Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MAKALAH

Strategi Pembelajaran

DOSEN PENGAMPU : Sarmadan Lubis M.Pd

Metode Dan Media Pembelajaran Dalam Standar Proses


Pendidikan

Disusun Oleh :

Wal fajri
Sandi Singgih
Sofyan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASIR PANGARAIAN

RIAU T/A 2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur pemakalah haturkan ke hadirat Allah S.W.T. atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Metode Dan Media Pembelajaran Dalam Standar Proses Pendidikan
oleh dosen pengampu, Sarmadan Lubis M.Pd dengan sebaik-baiknya, meskipun
masih jauh dari kata kesempurnaan. Shalawat beserta salam pemakalah sanjung
tinggikan kepada Rasulullah S.A.W.
Dalam menyelesaikan makalah ini pemakalah berusaha untuk melakukan
yang terbaik. Tetapi pemakalah menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu pemakalah mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan makalah pemakalah yang
akan datang.
Dengan terselesaikannya makalah ini, pemakalah mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini yang
telah memberikan dorongan, semangat dan masukan.
Semoga apa yang pemakalah tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan masyarakat pada umumnya, serta mendapatkan ridha dari Allah S.W.T.
Amin.

Pasir Pangaraian, 21, Desember, 2021

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar..................................................................................................I
Daftar Isi........ ........................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Metode Dan Media Pembelajaran Dalam Standar Proses Pendidikan .......5


B. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar....................................................21

BAB III PENUTUP


A.    Kesimpulan...............................................................................................25

Daftar Pustaka...................................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, metode atau strategi diartikan sebagai


perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikn sebagai pola-
pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Supaya kegiatan belajar mengajar lebih efisien dan menyenangkan, maka
pada saat sekarang ini telah diperkenalkan berbagai model , strategi atau metode
serta media pembelajaran yang bisa diberikan pada peserta didik.
Melalui latar belakang inilah, saya mencoba memaparkan lebih lanjut
tentang metode dan media pembelajaran dalam standar proses pendidikan.
Selamat membaca.

4
B.     Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa saja bentuk metode yang bisa digunakan pada saat mengajar ?
2. Bagaimana kelemahan dan kelebihan setiap metode pembelajaran yang
dipakai ?
3. Bagaimana tahapan –tahapan yangakan dilakukan dalam setiap metode
yang akan dipakai ?
4. Jelaskan mengapa media pembelajaran itu sangat penting dalam proses
pembelajaran !

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Dan Media Pembelajaran Dalam Standar Proses Pendidikan

a. Penggunaan Metode Pembelajaran


Ada beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran.
1. Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran
melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada
sekelompok siswa. Metode caramah merupakan metode yang sampai saat
ini sering digunakanoleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain
disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga ada factor kebiasaan
baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya sebelum merasa puas
manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan
ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka adabelajar manakala ada
guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah,sehingga ada
guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti
tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pemebelajaran ekspositori.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
keunggulan metode ini adalah :
Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk
dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak

6
memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode
yang lain seperti demonstrasi atau peragaan,
memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak
terlalu memerlukan persiapan yang rumit
Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi
pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya
oleh guru dalam waktu yang singkat.
Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu
ditonjolkan.Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana
yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh
karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang
memberikan ceramah.Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah
dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting
kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang
rumit. Asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan
guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.
Kekurangan metode ceramah, di antaranya:
Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan
terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemhana
yang paling dominan. Sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang
dikuasainya,sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada
apa yang dikuasaiguru.
Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan
terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah: “penyakit” karena itu, dalam
proses penyajiannya guru hanya mengandalkan auditifnya. Sedangkan,
disadaribahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama,
termasuk dalam ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui
pendengarannya.
Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik,
ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering
terjadi, walaupun secarafisik siswa ada di dalam kelas, namun secara

7
mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pebelajaran,
pikirannya melayang ke mana-mana, atau siswa mengantuk, oleh karena
gaya bertutur guru tidak menarik.
Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa
sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa
diberi kesepatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya,
semua itu tidak menjamin seluruhnya sudah paham.
Langkah-langkah Menggunakan Metode Ceramah
Tahapan Metode Ceramah
Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan, baik pada tehap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan.
1. Tahap persiapan
a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
Proses pembelajaran adalah proses yang bertujuan, oleh sebab itu
merumuskan tujuan yang jelas merupakanlangkah awal yang harus
diersiapkan guru.apa yang harus dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran dengan ceramah berakhir.
b. Menentukan pokok-pokok materi yang akan dicermahkan.
Keberhasilan suatu ceramah sangat tergantung kepada tingkahat
penguasaan guru tentang materiyang akan diceramahkan. Oleh
karena itu, guru harus mempersiapkan pokok-pokok materi yang
harus disampaikan sessuai dengan tujuan pembelajaran yang
dipersiapkan ilustrasi-ilustrasi yag yag relevan untuk
memperjelasinformasi yang akan disampaikan.
c. Mempersiapkan alat bantu.
Alat Bantu sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan
persepsi dari siswa. Alat Bantu tersebut misalnya dengan
mempersiapkan transparansi atau media grafis lainnya untuk
peningkatkan kualitas ceramah.

8
2. Tahap pelaksanaan
a. Langkah pembukaan.
Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah
yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan
oleh langkah ini. beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah
pembukaan ini adalah yakin bahwa siswa memahami tujuan yang akan
dicapai. Oleh karena itu,guru perlu mengemukakan terlebih dahulu tujuan
yang harus dicapai oleh siswa. Melakukan langkah apersepsi, yaitu
langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan. Guna langkah apersepsi dalam langkah
pembukuan ini adalah untuk mempersiapkan secara mental agar siswa
mampu dan dapat menerima materi pembelajaran. Langkah apersepsi ini
pada dasarnya langkah untuk menciptakan kondisi agar materi pelajranan
itu mudah masuk dan menempel di otak.
b. Langkah penyajian
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran
dengan cara berturut. Agar ceramah kita berkualitas sebagai metode
pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah
pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan.
Untuk menjaga perhatian ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
Menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa. Kontak mata
adalahsuatu isyarat darii guru agar siswa mau memperhatikan. Selain itu,
kontak mata juga dapat juga berarti sebuah penghargaan diri guru kepada
siswa. Siswayang selalu mendapatkan pandangan dari guru akan merasa
dihargai dandiperhatikan. Usahakan walaupun guru harus menulis di
papan tuli kontak mata tetap diperhatikan dengan tak berlama-lama
menghadap papan tulis atau membuat catatan yang panjang di papan tulis.

9
Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa. Oleh
sebabitu, sebaiknya guru tidak menggunakan istilah-istilah yang kurang
popular. Selain itu, jaga intonasi suara agar seluruh siswa dapat
mendengarnya dengan baik. Sajikan materi pembelajaran secara
sistematis, tidak meloncat-loncat agarmudah ditangkap oleh siswa.
Tampilah respons siswa dengan segera. Artinya, sekecil apapun respons
siswaharus kita tanggapi. Apabila siswa memberikan respons yang tepat,
segeralah kita beri penguatan dengan memberikan semacam pujian yang
membanggakan hati. Sedangkan, seandainya siswa memberikan respon
yang kurang tepat, segeralah tunjukkan bahwa respon siswa perlu
perbaikan dengan tidak menyinggung perasaan siswa.
Jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk
belajar. Kelas yang kondusif memungkinkan siswa tetap bersemangat dan
penuh motivasi untuk belajar. Cara yang dapat digunakan untuk menjaga
agar kelas tetap kondusif adalah dengan cara guru menunjukkan sikap
yang bersahabat dan akrab, penuh gairah menyampaikan materi
pembelajaran, serta sekali-sekali memberikan humor-humor yang segar
dan menyenangkan.
c. Langkah mengakhiri atau penutup ceramah.
Ceramah harus ditutup agar materi pelajaran yang sudah dipahami
dandikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan
yang memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelajaran.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk keperluan tersebut di antaranya:
Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi
pelajaran yang abru saja disampaikan.Merangsang siswa untuk dapat
menanggapi atau memberi semacam ulasan tentang materi pembelajaran
yang telah disampaikan. Melakukan evaluasi untuk mengetahui
kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang baru saja
disampaikan.

10
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertujukkan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan
secara liasan oleh guru.Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa
hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan
bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi
dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran
ekspositori dan inkuiri.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki
beberapa kelebihan, di antaranya: Melalui metode demonstrasi terjadinya
verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung
memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan. Proses pembelajaran
akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengarkan, tetapi juga
melihat peristiwa yang terjadi. Dengan cara mengamati secara langsung
siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan
kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi
pebelajaran.
Kelemahan metode demonstrasi, di antaranya :
Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang.
Sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bias gagal sehingga
dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi
untuk menghasilakan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus
beberpaa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan
waktu yang banyak.

11
Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan
yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah. Demonstrasi
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga
guru dituntut untuk berkerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi
juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk
keberhasilan proses pembelajaran siswa.
Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
Tahapan Metode Demonstrasi
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses
demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek
pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu. Persiapkan garis besar
langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis-garis besar
langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari
kegagalan. Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala
peralatan yang diperlukan.
b. Tahap Pelaksanaan
1. Langkah Pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, diantaranya: Aturlah tempat duduk yang memungkinkan
semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. Kemukakan tugas-
tugas apa yang harus dilakukan oelh siswa, misalnya siswa ditugaskan
untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan
demonstrasi.
2. Langkah pelaksanaan demonstrasi
Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang
siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang
mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik
memerhatikan demonstrasi. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan

12
menghindari suasana yang menegangkan. Yakinkan bahwa semua siswa
mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh
siswa. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan
lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari peruses demonstrasi itu.
3. Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu
diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya
dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa
mamahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas
yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama
tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk
memecahkan suatu permasalahan, menjawab petanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan
(Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu
argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk
menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak
guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam
proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi:
 Pertama, diskusi merupakan siswa muncul secara spontan,
sehingga hasildan arah diskusi sulit ditentukan.
 Kedua, diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang,
padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas,
sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan
sesuatu secara tuntas.

Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan
perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bias

13
dihindari. Dilihat dari pengorganisasian materi pembelajaran, ada
perbedaan yang sangat prinsip dibandingkan dengan metode sebelumnya,
yaitu ceramah dan demonstrasi. Kalau metode ceramah atau demonstrasi
materi pelajaran sudah diorganisir sedemikian rupa sehingga guru tinggal
menyampaikannya, maka tidak demikian halnya dengan metode diskusi.
Pada meode ini bahan atau materi pembelajaran tidak diorganisir
sebelumnya serta tidak disajikan secara organisir oleh siswa sendiri, oleh
karena tujuan utama metode ini bukan hanya sekadar hasil belajar. Secara
umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses
pemebelajaran.
1. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi
kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru
dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Yang mengatur jalannya
diskusi adalah guru itu sendiri.
2. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi
dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang.
Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan
masalah dengan beberapa submasalah. Setiap kelompok
memecahkan submasalah yang disampaikan guru. Proses diskusi
diakhiri dengan laporan setiap kelompok.
Dalam proses pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar :
1) setiap siswa dapatbicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya
2) setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain
3) setiap siswa harus saling memberikanrespons
4) setiap siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide
yangdianggap penting
5) melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan
pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakandalam
diskusi.
Diskusi merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah.
Strategi ini diharapkan bisa mendorong siswa untuk dapat meningkatkan

14
kemampuan berpikir ilmiah serta dapat mengembangkan pengetahuan
siswa.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi


Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan kegiatan
belajar mengajar.
a. Metode diskusi data merangsang siswa untuk lebih kreatif
khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertuka pikiran
dalam mengatasi setiap permasalahan.
c. Dapat melatih siswa utuk dapat mengemukakan pendapat
atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa
melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Diskusi juga memiliki bebrapa kelemahan, diantaranya:
1. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang
siswayang memiliki keterampilan berbicara.
2. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
3. Memerlukan waktu yang cukuppanjang, ang kadang-kadang tidak
sesuai dengan yang direncanakan.
Dalam diskusi sering teradi perbedaan pendapat yang bersifat emosional
yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa
tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
b. Jenis-jenis Diskusi
Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam
proses pemebelajaran, antara lain:
1. Diskusi kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses
memecahkan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai
peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah:

15
a. Pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi,
misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang
menjadi penulis.
b. Kedua, sumber maslah (guru, siswa, atau ahli tertentudari
luar) memaparkan maslah yang harus dipecahkan selama
10-15 menit.
c. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi
permasalahan setelahmendaftar pada moderator.

d. Keempat, sumber maslah memberikan tanggapan, dankelima,


moderator menyimpulkan hasil diskusi.

2. Diskusi kelompok kecil


Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam
kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompk antara 3-5 orang.
Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara
umum, kemudian masalah tersebut dibagi bagi ke dalam submasalah yang
harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam
kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.
3. Symposium
Symposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu
persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian.
Symposium dilakukan untuk memebrikan wawasan yang luas kepada
siswa. Setelah pada penyaji memberikan pandangannya tentang masalah
yang diahas, maka symposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan
hasil kerja tiap perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Diskusi panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh
beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan
audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam
diskusi panel audiens tidak telibat secara langsung tetapi berperan hanya

16
sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh
sebab itu, agar diskusi panel efektif penugasan siswa disuruh untuk
merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi


Agar penggunan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu di lakukan
langkah-langkah sebagai berikut:

* Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di
antarannya:
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum
maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai meti dipahami oleh
siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai
control dalam pelaksanaan yang jelas dapat dijadikan sebagai control
dalam pelaksanaan.
Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin dicapai
adalah penambahan wawasan siswa tentang suatu persoalan, maka dapat
digunakan diskusi panel sedangkan jika yang diutamakan adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan,
maka symposium dianggap sebagai jenis diskusi yang tepat. Menetapkan
masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isimateri
pemelajaran atau masalah-masalah yang actual yang terjadi dilingkungan
masyarakat yang dihubungkan dengan materi pelajaran sesuai dengan
bidang studi yang diajarkan.
Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan seagla fasilitasny,
petugas-petugas diskusi seperti moderator, notuis, dan tim perumus,
manakala diperlukan.

17
* Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
a. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat
memengaruhi kelancaran diskusi.
b. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi,
misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta
aturan-aturan diskusi sesuai dengn jenis diskusi yang akan
dilaksanakan.
c. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang
telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah
memerhatikan suasana atau iklim belajar yang
menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling
menyudutkan dan lain sebagainya.
d. Mengendalikan pembicaraaan kepada pokok persoalan
yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa
pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi lebar dan
tidak focus.

* Menutup diskusi
Untuk mengakhiri proses pembelajaran dengan menggunakan
diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut.
Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan
hasil diskusi.
Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh
peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

4. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau
berbuat seakan-akan. Sebagai metode pengajar, semula dapat diartikan
cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan
untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.

18
Simulasi data digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi
tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada
objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah
mesin yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, siswa sebelum
menggunakan mesin yang benarnya akan lebih bagus melalui simulasi
terlebih dahulu. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan
penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulai akan sangat
bermanfaat.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi
sebagai metode mengajar, di antaranya: Simulasi dapat dijadikan sebagai
bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik
dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi
siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik
yang disimulasikan.
Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
Memperkaya pengetahuan, sikan, dan ketarampilan yang diperlukan dala
menghadapi berbagai situasi social yang problematis. Simulasi dapat
meningkatkan gairah siswa dalam proses pemebelajaran. Simulai juga
mempunyai kelemahan, diantaranya: Pengalaman yang diperoleh melalui
simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat
hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan. Faktor
psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam
melakukan simulasi.

Jenis-jenis simulasi
Simulasi terdiri dari beberpaa jenis, diantaranya:
Ø Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena social,

19
permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah
kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain
sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan
penghayatan akan masalah-masalah social serta mengembangkan
kemampuan siswa untuk memecahkannya.
Ø Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran
yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis.
Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan
konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya
Ø Role playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran
sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan
peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa actual, atau kejadian-
kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat
diangkat untuk role playing misalnya kejadian seputar pemberontakan G
30 S/PKI, memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai untuk
gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi.
Langkah-langkah Simulasi
Ø Persiapan simulasi
Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai
oleh simulasi. Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang
akan disimulasikan. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam
simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu
yang disediakan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa utuk
bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeran simulasi.
Ø Pelaksanaan simulasi
Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. Para siswa
lainnya mengikuti dengan penuh perhatian. Guru hendaknya memberikan
bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan. Simulasi hendaknya

20
dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong
siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
Ø Penutup
Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi
cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat
memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.

B. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar

1. Konsep Dasar Media


Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang
berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai
kegiatan atau usaha, seperti media dalam bidang teknik. Istilah media
digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga
istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran. Ada
beberapa konsep atau definisi media pendidikan atau media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai
untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran,
majalah, dan sebagainya.
Alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan di program
untuk pendidikan maka mrupakan media pembelajaran. Namun demikian,
media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain
yang memungkinkan siswa dan memperoleh pengetahuan.
Media itu meliputi orang, bahan, perlatan, atau kegiatan yang
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi dalam pengertian ini media
bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetak, tetapi
meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa
kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi, dan lain
sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan, mengubah sikap siswa atau untuk menambah ketampilan.

21
Dari dua pengertian diatas, maka tampak pengetian terakhir lebih luas
dibandingkan dengan pengertian yang pertama. Selain pengertian di atas,
ada juga yang berpendapat bahwa media pengajaran meliputi perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah alat-
alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead projector , radio,
televise, dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang
mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparasnsi atau
buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, ceritakan yang terkandung dalam
film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram,
dan lain sebagaimanya.
2. Pentingnya Media Pembelajaran
Mengajar data dipandang sebagai usaha yang dilakukan guru agar
siswa belajar. Sedangkan, yang dimaksud dengan belajar itu sendiri adalah
proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu dapat
berupa pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman
langsung adalah pengalaman yang diperoleh melalui aktivitas sendiri pada
situasi yang sebernarnya.
Contohnya, agar siswa belajar bagaimana mengoperasikan
computer, maka guru menyediakan computer untuk digunakan oleh siswa;
agar siswa memiliki ketarampilan mengendarai kendaraan, maka secara
langsung guru membimbing siswa menggunakan kendaraan yang
sebenarnya; demikan juga memberikan pengalaman bermain gitar,
mengetik, menjahit, dan lain sebagainya, atau mungkin juga pengalaman
langsung untuk mempelajari objek atau bahan yang pengalaman langsung
untuk mempelajari objek atau bahan yang dipelajari, contohnya
pengalaman langsung melihat dan mempelajari Candi Borobudur,
penglaman langsung melihat kerbau di sawah, dilandasan, atau
pengalaman langsung mempelajari benda-benda elektronik, dan lain
sebagainya. Pengalaman langsung semacam itu tentu saja merupakan
proses belajar yang sangat bermanfaat, sebab dengan mengalami secara
langsung kemungkinan kesalahan persepsi akan dapat dihindari. Namun
demikian, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan

22
secara langsung. Untuk mempelajari bagaiman kehidupan makhluk hidup
di dasar lautan, atau membelah dada manusia hanya untuk mempelajari
carak kerja organ tubuh manusia, seperti cara kerja jantung ketika
memompakan darah.
Untuk memeberikan pengalaman belajar semacam itu, guru
memerlukan alat bantu seperti film atau foto-foto dan lain sebagainya.
Demikian juga untuk mempunyai keterampilan membedah atau
melakukan operasi pada manusia, pertama kali tidak perlu melakukan
pembedahan langsung, akan tetapi dapat menggunakan benda semacam
boneka yang mirip dengan manusia. Atau untuk memperoleh keterampilan
mengemudikan pesawat ruang angkasa, dalam proses pembelajarannya
dapat melakukan simulasi terlebih dahulu dengan pesawat yang mirip
dan memiliki karakteristik yang sama. Alat yang dapat membantu proses
belajar ini yang dimaksud dengan media atau alat peraga pembelajaran.
Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya
melalui pengalaman langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang
diperoleh siswa. Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh
pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka
semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa. Selanjutnya
penjelasan dan uraian setiap pengalaman belajar tersebut akan seperti
berikut ini.
Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh
siswa sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Siswa mengalami, pencapaian
tujuan. Siswa berhubungan langsung dengan objek yang hendak dipelajari
tanpa menggunakan perantara. Karena pengalaman langsung inilah maka
ada kecenderungan hasil yang diperoleh siswa menjadi konkret sehingga
akan memiliki ketetapan yang tinggi.
Pengalaman tiruan adalah pengalaman yang diperoleh melalui
benda ataukejadian yang dimanipulasi agar mendekati keadaan yang
sebenarnya. Pengalaman tiruan sudah bukan pengalaman langsung lagi
sebab objek yangdipelajari bukan yang asli atau yang sesungguhnya,
melainkan benda tiruanyang menyerupai yang benda aslinya. Mempelajari

23
ojek tiruan sangat besar manfaatnya terutama untuk menghindari
terjadinya verbalisme. Misalkan siswa akan mempelajari kanguru. Oleh
karena binatang tersebut sulit diperoleh apalagi dibawa ke dalam kelas,
maka untuk mempelajarinya dapat digunakan model binatang dengan
wujud yang sama namun terbuat dari plastik.
Pengalaman melalui drama, yaitu penglaaman yang diperoleh dari
kondisi dansituasi yang diciptakan melalui drama (peragaan) dengan
menggunakan skenario yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Walaupun siswa tidak mengalamai secara langsung terhadap kejadian,
namun melalui drama, siswa akan lebih menghayati berbagai peran yang
disuguhkan. Tujuan belajar melalui drama ini agar siswa memperoleh
pengalaman yang lebih jelas dan konkret.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian


kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metide dan pemanfaatan berbagai
sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam
penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja
belum sampai pada tindakan.
Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah
dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan
sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun
sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki
keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, dengan adanya metode dan
media pembelajran , sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan

25
DAFTAR PUSTAKA

Dirdjosoemarto dkk. 2004. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung :


FPMIPA UPI dan JICA IMSTEP.

Roestiyah. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Syah Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung :


Remaja Rosda Karya.

Wina, Sanjaya (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wahyu Bagja. (2019). Bergaul Tanpa Harus Menyakiti. Bogor : Visi Nusantara
Maju.

Sulfemi, Wahyu Bagja dan Yuliani, Nunung. (2019). Model Pembelajaran


Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbantu Media Miniatur Lingkungan
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS. Edunomic : Jurnal Ilmiah Pendidikan
Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

Sulfemi, Wahyu Bagja (2019). Modul Pembelajaran Perundang-Undangan


Pendidikan. Bogor : STKIP Muhammadiyah Bogor

Sulfemi, Wahyu Bagja. (2019). Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping


Berbantu Audio Visual Dalam Meningkatkan Minat, Motivasi dan

Hasil Belajar IPS. Jurnal PIPSI (Jurnal Pendidikan IPS Indonesia),

26

Anda mungkin juga menyukai