Anda di halaman 1dari 4

BATU MENANGIS

Alkisah hiduplah seorang janda tua bersama 2 putranya yang bernama alpian dan rehan
di sebuah desa terpencil di Kalimantan barat. Mereka tinggal di sebuah gubuk di ujung desa,
sejak ayah alpian meninggal, mereka hidup sebatang kara. Maka dari itu ibupun rela bekerja
di sawah untuk menghidupi mereka sedangkan alpian adalah anak yang malas.

Ibu : “ Alpian, bangunlah nak, lihatlah ayam sudah berkokok, apakah kamu tidak malu
dengan ayam?”
Alpian : “ aaahhh ibu, aku kan sudah besar, biarlah aku hidup seenaknya”.
Rehan : “ baiklah, karena kamu sekarang sudah bangun ayo bantu ibu menyapu
menyapu halaman belakang, halaman kan kotor karena kamu sering buang
sampah sembarangan.
Alpian : “ ahhh, berisik sekali mulut ibu itu, aku kan baru bangun nyerocos aja gak ada
hentinya, udah aku mau lewat dulu.
Rehan : “ ( teridiam dan menggeleng geleng kepala )

Setelah beerapa menit kemudian

Ibu darmii : Assalamualaikum, bu sumi, assalamualaikum

Alpian : siapa lagi, berisik pagi pagi ( aaaaahhh), walaikumussalam sebentar. Iya bu ada
apa ?
Ibu darami : ini nak ada makanan buat kalian, ini anggap aja sebagai gaji ibu kamu setelah
kemarin membersihkan rumah ibu. Tolong diterima nak
Alpian : oh baik, makasih ya bu
Ibu darmi : iya sama sama, ibu pergi dulu ya. Wassalamualaikum
Alpian : walaikumussalam. Wah makanan ni, rezeki anak ganteng.
Alpian : “ , wahhh.. ternyata makanannya enak enak nih, gak boleh dibiarin nih.
Alpian pun memakan habis semua makanan yang diterima nya, sampai tidak menyisakan
sedikit pun buat sang ibu yang sedang menyapu dibelakang. Alpian juga tidak mau
membantu ibunya ke sawah Padahal dia adalah anak laki laki, tetapi tidak mau membantu
ibunya mencari uang.
Kemudian rehan meninggalkan kakaknya, dan alpian kembali makan lagi tanpa menyisakn
untuk ibu dan adiknya.
Ibu. : “ nak, ayo bantu ibu bekerja di sawah” (ajak ibu)
Alpian :” ke sawah?? Aku tidak mau aku malu oleh teman temanku kalau mereka
melihatku bekerja di sawah, dan nanti kulitku yang bersih ini terkena lumpur.
Pergi saja sana sama rehan, aku tidak mau!!”.
Ibu. :” alpian memangnya kenapa kalau ada teman mu yang melihatmu?, disana juga
ada bagas yang seusiamu, dia tidak malu membantu bapaknya di sawah bahkan
dia selalu disapa oleh teman temannya saat bekerja di sawah
Ibu. : “(duduk dan mengusap dada lemas)”

Haripun sudah menjelang siang, alpian pun teringat dengan bajunya yang yang sudah
sobek dan kusam, tak lama kemudian ibu dan rehan adiknya datang dan alpian pun
menghampiri ibu dan rehan yang baru sampai di depan pintu yang kelihatan lelah.

Alpian. :” bu baju bajuku sudah sobek sobek dan kusam, ibu harus segera
membelikan yang baru
Ibu :” alpian, ibu masih lelah, besok saja pasti ibu belikan”
Alpian. :” tidakk mau!!! Aku ingin sekarang”
Ibu :” baik baik, alpian ibu akan belikan, tapi alpian, ibu tidak tahu baju apa
yang kamu mau, kamu harus ikut ya”
Alpian. :” ya…ya aku mau ikut kepasar, tapi dengan satu syarat ibu harus berjalan
dibelakangku.”
Rehan :” maksud kamu??”
Alpian :” iya, ibu harus berjalan dibelakangku, malu la aku berjalan dengan ibu !”
Rehan : “ lo kenapa harus malu? Ibu ini ibu kandung kamu alpian ?”
Alpian. :” ibu ngaca dong!!, lihat saja wajah ibu yang tak terurus dan pakaian ibu
yang sangat kotor, ibu sudah keriput, jelek, kotor, aku malu ibu.”

Walaupun sedih tapi sang ibu pun menuruti permintaan anaknya, setelah itu
berangkatlah mereka ke pasar, alpian yang berjalan didepan dan ibu berjalan dibelakang
membawa keranjang.

Alpian bertemu dengan temanya yang tinggal satu kampong dengannya


Pitri :” hai alpian…hendak kemana kamu?”
Alpian: :” ke pasar, kepo lo”
Pitri : “ lalu siapa yang di belakangmu? Ibumukah?”
Alpian :” tentu saja bukan,! Dia adalah pembantuku”
Pitri :” alpian sudah tampan, baik, enak lagi hidupnya, belanja aja ada yang bawain”
Alpian :” ah biasa
Pitri : “ yaudah sana belanja dulu!”
Alpian :” iya , ayo duluan”

Laksana disambar petir ibu mendengar ucapan putranya, tapi dia hanya terdiam sambil
menahan rasa sedih, setelah itu mereka melanjutkan perjalananya.

Alpian :” ayo pembantuku, sekarang kita ke toko baju”


Ibu : (diam sejenak)
Rehan :” ibu-ibu ayo ?”

Sang ibu tetap saja tidak mau menjawab pertanyaan anaknya, ternyata ia sedang berdoa
pada tuhan, agar menghukum anaknya yang durhaka itu, berikan ia hukuman yang setimpal
padanya, alpian melihat mulut ibunya yang komat kamit sambil menadahkan kedua tangan
nya.
Alpian :” hei!!!! Pembantu sedang apa? “(sambil membentak dan menoleh pada ibu)
Doa sang ibu :” ya tuhan, ampunilah hambamu yang lemah ini, hamba sudah tidak sanggup
lagi menghadapi sikap anak hamba yang durhaka ini, berilah hukuman yang
setimpal padanya.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba langit menjadi mendung, petir menyambar-nyambar,


dan suara Guntur bergemuruh memakan telinga, hujan deraspun turun pelan-pelan, kaki
alpian berubah menjadi batu, alpian pun panik
.
Alpian :” ibu…ibu…apa yang terjadi dengan kakiku bu??!!, aduh, kerass sekali
bu..maafkan alpian bu. Alpian janji tidak akan mengulangi perbuatan
Alpian lagi,..”

Seketika tubuh alpian berubar menjadi batu, dan kedua matanya terus mengeluarkan
air, sehingga di sebut BATU MENANGIS.
Pakaian
Ibu : pakaian kusam, androk, tutup kepala, sarung kebat butut
Alpian : pakaian layak, celana sunda, sendal
Rehan : baju kusam, celana kusam, sandal
Pitri : karudung, tas ibu ibu, sendal

Untuk dekorasi
1. Tempat nasi dan 5 piring plastik
2. Gantungan baju dan baju ( untuk adegan dipasar )
3. Angel
4. Sapu

Anda mungkin juga menyukai