Anda di halaman 1dari 47

Dr Benny Christanto, Sp FK

Arti Farmakologi
 Ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar,
dan menjembatani ilmu preklinik dan ilmu klinik

 Berkaitan dengan Farmasi  ilmu mengenai cara


membuat, memformulasi, menyimpan dan
menyediakan obat
Istilah dalam Farmakologi
• Farmakognosi : ilmu yg menyangkut cara pengenalan
tanaman & bahan2 lain sbg sumber obat dari alam
• Farmakologi eksperimental : penelitian farmakologi
pd manusia
• Farmakologi klinik : ilmu obat pd manusia  lbh erat
dgn farmakokinetik obat
• Toksikologi : mempelajari efek racun dr zat kimia
(baik dari industri, rumah tangga & pertanian)
Fokus Farmakologi
 Farmakokinetik  apa yg dialami obat dlm tubuh 
absorbsi, distribusi, biotransformasi & ekskresi

 Farmakodinamik  pengaruh obat thd sel hidup,


organ atau makhluk  berhub dgn fisiologi, biokimia
& patologi
Farmakokinetik
 Absorpsi
 Distribusi
 Biotransformasi / Metabolisme
 Ekskresi
Absorpsi
 Proses msknya obat dari tempat pemberian ke dlm
darah
 Bergantung pada cara pemberian
 Cara pemberian : per oral, Sublingual, Intramuskular,
Subkutan
 Pemberian secara IV  absorpsi berlangsung
sempurna  dosis total obat mencapai sirkulasi
sistemik
 Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus melalui
kerja permukaan vili mukosa yang luas.
 Obat-obat yang mempunyai dasar protein, seperti
insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak di dalam
usus halus oleh enzim-enzim pencernaan.
 Absorpsi obat dipengaruhi oleh :
Aliran darah,
Rasa nyeri,
Stres,
Kelaparan,
Makanan,
pH.
 Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat
vasokonstriktor, atau penyakit dapat menghalangi
absorpsi.
 Rasa nyeri, stres, dan makanan yang padat, pedas, dan
berlemak dapat memperlambat masa pengosongan
lambung,  obat lebih lama berada di dalam
lambung.
Faktor2 fisik yg mempengaruhi
absorpsi
1. Aliran darah pd lokasi absorpsi. Aliran drh menuju
usus > drpd yg menuju lambung  absorpsi usus >
baik drpd lambung
2. Jumlah area permukaan yg tersedia utk absorpsi.
Usus memiliki permukaan yg byk mikrofililuas
permukaan usus 1000x permukaan lambung
3. Lama kontak dgn permukaan absorpsi. Jika diare
obat dlm sal cerna bergerak sgt cepat tdk
diabsorpsi dgn baik. Keberadaan mknan dlm
lambung  melarutkan obat & memperlambat
pengosongan lambung  absorpsi lbh lambat
 Obat-obat intramuskular dapat diabsorpsi lebih cepat
di otot-otot yang memiliki lebih banyak pembuluh
darah, seperti deltoid, dibandingkan otot-otot yang
memiliki lebih sedikit pembuluh darah, sehingga
absorpsi lebih lambat pada jaringan yang demikian.
 Beberapa obat tidak langsung masuk ke dalam sirkulasi
sistemik setelah absorpsi  melewati lumen usus masuk
ke dalam hati, melalui vena porta.
 Di dalam hati, kebanyakan obat dimetabolisme  bentuk
yang tidak aktif untuk diekskresikan  mengurangi
jumlah obat yang aktif.
 Proses obat melewati hati terlebih dahulu : first-pass, atau
first-pass hepatik.
 Contoh : warfarin (Coumadin) dan morfin.
 Lidokain dan nitrogliserin  tidak diberikan oral 
mengalami metabolisme first-pass yang luas,  sebagian
besar darI dosis yang diberikan akan dihancurkan.
Distribusi
 Distribusi : proses obat berada dalam cairan tubuh
dan jaringan tubuh.

 Distribusi obat dipengaruhi oleh :


Aliran darah,
Afinitas (kekuatan penggabungan)terhadap jaringan,
 Efek pengikatan dengan protein.
Distribusi
• Protein plasma  mengikat obat
• Macam protein plasma :
Albumin  mengikat obat2 asam & netral (steroid),
bilirubin & asam2 lemak
Alpha glikoprotein  mengikat obat2 basa
CBG ( corticosteroid binding globulin) mengikat
kortikosteroid
SSBG ( Sex Steroid binding globulin)  mengikat
hormon kelamin
 Obat di dalam plasma, kebykan berikatan dgn protein
(terutama albumin) dalam derajat (persentase) yang
berbeda-beda.
 Obat-obat > dari 80% berikatan dgn protein : obat-
obat yg berikatan tinggi dgn protein.
 Contoh : Valium (98% ) sedangkan Aspirin (49%)

 Bagian obat yang berikatan bersifat inaktif, dan bagian


obat yang tidak berikatan dapat bekerja bebas. Obat
bebas yang menimbulkan efek farmakologi
 Jika ada dua obat yg berikatan tinggi dgn protein diberikan
bersama-sama  persaingan utk mendapatkan tempat
berikatan dgn protein  lebih byk obat bebas yg
dilepaskan ke dalam sirkulasi

 Kadar protein rendah menurunkan jumlah tempat


pengikatan dgn protein,  meningkatkan jumlah obat
bebas dlm plasma  dpt kelebihan dosis

 Penurunan protein (albumin) plasma  menurunkan


tempat pengikatan dgn protein  byk obat bebas
Sawar darah otak
 Dibentuk oleh sel2 endotel pembuluh kapiler diotak
 tight junction
 Obat yg larut dlm lemak  melintasi sawar darah
otak, ttp yg merupakan substrat P-gp atau MRP 
akan dikeluarkan oleh P-gp / MRP yg terdpt pd sawar
darah otak.
 P-gp melindungi otak dari efek merugikan. Contoh
loperamid
Sawar Uri
 Terdiri dari satu lapis sel epitel vili dan satu lapis sel
endotel kapiler dari fetus
 Obat yg diabsorpsi melalui oral dpt masuk melalui
sawar uri
 P-gp pd sawar uri melindungi fetus dari efek
merugikan obat
Metabolisme
 Hati di membran retikulum endoplasma
 Dinding usus
 Ginjal
 Paru
 Otak
 Kulit
 Darah
 Lumen usus (oleh flora usus)
Metabolisme
 Hati  tempat utama metabolisme.
 Kebanyakan obat di-inaktifkan oleh enzim-enzim hati
 diubah atau ditransformasikan oleh enzim-enzim
hati  metabolit inaktif atau zat yang larut dalam air
untuk diekskresikan.

 Penyakit-penyakit hati, seperti sirosis dan hepatitis,


mempengaruhi metabolisme obat.
 Obat yg diserap oleh usus halus ditransport ke hepar
sebelum beredar ke seluruh tubuh.
 Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke
sirkulasi.
 Hal ini yg disebut dengan efek first-pass.
 Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi
inaktif  menurunkan jumlah obat yang sampai ke
sirkulasi sistemik  dosis obat diberikan harus
banyak.
Tujuan Metabolisme
 Mengubah obat yg nonpolar (larut lemak) menjadi
polar (larut air)  dpt diekskresikan melalui ginjal
atau empedu
 Mengubah prodrug  obat aktif .
 Contoh prodrug : enalapril  enalaprilat
 Valaciclovir  aciclovir
 Waktu paruh (t½) obat adalah waktu yang
dibutuhkan oleh separuh konsentrasi obat untuk
dieliminasi.

 Metabolisme & eliminasi mempengaruhi waktu paruh


obat  pada kelainan fungsi hati atau ginjal  waktu
paruh obat menjadi lebih panjang & lebih sedikit obat
dimetabolisasi dan dieliminasi.
 Jika obatdiberikan terus menerus  dapat terjadi
penumpukan obat.
 Suatu obat akan melalui beberapa kali waktu paruh
sebelum lebih dari 90% obat dieliminasi.

 Aspirin 650 mg (miligram) aspirin , t ½ adalah 3 jam


 3 jam pertama 325 mg, 3 jam ke dua 162 mg smp 3
jam ke enam tinggal 10 mg aspirin dlm tubuh
 Waktu paruh ( t 1/2) 4-8 jam : singkat
 Waktu paruh (t ½) 24 jam atau lebih : panjang

 Waktu paruh panjang (seperti digoksin selama 36


jam)  diperlukan beberapa hari utk diekresi
 Reaksi metabolisme terpenting adalah oksidasi oleh enzim
cytochrome P450 (Cyp) dlm endoplasmic reticulum
(mikrosom) hati
 Cyp 3A4/5 (30% di hati  memetabolisme 50% obat dan
70% di usus dan ginjal)
 Cyp2D6 (2 – 4% di hati ) Cyp pertama. Memetabolisme 15
– 25% obat
 Cyp 2C  Cyp2C8/9 (memetabolisme 15% obat) dan
Cyp2C 19
 Cyp1A1/2 (12-13% dihati) memetabolisme 5% obat
 Cyp 2E1 (6-7% dihati) memetabolisme 2% obat
 Cyp3A4/5  plg byk diusus dan hati

 Substrat Cyp3A4/5 : terfenadin, cisaprid, astemizol

 Penghambat Cyp 3A4/5 : ketokonazol, itrakonazol,


eritromisin , claritromisin

 Peningkatan kadar ke 3obat diatas  perpanjangan


interval QT  torsades de pointes
 Metabolisme obat terganggu pada penyakit hati 
sirosis, perlemakan hati dan kanker hati

 Pada sirosis yg parah  metabolisme obat berkurang


30% - 50%  meningkatkan bioavaibilitas 2 – 4 x pd
obat2 yg mengalami metabolisme lintas 1
Ekskresi
 Terdapat 3 proses :
1. Filtrasi glomerulus
2. Sekresi aktif di tubulus proksimal
3. Reabsorpsi pasif di sepanjang tubulus
 Obat yg difiltrasi oleh ginjal :
Obat bebas,
Obat tidak berikatan
Larut dalam air, dan
Obat yang tidak diubah

 Obat-obat yang berikatan dgn protein  tidak dapat


difiltrasi oleh ginjal.
 Faktor lain yg mempengaruhi ekskresi obat : pH urin
(4,5 - 8)
 Urin yg bersifat asam  meningkatkan eliminasi
obat-obat yg bersifat basa lemah.
 Aspirin (asam lemah) dieksresi dengan cepat dalam
urin yg basa.
 Minum aspirin dosis berlebih, natrium bikarbonat
diberikan utk mengubah pH urin menjadi basa.
 Juice cranberry dlm jumlah yg banyak dapat
menurunkan pH urin  terbentuk urin asam.
 Ekskresi melalui ginjal akan berkurang jika terdapat
gangguan fungsi ginjal  dihitung berdasarkan
pengurangan klirens kreatinin
Rumus Cockcroft Gault
 Ekskresi obat yang lain melalui :
1. Empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses.
Obat & metabolit larut lemak dpt direaborspsi
kembali kedlm tubuh dari lumen usus
2. Paru
3. ASI
4.Saliva
5. Keringat
6.Air mata
Farmakodinamik
 Efek obat terhadap fisiologi , biokimia selular & mekanisme kerja obat.

 Respons obat  dapat menyebabkan efek fisiologis primer atau


sekunder atau kedua-duanya.
 Efek primer adalah efek yg diinginkan
 Efek sekunder mungkin diinginkan atau tidak diinginkan.
 Contoh : difenhidramin (Benadryl)  antihistamin.
 Efek primer difenhidramin  mengatasi gejala-gejala alergi
 Efek sekundernya penekanan susunan saraf pusat  rasa kantuk.
 Tidak diinginkan  sedang mengendarai , dan diinginkan  pada
saat tidur,
Farmakodinamik
 Mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat serta
mekanisme kerjanya
 Tujuan :
1. Mempelajari mekanisme kerja obat
2. Meneliti efek utama obat
3. Mengetahui interaksi obat dengan sel
4. Mengetahui urutan peristiwa
5. Spektrum efek dan respon yg terjadi
Mula kerja = Efek Obat
 Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma
dan berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif
minimum (MEC= minimum effective concentration)
 Apabila kadar obat dlm plasma atau serum menurun
di bawah ambang  berarti dosis obat yg memadai
tidak tercapai.
 Kadar obat yg terlalu tinggi dpt menyebabkan
toksisitas
 Puncak kerja terjadi pada saat obat mencapai
konsentrasi tertinggi dlm darah atau plasma.

 Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek


farmakologis

 Efek obat dpt beberapa menit, jam atau hari.


 Lama kerja tergantung dari waktu paruh obat, jadi
waktu paruh  menentukan interval dosis obat.
 Obat dgn waktu paruh pendek, penisilin G (t½: 2
jam), diberikan beberapa kali sehari
 Obat dgn waktu paruh panjang, digoksin (36 jam),
diberikan sekali sehari.
 Obat dgn waktu paruh panjang  diberikan dua kali
atau lebih sehari  terjadi penimbunan obat 
menimbulkan toksisitas obat.
 Gangguan hati / ginjal  waktu paruh obat
meningkat.
Indeks terapeutik
 Indeks terapeutik (TI)  memperkirakan batas
keamanan sebuah obat dengan menggunakan rasio yg
mengukur dosis terapeutik efektif pd 50% hewan
(ED50) & dosis letal (mematikan) pd 50% hewan
(LD50).
 Semakin dekat rasio suatu obat ke angka 1  semakin
besar bahaya toksisitasnya
 Obat dgn indeks terapeutik rendah  mempunyai
batas keamanan sempit  dosis obat perlu
penyesuaian & kadar obat dalam plasma (serum)
perlu dipantau Cn : digoksin

 Obat dgn indeks terapeutik tinggi  mempunyai


batas keamanan yg lebar & tidak berbahaya  tidak
perlu dimonitor secara rutin
Kadar puncak
 Kadar obat puncak adalah konsentrasi plasma tertingi dari
sebuah obat pada waktu tertentu

 Jika obat diberikan secara oral  kadar puncak 1-3 jam


setelah pemberian obat

 Jika obat diberikan secara intravena  kadar puncak dalam


10 menit.

 Kadar puncak menunjukkan kecepatan absorpsi obat,


Kadar terendah
 Kadar terendah adalah konsentrasi plasma terendah
dari sebuah obat  menunjukkan kecepatan
eliminasi obat
 Kadar puncak dan terendah  diperlukan bagi obat
indeks terapeutik yg sempit & toksik, contoh
aminoglikosida (antibiotika).
 Jika kadar terendah terlalu tinggi, maka toksisitas akan
terjadi
Uji klinik obat
 Fase I: pengujian obat untuk pertama kali pada manusia, yang diteliti
 keamanan obat.
 Fase II: pengujian obat pertama kali pd kelompok kecil penderita,
tujuan  melihat efek farmakologik. Dapat dilakukan secara
komparatif dgn obat sejenis / plasebo. Jumlah responden 100 - 200
orang
 Fase III: memastikan obat benar-benar berkhasiat bila dibandingkan
dgn plasebo, obat yg sama tetapi dosis beda, dan obat lain dgn indikasi
sama. Jumlah responden minimal 500 orang.
 Fase IV: Post Marketing Drug Surveillance, tujuan: menentukan pola
penggunaan obat di masyarakat, efektivitas & keamanannya.

Anda mungkin juga menyukai