Anda di halaman 1dari 6

Telah diyakini bahwa proses ini disebabkan infeksi kronik yang terus berlangsung

dalam cavum timpani. Pertumbuhan papiler ke dalam yang menyebabkan perkembangan


kolesteatoma bermula pada pars flaccida. Reaksi peradangan pada ruang Prussack
(Prussack’s space), yang biasanya disebabkan ventilasi yang buruk pada daerah ini, dapat
merusak membran basal yang menyebabkan pertumbuhan dan proliferasi tangkai sel epitel
ke dalam.2

Gambar 7. Evolusi Kolesteatom Atik Aquisita. A. Kantong retraksi atik, dimana pada ototskopi
terlihat sebagai perforasi atik, B. Perkembangan kantong, C. Pembesaran kantong disertai erosi
osikula, D. Kantong kolesteatom yang besar
Sekali kantong atau kista epitel skuamosa terbentuk dalam rongga telinga tengah,
maka akan terbentuk lapisan-lapisan deskuamasi epitel dengan kristal kolestrin yang mengisi
kantong. Matriks epitel yang mengelilinginya meluas ke ruang-ruang yang ada di ruang atik,
telinga tengah dan mastoid. Perluasan proses ini diikuti kerusakan tulang dinding atik, rantai
osikular, dan septa mastoid untuk memberi tempat bagi kolesteatom yang bertambah besar.
Dulu dianggap bahwa tekanan yang terjadi karena kolesteatom yang membesar
menyebabkan destruksi tulang. Kini terbukti bahwa erosi tulang disebabkan karena adanya
enzim osteolitik atau kolagenase yang disekresi oleh jaringan ikat subepitel. Proses
osteogenesis ini disertai osteogenesis dalam mastoid dengan adanya sklerosis. Infeksi pada
kolesteatoma bukan hanya menyebabkan sklerosis mastoid yang cepat tetapi juga
peningkatan proses osteolitik.7

II.3 Penegakan Diagnosis


Evaluasi awal harus mendapatkan informasi menyeluruh mengenai riwayat otologi,
meliputi tuli, otorrhea, otalgia, tinitus dan vertigo. Mungkin didapatkan riwayat penyakit
telingah tengah sebelumnya, seperti OMSK dan atau perforasi membran timpani. Pasien
dengan tuli unilateral disertai dengan otorrhea kronis yang berbau harus dicurigai adanya
kolesteatoma.
Tanda dan gejala kolesteatoma mungkin tidak terdeteksi sampai bertahun-tahun pada
seluruh kelompok usia, namun lebih sulit lagi pada anak-anak. Anak-anak sangat jarang
mengeluh adanya penurunan pendengaran, terutama jika unilateral.4
Pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat abses atau fistel retroaurikula (belakang
telinga), polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari telinga tengah,
terlihat kolesteatoma pada telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum), sekret berbentuk
nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma).1

Gambar 8. Abses dan fistel retroaurikula


Walaupun sangat jarang, koleateatoma juga dapat diidentifikasi pertama kali dari
salah satu komplikasinya, biasanya terjadi pada anak-anak. Infeksi yang terjadi sudah sampai
ke korteks mastoid dan bermanifestasi sebagai abses di leher. Bahkan kolesteatoma juga
dapat diidentifikasi dari komplikasinya ke susunan saraf pusat: trombosis sinus sigmoid,
abses epidural, atau meningitis.6
Gejala utama adalah adanya otorrhea, baik berulang maupun tidak, tanpa disertai rasa
sakit. Karena kolesteatoma tidak mempunyai pembuluh darah, antibiotik sistemik tidak dapat
mencapai kolesteatoma, sedangkan antibiotik topikal hanya dapat mencapai beberapa
milimeter dari kesuluruhan kolesteatoma, sehingga sulit sekali untuk mengobati otorrhea.6
Pada pemeriksaan otoskop, liang teling tengah harus dibersihkan dari sekret ataupun debris.
Kantong retraksi mungkin terlihat, biasanya pada daerah atik ataupun pada kuadran
posterosuperior membran timpani. Akumulasi debris skuama akan terkumpul pada kantong
ini. Mungkin terlihat jaringan granulasi pada daerah yang sakit.2
Gambar 9. Kolesteatoma

Otoskopi pneumatik harus dilakukan pada pasien dengan kolesteatoma. 3 Respon


fistula yang positif (otoskopi pneumatik akan menyebabkan nistagmus dan vertigo)
menunjukkan adanya erosi kanalis semisirkularis atau koklea.
Audiometri nada alami, ambang suara percakapan, dan pengenalan kata-kata biasanya
akan menunjukkan adanya tuli konduktif pada telinga yang sakit. Derajat ketulian bervarasi
tergantung perkembangan penyakit. Tuli konduktif sedang menunjukkan adanya
diskontinuasi tulang-tulang pendengaran, biasanya disebabkan karena erosi dari prosesus
longus incus, ataupun capitulum stapes. Tuli konduktif ringan dapat terjadi pada kolesteatom
yang membesar, karena kantong kolesteatoma sendiri dapat berperan sebagai penghantar
bunyi langsung ke stapes atau basis stapes.3 Hasil pemeriksaan audiometri harus digabungkan
dengan pemeriksaan garpu tala.2

II.3.1 Pemeriksaan Pencitraan


Gambaran radiologi tulang temporal harus diambil pada pasien yang dicurigai
memiliki kolesteatoma.4 Beberapa hal yang harus yang harus diperhatikan, yaitu (1) adanya
destruksi tulang dengan batas tegas dan sering kali disertai dengan pinggir yang sklerotik, (2)
adanya masaa jaringan lunak pada daerah epitimpani dan atau mesotimpani, dan (3) biasanya
terlihat daerah mastoid yang sklerotik.8
CT scan merupakan modalitas pencitraan terpilih karena kemampuan mendeteksi
kerusakan tulang. Namun, terkadang sangat sulit untuk membedakan antara jaringan
granulasi dengan kolesteatoma. Beberapa kerusakan tulang yang dapat dideteksi dengan CT
scan adalah: (1)erosi daerah skutum, (2)fistula labirin, (3)defek pada tegmen timpani,
(4)gambaran erosi dan diskontinuitas osikula, serta (5)anomali dan invasi dari kanalis
Fallopi.6

Gambar 10. Sumber: Roland PS. Middle Ear, Cholesteatoma. Avaiable at:
http://www.emedicine.com/ent/topic220.htm (last access: July 25 , 2006).
th

Pemeriksaan MRI digunakan apabila terjadi komplikasi ke jaringan lunak sekitar,


seperti:6
- Invasi dan penyebaran ke durameter
- Abses subdural ataupun epidural
- Herniasi otak ke cavum mastoid
- Peradangan membran labirin atau saraf fasialis
- Trombosis sinus sigmoid
II.3.2 Pemeriksaan Histologis
Gambaran histologis dari kolesteatoma menunjukkan epitel skuamous yang tipikal. 6

II.4 Pencegahan Pembentukan Kolesteatoma


Jika pada pemeriksaan telinga seorang pasien diketahui adanya kantong retraksi, hal
ini merupakan manifestasi disfungsi tuba Eustachius. Akibatnya dibutuhkan pemasangan tuba
timpanostomi jangka panjang untuk menghilangkan tekanan negatif pada telinga tengah.
Intervensi ini dapat mengembalikan membran timpani ke posisi netral. Jika kantong retraksi
menempel pada tulang pendengaran atau adanya lipatan pada membran tersebut, atau jika
kantong retraksi sudah bertahan cukup lama, maka kantong tersebut tetap bertahan walaupun
telah dipasang tube timpanostomi. Jika hal ini terjadi maka diindikasikan eksplorasi dengan
pembedahan.2

II.5 Penatalaksanaan
Kolesteatoma adalah penyakit yang memerlukan tindakan bedah. Terapi
medikamentosa tidaklah banyak membantu. Pasien-pasien yang menolak untuk dioperasi atau
mempunyai kondisi umum yang buruk sehingga penggunakan anestesi umum akan
membahayakan, harus membersihkan telinga yang sakit secara teratur. Pembersihkan secara
teratur dapat membantu mengontrol infeksi dan memperlambat pertumbuhan kolesteatoma.2,6
Pada kolesteatoma terinfeksi, hasil kultur dan resistensi dari sekret telinga mirip
dengan hasil kultur dan resistensi pada pasien-pasien dengan otitis media kronis (OMSK);
P.aeruginosa dan Proteus sp. adalah bakteri aerobik tersering yang teridentifikasi, sedangkan
bakteri anaerob yang paling sering adalah Bacteroides dan Peptococcus-Peptostrecoccus sp..
Karma dkk. (1978) melaporkan bahwa hasil kultur dari 18 pasien dengan kolesteatoma yang
terinfeksi, hampir setengahnya menunjukkan kolesteatoma yang terinfeksi oleh bakteri aerob
dan anaerob secara bersamaan.4 Sehingga berdasarkan penelitian ini, antibiotik topikal dan
sistemik yang terpilih adalah antibiotik broadspectrum. Namun hasil kultur dan resistensi
akan sangat membantu.
Tujuan utama terapi pembedahan adalah eradikasi total kolesteatoma untuk
mendapatkan telinga yang kering. Tujuan kedua adalah restorasi atau mempertahankan
kapasitas fungsional telinga, yaitu pendengaran. Tujuan ketiga adalah mempertahankan
gambaran anatomis telinga yang normal jika memungkinkan.2 Penatalaksanaan komplikasi,
jika ada, merupakan prioritas utama daripada tujuan-tujuan di atas. Perluasan penyakit
biasanya akan menentukan agresifitas pendekatan bedah.4

II.5.1 Penatalaksanaan Preoperatif


Sebaiknya pasien diberitahukan akan keuntungan dan kerugian setiap prosedur yang
dipilih. Terdapat tiga kemungkinan hasil operasi tergantung dari penemuan selama
pembedahan. Jika kolesteatoma kecil dan dapat dibersihkan, gendang telinga dan osikula
direkonstruksi dalam satu kali operasi.
Jika kolesteatoma tidak bisa dibersihkan semuanya yang memungkinkannya dapat
tumbuh kembali, maka lebih baik dilakukan penundaan operasi beberapa bulan lagi sampai
dapat dilakukan eksisi total. Rekonstruksi osikula dilakukan pada operasi yang kedua.
Jika kolesteatoma luas dan mengenai telinga dalam dan nervus fasialis, maka tidak
mungkin dilakukan pengangkatan kolesteatoma sehingga mastoidektomi radikal merupakan
tindakan pilihan.9
Tabel 2. Perbadingan antara prosedur bedah kolesteatoma6
Prosedur Canal-Wall-Down (CWD) Prosedur Canal-Wall-Up (CWU)

Anda mungkin juga menyukai