MODUL 1-4
OLEH
KEGIATAN BELAJAR I
HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PKn DI SD
Table 1.1
Struktur kurikulum SD/MI
komponen Kelas dan alokasi waktu
I II III IV, V,dan VI
A. Mata pelajaran 3
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan kewar 2
3. Bahasa indonesia 5
4. matematika 5
5. ilmu pengetahuan alam 4
6. ilmu pengetahuan sosial 3
7. seni budaya dan keterampilan 4
8. pendidikan jasmani, olahraga, 4
dan kesehatan
B. Muatan local 2
C. Pengembangan diri 2*)
Jumlah 26 27 28 32
Kelas I, semester I
Standar kompetensi Kompetensi dasar
1. Menerapkan hidup rukun dalam 1.1 menjelaskan perbedaan jenis
perbedaan kelamin, agama, dan suku
bangsa
1.2 memberikan contoh hidup rukun
melalui kegiatan di rumah dan
sekolah
1.3 menerapkan hidup rukun di
rumah dan di sekolah
2. membiasakan tertib di rumah dan 2.1 menjelaskan pentingnya tata
di sekolah tertib di rumah dan sekolah
2.2 melaksanakan tata tertib di
rumah dan di sekolah
3. menerapkan hak anak di rumah 3.1 menjelaskan hak anak untuk
dan di sekolah bermain, belajar dengan gembira
dan di dengar pendapatnya.
3.2 Melaksanakan hak anak di rumah
dan di sekolah.
4. Menerapkan kewajiban anak di 4.1 mengikuti tata tertib di rumah dan
rumah dan di sekolah di sekolah
4.2 melaksanakan aturan yang
berlaku di masyarakat.
Kelas II semester 1
Standar kompetensi Kompetensi dasar
1. membiasakan hidup bergotong 1.1 mengenal pentingnya hidup
royong rukun, saling berbagi dan tolong
menolong
1.2 melaksanakan hidup rukun,
saling barbagi dan tolong
menolong di rumah dan di
sekolah
2. menampilkan sikap cinta 2.1 mengenal pentingnya lingkungan
lingkungan alam, seperti tumbuhan dan
dunia hewan
2.2 melaksanakan pemeliharaan
lingkungan alam
Kelas II semester II
Standar kompetensi Kompetensi dasar
3. menampilkan sikap demokratis 3.1 mengenal kegiatan
bermusyawarah
3.2 menghargai suara terbanyak
(mayoritas)
3.3 menampilkan sikap mau
menerima kekalahan
4. menampilkan nilai-nilai pancasila 4.1 mengenal nilai kejujuran,
kedisiplinan, dan senang bekerja
dalam kehidupan sehari-hari
4.2 melaksanakan perilaku jujur,
disiplin, dan senang bekerja
dalam kegiatan sehari-hari
Kelas IV semester I
Standar kompetensi Kompetensi dasar
1. memahami sistem pemerintahan 1.1 mengenallembaga-lembaga
desa dan pemerintah kecamatan dalam susunan pemerintahan
desa dan pemerintah kecamatan
1.2 menggambarkan struktur
organisasi desa dan pemerintah
kecamatan
2. memahami sistem pemerintahan 2.1 mengenal lembaga-lembaga
kabupaten, kota, dan provinsi dalam susunan pemerintahan
kabupaten, kota, dan provinsi
2.2 menggambarkan struktur
organisasi kabupaten, kota dan
provinsi
Kelas IV semester II
Standar kompetensi Kompetensi dasar
3. mengenal sistem pemerintahan 3.1 mengenal lembaga-lembaga Negara
tingkat pusat dalam susunan pemerintahan tingkat
pusat, seperti MPR, DPR, Presiden,
MA, MK, dan BPK
4. menunjukkan sikap terhadap 4.1 memberikan cintoh sederhana
globalisasi di lingkungannya pengaruh globalisasi di
lingkungannya
4.2 mengidentifikasi jenis budaya
Indonesia yang pernah di
tampilkan dalam misi
kebudayaan internasional
4.3 menentukan sikap terhadap
pengaruh globalisasi yang terjadi
di lingkungannya.
Dll.
KEGIATAN BELAJAR 3
TUNTUTAN PEDAGOSIS PKn DI SD
KEGIATAN BELAJAR I
PENDEKATAN PKn SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DI SD
RANGKUMAN :
1. Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosialkultural yang jelas dan
mendesak bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadaban karena pada
dasarnya pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan
wahan sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban.
2. Peranan sekolah sebagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogis yang
berfungsi sebagai pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana
hanya sebagian kecil anak yang mendapat pendidikan moral dari orang tuanya
dan peranan lembaga keagamaan semakin kecil.
3. Dalam setiap masyarakat terdapat landasan etika umum, yang bersifat universal
melintasi batas ruang dan waktu, sekalipun dalam masyarakat pluralistic yang
mengandung banyak potensi terjadinya konflik nilai.
4. Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral karena inti dari
demokrasi adalah pemerintahan yang berakar dari rakyat, dilakukan oleh wakil
pembawa amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan rakyat.
5. Pertanyaan yang selalu di hadapi baik individu maupun masyarakat adalah
pertanyaan moral. Hal ini menunjukkan bahwa secara sosiokultural terdapat
dukungan yang mendasar dan luas bagi terselenggaranya pendidikan nilai di
sekolah.
6. Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus di lakukan sebagai
suatu keniscayan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta
bermasyarakat global.
7. Komitmen yang kuat terhadappendidikan moralsangatlah esensial untuk menarik
dan membina guru-guru yang berkeadaban dan professional.
8. Pendidikan nilai di Indonesia bersifat tidaksekuler karena Negara tidak
melepaskan pendidikan nilai keagamaan dari tanggungjawabnya. Dalam konteks
itu maka pendidikan nilai moral di Indonesia mencakup nilai moral keagamaan
dan nilai moral di Indonesia dan nilai sosioestetika.
9. Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang theistis atau
demokrasi yang berketuhanan yang maha esa, dan nilai social-kultural yang ber
bhinneka tunggal ika. Dalam konteks itu maka teori perkembangan moral dari
piaget dan Kohlberg yang dapat di adaptasikan adalah terhadap nilai moral
sosio-kultural selain nilai yang berkenaan dengan keyakinan atau aqidah
keagamaan yang tidak selamanya dapat atau boleh di rasionalkan.
10. Konsepsi pendidikan nilai moral piaget yang menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah
moral dalam kehidupan dapat di adaptasikan dalam pendidikan nilai di Indonesia
dalam konteks demokrasi konstitusional Indonesia dan konteks social-kultural
masyarakat Indonesia yang ber bhinneka tunggal ika termasuk dalam keyakinan
agama.
11. Konsepsi pendidikan nilai moral Kohlberg yang menitikberatkan pada penalaran
moral melalui pendekatan klarifikasi nilai yang memberi kebebasan kepada
individu peserta didik untuk memilih posisi moral, dapat di gunakan dalam
konteks pembahasan nilai selain nilai aqidah sesuai dengan keyakinan agama
masing-masing. Sedangkan teori tingkatan dan tahapan perkembangan moral
Kohlberg secara konseptual dapat di gunakan sebagai salah satu landasan bagi
pengembangan padigma penelitian perkembangan moral bagi orang Indonesia.
12. Kerangka konseptual komponen good character dari lickona yang membagi
karakter menjadi wawasan moral, perasaan moral, dan perilaku moral dapat di
pakai untuk mengklarifikasi nilai moral dalam pendidikan nilai di indonesi dengan
menambahkan ke dalam masing-masing dimensi itu aspek nilai yang berkenaan
dengan konteks keagamaan seperti wawasan. Ketuhanan yang maha esa dalam
dimensi wawasan moral, perasaan mengabdi kepada tuhan yang maha esa
dalam dimensi perasaan moral, dan perilaku moral kekhalifahan dalam dimensi
perilaku moral.
13. Kesemua teori pendidikan nilai barat antara lain teori piaget, Kohlberg, dan
lickonna dapat di gunakan sebagai sumber akademis dalam membangun desain
penelitian pendidikan nilai Indonesia dengan cara mengambil adaptif sesuai
dengan konteks social-kultural dan social-religius masyarakat Indonesia.
14. Proses pendidikan tidak bisa di lepaskan dari proses kebudayaan yang pada
akhirnya akan mengantarkan manusia menjadi insan yang berbudaya dan
berkeadaban.
15. Substansi nilai tidaklah semata mata di tangkap dan di ajarkan tetapi lebih jauh,
nilai di cerna, dalam arti di tangkap, di internalisasi, dan di bakukan sebagai
bagian yang melekat dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses belajar.
16. Kenyataan menunjukkan bahwa proses belajar tidaklah terjadi dalam ruang
bebas budaya tetapi dalam masyarakat yang syarat budaya karena kita hidup
dalam kehidupan masyarakat yang berkebudayaan.
17. Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada pembangunan nilai dan
sikap ini di dunia barat di kenal dengan ‘’value education, affective
education,moral education, character education’’.
18. Di Indonesia, wacana pendidikan nilai tersebut secara kurikuler terintegrasi
antara lain dalam pendidikan agama, pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan, pendidikan bahasa dan seni.
19. Muatan pendidikan kewarganegaraan,secara substantive dan pedagosis
mempunyai misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM STANDAR ISI PKn DI SD
RANGKUMAN :
1. Muatan isi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan memfokuskan pada
pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-
hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang di amanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.
2. Secara umum PKn di SD bertujuan untuk mengembangkan kemampuan: (1)
berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan;(2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta anti-korupsi ; (3)berkembang secara positif dan demokratis
untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (4) berinteraksi dengan
bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
3. Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang di tempuh dalam
satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas I sampai dengan kelas
IV. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan
dan standar kompetensi mata pelajaran.
4. Muatan materi tentang persatuan dan kesatuan bangsa,meliputi: hidup rukun
dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,
sumpah pemuda, keutuhan Negara kesatuan republic Indonesia, partisipasi
dalam pembelaan Negara, sikap positif terhadap Negara kesatuan republic
Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
5. Muatan materi tentang norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam
kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,
peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan
internasional.
6. Muatan materi tentang hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak
dan kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM,
pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
7. Muatan materi tentang kebutuhan warga Negara meliputi : hidup gotong-royong,
harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri,
persamaan kedudukan warga Negara.
8. Muatan materi tentang konstitusi Negara meliputi : proklamasi kemerdekaan dan
konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah di gunakan di
Indonesia, hubungan dasar dengan konstitusi.
9. Muatan materi tentang kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan
kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi
dan sitem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
10. Muatan materi tentang pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar
Negara dan ideology Negara. Proses perumusan pancasila sebagai dasar
Negara, pengalaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila
sebagai ideology terbuka.
11. Muatan materi tentang globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik
luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
KEGIATAN BELAJAR 3
HUBUNGAN INTERAKTIF PENGEMBANGAN NILAI DAN MORAL DALAM PKn SD
RANGKUMAN:
1. Konsep “values education, moral education, education for virtues” sebagai
program dan proses pendidikan yang tujuannya selain mengembangkan pikiran,
juga mengembangkan nilai dan sikap.
2. Setiap individu warga Negara seyogiyanya mengerti dan memiliki komitmen
terhadap fondasi moral demokrasi, yakni menghormati hak orang lain , mematuhi
hukum yang berlaku, partisipasi dalam kehidupan masyarakat, dan peduli
terhadap perlunya kebaikan bagi umum.
3. Pendidikan nilai berdasarkan teori piaget adalah pendidikan nilai moral atau nilai
etis yang dikembangkan berdasarkan pendekatan psikologi perkembangan
moral kognitif yang menitikberatkan pada pengembangan perilaku moral yang di
landasi oleh penalaran moral yang di capai dalam konteks kehidupan
masyarakat.
4. Kohlberg mengajukan postulat atau anggapan dasar bahwa anak membangun
cara berpikir melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti
keadilan, hak, persamaan, dan kesejahteraan manusia.
5. Kohlberg menolak pendidikan nilai/karakter tradisional yang berpijak pada
pemikiran bahwa ada seperangkat kebajikan/keadaan (bag of virtues) seperti
kejujuran, budi baik, kesabaran, ketegaran yang menjadi landasan perilaku moral
yang memberi implikasi bahwa tugas guru adalah membelajarkan kebajikan itu
melalui percontohan dan komunikasi langsung keyakinan serta memfasilitasi
peserta didik untuk melaksanakan kebajikan itu denga memberinya penguatan.
6. Kohlberg mengajukan pendekatan pendidikan nilai dengan menggunakan
pendekatan klarifikasi nilai (value clarification approach). Pendekatan ini bertolak
dari asumsi bahwa tidak ada jawaban benar satu-satunya terhadap suatu
dilemma moral tetapi di situ ada nilai yang di pegang sebagai dasar berpikir dan
berbuat.
7. Kedua teori perkembangan moral ini memiliki visi dan misi yang sama dan
sampai dengan saat ini menjadi landasan dan kerangka berpikir pendidikan nilai
di dunia barat yang dengan jelas menitikberatkan pada peranan pikiran manusia
dalam mengendalikan perilaku moralnya dan mengabaikan pertimbangan bahwa
di dunia ini ada nilai religious yang melandasi kehidupan individu dan
masyarakat yang tidak bisa sepenuhnya di dekati secara rasional.
MODUL 3
KETERKAITAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DENGAN IPS DAN
MATA PELAJARAN LAIN
KEGIATAN I
GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SERTA
MATA PELAJARAN IPS DAN MATA PELAJARAN LAINNYA DI SD
RANGKUMAN :
Pemberlakuan kurikulum pendidikan dasar tahun 2006 secara bertahap dan
pemberlakuan kurikulum D-II PGSD yang baru di berlakukan pada tahun akademik
1995 menurut adanya pemahaman tentang kurikulum tersebut bagi keberhasilan
pelaksanaannya.
Hakikat dan karakteristik pendidikan kewarganegaraan di maksudkan untuk
memperoleh persepsi yang sama tentang bidang studi tersebut agar pelaksanaannya
oleh guru SD dapat berjalan dengan baik. Di samping itu, secara spesifik pendidikan
kewarganegaraan juga selain sebagai pendidikan politik juga berfungsi sebagai
pendidikan politik, pendidikan kearganegaraan, pendidikan hukum, dan
kemasyarakatan. Pendidikan kewarganegaraan merupakan wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya
bangsa Indonesia yang di wujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik. Selain sebagai bagian dari kurikulum S1 PGSD, bidang studi pendidikan
kewarganegaraan juga sebagai mata pelajaran SD.
KEGIATAN BELAJAR 2
KETERKAITAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN IPS
RANGKUMAN :
Mata pelajaran atau bidang studi pendidikan kewarganegaraan sesuai dengan
hakikat dan karakteristiknya memiliki keterkaitan dengan bidang studi lainnya,
khususnya dengan IPS. Pendidikan kewarganegaraan menurut sejarah
perkembangannya sampai dalam bentuk seperti sekarang ini secara historis memiliki
keterkaitan yang kuat dengan IPS sebab sebelum menjadi bidang studi pendidikan
kewarganegaraan pada mulanya bidang studi ini merupakan bagian dari IPS, dimana
semua pelajaran IPS yang erat kaitannya dengan pancasila dan undang-undang dasar
1945 dan hal-hal yang menyangkut warga Negara serta pemerintah menurut versi
kurikulum tahun 1975. Secara khusus dalam kaitannya dengan pembelajaran terpadu
sudah selayaknya diterapkan dalam pengajaran di SD khususnya dalam pengajaran
pendidikan kewarganegaraan di SD. Tujuan tidak lain adalah agar melalui penerapan
konsep pembelajaran terpadu membantu anak untuk bekerja berdasarkan kemampuan
dan kebutuhannya. Adapun yang menjadi tantangan dalam mengimplementasikan
konsep pembelajara terpadu di SD adalah tuntutan terhadap kemampuan professional
guru dalam melaksanakan konsep pembelajaran terpadu tersebut. Selain memiliki
keunggulan sebagaimana layaknya setiap pendekatan, konsep pembelajaran terpadu
pun memiliki kelemahan dalam penerapannya. Salah satu kelemahannya ialah
umumnya guru lebih senang dengan apa yang sudah sering di kerjakan dalam proses
belajar mengajarnya dengan lain perkataan agak sulit menerima pembaharuan dan
perubahan.
KEGIATAN BELAJAR 3
HUBUNGAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DENGAN MATA PELAJARAN LAINNYA
RANGKUMAN:
Dengan memperhatikan karakteristik anak SD maka pembelajaran yang
menggunakan pendekatan keterkaitan amatlah tepat karena hal ini akan membantu
siswa memperoleh pengetahuan secara utuh dan kebutuhannya. Hal itu sesuai pula
pesan kurikulum pendidikan kewarganegaraan 1994 yang memungkinkan dikaitannya
mata pelajaran atau bidang studi pendidikan kewarganegaraan dengan mata pelajaran
dan bidang studi lainnya. Keterkaitan antara pendidikan kewarganegaraan tidak hanya
dengan mata pelajaran ips, tetapi juga dengan mata pelajaran atau bidang stufi-studi
lainnya seperti pendidikan agama, matematika, IPA, pendidikan jasmani dan
kesehatan, dan kerajinan tangan dan kesenian.
Untuk melaksanakan keterkaitan tersebut ada berbagai pendekatan yang dapat
di gunakan, namun pada kesempatan ini contoh-contoh pendekatan-pendekatan yang
di kemukakan hanyalah beberapa di antarannya pendekatan yang bersifat antar, inter
atau lintas (webbed dan integrated). Dalam pengembangan satuan pelajaran
sebagaimana lazimnya suatu pembelajaran atau menyusun scenario pembelajaran.
Satuan pelajaran tersebut mencakup nama mata pelajaran, kelas dan cawu, tema atau
topic serta pokok-pokok bahasan atau konsep, waktu atau pertemuan. Kemudian,
dilakukan tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian baik menyangkut proses
maupun produk sebagaimana juga di lakukan dalam pembelajaran lainnya.
MODUL 4
KONSEP SERTA PRINSIP KEPRIBADIAN
NASIONAL, SEMANGAT KEBANGSAAN, CINTA TANAH AIR, DAN BELA NEGARA
KEGIATAN BELAJAR I
KONSEP DAN PRINSIP KEPRIBADIAN NASIONAL
RANGKUMAN:
Bangga sebagai bangsa dan bertanah air Indonesia serta memiliki kepribadian
nasional,mengandung makna kita berbesar hati, berbahagia, dan puas secara
mendalam sebagai bangsa Indonesia yang di jiwai oleh sila-sila pancasila, diantaranya
sebagai berikut :
1. Kebanggaan bangsa Indonesia karena memiliki pancasila
2. Memiliki kepribadian yang khas, yaitu kepribadian nasional
3. Kebanggaan atas adanya sumpah pemuda
4. Bangga atas kebudayaan dan peradaban nenek moyang yang sudah
mempunyai nilai kebudayaan yang tinggi dan leluhur
5. Bangga karena memiliki keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, yang
menjadi kekayaan nasional
6. Bangga memiliki identitas bangsa dan Negara yaitu lagu kebangsaan “Indonesia
raya”, burung garuda sebagai lambing Negara, dan sang merah putih sebagai
bendera Negara.
RANGKUMAN :
Negara dan bangsa adalah sekelompok manusia yang memiliki cita-cita
bersama, memiliki sejarah hidup bersama, memiliki adat, budaya, dan kebiasaan yang
sama, menempati suatu wilayah tertentu, terorganisasi, serta pemerintahan
yangberdaulat.
Factor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia, antara lain
persamaan asal keturunan bangsa, persamaan pola kebudayaan, persamaan tempat
tinggal, persamaan nasib kesejarahannya, dan persamaan cita-cita.
Prinsip-prinsip nasionalisme sangat berhubungan dengan prinsip wawasan
nusantara yang mengandung makna Indonesia merupakan satu kesatuan soal budaya;
Indonesia merupakan satu kesatuan ekonomi; Indonesia merupakan satu kesatuan
pertahanan keamanan.
Paham-paham yang bertentangan dalam semangat angkatan 45 sebagai
perwujudan keikhlasan adalah semangat menentang dominasi asing dalam segala
bentuknya, terutama penjajahan dari suatu bangsa terhadap bangsa lain; semangat
pengorbanan, seperti pengorbanan harta benda dan jiwa raga; semangat tahan derita
dan tahan uji; semangat kepahlawanan ; semangat persatuan dan kesatuan; dan
percaya pada diri sendiri.
Sikap dan perilaku yang merugikan nilai-nilai nasionalisme antara lain sebagi
berikut :
1. Kemiskinan, kesenjangan social, dan keterbelakangan
2. Korupsi, kolusi, nepotisme, pencemaran lingkungan hidup dan dekadensi moral
3. Apatisme, ketidakpedulian social, dan ketergantungan
4. Kemerosotan nilai upacara, nilai seni,dan kemerosotan sejarah
5. Kemerosotan kebajikan dan kemerosotan kesusilaan yang beradab
6. Kemerosotan penghormatan terhadap orang tua, persaudaraan, kesetiaan, dan
kenakalan remaja
7. Kecenderungan meniru budaya asing yang mementingkan unsur keduniawian
dan pergaulan bebas.
8. Kurang percaya terhadap ketegasan peraturan dan peradilan hukum yang
berlaku.
KEGIATAN BELAJAR 3
KONSEP SERTA PRINSIP CINTA TANAH AIR DAN BELA NEGARA
RANGKUMAN:
Cinta tanah air dan bangsa merupakan suatu sikap batin yang dilandasi oleh
ketentuan dan keikhlasan yang di wujudkan dalam perbuatan demi kejayaan tanahair
dan kebahagiaan bangsa. Cinta pada tanah air adalah cinta pada negeri tempat
seseorang memperoleh penghidupan dan mengalami kehidupan dari semenjak lahir
sampai akhir hidupnya, serta senantiasa berusaha agar negerinya tersebut tetap aman
sentosa dan sejahtera.
Warga Negara dalam upaya bela Negara di wujudkan dalam keikutsertaannya
pada segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah
Negara kesatuan republic Indonesia, dan keselamatan segenapbangsa dari ancaman
dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara.
Upaya bela Negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara kesatuan RI yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara.
Partisipasi warga masyarakat dalam menjaga lingkungannya antara lain melalui
kegiatan sistem keamanan lingkungan (siskamling), ikut serta menanggulangi akibat
bencana alam, ikut serta mengatasi kerusuhan masal, dan konflik komunal.