Anda di halaman 1dari 1

1.

Frans Sumarto Mendur lahir pada 16 April 1913 ialah salah satu tokoh wartawan dan
fotografer yang mengabadikan berbagai peristiwa penting selama proklamasi berlangsung.
Ia bergabung dengan kawan-kawan dari Indonesia Press Photo Senice atau ipphos.

2. Selanjutnya, seorang tokoh bernama syahruddin, lahir pada 17 September 1999 di Curup,
Sumatera Selatan merupakan seorang wartawan domei. Ia dengan berani memasuki
halaman gedung siaran RRI. Pada saat itu, gedung siaran sedang dijaga oleh Jepang, maka
Syahruddin terpaksa masuk dengan cara memanjat tembok belakang gedung dari jl. Tanah
Abang Hingga akhirnya naskah proklamasi kemudian berhasil diserahkan kepada kepala
bagian siaran.

3. F. Wuz bersama Yusuf Ronodipuro adalah perintis siaran RRI.

Kisah F. Wuz, Yusuf Ronodipuro, dan Syahruddin ini sangat berhubungan. Yaitu ketika syahruddin
berhasil menyerahkan naskah proklamasi kepada kepala bagian siaran radio domei, F. Wuz
kemudian diperintahkan untuk menyiarkan berita proklamasi melalui radio secara tiga kali berturut-
turut.

Namun, baru dua kali penyiaran, orang-orang Jepang masuk ke ruangan radio sambil marah-marah
karena mengetahui bahwa berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara. Akibatnya, pimpinan
tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan.
Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar tersebut disegel oleh orang Jepang. Meskipun begitu,
Yusuf Ronodipuro yang juga seorang pembaca berita di radio domei ternyata membuat pemancar
baru di Menteng 31 dengan bantuan teknisi radio. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi
kemerdekaan disiarkan.

4. Lambertus Nicodemus palar atau yang dikenal dengan LN Palar merupakan salah satu tokoh
penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia khususnya di ranah perjuangan
melalui diplomasi. Pada tahun 1947, L.N Palar diminta oleh presiden Soekarno untuk
menjadi juru bicara RI di PBB. Kemudian pada akhir tahun 1947, dibantu oleh Sudarpo,
Sujatmoko, dan Sumitro, Palar membuka kantor perwakilan RI di New York. Sebelum
pengakuan kedaulatan RI 1949, status Palar saat itu adalah sebagai peninjau. Kemudian
pada tahun 1950 setelah Indonesia mendapat kedaulatan penuh dan menjadi anggota PBB
ke-60, Palar resmi sebagai perwakilan RI dengan status keanggotaan penuh.

5. Sumitro Djojohadikusumo merupakan seorang begawan ekonomi. Beliau pernah bersekolah


ekonomi di universitas Sorbonne, Paris dan mulai masuk ke kelompok sosialis. Ia kemudian
belajar tentang konsisten pada prinsip hidup, pengabdian, perlawanan, dan keadilan sosial.
Sumitro kemudan ke Belanda untuk mendapatkan gelar Master of Arts (MA). Bersama-sama
dengan LN Palar, Sumitro memperjuangkan RI melalui jalur diplomasi. Bahkan beliau juga
membantu Palar membuka kantor perwakilan RI di New York pada akhir tahun 1947.

Anda mungkin juga menyukai