DISUSUN OLEH :
Krisnawati (202101118)
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah membimbing dalam menulis makalah.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Lansia
2.2. Depresi pada Lansia
2.3. Tanda dan Gejala Depresi pada lansia
2.4. Etiologi
2.5. Faktor yang mempengaruhi Kesehatan jiwa Lansia
2.6. Tingkat Depresi Pada Lansia
2.7. Pemeriksaan penunjang depresi pada lansia
2.8. Pohon Masalah
2.9. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia Depresi
BAB III
BAB IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas (Kholifah, 2016). Secara global populasi lansia diprediksi terus
mengalami peningkatan dari tahun ketahun, baik di negara maju maupun
negara berkembang. Asia dan Indonesia mulai tahun 2015 sudah memasuki
era penduduk menua (ageing population) karena jumlah penduduknya yang
berusia 60 tahun ke atas (lansia) telah mencapai 9,03% dari keseluruhan
penduduk (Kemenkes, 2017). Pertambahan usia mengakibatkan terjadinya
perubahan pada semua aspek kehidupan dan semua perubahan ini tidak dapat
dihindari. Perubahan tersebut memungkinkan munculnya berbagai
permasalahan bagi para lansia seperti mulai kehilangan pekerjaan, kehilangan
tujuan hidup, kehilangan teman, risiko terkena penyakit, terisolasi dari
lingkungan dan kesepian (Berlian & Heppy, 2014).
Masalah utama yang terjadi pada lansia diantaranya yaitu; kulit
mengendur, rambut memutih, gigi berkurang, penglihatan mulai berkurang,
mudah lelah, dan lamban, rentan terhadap berbagai penyakit, perasaan
kesepian, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri dan harga diri rendah.
WHO telah mengidentifikasi bahwa lansia merupakan kelompok masyarakat
yang paling mudah terserang kemunduran fisik dan mental, salah satu
gangguan mental yang sering dialami lansia adalah depresi .
Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering terjadi pada pasien
berusia di atas 60 tahun atau lansia (Amir, 2005). Depresi juga dapat
disebabkan oleh berbagai faktor lainnya, yaitu lansia tidak memiliki persiapan
khusus dalam menghadapi masa tua. Lansia hanya menyerahkan hidupnya
pada anak-anaknya, namun akibat pergeseran budaya, banyak anak-anak yang
justru tinggal jauh dari orang tua, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup
lansia akibat keterbatasan ekonomi dan kurangnya rasa kepedulian.
Tindakan yang tepat sangat diperlukan untuk menyembuhkan dan
menangani masalah depresi, supaya tingkat depresinya tidak semakin berat
serta berdampak terhadap fisik dan sosial lansia tersebut. Melihat fenomena
ini, perawat dituntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas pada lansia. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting
untuk mengkaji depresi pada lansia dan memberikan sebuah intervensi
keperawatan yang mempunyai dampak positif yang signifikan terhadap
kualitas hidup lansia (Rachmawati, 2012)
2.4. Etiologi
Ada beberapa teori yang menjadi penyebab depresi, yaitu :
1. Teori Biologi
Teori biologi memeriksa hubungan antara penuaan, depresi, dan
perubahan pada otak, sistem syaraf, sistem neuroendokrin. Banyak teori
yang ditujukan pada peran dari neurotransmiter, dengan menekankan pada
serotinin, dopamin, asetilkolin, norepinefrin sebagai faktor yang
berkontribusi. Hubungan sistem neuroendokrin dengan terjadinya depresi
adalah, Ketika peningkatan level kortisol plasma, perubahan sekresi
hormon
pertumbuhan, perubahan hormon tiroid dalam berespon, peningkatan
aktivitas hipotalamus, pituitari, dan ginjal. Kesimpulan dari para peneliti
tentang hubungan ini masih belum jelas. Meskipun begitu, tidak ada
bantahan terhadap bukti- bukti bahwa “gangguan depresi yang lebih berat
terlebih lagi terjadi karena dipengaruhi oleh perubahan psikobiologi.”
2. Teori Psikologis
Teori psikoanalitik ini memberi kesan bahwa depresi berkaitan
dengan adanya permasalahan pada pengalaman masa kecil yang belum
terselesaikan (Pastorino & Portillo, 2006). Dan teori ini dinilai sebagai
reaksi pada suatu kehilangan (Smith, et al, 2003). Teori ini masih memakai
teori yang dikemukakan oleh Freud pada tahun 1917 bahwa inti dari
depresi adalah kemarahan yang berbalik pada diri sendiri, membenci diri
dan
menyalahkan diri sendiri (Frisch & Frisch, 1998). Pengalaman masa kecil
yang tidak bahagia, di mana seorang anak kehilangan kasih sayang dari
orang tua atau orang yang
semestinya mencintainya baik karena kegagalan peran orang tua dalam
mendidik dan memelihara anaknya ataupun karena kehilangan sosok orang
tua (Santrock, 2005). Anak itu akan merasa kecewa, dicampakkan,
diabaikan dan kehilangan karena
tidak ada tempat bergantung dan persetujuan dalam memutuskan hal- hal
yang terjadi dalam kehidupan anak tersebut (Santrock). Dia akan marah,
namun anak tidak dapat
mengeluarkan amarahnya secara terbuka pada orang yang seharusnya
menyayangi mereka (biasanya ibu, orang tua) yang menimbulkan konflik
pada dirinya sendiri. Akhirnya rasa
marah itu berbalik pada dirinya menjadikan dia marah, benci dan
menyalahkan diri sendiri dan berakhir pada depresi (Smith, et al, 2003).
Ketika dia memasuki masa remaja dan dewasa dan mulai membentuk
hubungan baru dengan orang lain, perasaan
diabaikan dan dicampakkan akan muncul ketika mengalami kehilangan
dan depresi akan muncul lagi (Pastorino & Portillo, 2006).
Teori lain mengenai psikologis terkait kebiasaan adalah teori
learned helplessness yang dikemukakan oleh Martin Seligman. Teori ini
menerangkan ketidakberdayaan seseorang Ketika mengalami stres yang
berkepanjangan di mana dia tidak bisa
lagi mengontrol keadaan tersebut. Pada situasi ini individu merasa pasrah
(menyerah) dan depresi (Santrock). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Nolen dan Hoeksema pada
tahun 1995 dan 2000 dalam Santrock tahun 2005 bahwa koping yang
dimiliki oleh pada sebagian individu yang depresi karena keadaan di atas
dengan merenungkan depresi yang dialami. Individu tersebut hanya
berfokus tentang perasaan depresi itu
tanpa memikirkan jalan keluar untuk keluar dari keadaan depresi tersebut
(Santrock). Hal ini akan menjadikan mereka tetap berada dalam situasi
depresi.
Depresi
Stressor
Gambar 2.1 (Prabowo, 2014)
2.10.1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumplan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Marfuah, 2014). Berikut ini adalah data fokus depresi pada lansia
diantaranya (Videbeck, 2012):
a. Identitas diri
Klien Hasil analisis lanjutan riskesdas tahun 2013 menunjukkan
bahwa ada hubungan yang kuat antara masalah gangguan mental
emosional dengan lansia, khususnya pada usia 65 tahun ke atas.
No Intervensi Rasional
1 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat Membangun motivasi
mengatasi keputusasaannya. pada lansia
2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal Individu lebih percaya
No Intervensi Rasional
individu diri
3 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber Menumbuhkan
harapan (misal: hubungan antar sesama, semangat hidup lansia
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan). Klien dapat
menggunakan
dukungan sosial
4 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber Lansia tidak merasa
ekstemal individu (orang-orang terdekat, sendiri
tim pelayanan kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang dianut).
5 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, Meningkatkan nilai
pengalaman masa lalu, aktivitas spiritual lansia
keagamaan, kepercayaan agama).
6 Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal: Untuk menangani
konseling pemuka agama). klien secara cepat dan
tepat
7 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, Klien dapat
frekuensi, efek dan efek samping minum menggunakan obat
obat). dengan benar dan
tepat
Untuk memberi
pemahaman kepada
lansia tentang obat
8 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 Prinsip 5 benar dapat
benar (benar pasien, obat, dosis, cara, memaksimalkan
waktu). fungsi obat secara
efektif
9 Anjurkan membicarakan efek dan efek Menambah
samping yang dirasakan. pengetahuan lansia
tentang efek-efek
No Intervensi Rasional
samping obat.
10 Beri reinforcement positif bila Lansia merasa dirinya
menggunakan obat dengan benar. lebih berharga
No Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien tentang Menggali ide dalam pikiran klien tentang
ide-ide bunuh diri bunuh diri
2 Buat kontrak dengan pasien untuk Meminimalkan resiko pasien bunuh diri
tidak melakukan bunuh diri
3 Bantu pasien mengenali perasaan Menggali perasaan pasien tentang
yang menjadi penyebab timbulnya penyebab bunuh diri
ide bunuh diri
4 Ajarkan beberapa alternatif cara Membantu pasien dalam membentuk
penyelesaian masalah yang koping adaptif
konstruktif
5 Bantu pasien untuk memilih cara Meringankan masalah pasien
yang paling tepat untuk
menyelesaikan masalah secara
konstruktif.
6 Beri pujian terhadap pilihan yang Pujian dapat menyenangkan perasaan
telah dibuat pasien dengan tepat. pasien
Genogram :
Keterangan :
B. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan Saat Ini : IRT
Alamat Pekerjaan : Sandangrejo (Rumah Sendiri)
Beberapa Jarak Dari Rumah : 0 Km
Alat Transporttasi :-
Pekerjaan Sebelumnya : Toko
Beberapa Jarak Dari Rumah : 0 Km (dirumah)
Alat Transportasi :-
Sumber-Sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan : Setelah
suaminya meninggal Ny. M mendapatkan pendapatan dari pensiunan suami
yang sebelumnya bekerja menjadi PNS
D. RIWAYAT REKREASI
Hobbi / minat : Hobbi Ny.M duduk menyendiri menghadap kaca
setelah melakukan aktivitas nyapu dan masak
Keanggotaan organisasi : Tidak mengikuti organisasi apapun
Liburan / perjalanan : Tidak ada
E. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Ada dokter umum
Jarak Dari Rumah : 4 Km
Rumah Sakit : RS Ngudiwaluyo Jaraknya : 10 Km
Klinik : Klinik MEDIKA Jaraknya : 6 Km
Pelayanan Kesehatan di rumah : Terkadang ada posyandu lansia progam
dari puskesmas
Makanan Yang Dihantarkan : Dianjurkan Diit TKTP. Tidak boleh
makanan yang berminyak/gorengan, dan
makanan yang dapat menyebabkan Asam
Urat naik
Perawatan Sehari-Hari Yang Dilakukan : Setiap pagi menyempatkan jalan-
jalan disekitar rumah tanpa alas kaki, minum vitamin dari progam lansia, dan
menggunakan simbicort saat asma kambuh
F. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : Dalam melaksanakan ibadah Ny.M melakukan dirumah
Yang lainnya : tidak ada
G. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :
- Selama setaun yang lalu Kesehatan Ny.M masih merasa sedih karena
kehilangan cucunya, beliau sering melamun dan menangis jika mengingat
kejadian itu
Obat – Obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
Untuk meningkatkan stamina
1. Caviplex 3x1
tubuh
Digunakan untuk mengatasi
2. Simbicort 1x1
Asma
3. Saya mau
tidur
Perintahkan Klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1 point)
“Tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
No pertan Ya Tidak
yaan
2. P : Partnership
(Ny.M hanya
Saya puas dengan cara keluarga ( teman
berkeluh kesah
teman) saya membicarakan sesuatu
dengan
dengan saya dan mengungkapkan
keponakannya
masalah saya.
karena keluarga
satu-satunya
yaitu anaknya
jarang
mengunjunginya
karena berada
diluar kata)
3. G : Growth
(Ny.M
Saya puas bahwa keluarga ( teman-
mengatakan
teman ) saya menerima &
keponakannya
mendukung keinginan saya untuk
selalu memberi
melakukan aktifitas atau arah
dukungan agar
baru.
beliau mau
menerima
keadaan dan
Kembali
beraktivitas
seperti biasa,
tetapi kadang ia
punya keinginan
agar anaknya
juga turut
mendukung dari
dekat dan mau
merawatnya agar
tidak kesepian)
4. A : Afek
(Ny.M
Saya puas dengan cara keluarga
mengatakan
( teman- teman) saya mengekspresikan
terkadang
afek dan berespon terhadap emosi-
respon yang
emosi saya,
didapatkan
seperti marah, sedih atau mencintai.
dari anaknya
tidak sesuai
dengan
harapannya)
5. R : Resolve
(Ny.M
Saya puas dengan cara teman-teman
mengatakan
saya dan saya menyediakan waktu
sering sendiri,
bersama sama mengekspresikan afek
keponakannya
dan berespon
pun datang
hanya pada
malam hari
untuk
menemani,
tetapi juga
terlalu sering
karena juga
sudah
berkeluarga)
Jumlah 0 3 0
Analisa hasil :
Skor 8-10 : Fungsi sosial normal
Skor 5-7 : Fungsi sosial cukup
Skor 0-4 : fungsi sosial kurang/suka menyendiri
K. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium : Tidak ada pemeriksaan laboratorium
2. Radiologi : Tidak ada pemeriksaan Radiologi
3. EKG : Tidak ada pemeriksaan EKG
4. USG : Tidak ada pemeriksaan USG
5. CT – Scan : Tidak ada pemeriksaan CT-Scan
6. Obat-obatan : Caviplex 3x1 dan Simbicort 1x1
ANALISA DATA
DS :
- Ny. M mengatakan
sering tidak bisa
tidur karena
mengingat cucunya
- Ny. M mengatakan
tidak sering
terbangun di malam
hari/ dini hari dan
mengalami kesulitan
tidur setelahnya
Ny. M mengeluh
istirahat tidak cukup
dan kurang puas
DO :
- Terlihat lingkar
hitam dibawah mata
- Tatapan kurang
konsentrasi
- Mata sayu
- Muka lesu
- TTV
TD : 148/91 mmHg
N : 97 x/mnt
S : 36,8
RR : 22
DS :
- Ny. M mengatakan b/d ketidakefektifan
merasaputus asa dan koping jangka panjang Keputusasaan
tidak berdaya setelah
kematian cucunya
- Ny.M mengatakan
mengalami
gangguan pola tidur
dan penurunan nafsu
makan setelah
kejadian berduka
DO :
- Muka sayu
- Sering
malamun/berperilaku
pasif
- Sering menyendiri,
banyak diam dan
kurang inisiati
- Muka murung
- TTV
TD : 148/91 mmHg
N : 97 x/mnt
S : 36,8
RR : 22
PRIORITAS MASALAH
1. Berduka b/d kematian orang/keluarga yang berati
4.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. M
No Reg :-
INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx. Kep. I : Berduka
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan Tindakan keperawatan 3x24
jam keadaan klien bisa membaik
Kriteria : Tingkat Berduka
INTERVENSI RASIONAL
Observasi Monitoring
- Identifikasi kehilangan yang - Untuk mendapatkan informasi
dihadapi terkait penyebab yang menjadikan
- Identifikasi proses berduka klien dalam masalah saat ini
yang dialami
- Identifikasi sifat keterikatan
pada benda yang hilang atau
orang yang meninggal
- Identifikasi reaksi awal
terhadap kehilangan
Tindakan Keperawatan
- Tunjukan sifat menerima dan - Tindakan diberikan untuk
empati membantu mengatasi dan
- Motivasi agar mau mengurangi beban pikiran yang saat
mengungkapkan perasaan ini tengah di pendam klien
kehilangan
- Fasilitasi melakukan kebiasaan
sesuai dengan budaya,agama
dan norma social
- Diskusikan strategi koping yang
dapat digunakan
Health Education
- Jelaskan kepada pasien dan - Memberikan edukasi agar klien
keluarga bahwa sikap mengetahui apa yang tengah ia
mengingkari, marah, tawar hadapi dan mengetahui bagaimana
menawar, supresi dan menerima cara menyikapinya
adalah wajar dalam menghadapi
kehilangan
- Anjurkan mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada
kehilangan
- Anjurkan mengekpresikan
perasaan tentang kehilangan
- Ajarkan melewati proses
berduka secara bertahap
INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
Observasi Monitoring
- Identifikasi pola aktivitas dan - Untuk mengidentifikasi penyebab
tidur perubahan pola tidur klien
- Identifikasi factor pengganggu
tidur ( fisik dan/atau psikologi)
- Identifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu tidur
- Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
Tindakan Keperawatan
- Modifikasi lingkungan (Mis.
Pencahayaan, kebisingan, suhu, - Tindakan diberikan untuk
matras, dan tempat tidur) mengatasi gangguan pola tidur
- Batasi waktu tidur siang, jika klien
perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (Mis.
Pijat, pengatiran posisi, terapi
akupresure)
Health Education
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan - Memberikan edukasi terkait
waktu tidur pentingnya kebutuhan istirahat
- Ajarkan factor-faktor yang dan tidur bagi klien
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur ( Mis. Psikologis, gaya
hidup)
INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
Observasi Monitoring
- Identifikasi hal yang memicu emosi - Untuk mengetahui penyebab yang
Tindakan Keperawatan menicu emosi klien tidak stabil
- Fasilitasi mengungkapkan perasaan
cemas, marah atau sedih - Tindakan diberikan untuk membuat
- Buat pernyataan suportif atau klien lebih terbuka dan mampu
empati selama fase berduka mengekspresikan perasaanya
- Lakukan sentuhan untuk meberikan
dukungan ( Mis. Merangkul,
memeluk, menepuk-nepuk)
Health Education
- Anjurkan mengungkapkan perasaan
- Memberikan edukasi agar klien tidak
yang dialami
berlarut-larut dalam situasi saat ini
- Ajarkan menggunakan mekanisme
pertahanan yang kuat
Kolaboration
- Rujuk untuk konseling, jika perlu - Agar klien lebih mendapat bimbingan
dan terapi untuk mengatasi masalah
yang dihadapi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tanggal, Tindakan
Keperawatan Jam
Berduka 12-4-2022, 1. Inform consent
08.00 2. BHSP
3. Menyapa klien dengan ramah, sopan
dan menciptakan suasana yang nyaman
dan santai
4. Mengidentifikasi keadaan umum klien
5. Melakukan pengkajian pada klien
dengan menanyakan perasaannya saat
ini
6. Mengobservasi TTV
7. Mengkaji apa yang menyebabkan klien
pengalami perasaan berduka
8. Mengidentifikasi kehilangan yang
dihadapi klien
9. Mengidentifikasi proses kehilangan
yang dihadapi klien
10. Mengidentifikasi reaksi awal klien
terhadap kehilangan yang dihadapi
11. Motivasi klien untuk mrngungkapkan
persaan kehilangan yang dihadapi
12. Mendengarkan keluh kesah klien tanpa
menyela
13. Membuat janji bertemu Kembali untuk
membantu mengatasi masalah berduka
yang dihadapi klien
13-4-2022 1. Menepati janji bertemu
08.00 2. Mengidentifikasi keadaan umum klien
3. Menanyakan bagaimana perasaannya
hari ini
4. Menobservasi TTV
5. Mengajurkan klien untuk
menceritakaan dan mengekspresikan
apa yang masih mengganggu
pikirannya saat ini terkait kehilangan
yang dihadapi
6. Menjadi pendengar bagi klien
7. Membiarkan klien mencurahkan keluh
kesah yang dihadapi setelah masa
kehilangan
8. Menjelaskan kepada klien tentang sifat
mengingkari, marah, tawar menawar,
supresi dan menerima adalah wajar
dalam menghadapi kehilangan
9. Mememotivasi klien untuk mulai
menerima keadaanya saat ini
10. Menyarankan pada klien untuk berbaur
dengan orang lain atau tetangga untuk
mengalihkan rasa kehilanganya
11. Menyarankan untuk istirahat dan tidur
yang cukup
14-4-2022 1. Mengidentifikasi Kembali kondisi
08.00 klien
2. Menanyakan kabar dan perasaan hari
ini
3. Mengobservasi TTV
4. Menganjurkan klien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan positif untuk
mengalihkan rasa kehilangan klien
5. Menyarankan klien untuk mengikuti
kegiatan yeng mungkin bisa dilakukan
di lingkungannya
6. Menganjurkan klien untuk lebih
terbuka jika mempunyai permasalahan
7. Menganjurkan untuk lebih berbaur
dengan orang sekitarnya
8. Menyarankan klien utuk ikhlas dan
mulai memantapkan niat untuk
melewati masa berduka
9. Meyakinkan klien bahwa klien dapat
melewati masa berduka
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tanggal, Tindakan
Keperawatan Jam
Gangguan pola 12-04-2022 1. Inform concent
tidur 08.30 2. BHSP
3. Mengobservasi TTV
4. Mengidentifikasi kondisi klien
saat ini
5. Mengidentifikasi pola tidur
klien
6. Menidentifikasi penyebab
klien tidak bisa tidur
7. Mengidentifikasi klien merasa
tidurnya kurang puas
8. Mengidentikasi klien sering
terbangun dimalam hari
9. Menanyakan apakah ada obat
yang dikonsumsi
10. Menjelaskan pentingnya tidur
untuk Kesehatan
11. Menganjurkan untuk mencoba
menerima keadaan dan
merubah pola tidur
13-04-2022 1. Mengidentifikasi kondisi klien
08.30 saat ini
2. Mengobservasi TTV
3. Mengidentifikasi perasaan
klien saat ini
4. Mengidentifikasi Kembali
bagaimana pola tidur klien
5. Membantu klien untuk
memodifikasi dan menata ulang
tempat tidur agar klien nyaman
untuk istirahat
6. Menganjurkan klien untuk
tidak stress sebelum tidur
karena akan membuat susah
tidur
7. Menganjurkan klien untuk
melakukan sesuatu seperti
mendengarkan murotal,
menonton TV, mendengarkan
music, minum susu atau
kegiatan lain yang dapat
membuat mengantuk
8. Merencanakan Bersama klien
untuk membuat jadwal tidur
rutin
9. Membuat kesepakatan Bersama
klien agar menepati untuk tidur
sesuai jadwal yang akan dibuat
14-04-2022
08.40 1. Mengidentifikasi keadaan
umum klien
2. Mengobservasi TTV
3. Mengevaluasi Kembali pola
tidur klien
4. Menyarankan untuk rencana-
rencana yang sudah dijelaskan
5. Bersama klien membuat jadwal
tidur rutin
6. Menganjurkan klien untuk
menyepakati jadwal tidur yang
sudah dibuat
7. Menganjurkan klien untuk
mulai mengikhlaskan dan
menjalani hari-hari seperti
biasa agar tidak terus-menerus
larut dalam kesedihan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tanggal, Tindakan
Keperawatan Jam
Keputusasaan 12-04-2022 1. Inform Consent
09.00 2. BHSP
3. Mengobservasi keadaan umum
klien
4. Mengobservasi TTV
5. Menanyakan keluhan yang
dialami klien
6. Mengidentifikasi hal yang
memicu timbulnya perasaan
keputusasaan
7. Membiarkan klien
menceritakan penyebab
perasaan yang dialaminya
8. Mendengarkan dengan penuh
perhatian
9. Memberikan tatapan lembut
agar klien nyaman bercerita
10. Memberikan sentuhan berupa
pelukan atau memegang bahu
klien untuk memberi dukungan
11. Mengkaji pola makan klien
12. Menganjurkan klien untuk
merubah pola makan agar
nutrisi terpenuhi dengan baik
13. Mengkaji pola tidur klien
14. Menganjurkan klien untuk
merubah pola tidur klien
15. Menjelakan pada klien masih
ada harapan untuk kehidupan
yang akan datang
13-04-2022 1. Mengobservasi keadaan umum
09.99 klien
2. Menobservasi TTV
3. Menanyakan perasaannya hari
ini
4. Menganjurkan kepada klien
untuk selalu terbuka dengan
orang lain terkait masalah yang
dialalmi
5. Menjelaskan pada klien bahwa
menyimpan kesedihan sendiri
tidak baik untuk Kesehatan
6. Menganjurkan klien untuk
berbaur dengan orang lain
agar tidak merasa kesepian
7. Menganjurkan klien untuk
mulai ikhlas dan menerima
keadaanya
8. Menganjurkan klien untuk
aktif mengikuti kegiatan yang
dilingkungannya
9. Menyarankan untuk menjaga
pola istirahat dan tidur
10. Menganjurkan makan sedikit-
sedikit setiap 2 jam
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. M
Umur : 65 tahun
Dx Kep : Berduka
No. Hari, Tanggal Evaluasi
O:
- Mata sayu
- Mata berkaca-kaca
- Masih menghindari kontak mata
- Bicara lemah
- Msih sering malamun
- Muka murung
- TTV
TD : 139/86
N : 86
S: 36.3
RR: 20
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
O:
- Mata lebih berbinar
- Raut muka lebih segar
- Mampu mempertahankan kontak
mata
- TTV
TD : 143/89
N : 86
S: 36.2
RR: 20
P : Intervensi dilanjutkan
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. M
Umur : 65 tahun
Dx Kep : Gangguan Pola Tidur
No. Hari, Tanggal Evaluasi
O:
- Mata sayu
- Lingkar hitam bawah mata (+)
- Masih menghindari kontak mata
dan kurang konsentrasi
- Muka lesu
- TTV
TD : 139/86
N : 86
S: 36.3
RR: 20
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
O:
- Mata lebih berbinar
- Raut muka lebih segar
- Mampu mempertahankan kontak
mata
- Lingkar hitam bawah mata (+)
- TTV
TD : 143/89
N : 86
S: 36.2
RR: 20
P : Intervensi dilanjutkan
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. M
Umur : 65 tahun
Dx Kep : Keputusasaan
No. Hari, Tanggal Evaluasi
O:
- Mata sayu
- Bicara lemah
- Masih sering malamun dan
menyendiri
- Muka murung
- TTV
TD : 139/86
N : 86
S: 36.3
RR: 20
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
O:
- Mata lebih berbinar
- Raut muka lebih segar
- Lebih bersikap terbuka dan
bersemangat
- TTV
TD : 143/89
N : 86
S: 36.2
RR: 20
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut aging process atau proses penuaan.
Para gerontologis telah mengembangkan teori untuk menjelaskan fenomena depresi pada
lansia, mereka menemukan terminologi terbaru untuk depresi ini yakni depresi akhir
kehidupan (late life depression)
DAFTAR PUSTAKA
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Analisis Lansia di Indonesia. Pusat Data dan
Informasi. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI; 2017.
Rachmawati, D., & Amir, M. Faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Tamanlanrea Kota Makassar. 2014.
Amir, N. 2005. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Berlian, R., & Heppy, F. (2014). Hubungan Depresi dengan Kejadian Insomnia pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Wredha Kasih Sayang Ibu Batusangkar. Jurnal Kesehatan Stikes Prima
Nusantara Bukit Tinggi, 83.