Pada April 1945, Diah bersama istrinya mendirikan koran berbahasa Inggris
Indonesian Observer.Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia
diproklamirkan, Diah bersama sejumlah rekannya, seperti Joesoef Isak dan
Rosihan Anwar juga turut memanggul senjata untuk mempertahankan
kemerdekaan. Percetakan Jepang "Djawa Shimbun" yang menerbitkan
Harian Asia Raja berhasil mereka kuasai tanpa perlawanan dari tentara
Jepang. Pada waktu perumusan teks proklamasi di rumah kediaman Maeda,
dihadiri dari golongan pemuda, diantaranya BM Diah. Setelah perumusan
teks proklamasi disetujui hadirin kemudian diketik oleh Sayuti Melik akan
tetapi konsep teks proklamasi itu dibiarkan begitu saja, oleh karena itu
segera diambil dan dicetak oleh BM. Diah untuk disebarkan ke seluruh
Indonesia. Pekerjaan tersebut dilakukan para pemuda yang bekerja di
kalangan pers di bawah pimpinannya. Setelah Indonesia merdeka BM. Diah
diangkat sebagai anggota KNIP Malang (1945-1952). Pada tanggal 1
Oktober 1945 ia menerbitkan surat kabar Merdeka. Kegiatannya dalam
jurnalistik pun terus berlanjut, tahun 1945 memimpin redaksi surat kabar
Merdeka dan surat Kabar Indonesia Observer. Tahun 1947 ia meliput
keadaan Jerman Barat dan Berlin yang baru kalah perang. Tahun 1949 (Juli-
November) sering mengadakan wawancara dengan pemimpin-pemimpin
dunia mengenai politik diantaranya; Presiden Najib dari Mesir, Perdana
Menteri dari Nehru dari India, Perdana Menteri Chou En Lai dari Cina,
Perdana Menteri Margereth Thacher dari Inggris dan lain-lain. Dalam
kepemimpinannya, ia tetap konsisten menjadikan Harian Merdeka sebagai
salah satu surat kabar perjuangan yang khusus berbicara mengenai politik.
Sehingga pada awal tahun 1950-an, muncul istilah Personal Journalism,
sebuah corak jurnalistik yang berkembang setelah penyerahan kedaulatan
dari Belanda.Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan, Diah
bersama sejumlah rekannya, seperti Joesoef Isak dan Rosihan Anwar juga
turut memanggul senjata untuk mempertahankan kemerdekaan.
Percetakan Jepang "Djawa Shimbun" yang menerbitkan Harian Asia Raja
berhasil mereka kuasai tanpa perlawanan dari tentara Jepang.Sebagai
seorang nasionalis yang pro-Soekarno dan menentang militerisme, ia
pernah bertolak pandangan dengan pihak militer setelah Peristiwa 17
Oktober 1952. Akibatnya ia sering berpindah-pindah tempat untuk
menghindari kejaran petugas militer. Bahkan ketika pemerintah Orde Baru
yang lebih dikuasai militer memutuskan untuk mengubah sebutan Tionghoa
menjadi China dan Republik Rakyat Tiongkok menjadi Republik Rakyat
China,Koran Harian Merdeka bersama Harian Indonesia Raya tetap berani
mempertahankan istilah Tionghoa dan Tiongkok.Selain menjadi wartawan,
BM Diah pernah menjabat sebagai seorang birokrat. Setelah Indonesia
merdeka pada tahun 1959, BM Diah diangkat menjadi Duta Besar RI untuk
Cekoslowakia, Hongaria, dan untuk Kerajaan Inggris Raya, 1962.Kemudian
pada Era Orde Baru, ia diangkat menjadi Menteri Penerangan pada Kabinet
Ampera, tahun 1966 oleh Presiden Soeharto. Dalam perjalanan berikutnya,
ia juga pernah menjadi anggota DPR dan DPA.Di luar pemerintahan, ia
pernah menjabat sebagai Ketua PWI pada tahun 1971, kemudian menjadi
PresidenDirektur PT Masa Merdeka, dan Wakil Pemimpin PT Hotel
Prapatan-Jakarta. Selanjutnya pada tahun 1952-1955 diangkat menjadi
anggota DPRS. Kegiatan beliau dalam pemerintahan terus berlangsung
secara berturut-turut, yaitu tahun 1957-1959 sebagai anggota Dewan
Nasional, Dewan Penasehat Presiden Soekarno.Tahun 1959-1962 diangkat
sebagai Duta Besar RI di Chekoslovakia dan Hongaria. Tahun 1960-1962
sebagai Gubernur Atomic Energy Agency (IAEA) mewakili Indonesia di Wina.
Tahun 1962-1964 sebagai Duta Besar RI di Kerajaan Muangthai, Bangkok
dan tahun 1966-1968 diangkat sebagai Menten Penerangan RI. Di masa
tuanya, ia kemudian mendirikan Hottel Hyatt Aryaduta.Berkat jasa-jasanya
yang teguh memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara, BM Diah
menerima Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Soeharto pada 10 Mei
1978. Selanjutnya, menerima piagam penghargaan dan medali perjuangan
angkatan '45 dari Dewan Harian Nasional Angkatan 45 pada 17 Agustus
1995.