Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI

EKSKLUSIF DI DAERAH PERDESAAN


Association of Husband Support and Exclusive Breastfeeding in Rural Area

Novira Kusumayanti1, Triska Susila Nindya2


1Program Studi S1 Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
2Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
Email: kusumayanti_novira@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi. Pemberian ASI eksklusif di Indonesia cakupannya
masih sangat rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah dukungan suami.
Dukungan suami merupakan dukungan yang turut berperan menentukan keadaan emosi atau perasaan ibu sehingga
mempengaruhi kelancaran reflek pengeluaran ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan
suami dengan pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar. Penelitian ini menggunakan
rancangan cross sectional. Wawancara dilakukan pada 66 ibu menyusui dengan bayi umur 6–12 bulan. Cara
pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Lokasi penelitian di enam desa Kecamatan Kademangan
Kabupaten Blitar dilakukan pada bulan Oktober 2016. Analisis statistik dilakukan secara bivariat dengan uji korelasi
Spearman. Prevalensi pemberian ASI eksklusif sebesar 21,2%. Sebagian besar suami mendukung pemberian ASI
eksklusif (72,7%). Berdasarkan uji tabulasi silang diketahui bahwa dukungan suami lebih besar peluangnya (27,1%)
terhadap pemberian ASI eksklusif dibandingkan suami yang tidak mendukung (5,6%). Walaupun uji korelasi spearman
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang
mendapat dukungan dari suami memiliki proporsi yang lebih besar memberi ASI eksklusif dibandingkan dengan yang
tidak mendapatkan dukungan suami meskipun secara statistik tidak berhubungan secara signifikan.

Kata kunci: ASI eksklusif, dukungan suami, perdesaan

ABSTRACT
Exclusive breastfeeding could decrease infant mortality. Exclusive breastfeeding coverage in Indonesia is still low.
Many factors affect exclusive breastfeeding including husband support. Husband support contribute to maternal
emotion that affect the smooth reflexes of breast milk production. This study aimed to determine the relationship of
husband support and exclusive breastfeeding in the Kademangan district, Blitar. This is cross sectional study. Interview
was done to 66 breastfeed mothers with infants aged 6–12 months. The sample was taken by simple random sampling.
Location of this study was six villages in Kademangan district, Blitar and conducted in October 2016. Bivariate
analysis was performed by Spearman correlation test. The prevalence of exclusive breastfeeding was 21.2%. Most of
husband support exclusive breastfeeding. Based on cross tabulation, mother who gave breastfeeding to their children
was higher when they are supported by their husband. Eventhough Spearman correlation test showed no significant
relationship between husband support and exclusive breastfeeding. Mothers who had support from their husband
had a higher proportion of giving exclusive breastfeeding than had not supported by their husband, eventhough not
statistically significant correlated.

Keywords: exclusive breastfeeding, husband support, rural area

PENDAHULUAN
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif atau obat-obatan. ASI yang pertama kali keluar
merupakan bayi yang hanya menerima ASI saja (kolostrum) mengandung zat kekebalan tubuh dari
sehingga tidak ada cairan atau padatan lainnya ibu yang dapat melindungi bayi dari berbagai
diberikan, bahkan air dengan pengecualian penyakit yang dapat menyebabkan kematian bayi
rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineral seperti diare, ISPA, dan radang paru-paru. Bayi

98
99 Media Gizi Indonesia, Vol. 12, No. 2 Juli–Desember 2017: hlm. 98–106

yang diberi ASI memiliki risiko lebih rendah pemberian ASI eksklusif. Dukungan penuh seorang
terkena penyakit degeneratif seperti penyakit suami kepada istrinya dalam proses menyusui
darah tinggi, diabetes tipe 2, dan obesitas pada bayinya meningkatkan keberhasilan menyusui
saat dewasa (WHO dan Unicef, 2003). ASI secara eksklusif. Peran breastfeeding
Pemberian ASI eksklusif di negara father menjadi hal yang wajib dilakukan oleh
berkembang berhasil menyelamatkan sekitar ayah agar mendukung pemberian ASI eksklusif,
1,5 juta bayi/tahun. Atas dasar tersebut, World sehingga proses menyusui secara eksklusif oleh
Health Organization (WHO) merekomendasikan ibu dapat berjalan dengan sukses (Ariani, 2010).
Kepmenkes RI No. 450/Menkes/SK/ IV tahun Menurut Roesli (2012), dukungan suami sangat
2004 untuk memberi ASI eksklusif sampai bayi diperlukan agar pemberian ASI eksklusif bisa
berusia 6 bulan. tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
Pemberian ASI eksklusif di Indonesia untuk menganalisis dukungan suami dan peluang
cakupannya masih sangat rendah. Proporsi pemberian ASI eksklusif oleh ibu di Kecamatan
pemberian ASI saja (Eksklusif) menurut data Kademangan Kabupaten Blitar.
Riskesdas 2013, pada bayi umur 0 bulan adalah
52,7%, persentase ASI eksklusif semakin menurun METODE
dengan meningkatnya kelompok umur bayi. Pada
bayi berumur 6 bulan yang menyusui eksklusif Penelitian ini merupakan penelitian
hanya sebesar 30,2%. Tidak adanya dukungan observasional analitik. Rancang bangun penelitian
keluarga dalam pemberian ASI eksklusif menggunakan rancangan cross sectional. Populasi
merupakan alasan yang banyak dikemukakan oleh pada penelitian ini adalah semua ibu menyusui
ibu. Oleh karena itu, faktor dukungan keluarga yang memiliki bayi usia 6–12 bulan di Kecamatan
(suami, orang tua) merupakan faktor penguat bagi Kademangan Kabupaten Blitar. Sampel diambil
ibu menyusui memberikan ASI eksklusif. Tidak dengan cara simple random sampling. Besar
hanya ibu saja yang bertanggung jawab terhadap sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin dengan
suksesnya pemberian ASI, tetapi juga ayah, nenek, α = 0,05 dan power 80%, sampel yang dibutuhkan
kakek, dan orang-orang yang akan terlibat dalam dalam penelitian ini adalah sebesar 66 orang
kepengurusan bayi nantinya (Roesli, 2008). ibu yang mempunyai bayi umur 6–12 bulan di
Dari survei yang dilaksanakan pada tahun Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar.
2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System Penelitian ini dilakukan di enam desa,
(NSS) kerja sama dengan Balitbangkes dan Helen Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar.
Keller International yang dilaksanakan di empat Sebanyak enam desa dipilih dan ditentukan sebagai
kota yaitu Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar sampel daerah dengan dasar pertimbangan cakupan
dan dilaksanakan juga pada 8 perdesaan yang ASI eksklusif yang belum memenuhi target 60%.
berada di Sumatra Barat, Lampung, Banten, Desa tersebut yaitu Desa Panggungduwet, Desa
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Kebonsari, Desa Bendosari, Desa Plumpungrejo,
Tenggara Barat, Sulawesi Selatan menyatakan Desa Jimbe, Desa Kademangan. Pengambilan data
bahwa ibu yang menyusui ASI eksklusif pada dilakukan pada Bulan Oktober 2016.
bayi umur 4–5 bulan di perkotaan antara Pada penelitian ini, variabel yang diteliti
14%–21%, sedangkan di perdesaan 14%–26%. adalah karakteristik Ibu, dukungan suami, dan
Pencapaian ASI eksklusif 5–6 bulan di perkotaan pemberian ASI eksklusif. Kriteria inklusi untuk
berkisar antara 3%–18% sedangkan di perdesaan sampel penelitian antara lain bayi merupakan
6%–19%. kelahiran tunggal, ibu memiliki bayi yang tidak
Suami/ayah memiliki peran yang sangat bibir sumbing. Informasi yang didapatkan untuk
penting dalam keberhasilan menyusui adalah yaitu penelitian ini melalui wawancara kepada ibu
sebagai breastfeeding father. Breastfeeding father menggunakan kuesioner.
adalah peran suami dengan cara memberi dukungan Hubungan antara variabel bebas dengan
kepada ibu menyusui akan mempengaruhi terhadap variabel terikat dianalisis menggunakan uji
Novira K., Triska S.N., Hubungan Dukungan Suami Dengan... 100

korelasi Spearman dengan tingkat kemaknaan Semakin tinggi tingkat pendidikan yang
0,05. Penelitian ini telah lolos kaji etik oleh komite didapat oleh ibu, semakin banyak ibu yang
Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Masyarakat memberikan ASI eksklusif pada bayi umur
Universitas Airlangga dengan nomor 568-KEPK. 0–6 bulan (Notoatmodjo, 2007). Ibu yang
menerima/memahami informasi dengan baik dan
HASIL DAN PEMBAHASAN mempraktikannya maka akan berperilaku baik
dan berpeluang dalam memberikan ASI eksklusif
Karakteristik Responden meskipun tingkat pendidikannya rendah (Febriyanti
dan Ernawati, 2014).
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa
Sebagian besar ibu tidak bekerja ataupun
sebagian besar ibu berumur 26–35 tahun dengan
menjadi ibu rumah tangga (89,4%), dan sebagian
proporsi 60,6% dan sebagian kecil berumur >35
kecil ibu bekerja (10,6%). Ibu yang tidak bekerja
tahun dengan proporsi 9,1%. Ibu yang berusia
lebih banyak waktunya untuk merawat bayinya
19–35 tahun memiliki produksi ASI yang baik dan
ataupun menyusui bayinya, tetapi pada ibu yang
menghasilkan cukup ASI dibandingkan dengan
bekerja masih ada peluang untuk menyusui
berusia >35 tahun. Pada ibu primipara yang
bayinya terutama dalam pemberian ASI secara
berumur >35 tahun, suplai jumlah ASI cenderung
Eksklusif. Hal ini diterapkan oleh responden
tidak cukup karena produksi ASI mengalami
yang bekerja dan tetap memberikan ASI eksklusif
sedikit penurunan (Notoatmodjo, 2007)
(14,3%) yaitu dengan memberikan ASI perah pada
Usia berhubungan dengan kondisi
bayinya saat ibu bekerja. Bayi disusui sebelum
kematangan emosional seseorang dalam berpikir
berangkat kerja dan pada siang hari ataupun jam
dan berperilaku, sehingga ibu dengan umur >25
istirahat ibu pulang sebentar untuk menyusui
tahun dan <35 tahun berpeluang memberikan
bayinya sampai kenyang, atau memberikan ASI
ASI eksklusif (Nursalam, 2001). Pendidikan ibu
yang sudah diperah ditempat kerja. Pada saat ibu
sebagian besar tamat SMP dengan proporsi 48,5%
sudah dirumah sesering mungkin bayi disusui
dan hanya sedikit yang tamat Perguruan Tinggi
dan banyak menyusui pada malam hari (Ariani,
(6,0%).
2010).
Sebagian besar ibu multipara (71,3%) dan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu
sebagian kecil ibu primipara (28,7%). Paritas
Karakteristik Ibu n % yang semakin tinggi (anak >1) berpengaruh
Umur Ibu positif dan berpeluang terhadap pemberian ASI
19-25 tahun 20 30,3
eksklusif (Mabud, dkk., 2014). Ibu yang primipara
26-35 tahun 40 60,6
dan multipara lebih banyak waktu luang untuk
>35 tahun 6 9,1
datang ke fasilitas pusat kesehatan masyarakat
Pendidikan Ibu
untuk mendapatkan layanan dan informasi
Tidak Tamat SD 0 0.0
terkait pemberian ASI eksklusif sehingga dapat
Tamat SD 12 18,2
dipraktikkan dan mempengaruhi produksi ASI
Tamat SMP 32 48,5
Tamat SMA 18 27,3
yang lebih banyak dan mencukupi kebutuhan bayi
Tamat PT 4 6,0 selama pemberian ASI eksklusif (Proverawati dan
Pekerjaan Ibu Rahmawati, 2010).
Bekerja 7 10,6 Jenis persalinan adalah saat ibu melakukan
Tidak Bekerja 59 89,4 proses persalinan yang dibedakan menjadi dua
Paritas Ibu yaitu normal dan operasi. Saat proses persalinan
Primipara 19 28,7 sebagian besar 80,3% ibu dengan cara normal dan
Multipara 47 71,3 sebagian kecil 19,7% ibu dengan cara operasi.
Jenis Persalinan Penolong persalinan memiliki peran yang dominan
Normal 53 80,3 terhadap keberhasilan pemberian menyusun dini
Operasi 13 19,7 dan pencegahan terhadap pemberian makanan
101 Media Gizi Indonesia, Vol. 12, No. 2 Juli–Desember 2017: hlm. 98–106

prelakteal (Rahardjo dan Setyowati, 2006). Ibu pemberian ASI saja tidak cukup untuk memenuhi
yang mengalami persalinan normal dan operasi kebutuhan gizi bayi sehingga bayi sudah menerima
berpeluang memberikan ASI eksklusif. Oleh makanan tambahan (44%), air putih (8%), susu
karena adanya dukungan petugas kesehatan yang atau cairan tambahan lainnya (8%) sebagai
memberikan praktik Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tambahan dari ASI atau sepenuhnya sudah disapih
dan rawat gabung memperbesar peluang terhadap (13%).
pemberian ASI eksklusif. Pada ibu yang proses ASI eksklusif dianjurkan pada beberapa
persalinan secara operasi bisa berpeluang juga bulan pertama kehidupan karena ASI tidak
terhadap pemberian ASI secara Eksklusif, maka terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang
dari itu adanya dukungan petugas tenaga kesehatan diperlukan anak pada umur tersebut. Pengenalan
yang memberikan praktek Inisiasi Menyusui dini makanan yang rendah energi dan zat gizi lain
Dini (IMD) dan rawat gabung untuk tahap awal atau yang disiapkan dalam kondisi tidak higienis
berdampak terhadap pemberian ASI eksklusif. dapat menyebabkan anak mengalami kurang gizi
Kondisi ini mengakibatkan keinginan ibu yang dan terinfeksi sehingga mempunyai daya tahan
lebih besar untuk menyusui bayinya (Agam, dkk., tubuh yang rendah terhadap penyakit (Kemenkes
2009). RI, 2013).

Pemberian ASI eksklusif


Tabel 3. Distribusi Frekuensi Dukungan Suami dalam
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Pemberian ASI Eksklusif
adalah pemberian tanpa makanan tambahan lain Dukungan Suami n %
pada bayi umur 0–6 bulan dan hanya diberi ASI Mendukung 48 72,7
saja. Bayi tidak diberikan makanan/minuman Tidak mendukung 18 27,3
lainnya kecuali yang langsung diproduksi oleh ibu
karena bayi memperoleh nutrisi terbaiknya melalui
ASI (Yuliarti, 2010). Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan
Suami terhadap ASI eksklusif
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Dukungan suami adalah peran aktif dalam
0–6 Bulan pada Bayi merawat bayinya untuk menunjang program
ASI eksklusif n %
pemberian ASI eksklusif. Tabel 3 di atas
Ya 14 21,2
menunjukkan sebagian besar (72,7%) suami
mendukung dalam pemberian ASI eksklusif.
Tidak 52 78,8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
22,5% ibu yang berusia 26–35 tahun memberikan
Berdasarkan Tabel 2 diatas, sebagian besar ASI eksklusif, sedangkan ibu yang berusia >35
(78,8%) ibu tidak memberikan ASI eksklusif tahun hanya sebagian kecil (16,7%) memberikan
dan hanya sebagian kecil (21,2%) memberikan ASI eksklusif. Hasil uji korelasi menunjukkan
ASI eksklusif. Departemen Kesehatan Republik bahwa tidak terdapat hubungan antara usia ibu
Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/ dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai
SK/IV/2004 merekomendasikan pemberian ASI p = 0,986. Hasil penelitian ini sesuai dengan
eksklusif yaitu hanya memberi ASI saja secara penelitian Mabud, dkk. (2014) yang juga
Eksklusif pada bayi berusia 0 sampai 6 bulan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan usia ibu
dan menetapkan target pemberian ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif.
6 bulan sebesar 80%. Hasil studi ini sejalan dengan Hasil studi ini berbeda dengan hasil penelitian
hasil SDKI tahun 2012 yang menunjukkan bahwa Ibrahim (2000) yang menyatakan bahwa terdapat
cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada bayi di hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan
bawah umur 4 bulan hanya sebesar 42%, tetapi pemberian ASI eksklusif. Menurut Notoatmodjo
pada umur 4–5 bulan ASI eksklusif menurun (2005), umur merupakan faktor predisposisi
dengan prevalensi 27%. 7 diantara 10 ibu merasa yang mendorong individu untuk berperilaku.
Novira K., Triska S.N., Hubungan Dukungan Suami Dengan... 102

Produksi ASI ibu yang berusia 19–23 tahun lebih dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai
baik dibandingkan dengan berusia lebih tua. p=0,581. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Primipara yang lebih dari 35 tahun cenderung tidak penelitian Febriyanti dan Ernawati (2014) yang
menghasilkan jumlah ASI yang cukup. juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
Tabel 4. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemberian ASI Menurut Depkes (2001), semakin tinggi
Eksklusif tingkat pendidikan ibu, semakin banyak jumlah
ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
ASI Eksklusif
Karakteristik Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
Ya Tidak p
Ibu tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang
n % n %
tersebut mendapatkan informasi. Pendidikan sangat
Umur Ibu
erat kaitannya dengan pengetahuan. Seseorang
19–25 tahun 4 20,0 16 80,0
dengan pendidikan tinggi, akan semakin luas
26–35 tahun 9 22,5 31 77,5 0,986
pula pengetahuannya (Notoadmodjo, 2007).
>35 tahun 1 16,75 5 83,3
Pada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
Pendidikan Ibu
Febriyanti dan Ernawati (2014) menunjukkan
Tamat SD 1 8,3 11 91,7
bahwa meskipun pendidikan ibu cukup baik
Tamat SMP 8 25,0 24 75,0
namun jika ibu tidak menerima informasi ataupun
Tamat SMA 5 27,8 13 72,2 0,581
memahami informasi yang didapat dan tidak punya
Tamat
0 0 4 100 keinginan untuk mempraktikannya maka akan
Akademik/PT
tetap berperilaku sama.
Pekerjaan Ibu
Ibu yang tidak bekerja memiliki persentase
Bekerja 1 14,3 6 85,7
0,642 yang lebih besar (22%) dalam memberikan
Tidak Bekerja 13 22,0 46 78,0
ASI eksklusif, dibandingkan ibu yang bekerja.
Paritas
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Primipara 2 10,5 17 89,5
0,089 Febriyanti dan Ernawati (2014) menyatakan
Multipara 12 25,5 35 74,5
bahwa terdapat hubungan bermakna antara status
Jenis Persalinan
pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
Normal 13 24,5 40 75,5
0,189
Ibu yang bekerja mempunyai risiko 4 kali
Operasi 1 7,7 12 92,3
untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif
dibandingkan dengan yang tidak bekerja.
Tidak adanya hubungan usia dengan Ibu yang tidak bekerja memiliki peluang yang
pemberian ASI eksklusif dikarenakan usia bukan lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif,
merupakan faktor yang langsung mempengaruhi karena lebih fokus waktunya untuk merawat
perilaku pemberian ASI. Usia berhubungan dan menyusui bayinya dibandingkan ibu yang
dengan kondisi kematangan emosional seseorang bekerja. Ibu yang bekerja bisa tetap memberikan
dalam berpikir dan berperilaku (Nursalam, 2001). ASI eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan,
Sedangkan perilaku seseorang dipengaruhi dan tidak memerlukan tambahan waktu setelah
oleh beberapa faktor lain seperti pendidikan, memperoleh cuti hamil 3 bulan. Ibu yang bekerja
pekerjaan, paritas, jenis persalinan, budaya, dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
layanan kesehatan, dan dukungan suami/keluarga dengan cara memeras ASI, dan memberikannya
(Notoadmodjo, 2003). kepada bayi saat ibu bekerja. Kunci sukses
Berdasarkan hasil penelitian, ibu dengan memberikan ASI secara Eksklusif adalah ibu
tingkat pendidikan SMA memiliki persentase dan keluarga mempunyai manajemen ASI yang
yang lebih besar (27,8%) dalam memberikan ASI baik. Manajemen ASI yang baik adalah ibu yang
eksklusif, dibandingkan ibu yang berpendidikan mengetahui cara memerah ASI ibu dan keluarga
akademik/PT. Hasil uji korelasi menunjukkan dapat saling mendukung, ibu dapat menyiapkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara pendidikan diri dan lingkungannya sebelum ibu kembali
103 Media Gizi Indonesia, Vol. 12, No. 2 Juli–Desember 2017: hlm. 98–106

bekerja (Roesli, 2008). Dengan manajemen ASI (4) Anak keempat : jumlah ASI + 600 ml/24 jam,
yang baik responden yang bekerja dapat tetap (5) Anak kelima : jumlah ASI + 506 ml/24 jam,
memberikan ASI eksklusif (14,3%) yaitu dengan (6) Anak keenam : jumlah ASI + 524 ml/24 jam.
memberikan ASI perah pada bayinya saat ibu Produksi ASI ibu yang melahirkan anak
bekerja. Bayi disusui sebelum berangkat kerja, kembar juga akan mengalami peningkatan
siang hari ataupun saat jam istirahat ibu pulang sehingga jumlah ASI akan mencukupi kebutuhan
sebentar untuk menyusui bayinya, selain itu bisa kedua anak. Pada ibu yang melahirkan lebih dari
memberikan ASI yang sudah diperah di tempat satu kali, produksi ASI pada hari keempat post
kerja. partum jauh lebih tinggi dibandingkan ibu yang
Hasil uji korelasi menunjukkan tidak terdapat baru melahirkan pertama kali. (Proverawati dan
hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian Rahmawati, 2010). Hasil uji korelasi menunjukkan
ASI eksklusif dengan nilai p=0,642. Hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas
penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya ibu dengan pemberian ASI eksklusif dengan
yang dilakukan oleh Ahmad (2014) di Puskesmas nilai p=0,089. Hal ini sesuai dengan penelitian
Pamotan, Semarang, bahwa pekerjaan tidak sebelumnya yang dilakukan oleh Sathri (2010)
mempengaruhi pemberian ASI. dalam Dewi (2016) yang menunjukkan bahwa
Pada penelitian ini, pekerjaan ibu tidak tidak terdapat hubungan antara paritas ibu dengan
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif, pemberian ASI eksklusif.
namun beberapa cara yang dapat dianjurkan pada Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
ibu yang bekerja yaitu susui bayi sebelum bekerja, Mabud, dkk. (2014) menyimpulkan bahwa ada
ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah hubungan antara paritas dengan pemberian ASI
sebelum berangkat bekerja, ASI dapat disimpan ekslusif. Semakin tinggi tingkat paritas ibu maka
di lemari pendingin dan dapat diberikan pada berpengaruh positif terhadap pemberian ASI
bayi dengan menggunakan cangkir pada saat ibu eksklusif, karena jumlah anak mempengaruhi
bekerja. Pada saat ibu sudah di rumah sesering tingkat pengetahuan dan adanya pengalaman
mungkin bayi disusui dan jadwal menyusui bisa menyusui sebelumnya sehingga ibu yang
diperbanyak menyusui di malam hari. Ibu harus mempunyai anak banyak akan memberikan ASI
lebih banyak mengonsumsi minuman/ makanan eksklusif. Sesuatu yang dialami seseorang akan
yang bergizi selama bekerja dan menyusui, menambah pengetahuan yang didapat. Pengalaman
sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
memberikan ASI eksklusif (Arini, 2012). Para untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
petugas kesehatan sebaiknya memberikan dengan cara mengulang kembali pengetahuan
informasi mengenai cara-cara yang dapat dilakukan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
agar ibu tetap dapat memberikan ASI meskipun dihadapi di masa lalu. Kondisi ini menyebabkan,
ibu bekerja. Dengan pengetahuan yang benar, ibu yang multipara memiliki kemungkinan
perlengkapan memerah ASI, dan dukungan dari yang lebih besar untuk pemberian ASI eksklusif
tempat kerja maka ibu bekerja dapat memberikan dibandingkan dengan ibu yang primipara.
ASI secara eksklusif (Roesli, 2000). Paritas saat ini tidaklah menjadi masalah bagi
Ibu yang multipara memiliki proporsi yang seorang ibu untuk memberikan ASI eksklusif.
lebih besar dalam memberikan ASI eksklusif Dukungan dari petugas kesehatan, dukungan
dibandingkan ibu yang primipara. Ibu dengan keluarga dan persiapan pada saat kehamilan
jumlah persalinan lebih dari satu akan mengalami dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
peningkatan jumlah produksi ASI. Soetjiningsih Ibu yang mempunyai anak ≥ 3 memiliki lebih
(1997) menyatakan pada kenaikan jumlah paritas banyak waktu luang untuk datang ke fasilitas pusat
ada sedikit perubahan produksi ASI, yaitu: kesehatan masyarakat. Ibu mempunyai kesempatan
(1) Anak pertama : jumlah ASI + 580 ml/24 jam, untuk memperoleh pengetahuan terkait dengan
(2) Anak kedua : jumlah ASI + 654 ml/24 jam, pemberian ASI eksklusif, sehingga informasi yang
(3) Anak ketiga : jumlah ASI + 602 ml/24 jam, didapat terkait pemberian ASI dengan dipraktikkan.
Novira K., Triska S.N., Hubungan Dukungan Suami Dengan... 104

Kondisi ini akan mempengaruhi produksi ASI Tabel 5. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian
yang lebih banyak dan mencukupi kebutuhan bayi ASI Esklusif

selama pemberian ASI eksklusif (Proverawati dan ASI Eksklusif


Rahmawati, 2010). Dukungan
Ya Tidak p
Suami
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui n % n %
bahwa mayoritas ibu melahirkan secara normal. Mendukung 13 27,1 35 72,9
0,058
Ibu yang melakukan persalinan normal memiliki Tidak Mendukung 1 5,6 17 94,4
proporsi yang lebih tinggi (24,5%) dalam
memberikan ASI eksklusif, dibandingkan ibu yang
dukungan suami, meskipun secara statistik tidak
melakukan persalinan dengan tindakan operasi.
terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan
Penolong persalinan merupakan kunci
suami dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,058).
utama keberhasilan pemberian menyusu dini
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dyan
dan pencegahan terhadap pemberian makanan
(2011).
prelakteal. Kunci pelaksanaan sepuluh langkah
Ayah dapat berperan lebih besar dalam
menyusui adalah dengan adanya komitmen
mendukung pemberian ASI melalui dukungan dan
penolong persalinan untuk melaksanakan Inisiasi
bantuan lain seperti ikut membantu memandikan
Menyusui Dini (IMD) dan tidak memberikan
si bayi atau menggantikan popok. Peran ini
apapun selain ASI kepada bayi baru lahir termasuk
merupakan langkah pertama bagi seorang ayah
pemberian susu formula dan makanan ataupun
untuk mendukung keberhasilan ibu menyusui
minuman sebagai prelakteal (Rahardjo dan
secara eksklusif. Membesarkan dan memberi
Setyowati, 2006).
makan anak adalah tugas bersama antara ayah
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak
dan ibu. Hubungan antara seorang ayah dan
terdapat hubungan antara jenis persalinan dengan
bayinya merupakan faktor yang penting dalam
pemberian ASI eksklusif dengan nilai p=0,189.
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Agam dkk.
Ayah juga perlu mengerti dan memahami persoalan
(2009) yang juga menunjukkan bahwa tidak ada
ASI dan menyusui agar ibu dapat menyusui dengan
hubungan jenis persalinan dengan pemberian ASI
baik (Roesli, 2008).
eksklusif.
Seorang suami yang mengerti dan memahami
Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang
manfaat ASI pasti akan membantu ibu mengurus
persalinannya normal maupun dengan tindakan
bayi, termasuk menggantikan popok, memandikan
operasi cenderung tidak memberikan ASI
bayi, dan memberikan pijatan pada bayi. Sementara
eksklusif. Pada persalinan normal, IMD tetap
ibu, berusaha fokus meningkatkan kualitas ASI-nya
dilakukan, pemberian makanan prelakteal masih
dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang
diberikan pada bayi. Ibu merasa ASI-nya belum
dan melakukan pola hidup sehat (Roesli, 2008).
keluar ataupun produksi ASI-nya kurang, sehingga
Friedman dkk. (2003) menjelaskan bahwa
penggunaan susu formula dan makanan prelakteal
dukungan suami memiliki empat fungsi yaitu
masih diberikan.
dukungan informasional, dukungan penilaian,
Rendahnya praktek menyusui pada ibu post
dukungan instrumental, dan dukungan emosional.
sectio caesarea berhubungan dengan dukungan
Dukungan informasional adalah suami berfungsi
tenaga kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh
sebagai penerima dan penyebar informasi tentang
penolong persalinan yang kurang memberikan
semua informasi yang ada dalam kehidupan.
informasi tentang praktek inisiasi menyusui dini
Suami mengingatkan dan memberitahukan ibu
(IMD) dan pemberian ASI eksklusif sehingga ibu
tentang informasi dalam pemberian ASI secara
kurang memahami manfaat dan keuntungan ASI
eksklusif. Sumber informasi dapat berasal dari
eksklusif (Wulandari dan Dewanti, 2014).
tenaga kesehatan, media cetak dan lainnya.
Ibu yang mendapatkan dukungan suami lebih
Dukungan penilaian adalah bentuk dukungan
besar peluangnya untuk memberikan ASI eksklusif
suami sebagai identitas anggota dalam status
dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan
105 Media Gizi Indonesia, Vol. 12, No. 2 Juli–Desember 2017: hlm. 98–106

keluarga yang menjadi sumber validator dengan masyarakat serta lingkungan kerja terhadap ibu
tegas pembimbing dan bimbingan umpan balik menyusui (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
dalam memecahkan masalah. Pemberian ASI eksklusif pada bayi bukan hanya
Dukungan instrumental adalah bentuk tanggung jawab ibu saja. Kepala keluarga, dalam
dukungan suami sebagai penyediaan materi yang hal ini suami juga memiliki tanggung jawab besar
dapat memberikan pertolongan langsung seperti untuk memberikan dukungan (Pemprov DKI
pemberian uang, pemberian barang, makanan Jakarta, 2010).
serta pelayanan. Bentuk ini dapat mengurangi Nasihat dari orang yang berpengalaman akan
stress karena ibu dapat langsung memecahkan membantu keberhasilan menyusui (Nursalam,
masalah yang berhubungan dengan materi. 2001). Rodrigues, et al (2013) menyatakan bila
Dukungan emosional adalah bentuk dukungan ibu yang mendapatkan dukungan dari anggota
keluarga ataupun suami sebagai sebuah tempat keluarga, terutama suami atau pasangan dan kakek-
yang nyaman, aman dan damai. Membantu nenek, berpengaruh positif terhadap kepercayaan
secara psikologis dalam menstabilkan emosi diri terhadap menyusui. Anggota keluarga harus
dan mengendalikan diri, maka dari itu bentuk mendukung ibu dan membantu ibu dalam hal
dukungannya adalah dengan cara memberikan pemberian ASI sehingga ibu merasa mampu untuk
motivasi dan peranan dalam mendengarkan semua menyusui.
keluhan-keluhan masalah yang sedang dihadapinya
(Friedman, 2003). KESIMPULAN DAN SARAN
Dukungan suami berperan besar dalam
keberhasilan ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Tidak terdapat hubungan signifikan antara
Semakin besar dukungan yang diberikan oleh dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif,
suami maka semakin besar juga peluang ibu untuk namun proporsi ibu yang memberikan ASI
menyusui bayinya. Hal ini akan mempengaruhi eksklusif lebih tinggi pada ibu yang mendapatkan
kelancaran refleks pengeluaran ASI, karena dukungan dari suami dibandingkan yang tidak
dipengaruhi oleh perasaan dan emosi ibu. mendapat dukungan dari suami.
Dukungan keluarga diperlukan untuk ketenangan, Suami perlu memberikan dukungan pada istri
ketenteraman, dan kenyamanan ibu menyusui yang dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu menyusui
dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin perlu mendapatkan perhatian, pujian, ketenangan,
sehingga dapat meningkatkan pemberian ASI pada kenyamanan, untuk menunjang keberhasilan
anak. Reeves, dkk. (2012) menyatakan bahwa ibu pemberian ASI eksklusif. Perlu adanya
menyusui karena mereka percaya ASI lebih sehat pembentukan kelompok pendukung ASI (KP-ASI)
untuk bayi. Suami merupakan pemberi dukungan Ayah Peduli ASI guna memberi dan menerima
yang paling berpengaruh. Sistem pendukung itu dukungan secara informasi, teknis, moral maupun
sangat penting bagi ibu menyusui untuk mengambil emosional.
keputusan memberi ASI pada bayi umur 0–6 bulan
secara eksklusif. Hal ini mendukung penelitian DAFTAR PUSTAKA
yang dilakukan oleh Mazza, dkk. (2014), bahwa Agam, I., Syam, A., & Citrakesumasari. (2009).
ada dua kategori yang berpengaruh dalam Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian
pemberian ASI, salah satunya adalah pengaruh ASI eksklusif di Kelurahan Tamamaung
sosial primer. Jaringan Primer ditandai oleh Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Jurnal
anggota keluarga dan orang-orang dekat. Suami Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat, 1,
dapat berperan dalam meningkatkan percaya diri 1–9.
ibu dalam memberikan ASI, kepercayaan diri ibu Ariani. (2010). Ibu susui aku, bayi sehat dan cerdas
dapat meningkatkan produksi ASI. dengan ASI. Bandung: Khasanah Intelektual.
Menurut Dirjen Gizi dan KIA, menyusui bayi Arini, H. (2012). Mengapa seorang ibu harus
umur 0–6 bulan secara eksklusif dipengaruhi oleh menyusui. Yogyakarta: FlashBooks.
Ahmad, A. (2014). Faktor ibu yang berhubungan
dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan,
Novira K., Triska S.N., Hubungan Dukungan Suami Dengan... 106

dengan praktik pemberian ASI eksklusif di Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku
wilayah kerja Puskesmas Pamotan. Jurnal Ilmu kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Kesehatan Masyarakat, 3(1), 1–8. Notoatmodjo, S. (2005). Pendidikan dan perilaku
Depkes. (2001). Strategi nasional peningkatan kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
pemberian ASI (PP-ASI). Jakarta : Departemen Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan perilaku
Kesehatan Republik Indonesia. kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dewi, U.M. (2016). Faktor yang mempengaruhi Nursalam. (2001). Metodologi riset keperawatan.
praktik menyusui pada ibu post sectio caesarea Jakarta: Infomedika.
di RSI A. Yani Surabaya. Jurnal Ilmiah Pemprov DKI Jakarta. (2010). Pemberian ASI
Kesehatan, 9(1), 43–47. eksklusif perlu ditingkatkan. Diakses dari http://
Friedman, M, Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). www.beritajakarta.com/2008/id/berita.
Family nursing research, theory and practice. Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2010). Kapita
New Jersey: Prentice Hall. selekta ASI dan menyusui. Yogyakarta: Nuha
Febriyanti, R. & Ernawati, D.(2014). Analisis faktor- Medika.
faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Rahardjo & Setyowati. (2006). Faktor-faktor yang
eksklusif di Desa Gilang Taman Sidoarjo. Jurnal berhubungan dengan pemberian ASI satu jam
Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya, pertama setelah melahirkan. Jurnal Kesehatan
6. Diakses dari file:///C:/Users/Fitri%20 Masyarakat Nasional, 1, 11–17.
Amalia/Downloads/MANUSKRIP%20 Reeves, C., Close, F.T., Simmons, M.C., & Hollis, A.L.
ROSALINA%20(SECURE)%20(5).pdf. (2012). Social support indicators that influence
Ibrahim. (2000). Hubungan sikap ibu dengan breastfeeding decision in mothers of north florida.
pemberian asi eksklusif di wilayah kerja Florida Public Health Review, 3, 1–7.
Puskesmas Cot Weh pada bayi (0–11 bulan) Rodrigues A P, Padoin S M, Demello, Depaula C C,
di Kabupaten Aceh Besar Propinsi Daerah & Guido D A. (2013). Factors those influence
Istimewa Aceh (Tesis tidak dipublikasikan). in self efficacy of breastfeeding. International
Universitas Sumatera Utara, Medan. Breastfeeding Journal, 7(5), 1–10.
Mabud, N.H., Mandang, J., & Mamuaya, T. (2014). Roesli. (2000). Mengenal ASI ekslusif. Jakarta:
Hubungan pengetahuan, pendidikan, paritas, Pustaka Pengembangan Swadaya Nusantara.
dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Roesli, U. (2008). Mengenal ASI ekslusif. Jakarta:
Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Pustaka Bunda.
Jurnal Ilmiah Bidan. 2(2), 51–56. Roesli, U. (2012). Inisiasi menyusui dini plus ASI
Mazza, V.D.A., Regina, C.T.N., & Rafaela, Z.P.T. eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda (Grup Puspa
(2014). Influence of social support networks for Swara).
adolescent breastfeeding mother in the process Soetjiningsih. (1997). Petunjuk untuk tenaga
of breastfeeding. International Breastfeeding kesehatan. Jakarta: EGC.
Journal, 19, 1–7. WHO, UNICEF. 2003. Exclusive breastfeeding.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Profil kesehatan Diakses dari http://www.who.int/elena/titles/
Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan exclusive_breastfeeding/en/.
RI. Wulandari, D.R., & Dewanti, L. 2014. Rendahnya
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Banyak sekali praktik menyusui pada ibu post sectio caesaria
manfaat asi bagi bayi dan ibu. Diakses dari dan dukungan tenaga kesehatan di rumah sakit.
http://www.depkes.go.id/article/print/1450/ Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(8): 393–397.
banyak-sekali-manfaat-asi-bagi-bayi-dan-ibu--. Yuliarti, N. (2010). Makanan terbaik untuk
html. kesehatan, kecerdasan, dan kelincahan si kecil.
Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai