Anda di halaman 1dari 2

Aulia Setiawan

11190560205
TM 9 – Etika Bisnis dan Profesi Akuntan

Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntan Pada Laporan Keuangan PT. Garuda Indonesia

Laporan keuangan Garuda Indonesia Group tahun buku 2018 membukukan laba bersih
sebesar US$809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (diasumsikan kurs Rp14.000 per US$).
Angka ini melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi US$216,5 juta. Pasalnya, Garuda
Indonesia memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi yang memiliki utang kepada
maskapai berpelat merah tersebut. PT Mahata Aero Teknologi sendiri memiliki utang terkait
pemasangan WiFi yang belum dibayarkan.
Dalam prinsip-prinsip kode etik, akuntan tersebut telah melanggar beberapa prinsip kode etik
diantaranya yaitu:
1. Tanggung Jawab Profesi
Pada permasalahan yang terjadi berkaitan dengan kasus laporan keuangan pada PT
Garuda Indonesia, akuntan publik tersebut tidak melakukan tanggung jawabnya secara
profesional. Hal ini dikarenakan akuntan publik tersebut tidak menjalankan tugas
profesinya dengan baik yang berkaitan dalam hal pembuatan laporan keuangan dengan
melebihkan pendapatannya dan terjadi ketidaksesuaian dalam pencatatan laporan
keuangan yang tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
2. Kepentingan Publik
Seorang akuntan hendaknya harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi
mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus ini, pihak akuntan
telah mengorbankan kepentingan publik demi kepentingan mereka semata. Akuntan
tersebut tidak menghormati kepercayaan publik dikarenakan melakukan kesalahan
dalam laporan keuangan pada PT Garuda Indonesia.
3. Objektivitas
Dalam kasus ini, akuntan tersebut tidak menjalankan prinsip objektivitas dengan
cara melakukan tindak ketidakjujuran secara intelektual dengan melakukan kecurangan
dalam pembuatan laporan keuangan PT Garuda Indonesia. Serta melakukan kecurangan
untuk kepentingan agar memperoleh untung yang lebih banyak.
4. Perilaku Profesional
Dalam kasus ini, akuntan tersebut berperilaku tidak baik dengan melakukan
pembuatan laporan keuangan palsu sehingga menyebabkan reputasi profesinya buruk dan
dapat mendiskreditkan profesinya. Pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan
keuangan PT Garuda Indonesia berperilaku tidak profesional sehingga menimbulkan
reputasi perusahaan yang buruk. Bukan hanya itu saja, citra kinerja profesionalisme dari
seorang akuntan publik juga dapat merusak reputasi mereka selaku akuntan serta dapat
merugikan bagi pihak-pihak yang terkait dalam kasus ini yang menjadi perkara tindak
pidana korupsi. Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
5. Integritas
Dalam kasus ini, akuntan tidak dapat mempertahankan integritasnya sehingga
terjadi benturan kepentingan (conflict of interest). Kepentingan yang dimaksud adalah
kepentingan publik dan kepentingan pribadi dari akuntan publik itu sendiri.
6. Kompetensi dan Kehati-Hatian Profesional
Dalam kasus ini, akuntan tersebut tidak dapat melaksanakan pekerjaannya secara
profesional dan tidak berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya sehingga terjadilah
kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan PT Garuda Indonesia.
1. Standar Teknis
Dalam kasus ini, akuntan tersebut tidak menjalankan etika/tugasnya sesuai pada
etika profesi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Komparatemen Akuntan
Publik (IAI-KAP), diantaranya etika tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Independensi, integritas, dan obyektivitas
b. Standar umum dan prinsip akuntansi
c. Tanggung jawab kepada klien
d. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
e. Tanggung jawab dan praktik lain

Solusi
Untuk menghindari kerancuan PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk (GIAA) sebagai perusahaan
yang tercatat di pasar modal dalam membuat laporan keuangan kembali, seharusnya PT
Garuda harus menerangkan pos-pos yang sesuai dengan bukti yang ada dan menjelaskan isi
laporan keuangan dengan sebenarnya. Begitu juga dengan KAP KAP Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang dan Rekan, seharusnya sebagai KAP yang sudah mempunya lisensi mengetahui hal
tersebut itu salah tetapi KAP Tanubra justru tidak melakukan audit sesuai dengan standar audit
yang berlaku. KAP Tanubra pun harus lebih memperhatikan kode etik profesinya agar lisensi
yang sudah dimiliki tidak dicabut dan KAP Tanubra pada kasus ini harus melakukan crosscheck
kembali pada laporan keuangan yang sudah disajikan apakah ada kesalahan dalam pencatatan
transaksi atau tidak. Selain itu, PT Garuda perlu memberikan pelatihan, seminar dan evaluasi
kinerja bagi karyawannya agar memiliki pengetahuan tentang akuntansi secara luas dengan
adanya ini, laporan keuangan akan disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
sehingga jika laporan keuangan disajikan secara wajar, publik atau masyarakat tidak akan
merasa dirugikan.

Anda mungkin juga menyukai