Anda di halaman 1dari 4

A.

Judul penelitian
Penelitian ini memiliki judul “Pengaruh Earning per Share (EPS), Price to
Earning Ratio (PER), dan Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada PT
Indofarma Tbk”
B. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan pusat penjualan dan perubahan teknologi yang pesat di dunia
mengakibatkan perusahaan saling bersaing dalam dunia bisnis terutama pada kegiatan
ekonomi. Adanya kegiatan ekonomi tersebut menyebabkan setiap perusahaan selalu
mempertahankan posisinya dalam kelangsungan usaha dan bersaing secara sehat antar
perusahaan lain. Pada umumnya perusahaan memerlukan dana untuk melakukan
pengembangan dan mempertahankan posisinya dalam suatu perusahaan. Dana tersebut bisa
didapatkan oleh perusahaan salah satunya dengan melakukan perdagangan saham melalui
pasar modal.
Saham merupakan salah satu instrumen dengan return yang besar, sehingga saham
dikatakan high risk high return. Investor yang ingin membeli sebuah saham perusahaan
sebaiknya melakukan analisis pada saham tersebut, analisis yang dapat dilakukan berupa
analisis fundamental dan analisis teknikal. Menurut Rahardjo (2006) analisis teknikal adalah
suatu metodologi peramalan fluktuasi harga saham yang datanya diambil dari data
perdagangan saham yang terjadi di pasar saham. Sedangkan analisis fundamental menurut
Darmadji dan Fakhruddin (2011) merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham
dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi ekonomi, industri,
dan analisis perusahaan. Analisis perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan
keuangan perusahaan dengan merubah data laporan keuangan menjadi rasio keuangan.1
Rasio keuangan dapat menjadi informasi bagi investor dalam pengambilan keputusan
dalam melakukan pembelian saham. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Earning per Share (EPS), Price to Earning Ratio (PER), dan Return on Equity (ROE).
Earning per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan
per lembar saham dalam menghasilkan laba. EPS merupakan rasio yang menggambarkan
jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar biasa. Return on Equtiy (ROE) adalah

1
Rheza Dewangga Nugraha, Budi Sudaryanto, “Analisis Pengaruh DPR, DER, ROE, dan TATO Terhadap Harga
Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Industri Dasar dan Kimia Yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014)”,
Diponegoro Journal of Management, Vol. 5, No. 4 , (2016), 1-2.
rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth)
secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik
modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.2 Sedangkan Price to Earning Ratio adalah
rasio yang menggambarkan keuntungan sebuah perusahaan dibanding harga sahamnya. PER
adalah lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal yang dipakai untuk
membeli saham.3
Dalam melakukan penanaman modal perlu memperhatikan beberapa hal. Salah satu
langkah yang perlu ditempuh, yaitu penentuan harga saham. Harga saham merupakan suatu
nilai yang dapat mengukur keberhasilan manajemen perusahaan dalam melaksanakan suatu
kegiatan secara menyeluruh. Apabila harga saham suatu perusahaan cenderung mengalami
kenaikan, maka perusahaan tersebut memiliki kinerja perusahaan yang baik dan mampu
memberikan informasi yang baik kepada investor dan masyarakat lainnya.
Investor dan Masyarakat luas perlu menyadari bahwa harga saham selalu mengalami
kenaikan maupun penurunan (fluktuasi) dalam kurun waktu tertentu. Peningkatan yang
terjadi pada harga saham ditimbulkan karena banyaknya investor dan masyarakat luas yang
melakukan permintaan atas saham dibandingkan melakukan penawaran atas saham pada
suatu perusahaan dan sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa harga
saham dapat dipengaruhi oleh permintaan maupun penawaran yang dilakukan oleh pelaku
pasar modal.
Di tengah situasi pandemi, pendapatan dan laba emiten yang bergerak di bidang
Farmasi mampu tumbuh signifikan pada kuartal ketiga tahun 2021. Hal ini didorong oleh
kondisi pandemi yang menyebabkan naiknya permintaan obat dan alat diagnostik. Ada enam
emiten yang telah merilis laporan keuangannya untuk kuartal III-2021, yaitu PT Itama
Ranoraya Tbk (IRRA), PT Indofarma Tbk (INAF), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido
Muncul Tbk (SIDO), PT Millenium Pharmacon International Tbk (SDPC), PT Kalbe Farma
Tbk (KLBF), dan PT Tempo Scan Pacific Tbk (TPSC). Keenam emiten tersebut kompak
menunjukkan pertumbuhan pendapatan, bahkan beberapa di antaranya melonjak cukup
signifikan. Pada kuartal III-2021, emiten farmasi yang mengalami pertumbuhan pendapatan
terbesar adalah IRRA dengan mencatatkan kenaikan 670%, dari Rp 9.03 miliar menjadi 141,
2
Aldila Septiana, Analisis Laporan Keuangan Konsep Dasar dan Deskripsi Laporan Keuangan (Pamekasan: Duta
Media Publishing, 2019), 115.
3
Prima Bintang Pamungkas dan Fadjar Sidiq Hidayatullah, Millenial Investing Analisis Investasi Saham (Jakarta:
PT Alex Media Komputindo, 2021), 29.
05 triliun. Disusul oleh INAF dengan kenaikan 100%. Pendapatan INAF yang semula hanya
749.25 miliar mengganda menjadi Rp 1,49 triliun. Keenam emiten tersebut juga berhasil
mencetak laba pada 2021, bahkan INAF mampu membalikkan keadaan dimana pada periode
yang sama tahun sebelumnya mengalami kerugian sebesar Rp 18.88 miliar akan tetapi pada
kuartal III-2021 mampu mencetak laba bersih sebesar 2,28 miliar.
Dalam setahun terakhir kinerja saham emiten farmasi secara keseluruhan tercatat
cukup baik hingga penutupan perdagangan sesi I, Selasa 2 November 2021. Saham emiten
farmasi yang tumbuh fantastis adalah IRRA yang harganya melambung naik 123%.
Kemudian disusul oleh SDPC naik 30%, SIDO naik 16%, TPSC naik 15%, dan KLBF naik
2,88%. Terakhir INAF tercatat turun 25%, dari semua emiten farmasi yang telah merilis
laporan keuangannya, emiten ini menjadi satu-satunya yang sahamnya jeblok.
https://www.cnbcindonesia.com/
PT Indofarma mencatatkan kinerja yang baik sepanjang sembilan bulan pertama.
Berdasarkan data laporan yang dipublikasikan di BEI, penjualan INAF naik 99,91% dari Rp
749.25 miliar pada September 2020 menjadi Rp 1.49 triliun hingga September 2021.
Pertumbuhan ini mendorong INAF mencetak laba bersih sebesar Rp 2,82 miliar. Kondisi ini
berbeda dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kerugian sebesar Rp
18.88 miliar. https://m.liputan6.com/
Walaupun demikian, pertumbuhan kinerja keuangan yang positif ini tidak berbanding
lurus dengan pergerakan sahamnya. Sejak awal tahun harga saham INAF meluncur 41,44%
menjadi 2.360 per saham pada penutupan perdagangan Jum’at (10/12).
https://insight.kontan.co.id/ Hal ini disebabkan karena harga saham INAF dinilai terlalu
mahal dengan PER yang sangat tinggi akibat laba bersih yang fluktuatif sehingga investor
lebih tertarik pada saham emiten farmasi lainnya. https://www.bisnis.com/

N
Emiten EPS Harga Saham PER
o
1 TSPC 121 1.430 11,81818182
2 SIDO 29 770 26,55172414
3 KLBF 48 1.430 29,79166667
4 IRRA 53 1.730 32,64150943
5 INAF 0,91 2.230 2450,549451
Sumber: www.idx.co.id (Data diolah)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka masalah yang diidentifikasi pada
penelitian ini adalah pada 2021 terjadi fenomena pertumbuhan laba bersih pada PT
Indofarma akan tetapi harga sahamnya mengalami penurunan yang disebabkan oleh
kurangnya permintaan terhadap saham emiten tersebut karena harganya dianggap terlalu
mahal dibanding dengan saham emiten farmasi lainnya dilihat dari nilai Price to Earning
Ratio (PER) yang sangat tinggi.
Beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti berbagai pengaruh rasio keuangan
terhadap harga saham menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Pertama menurut Pande
Widya Rahmadewi dan Nyoman Abundanti (2018) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh EPS, PER, CR, dan ROE Terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia,
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan tidak signifikan antara variabel
EPS dengan harga saham. Variabel PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham. Variabel ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.
Menurut Dorothea Ratih, Apriatni E.P, dan Saryadi (2013) dalam penelitiannya yang
berjudul Pengaruh EPS, PER, DER, ROE Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012,
menunjukkan bahwa EPS, PER, dan ROE masing-masing berpengaruh positif terhadap harga
saham.
Menurut Reza Bagus Wicaksono dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh EPS,
PER, DER, ROE, dan MVA Terhadap Harga Saham menunjukkan bahwa EPS berpengaruh
signifikan positif terhadap harga saham. PER dan ROE secara parsial berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Earning per Share (EPS), Price to Earning Ratio (PER), dan
Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada PT Indofarma Tbk”

Anda mungkin juga menyukai