Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN PENDAHULUAN

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah K3

Psik 8 Reg A1

Dosen pengampu :

Ns.Romliyadi S.kep.,M.kes.,M.kep

Disusun oleh :

TRIANITA WIBAWA 17.14201.30.08

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA

PALEMBANG

2021
ALAT PELINDUNG DIRI

1. Pengertian Alat Pelindung Diri


APD (Alat Pelindung Diri) adalah alat-alat yang mampu memberikan
perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Atau bisa
juga disebut alat kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya
dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi
tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat
dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari usaha
tersebut, namun sebagai usaha akhir. Alat Pelindung Diri harus mampu
melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin
ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi
beberapa ketentuan yang diperlukan.APD juga di artikan suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD ini terdiri
dari kelengkapan wajib yang digunakan oleh pekerja sesuai dengan bahaya dan
risiko kerja yang digunakan untuk menjaga keselamatan pekerja sekaligus orang
di sekelilingnya.

Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri adalah :

 APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang
spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
  Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan
rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
  Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
 Bentuknya harus cukup menarik.
 Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
 Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam
menggunakannya.
 Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
 Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
 Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.

2. Tujuan, Manfaat, Jenis dan Kegunaan dari Alat Pelindung Diri

a. Tujuan
 Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif
tidak dapat dilakukan    dengan baik.
 Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.
 Menciptakan lingkungan kerja yang aman.

b. Manfaat
 Untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja.
 Mengurangi resiko akibat kecelakaan.

c. Jenis

Alat Pelindung Diri di bagi menjadi 3 kelompok yaitu:

APD bagian kepala meliputi :

 Alat Pelindung Kepala : Alat ini adalah kombiansi dari alat pelindung
mata,pernapasan dan mata contohnya Topi Pelindung/Pengaman (Safety
Helmet), Tutup Kepala, Hats/cap, Topi pengaman.
 Alat Pelindung Kepala Bagian Atas : Topi Pelindung/Pengaman (Safety
Helmet),
 Alat Pelindung Muka : Safety Glasses, Face Shields, Goggles.
 Alat Pelindung Pengliahatan : Kaca Mata
 Alat Pelindung Telinga : Tutup Telinga (Ear muff ), Sumbat Telinga (Ear
plugs).
 Alat Pelindung Pernafasan : Masker, Respirator.

APD bagian badan meliputi :

 Alat Pelindung Seluruh Badan : jas laboratorium


 Alat Pelindung Badan Bagian Muka : Apron
 Alat Pelindung Bagian Dada : Rompi Pelindung

APD bagian anggota badan meliputi :

 Alat Pelindung Tangan : Sarung Tangan (Safety Gloves).


 Alat Pelindung Kaki : sepatu bot.

3. Kegunaan
a. Alat Pelindung Kepala
 Alat Pelindung Kepala Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet) :
Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan
terkena arus listrik.
 Tutup Kepala : Melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap,
panas/dingin.
 Hats/cap : Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesin-mesin
berputar.
 Topi pengaman : untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari
tegangan listrik yang terbatas. Tahan terhadap tegangan listrik. Biasanya
digunakan oleh pemadam kebakaran.
b. Alat pelindung muka dan mata
Melindungi muka dan mata dari:
 Lemparan benda-benda kecil.
 Lemparan benda-benda panas
 Pengaruh cahaya
c. Alat pelindung telinga
 Sumbat Telinga (Ear plugs ) yang baik adalah menahan frekuensi Daya
atenuasi (daya lindung) : 25-30 dB, sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya
(komunikasi) tak terganggu.
 Tutup Telinga (Ear muff ) frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42 dB (35–45 dB)
Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan
antara tutup telinga dan sumbat telinga sehingga dapat atenuasi yang lebih
tinggi; tapi tak lebih dari 50 dB,karena hantaran suara melalui tulang masih
ada.
d. Alat pelindung pernapasan
Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya seperti:
 Kekurangan oksigen
 Pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam)
 Pencemaran oleh gas atau uap
e. Alat Pelindung Tangan
 Sarung Tangan (Gloves) Jenis pekerjaan yang membutuhkan sarung tangan
 Pengelasan/ pemotongan (bahan kulit)
 Bekerja dengan bahan kimia (bahan karet)
 Beberapa pekerjaan mekanikal di workshop dimana ada potensi cedera bila
tidak menggunakan sarung tangan (seperti benda yang masih panas, benda
yang sisinya tajam dlsb.).
 Beberapa pekerjaan perawatan.
f. Alat Pelindung Kaki
 Untuk mencegah tusukan
 Untuk mencegah tergelincir
 Tahan terhadap bahaya listrik
g. Alat Pelindung Badan
Pakaian Pelindung: digunakan untuk melindungi tubuh dari benda berbahaya,
misal api, asap,bakteri, zat-zat kimia, dsb.
h. Safety Belt
Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan
pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler.
i. Alat pelindung diri untuk tugas khusus
 Apron untuk bekerja dengan bahan kimia ataupun pekerjaan pengelasan.
 Full body harness untuk bekerja di ketinggian melebihi 1,24 meter.
 Tutup telinga (ear plugs) untuk bekerja di tempat dengan kebisingan melebihi
85 dB.
 Sepatu boot karet (rubber boot) untuk semua pekerjaan di kebun yang dimulai
dari survey lahan, pembibitan, penanaman hingga panen.
4. Kekurangan dan Kelebihan Alat Pelindung Diri
a. Kekurangan
 Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai Alat pelindung
diri yang kurang tepat
 Fungsi dari Alat Pelindung Diri ini hanya untuk menguragi akibat dari kondisi
yang berpotensi menimbulkan bahaya.
 Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan
 Cara pemakaian Alat Pelindung Diri yang salah,
 Alat Pelindung Diri tak memenuhi persyaratan standar)
 Alat Pelindung Diri yang sangat sensitive terhadap perubahan tertentu.
 Alat Pelindung Diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter
dan penyerap (cartridge).
 Alat Pelindung Diri dapat menularkan penyakit,bila dipakai berganti-ganti.
b. Kelebihan
 Mengurangi resiko akibat kecelakan
 Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan
 Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan administrasi
tidak berfungsi dengan baik.
 Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja.
5. Cara Memilih dan Merawat Alat Pelindung Diri
a. Cara memilih
 Sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah yang memadai.
 Alat Pelindung Diri yang sesuai standar serta sesuai dengan jenis pekerjaannya
harus selalu digunakan selama mengerjakan tugas tersebut atau selama berada
di areal pekerjaan tersebut dilaksanakan.
 Alat Pelindung Diri tidak dibutuhkan apabila sedang berada dalam kantor,
ruang istirahat, atau tempat-tempat yang tidak berhubungan dengan
pekerjaannya.
 Melalui pengamatan operasi, proses, dan jenis material yang dipakai.
b. Cara merawat
 Meletakkan Alat pelindung diri pada tempatnya setelah selesai digunakan.
 Melakukan pembersihan secara berkala.
 Memeriksa Alat pelindung diri sebelum dipakai untuk mengetahui adanya
kerusakan atau tidak layak pakai.
 Memastikan Alat pelindung diri yang digunakan aman untuk keselamatan jika
tidak sesuai maka perlu diganti dengan yang baru.
 Dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut cara
penyimpanan, kebersihan serta kondisinya.
 Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak
dibenarkan untuk dipergunakan Secara spesifik sebagai berikut :
1) Helm Safety/ Helm Kerja (Hard hat)
 Helm kerja dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.
 Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta
tidak dibenarkan untuk dipergunakan (retak-retak, bolong atau tanpa
system suspensinya).
 Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang
memiliki helm kerja dan telah mengikuti training.
2) Kacamata Safety (Safety Glasses)
 Kacamata safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.
 Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan kacamata safety
yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik
serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
 Penyimpanan masker harus terjamin sehingga terhindar dari debu,
kondisi yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin), kelembaban
atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia berbahaya.
 Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang
memiliki kacamata safety dan telah mengikuti training.
3) Sepatu Safety (Safety Shoes)
 Sepatu safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.
 Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sepatu safety yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta
tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
 Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang
memiliki sepatu safety dan telah mengikuti training.
 Masker/ Perlindungan Pernafasan (Mask/ Respiratory Protection)
 Pelindung pernafasan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin
yang menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya.
 Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat pelindung
pernafasan yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat
tersebut ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
 Kondisi dan kebersihan alat pelindung pernafasan menjadi tanggung
jawab karyawan yang bersangkutan,
 Kontrol terhadap kebersihan alat tersebut akan selalu dilakukan oleh
managemen lini.
4) Sarung tangan
 Sarung tangan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.
 Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sarung tangan yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta
tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
 Penyimpanan sarung tangan harus terjamin sehingga terhindar dari
debu, kondisi yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin),
kelembaban atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia
berbahaya.
LAPORAN PENDAHULUAN

HAZARD

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah K3

Psik 8 Reg A1

Dosen Pengampu :

Ns.Romliyadi S.kep.,M.kes.,M.kep

Disusun Oleh :

TRIANITA WIBAWA 17.14201.30.08

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA

PALEMBANG

2021

HAZARD

1. Pengertian
Hazard adalah faktor faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu berupa barang
atau kondisi dan mempunyai potensi menimbulkan efek kesehatan maupun
keselamatan pekerja serta lingkungan yang memberikan dampakburuk
(Kurniawan 2018).Pengertian (definisi) bahaya (hazard) ialah semua sumber,
situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja)
dan atau penyakit akibat kerja – definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007. Secara
umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain : Faktor
Bahaya Biologi (Seperti : Jamur, Virus, Bakteri, dll.), Faktor Bahaya Kimia
(Seperti: Gas, Debu, Bahan Beracun, dll.), Faktor Bahaya Fisik/Mekanik
(Seperti : Mesin, Tekanan, dll.), Faktor Bahaya Biomekanik (Seperti : Posisi
Kerja, Gerakan, dll.), Faktor Bahaya Sosial Psikologis (Seperti : Stress,
Kekerasan, dll.)
2. Klasifikasi hazard
Menurut Ndejjo (2015) bahaya secara luas diklasifikasikan sebagai biologis dan
nonbiologis.Klasifikasi orang asing dihasilkan sebagai titik akhir komposit.
Adapun beberapa cedera : slip, perjalanan, dan jatuh; fisik, psikologis, seksual,
atau verbal penyalahgunaan; luka/ laserasi; luka bakar; patah; cedera terkait-tajam
(yaitu, jarum, dll.); radon dari sinar-X dan seterusnya; tumpahan bahan kimia;
kebisingan; kontak langsung dengan terkontaminasi spesimen/ bahan biohazard;
bioterorisme; cedera muskuloskeletal seperti nyeri otot/ strain/ keseleo, ogens
jalan yang ditularkan melalui darah; penyakit/ infeksi menular; penyakit di
udara; vector borne diseases; stres; crosscontamination dari material kotor; dan
radiasi nonionisasi. Tanggapan-tanggapan ini disortir untuk menghasilkan
klasifikasi gabungan, biologis atau nonbiologis:
 bahaya biologis didefinisikan untuk dimasukkan luka/ luka/ laserasi, luka
terkait yang tajam, kontak langsung dengan spesimen yang terkontaminasi/
bahan biohazardous, bioterorisme, yang ditularkan melalui darah patogen,
penyakit infeksi/ infeksi, penyakitudara, penyakit vektor yang ditanggung, dan
kontaminasi silang dari material kotor.
 bahaya nonbiologis didefinisikan untuk termasuk fisik, psikososial, dan

ergonomisbahaya:

 bahaya fisik termasuk slip, perjalanan, jatuh, luka bakar, fraktur, radiasi
dari sinar X, kebisingan, dan radiasi nonionisasi;
 bahaya psikososial termasuk fisik, penyalahgunaan psikososial, seksual,
dan verbal dan menekankan;
 bahaya ergonomis adalah muskuloskeletal cedera seperti nyeri otot/
strain/terkilir.
3. Identifikasi hazard
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan manajemen
risiko K3.Mengidentifikasi suatu bahaya adalah upaya sistematis untuk
mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkunga kerja.Dengan mengetahui sifat
dan karakteristik bahaya, maka dapat lebih berhati-hati dan waspada untuk
melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan, namun
tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah (Ramli, 2009).

 Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan :

a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensibahaya

b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi

Kegiatan ini dilaksanakan melalui:

1) Konsultasi orang yang mempunyai pengalaman dalam bidang pekerjaan yang

mereka sukai dan menimbulkan kegiatanbahaya.

2) Pemeriksaan-pemeriksaan fisik lingkungankerja.

3) Catatan sakit dan cidera-cidera insiden waktu yang lalu yang mengakibatkan

cidera dan sakit, menjelaskan sumber bahaya yangpotensial.


4) Informasi/ nasehat identifikasi bahaya yang memerlukan nasehat, penelitian,

dan informasi dari seseorangahli

5) Analisa tugas dengan membagi kedalam unsur-unsurnya maka bahaya yang

berhubungan dengan tugas dapatdidefinisikan

6) Sistem formal analisa bahaya misalnya HAZOP/ HASAN (Depnaker, 1996)

 Kegunaan identifikasi bahaya adalah sebagai berikut:

a) Mengetahui bahaya-bahaya yangada

b) Untuk mengetahui potensi bahaya tersebut, baik akibat maupun frekuansi

terjadinya

c) Untuk mengetahui lokasibahaya

d) Untuk menunjukan bahwa bahaya-bahaya tersebut telah dapat memberikan

perlindungan

e) Untuk menunjukkan bawa bahaya tertentu tidak akan menimbulkan akibat

kecelakaan, sehingga tidak diberikanperlindungan.

f) Untuk analisa lebihlanjut

 Setalah bahaya-bahaya tersebut dianalisa akan memberikan keuntungan

antara lain :

(1) Dapat ditentukan sumber atau penyebab timbulnyabahaya

(2) Dapat ditentukan kualifikasi fisik dan mental seseorang yang diberitugas

(3) Dapat ditentukan cara, prosedure, pergerakan, dan posisi-posisi yang

berbahaya kemudian dicari cara untukmengatasinya

(4) Dapat ditentukan lingkup yang harus dianalisa lebihlanjut.

1. Penilaian Risiko (RiskAssesment)

Risiko (Risk) adalah menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/ kerugian

pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu (Tarwaka, 2008).
Penilaian risko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat

risiko kecelakaan kerja/ penyakit akibat kerja.

Penilaian risko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang diakibatkan adanya

bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki,

dan menentukan apakah risikonya dapat diterima atau tidak (Operasional

Procedure No.31519).

a. Proses penilaianrisiko

1) Estimasi tingkatkekerapan

Estimasi terhadap tingkat kekerapan atau keseringan terjadinya kecelakaan/ sakit

akibat kerja, harus mempertimbangkan tentang nerapa sering dan berapa lama

seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya. Dengan demikian kita harus

membuat keputusan tenteng tingkat kekerapan kecelakaan/ sakit yang terjadi

untuk seriap potensi bahaya yangdiidentifikasi.

2) Estimasi tingkatkeparahan

Setelah kita dapat mengasumsikan tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang

terjadi, selanjutnya kita harus membuat keputusan tentang seberapa parah

kecelakaan/ sakit yang mungkin terjadi. Penentuan tingkat keparahan dari suatu

kecelakaan juga memerlukan suatu pertimbangan tentang beberapa banyak orang

yang ikut terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh mana saja

yang dapat terpapar potensibahaya.

3) Penentuan tingkatrisiko

Setelah dilakukan estimasi atau penaksiran terhadap tingkat kekerapan dan

keparahan terjadinya kecelakaan atau penyakit yang mungkin timbul, selanjutnya

dapat ditentukan tingkat risiko dari masing-masing hazard yang telah

diidentifikasi dandinilai.
4) Prioritasrisiko

Setelah penentuan tingkat resiko, selanjutnya harus dibuat skala resiko untuk

setiap potensi bahaya yang diidentifikasi dalam upaya menyusun rencana

pengendalian resiko yang tepat. Potensi bahaya dengan tingkat resiko ”URGENT”

yang menjadi prioritas utama, ”HIGH", ”MEDIUM”, dan ”LOW”. Sedangkan

tingkat resiko ”NONE” untuk sementara dapat diabaikan dari rencana

pengendalian resiko (Tarwaka, 2008).

a. Tujuan PenilaianRisiko

1) Untuk menentukan pengaruh atau akibat pemaparan potensi bahaya yang

digunakan sebagai landasan dalam melakukan tindakan perbaikan mencegah

terjadinya incident akibat bahayatersebut.

2) Untuk menyusun prioritas pengendalian semua jenis risiko, akibat yang bisa

terjadi tingkat keparahan, frekuansi kejadian dan cara pencegahanatau

2. Tempatkerja

Menurut UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1, yang

dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki

tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumberatau

sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan,

halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan

dengan tempat kerja tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber

bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di

permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan

hukum Republik Indonesia.

Tempat kerja sangat mendukung adanya suatu pekerjaan, tempat kerja yang buruk
dapat menurunkan derajat kesehatan dan juga daya kerja para pekerja.

Menurut UU No. 1970 tentang keselamatan kerja pengurus perusahaan

mempunyai kewajiban untuk menyediakan tenpat kerja yang memenuhi syarat

keselamatan dan kesehatan.

3. Bahaya

Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai

manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya (Operasional

Procedure No 31519).

Bahaya adalah aktifitas, kondisi, kejadian, gejala, proses, material, dan segala

sesuatu yang ada di tempat kerja/ berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi/

berpotensi menjadi sumber kecelakaan/ cidera/ penyakit/ dan kematian.

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat

mendatangkan kecelakaan (Suma’mur 1996).Selain resiko yang berbeda-beda,

setiap bahan mempunyai intensitas atau tingkat bahaya yang berbeda, misalnya

pengaruh dari suatu bahan kimia ada yang akut dan ada yang kronis. Untuk

mengetahui setiap karakteristik suatu bahan dan penanganannya dibuat MSDS

(Material Safety Data Sheet) sebagai alat informasi kepada tenaga kerja agar

dapat mengenali karakteristik dan cara penanganan bahan-bahan kimia tersebut.

 Sumber-sumber bahaya bisa berasal dari :

a. Manusia

Dari penyidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan

sangatlah penting. Selalu ditemui, dari hasil penelitian bahwa 80-85%

kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu

pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung, semua kecelakaan

adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin disebabkan


oleh perancang pabrik, kontraktor yang membangun, pimpinan kelompok,

pelaksana atau petugas yang melakukan penalitian mesin dan peralatan

(Suma’mur 1996).

b. Peralatan

Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya apabila

tidak digunakan dengan semestinya, tidak ada latihan tentang penggunaan alat

tersebut, tidak dilengkapi dengan perlindungan dan pengamanan, serta tidak ada

perawatan atau pemeriksaan. Perawatan dan pemeriksaan diadakan menurut

kondisi agar bagian-bagian mesin atau alat-alat yang berbahaya dapat dideteksi

sedini mungkin. Bahaya yang mungkin timbul antara lain :

1) Kebakaran

2) Sengatanlistrik

3) Ledakan

4) Luka atau cidera

c. Bahanataumaterial

Karakteristik bahan yang ditimbulkan dari suatu bahan tergantung dari sifat

bahan, antara lain:

1) Mudahterbakar

2) Mudahmeledak

3) Menimbulkanenergi

4) Menimbulkan kerusakaan pada kulit dan jaringantubuh

5) Menyebabkankanker

6) Menyebabkan kelainan pada janin

7) Bersifatracun
8) Radioaktif

d. Lingkungan

Faktor-faktor bahaya lingkungan menurut beberapa sumber, antara lain :

1) Faktor fisik, meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat

udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara,dll.

2) Faktor kimia, meliputi gas,uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan

benda- bendapadat.

3) Faktor biologi, baik golongan hewan maupuntumbuhan

4) Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan carakerja

5) Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan di antara

pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja dansebagainya.

 Bahaya kesehatan dapat di bagi dalam empat kategori yaitu :

1) Kimia : uap, gas,asap

2) Fisika : kebisingan, radiasi, suhu atau kelembaban ekstrim, gelombang mikro,

getaranlaser.

3) Biologi : serangga, jamur, bakteri, virus,parasit,dll.

4) Ergonomi : interaksi manusia dengan manusia lain, mesin danlingkungan

a. KecelakaanKerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu,

harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses

kerja industri atau yang berkaitan dengannya. (Tarwaka, 2008).

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak


diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat

unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan

karena peristiwa kecelakaan tidak disertai kerugian material maupun penderitaan

dari yang paling ringan sampai yang paling berat (Suma’mur,1996).

Secara umum kecelakaan selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidak

dapat diduga”. Sebenarnya setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau

diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh

karena itu, kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan serta

perlengkapan produksi sesuai dengan standar kewajiban oleh UU ini (Bennet,

Silalahi N.B 1984).

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan

hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti

bahwakecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan

penting, yaitu :

- Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan,atau

- Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedangdilakukan

Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan

manusia yang tidak aman (unsafe act) dan keadaan lingkungan yang tidak aman

(unsafe condition). Dari data kecelakaan didapatkan bahwa 85% sabab

kecelakaan adalah faktor manusia. Oleh karena itu sumber daya manusia dalam

hal ini memegang peranan penting dalam penciptaan keselamatan dan kesehatan

kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam keadaan yang aman

akan sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja

(Suma’mur,1996).
Adapun menurut H.W. Heinrich dengan teori dominonya yang

disempurnakan oleh Frank E. Bird menyatakan bahwa suatu kecelakaan tidak

datang dengan sendirinya, terjadinya kecelakaan merupakan suatu hasil dari

tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman dan kedua hal tersebut selanjutnya

tergantung pada seluruh macam gabungan dari berbagai faktor, inilah dalam

kaitan urutan tertentu akan

mengakibatkankecelakaan. Loss
Accident
Immediat
Basic couse eLock
Cause Manusia
a. Kurangnya
Lock of controlSistem Pengendalian ( ofControl) Kontak
Harta
Faktor Tindakan dengan
Dalam
Tidak urutan teori domino, kurangnya sistem pengendalian merupakan
benda
pribadi tidak energi
memadainya Proses
urutan Faktor suatu kejadian
pertama munuju aman yang mengakibatkanProduksikerugian.
program
pekerjaa Kondisi
stand and
Pengendalian dalam halnini ialah salah satu dari 4 (empat) fungsi menejemen
tidak
program
perumusan aman
yaitu: planing (perencanaan), organizing (pengorganisasian), leading
standart
(kepemimpinan), controling (pengendalian).rangkaian efek akan dimulai dan

memicu berlanjutnya faktor penyebab kerugian. Kurangnya pengendalian dapat

disebabkan karena faktor :

1. Kekurangan padaProgram

2. Hal ini dapat disebabkan terlalu sedikitnya program yang diterapkan.

3. Kekurangan pada StandarProgram

4. Faktor yang menyebabkan kurangnya standar yang diterapkan tidak cukup

spesifik dan tidak cukup jelas serta kurang tinggnya standar yang ditetapkan.

5. Kekurangan pada Kepatuhan Terhadap StandarProgram

6. Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja yang baik, perusahaan harus membuat suatu program keselamatan dan

kesehatan kerja, menetapkan standar yang digunakan dan melakukan

pemantauan pelaksanaan program tersebut.


b. Sebab-sebab Dasar (BasicCauses)

Sebab-sebab dasar dianggap sebagai akar dari masalah, penyebab riil, penyebab

tidak langsung, atau penyebab pendukung. Penyebab dasar membantu menjelaskan

mengapa terdapat kondisi yang kurang standar. Sebab-sebab dasar dibagi menjadi 2,

yaitu :

1) Faktor manusia (Personal Factor)

Meliputi:

a) Kurangnya kemampuan fisik danmental

b) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan

c) Stres fisik danmental

d) Kurang adanya motivasikerja

e) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan

f) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman

2) Faktor Pekerjaan (Job Factor)

Meliputi:

a) Kepemimpinan dan atau pengawasan kurangtepat

b) Enginering kurangmemadai

c) Maintenance kurangmemadai

d) Alat dan peralatan kurangmemadai

e) Pembelian atau pengadaan barang kurangmemadai

f) Standar kerja kurangmemadai

g) Penyalahgunaanwewenang

c. Sebab langsung (ImmediateCause)

Penyebab langsung dari kecelakaan adalah suatu yang secaa langsung menyebabkan

kontak. Penyebab langsung tersebut berupa :


1) Tindakan tidak aman (Unsafe Act)
Yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman yang berpeluang akan

terjadinya kecelakaan. Tindakan tidak aman tersebut antara lain :

a) Mengoperasikan peralatan tanpawewenang

b) Menjalankan suatu peralatan dan kecepatan yang tidaksesuai

c) Membuat alat pengaman yang tidakberfungsi

d) Cara kerja yang tidakbenar

e) Posisi kerja yangsalah

f) Tidak memakai alat pelindungdiri

g) Menggunakan peralatan yangrusak

h) Menggunakan peralatan secara tidak layak

i) Memprbaiki peralatan yang sedangbergerak

j) Bersendaugurau saat melakukan pekerjaan yang beresiko

kecelakaan

2) Kondisi tidak aman (UnsafeCondition)

Adalah keadaan yang dapat mendorong timbulnya suatu kecelakaan baik terhadap

diri sendiri, orang lain, bahan, peralatan, atau perlengkapan maupun

lingkungan kerja yang tidak aman dalam setiap aktivitas kerja antara lain:

a) Pelindung atau pengaman yang tidakmemadai.

b) Alat pelindung diri tidak layak, kurang atau tidaksesuai

c) Sistem peringatan tidakberfungsi

d) Kebersihan, tata ruang tempat kerja tidaklayak

e) Kondisi lingkungan mengandung debu, gas, asap, atau uap yang

melebihiNAB.

f) Intensitas kebisingan yang disebabkan oleh mesin di tempatkerja.


g) Penerangan dan ventilasi yang kurangmemadai.

h) Suhu kerja yang kurangnyaman

i) Temperatur yang terlalu tinggi/rendah

j) Paparanradiasi

d. Kecelakaan(accident)

Kecelakaan terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi ataubahan

yang melampaui nilai ambang batas dari bahan atau struktur. Sumber energi ini dapat

berupa tenaga mekanis, tenaga kinetis, kimia, listrik, dsb.

Menurut International Labour Organization (ILO) Kecelakaan di industri dapat

diklasifikasikan menjadi :

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan:

a) Terpapar bahan-bahan kimiaberbahaya

b) Tertimpa benda yang jatuh dariatas

c) Terjepit antara dua benda, tersandung dan terbenturbenda.

d) Tersengat aliranlistrik

e) Jatuh dariketinggian

f) Terpeleset karena lantailicin

g) Gerakan-gerakan paksa atau peregangan ototberlebihan

2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya:

a) Mesin-mesin, seperti : mesin-mesin produksi, mesin-mesin pertambangan,

mesintransmisi.

b) Sarana alat angkat-angkut, seperti : forklift, alat angkut beroda selainkereta.

c) Peralatan-peralatan ;ain, seperti : bejana tekan, instalasilistrik.

d) Bahan-bahan berbahaya dan radiasi, seperti : bahan mudah meledak, debu, gas,

cairan, bahankimia.
e) Lingkungan kerja, seperti : tekanan panas, intensitas kebisingan tinggi,getaran.

3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cidera:

a) Patahtulang

b) Kenyerian otot dankejang

c) Lukabakar

d) Keracunanakut

e) Efek terkena papararadiasi

f) Gegar otak dan luka luar lainnya,dll

4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka:

a) Kepala; leher; badan; lengan; kaki; berbagai bagiantubuh

b) Lukaumum,dll

Menurut frank Bird Jr (1991), kecelakaan disebabkan oleh :

a) Menejemen yang tidak terkontrol

b) Sumber sebagai penyebabdasar

c) Gejala-gejala penyebabseketika.

e. Kerugiaan(Loss)

Setiap kecelakaan adalah malapetaka, kerugian, dan kerusakan kepada manusia,

harta benda atau properti dan proses produksi. Implikasi yang berhubungan

dengan kecelakaan sekurang-kurangnya berupa gangguan kinerja perusahaan dan

penurunan keuntungan perusahaan. Pada dasarnya, akibat dari peristiwa

kecelakaan dapat dilihat dari besar-kecilnya biaya yang dikeluarkan bagi

terjadinya suatu peristiwa kecelakaan. Pada umumnya kerugian akibat kecelakaan

kerja cukup besar dan dapat mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas kerja

perusahaan. Secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja dapat di

kelompokkan menjadi :
1. Kerugian atau biaya langsung (DirectCosts)

Yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai

terjadi peristiwa sampai dengan tahap rehabilitasi, seperti:

a) Penderitaan tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dankeluarganya

b) Biaya pertolongan pertama padakecelakaan

c) Biaya pengobatan danperawatan

d) Biaya perbaikan paralatan yang rusak

e) Biaya angkut dan biaya rumahsakit

2. Kerugian atau biaya tidak langsung atau terselubung (Inderect Costs) Yaitu

merupakan kerugian berupa biaya yang dikeluarkan berupa biaya yang dikeluarkan dan

meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya

kecelakaan, biaya tidak langung ini antara lain mencakup:

a) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapatkecelakaan

b) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu dan rasa

simpati serta setia kawan untuk membantu korban, mengantarkan ke rumah sakit.

c) Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target,

kehilanganbonus,dll.

d) Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan kerja lainnya.

e) Biaya penyelidikan dan sosisl lainnya, seperti : mengunjungi tenaga kerja yang

sedang menderita akibat kecelakaan, menyelidiki sebab-sebab terjadinya kecelakaan,

mengatur dan menunjuk tenaga kerja lain untuk meneruskan pekerjaan dari tenaga

kerja yang menderita kecelakaan, merekrut dan melatih tenaga kerja baru, timbulnya

ketegangan dan stres serta menurunnya moral dan mental tenagakerja.

Kecelakaan kerja mempunyai dampak yang sangat besar terhadap tenaga kerja dan

perusahaan. Menurut Suma’mur (1996), Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan


bermacam-macam kerugian yaitu:

a. Kerusakan

b. Kekacauanorganisasi

c. Keluhan dankesedihan

d. Kelainan dankecacatan

e. Kematian

Pada umumnya kita hanya terfokus pada kerugian atau biaya langsung, padahal pada

kenyataannya, kerugian atau biaya-biaya yang tidak langsung dan terselubung jauh lebih

besar dan mempunyai dampak yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari fenomena

gunung es dimana puncak gunung es yang nampak hanya sebagian kecil dibandingkan

dengan bagian gunung es yang terdalam di dalamnya dan belum kelihatan pada

saatkejadian.

Dengan demikian jelas bahwa di samping kerugian langsung akibat kejadian

kecelakaan, kerugian yang tidak langsung harus mendapatkan perhatian yang

serius karena sangat mempengaruhi kelangsungan proses produksi perusahaan

secara keseluruhan.

6. Pengendalian / Minimasi Risiko

Pengendalian risiko adalah suatu upaya kontrol terhadap potensi risiko

bahaya yang ada sehingga bahaya itu dapat ditiadakan atau dikurangi sampai batas

yang dapat diterima.

Dalam Permenaker RI. No.05/MEN/1996, diteranglan bahwa perusahaan

harus merencanakan manejemen dan pengendalian kegiatan-kegiatan produk

barang dan jasa yang dapat mrnimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal

ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan kebijaksanaan

standar bagi tempat kerja, perencanaan pabrik dan bahan, prosedur dan intruksi
kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa.

Dalam melakukan pengendalian, hal yang harus dilakukan adalah memulai

dari tindakan terbesar. Jika tidak dapat dilakukan maka dengan menurunkan

tingkat pengendaliannya ketingkat yang rendah atau mudahHal yang harus

diperhatikan dalam memilih atau menetapkan jenis tindakan pengendalian risiko

adalah dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a Tindakan itu merupakan alat pengendali yang tepat

b Tidak menimbulkan bahayabaru

c Diikuti oleh semua pekerja tanpa adanya ketidaknyamanan dan srtes (Rudi,

Suardi 2005).

Pengendalian resiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian

(Hirarchy of Control). Hirarki pengedalian resiko adalah suatu urutan-urutan

dalam pencegahan dan pengendalian resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari

beberapa tingkatan secara berurutan (Tarwaka, 2008).

Hirarki atau metode yang dilakukan untuk mengendalikan risiko antaralain :

1) Eliminasi(Elimination)

Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya menghilangkan bahaya. Eliminasi

merupakan langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan

utama dalam melakukan pengendalian risiko bahaya. Hal ini berarti eliminasi

dilakukan dengan upaya mengentikan peralatan atau sumber yang dapat

menimblkan bahaya.

2) Substitusi(Substitution)

Substitusi didefinisikan sebagai penggantian bahan yang berbahaya dengan

bahan yang lebih aman. Prinsip pengendalian ini adalah menggantikan sumber

risiko dengan sarana atau peralatan lain yang lebih aman ataulebih rendah
tingkat resikonya.

3) Rekayasa(Engineering)

Rekayasa/ Engineering merupakan upaya menurunkan tingkat risiko dengan

mengubah desain tempat kerja, mesin, peralatan atau proses kerja menjadi

lebih aman. Ciri khas dalam tahap ini adalah melinatkan pemikiran yang lebih

mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang memodifikasi peralatan,

melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi

frekuansi dalam melakukan kegiatanberbahaya.

4) Administrasi

Dalam upaya sacara administrasi difokuskan pada penggunaan prosedur

seperti SOP (srandart operating procedurs) sebagai langkah mengurangi

tingkatrisiko.

5) Alat Pelindung Diri(APD)

Alat pelindung diri merupakan langkah terakhir yang dilakukan yang

berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan.

(Operasional Procedure No.31519).

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko harus dilakukan

dalam perhitungan yang matang, termasuk juga biaya dan waktu pelaksanaannya.

Data-data yang disajikan harus dipastikan akurat. Organisasi harus menentukan

apakah aspek K3 ini terkait dengan aktifitas sekarang atau lampau.

Tapi bagi organisasi yang belum menerapkan sistem menejemen K3 dan

belum memiliki data apapun yang terkait dengan aspek-aspek K3, sebaiknya

melakukan tinjauan awal bahaya potensial berdasarkan kondisi sekarang.

Organisasi harus mempertimbangkan risiko yang dihadapinya sebagai dasar

membuat sistem menejemen K3.


Tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus

mencakup empat hal berikut ini, yaitu:

a. Persyaratan peraturan danperundang-undangan.

b. Identifikasi resiko K3 yang dihadapiorganisasi.

c. Rekaman-rekaman dari semua proses danprosedur.

d. Evaluasi dan umpan balik dari investigasi insiden sebelumnya, kecelakaan dan

keadaan darurat. ( Rudi Suardi,2005).

LAPORAN PENDAHULUAN

KECELAKAKAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA


DisusunUntukMemenuhiTugas Mata Kuliah K3

Psik 8 Reg A2

DosenPengampu :

Ns.Romliyadi S.kep.,M.kes.,M.kep

Disusunoleh :

TRIANITA WIBAWA 17.14201.30.08

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KECELAKAKAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

DisusunUntukMemenuhiTugas Mata Kuliah K3

Psik 8 Reg A1

DosenPengampu :

Ns.Romliyadi S.kep.,M.kes.,M.kep

Disusunoleh :

TRIANITA WIBAWA 17.14201.30.08

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021
Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja

A. Defenisi
Kecelakaanadalahkejadiantidakterdugayangdisebabkanolehtindakantidak
aman dan kondisi tidak aman (Heinrich, 1930). Sebagian
besar(85%)kecelakaandisebabkanolehfaktormanusiadengantindakanyangtidak
aman.Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang
dapatmembahayakanpekerjaitusendirimaupunoranglainyangdapatmenyebabk
an terjadinya kecelakaan yang dapat disebabkan oleh berbagai halseperti tidak
memakai APD, tidak mengikuti prosedur kerja, tidak
mengikutiperaturankeselamatan kerjadan bekerjatidak hati-hati.
Bekerja di rumah sakit dapat menimbulkan risiko tertular penyakit
daripasien.Potensi bahaya di RS, selain penyakitpenyakit infeksi juga ada
potensibahayabahayalainyangmempengaruhisituasidankondisidiRS,yaitukecel
akaan(peledakan,kebakaran,kecelakaanyangberhubungandenganinstalasilistri
k,dansumber-sumbercideralainnya),radiasi,bahan-
bahankimiayangberbahaya,gas-
gasanastesi,gangguanpsikososialdanergonomi.Semua potensi bahaya tersebut
diatas, jelas mengancam jiwa dankehidupan bagi para karyawan di RS, para
pasien maupun para pengunjungyangadadi lingkunganRS.
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakityang disebabkan oleh
pekerjaandanlingkungankerja.FaktorrisikoPAKantaralain:Golonganfisik,kimi
awi, biologis atau psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di
dalamlingkungankerjamerupakanpenyebabyangpokokdanmenentukanterjadin
yapenyakitakibat kerja.Faktor lain seperti kerentananindividualjuga berperan
dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang
terpajan.FaktorrisikoyangdapatmenyebabkanterjadinyaPAKadalahsebagaiberi
kut:
1) Golongan fisik
a. Kebisingandapatmengakibatkangangguanpadapendengaransampaid
engan Non-induced hearingloss
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah
dankulit
c. Suhuudarayangtinggidapatmengakibatkanheatstroke,heatcramps,at
auhyperpyrexia.Sedangkansuhuudarayangrendahdapatmengakibatk
anfrostbite, trenchfootatauhypothermia.
d. Tekananudarayangtinggidapatmengakibatkan caisondisease
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan
mata.Pencahayaanyangtinggidapatmengakibatkantimbulnyakecela
kaan
2) Golongankimia
a. Debudapatmengakibatkanpneumokoniosis
b. Uapdapatmengakibatkanmetalfumefever,dermatitisdankeracunan
c. GasdapatmengakibatkankeracunanCOdanH2S
d. Larutandapatmengakibatkandermatitis
e. Insektisidadapatmengakibatkankeracunan
3) Golonganinfeksi
a. Anthrax
b. Brucell
c. HIV/AIDS
4) Golonganfisiologis
Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan
yangkurangbaik,salahcaramelakukansuatupekerjaanyangdapatmengaki
batkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat
menyebabkanperubahanfisik padatubuh pekerja.
5) Golonganmental
Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau
keadaanpekerjaanyangmonotonyangmenyebabkan kebosanan.
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP K3 RS

DisusunUntukMemenuhiTugas Mata Kuliah K3


Psik 8 Reg A1

DosenPengampu :

Ns.Romliyadi S.kep.,M.kes.,M.kep

Disusunoleh :

TRIANITA WIBAWA 17.14201.30.08

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021
KonsepK3RS

A. Pengertian
Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan,kerusakan dan segala bentuk
kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan
peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara
langsung dan tidak langsung.
Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua
jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan,penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan
manusia dan manusia dengan jabatannya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya
disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia
rumahsakit,pasien,pendamping pasien,pengunjung,maupun lingkungan
rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit
akibat kerjadi rumah sakit .
SistemManajemenKeselamatandanKesehatanKerjaRumahSakit
yang selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari
manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktifitas proses kerja
diRumah Sakit guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat,
selamat,aman dan nyaman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit,
pasien,pendamping pasien,pengunjung, maupun lingkungan Rumah
B. Tujun
K3RS bertujuan untuk terselenggaranya keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit secara optimal, efektif, efisien dan
berkesinambungan.
C. Prinsip K3RS
Agar K3RS dapat dipahami secara utuh perlu diketahui pengertian
3(tiga)komponen yang saling berinteraksi,

1.Kapasitas Kerja

Kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya


dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu

2. Beban Kerja

Suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik maupun


non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya,kondisi tersebut dapat
diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara
fisik atau nonfisik.

3.Lingkungan Kerja

Kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik,


kimia,biologi,ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi
pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
D. RencanaK3RS
Pelaksanaan rencana K3 RS meliputi:
a. Manajemen risiko K3RS
b. Keselamatan dan keamanandi RumahSakit
c. pelayanan KesehatanKerja
d. pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) dari aspek
keselamatan dan Kesehatan Kerja
e. pencegahan dan pengendalian kebakaran
f. pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan
dan Kesehatan Kerja
g. pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja
h. kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana

 
LAPORAN PENDAHULUAN

PENANGGULANGAN KEBAKARAN

(alat pemadam api ringan )

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah K3

Psik 8 Reg A1

Dosen Pengampu :

Ns.Romliyadi S.kep.,M.kes.,M.kep

Disusun oleh :

TRIANITA WIBAWA 17.14201.30.08


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA

PALEMBANG

2021
PENANGGULANGAN KEBAKARAN

(alat pemadam api ringan )

A. Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh
faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan
bencana sosial.
Bencana menurut industri adalah peristiwa tidak dikehendaki yang terjadi pada
lingkungan yang sedang melakukan kegiatan produksi maupun operasional perusahaan
dan perusahaan ini tidak mampu mengatasi peristiwa tersebut. Sehingga untuk
mengantisipasi peristiwa yang tidak dikehendaki tersebut, maka diperlukan untuk
persiapan menghadapi bencana pada perusahaan terutama masalah kebakaran.
B. Kebakaran
Kebakaran merupakan kejadian yang muncul dari adanya api yang tidak
terkontrol yang disebabkan oleh konsleting listrik, rokok, dan bahan kimia. Pedoman
Segitiga Api menjelaskan tentang munculnya api memerlukan 3 komponen yakni bahan
yang mudah terbakar, oksigen dan panas1 . Kebakaran bisa terjadi dimana dan kapan
saja ketika ada bahan yang mudah terbakar dan sumber kebakaran. Terdapat dua macam
sistem perlindungan bangunan terhadap bencana kebakaran yakni sistem proteksi aktif
dan pasif.
C. Faktor Penyebab Kebakaran
Terjadinya kebakaran tidak secara tiba-tiba melainkan ada beberapa pemicu
terjadinya nyala api sehingga menjadi sebuah kebakaran. Unsur pembentuk api ada tiga
macam yaitu:

1. Bahan bakar (fuel).


Bahan yang mudah terbakar baik padat (kayu, kertas, plastik, kulit), cair
(bensin, minyak tanah, cat, alkohol) atau gas (gas alam, asetilen, propan, butan).
2. Sumber panas (heat).
Sumber panas yang memicu timbulnya api karena adanya kenaikan suhu yang
mencapai suhu pembakaran. Contoh sumber panas adalah: api terbuka, sinar matahari,
kompresi, energi mekanik, dan listrik.
3. Oksigen.
Kandungan kadar (O2) ditentukan dengan persentasi (%), makin besar kadar
oksigen maka api akan menyala makin hebat, sedangkan pada kadar oksigen kurang dari
12 % tidak akan terjadi pembakaran api. Dalam keadaan normal kadar oksigen diudara
bebas berkisar 21 %, apabila salah satu unsur tersebut tidak seimbang maka akan timbul
nyala api.(14, 15)

Kebakaran bisa terjadi dimana saja ketika ada sumber kebakaran maupun
bahan yang mudah terbakar. Diketahui survei pada suatu pemukiman Kota Bandung
menyatakan faktor-faktor penyebab kebakaran paling tinggi adalah kompor gas 100%,
korslet listrik 77%, lilin 67%, kompor minyak 30%, obat nyamuk 28%, puntung rokok
24% dan pembakaran sampah 19%. Dari data tersebut maka untuk menghindari
kejadian kebakaran perlu adanya upaya pencegahan dan penanggulangan.(16)

D. Klasifikasi Kebakaran
Potensi kebakaran berdasarkan tingkat risikonya dibagi menjadi 5 yaitu:
1. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran ringan.
2. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sedang I.
3. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II.
4. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sedang III
5. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran berat.
Berdasarkan klasifikasi di atas maka dibuat tabel daftar jenis tempat kerja sebagai
berikut:
Tabel Daftar Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran Berdasarkan Jenis Tempat Kerja.

No Klasifikasi Jenis Tempat Kerja


1 Bahaya kebakaran ringan berada di - Tempat ibadah
tempat kerja yang mempunyai jumlah - Gedung/ruang perkantoran
dan kemudahan terbakar rendah, - Gedung/ruang pendidikan
apabila terjadi kebakaran panas yang - Gedung/ruang perumahan
dilepaskan rendah sehingga api - Gedung/ruang perawatan
menjalar dengan lambat - Gedung/ruang restoran
- Gedung/ruang perpustakaan
- Gedung/ruang perhotelan
- Gedung/ruang lembaga
- Gedung/ruang rumah sakit
- Gedung/ruang museum
- Gedung/ruang penjara
2 Bahaya kebakaran sedang I berada - Tempat parkir
di tempat kerja yang mempunyai - Pabrik elektronika
jumlah dan kemudahan terbakar - Pabrik roti
sedang, menimbun bahan dengan - Pabrik barang gelas
tinggi tidak lebih dari 2,5 m dan jika - Pabrik minuman
terjadi kebakaran panas yang - Pabrik permata
- Pabrik pengalengan
dilepaskan sedang - Binatu
- Pabrik susu
3 Bahaya kebakaran sedang II - Penggilingan padi
berada di tempat kerja yang - Pabrik bahan makanan
mempunyai jumlah dan kemudahan - Percetakan dan penerbitan
terbakar sedang, menimbun bahan - Bengkel mesin
- Gudang pendinginan
dengan tinggi tidak lebih dari 4 m
- Pabrik barang keramik
dan jika terjadi kebakaran panas yang
- Pabrik tembakau
dilepaskan sedang sehingga api
- Pengolahan logam
menjalar sedang
- Penyulingan
- Pabrik barang kelontong
- Pabrik barang kulit
- Pabrik tekstil
- Perakitan kendaraan bermotor

- Pabrik kimia (kimia dengan


kemudahan terbakar sedang)
- Pertokoan dengan pramuniaga
kurang dari 50 orang
4 Bahaya kebakaran sedang III - Ruang pameran
berada di tempat kerja yang - Pabrik permadani
- Pabrik makanan
mempunyai jumlah dan kemudahan
- Pabrik sikat
terbakar tinggi, dan jika terjadi
- Pabrik ban
kebakaran panas yang dilepaskan
- Pabrik karung
tinggi sehingga api menjalar cepat
- Bengkel mobil
- Pabrik sabun
- Pabrik tembakau
- Pabrik lilin
- Studio dan pemancar
- Pabrik barang plastik
- Pergudangan
- Pabrik pesawat terbang
- Pertokoan dengan pramuniaga
lebih dari 30 orang
- Penggergajian dan pengolahan kayu
- Pabrik makanan kering dari bahan
tepung
- Pabrik minyak nabati
- Pabrik tepung terigu
- Pabrik pakaian
5 Bahaya kebakaran berat berada di - Pabrik kimia dengan kemudahan
tempat kerja yang mempunyai jumlah terbakar tinggi
dan kemudahan terbakar tinggi - Pabrik kembang api
karena menyimpan bahan cair - Pabrik korek api
- Pabrik cat
- Pabrik bahan peledak
- Penggergajian kayu dan
penyelesaiaanya menggunakan bahan
mudah terbakar
- Studio film dan televisi
- Pabrik karet buatan
- Hanggar pesawat terbang
- Penyulingan minyak bumi
- Pabrik karet busa dan plastik busa.
(17)

Selain acuan di atas Indonesia juga menggolongkan kebakaran berdasarkan penyebabnya


yaitu:
1. Kebakaran kelas A
Kebakaran bahan padat kecuali logam, misal: kayu, arang, kertas, tekstil, plastik
dan jenisnya.
2. Kebakaran kelas B
Kebakaran bahan cair atau gas , misalnya: bensin, solar, minyak tanah, aspal,
alkohol, gas alam, gas LPG dan sejenisnya.
3. Kebakaran kelas C
Kebakaran yang terjadi pada instalasi listrik bertegangan.
4. Kebakaran kelas D
Kebakaran pada benda-benda logam, misalnya: magnesium, alumunium,
kalium dan lain-lain.(18)
Klasifikasi kebakaran pada gedung sangat penting untuk langkah awal
identifikasi dalam membuat pemetaan prosentase terjadinya kebakaran, sehingga
memudahkan dalam penanganan dan pencegahan kebakaran sesuai dengan tingkat risiko
terjadi kebakaran dan penyebabnya. Hal ini dilakukan agar sistem yang dibuat dan
dijalankan efektifitasnya lebih tinggi dan tepat, sehingga jika terjadi kebakaran dapat
cepat ditangani dan tidak banyak mengalami kerugian.(19)
E. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah
sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan sarana dan prasarana baik yang
terpasang maupun material untuk membangun bangunan tersebut yang bertujuan
sebagai sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam
rangka melindungi bangunan dan lingkungan sekitar terhadap bahaya kebakaran.
Berikut adalah upaya-upaya proteksi kebakaran:
1. Unit Penanggulangan Kebakaran.
Unit penanggulangan kebakaran adalah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi
untuk menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempatkerja.

Dalam KEPMENAKER NO 186 TH 1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di


tempat kerja, terdiri dari 4 tipe yaitu:
a. Petugas peran kebakaran.
Petugas yang ditunjuk dan diserahi tugas tambahan untuk menangani masalah
penanggulangan di tempat kerja.
Petugas peran kebakaran minimal 2 orang untuk setiap 25 orang pekerja, dan
mempunyai tugas seperti berikut:
1) Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran.
2) Memadamkan kebakaran pada tahap awal.
3) Mengarahkan evakuasi orang dan barang
4) Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
5) Mengamankan lokasi kebakaran.
Syarat menjadi petugas peran kebakaran adalah:
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Pendidikan minimal SLTP.
3) Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I.(17)
b. Regu penanggulangan kebakaran.
Satuan petugas yang mempunyai tugas khusus fungsional dibidang
penanggulangan kebakaran.
Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan
kebakaran ditetapkan untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan
kebakaran sedang I yang mempekerjakan 300 pekerja atau lebih, atau setiap tempat
kerja yang mempunyai tingkat risiko kebakaran sedang II, sedang III dan berat. Tugas
regu penanggulangan kebakaran sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran.
2) Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran.
3) Memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap awal.
4) Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat kebakaran.
5) Memadamkan kebakaran.
6) Mengarahkan evakuasi orang dan barang.
7) Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
8) Mengamankan lokasi tempat kerja dan melakukan koordinasi seluruh petugas
peran kebakaran.
Syarat menjadi regu penanggulangan kebakaran adalah:
1) Sehat jasmani dan rohani.
2) Usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun.
3) Pendidikan minimal SLTA
4) Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I dan
tingkat dasar II.(17)
c. Koordinator unit penanggulangan kebakaran.
Koordinator unit penanggulangan kebakaran orang yang bertanggung jawab
atas unit penanggulangan kebakaran.
Tempat kerja dengan tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I, minimal
mempunyai 1 orang koordinator unit penanggulangan kebakaran untuk setiap jumlah
100 pekerja. Sedangkan untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II,
sedang III dan berat minimal mempunyai 1 orang koordinator unit penanggulangan
kebakaran untuk setiap unit kerja. Tugas koordinator unit penanggulangan adalah:
1) Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi
yang berwenang.
2) Menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan kebakaran.
3) Mengusulkan anggaran,sarana,dan fasilitas penanggulangan kebakaran kepada
pengurus.
Syarat menjadi koordinator unit penanggulangan kebakaran adalah:
1) Sehat jasmani dan rohani.
2) Pendidikan minimal SLTA.
3) Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan minimal 5 tahun masa
kerja.
4) Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I,
tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3 Pratama.(17)
d. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab
teknis.
Dalam unit penanggulangan kebakaran tugas ahli K3 spesialis kebakaran adalah:
1) Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran.
2) Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran.
3) Memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap awal.
4) Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat kebakaran.
5) Memadamkan kebakaran.
6) Mengarahkan evakuasi orang dan barang.
7) Mengadakan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran. Syarat-syarat
Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran adalah:
1) Sehat jasmani dan rohani.
2) Pendidikan minimal D3 teknik.
3) Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan minimal 5 tahun.
4) Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I,
tingkat dasar II, dan tingkat Ahli K3 Pratama dan tingkat Ahli Madya.
Dalam melaksanakan tugas Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran mempunyai
wewenang sebagai berikut:

1) Memerintahkan, menghentikan dan menolak pelaksanaan pekerjaan yang dapat


menimbulkan kebakaran.
2) Meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat- syarat K3 di
bidang kebakaran di tempat kerja.(17)

Suatu gedung membutuhkan anggota khusus untuk menangani penanggulangan


kebakaran diluar tim K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Hal ini sangat diperlukan
untuk menghadapi bencana kebakaran agar jika suatu saat terjadi maka penghuni
gedung tersebut mengetahui dan paham langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
penanganan kebakaran agar tidak terjadi korban jiwa, kerugian materi dan kehilangan
berkas-berkas penting.(21)
2. Sarana penyelamatan
Setiap gedung harus mempunyai sarana keselamatan kerja agar mencegah
terjadinya kecelakaan atau cidera pada saat melakukan evakuasi ketika terjadinya
keadaan darurat.(11) Berikut beberapa sarana penyelamatan:
a. Pintu keluar
Sarana jalan keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga
memiliki waktu cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa hambatan jika
terjadi keadaan darurat.
Standar minimal pintu keluar secara umum untuk penyelamatan bahaya kebakaran pada
gedung adalah:
1) Bukaan pintu untuk sarana jalan ke luar harus sedikitnya salah satu daun pintu
memiliki lebar bersih minimal 80 cm (32 inci).
2) Bila digunakan pasangan daun pintu maka sedikitnya salah satu pintu memiliki
lebar bersih minimal 80 cm (32 inci).
3) Untuk menetapkan lebar jalan ke luar dari suatu jalur pintu dalam upaya
menghitung kapasitasnya, hanya lebar bebas dari jalur pintu harus diukur ketika pintu
dalam posisi terbuka penuh.
4) Lebar bebas harus ukuran lebar bersih yang bebas dari tonjolan.
5) Ketinggian permukaan lantai pada kedua sisi pintu tidak boleh berbeda lebih
dari 12 mm (0,5 inci).
6) Ketinggian ini harus di pertahankan pada kedua sisi jalur pintu pada jarak
sedikitnya sama dengan lebar daun pintu yang terbesar.
7) Tinggi ambang pintu tidak boleh menonjol dari 12 mm (0,5 inci).
8) Ambang pintu yang ditinggikan dan perubahan ketinggian lantai lebih dari 6
mm (0,25 inci) pada jalur pintu harus dimiringkan dengan kemiringan tidak lebih curam
dari 1:2.
9) Komponen pintu kokoh.
10) Pada atau pun dekat lokasi pintu harus dipasang tanda yang dapat dilihat secara
jelas bertuliskan:

Pintu darurat yang tidak sesuai standar akan menyebabkan masalah jika terjadi
bencana terutama kebakaran. Pintu darurat adalah komponen yang sangat penting
karena sarana penyelamatan menuju tempat aman. Pintu darurat yang tidak sesuai dapat
menghambat massa untuk menyelamatkan diri karena adanya penumpukan massa yang
tidak sesuai dengan kapasitas pintu, sehingga dapat menyebabkan adanya korban yang
terlambat selamat.(22)

b. Pencahayaan darurat
Suatu lampu hidup otomatis yang digunakan saat terjadi keadaan darurat
berada di tangga-tangga, gang, koridor, ram, lif, jalan lorong menuju tempat aman dan
jalur menuju jalan umum.
Syarat pencahayaan darurat adalah:
1) Iluminasi darurat harus disediakan untuk jangka waktu 1,5 jam pada kejadian
padamnya pencahayaan normal.
2) Fasilitas pencahayaan darurat harus disusun untuk menyediakan iluminasi awal
rata-rata tidak kurang dari 1ft.kandel (10 lux) dan minimum pada satu titik 0.1 ft. kandel
(1 lux) diukur sepanjang jalur jalan ke luar permukaan lantai.
3) Tingkat iluminasi harus diijinkan untuk menurunkan rata-rata 0,6 ft.kandel (6
lux) dan pada titik minimum 0,06 ft.kandel (0,6 lux) pada akhir dari jangka waktu
pencahayaan darurat. Rasio keseragaman iluminasi maksimum keminimum tidak harus
melampaui 40:1.
4) Sistem pencahayaan darurat harus ditata untuk menyediakan iluminasi yang
diperlukan secara otomatis di dalam kejadian terputusnya pencahayaan normal.
5) Generator darurat yang menyediakan tenaga listrik untuk sistem pencahayaan
darurat harus dipasang,diuji, dan dipelihara sesuai ketentuan tentang sistem daya untuk
keadaan darurat dan cadangan yang berlaku.
6) Pencahayaan darurat yang dioperasikan oleh baterai harus hanya menggunakan
jenis yang andal dari baterai yang dapat diisi kembali dengan fasilitas yang sesuai untuk
pemeliharaannya dalam kondisi bermuatan yang sesuai.
7) Sistem pencahayaan darurat harus dari jenis menerus dalam pengoprasiannya
atau harus mampu untuk operasi berulang otomatik tanpa intervensi manual.Lampu
darurat harus dapat segera hidup dengan jangka waktu yang lama jika terjadi suatu
bencana agar dapat memudahkan massa mengetahui jalan keluar dari gedung dengan
cepat dan mudah tanpa hambatan serta merasa bingung dan panik. Hal ini juga
menghindari adanya korban jiwa yang terperangkap dalam gedung.(23)
c. Tanda arah exit
Tanda exit adalah arah untuk keluar menuju ke tempat aman yang paling dekat jika
terjadi suatu keadaan darurat. Syarat penandaan sarana jalur keluar adalah:
1) Penempatan tanda haruslah sedemikian sehingga tidak ada titik di dalam akses
exit koridor lebih dari 30 m (100 ft) dari tanda terdekat.
2) Setiap tanda yang diperlukan harus ditempatkan dan dengan ukuran
sedemikian, warna yang nyata dan dirancang untuk mudah dilihat dan harus kontras
dengan dekorasi, penyelesaian interior atau tanda lainnya.
3) Suatu tanda arah terbaca exit atau maksut yang serupa dengan indikator arah
yang menunjukkan lintasan harus ditempatkan di setiap tempat di mana arah lintasan
untuk mecapai exit terdekat tidak jelas.
4) Indikator arah harus diletakkan di luar tanda exit minimal 1 cm dari huruf mana
pun dan harus diijinkan menyatu atau terpisah dari tubuh tanda arah.
5) Indikator arah harus dari tipe sersan dan harus teridentifikasi sebagai indikator
arah pada jarak minimum 12 m (40 ft) pada 30 ft-kandel dan

1 ft-kandel iluminasi rata-rata di atas lantai mewakili tingkat pencahayaan normal dan
darurat.
6) Tanda arah yang diterangi dari luar harus memilki kata exit atau kata lain yang
sesuai dengan huruf yang biasa, tidak lebih tinggi dari 15 cm (6 inci) dengan ketebalan
huruf tidak kurang dari 2 cm (0,75 inci) lebarnya.

7) Kata exit harus mempunyai lebar tidak kurang dari 5 cm (2 inci), kecuali huruf
“I” dan jarak minimum antar huruf tidak kurang dari 1 cm (3/8 inci).
8) Tanda arah yang lebih besar dari pada minimum yang ditetapkan harus
mempunyai lebar huruf, garis dan jarak antara yang sebanding terhadap tingginya.(10)

d. Sistem peringatan bahaya


Suatu sistem yang difungsikan sebagai tindakan evakuasi atau penyelamatan keadaan
darurat. Hal ini dilakukan agar pekerja atau tamu memperoleh informasi panduan yang
tepat dan jelas. Sistem peringatan bahaya terdiri dari perangkat suara dan sistem
komunikasi internal.(24)
3. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif
Sistem ini bekerja dengan cara mengendalikan asap maupun panas agar tidak terjadi
kebakaran guna melindungi keselamatan jiwa atau aset perusahaan. Berikut beberapa
proteksi kebakaran pasif:
a. Konstruksi tahan api.
Konstruksi tahan api adalah bangunan gedung yang dilindungi dengan persyaratan
ketahanan api yang didasarkan pada tipe konstruksi dan harus dipelihara, diperbaiki,
diperbaharui atau diganti dengan tepat apabila terjadi kerusakan.
b. Pintu dan jendela tahan api.
Pemasangan dan pemeliharaan serta peralatan yang digunakan untuk melindungi bukaan
pada dinding baik ke dalam atau ke luar bangunan gedung harus sesuai standar uji pintu
dan jendela tahan api.
c. Bahan pelapis interior.
Bahan pelapis interior dalam bangunan gedung dan struktur harus memenuhi ketentuan
yang berlaku tentang persyaratan teknis keselamatan jiwa.
e. Penghalang api.
Penghalang api diklasifikasikan sesuai dengan tingkat ketahanan api yaitu:
1) Tingkat ketahanan api 3 jam.
2) Tingkat ketahanan api 2 jam.
3) Tingkat ketahanan api 1 jam.
4) Tingkat ketahanan api 0.5 jam.(10)
f. Pengahalang asap.
Penghalang asap diperlukan untuk ruang hunian dalam rangka membatasi gerakan asap.
Penghalang asap juga dibuat sebagai penghalang api dan harus diuji untuk menahan
penjalaran api untuk periode yang sama dengan tingkat ketahanan api yang disyaratkan
menahan perpindahan asap.(25)
Proteksi kebakaran pasif disesuaikan dengan penggunaan gedung agar beban panas
produksi dalam gedung tidak berlebihan dan menyebabkan kebakaran, maka perlunya
pemilihan bahan-bahan dasar untuk bangunan yang tahan api.(26)

4. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif


a. Sistem Springkel otomatik
Suatu sistem pemadam kebakaran yang dipasang permanen berada di dalam bangunan
dan dapat menyemprotkan air di tempat terjadinya kebakaran secara otomatis. Ada dua
jenis pemasukan aliran air untuk springkel yaitu susunan di tengah dan susunan di
ujung.
Gambar Susunan Springkel Pemasukan Aliran Air di Tengah

Gambar 2.6 Susunan Springkel Pemasukan Aliran Air di Ujung.


Setiap kepala springkel mempunyai luas lingkup maksimal 12 m2 dan jarak maksimal
antara kepala springkel dengan lainnya adalah 4,6 m atau beradius 2,5 m.

Sifat aliran springkel ada 3 macam yaitu: kepala springkel pancaran atas, kepala springkel
pancaran bawah dan springkel dinding.

Setiap sistem springkel otomatis harus dilengkapi dengan minimal satu jenis sistem
penyedia air berkapasitas cukup dan dapat diandalkan setiap saat serta mampu mengalir
lebih dari 30 menit dengan pasokan air 375 liter/menit. Untuk memudahkan
pengontrolan springkel dengan aliran air dalam pipa dilengkapi dengan katup kendali
tanda bahaya (alarm control valve) atau alat deteksi aliran (flow switch) agar dapat
memberikan isyarat tanda bahaya mengenai kebocoran pipa atau penurunan tekanan air.
Semua ruang dalam gedung harus dilindungi dengan springkel kecuali ruang tertentu
yang sudah mendapat ijin dari pihak berwenang seperti: kamar kakus, ruang panel
listrik, ruang tangga dan ruangan lain
yang dibuat khusus tahan api.(27)
b. Pompa pemadam kebakaran
Pompa pemadam kebakaran dibagi menjadi tiga yaitu: pompa jockey, pompa elektrik,
dan pompa diesel. Pompa tersebut terbagi berdasarkan tenaga penggeraknya yaitu:
motor listrik, motor diesel, turbin uap dan kombinasinya. Penggunaan pompa tersebut
bertujuan bila terjadi kerusakan pada salah satu pompa maka bisa digantikan dengan
pompa yang lain agar dapat tetap bekerja.

c. Detektor dan Alarm kebakaran


Detektor adalah suatu alat untuk mendeteksi kebakaran secara otomatis, cepat, akurat dan
tidak memberikan informasi palsu.(14)
Macam-macam jenis detektor tersebut yaitu:
1) Detektor panas.
Alat yang mrndeteksi temperatur tinggi atau laju kenaikan temperatur yang tidak normal.

2) Detektor asap.
Alat yang mendeteksi partikel yang terlihat atau yang tidak terlihat dari suatu
pembakaran.

3) Detektor nyala api.


Alat yang mendeteksi sinar infra merah, ultra violet, atau radiasi yang terlihat ditimbulkan
oleh suatu kebakaran.

4) Detektor gas kebakaran.


Alat yang mendeteksi gas-gas yang terbentuk oleh suatu kebakaran.
5) Alarm kebakaran adalah tanda seletah terdeteksinya sebuah kebakaran agar
tidak menjadi kebakaran yang besar dan meluas serta mendapat kerugian.(29).

Sebuah sistem alarm kebakaran harus mempunyai syarat inisiasi sebagai berikut:
a) Inisiasi alarm kebakaran manual.
b) Deteksi otomatik.
c) Operasi sistem pemadaman.
Suatu bangunan yang mempunyai risiko besar terjadinya kebakaran perlu melakukan
pemasangan detector dan alarm kebakaran. Alat proteksi kebakaran tersebut juga
memerlukan pemeriksaan berkala untuk mengetahui keefektifan kerjanya, jika salah
satu antara detector dan alarm kebakaran kinerjanya tidak baik maka saat terjadi
kebakaran dapat mengalami kerugian yaitu banyaknya korban jiwa, kerugian harta
benda yang sangat besar dan kehilangan berkas-berkas penting.(30)
d. Alat pemadam api ringan
Alat pemadam api ringan adalah suatu alat untuk memadamkan api pada awal terjadi
kebakaran dan dapat dioperasikan oleh satu orang.(10)
Jenis alat pemadam api ringan terdiri dari: jenis cairan, jenis busa, jenis tepung kering dan
jenis gas.
Syarat pemasangan alat pemadam api ringan:
1) Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada
posisi yang mudah dilihat, diambil dan dijangkau dan di lengkapi dengan tanda
pemasangan.
2) Tanda pemasangan berupa segi tiga sama sisi dengan warna dasar merah
dengan ukuran sisi 35 cm, tinggi huruf 3 cm, bewarna putih, tinggi tanda panah 7,5 cm
warna putih.

3) Tinggi tanda pemasangan 125 cm dari dasar lantai tepat di atas satu atau
kelompok penempatan alat pemadam api ringan yang bersangkutan..
4) Pemasangan dan penempatan apar harus sesuai jenis dan penggolongan
kebakaran.
5) Penempatan alat pemadam api dengan yang lain tidak boleh melebihi 15m,
kecuali ditetapkan oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
6) Semua tabung alat pemadam api ringan bewarna merah.

Gambar Alat Pemadam Api Ringan


7) Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang didapati
sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat.
8) Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung
pada dinding dengan penguat sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau
ditempatkan dalam lemari atau pei (box) yang tidak terkunci.
9) Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian
paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali
jenis CO2 dan tepung kering dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara
dasar alat pemadam api ringan tidak kurang dari 15 cm dari permukaan lantai.
10) Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat
dimana suhu melenihi 49oC atau turun sampai minus 44oC kecuali apabila alat pemadam
api ringan tersebut khusus untuk suhu diluar batas tersebut.
11) Alat pemadam api ringan dilengkapi dengan label informasi tabung.
12) Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi
dengan tutup pengaman.(31)
Pemasangan APAR yang kurang jumlahnya dan tidak sesuai
standar akan mempersulit dalam pencarian dan penggunaannya. Sehingga jika terjadi
kebakaran akan mudah menyebar dengan cepat dan menimbulkan banyak kerugian baik
korban jiwa, materi dan aset lainnya.(32)

5. Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Gedung


Banyak kondisi dalam gedung dan ruangan yang dapat menyebabkan kebakaran. Sebuah
bangunan banyak yang terhindar dari kebakaran dalam waktu yang lama, tetapi kondisi
yang tidak aman ini dapat menjadi faktor kebakaran yang tidak terkendali. Salah satu
cara menghindari kejadian ini maka perlu tindakan pencegahan melalu prosedur inspeksi
dan tata rumah tangga yang baik. Syarat dasar tata rumah tangga adalah:
1) Pengaturan denah dan penyediaan peralatan yang benar.
2) Penanganan dan penyimpanan material secara benar.
3) Kebersihan dan kerapian.(10)

6. Kriteria Penilaian
Kondisi setiap komponen atau bagian bangunan harus dinilai atau dievaluasi. Nilai
kondisi komponen proteksi kebakaran bangunan dibagidalam tiga tingkat yaitu: Baik =
B, Sedang atau Cukup = C dan Kurang = K (ekuivalensi nila B adalah 100, C adalah 80
dan K adalah 60).
Kriteria-kriteria berikut dipergunakan sebagai bahan acuan praktis, penilaian kondisi
proteksi kebakaran bangunan:
Tabel 2.2 Penilaian Audit Kebakaran

Nilai Kesesuaian Keandalan


>80-100 Sesuai persyaratan Baik (B)
60-80 Terpasang tetapi ada sebagian Cukup (C)
kecil
instalasi yang tidak sesuai
persyaratan
<60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K).(33)
Setelah melakukan pemeriksaan suatu bangunan gedung maka data lapangan yang
diperoleh dapat diproses dan digunakan untuk:
a. Menentukan nilai keandalan sistem keselamatan bangunan (NKSKB).
b. Menentukan tingkat kelayakan atau keandalan suatu bangunan (kondisi baik,
cukup, atau kurang).
c. Menginterpretasikan NKSKB yang telah dianalisis menjadi makna fisik dari
bangunan yang telah diperiksa.

d. Berdasarkan kondisi aktual tersebut, pemeriksa menyusun rekomendasi tindak


lanjut untuk mengembalikan kondisi bangunan dari kurang atau cukup menjadi kondisi
baik.
Keandalan keselamatan suatu bangunan disebut: baik, cukup, atau kurang bila nilai
keandalan suatukomponen bangunan atau nilai keandalan sistem keselamatan bangunan
tidak kurang dari batas terendah. Untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan gedung
secara keseluruhan nilai keandalan sistem keselamatan bangunan tidak boleh kurang
dari 80%.
Rekomendasi tergantung dari hasil pemeriksaan nilai keandalan sistem keamana
bangunan yang telah dihitung, maka rekomendasi dapat diajukan oleh pemeriksa yang
bertujuan untuk mengembalikan kondisi kurang atau cukup menjadi baik.
Tabel 2.3 Langkah Rekomendasi

Kondisi Kondisi Keselamatan Rekomendasi


Bangunan Kebakaran
Baik (>80%-Semua komponen sistem 1. Pemeriksaan
100%) kebakaran berfungsi sempurna, secara berkala.
sehingga gedung dapat 2. Perawatan/
digunakan secara optimum, pemeliharaan berkala.
dimana para pemakai gedung 3. Perawatan dan
dapat melakukan kegiatannya perbaikan berkala.
dengan
mendapat perlindungan dari
kebakaran yang baik.
Cukup 60%-80%) Semua komponen sistem 1. Perawatan dan
proteksi kebakaran masih perbaikan berkala.
berfungsi baik, tetapi ada sub 2. Penyetelan/
komponen yang berfungsi perbaikan elemen.
kurang sempurna, kadang-
kadang menimbulkan gangguan
atau kapasitasnya kurang dari
yang ditetapkan dalam
desain/spesifikasi, sehingga
kenyamanan dan fungsi
ruang/gedung menjadi terganggu.
Kurang (<60%) Semua komponen sistem 1. Penyetelan/
proteksi kebakaran ada yang perbaikan elemen.
rusak/tidak berfungsi, 2. Melengkapi
kapasitasnya jauh dibawah dari komponen yang kurang.
nilai yang ditetapkan dalam (33)
desain/spesifikasi,
sehingga kenyamanan
dalam fungsi ruang atau gedung
menjadi sangat terganggu atau
tidak dapat digunakan secara
total.
F. Kerangka Konsep
Unit penanggulangan kebakaran:

Petugas peran kebakaran

Regu penanggulangan kebakaran

Ahli K3 penanggulangan
kebakaran

Koordinator unit
penanggulangan kebakaran
Sarana penyelamatan kebakaran:
Pintu keluar

Pencahayaan darurat

Tanda exit

Sistem peringatan bahaya

Sistem proteksi pasif:


Konstruksi tahan api

Pintu dan jendela tahan api

Bahan pelapis interior

Penghalang api dan asap

Sistem proteksi aktif:


Springkel

Pompa pemadam kebakaran

Detektor dan alarm kebakaran

Alat pemadam api ringan


LAPORAN PENDAHULUAN

SAMPAH DAN LIMBAH RUMAH SAKIT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah K3

Psik 8 Reg A1

Dosen Pengamampu

Ns.Romliyadi S.kep.M.kes.,M.kep

Disusun oleh :

TRIANITA WIBAWA 17.14201.30.08


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA

PALEMBANG

2021
SampahDanLimbahRumahSakit

A. Defenisi

Pengertian limbah secara umum adalah sisa dari suatu usaha dan atau
kegiatan manusia baik berupa padat, cair ataupun gas yang dipandang sudah
tidak layak dan tidak memiliki nilai ekonomis sehingga cenderung untuk
dibuang, menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun
2001, tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran
air.Penyelenggaraan Pengamanan Limbah di rumah sakit meliputi
pengamananterhadap limbah padat domestik, limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3),limbahcair, dan limbahgas.

B. Limbah padat domestik


Pengamanan limbah padat domestik adalah upaya penanganan limbah
padat domestik dirumah sakit yang memenuhi standar untuk
mengurangi risiko gangguan kesehatan, kenyamanan dan keindahan
yang ditimbulkan.Untuk menjamin pengelolaan limbah padat domestik
dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan penyelenggaraan sebagai
berikut:
a. Tahapan penanganan limbah rumah tangga,dilakukan dengan cara:
1) Tahap peawadahan
- Melakukan upaya pewadahan yang berbeda antara limbah
organik dan anorganik mulai diruangan sumber.
- Menyediakan tong sampah dengan jumlah dan volume
yangmemadai pada setiap ruangan yang terdapat aktivitas
pasien,pengunjungdan karyawan.
- Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 1
x24jamatauapabila2/3bagiankantongsudahterisiolehlimbah,m
akaharusdiangkutsupayatidakmenjadiperindukanvektorpenya
kitdanbinatangpembawapenyakit.
- Penempatantongsampahharusdilokasiyangamandanstrategis
baik di ruangan indoor, semi indoor dan
lingkunganoutdoor,denganjumlahdanjarakpenempatanyangm
emadai. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap
kamaratausesuaidengankebutuhan.Upayakandiareaumumters
ediatongsampah terpilah oganik danan organik.
- Tong sampah dilakukan program pembersihan
menggunakanairdan desinfektan secararegular.
- Tong sampah yang sudah rusak dan tidak berfungsi,
harusdigantidengantongsampah yangmemenuhipersyaratan.

2) Tahappengangkutan
- Limbahpadatdomestikdiruangansumberdilakukanpengangkut
ankeTempatPenyimpananSementarasecaraperiodikmengguna
kantrolikhususdankondisilimbahrumahtanggamasihtetap
terbungkuskantongplastik hitam.
- Pengangkutan dilakukan pada jam tidak sibuk pagi dan
soredantidakmelaluijalur/koridoryangpadatpasien,pengunjun
grumah sakit.
- Troli pengangkut sampah harus terbuat dari bahan yang
kuat,kedapairdantidakberkaratpermukaannyamudahdibersihk
an, serta dilengkapi penutup serta ditempel
tulisan“trolipengangkutsampahrumah tangga/domestik”.
- Penentuan jalur pengangkutan sampah domestik ke
TempatPenyimpanan Sementara (TPS) Limbah tidak
melalui
ruanganpelayananatauruangkerjayangpadatdenganpasien,pen
gunjungdan karyawan rumahsakit.
- ApabilapengangkutansampahdomestikkeTPSmelaluijalan
terbuka, maka pada saat terjadi hujan tidak
dipaksakandilakukanpengangkutankeTPS
3) TahappenyimpanandiTPS
- Waktu tinggal limbah dometik dalam TPS tidak boleh
lebihdari2 x24 jam
- limbahpadatdomestikyangtelahditempatkandiTPSdipastikan
tetap terbungkus kantong plastik warna hitam
dandilarangdilakukan pembongkaran isinya.
- Penangananakhirlimbahrumahtanggadapatdilakukandenganp
engangkutankeluarmenggunakantruksampahmilikrumahsakit
ataubekerjasamadenganpihakluar.Penanganandapatjugadilaku
kandenganpemusnahanmenggunakaninsineratoryangdimiliki
rumahsakit.

b. Upayapemilahandanpengurangan,dilakukandengan cara:
1) Pemilahandilaksanakandenganmemisahkanjenislimbahorganik
danlimbahanorganiksertalimbahyangbernilaiekonomis yang
dapat digunakan atau diolah kembali,
sepertiwadah/kemasanbekasberbahankardus,kertas,plastikdanl
ainnyadandipastikantidakmengandungbahanberbahayadanbera
cun
2) Pemilahandilakukandariawaldenganmenyediakantongsampahy
angberbedasesuaidenganjenisnyadandilapisikantong plastik
warna bening/putih untuk limbah daur ulang diruangansumber.
3) Dilakukan pencatatan volume untuk jenis sampah organik
dananorganik,sampahyangakandidaurulangataudigunakankem
bali.
4) Sampah yang bernilai ekonomis dikirim ke TPS terpisah
darisampahorganik maupunanorganik
5) Dilarangmelakukanpengumpulanlimbahyangdapatdimanfaatka
nataudiolahkembalihanyauntukkeperluansebagai bahan baku
atau kemasan pemalsuan produk barangtertentuoleh pihak luar.
6) Untuk limbah Padat domestik yang termasuk kategori
limbahB3, maka harus dipisahkan dan dilakukan penanganan
sesuaidenganpersyaratan penanganan limbahB3.

c. Upaya penyediaan fasilitas penanganan limbah padat


domestik,dilakukandengancara
1) Fasilitaspenangananlimbahpadatdomestikyangutamameliputito
ngsampah,keretapengangkutan,TPSkhususlimbahpadatdomesti
kdanfasilitaspengangkutanataupemusnahanlimbah
danfasilitaslainnya.
2) Penyediaanfasilitastongdankeretaangkutsampah:
- Jenis tong sampah dibedakan berdasarkan jenis limbah
padatdomestik.Pembedaantongsampahdapatmenggunakanper
bedaanwarnatongsampah,menempeltulisan/kode/
simbolataugambardibagiantutupataudidindingluarbadantongs
ampahataudidindingruangandimanatongsampah diletakkan.
- Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah
dibersihkan,dilengkapipenutup dan rapat serangga.
- Jumlah dan volume setiap tong sampah dan kereta
angkutyangdisediakanharusmemadaidansesuaidenganmempe
rtimbangkan volume produksi limbah yang
dihasilkandiruangan/areasumber sampah.
- Sistem buka-tutup penutup tong sampah menggunakan
pedalkaki.
3) PenyediaanTPS limbahpadatdomestikmemenuhi:
- Lokasi TPS limbah padat domestik tempatkan di area
service(services area) dan jauh dari kegiatan pelayanan
perawataninap,rawatjalan,InstalasiGawatDarurat,kamaropera
si,dapur gizi,kantin,laundrydanruanganpentinglainnya.
- TPS dapat didesain dengan bentuk bangunan dengan
ruangtertutup dan semi terbuka, dengan dilengkapi penutup
atapyangkedapairhujan,ventilasidansirkulasiudarayangcukup
serta penerangan yang memadai serta dapat
ditempatikontainersampah.
- TPS dibangun dengan dinding dan lantai dari
bahanyangkuat,kedap air, mudah dibersihkan.
- TPSdibersihkansekurang-kurangnya1x24jam.
- TPSdilengkapidengan fasilitassebagaiberikut:
- PapannamaTPSlimbahpadatdomestik.
- KeranairdengantekanancukupuntukpembersihanareaTPS.
- Wastafel dengan air mengalir yang dilengkapi sabun
tangandanatau handrubsertabahan pengeringtangan/tissue.
- Tandalaranganmasukbagiyangtidakberkepentingan.
- Lantai dilengkapi tanggul agar air bekas pembersihan atau
airlindi tidak keluar area TPS dan dilengkapilobang
saluranmenujubakkontrol atau Unit PengolahanAir Limbah.
- Fasilitas proteksi kebakaran seperti tabung pemadam api
danalarmkebakaransertasimbolataupetunjuklaranganmembak
ar, larangan merokok dan larangan masuk bagi
yangtidakberkepentingan.
- DilengkapidenganpagarpengamanareaTPS,setinggiminimal2
meter.
- Dilengkapidengankotak P3KdantempatAPD.
d. Upaya penanganan vektor dan binatang pembawa penyakit
limbahpadatdomestik
1) Bilakepadatanlalatdisekitartempat/wadahataukeretaangkut
limbah padat rumah tangga melebihi 8 ekor/fly grill(100 X 100
cm) dalam pengukuran 30 menit, perlu
dilakukanpengendalianlalat.
2) Bila di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) kepadatan
lalatmelebihi 8 ekor/fly grill (100 X 100 cm) dalam
pengukuran 30menitatau angka kepadatan kecoa (Indeks
kecoa) yang diukurmaksimal 2 ekor/plate dalam pengukuran
24 jam atau tikusterlihatpadasianghari, harus dilakukan
pengendalian.
3) Pengendalianlalatdankecoaditempat/
wadahdankeretaangkutsertatempatpenyimpanansementaralimb
ahpadatdomestik dilaksanakan dengan prioritas pada upaya
sebagaiberikut:
- Upayakebersihanlingkungandankebersihanfisiktermasukdesinf
eksitempat/wadah,keretaangkutdan TPS.
- Melaksanakaninspeksikesehatanlingkungan.
- Pengendalianmekanikdanpengendalianperangkap(flytrap).
- Menyediakanbahanpestisidaramahlingkungandanalatsemprotbe
rtekanansertadilakukanpenyemprotanbilakepadatanlalatmemen
uhiketentuansebagaiupayapengendalianterakhir.
4) Pengendalian binatang penganggu seperti kucing dan anjing
diTPSdilakukandenganmemasangfasilitasproteksiTPSberupa
pagar dengan kisi rapat dan menutup rapat bak
atauwadahsampahyangadadalam TPS.

C. Limbahbahan berbahayadanberacun(B3)
Limbah B3 yang dihasilkan rumah sakit dapat menyebabkan
gangguanperlindungankesehatandanataurisikopencemaranterhadapling
kunganhidup.MengingatbesarnyadampaknegatiflimbahB3
yang ditimbulkan, maka penanganan limbah B3 harus
dilaksanakansecara tepat, mulai dari tahap pewadahan, tahap
pengangkutan,
tahappenyimpanansementarasampaidengantahappengolahan.Jenislimb
ahB3yangdihasilkandirumahsakitmeliputilimbahmedis,baterai bekas,
obat dan bahan farmasi kadaluwarsa, oli bekas, saringanoli bekas,
lampu bekas, baterai, cairan fixerdan developer, wadah
catbekas(untukcatygmengandungzattoksik),wadahbekasbahankimia,cat
ridgeprinterbekas,filmrontgenbekas,motherboardkomputerbekas,danlai
nnya.PenangananlimbahB3rumahsakitdilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.Prinsip pengelolaan limbah
B3 rumah sakit, dilakukan upaya sebagaiberikut:
a. IdentifikasijenislimbahB3dilakukandengancara:
1) Identifikasidilakukanolehunitkerjakesehatanlingkungandengan
melibatkan unitpenghasil limbah dirumah sakit.
2) LimbahB3yangdiidentifkasimeliputijenislimbah,karakteristik,s
umber,volumeyangdihasilkan,carapewadahan,carapengangkuta
ndancarapenyimpanansertacarapengolahan.
3) Hasilpelaksanaanidentifikasidilakukanpendokumentasian.

b. TahapanpenangananpewadahandanpengangkutanlimbahB3diruang
ansumber, dilakukan dengancara:
1) TahapanpenangananlimbahB3harusdilengkapidenganStandarPr
osedurOperasional(SPO)dandilakukanpemutakhiransecaraberk
ala danberkesinambungan.
2) SPO penanganan limbah B3 disosialisasikan kepada kepala
danstafunitkerjayangterkaitdengan limbahB3di rumahsakit.
3) Khusus untuk limbah B3 tumpahan dilantai atau
dipermukaanlaindiruangansepertitumpahandarahdancairantubu
h,tumpahancairanbahankimiaberbahaya,tumpahancairanmercur
ydarialatkesehatandantumpahansitotoksikharus
dibersihkanmenggunakanperangkatalatpembersih(spillkit)ataud
enganalatdanmetodepembersihanlainyangmemenuhisyarat.Hasi
lpembersihanlimbahB3tersebutditempatkan pada wadah khusus
dan penanganan selanjutnya diperlakukan sebagai limbah
B3,serta dilakukan pencatatan dan pelaporan kepada unit kerja
terkait di rumah sakit.
4) Perangkat alat pembersih (spill kit) atau alat metode pembersih
lain untuk limbah B3 harus selalu disiapkan di ruangan sumber
dan dilengkapi cara penggunaan dan data keamanan
bahan(MSDS).
5) Pewadahan limbah B3 diruangan sumber sebelum dibawa
keTPS Limbah B3 harus ditempatkan pada tempat/wadah
khususyang kuat dan anti karat dan kedap air, terbuat dari
bahan
yangmudahdibersihkan,dilengkapipenutup,dilengkapidengansi
mbolB3,dandiletakkanpadatempatyangjauhdarijangkauanorang
umum.
6) Limbah B3 di ruangan sumber yang diserahkan atau
diambilpetugas limbah B3 rumah sakit untuk dibawa ke TPS
limbahB3,harusdilengkapidenganberitaacarapenyerahan,yangm
inimal berisi hari dan tanggal penyerahan, asal limbah
(lokasisumber),jenislimbahB3,bentuklimbahB3,volumelimbah
B3dan carapewadahan/pengemasan limbah B3.
7) Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS
limbahB3 harus menggunakan kereta angkut khusus berbahan
kedapair, mudah dibersihkan, dilengkapi penutup, tahan karat
danbocor.Pengangkutanlimbahtersebutmenggunakanjalur(jalan
)khususyangjauhdarikepadatanorangdiruanganrumahsakit.
8) PengangkutanlimbahB3dariruangansumberkeTPSdilakukanole
hpetugasyangsudahmendapatkanpelatihanpenangananlimbahB3
danpetugasharusmenggunakanpakaiandanalat
pelindungdiriyangmemadai.
c. PengurangandanpemilahanlimbahB3dilakukan dengancara:
1) Upaya pengurangan dan pemilahan limbah B3 harus
dilengkapidengan SPO dan dapat dilakukan pemutakhiran
secara berkaladanberkesinambungan.
2) Pengurangan limbah B3 di rumah sakit, dilakukan dengan
caraantaralain:
- Menghindari penggunaan materialyang mengandung
BahanBerbahayadanBeracunapabilaterdapatpilihanyanglain.
- Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan
ataumaterialyangberpotensimenimbulkangangguankesehatanda
n/ataupencemaran terhadap lingkungan.
- Melakukantatakelolayangbaikdalampengadaanbahankimiadanb
ahanfarmasiuntukmenghindariterjadinyapenumpukan dan
kedaluwarsa, contohnya menerapkan prinsipfirstinfirst
out(FIFO) ataufirstexpiredfirst out(FEFO).
- Melakukanpencegahandanperawatanberkalaterhadapperalatans
esuai jadwal.

d. BangunanTPSdirumahsakitharusmemenuhipersyaratansesuaidenga
nketentuanperaturan perundang-undanganyangberlaku.

e. PemilahanlimbahB3dirumahsakit,dilakukandiTPSlimbahB3dengan
cara antaralain:
1) Memisahkan Limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok,
dan/ataukarakteristikLimbahB3.
2) MewadahiLimbahB3sesuaikelompokLimbahB3.WadahLimbah
B3 dilengkapi dengan palet.

f. PenyimpanansementaralimbahB3dilakukandengan cara:
1) CarapenyimpananlimbahB3harusdilengkapidenganSPOdandap
at dilakukanpemutakhiran/ revisibiladiperlukan.
2) PenyimpanansementaralimbahB3dirumahsakitharusditempatka
ndiTPSLimbahB3sebelumdilakukanpengangkutan,pengolahand
anataupenimbunan limbahB3.
3) PenyimpananlimbahB3menggunakanwadah/tempat/kontainer
limbah B3 dengan desain dan bahan sesuai
kelompokataukarakteristik limbah B3.
4) Penggunaanwarnapadasetiapkemasandan/
atauwadahLimbahsesuaikarakteristikLimbahB3.Warnakemasan
dan/atauwadah limbah B3 tersebut adalah:
- Merah,untuklimbahradioaktif;
- Kuning,untuklimbahinfeksiusdanlimbahpatologis;
- Ungu,untuklimbahsitotoksik;dan
- Cokelat, untuk limbah bahan kimia
kedaluwarsa,tumpahan,atausisa kemasan, dan limbahfarmasi.
5) Pemberian simbol dan label limbah B3 pada setiap
kemasandan/atau wadah Limbah B3 sesuai karakteristik
Limbah
B3.Simbolpadakemasandan/atauwadahLimbahB3tersebutadala
h:
- Radioaktif,untuk Limbahradioaktif;
- Infeksius,untuk Limbahinfeksius;dan
- Sitotoksik,untuk Limbah sitotoksik.
- Toksik/flammable/campuran/
sesuaidenganbahayanyauntuklimbahbahan kimia.

g. LamanyapenyimpananlimbahB3untukjenislimbahdengankarakteris
tik infeksius, benda tajam dan patologis di rumah sakitsebelum
dilakukan Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan LimbahB3,
dan/atau Penimbunan Limbah B3, harus memenuhi
ketentuansebagaiberikut:
1) Limbah medis kategori infeksius, patologis, benda tajam
harusdisimpan pada TPS dengan suhu lebih kecil atau sama
dengan0oC(nolderajatcelsius) dalamwaktusampaidengan 90hari.
2) Limbah medis kategori infeksius, patologis, benda tajam
dapatdisimpan pada TPS dengan suhu 3 sampai dengan 8 oC
(delapanderajatcelsius) dalamwaktu sampai dengan7 (tujuh)
hari.
Sedang untuk limbah B3 bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan,
atausisa kemasan, radioaktif, farmasi, sitotoksik, peralatan medis
yangmemilikikandunganlogamberattinggi,dantabunggasataukontai
nerbertekanan,dapatdisimpanditempatpenyimpananLimbahB3
dengan ketentuanpalinglamasebagaiberikut :
1) 90 (sembilan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang
dihasilkansebesar50 kg(limapuluh kilogram) perhari ataulebih;
2) 180(seratusdelapanpuluh)hari,untukLimbahB3yangdihasilkan
kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hariuntuk
LimbahB3kategori1,sejak LimbahB3dihasilkan.

h. PengangkutanlimbahB3dilakukandengan cara:
1) PengangkutanlimbahB3keluarrumahsakitdilaksanakanapabila
tahap pengolahan limbah B3 diserahkan kepada
pihakpengolahataupenimbunlimbahB3denganpengangkutanme
nggunakanjasapengangkutanlimbahB3(transporterlimbahB3).
2) Cara pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan
SPOdandapatdilakukanpemutakhiransecaraberkaladanberkesin
ambungan.
3) Pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan
perjanjiankerjasamasecarathreepartedyangditandatanganiolehpi
mpinan dari pihak rumah sakit, pihak pengangkut limbah
B3dan pengolah atau penimbun limbah B3. d)Rumah sakit
harusmemastikanbahwa:
- Pihak pengangkut dan pengolah atau penimbun limbah
B3memilikiperizinanyanglengkapsesuaidenganketentuanpera
turanperundang-undangan.Izinyangdimilikioleh
pengolahmaupunpengangkutharussesuaidenganjenislimbah
yangdapat diolah/diangkut.
- JeniskendaraandannomorpolisikendaraanpengangkutlimbahB
3yangdigunakanpihakpengangkutlimbahB3harussesuaidenga
nyangtercantumdalamperizinanpengangkutanlimbah
B3yangdimiliki.
- SetiappengirimanlimbahB3darirumahsakitkepihakpengolah
atau penimbun, harus disertakanmanifest limbahB3 yang
ditandatangani dan stempel oleh pihak rumah sakit,pihak
pengangkut dan pihak pengolah/penimbun limbah
B3dandiarsip oleh pihak rumah sakit.
- Ditetapkan jadwal tetap pengangkutan limbah B3 oleh
pihakpengangkutlimbah B3.
- Kendaraan angkut limbah B3 yang digunakan layak
pakai,dilengkapisimbollimbahB3dannamapihakpengangkutli
mbahB3.
i. PengolahanlimbahB3memenuhi ketentuansebagaiberikut:
1) PengolahanlimbahB3dirumahsakitdapatdilaksanakansecarainter
nal dan eksternal
2) Rumah sakityang melakukan pengolahan limbah B3
secarainternaldenganinsinerator,harusmemilikispesifikasialatpe
ngolah yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) Pengolahan Limbah B3 di rumah sakit sebaiknya
menggunakanteknologinon-
insinerasiyangramahlingkungansepertiautoclave dengan
pencacah limbah, disinfeksi dan sterilisasi,penguburansesuai
dengan jenisdan persyaratan.
4) Pemilihan alat pengolah limbah B3 sebaiknya
menggunakanteknologinon-
insinerasisepertiautoclavedenganpencacahlimbah, karena
dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkandengan teknologi
insinerasi, yakni tidak menghasilkan limbahgas(emisi).
5) TatalaksanapengolahanlimbahB3pelayananmedisdanpenunjang
medis di rumah sakit berdasarkanjenisnya.
6) Pengolahansecaraeksternaldilakukanmelaluikerjasamadengan
pihak pengolah atau penimbun limbah B3 yang telahmemiliki
izin
7) PenangananKedaruratan
8) PenyediaanfasilitaspenangananlimbahB3
9) PerizinanfasilitaspenangananlimbahB3
10) PelaporanlimbahB3

D. Limbahcair
Pengamananlimbahcairadalahupayakegiatanpenangananlimbahcairyan
gterdiridaripenyalurandanpengolahandanpemeriksaanlimbahcairuntuk
mengurangirisikogangguankesehatandanlingkungan hidupyang
ditimbulkan limbah cair.Limbahcairyangdihasilkan kegiatan rumah
sakit memiliki beban cemaran yang
dapatmenyebabkanpencemaranterhadaplingkunganhidupdanmenyebab
kangangguankesehatanmanusia.Untukitu,airlimbahperludilakukanpeng
olahansebelumdibuangkelingkungan,agarkualitasnya memenuhi baku
mutu air limbah yang ditetapkan sesuaidengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Limbah Cair
rumahsakitjugaberpotensiuntukdilakukandaurulanguntuktujuanpenghe
matanpenggunaanairdirumahsakit.Untukitu,penyelenggaraan
pengelolaan limbah cair harusmemenuhi ketentuandibawah ini:
1) RumahsakitmemilikiUnitPengolahanLimbahCair(IPAL)dengan
teknologi yang tepat dan desain kapasitas olah limbah
cairyangsesuai dengan volumelimbah cairyangdihasilkan.
2) Unit PengolahanLimbah Cair harus dilengkapidengan
fasilitaspenunjangsesuai denganketentuan.
3) Memenuhi frekuensi dalam pengambilan sampel limbah cair,
yakni1(satu) kali per bulan.
4) Memenuhibakumutuefluenlimbahcairsesuaiperaturanperundang-
undangan.
5) Memenuhi pentaatan pelaporan hasil uji laboratorium limbah
cairkepadainstansipemerintahsesuaiketentuanminimumsetiap1(satu
)kali per 3(tiga)bulan.
6) UnitPengolahan Limbah Cair:
- Limbah cair dari seluruh sumber dari bangunan/kegiatan
rumahsakit harus diolah dalam Unit Pengolah Limbah Cair
(IPAL) dankualitas limbah cair efluennya harus memenuhi baku
mutu sesuaidenganketentuanperaturanperundang-
undangansebelumdibuang ke lingkungan perairan. Air hujan dan
limbah cair yangtermasukkategorilimbahB3 dilarangdisalurkanke
IPAL.
- IPAL ditempatkan pada lokasi yang tepat, yakni di area yang
jauhatautidakmenganggukegiatanpelayananrumahsakitdandiupaya
kandekatdenganbadanairpenerima(perairan)untukmemudahkanpe
mbuangan.
- DesainkapasitasolahIPALharussesuaidenganperhitungandebitmak
simallimbahcairyangdihasilkanditambahfaktorkeamanan(safetyfa
ctor)+10 %.
- LumpurendapanIPALyangdihasilkanapabiladilakukanpembuanga
n atau pengurasan, maka penanganan lanjutnya
harusdiperlakukansebagai limbah B3.
- Untuk rumah sakit yang belum memiliki IPAL, dapat
mengolahlimbahcairnyasecaraoff-
sitebekerjasamadenganpihakpengolah limbah cair yang telah
memiliki izin. Untuk itu, makarumah sakitharus menyediakan bak
penampung sementara airlimbah dengan kapasitas minimal 2
(dua) kali volume limbah
cairmaksimalyangdihasilkansetiapharinyadanpengangkutanlimba
hcair dilaksanakansetiap hari.
- Untuklimbahcairdarisumbertertentudirumahsakityangmemilikikar
ateristik khususharusdi lengkapi denganpengolahan
awal(pre-
treatment)sebelumdisalurkanmenujuIPAL.Limbahcairtersebut
meliputi:
 Limbah cair dapur gizi dan kantin yang memiliki
kandunganminyakdanlemaktinggiharusdilengkapipre-
treatmentberupabak penangkap lemak/minyak
 Limbah cair laundry yang memiliki kandungan bahan
kimiadan deterjen tinggi harus dilengkapi pre-treatmenberupa
bakpengolahdeterjen dan bahan kimia
 Limbahcairlaboratoriumyangmemilikikandunganbahankimiati
nggiharusdilengkapipre-treatmenyaberupabakpengolahbahan
kimia
 Limbahcairrontgenyangmemilikiperaktinggiharusdilengkapi
penampungan sementara dan tahapan
penangananselanjutnyadiperlakukansebagai limbahB3
 Limbah cair radioterapi yang memiliki materi bahan
radioaktiftertentu harus dilengkapi pre-treatment berupa bak
penampunguntuk meluruhkan waktu paruhnya sesuai dengan
jenis
bahanradioaktifnyadenganmengikutiketentuanperaturanperund
ang-undangan.
- Jaringan pipa penyaluran limbah cair dari sumber menuju
unitpengolahanairlimbahmelaluijaringanpipatertutupdandipastika
ntidak mengalami mengalami kebocoran.
7) KelengkapanFasilitasPenunjangUnitPengolahanLimbahCair
- IPAL harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang sesuai
denganketentuanperaturan perundang-undangan.
- KelengkapanfasilitaspenunjangtersebutadalahBakpengambilan
contoh air limbah yang dilengkapi dengan
tulisan“TempatPengambilanContohAirLimbahInfluen”dan/atau“T
empatPengambilanContohAirLimbahEfluen”,Alatukurdebitairlim
bahpadapipainflendan/ataupipaefluen,Pagarpengaman area IPAL
dengan lampu penerangan yang cukup
danpapanlaranganmasukkecualiyangberkepentingan,Papantulisan
titikkoordinatIPALmenggunakanGlobalPositioningSistem(GPS),F
asilitaskeselamatanIPAL.UraianselengkapnyadiuraikanpadaSubB
abPengawasanKeselamatanFasilitasKesehatanLingkungan.
8) Penaatanfrekuensipengambilancontohlimbahcairsebagaiberikut:
- Setiap rumah sakit harus melakukan pemeriksaan contoh
limbahcairdilaboratorium,minimallimbahcairefluennyadenganfrek
uensisetiap 1(satu)kaliper bulan.
- Apabila diketahui hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkankualitas limbah cair tidak memenuhi baku mutu,
segera
lakukananalisisdanpenyelesaianmasalah,dilanjutkandenganpengiri
man ulang limbah cair ke laboratorium pada bulan yangsama.
Untuk itu, pemeriksaan limbah cair disarankan dilakukan
diawalbulan.
9) Penaatan kualitas limbah cair agar memenuhi baku mutu
limbahcairsebagaiberikut:
- Dalam pemeriksaankualitas air limbah ke laboratorium,
makaseluruh parameter pemeriksaan air limbah baik fisika, kimia
danmikrobiologi yangdisyaratkanharusdilakukanujilaboratorium.
- Pemeriksaan contoh limbah cair harus menggunakan
laboratoriumyangtelah terakreditasi secaranasional.
- Pewadahan contoh air limbah menggunakan jirigen warna
putihataubotolplastik bersihdengan volumeminimal 2(dua) liter.
- Rumahsakitwajibmelakukanswapantauharianairlimbahdenganpara
meter minimal DO, suhu dan pH.
- IPAL di rumah sakit harus dioperasikan 24 (dua puluh empat)
jamperhariuntukmenjaminkualitaslimbahcairhasilolahannyameme
nuhibaku mutu secaraberkesinambungan.
- Petugaskesehatanlingkunganatauteknisiterlatihharusmelakukan
pemeliharaan peralatan mekanikal dan elektrikal
IPALdanpemeliharaanprosesbiologiIPALagartetap optimal.
- Dilarang melakukan pengenceran dalam pengolahan limbah
cair,baikmenggunakanairbersihdan/atauairpengencersumberlainny
a.
- Melakukanpembersihansampah-
sampahyangmasukbakpenyaringkasar diIPAL.
- Melakukanmonitoringdanpemeliharaanterhadapfungsidankinerja
mesin dan alat penunjangprosesIPAL.
10) Penaatanpelaporanlimbahcair adalah:
- Rumah sakit menyampaikan laporan hasil uji laboratorium
limbahcair efluent IPAL minimum setiap 1 (satu) kali per 3 (tiga)
bulan.Laporan ditujukan kepada instansi pemerintah sesuai
ketentuanyang ditetapkan. Instansi pemerintah tersebut bisa
KementerianLingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas
Lingkungan Hidup
atauBadanPengelolaanLingkunganHidupdanDinasKesehatanProvi
nsiatau Kabupaten/Kota;
- Isi laporan berisi Penaatan terhadap frekuensi sampling
limbahcairyakni1(satu)kaliperbulan,Penaatanterhadapjumlahpara
meter yang diuji laboratorium, sesuai dengan baku mutu
yangdijadikan acuan, Penaatan kualitas limbah cair hasil
pemeriksaanlaboratorium terhadap baku mutu limbah cair, dengan
mengacupadaperaturan perundang-undangan.
- Setiaplaporanyangdisampaikandisertaidenganbuktitandaterimalap
oran

E. Limbahgas
Pengamanan limbah gas adalah upaya kegiatan penanganan limbah
gasyang terdiri dari pemilihan, pemeliharaan dan perbaikan utilitas
rumahsakit berbasis emisi gas yang tepat dan pemeriksaan limbah gas
untukmengurangirisikogangguankesehatandanlingkunganhidupyangdit
imbulkan.Kegiatanoperasionaldanutilitasrumahsakitmenghasilkan
emisi gas buang dan partikulat yang akan
berdampakpadapencemaranudaradangangguankesehatanmasyarakat.U
ntuk
penyelenggaran mengelola limbah gas dan partikulat ini, maka
rumahsakitharus memenuhi ketentuan dibawah ini:
a. Memenuhipenaatandalamfrekuensipengambilancontohpemeriksaan
emisi gas buang dan udara ambien luar sesuai
denganketentuanyangberlaku.
b. Kualitasemisigasbuangdanpartikulatdaricerobongharusmemenuhi
standar kualitas udara sesuai dengan ketentuanperaturanperundang-
undangantentangstandarkualitasgasemisisumbertidakbergerak.
c. Memenuhipenaatanpelaporanhasilujiataupengukuranlaboratoriumli
mbahgaskepadainstansipemerintahsesuaiketentuan,minimal setiap
1 kali setahun.
d. Setiapsumberemisigasberbentukcerobongtinggisepertigeneratorset,
boilerdilengkapidenganfasilitaspenunjangujiemisi.
Untukmencapaipemenuhanpengamananlimbahgasdalampenyelenggara
ankesehatanlingkunganrumahsakit,makadilaksanakanupayasebagai
berikut:
a. Penaatanfrekuensipengambilancontohlimbahgas
- Setiap rumah sakit harus melakukan pemeriksaan
laboratoriumemisigas buangdan udaraambien luar
- Pengujian emisi gas buang dilaksanakan oleh laboratorium
yangtelahterakreditasinasional danmasih dalammasaberlaku.
b. Pengelolaanlimbahgas yangmemenuhistandar
- Setiap cerobong gas buang di rumah sakit, khususnya
cerobongmesin insinerator harus dilengkapi dengan alat untuk
menangkapdebu dengan tujuan untuk mengurangi emisi debu
seperti alat wetscrubber, dimana air hasil tangkapan debu di
salurkan ke
IPALdanresiduyangdihasilkanditanganidenganprosedursesuaipen
angananlimbah B3.
- Sumbergasbuangtidakbergeraksepertigenset,insinerator,boilerdanl
ainnyaharusdilakukanprogrampemeliharaan
terhadap mesin bakarnya untuk menjaga agar kualitas gas
emisitetapmemenuhisyarat.Upayakanmenggantibahanbakarnyade
nganbahan bakaryanglebih ramah lingkungan.
c. Penaatanpelaporanlimbahgas
- Rumahsakitmenyampaikanlaporanhasiluji/
pengukuranlaboratorium emisi gas buang dan udara ambien
sesuai ketentuan.Laporan ditujukan kepada instansi pemerintah
sesuai
ketentuan,sepertiKementerianLingkunganHidupdanKehutanan,Di
nasLingkungan Hidup atau Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidupdandinaskesehatanpemerintahdaerahprovinsiataudinaskeseh
atanpemerintah daerah kabupaten/kota.
- Isilaporan
 Pentaatanterhadapfrekuensisamplingemisigasbuangdanudara
ambien yakni sesuai dengan ketentuan. Khusus untuk ujiemisi
gas buang tergantung pada jenis atau kapasitas sumberemisi.
 Penataatanterhadapjumlahparameteryangdilakukanuji/
pengukuranlaboratorium,sesuaidenganbakumutuyangdijadikana
cuan.
 Pentaatan terhadap baku mutu emisi dan udara ambien,
denganmengacupadaketentuanperaturanperundang-
undangan.c)Setiaplaporanyangdisampaikandilampirkanfotocopy
hasiluji/pengukuranlaboratoriumdanbukti tandaterimalaporan.
d. KelengkapanfasilitaspenunjangcerobongSetiapcerobonggasbuang
seperti mesin genset, insinerator, boiler dan sumber
lainnyadirumahsakitharusmemenuhiketentuankelengkapansebagaib
erikut:
- Tinggi cerobong harus sesuai dengan peraturan yang berlaku
dandilengkapi dengan topidiatasnya, terbuat dari bahanyang
kuatdananti korosif.
- Lubangsampling(portsampling)untuklokasiuji/
pengukuranemisicerobong.Ketentuanlokasipemasanganlobangsa
mpling
padacerobongsesuaidenganketentuanperaturanperundang-
undangantentangpengendalian pencemaran udara.
- Fasilitas kerja bagi petugas sampling, seperti tangga dan
pagarpengamannya serta lantai kerja yang dicat dengan warna
terang,misalnyawarnakuning.
- Ditulisnomorkodecerobong.
- PapantulisantitikkordinatcerobongmenggunakanGlobalPositioningSis
tem (GPS).

Anda mungkin juga menyukai