Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN DEPRESI

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

DISUSUN OLEH :

Resa Widi (202101117)

Krisnawati (202101118)

Rahayu Fauzy Sri L (202101119)

Aliefa Nur Hayati (202101120)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik dengan judul “Makalah Asuhan Keperawatan pada Lansia
dengan Depresi” dengan sebaik-baiknya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah membimbing dalam menulis makalah.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Lansia
2.2. Depresi pada Lansia
2.3. Tanda dan Gejala Depresi pada lansia
2.4. Etiologi
2.5. Faktor yang mempengaruhi Kesehatan jiwa Lansia
2.6. Tingkat Depresi Pada Lansia
2.7. Pemeriksaan penunjang depresi pada lansia
2.8. Pohon Masalah
2.9. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia Depresi
BAB III
BAB IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas (Kholifah, 2016). Secara global populasi lansia diprediksi terus
mengalami peningkatan dari tahun ketahun, baik di negara maju maupun
negara berkembang. Asia dan Indonesia mulai tahun 2015 sudah memasuki
era penduduk menua (ageing population) karena jumlah penduduknya yang
berusia 60 tahun ke atas (lansia) telah mencapai 9,03% dari keseluruhan
penduduk (Kemenkes, 2017). Pertambahan usia mengakibatkan terjadinya
perubahan pada semua aspek kehidupan dan semua perubahan ini tidak dapat
dihindari. Perubahan tersebut memungkinkan munculnya berbagai
permasalahan bagi para lansia seperti mulai kehilangan pekerjaan, kehilangan
tujuan hidup, kehilangan teman, risiko terkena penyakit, terisolasi dari
lingkungan dan kesepian (Berlian & Heppy, 2014).
Masalah utama yang terjadi pada lansia diantaranya yaitu; kulit
mengendur, rambut memutih, gigi berkurang, penglihatan mulai berkurang,
mudah lelah, dan lamban, rentan terhadap berbagai penyakit, perasaan
kesepian, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri dan harga diri rendah.
WHO telah mengidentifikasi bahwa lansia merupakan kelompok masyarakat
yang paling mudah terserang kemunduran fisik dan mental, salah satu
gangguan mental yang sering dialami lansia adalah depresi .
Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering terjadi pada pasien
berusia di atas 60 tahun atau lansia (Amir, 2005). Depresi juga dapat
disebabkan oleh berbagai faktor lainnya, yaitu lansia tidak memiliki persiapan
khusus dalam menghadapi masa tua. Lansia hanya menyerahkan hidupnya
pada anak-anaknya, namun akibat pergeseran budaya, banyak anak-anak yang
justru tinggal jauh dari orang tua, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup
lansia akibat keterbatasan ekonomi dan kurangnya rasa kepedulian.
Tindakan yang tepat sangat diperlukan untuk menyembuhkan dan
menangani masalah depresi, supaya tingkat depresinya tidak semakin berat
serta berdampak terhadap fisik dan sosial lansia tersebut. Melihat fenomena
ini, perawat dituntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas pada lansia. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting
untuk mengkaji depresi pada lansia dan memberikan sebuah intervensi
keperawatan yang mempunyai dampak positif yang signifikan terhadap
kualitas hidup lansia (Rachmawati, 2012)

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana depresi pada lansia

1.3. Rumusan Masalah


1) Untuk mengetahui definisi lansia
2) Untuk mengetahui definisi depresi
3) Untuk mengetahui gejala depresi pada lansia
4) Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi Kesehatan jiwa lansia
5) Untuk mengetahui cara mengatasi depresi pada lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Lansia
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut
aging process atau proses penuaan.
Menurut Keliat dalam Maryam (2011), usia lansia merupakan sebagai
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut
pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun.

2.2. Depresi Pada Lansia


Institut Kesehatan Nasional Amerika pada Consensus Development Panel
yang dilakukan tahun 1992, mendefinisikan depresi sebagai sekumpulan
sindrom yang dimanifestasikan pada perubahan afektif, kognitif dan somatik
(Zauszniewski & Wykle, 2006). Menurut Stuart & Laraia, 2005 depresi adalah
perpanjangan kesedihan dan duka yang abnormal. Depresi adalah gangguan
suasana hati atau mood (Miller, 2004). Depresi merupakan perubahan fungsi
psikososial yang sering terjadi pada lansia. Para gerontologis telah
mengembangkan teori untuk menjelaskan fenomena depresi pada lansia,
mereka menemukan terminologi terbaru untuk depresi ini yakni depresi akhir
kehidupan (late life depression) (Miller, 2004). Jadi depresi merupakan
gangguan suasana hati yang berkepanjangan yang mengakibatkan perubahan
baik pada kognitif, afektif maupun somatik pada individu.
Depresi yang sering dijumpai pada lansia adalah depresi mayor menurut
kriteria standar Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-
IV) (American Psychiatric Assosiation, 1994). Ketika lansia menunjukkan
salah satu atau dua dari dua gejala inti (mood yang tertekan dan kehilangan
minat terhadap suatu hal atau kesenangan) bersama dengan empat atau lebih
gejala-gejala depresi selama minimal dua minggu, maka diagnosa depresi
mayor pada lansia dapat ditegakkan (Miller, 2004).

2.3. Tanda dan Gejala Depresi pada lansia


Ciri-ciri pokok untuk episode depresif mayor adalah suatu periode paling
sedikit 2 minggu yang mana selama masa tersebut terdapat mood terdepresi
atau kehilangan ketertarikan atau kesenangan dalam hampir semua aktivitas.
Individu dengan depresi juga harus mengalami paling sedikit empat gejala
tambahan yang ditarik dari suatu daftar yang meliputi perubahan-perubahan
dalam nafsu makan atau berat badan, tidur, dan aktivitas psikomotorik; energi
yang berkurang; perasaan tidak berharga atau bersalah; kesulitan dalam
berpikir, berkonsentrasi, atau membuat keputusan; atau pemikiran-pemikiran
berulang tentang kematian atau pemikiran, rencana- rencana, atau usaha untuk
bunuh diri.
Gejala-gejala depresi lain pada lanjut usia:
1. kecemasan dan kekhawatiran
2. keputusasaan dan keadaan tidak berdaya
3. masalah-masalah somatik yang tidak dapat dijelaskan
4. iritabilitas
5. kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis atau diet
6. psikosis
Manifestasi depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien yang
lebih muda. Gejala- gejala depresi sering berbaur dengan keluhan somatik.
Keluhan somatik cenderung lebih dominan dibandingkan dengan mood
depresi. Gejala fisik yang dapat menyertai depresi dapat bermacam-macam
seperti sakit kepala, berdebar-debar, sakit pinggang, gangguan gastrointestinal,
dan sebagainya. Penyakit fisik yang diderita lansia sering mengacaukan
gambaran depresi, antara lain mudah lelah dan penurunan berat badan. Inilah
yang menyebabkan depresi pada lansia sering tidak terdiagnosa maupun
diterapi dengan baik.

2.4. Etiologi
Ada beberapa teori yang menjadi penyebab depresi, yaitu :
1. Teori Biologi
Teori biologi memeriksa hubungan antara penuaan, depresi, dan
perubahan pada otak, sistem syaraf, sistem neuroendokrin. Banyak teori
yang ditujukan pada peran dari neurotransmiter, dengan menekankan pada
serotinin, dopamin, asetilkolin, norepinefrin sebagai faktor yang
berkontribusi. Hubungan sistem neuroendokrin dengan terjadinya depresi
adalah, Ketika peningkatan level kortisol plasma, perubahan sekresi
hormon
pertumbuhan, perubahan hormon tiroid dalam berespon, peningkatan
aktivitas hipotalamus, pituitari, dan ginjal. Kesimpulan dari para peneliti
tentang hubungan ini masih belum jelas. Meskipun begitu, tidak ada
bantahan terhadap bukti- bukti bahwa “gangguan depresi yang lebih berat
terlebih lagi terjadi karena dipengaruhi oleh perubahan psikobiologi.”

2. Teori Psikologis
Teori psikoanalitik ini memberi kesan bahwa depresi berkaitan
dengan adanya permasalahan pada pengalaman masa kecil yang belum
terselesaikan (Pastorino & Portillo, 2006). Dan teori ini dinilai sebagai
reaksi pada suatu kehilangan (Smith, et al, 2003). Teori ini masih memakai
teori yang dikemukakan oleh Freud pada tahun 1917 bahwa inti dari
depresi adalah kemarahan yang berbalik pada diri sendiri, membenci diri
dan
menyalahkan diri sendiri (Frisch & Frisch, 1998). Pengalaman masa kecil
yang tidak bahagia, di mana seorang anak kehilangan kasih sayang dari
orang tua atau orang yang
semestinya mencintainya baik karena kegagalan peran orang tua dalam
mendidik dan memelihara anaknya ataupun karena kehilangan sosok orang
tua (Santrock, 2005). Anak itu akan merasa kecewa, dicampakkan,
diabaikan dan kehilangan karena
tidak ada tempat bergantung dan persetujuan dalam memutuskan hal- hal
yang terjadi dalam kehidupan anak tersebut (Santrock). Dia akan marah,
namun anak tidak dapat
mengeluarkan amarahnya secara terbuka pada orang yang seharusnya
menyayangi mereka (biasanya ibu, orang tua) yang menimbulkan konflik
pada dirinya sendiri. Akhirnya rasa
marah itu berbalik pada dirinya menjadikan dia marah, benci dan
menyalahkan diri sendiri dan berakhir pada depresi (Smith, et al, 2003).
Ketika dia memasuki masa remaja dan dewasa dan mulai membentuk
hubungan baru dengan orang lain, perasaan
diabaikan dan dicampakkan akan muncul ketika mengalami kehilangan
dan depresi akan muncul lagi (Pastorino & Portillo, 2006).
Teori lain mengenai psikologis terkait kebiasaan adalah teori
learned helplessness yang dikemukakan oleh Martin Seligman. Teori ini
menerangkan ketidakberdayaan seseorang Ketika mengalami stres yang
berkepanjangan di mana dia tidak bisa
lagi mengontrol keadaan tersebut. Pada situasi ini individu merasa pasrah
(menyerah) dan depresi (Santrock). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Nolen dan Hoeksema pada
tahun 1995 dan 2000 dalam Santrock tahun 2005 bahwa koping yang
dimiliki oleh pada sebagian individu yang depresi karena keadaan di atas
dengan merenungkan depresi yang dialami. Individu tersebut hanya
berfokus tentang perasaan depresi itu
tanpa memikirkan jalan keluar untuk keluar dari keadaan depresi tersebut
(Santrock). Hal ini akan menjadikan mereka tetap berada dalam situasi
depresi.

3. Teori Triase Kognitif


Teori triase kognitif merupakan jalan untuk menjelaskan depresi
secara umum, dan depresi pada lanjut usia secara khusus. Triase kognitif
yang menjadi patokan untuk menilai
diri seseorang adalah, dari gambaran dirinya, lingkungan atau pengalaman
hidup mereka, dan masa depan mereka (Miller, 2004). Jika salah satu dari
tiga hal ini bernilai negatif, maka bisa menjadi indikator terjadinya
depresi. Orang yang depresi
memiliki cara berfikir negatif dan salah, dan mereka tidak menyadarinya
(Pastorino &Portillo, 2006). Misalnya, Ketika mengalami peristiwa yang
sulit mereka merasa mereka tidak berharga ataupun mereka memandang
masa depan mereka tidak punya harapan. Orang yang depresi ini percaya
bahwa mereka tidak sanggup untuk mencegah situasi negatif yang mereka
alami dan mengubahnya (Smith, et al, 2003). Hal ini akan menyebabkan
mereka terus berada dalam keadaan depresi yang lebih parah lagi.

2.5. Faktor yang mempengaruhi Kesehatan jiwa Lansia


Beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempegaruhi
kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut :
1. Penurunan kondisi fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patofisiologis berganda (multiple
pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok dan tulang makin rapuh.secara umum
kondisi fisik sesesorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami
penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial yang
selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada
orang lain.
2. Penurunan fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan
jantung, gangguan metabolisme misalnya diabetes militus, vaginitis,
baru selesai operasi.
3. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
Perubahan diawali ketika masa pensiun, meskipun tujuan ideal
pension adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan
hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya karena
pension sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.
4. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan dan
gerak fisik maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan
pada lansia.Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat
berkurang dan penglihatan kabur sehingga sering menimbulkan
keterasingan.
5. Perubahan tingkat depresi
Tingkat depresi adalah kemampuan lansia dalam menjalani hidup
dengan tenang, damai serta menikmati masa pensiun hidup dengan
tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu
tercinta dengan penuh kasih sayang.
6. Perubahan stabilitas emosi
Kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan
atau konflik akibat perubahan-perubahan fisik, mapun social
psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselerasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntunan dari
lingkungan, yang sertai dengan kemampuan mengembangkan
mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru
(Padilla, 2013)

2.6. Tingkat Depresi Pada Lansia


Menurut PPDGJ-III (Maslim, 1997) dalam (Aspiani, 2014)
1. Depresi ringan
a. Kehilangan minat dan kegembiraan
b. Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang
d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
2. Depresi Sedang
a. Kehilangan minat dan kegembiraan
b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang
d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
e. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
3. Depresi Berat
a. Mood depresif
b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang
d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
e. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
f. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
g. Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
h. Tidur terganggu
i. Disertai waham, halusinasi
j. Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu

2.7. Pemeriksaan penunjang depresi pada lansia


Geriatric Depression Scale (GDS-30) Instrumen Geriatri Depression
Scale (GDS) adalah sebagai berikut :
1) Apakah bapak / ibu sekarang ini merasa puas dengan kehidupannya ?
2) Apakah bapak / ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau
kesenangan akhir-akhir ini ?
3) Apakah bapak / ibu merasa hampa / kosong didalam hidup ini ?
4) Apakah bapak / ibu sering merasa bosan ?
5) Apakah bapak / ibu mempunyai harapant yang baik di masa depan ?
6) Apakah bapak / ibu punya pikiran jelek yang terus menerus
mengganggu ?
7) Apakah bapak / ibu memiliki semangat yang baik setiap saat ?
8) Apakah bapak / ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada
anda ?
9) Apakah bapak / ibu merasa bahagia sebagian besar waktu ?
10) Apakah bapak / ibu sering tidak mampu berbuat apa-apa ?
11) Apakah bapak / ibu sering merasa resah dan gelisah ?
12) Apakah bapak / ibu senang tinggal tinggal dirumah daripada keluar
dan mengerjakan sesuatu ?
13) Apakah bapak / ibu sering merasa khawatir tentang masa depan?
14) Apakah bapak / ibu akhir-akhir ini sering pelupa ?
15) Apakah bapak / ibu pikir bahwa hidup bapak / ibu sekarang ini
menyenangkan ?
16) Apakah bapak / ibu sering merasa sedih atau putus asa ?
17) Apakah bapak / ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini ?
18) Apakah bapak / ibu sering merasa khawatir tentang masa lalu ?
19) Apakah bapak / ibu merasa hidup ini menggembirakan ?
20) Apakah sulit bagi bapak / ibu untuk memulai kegiatan yang baru ?
21) Apakah bapak / ibu merasa penuh semangat ?
22) Apakah bapak / ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada harapan ?
23) Apakah bapak / ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik keadaanya
daripada bapak / ibu ?
24) Apakah bapak / ibu sering marah karena hal-hal yang sepele ?
25) Apakah bapak / ibu sering merasa ingin menangis ?
26) Apakah bapak / ibu sulit berkonsentrasi ?
27) Apakah bapak / ibu merasa senang waktu bangun tidur di pagi hari ?
28) Apakah bapak / ibu tidak suka berkumpul di pertemuan sosial ?
29) Apakah mudah bagi bapak / ibu membuat sesuatu keputusan
30) Apakah pikiran bapak / ibu masih tetap mudah dalam memikirkan
sesuatu seperti dulu?
Keterangan :
a) Skor 0-10 : Tidak ada depresi
b) Skor 11-20 : Depresi ringan
c) Skor 21-30 : Depresi berat
(Aspiani, 2014)

2.8. Pohon Masalah


Ketidakefektifan koping

Depresi
Stressor
Gambar 2.1 (Prabowo, 2014)

2.9. Masalah Keperawatan yang terjadi pada Lansia Depresi


a. Ketidakefektifan koping
b. Gangguan pola tidur
c. Gangguan proses piker
d. Perubahan persepsi sensori
e. Risiko mencederai diri

2.10. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia Depresi dengan Masalah


Keperawatan Ketidakefektifan Koping

2.10.1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumplan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Marfuah, 2014). Berikut ini adalah data fokus depresi pada lansia
diantaranya (Videbeck, 2012):

a. Identitas diri
Klien Hasil analisis lanjutan riskesdas tahun 2013 menunjukkan
bahwa ada hubungan yang kuat antara masalah gangguan mental
emosional dengan lansia, khususnya pada usia 65 tahun ke atas.

b.Struktur keluarga : Genogram


Pada penelitian mengenai depresi dalam keluarga diperoleh bahwa
generasi pertama berpeluang lebih sering dua sampai sepuluh kali
mengalami depresi berat.Penelitian yang berhubungan dengan anak
kembar mengemukakan bahwa kembar monozigot berpeluang sebesar
50%, sedangkan kembar dizigot sebesar 10- 25%.

c. Riwayat penyakit klien


Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda
dan gejala karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang
didiagnosis.
1) Kaji adanya depresi
2) Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang
tepat, seperti geriatric depresion scale.
3) Anjurkan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan.
4) Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga. (Videbeck,
2012)
d.Lakukan observasi langsung terhadap :
1) Perilaku
a) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan
melakukan aktivitas hidup sehari-hari?
b) Apakah klien menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima
secara sosial?
c) Apakah klien sering mengluyur dan mondar-mandir?
d) Apakah ia menunjukan sundown sindrom atau perserevation
fenomena?
2) Afek
a) Apakah klien menunjukan ansietas?
b) Labilitas emosi?
c) Depresi atau apatis?
d) Iritabiltas?
e) Curiga?
f) Tidak berdaya?
g) Frustasi?
3) Respon kognitif
a) Bagaimana tingkat orientasi klien?
b) Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal-hal
yang baru saja atau yang sudah lama sekali?
c) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-
abstrakan?
d) Kurang mampu membuat penilaian?
e) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia? (Videbeck,
2012)

e. Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga


1) Identifikasi pemberi asuhan primer dan tentukan berapa lama ia
sudah menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
2) Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan
anggota keluarga lain.
3) Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber
daya komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan)
4) Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga
5) Identifikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran
pemberi asuhan tentang dirinya sendiri (Videbeck, 2012)

f. Mengkaji Klien Lansia dengan Depresi


1) Membina hubungan saling percaya dengan klien lansia
Untuk melakukan pengkajian pada lansia dengan depresi, pertama-
tama saudaraharus membina hubungan saling percaya dengan
pasien lansia. Untuk dapat membina hubungan saling percaya,
dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti : selamat
pagi/siang/sore/malam atau sesuai dengan konteks agama
pasien.
b) Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk
menyampaikan bahwa saudara adalah perawat yang akan
merawat pasien.
c) Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
d) Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang
akan dilakukan
e) Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa
lama aktivitas tersebut
f) Bersikap empati dengan cara :
 Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri
sentuhan dan menunjukkan perhatian
 Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk
berfikir dan menjawab (Videbeck, 2012)

2.10.2. Diagnosa Keperawatan


1) Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2) Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping
maladaptif.
3) Ketidakberdayaan
4) Risiko bunuh diri
5) Gangguan pola tidur

2.10.3. Intervensi Keperawatan


a. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping
maladaptive
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam lansia merasa tidak stres dan depresi.
Kriteria Hasil:
1) Klien dapat meningkatkan harga diri
2) Klien dapat menggunakan dukungan social
3) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

No Intervensi Rasional
1 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat Membangun motivasi
mengatasi keputusasaannya. pada lansia
2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal Individu lebih percaya
No Intervensi Rasional
individu diri
3 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber Menumbuhkan
harapan (misal: hubungan antar sesama, semangat hidup lansia
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan). Klien dapat
menggunakan
dukungan sosial
4 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber Lansia tidak merasa
ekstemal individu (orang-orang terdekat, sendiri
tim pelayanan kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang dianut).
5 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, Meningkatkan nilai
pengalaman masa lalu, aktivitas spiritual lansia
keagamaan, kepercayaan agama).
6 Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal: Untuk menangani
konseling pemuka agama). klien secara cepat dan
tepat
7 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, Klien dapat
frekuensi, efek dan efek samping minum menggunakan obat
obat). dengan benar dan
tepat
Untuk memberi
pemahaman kepada
lansia tentang obat
8 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 Prinsip 5 benar dapat
benar (benar pasien, obat, dosis, cara, memaksimalkan
waktu). fungsi obat secara
efektif
9 Anjurkan membicarakan efek dan efek Menambah
samping yang dirasakan. pengetahuan lansia
tentang efek-efek
No Intervensi Rasional
samping obat.
10 Beri reinforcement positif bila Lansia merasa dirinya
menggunakan obat dengan benar. lebih berharga

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan pemasukan yang tidak adekuat akibat penurunan nafsu
makan
Tujuan: Tidak ada gangguan kebutuhan nutrisi pada klien
Kriteria hasil:
1) Nafsu makan meningkat
2) Tidak ada mual dan muntah
No Intervensi Rasional
1 Observasi porsi makanan yang telah di Mengkaji intake
habiskan. makanan yang telah di
habiskan.
2 Anjurkan makanan sedikit-sedikit tapi Menghindari mual dan
sering muntah
3 Berikan makanan selagi hangat Memberikan makanan
hangat dan lunak tidak
menyebabkan mual
dan muntah.
4 Hindari makanan pantangan bagi klien. Menghindari
komplikasi penyakit
5 Kolaborasi dengan dokter dengan Menghilangkan atau
pemberian terapi mengurangi keluhan
pasien

c. Resiko Bunuh Diri berhubungan dengan depresi


Tujuan:
1) Klien tidak membahayakan dirinya sendiri
2) Pasien mempunyai alternatif penyelesaian masalah yang
konstruktif.
Kriteria hasil:
1) Mampu mengungkapkan ide bunuh diri
2) Mengenali cara-cara untuk mencegah bunuh diri
3) Mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif

No Intervensi Rasional
1.        Diskusikan dengan pasien tentang Menggali ide dalam pikiran klien tentang
         ide-ide bunuh diri bunuh diri
2 Buat kontrak dengan pasien untuk Meminimalkan resiko pasien bunuh diri
tidak melakukan bunuh diri
3 Bantu pasien mengenali perasaan Menggali perasaan pasien tentang
yang menjadi penyebab timbulnya penyebab bunuh diri
ide bunuh diri
4 Ajarkan beberapa alternatif cara Membantu pasien  dalam membentuk
penyelesaian masalah yang koping adaptif
konstruktif
5 Bantu pasien untuk memilih cara Meringankan masalah pasien
yang paling tepat untuk
menyelesaikan masalah secara
konstruktif.
6 Beri pujian terhadap pilihan yang Pujian dapat menyenangkan perasaan
telah dibuat pasien dengan tepat. pasien

Tindakan pada Keluarga


Tujuannya agar keluarga mampu:
1) Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku bunuh diri pasie
2) Menciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku
bunuh diri
3) Membantu pasien menggunakan cara penyelesaian masalah yang
konstruktif
Tindakan:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda perilaku klien
saat muncul ide bunuh diri
2) Diskusikan tentang cara mencegah perilaku bunuh diri pada
pasien:
a) Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien, singkirkan
semua benda-benda yang memiliki potensi untuk
membahayakan klien (benda tajam, tali pengikat, ikat
pinggang, dan benda-benda lain yang terbuat dari kaca)
b) Antisipasi penyebab yang dapat membuat pasien bunuh diri
c) Lakukan pengawasan secara terus menerus
d) Anjurkan keluarga meluangkan waktu bersama klien
e) Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah
dimiliki klien dalam menyelesaikan masalah
f) Anjurkan keluarga untuk membantu klien untuk menggunakan
koping positif dalam menyelesaikan masalah
g) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap
penggunaan koping positif yang telah digunakan oleh klien.
d. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kecemasan
Tujuan:
1) Klien mampu mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur
2) Klien mampu memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
Kriteria Hasil:
1) Klien mampu memahami faktor penyebab gangguan pola tidur.
2) Klien mampu memahami rencana khusus untuk menangani atau
mengoreksi penyebab tidur tidak adekuat.
3) Klien mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan
terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun).
4) Klien tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.
No Intervensi Rasional
1 Bersama klien mengidentifikasi gangguan Untuk mengetahui apa
pola tidur saja penyebab
gangguan pola tidur
pada pasien
2 Diskusikan cara-cara utuk memenuhi Mempermudah pasien
kebutuhan tidur (Minum air hangat atau untuk memperoleh
susu hangat sebelum tidur, hindarkan kebutuhan tidur yang
minum yang mengandung kafein dan coca baik
cola, dengarkan musik yang lembut
sebelum
tidur)
3 Anjurkan pasien untuk memilih cara yang Cara-cara yang sesuai
sesuai dengan kebutuhannya dapat mempermudah
pasien
4 Berikan lingkungan yang nyaman untuk Agar pasien dapat
meningkatkan tidur. kualitas tidur yang
baik

Tindakan untuk Keluarga


Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala gangguan pola
tidur
2) Keluarga dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan tidur
Tindakan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala gangguan pola
tidur pada pasien
2) Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk
memfasilitasi agar pasien dapat tidur.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GERONTIK


FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU
Tanggal Pengkajian :12 April 2022
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny.M
Tempat & Tgl Lahir : Pare, 13 Januari 1963 Gol. Darah : O
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda ( Cerai : Mati )
TB/BB : 148 Cm / 39 Kg
Penampilan : Memakai pakaian sederhana, rambut selalu
: digelung, memakai sandal jepit
Ciri-ciri Tubuh : Kurus, kulit keriput, mata sayu, sedikit bungkuk,
: rambut beruban, gigi ompong bagian bawah,
: banyak tahi lalat di sekitar pipi, lingkar hitam
: dibawah mata terlihat jelas.
Alamat : Sandangrejo 2/2
Yang Dapat Dihubungi : Ny. D
Hubungan dengan Usila : Keponakan
Alamat : Sandangrejo 3/2

Genogram :

Keterangan :

: Keluarga yang sakit (Ny.M) : Laki-laki yang


meninggal

: Laki-laki : Perempuan yang meninggal


: Perempuan

B. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan Saat Ini : IRT
Alamat Pekerjaan : Sandangrejo (Rumah Sendiri)
Beberapa Jarak Dari Rumah : 0 Km
Alat Transporttasi :-
Pekerjaan Sebelumnya : Toko
Beberapa Jarak Dari Rumah : 0 Km (dirumah)
Alat Transportasi :-
Sumber-Sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan : Setelah
suaminya meninggal Ny. M mendapatkan pendapatan dari pensiunan suami
yang sebelumnya bekerja menjadi PNS

C. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe Tepat Tinggal : Desa
Jumlah Kamar : 3 kamar
Jumlah Tongkat :-
Kondisi Tempat Tinggal : Bersih dan nyaman untuk ditinggali, Luas,
samping kanan rumah terdapat banyak pepohonan
Jumlah orang yang tinggal di rumah :Laki-Laki = 0 /Perempuan = 0
Derajat Privasi : Rumah Ny.M terdapat di pinggir jalan dengan
pagar yang mengelilingi rumah kecuali bagian
depan dan tidak ada gerbang pada bagian depan
rumah
Tetangga Terdekat : Ny. K (sebrang jalan kurang lebih 15 meter dari
rumah Ny. M), Ny. P (samping kiri kurang lebih 10 meter dari rumah
Ny.M)
Alamat / Telepon : Sandangrejo 2/2, Kec. Gandusari Kab. Blitar /0811
5442 6777

D. RIWAYAT REKREASI
Hobbi / minat : Hobbi Ny.M duduk menyendiri menghadap kaca
setelah melakukan aktivitas nyapu dan masak
Keanggotaan organisasi : Tidak mengikuti organisasi apapun
Liburan / perjalanan : Tidak ada

E. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Ada dokter umum
Jarak Dari Rumah : 4 Km
Rumah Sakit : RS Ngudiwaluyo Jaraknya : 10 Km
Klinik : Klinik MEDIKA Jaraknya : 6 Km
Pelayanan Kesehatan di rumah : Terkadang ada posyandu lansia progam
dari puskesmas
Makanan Yang Dihantarkan : Dianjurkan Diit TKTP. Tidak boleh
makanan yang berminyak/gorengan, dan
makanan yang dapat menyebabkan Asam
Urat naik
Perawatan Sehari-Hari Yang Dilakukan : Setiap pagi menyempatkan jalan-
jalan disekitar rumah tanpa alas kaki, minum vitamin dari progam lansia, dan
menggunakan simbicort saat asma kambuh

F. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : Dalam melaksanakan ibadah Ny.M melakukan dirumah
Yang lainnya : tidak ada

G. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :
- Selama setaun yang lalu Kesehatan Ny.M masih merasa sedih karena
kehilangan cucunya, beliau sering melamun dan menangis jika mengingat
kejadian itu

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :


- Selama 5 tahun yang lalu adalah fase dimana Ny. M terpuruk hingga drop
karena 4 tahun yang lalu baru saja cucu yang selama ini menemani beliau
meninggal karena kecelakaan. Beliau merasa sangat kehilangan dan tidak
bersemangat, berat badannya turun drastis karena asupan makanan yang
kurang dan sering menunda waktu makan. Asmanya juga kambuh dan
sempat MRS di RS kurang lebih 4 tahun yang lalu
.
Keluhan Utama :
- Ny. M mengatakan merasa putus asa dan tidak berdaya, Ny.M merasa
sangat sedih dan trauma akan kehilangan. Pertama adalah kehilangan
suaminya kurang lebih 7 tahun yang lalu dan yang kedua kehilangan
cucunya 4 hatun yang lalu. Cucu Ny. M meninggal karena kecelakaan lalu
lintas saat akan pulang dari sekolah SMA. Saat itu cucunya tinggal
bersamanya karena anaknya hanya satu perempuan dan ikut tinggal
Bersama suaminya di luar kota dan jarang menjenguk Ny.M. Sejak saat itu
Ny.M tinggal sendiri, sering melamun, merasa kesepian dan sering
menangis jika teringat peristiwa kehilangan itu. Ny.M juga merasa tidak
berharga, tidak ada harapan setelah ditinggal suami dan cucunya.
 Provokative / Paliative : Tidak Ada
 Quality / Quantity : Tidak Ada
 Reion : Tidak Ada
 Severity Scale : Tidak Ada
 Timming : Tidak Ada
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
Ny.M mengatakan sakit merupakan kondisi yang tidak enak dan membuat
tubuh lemah. Sedangkan sehat adalah kondisi dimana ia merasa baik dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menjaga kesehatannya Ny.M selalu
minum obat yang diberikan dari posyandu lansia dan selalu menggunakan
simbicort jika merasa asmanya kambuh

Obat – Obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
Untuk meningkatkan stamina
1. Caviplex 3x1
tubuh
Digunakan untuk mengatasi
2. Simbicort 1x1
Asma

Status imunisasi : (catat tanggal terbaru)


Tetanus, difteri : Tidak Ada
influensa : Tidak Ada
Pneumovaks : Tidak Ada

Alergi : (catat agen dan reaksi spesifik)


Obat-obatan : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
Faktor lingkungan : alergi debu dan dingin

Penyakit Yang Diderita


- Rheumatoid
- Asthma

H. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI


Indeks Kats :A (Dalam melakukan aktivitas sehari-hari Ny. M bisa
melakukannya secara mandiri Seperti Bathing, Dressing,
Toileting, transferring, continence, dan feeding)
Oksigenasi :Terpenuhi
Cairan & Elektrolit : Terpenuhi
Nutrisi :Terganggu (Nafsu makan menurun sejak kejadian
kehilangan dan makan jika ingin dan hanya 1 kali dengan
habis seperempat porsi)
Eliminasi :Terpenuhi
Aktivitas :Terpenuhi (Aktivitas dilakukan seperti biasa, hanya saja
jika mau kemana-mana minta bantuan keponakan atau
tetangga)
Istirahat & Tidur :Terganggu ( Kebutuhan tidur malam terganggu,hanya 4-5
jam/hari. Biasanya terganggu karena batuk dimalam hari,
asma kambuh, dan tidak bisa tidur karena sering teringat
cucunya, sering terbangun dimalam hari (jam 01.00-02.00)
dan tidak bisa tidur lagi sampai pagi sehingga merasa
istirahat tidak cukup dan tidak puas)
Personal Hygine : Terpenuhi
Seksual : Tidak terpenuhi
Rekreasi : Tidak terpenuhi
Psikologis : Terganggu
Persepsi Klien : Ny. M merasa kesepian karena kehilangan cucunya, kini
ia hanya sendirian dan merasa sangat merepotkan jika terus-
menerus meminta bantuan pada keponakannya dan
tetangganya
Konsep Diri : Ny. M mengatakan tidak bisa kemana-mana sendiri dan
hanya mengandalkan keponakan dan tetangganya
Emosi : Ny.M merasa sangat sedih dengan keadaanya saat ini, ia
merasa putus asa, tidak berdaya dan tidak berharga.
 Adaptasi : Ny.M berusaha melupakan kejadian yang
menyebabkannya sedih dan trauma
 Mekanisme Pertahanan Diri : Berusaha menerima akan kejadian
yang dialaminya dan berusaha
terbuka untuk menceritakan keluh
kesahnya agar merasa bebanya
berkurang
I. TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum : Sedang
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Skala Koma Glasgow : Verbal = 5 Psikomotor = 6 Mata = 4
Tanda-tanda Vital : Puls = 97 x/mnt Temp = 36.8 RR = 22 x/mnt
Tensi= 148/91 mmHg
1. Kepala :
- I : Simetris, tidak terdapat luka, bersih , rambut beruban, muka terlihat
murung dan lesu,
- P : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
2. Mata, Telinga, Hidung :
- I
- Mata simetris, Sklera tidak ikterik, tidak anemis, meta mengalami
penurunan penglihatan
Terdapat kantung mata, mata terlihat sayu, tidak konsentrasi dan
sering menghindari kontak mata, mata berkaca-kaca
- Telinga simetris, ada serumen, mengalami penurunan
pendengaran
- Hidung bersih
3. Leher :
- I : Simetris, tidak terlihat ada jejas atau luka
- P : Tidak teraba vena jugularis, tidak teraba benjolan
4. Dada & Panggung :
- I : Simetris, tidak terdapat luka
- A : Suara paru ada suara ronkhi, Suara jantung normal
- P : Tidak teraba benjolan
- P : Perkusi sonor
5. Abdomen & Pinggang :
- I : Bentuk simetris, datar/flat, tidak ada luka, bersih
- A : Bising usus 28 x/mnt
- P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
- P : Bunyi Tympani
6. Ekstermitas Atas & Bawah :
Kekuatan otot berkurang
4 4
4 4
7. Sistem Immune : Cukup Baik

8. Genetalia : Tidak Dikaji

9. Sistem Reproduksi : Ny. M sudah menopause


10. Sistem Persyarafan : Syaraf mata ( N. Optikus) mengalami penurunan
karena usia
: Syaraf pendengaran ( N. Auditorius) mengalami
penurunan pendengaran
11. Sistem Pengecapan : Normal (bisa membedakan rasa asin, manis, asam,
dan pahit)
12. Sistem Penciuman : Normal ( bisa mencium aroma atau bau-bauan)
13. Tactil Respon :-

J. STATUS KOGNITIF / AFEKAL /SOSIAL


1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

Benar Salah No. Pertanyaan


 1 Tanggal berapa hari ini ?
 2 Hari apa sekarang ?
 3 Apa nama tempat ini ?
 4 Dimana alamat anda ?
 5 Berapa umur anda ?
 6 Kapan anda lahir ?
 7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
 9 Siapa nama ibu anda ?
 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
10 setiap
angka baru, semua secara menurun
Kesimpulan:
1) Kesalahan 0-2= fungsi intelektual utuh
2) Kesalahan 3-4= kerusakan fungsi intelektual ringan
3) Kesalahan 5-7= kerusakan fungsi intelektual sedang
4) Kesalahan 8-10= Kerusakan intelektuan berat

Kesimpulan : Dari hasil pengkajian didapatkan kesalahan pada 2


pertanyaan, sehingga dapat disimpulkan fungsi intelektual Ny.M masih
utuh
2. Mini-Mental State Exam (MMSE)
No. Aspek kognitif Nilai Nilai Kriteria
Maksimal Klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :
1. Tahun 
2. Musim -
3. Tanggal 
4. Hari 
5. Bulan 
2 Orientasi 5 4 Dimana sekarang kita berada ?
Registrasi 1. Negara 
2. Propinsi -
3. Kabupaten 
4. Kecamatan 
5. Desa 
3
Sebutkan tiga nama Objek
3
(Kursi, Meja, Kertas) kemudian
ditanyakan kepada Klien,
menjawab ;
1. Kursi 
2. Meja 
3. Kertas 
3 Perhatian dan 5 1 Meminta Klien berhitung dari
Kalkulasi 100, kemudian dikurangi 7
sampai lima tingkat
o 100, 93, 86 , ..
4 Mengingat 3 2 Meminta klien untuk
mengulangi 3 objek pada Poin 2
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas -
5 Bahasa 9 8 Menanyakan kepada klien
tentang benda (Sambil menunjuk
benda tersebut)
1. Jendela 
2. Jam dinding 
Meminta klien untuk
mengulangi kata berikut “tak
ada jika , dan ,atau ,tetapi” Klien
menjawab _ “dan , atau, tetapi”.

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri dari
tiga langkah :
“Ambil bulpoint di tangan anda,
ambil kertas , menulis saya mau
tidur”.
1. Ambil bolpen 
2. Ambil
kertas

3. Saya mau
tidur 
Perintahkan Klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1 point)
“Tutup mata anda”
1. Klien menutup mata

Perintahkan pada klien untuk


menulis kalimat atau menyalin
Gambar 
Total 30 22
Skor: Nilai 24-30: Normal
Nilai 17-23: Probable gangguan
kognitif

Nilai 0-16 : Definitif gangguan


kognitif

Kesimpulan : Dari hasil pengkajian didapatkan nilai 22, sehingga dapat


disimpulkan Ny. M mengalami probable kognitif

1. Inventaris Depresi Beck

No pertan Ya Tidak
yaan

1. Apakah bapak/ibu sekarang merasa puas dengan kehidupannya  (1)


?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau  (1)
kesenangan akhir-akhir ini ?
3. Apakah bapak/ibu merasa hampa/kosong dalam hidup ini ?  (1)
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan ?  (1)
5. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai harapan yang baik  (1)
dimasa
depan ?
6. Apakah bapak/ibu mempunyai pikiran jelek yang mengganggu  (1)
terus menerus ?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik setiap saat ?  (1)
8. Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (1)
pada anda ?
9. Apakah bapak/ibu merasa bahagia pada sebagian besar waktu ? (1)
10. Apakah bapak/ibu sering merasa tidak mampu untuk berbuat (1)
apa-
apa ?
11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan gelisah ? (1)
12. Apakah bapak/ibu senang tinggal dirumah daripada keluar (1)
rumah
dan mengerjakan sesuatu ?
13. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa(1)
depan ?
14. Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering lupa ? (0)
15. Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu  (1)
sekarang
menyenangkan ?
16. Apakah bapak/ibu sering merasa sedih dan putus asa ? (1)
17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini ? (1)
18. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa lalu ? (1)
19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini menggembirakan ? (1)
20. Apakah bapak/ibu untuk memulai kegiatan yang baru ? (1)
21. Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat ? (1)
22. Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada (1)
harapan ?

23. Apakah bapak/ibu berpikir bahwa orang lain lebih (1)


baik
keadaannya daripada bapak/ibuk ?
24. Apakah bapak/ibu sering marah karena hal-hal yang sepele ? (0)
25. Apakah bapak/ibu sering merasa ingin menangis ? (1)
26. Apakah bapak/ibu sering sulit berkonsentrasi ? (1)
27. Apakah bapak/ibu merasa senang waktu bangun tidur ? (1)
28. Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul di pertemuan sosial ? (1)
29. Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat suatu keputusan ?  (1)
30. Apakah pikiran bapak/ibu masih tetap mudah dalam  (1)
memikirkan
sesuatu seperti dulu ?
Penilaian:
0-4 :depresi tidak ada
5-7 :depresi ringan
8-15 : depresi sedang
>16 :depresi berat
Kesimpulan: Dari hasil pengkajian didapatkan nilai 28, sehingga dapat
disimpulkan bawa Ny. M mengalami depresi berat
2. APGAR Keluarga

Selalu Kadang- Tidak


kadang Pernah
No Item
Penilaian
2 1 0
1. A : Adaptasi 
(Ny. M merasa
Saya puas bahwa saya dapat
kesepian tinggal
kembali pada keluarga ( teman-
seorang diri.
teman ) saya untuk membantu pada
Keponakan dan
waktu sesuatu menyusahkan saya
tetangganya
hanya sesekali
datang jika Ny.M
kesusahan)

2. P : Partnership 
(Ny.M hanya
Saya puas dengan cara keluarga ( teman
berkeluh kesah
teman) saya membicarakan sesuatu
dengan
dengan saya dan mengungkapkan
keponakannya
masalah saya.
karena keluarga
satu-satunya
yaitu anaknya
jarang
mengunjunginya
karena berada
diluar kata)
3. G : Growth 
(Ny.M
Saya puas bahwa keluarga ( teman-
mengatakan
teman ) saya menerima &
keponakannya
mendukung keinginan saya untuk
selalu memberi
melakukan aktifitas atau arah
dukungan agar
baru.
beliau mau
menerima
keadaan dan
Kembali
beraktivitas
seperti biasa,
tetapi kadang ia
punya keinginan
agar anaknya
juga turut
mendukung dari
dekat dan mau
merawatnya agar
tidak kesepian)
4. A : Afek 
(Ny.M
Saya puas dengan cara keluarga
mengatakan
( teman- teman) saya mengekspresikan
terkadang
afek dan berespon terhadap emosi-
respon yang
emosi saya,
didapatkan
seperti marah, sedih atau mencintai.
dari anaknya
tidak sesuai
dengan
harapannya)
5. R : Resolve 
(Ny.M
Saya puas dengan cara teman-teman
mengatakan
saya dan saya menyediakan waktu
sering sendiri,
bersama sama mengekspresikan afek
keponakannya
dan berespon
pun datang
hanya pada
malam hari
untuk
menemani,
tetapi juga
terlalu sering
karena juga
sudah
berkeluarga)
Jumlah 0 3 0

Analisa hasil :
Skor 8-10 : Fungsi sosial normal
Skor 5-7 : Fungsi sosial cukup
Skor 0-4 : fungsi sosial kurang/suka menyendiri

Kesimpulan : Dari hasih pengkajian didapatkan skor 3, sehingga dapat


disimpulkan Ny.M mempunyai fungsi sosial yang kurang/suka menyendiri

K. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium : Tidak ada pemeriksaan laboratorium
2. Radiologi : Tidak ada pemeriksaan Radiologi
3. EKG : Tidak ada pemeriksaan EKG
4. USG : Tidak ada pemeriksaan USG
5. CT – Scan : Tidak ada pemeriksaan CT-Scan
6. Obat-obatan : Caviplex 3x1 dan Simbicort 1x1
ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. M


No Reg :-
Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
(Batasan Karakteristik) (Diagnosa Keperawatan)
Data Obyektif/Subyektif NANDA/SDKI
DS :
- Ny.M mengatakan b/d kematian
merasa sangat sedih Berduka
orang/keluarga yang
dan trauma dengan berate
kehilangan
- Ny.M mengatakan
merasa sangat
kehilangan atas
meninggalnya
cucunya
- Ny. M mengatakan
tidak berdaya dan
putus asa dengan
keadaanya
- Ny. M mengatakan
kesepian dan tidak
berharga
- Ny. Mengatakan
sering melamun dan
menangis setiap
malam setiap
mengingat kejadian
yang menimpa
cucunya
DO :

- Mata terlihat sayu


- Tidak konsentrasai
- Menghindari kontak
mata
- Mata berkaca-kaca
hingga menangis
- Muka murung/lesu
dan sering melamun
- Bicara lemah
TTV
TD : 148/91 mmHg
N : 97 x/mnt
S : 36,8 b/d depresi kehilangan
RR : 22 orang yang berati Gangguan pola tidur

DS :
- Ny. M mengatakan
sering tidak bisa
tidur karena
mengingat cucunya
- Ny. M mengatakan
tidak sering
terbangun di malam
hari/ dini hari dan
mengalami kesulitan
tidur setelahnya
Ny. M mengeluh
istirahat tidak cukup
dan kurang puas

DO :
- Terlihat lingkar
hitam dibawah mata
- Tatapan kurang
konsentrasi
- Mata sayu
- Muka lesu
- TTV
TD : 148/91 mmHg
N : 97 x/mnt
S : 36,8
RR : 22

DS :
- Ny. M mengatakan b/d ketidakefektifan
merasaputus asa dan koping jangka panjang Keputusasaan
tidak berdaya setelah
kematian cucunya
- Ny.M mengatakan
mengalami
gangguan pola tidur
dan penurunan nafsu
makan setelah
kejadian berduka
DO :
- Muka sayu
- Sering
malamun/berperilaku
pasif
- Sering menyendiri,
banyak diam dan
kurang inisiati
- Muka murung
- TTV
TD : 148/91 mmHg
N : 97 x/mnt
S : 36,8
RR : 22
PRIORITAS MASALAH
1. Berduka b/d kematian orang/keluarga yang berati

2. Gangguan pola tidur b/d berduka kehilangan orang yang berati

3. Keputusasaan b/d ketidakefektifan koping jangka panjang

4.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. M

No Reg :-

No Daftar Diagnosa Keperawatan

1. Berduka ( SDKI, D.0081)


2. Gangguan pola tidur (SDKI, D. 0055)
3. Keputusasaan ( SDKI, D. 0088)

INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx. Kep. I : Berduka
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan Tindakan keperawatan 3x24
jam keadaan klien bisa membaik
Kriteria : Tingkat Berduka

INTERVENSI RASIONAL

Observasi Monitoring
- Identifikasi kehilangan yang - Untuk mendapatkan informasi
dihadapi terkait penyebab yang menjadikan
- Identifikasi proses berduka klien dalam masalah saat ini
yang dialami
- Identifikasi sifat keterikatan
pada benda yang hilang atau
orang yang meninggal
- Identifikasi reaksi awal
terhadap kehilangan

Tindakan Keperawatan
- Tunjukan sifat menerima dan - Tindakan diberikan untuk
empati membantu mengatasi dan
- Motivasi agar mau mengurangi beban pikiran yang saat
mengungkapkan perasaan ini tengah di pendam klien
kehilangan
- Fasilitasi melakukan kebiasaan
sesuai dengan budaya,agama
dan norma social
- Diskusikan strategi koping yang
dapat digunakan

Health Education
- Jelaskan kepada pasien dan - Memberikan edukasi agar klien
keluarga bahwa sikap mengetahui apa yang tengah ia
mengingkari, marah, tawar hadapi dan mengetahui bagaimana
menawar, supresi dan menerima cara menyikapinya
adalah wajar dalam menghadapi
kehilangan
- Anjurkan mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada
kehilangan
- Anjurkan mengekpresikan
perasaan tentang kehilangan
- Ajarkan melewati proses
berduka secara bertahap
INTERVENSI KEPERAWATAN

INTERVENSI RASIONAL

Observasi Monitoring
- Identifikasi pola aktivitas dan - Untuk mengidentifikasi penyebab
tidur perubahan pola tidur klien
- Identifikasi factor pengganggu
tidur ( fisik dan/atau psikologi)
- Identifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu tidur
- Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi

Tindakan Keperawatan
- Modifikasi lingkungan (Mis.
Pencahayaan, kebisingan, suhu, - Tindakan diberikan untuk
matras, dan tempat tidur) mengatasi gangguan pola tidur
- Batasi waktu tidur siang, jika klien
perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (Mis.
Pijat, pengatiran posisi, terapi
akupresure)

Health Education
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan - Memberikan edukasi terkait
waktu tidur pentingnya kebutuhan istirahat
- Ajarkan factor-faktor yang dan tidur bagi klien
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur ( Mis. Psikologis, gaya
hidup)

Dx. Kep. II : Gangguan pola tidur


Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan Tindakan keperawatan 3x24 jam
keadaan klien bisa membaik
Kriteria : Pola tidur

INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx. Kep. III : Keputusasaan


Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan Tindakan keperawatan 3x24 jam
keadaan klien bisa membaik
Kriteria : Harapan

INTERVENSI RASIONAL

Observasi Monitoring
- Identifikasi hal yang memicu emosi - Untuk mengetahui penyebab yang
Tindakan Keperawatan menicu emosi klien tidak stabil
- Fasilitasi mengungkapkan perasaan
cemas, marah atau sedih - Tindakan diberikan untuk membuat
- Buat pernyataan suportif atau klien lebih terbuka dan mampu
empati selama fase berduka mengekspresikan perasaanya
- Lakukan sentuhan untuk meberikan
dukungan ( Mis. Merangkul,
memeluk, menepuk-nepuk)

Health Education
- Anjurkan mengungkapkan perasaan
- Memberikan edukasi agar klien tidak
yang dialami
berlarut-larut dalam situasi saat ini
- Ajarkan menggunakan mekanisme
pertahanan yang kuat
Kolaboration
- Rujuk untuk konseling, jika perlu - Agar klien lebih mendapat bimbingan
dan terapi untuk mengatasi masalah
yang dihadapi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tanggal, Tindakan
Keperawatan Jam
Berduka 12-4-2022, 1. Inform consent
08.00 2. BHSP
3. Menyapa klien dengan ramah, sopan
dan menciptakan suasana yang nyaman
dan santai
4. Mengidentifikasi keadaan umum klien
5. Melakukan pengkajian pada klien
dengan menanyakan perasaannya saat
ini
6. Mengobservasi TTV
7. Mengkaji apa yang menyebabkan klien
pengalami perasaan berduka
8. Mengidentifikasi kehilangan yang
dihadapi klien
9. Mengidentifikasi proses kehilangan
yang dihadapi klien
10. Mengidentifikasi reaksi awal klien
terhadap kehilangan yang dihadapi
11. Motivasi klien untuk mrngungkapkan
persaan kehilangan yang dihadapi
12. Mendengarkan keluh kesah klien tanpa
menyela
13. Membuat janji bertemu Kembali untuk
membantu mengatasi masalah berduka
yang dihadapi klien
13-4-2022 1. Menepati janji bertemu
08.00 2. Mengidentifikasi keadaan umum klien
3. Menanyakan bagaimana perasaannya
hari ini
4. Menobservasi TTV
5. Mengajurkan klien untuk
menceritakaan dan mengekspresikan
apa yang masih mengganggu
pikirannya saat ini terkait kehilangan
yang dihadapi
6. Menjadi pendengar bagi klien
7. Membiarkan klien mencurahkan keluh
kesah yang dihadapi setelah masa
kehilangan
8. Menjelaskan kepada klien tentang sifat
mengingkari, marah, tawar menawar,
supresi dan menerima adalah wajar
dalam menghadapi kehilangan
9. Mememotivasi klien untuk mulai
menerima keadaanya saat ini
10. Menyarankan pada klien untuk berbaur
dengan orang lain atau tetangga untuk
mengalihkan rasa kehilanganya
11. Menyarankan untuk istirahat dan tidur
yang cukup
14-4-2022 1. Mengidentifikasi Kembali kondisi
08.00 klien
2. Menanyakan kabar dan perasaan hari
ini
3. Mengobservasi TTV
4. Menganjurkan klien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan positif untuk
mengalihkan rasa kehilangan klien
5. Menyarankan klien untuk mengikuti
kegiatan yeng mungkin bisa dilakukan
di lingkungannya
6. Menganjurkan klien untuk lebih
terbuka jika mempunyai permasalahan
7. Menganjurkan untuk lebih berbaur
dengan orang sekitarnya
8. Menyarankan klien utuk ikhlas dan
mulai memantapkan niat untuk
melewati masa berduka
9. Meyakinkan klien bahwa klien dapat
melewati masa berduka

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tanggal, Tindakan
Keperawatan Jam
Gangguan pola 12-04-2022 1. Inform concent
tidur 08.30 2. BHSP
3. Mengobservasi TTV
4. Mengidentifikasi kondisi klien
saat ini
5. Mengidentifikasi pola tidur
klien
6. Menidentifikasi penyebab
klien tidak bisa tidur
7. Mengidentifikasi klien merasa
tidurnya kurang puas
8. Mengidentikasi klien sering
terbangun dimalam hari
9. Menanyakan apakah ada obat
yang dikonsumsi
10. Menjelaskan pentingnya tidur
untuk Kesehatan
11. Menganjurkan untuk mencoba
menerima keadaan dan
merubah pola tidur
13-04-2022 1. Mengidentifikasi kondisi klien
08.30 saat ini
2. Mengobservasi TTV
3. Mengidentifikasi perasaan
klien saat ini
4. Mengidentifikasi Kembali
bagaimana pola tidur klien
5. Membantu klien untuk
memodifikasi dan menata ulang
tempat tidur agar klien nyaman
untuk istirahat
6. Menganjurkan klien untuk
tidak stress sebelum tidur
karena akan membuat susah
tidur
7. Menganjurkan klien untuk
melakukan sesuatu seperti
mendengarkan murotal,
menonton TV, mendengarkan
music, minum susu atau
kegiatan lain yang dapat
membuat mengantuk
8. Merencanakan Bersama klien
untuk membuat jadwal tidur
rutin
9. Membuat kesepakatan Bersama
klien agar menepati untuk tidur
sesuai jadwal yang akan dibuat

14-04-2022
08.40 1. Mengidentifikasi keadaan
umum klien
2. Mengobservasi TTV
3. Mengevaluasi Kembali pola
tidur klien
4. Menyarankan untuk rencana-
rencana yang sudah dijelaskan
5. Bersama klien membuat jadwal
tidur rutin
6. Menganjurkan klien untuk
menyepakati jadwal tidur yang
sudah dibuat
7. Menganjurkan klien untuk
mulai mengikhlaskan dan
menjalani hari-hari seperti
biasa agar tidak terus-menerus
larut dalam kesedihan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tanggal, Tindakan
Keperawatan Jam
Keputusasaan 12-04-2022 1. Inform Consent
09.00 2. BHSP
3. Mengobservasi keadaan umum
klien
4. Mengobservasi TTV
5. Menanyakan keluhan yang
dialami klien
6. Mengidentifikasi hal yang
memicu timbulnya perasaan
keputusasaan
7. Membiarkan klien
menceritakan penyebab
perasaan yang dialaminya
8. Mendengarkan dengan penuh
perhatian
9. Memberikan tatapan lembut
agar klien nyaman bercerita
10. Memberikan sentuhan berupa
pelukan atau memegang bahu
klien untuk memberi dukungan
11. Mengkaji pola makan klien
12. Menganjurkan klien untuk
merubah pola makan agar
nutrisi terpenuhi dengan baik
13. Mengkaji pola tidur klien
14. Menganjurkan klien untuk
merubah pola tidur klien
15. Menjelakan pada klien masih
ada harapan untuk kehidupan
yang akan datang
13-04-2022 1. Mengobservasi keadaan umum
09.99 klien
2. Menobservasi TTV
3. Menanyakan perasaannya hari
ini
4. Menganjurkan kepada klien
untuk selalu terbuka dengan
orang lain terkait masalah yang
dialalmi
5. Menjelaskan pada klien bahwa
menyimpan kesedihan sendiri
tidak baik untuk Kesehatan
6. Menganjurkan klien untuk
berbaur dengan orang lain
agar tidak merasa kesepian
7. Menganjurkan klien untuk
mulai ikhlas dan menerima
keadaanya
8. Menganjurkan klien untuk
aktif mengikuti kegiatan yang
dilingkungannya
9. Menyarankan untuk menjaga
pola istirahat dan tidur
10. Menganjurkan makan sedikit-
sedikit setiap 2 jam

14-04-2022 1. Mengidentivikasi Kembali


09.00 perasaan klien
2. Mengobservasi TTV
3. Memberi dukungan agar klien
aktif memakukan aktivitas
4. Menganjurkan klien untuk
mencari kesibukan seperti
menanam sayur, bunga, dll
5. Menganjurkan klien untuk
jangan sungkan meminta
bantuan orang lain atau
tetangga jika membutuhkan
pertolongan
6. Memotivasi klien untuk
meningkatkan frekuensi makan
7. Meotivasi klien untuk istirahat
dan tidur dengan cukup

EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. M
Umur : 65 tahun
Dx Kep : Berduka
No. Hari, Tanggal Evaluasi

1. Rabu, 13 April 2022 S : Ny. M mengatakan masih sering


teringat dengan kejadian kematian
cucunya, masih merasa sedih, dan
belum bisa menerima keadaan. Ia
juga mengatakan tudur hanya 5
jam/hari dan sering terjaga

O:
- Mata sayu
- Mata berkaca-kaca
- Masih menghindari kontak mata
- Bicara lemah
- Msih sering malamun
- Muka murung
- TTV
TD : 139/86
N : 86
S: 36.3
RR: 20

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Kamis, 14 April 2022 S: Ny.M mengatakan sedikit merasa


lebih baik, sudah bisa mengontrol
untuk tidak menangis, tetapi masih
merasa sedih jika tiba-tiba ingat
cucunya. Ia juga mengatakan bisa
tidur 6 jam/hari
O:
- Mata sayu (+)
- Bicara lemah (+)
- Mulai mau bertatap mata
- Muka masih murung (+)
- TTV
TD : 141/79
N : 83
S: 36
RR: 20

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

S: Ny. M mengatakan masih sedih tetapi


Jum’at, 15 April 2022 ingin mencoba melupakan kejadian
yang menimpa cucunya dan ingin
memulai melakukan aktivitas
sehari-hari seperti orang lain dan
ingin berbaur dengan orang lain. Ia
juga mengatakan kualitas tidurnya
meningkat 6-7 jan/ hari dan jarang
terjaga

O:
- Mata lebih berbinar
- Raut muka lebih segar
- Mampu mempertahankan kontak
mata
- TTV
TD : 143/89
N : 86
S: 36.2
RR: 20

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. M
Umur : 65 tahun
Dx Kep : Gangguan Pola Tidur
No. Hari, Tanggal Evaluasi

1. Rabu, 13 April 2022 S: Ny. M mengatakan masih belum


bisa tidur nyenyak dan masih sering
kepikiran dengan kejadian yang
menimpa cucunya. Ia juga
mengatakan tidur tidak puas hanya
4-5 jam/hari dan sering terjaga pada
dini hari dan tidak bisa tidur lagi

O:
- Mata sayu
- Lingkar hitam bawah mata (+)
- Masih menghindari kontak mata
dan kurang konsentrasi
- Muka lesu
- TTV
TD : 139/86
N : 86
S: 36.3
RR: 20

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Kamis, 14 April 2022 S : Ny.M mengatakan kualitas tidur


sedikit meningkat menjadi 6
jam/hari meskipun masih sering
terjaga dini hari.
O:
- Mata sayu (+)
- Lingkar hitam bawah mata
masih (+)
- Sedikit lebih konsentrasi
- Muka masih murung (+)
- TTV
TD : 141/79
N : 83
S: 36
RR: 20

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

S: Ny. M mengatakan bisa tidur 6-7


Jum’at, 15 April 2022 jam/hari dan jarang terjaga. Ia
merasa lebih fress jika bangun tidur
di pagi hari. Ia juga ingin mulai
melupakan dan mengikhlaskan
kejadian yang menimpa cucunya
agar tidak mempengaruhi
kesehatannya

O:
- Mata lebih berbinar
- Raut muka lebih segar
- Mampu mempertahankan kontak
mata
- Lingkar hitam bawah mata (+)
- TTV
TD : 143/89
N : 86
S: 36.2
RR: 20

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. M
Umur : 65 tahun
Dx Kep : Keputusasaan
No. Hari, Tanggal Evaluasi

1. Rabu, 13 April 2022 S: Ny. M mengatakan sedikit lebih lega


setelah menceritakan keluhan yang
ia rasakan. Ia mengatakan masih
sering menyendiri dan melamun.
Ny.M juga mengatakan masih
kesulitan tidur dan makan hanya
waktu ingat dengan porsi sedikit

O:
- Mata sayu
- Bicara lemah
- Masih sering malamun dan
menyendiri
- Muka murung
- TTV
TD : 139/86
N : 86
S: 36.3
RR: 20

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Kamis, 14 april 2022 S: Ny.M mengatakan mesara lebih baik


dari sebelumnya, kualitas tidur
sedikit meningkat yaitu 6 jam/hari
dan mencoba mulai mengatur pola
makannya
O:
- Mata sayu (+)
- Muka masih sedikit murung
- Lebih bersikap terbuka
- TTV
TD : 141/79
N : 83
S: 36
RR: 20

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

S : Ny. M mengatakan merasa lebih


Jum’at, 15 april 2022 rileks, kualitas tidur meningkat dan
pola makan mulai ada perubahan
yaitu makan 2 kali sehari dengan
habis setengah porsi)

O:
- Mata lebih berbinar
- Raut muka lebih segar
- Lebih bersikap terbuka dan
bersemangat
- TTV
TD : 143/89
N : 86
S: 36.2
RR: 20

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut aging process atau proses penuaan.
Para gerontologis telah mengembangkan teori untuk menjelaskan fenomena depresi pada
lansia, mereka menemukan terminologi terbaru untuk depresi ini yakni depresi akhir
kehidupan (late life depression)
DAFTAR PUSTAKA
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Analisis Lansia di Indonesia. Pusat Data dan
Informasi. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI; 2017.
Rachmawati, D., & Amir, M. Faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Tamanlanrea Kota Makassar. 2014.
Amir, N. 2005. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Berlian, R., & Heppy, F. (2014). Hubungan Depresi dengan Kejadian Insomnia pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Wredha Kasih Sayang Ibu Batusangkar. Jurnal Kesehatan Stikes Prima
Nusantara Bukit Tinggi, 83.

Anda mungkin juga menyukai