadap profitabilitas. Hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa nilai β sebesar 0,038
dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti tingkat kredit yang disalurkan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas sehingga H3 diterima.
Sebagian besar dana operasional bank diputarkan dalam bentuk kredit. Pengelolaan kredit
secara professional dapat meningkatkan likuiditas dan profitabilitas bank, karena profitabilitas
yang tinggi menunjukkan kinerja perbankan yang tinggi pula. Semakin banyak bank menyalurkan
kredit ini maka semakin banyak pendapatan bunga yang akan diperoleh. Hal ini tentu saja
meningkatkan pertumbuhan modal dan akhirnya dapat meningkatkan sumber dana untuk
menyalurkan kreditnya. Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Risha (2013) yang
menyatakan bahwa tingkat kredit yang disalurkan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.
Namun penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wardana (2014) dan Martha (2015) yang

278
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

menyatakan bahwa tingkat kredit yang disalurkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas.

BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Tingkat perputaran kas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada BPR di Kabupaten
Tabanan periode 2012-2016, hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan profitabilitas tidak
hanya dapat dipengaruhi oleh tingkat perputaran kas pada suatu perusahaan atau lembaga
keuangan. Hal ini dapat dikarenakan adanya over investment yaitu kelebihan kas yang dimiliki
oleh BPR sehingga efisiensi penggunaan kas tersebut tidak dapat digunakan secara maksimal.
Tingkat perputaran kas yang rendah akan membuat kas semakin besar, itu berarti semakin
banyak uang yang menganggur sehingga bisa memperkecil profitabilitas.
2. Efektivitas pengelolaan hutang tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada BPR di Kabupaten
Tabanan periode 2012-2016. Hal ini berarti efektivitas pengelolaan hutang pada BPR di
Kabupaten Tabanan kurang efektif atau masih rendah karena pengelolaan hutang bagi
manajemen relatif lebih mudah dapat dikendalikan dari pada aktiva karena lebih sulit bagi
lembaga keuangan untuk membatasi dan memastikan pihak-pihak yang menanamkan
modalnya..
3. Tingkat kredit yang disalurkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini
berarti manajemen BPR sudah menyalurkan kredit dengan baik. Jumlah kredit yang disalurkan
sudah besar, sehingga jumlah dana yang menganggur relatif sedikit dan penghasilan bunga
yang diperoleh relatif tinggi sehingga meningkatkan profitabilitas. Ini berarti semakin banyak
bank menyalurkan kredit maka semakin banyak pendapatan bunga yang akan diperoleh.
Semakin tinggi tingkat kredit yang disalurkan maka akan semakin meningkat profitabilitasnya.

6.2 Saran
Berdasarkan simpulan dan hasil analisis pada bab sebelumnya yang telah diuraikan, maka saran
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel-variabel yang berbeda yang
mungkin dapat mempengaruhi profitabilitas, misalnya variabel modal kerja, kecukupan modal,
pertumbuhan deposito, pertumbuhan tabungan, dan lain sebagainya.
2. Bagi pihak manajemen BPR sebaiknya memperhatikan jumlah kas yang dimiliki karena semakin
besar kas yang dimiliki atau menganggur itu berarti sangat rendah tingkat perputaran kasnya
sehingga mengakibatkan kecilnya profitabilitas. Selain itu pihak manajemen sebaiknya
memaksimalkan pengelolaan hutangnya karena semakin efisien atau efektif BPR dalam
mengelola hutang, maka profitabilitas juga akan meningkat.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah sampel seperti menggunakan Bank
Perkreditan Rakyat se-Bali atau perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
menambah tahun penelitian, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi.

279
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

DAFTAR PUSTAKA

1. Agustini, N. M. D., Bagia, I. W., & Yudiaatmaja, F. (2014). Pengaruh Perputaran Kas dan Piutang
Terhadap Rentabilitas Ekonomis pada Koperasi. Jurnal Jurusan Manajemen, 2(1).
2. Damanik, M. (2017). Pengaruh perputaran kas dan perputaran piutang dalam meningkatkan laba
bersih pada pt indofood suka makmur tbk (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara).
3. Deni, I. (2014). Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Perputaran Piutang Dan Perputaran Persediaan
Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). Riau. Pengaruh Efektivitas Modal
Kerja... Anggraeni, Dian P.
4. Diana, P. A., & Santoso, B. H. (2016). Pengaruh Perputaran Kas, Piutang, Persediaan terhadap
Profitabilitas pada perusahaan semen di BEI. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen, 5(3).
5. Gozhali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Spss. Universitas
Diponegoro.
6. Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat
.Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
7. Handayani, S. (2018).Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang
Terhadap Profitabilitas Pada PT. Mayora Indah Tbk. Jurnal Analisis Manajemen, 2(1).
8. Ikbal Muhammad, Sutrisno dan Ali Djamhuri, 2015. Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan
Insider terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Utang dan Kebijakan Deviden sebagai Variabel
Intervening.Symposium Nasional Akuntansi.
9. Jama’an. 2015. Pengaruh Mekanisme Corporate Govermance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik
Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi Kasus Perusahaan Publik yang Listing di
BEJ). Semarang : Universitas Diponegoro.
10. Kasmir, 2016. Bank Dan Lembaga Keuangan lainnya. Edisi Keenam. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada
11. Linther, Jhon. 2015. Diatribution of incomes og Corporation of Among Devidends, Retained
Earning, and Taxes. The American Review.
12. Liow, K. Hiang. 2017. Firm Value, Growth, Profitability and Capital Structure or Listed Real
Estate Companies : An International Perspective. Journal of Property Research.
13. Martha, I. M. K., Bagia, I. W., & Suwendra, I. W. (2015). Pengaruh Kredit Yang Disalurkan Dan
Biaya Operasional Terhadap Laba Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Jurnal Jurusan
Manajemen, 3(1).
14. Mulyana, Y. A. (2014). Pengaruh Perputaran Kas Dan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-
2013. Jurnal Riset Manajemen, 1-28.
15. Munawir.S. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: Liberty
16. PANGESTI, A. E. (2013). Pengaruh Perputaran Kas, Piutang dan Persediaan Terhadap Profitabilitas
dan Likuiditas (Studi Empiris Pada Perusahaan Tekstil & Garment Yang Terdaftar Di
BEI) (Doctoral dissertation, STIE PERBANAS SURABAYA).

280
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

17. Prakoso, B. (2014). Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas
(Studi pada Perusahaan Pembiayaan Listing di BEI Periode 2009-2013). Jurnal Administrasi
Bisnis, 15(1).
18. Prawira, I. W. A. B., & Wisadha, I. G. S. Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Pertumbuhan Kredit
dan Rasio BOPO pada Profitabilitas LPD di Kota Denpasar Periode 2006-2010. E-Jurnal Akuntansi.
19. Pudjo Muljono, Teguh. 2015. Aplikasi Akuntansi Manajemen Dalam Praktik Perbankan. Edisi
Ketiga. Yogyakarta. BPFE.
20. Putri, L. R., & Musmini, L. S. (2013). Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Profitabilitas Pada PT.
Tirta Mumbul Jaya Abadi Singaraja Periode 2008-20012. Jurnal Akuntansi Profesi, 3(2).
21. Risha, V. G. (2013). Pengaruh Kredit yang diberikan, Likuiditas dan Kecukupan Modal Terhadap
Profitabilitas (Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi, 1(2).
22. Riyanto, Bambang. 2016. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta
BPFE
23. Santoso, C. E. (2013). Perputaran modal kerja dan perputaran piutang pengaruhnya terhadap
profitabilitas pada PT. Pegadaian (PERSERO). Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis dan Akuntansi, 1(4).
24. Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta. BPFE.
25. Sennahati. 2016. Analisis Likuiditas Dan Profitabilitas Pada PT. Graha Sarana Duta Di Makassar.
Dalam Jurnal Ekonomi Balance Fekon Unismuh Makassar.
26. Simorangkir, 2016. Pengantar Lembaga Keuangan Bank Dan Non Bank. Jakarta : Ghalia Indonesia.
27. Singapurwoko, Arif dan Muhammad Shalahuddin. 2015. The Impact of Financial Leverage to
Profitability Study of Non-Financial Companies Listed in Indonesia Stock Exchange. European
Journal of Economics, Finance And Administrative Sciences-Issue 32 (2012).
28. Sufiana, N., & Purnawati, N. K. (2013). Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan
Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 2(4),
451-467.
29. Sumantri, A. D. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perusahaan(Studi Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2010. Jurnal Publikasi Ilmiah Unila.
hlm, 1-32.
30. SUNDARI, D. A. A. I., & SUNDARI, D. A. A. I. (2011). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan,
Tingkat Perputaran Kas, pertumbuhan Jumlah Nasabah, Leverage Management, dan Spread
Manajement terhadap Profitabilitas Lembaga perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan kintamani
Kabupaten Bangli Periode 2008-2010 (Doctoral dissertation, Universitas Udayana).
31. Susanto, I., Nangoy, S. C., & Mangantar, M. (2015). Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bei. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis dan Akuntansi, 2(4).
32. Syafitri, P. Pengaruh Debt to Equity Ratio (Der), Perputaran Kas Dan Perputaran Piutang Terhadap
Rentabilitas Ekonomi Pada Koperasi Di Kota Palu. Katalogis, 4(4).
33. Tarigan, Abimanyu S dan Hasan Sakti S. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Stuktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
2005-2007. Dalam Jurnal Akuntansi 9 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.
34. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998. Tentang Perbankan.

281
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)


(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019)
http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM
ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.64

35. Wardana, K. W., & Mimba, N. P. S. H. Tingkat Perputaran Kas, Efektivitas Pengelolaan Hutang dan
Tingkat Kredit yang disalurkan Terhadap Profitabilitas BPR Kabupaten Buleleng. E-Jurnal
Akuntansi.www.ojk.go.id
36. Wardani, D. K., & Ambarwati, H. (2017). Pengaruh Persepsi kebermanfaatan, persepsi kemudahan
dan persepsi kepuasan terhadap implementasi sistem e-filing. Akmenika: Jurnal Akuntansi dan
Manajemen, 14(2).
37. Yuesti, A. 2018. Taxpayer Compliance Analysis of Tax Amnesty Application as Effort
Improvement of Increasing On Countryincomeand Development through Tax Sector. International
Journal of Business and Management Invention (IJBMI) ISSN (Online): 2319 – 8028, ISSN (Print):
2319 – 801X www.ijbmi.org || Volume 7 Issue 5 Ver. V || May. 2018 || PP—29-36
38. Yuliani, R., & Salim, U. (2013). Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Pt. Unilever Indonesia Tbk. Tahun 2005–2012. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.

282

Anda mungkin juga menyukai