Anda di halaman 1dari 57

ANALISIS PELANGGARAN KODE ETIK

PEMERINTAHAN OLEH
DIREKTORAT JENDRAL PAJAK (DJP)

Tugas Etika Bisnis dan Profesi Akuntan


Kelompok 4 : Dosen : Rini Ratnaningsih, M.Ak
Aulia Setiawan
Kurnia Irawan
Mifta Nur Hidayah
Muhammad Raihan

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STEI)


TAHUN AJARAN 2021/2022
Rumusan Masalah
 Siapa saja yang terlibat atas kasus yang menjerat Gayus dan dugaan
apa yang didakwakan kepada Gayus Tambunan?
 Apa saja faktor-faktor pendorong korupsi dalam kasus Gayus
Tambunan?
 Bagaimanakah pelanggaran kode etik oleh Gayus Tambunan pada
Direktorat Jendral Pajak?
 Pasal berapakah yang menjerat Gayus Tambunan dan bagaimanakah
putusan terhadap kasus yang menjerat Gayus Tambunan pada
Direktorat Jendral Pajak?
 Apakah saran dan solusi agar kasus seperti ini tidak terulang kembali?
Etika Profesi
Kata etika atau “ethikos” dalam bahasa Yunani yang berarti ‘timbul dari kebiasaan” atau dalam bentuk jamak “ta etha” yang
berarti “adat istiadat”. Dengan etika dapat diartikan sebagai ilmu atau studi yang mendalami tentang hal-hal yang sudah biasa
dilakukan, kebiasaan, atau adat istiadat.

Etika ini secara umum memiliki tiga maksud. Yang pertama, nilai-nilai dan norma-norma atau biasa disebut sistem nilai. Nilai
dan norma inilah hal yang dijadikan pegangan oleh seorang individu maupun kelompok untuk menjadi dasar pengaturan
tingkal lakunya. Kedua, himpunannya asas atau nilai moral. Dalam hal ini dapat berarti kode etik dalam profesi, seperti kode
etik peneliti, kode etik ASN, dan lain-lain. Ketiga, etika adalah ilmu mengenai hal yang baik dan yang buruk.

Profesi dapat berarti jabatan yang dipegang seseorang. Menurut Brandeis, profesi didefinisikan sebagai pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan intelektual, yanag bersangkutan dengan ilmu pengetahuan sampai dengan suatu tingkat tertentu
(sarjana atau sederajat), yang tidak sama dari hanya keahlian atau kecakapan. Pekerjaan yang dilakukan juga kebanyakan
demi kebaikan orang lain, bukan demi diri sendiri. Terdapat perbedaan yang menjadi dasar antara pengetahuan dan keahlian
seorang yang professional dalam bidangnya. Sasaran dari seorang profesional adalah demi kebaikan klien-nya. Kebaikan
inilah yang terdapat di dalam pengetahuan. Kebaikan memiliki fungsi untuk mengatur perolehan dan penerapan ilmu,
sedangkan keahlian adalah pengetahuan yang diterapkan oleh praktisi demi tercapainya suatu tujuan tertentu.

Dengan demikian, sudah jelas bahwa profesi bukan hanya sekedar pekerjaan atau okupasi yang dimiliki seseorang saja.
Terdapat syarat-syarat yang diperlukan bagi seseorang untuk menjadi seorang profesional, antara lain:
mendapat pendidikan formal setara kesarjanaan, memiliki nilai-nilai,
memiliki dan mengamalkan kode etik profesi, dan mempunyai tujuan, yaitu kebaikan klien.
Etika profesional ini sangat perlu diterapkan bagi setiap individu
yang bekerja di bidang profesional, terutama di bidang perpajakan.
Penerapan etika ini sangat penting dalam upaya mengontrol para
ahli-ahli profesi di lingkup perpajakan negeri ini.

Di dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2013,


diatur bahwa salah satu prinsip dari standar umum pemeriksaan
pajak adalah pemeriksa pajak harus tunduk pada kode etik yang
telah diterapkan oleh DJP yang diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 1/PM.3/2007.

Di dalam peraturan ini, di dalam Pasal 3 nomor 2, disebutkan


bahwa setiap pegawai pajak diwajibkan untuk bekerja secara
profesional, transparan, dan akuntabel.

Kemudian di pasal 4, disebutkan bahwa pegawai pajak dilarang


untuk menyalahgunakan kewenangan jabatannya (nomor 3) dan
juga melakukan hal yang tidak sesuai dengan nora asusila dan dapat
merusak citra martabat Direktorat Jenderal Pajak (nomor 8).

Apabila seorang pegawai pajak melakukan pelanggaran kode etik,


maka ia akan dikenakan sanksi moral sesuai dengan yang
tercantum di dalam Pasal 6 ayat (1).
Isu Etika Signifikan dalam Dunia Bisnis dan Profesi Akuntansi
1. Benturan Kepentingan
1. Benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis
pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama perusahaan.

2. Etika Dalam Tempat Kerja


Dalam pandangan rasional tentang perusahaan, kewajiban moral utama pegawai adalah untuk bekerja mencapai
tujuan perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatan yang mungkin mengancam tujuan tersebut. Ada dua hal yang
terkandung dalam etika bisnis yaitu kepercayaan dan tanggung jawab. Kepercayaan diterjemahkan kepada bagaimana
mengembalikan kejujuran dalam dunia kerja dan menolak stigma lama bahwa kepintaran berbisnis diukur dari
kelihaian memperdayasaingan. Sedangkan tanggung jawab diarahkan atas mutu output sehingga insan bisnis jangan
puas hanya terhadap kualitas kerja yang asal – asalan. Banyak etika yang berlaku di tempat kerja, namun ada beberapa
yang perlu dicermati :
- Menghormati budaya kerja perusahaan
- Hormat senior
- Hormati privacy orang lain.
- Hormati cara pandang orang lain.
- Tangani beban kerja
- Bersikap sopan pada semua orang di kantor.
- Tidak semena-mena menggunakan fasilitas kantor

3. Aktivitas Bisnis Internasional-Masalah Budaya


Seorang pemimpin memiliki peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan. Hal itu bukanlah sesuatu yang
kabur dan hambar, melainkan sebuah gambaran jelas dan konkrit. Jadi, budaya itu adalah tingkah laku, yaitu cara
individu bertingkah laku dalam mereka melakukan sesuatu. Tidaklah mengherankan, bila sama-sama kita telaah
kebanyakan perusahaan sekarang ini. Para pemimpin yang bergelimang dengan fasilitas dan berbagai kondisi
kemudahan
Isu Etika Signifikan dalam Dunia Bisnis dan Profesi Akuntansi
4. Akuntabilitas sosial

Akuntabilitas social merupakan proses keterlibatan yang konstruktif antara warga negara dengan pemerintah dalam
memeriksa pelaku dan kinerja pejabat publik, politisi dan penyelenggara pemerintah.

Tujuan Akuntanbilitas Sosial, antara lain :


- Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh
aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan produksi suatu perusahaan.
- Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan
managerial social accounting, social auditing.
- Untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan suatu hasil yang lebih relevan dan
sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu perusahaan.

Salah satu alasan utama kemajuan akuntabilitas sosial menjadi lambat yaitu kesulitan dalam pengukuran kontribusi dan
kerugian. Prosesnya terdiri dari atas tiga langkah, diantaranya:
- Menentukan biaya dan manfaat sosial Sistem nilai masyarakat merupakan faktor penting dari manfaat dan biaya sosial.
- Masalah nilai diasumsikan dapat diatasi dengan menggunakan beberapa jenis standar masyarakat dan
mengidentifikasikan kontribusi dan kerugian secara spesifik.
- Kuantifikasi terhadap biaya dan manfaat saat aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan
kerugian serta kontribusi.
- Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.Tanggung jawab sosial bisnis. Dunia bisnis hidup ditengah-tengah
masyarakat, kehidupannya tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat.

Oleh karena itu ada suatu tanggung jawab sosial yang dipikul oleh bisnis. Banyak kritik dilancarkan oleh masyarakat
terhadap bisnis yang kurang memperhatikan lingkungan.
Isu Etika Signifikan dalam Dunia Bisnis dan Profesi Akuntansi
5. Manajemen krisis
Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi
bisnis yang telah berjalan normal. Artinya terjadi gangguan pada proses bisnis ‘normal’ yang menyebabkan perusahaan
mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat dikategorikan sebagai
krisis. Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia bisnis dapat mengambil beragam bentuk. Mulai dari bencana alam
seperti Tsunami, musibah teknologi (kebakaran, kebocoran zat – zat berbahaya) sampai kepada karyawan yang mogok
kerja. Segala kejadian buruk dan krisis, berpotensi menghentikan proses normal bisnis yang telah dan sedang berjalan,
membutuhkan penanganan yang segera (immediate) dari pihak manajemen. Penanganan yang segera ini kita kenal
sebagai manajemen krisis (crisis management).

Aspek dalam penyusunan rencana bisnis : Setidaknya terdapat enam (6) aspek yang mesti kita perhatikan jika kita ingin
menyusun rencana bisnis yang lengkap yaitu tindakan untuk menghadapi :
a. Situasi darurat (Emergency Respon).
b. Skenario untuk pemulihan dari bencana (Disaster Recovery)
c. Skenario untuk pemulihan bisnis (Business Recovery)
d. Strategi untuk memulai bisnis kembali (Business Resumption)
e. Menyusun rencana-rencana kemungkinan (Contingency Planning)
f. Manajemen Krisis (Crisis Management).

Tugas utama tim manajemen krisis ini terutama adalah mendukung para karyawan perusahaan selama masa krisis
terjadi. Kemudian menentukan dampak dari krisis yang terjadi terhadap operasi bisnis yang berjalan normal, dan
menjalin hubungan yang baik dengan media untuk mendapatkan informasi tentang krisis yang terjadi. Sekaligus
menginformasikan kepada pihak-pihak yang terkait terhadap aksi-aksi yang diambil perusahaan sehubungan dengan
krisis yang terjadi
Etika Pemerintahan.
Etika pemerintahan merupakan ajaran untuk berperilaku yang baik
dan benar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan
dengan hakikat manusia.

Sumaryadi (2010) menyatakan bahwa etika pemerintahan mengacu


pada kode etik profesional khusus bagi mereka yang bekerja dan
untuk pemerintahan.

Etika pemerintahan melibatkan aturan dan pedoman tentang


panduan bersikap dan berperilaku untuk sejumlah kelompok yang
berbeda dalam lembaga pemerintahan, termasuk para pemimpin
terpilih (seperti presiden dan kabinet menteri), DPR (seperti
anggota parlemen), staf politik dan pelayan publik.
Kelompok-kelompok ini dihadapkan dengan berbagai pertanyaan
etika yang sulit dan sangat unik.

Etika pemerintahan mengidentifikasi sikap dan tingkah laku yang


tepat dalam setiap situasi dan menetapkan aturan-aturan perilaku
bagi para pejabat publik untuk mengikutinya. Etika pemerintahan
merupakan etika terapan yang berperan dalam urusan pengaturan
tata kelola pemerintah.
Etika pemerintahan merupakan bagian dari
yurisprudensi praktis (practical jurisprudence) atau
filosofi hukum (philosophy of law) yang mengatur
urusan pemerintah dalam hubungannya dengan
orang-orang yang mengatur dan mengelola lembaga
pemerintahan.

Etika pemerintahan mencakup isu-isu kejujuran dan


transparansi dalam pemerintahan, yang pada
gilirannya berurusan dengan hal-hal seperti;
penyuapan (bribery); korupsi politik (political
corruption); korupsi polisi (police corruption); etika
legislatif (legislatif ethics); etika peraturan (regulatory
ethics); konflik kepentingan (conflict of interest);
pemerintahan yang terbuka (open of government);
etika hukum (legal ethics).
Etika Pegawai Direktorat Jendral Pajak
Etika Pegawai Direktorat Jenderal Pajak adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan, yang mengikat Pegawai Direktorat Jenderal
Pajak (Pegawai) dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Dengan etika, segenap jajaran Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dituntut untuk mengetahui, memahami, menghayati, dan melaksanakan
tugas sesuai prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance). Keberhasilan pelaksanaan Etika tidak hanya bergantung
pada badan atau unit yang berwenang mengawasi etika, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor seperti pengawasan melekat dan
keteladanan dari atasan dan tanggung jawab seluruh Pegawai DJP.

Setiap pegawai pajak wajib:


• Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain.
• Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel.Bekerja secara profesional meliputi :
a. Integritas, yaitu ukuran kualitas moral Pegawai yang diwujudkan dalam sikap jujur, bersih dari tindakan tercela, dan senantiasa
mengutamakan kepentingan negara;
b. Disiplin, yaitu pencerminan ketaatan Pegawai terhadap setiap ketentuan yang berlaku;
c. Kompetensi, yaitu ukuran tingkat pengetahuan, kemampuan dan penguasaan atas bidang tugas Pegawai sehingga mampu
melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.
• Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak.
• Memberikan pelayanan kepada wajib pajak, sesama pegawai, atau pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya.
• Mentaati perintah kedinasan. Perintah kedinasan adalah perintah yang diberikan oleh atasan yang berwenang mengenai atau yang
ada hubungannya dengan kedinasan.
• Bertanggung jawab dalam penggunaan barang investaris milik Direktorat Jendral Pajak.
• Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor.
• Menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
• Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan.
Berkaitan dengan sikap independensi pegawai Direktorat Jenderal Pajak (Account
Representative), maka Kementerian Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor: 1/PM.3/2007 tanggal 23 juli 2007 tentang Kode Etik Pegawai
Direktorat Jenderal Pajak Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-33/PJ./2007
tanggal 23 Juli 2007 tentang Panduan Pelaksanaan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal
Pajak. (Account Representative)

Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak (Kode Etik) diatur dalam Peraturan Mentri
keuangan Nomor 1/PM.3/2007 adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan, yang
mengikat Pegawai Direktorat jenderal Pajak dalam melaksanakan tugas pokokdan fungsinya
serta dalam pergaulan hidup sehari – hari. Dengan Kode Etik, segenap jajaran Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) dituntut untuk mengetahui, memahami, menghayati, dan melaksanakan
tugas sesuai prinsip – prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance).

Kode Etik disusun atas kesadaran bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, Pegawai (Account
Representative) seringkali dihadapkan pada situasi yang menimbulkan pertentangan
kepentingan (Conflict of interest) dan situasi yang dilematis. Dalam situasi yang demikian,
Kode Etik diperlukan sebagai pedoman bagi pegawai (Account Representative) untuk
menentukan sikap yang paling layak diambil.
KASUS PELANGGARAN ETIKA
PADA KASUS GAYUS
TAMBUNAN

13
KRONOLOGIS VERSI TIM PENELITI KEJAKSAAN AGUNG
Bermula dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
terhadap rekening milik Gayus di Bank Panin.
Polri, diungkapkan Cirrus Sinaga, seorang dari empat tim jaksa peneliti, lantas
melakukan penyelidikan terhadap kasus ini.
Hasil penelitian jaksa:
7 Oktober 2009
Bareskrim Mabes Polri menetapkan  Terdapat satu pasal yang terbukti
Gayus sebagai tersangka dengan terindikasi kejahatan dan dapat
mengirimkan Surat Pemberitahuan dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu
Dimulainya Penyidikan (SPDP). penggelapannya. Itu pun tidak terkait
dengan uang senilai Rp 25 milliar yang
Dalam berkas yang dikirimkan diributkan PPATK dan Polri itu.
penyidik Polri, Gayus dijerat dengan
tiga pasal berlapis yakni pasal korupsi,  Terkait dana Rp 25 milliar itu tidak
pencucian uang, dan penggelapan. dapat dibuktikan sebab dalam
penelitian ternyata uang sebesar itu
merupakan produk perjanjian Gayus
dengan Andi Kosasih 14
KRONOLOGIS VERSI TIM PENELITI KEJAKSAAN AGUNG
Aliran Dana Rekening Gayus:

25 Mei 2008 1 September 2007 & 2 Agustus 2008


 Pengusaha garmen asal Batam mengaku  Ditemukan juga adanya aliran dana senilai Rp 370 juta di
pemilik uang senilai hampir Rp 25 miliar di rekening lainnya di bank BCA milik Gayus.
rekening Bank Panin milik Gayus. Ada
perjanjian tertulis antara terdakwa dan Andi  Transaksi dilakukan dalam dua tahap yaitu pada 1
Kosasih. Ditandatangani 25 Mei 2008. September 2007 sebesar Rp 170 juta dan 2 Agustus 2008
sebesar Rp 200 juta.
 Andi menyerahkan uang tersebut kepada
Gayus melalui transaksi tunai di rumah orang
 Setelah dicek, pemiliknya Mr. Son, warga Korea, tidak tau
tua istri Gayus lengkap dengan kwitansinya,
berada dimana, tapi uang masuk ke rekening Gayus. Tapi
sebanyak enam kali
ternyata dia tidak urus (pajaknya). Uang itu tidak digunakan
dan dikembalikan, jadi hanya diam di rekening Gayus.
 Dalam proses perkara itu, PPATK tidak bisa
membuktikan transfer rekening yang diduga
tindak pidana.  Berkas P-19 dengan petujuk jaksa untuk memblokir dan
kemudian menyita uang senilai Rp 370 juta itu.

15
KRONOLOGIS VERSI TIM PENELITI KEJAKSAAN AGUNG

◦ Kembali ke kasus, berkas Gayus ◦ Dalam sidang di Pengadilan


pun dilimpahkan ke pengadilan. Negeri Tangerang, 12 Maret lalu,
“Jaksa lalu mengajukan Gayus, yang hanya dituntut satu
tuntutan 1 tahun dan masa tahun percobaan, dijatuhi vonis
percobaan 1 tahun,”. Dari bebas. "Mengalirnya (uang)
pemeriksaan atas pegawai belum kelihatan ke aparat negara
Direktorat Jenderal Pajak itu atau ke penegak hukum," kata
sebelumnya, beredar kabar Yunus.
bahwa ada "guyuran" sejumlah
uang kepada polisi jaksa, hingga
hakim masing-masing Rp 5
miliar.

16
KRONOLOGIS VERSI TIM PENYIDIK DIVISI PROPAM POLRI

Perkembangan selanjutnya kasus ini melibatkan susno duadji, Brigjen Edmond Ilyas, Brigjen Raja
Erisman setelah 3 kali menjalani pemeriksaan, Susno menolak diperiksa Propam.
Sebabnya, dasar aturan pemeriksaan sesuai dengan Pasal 45, 46, 47, dan 48 UU No 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Pasal 25 Perpres No I Tahun 2007 tentang
Pengesahan Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan, harus diundangkan menteri dalam hal ini
Menteri Hukum dan HAM. Komisi III DPR Siap Beri Perlindungan Hukum untuk Susno.

30 Maret 2010 31 Maret 2010


Polisi telah berhasil mendeteksi posisi Tim penyidik Divisi Propam Polri memeriksa
keberadaan Gayus di negara Singapura tiga orang sekaligus. Selain Gayus Tambunan
dan kini tinggal menunggu koordinasi dan Brigjen Edmond Ilyas, ternyata Brigjen
dengan pihak pemerintah Singapura Raja Erisman juga ikut diperiksa.
untuk memulangkan Gayus ke Pemeriksaan dilakukan oleh tiga tim
Indonesia. berbeda. keberadaan dan tindak lanjut
aliran dana rekening Gayus..

17
KRONOLOGIS VERSI TIM PENYIDIK DIVISI PROPAM POLRI

7 April 2010
Komisi III DPR mengendus, seorang jenderal bintang tiga di Kepolisian diduga terlibat dalam
kasus Gayus P Tambunan dan seseorang bernama Syahrial Johan ikut terlibat dalam kasus
penggelapan pajak yang melibatkan Gayus Tambunan, dari Rp24 milliar yang digelapkan Gayus,
Rp11 milliar mengalir ke pejabat kepolisian, Rp5 milliar ke pejabat kejaksaan dan Rp4 milliar di
lingkungan kehakiman, sedangkan sisanya mengalir ke para pengacara..

Efek berantai kasus Gayus juga menyentuh istana. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
meminta Satgas Anti Mafia Hukum untuk mengungkap kembali kasus Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI). SBY menduga dalam kasus tersebut terdapat mafia hukum.

18
Analisis
Kasus

19
Putusan Kasus Gayus Hingga Tingkat Kasasi
Gayus Tambunan dinyatakan melakukan pelanggaran pada pasal 3 jo pasal 18 UU no.
31/1999 mengenai pemberantasan tindak pidana korupsi (tipikor), dianggap merugikan
negara sebanyak 570 juta rupiah, serta menyalahkan wewenang dengan memberikan
keberatan serta banding dari wajib pajak PT. Surya Alam Perkasa.

Gayus juga dinyatakan melanggar pasal 5 ayat (1) a, UU no. 31/1999 (tipikor), berkaitan
dengan ini Gayus melakukan penyuapan sebanyak 750 juta dolar Amerika, diduga diberikan
kepada beberapa orang Penyidik Bareskrim Mabes Polri, hal itu dilakukan supaya mereka
tidak memblokir rekeningnya d salah satu bank, supaya tidak menyita rumahnya, dan
supaya memindahkan pemeriksaan atas dirinya yang asalnya di Mabes Polri menjadi di
hotel.
Selanjutnya Gayus Tambunan dinyatakan bersalah atas pelanggaran pasal 6 ayat (1) a, UU
no.31/1999 (tipikor), berhhubungan dengan hal ini Gayus perbah menjanjikan akan
memberikan uang 40 ribu dolar Amerika kepada PN Tangerang yang bernama Muhtadi
Asnun, supaya dapat mempengaruhi majelis hakim.
Putusan Kasus Gayus Hingga Tingkat Kasasi
Pasal berikutnya yang menjadi pelanggaran Gayus adalah pasal 22 jo pasal 22
UU no. 31/1999 (tipikor) pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Berkenaan dengan Gayus
yang memberikan keterangan palsu kepada penyidik menyangkut kepemilikan
rekening di salah satu bank yang isi rekeningnya berjumlah miliaran rupiah.

21
Dugaan yang Dituduhkan Kepada Gayus
 Mengenai perbuatan mengurangi keberatan pajak PT. Surya Alam Tunggal dengan
total Rp 570.952.000 ,-

 Gayus terbukti menerima suap sebesar Rp 925.000.000 ,- dari Roberto Santonius,


konsultan pajak terkait dengan kepengurusan gugatan keberatan pajak PT.
Metropolitan Retailmart.

 Pencucian uang terkait dengan penyimpanan uang yang disimpan di safe deposit box
Bank Mandiri cabang Kelapa Gading serta beberapa rekening lainnya.

 Gayus menyuap sejumlah petugas Rumah Tahanan Brimob Kelapa Dua, Depok, serta
kepala Rutan Iwan Susanto yang jumlahnya sebesar Rp 1.500.000 ,- hingga Rp
4.000.000 ,-.

 Gayus memberikan keterangan palsu kepada Penyidik perihal uang sebesar Rp


24.600.000.000 didalam rekening tabungannya.
22
Korupsi yang dilakukan oleh Gayus Tambunan
mengakibatkan negara harus menanggung Potensi
kerugian sebesar Rp 645,99 Milyar dan US $ Kerugian yang
21,1 juta dan dua wajib pahak yang terkait ditanggung oleh
dengan sunset policy dengan potensi Negara
kerugian sebesar Rp 339 Milyar.
Bentuk Pelanggaran Etika dalam Kasus Gayus Tambunan

$60 $85
Pelanggaran Etika
Pelanggaran Etika
Bisniscan
You explain
oleh your
Konsultan You can explain
Pelanggaran dari your
Segi
Petugas Pajak dalam product or Beserta
your service product or your service
Pajak Etika Profesi
Rahasia Jabatan
Perusahaan Terkait
Characteristic Characteristic
Characteristic Characteristic

PRO PREMIUM
Pelanggaran Etika Petugas Pajak dalam Rahasia Jabatan
Diatur dalam Pasal 34 "UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan"

Dalam kasus di atas, perilaku menyimpang Gayus melanggar prinsip ini karena tidak berdasarkan
pertimbangan moral dan tidak profesional. Menerima suap, membocorkan rahasia jabatan dan
membantu memenangkan sengketa pajak yang melanggar prinsip-prinsip kode etik dan tanggung tawab
profesi sebagai petugas pajak. Selain itu kasus ini menyeret Direktur Keberatan dan Banding, Kasubdit
Pengurangan dan Keberatan, Kasi Pengurangan dan Banding I, dan Penelaah keberatan dan banding
Direktorat Jenderal Pajak.

Disini integritas dari masing-masing aktor perlu dipertanyakan, selain melanggar etika profesi, juga terkait
dengan moral dan integritas yang sangat rendah sehingga bersekongkol dalam memperkaya diri sendiri
yang berujung mengakibatkan kerugian negara. Untuk memelihara dan memperkuat kepercayaan publik,
setiap petugas pajak seharusnya memenuhi tugas dan tanggung jawabnya dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai integritas. Apabila sekelompot petugas dapat membentuk kongsi dalam memanipulasi pajak, maka
dapat dipastikan jika tidak ditanggulangi akan terjadi kasus serupa bahkan lebih besar di masa yang akan
datang.
Pelanggaran Etika Bisnis oleh Konsultan Pajak Beserta
Perusahaan Terkait
Prinsip-prinsip yang dilanggar antara lain
kejujuran, kerendahan hati, empati, dan Tuntutan ini diperkuat oleh Pasal 20(7) "UU
kecerdasan. Padahal, jika dirunut, pelaku Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi" yang
suap pada dasarnya adalah kaum intelektual menyebutkan bahwa sanksi utama yang
dan ahli yang sudah memahami sanksi dan dijatuhkan kepada perusahaan adalah denda
akibat negatif dari praktik tersebut. paling banyak sepertiga (1/3) saja. Namun
Tingginya kasus suap korporasi atau menurut Pasal 20(1) UU yang sama menyatakan
perusahaan di Indonesia disebabkan oleh bahwa penanggung jawab badan hukum juga
beberapa faktor: dapat dituntut. Ayat ini memberikan kesempatan
‒ Tidak adanya aturan tentang hukuman untuk menuntut dan menghukum tindak pidana
bagi penyuapan. Hal ini membuat yang dilakukan oleh suatu perusahaan, termasuk
praktik suap menjamur sepanjang hanya manajemen dalam kasus pertama,
tahun. perusahaan dalam kasus kedua, dan manajemen
‒ Sanksi terhadap perusahaan yang dan perusahaan dalam kasus ketiga. Tentu saja,
menawarkan suap hanya berupa denda sanksi suap harus lebih ketat dan ditegakkan
‒ Tidak mencerminkan nilai keadilan serta sepenuhnya untuk memberikan efek jera bagi
tidak dapat mengganti kerugian negara. pelanggar.
Pelanggaran dari Segi Etika Profesi

Prinsip Tanggung Jawab Prinsip Keadilan Prinsip Otonomi Prinsip Integritas Moral

Kasus Gayus tersebut Seorang profesional Wewenang yang dimilikinya Di dalam melakukan
menyalahi prinsip seharusnya dapat tidak dijalankan sesuai dengan pekerjaan dan tanggung
menyelesaikan tugasnya kode etik yang dimilikinya. Hal jawabnya, Gayus seharusnya
tanggung jawab karena memiliki komitmen terhadap
dengan adil dan tidak mencari ini dibuktikan dengan Gayus
sebagai seorang berbagai celah kemudahan melakukan penerimaan suap dirinya sendiri demi menjaga
profesional seharusnya ia untuk kepentingan diri sendiri. dari berbagai pihak yang nama baik profesi yang ia
dapat memakai jasa Selain itu, di dalam jalannya terkait dengan pengurusan miliki dan menjaga
profesionalnya untuk proses hukum terhadap gugatan keberatan pajak, kepentingan dan kepercayaan
memelihara kepercayaan dirinya, Gayus juga pernah mengurangi keberatan pajak, publik atas instansinya, ia
berjanji utnuk memberi uang dan melakukan money memperlakukan sebuah
masyarakat, namun ia kegiatan yang
senilai 40 ribu dolar kepada laundring bersangkutan
menyalahgunakannya Muhtadi Asnun (PN dengan uang yang disimpan memperlihatkan bahwa
dengan cara melakukan Tangerang) agar ia dapat oleh Gayus di safe box deposit pegawai dan institusi Dirjen
berbagai tindak mempengaruhi majelis hakim box di Bank Mandiri cabang Pajak terlihat seperti tempat
kecurangan tersebut. dan memudahkan jalannya Kelapa Gading penyelenggaraan korupsi
persidangan akan dirinya.
Pelanggaran dari Segi Etika Profesi

Kompetensi dan Sifat


Kepentingan Publik Integritas Objektivitas Kehati-hatian

Dengan Gayus dengan Gayus menunjukkan Gayus Tambunan tidak Dari kasus ini, Gayus
menerima suap, berarti ia pelanggarannya atas prinsip ini memiliki sikap objektif dalam Tambunan sudah melakukan
telah menggunakan uang yang karena ia sudah menkjalankan pekerjaannya salah satu contoh dari etika
seharusnya digunakan untuk mengutamakan kepentingan sebagai pegawai Dirjen Pajak, professional dengan berlaku
pembangunan negara demi pribadinya dibanding dengan hal ini dibuktikan dengan sopan kepada Wajib Pajak,
kesejahteraan publik untuk kepentingan publik. Ia tidak Gayus membantu kliennya tetapi bersikap kompeten
memperkaya dirinya sendiri, memiliki integritas dalam untuk mendapatkan menyalahi prinsip kehati –
sehingga jumlah pajak yang melaksanakan tugas dan kemenangan dalam hatian dan
diterima negara tidak sebesar wewenangnya, ia merusak pengadilan pajak dan profesionalismenya.
semestinya dan pengalokasian kepercayaan publik terhadap menerima imbalan atas
dana untuk pembangunan instansi negara. jasanya tersebut.
atau program penyejahteraan
rakyat tidak dapat dilakukan
dengan optimal.
Pelanggaran dari Segi Etika Profesi

Perilaku Profesional Standar Teknis

Berdasarkan kasus ini kita


Gayus Tambunan melakukan dapat melihat bahwa Gayus
pelanggaran etika professional telah melakukan
yang membuat DJP terlihat penyimpangan dari standar
seperti tempat untuk pekerjaan aparat Dirjen Pajak,
melakukan korupsi, ia tidak karena semua aparat Dirjen
konsisten dengan reputasi Pajak memiliki larangan untuk
yang ia miliki dengan melakukan pemerimaan suap
melakukan tindakan dan dari siapapun termasuk Wajib
kegiatan yang Pajak
mendiskreditkan profesinya.
Etika profesional sangat dibutuhkan pegawai Direktorat Jenderal
Pajak dalam melayani para pembayar pajak agar pembayar pajak
merasa nyaman dan puas dalam pelayanannya. Setiap pegawai
Direktorat Jenderal Pajak diharuskan untuk bertanggung jawab dan
memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan Kode etik bagi
pegawai DJP yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
1/PM.3/2007. Pelanggaran yang bisa dibilang paling sering
dilakukan oleh pegawai Direktorat Jenderal Pajak adalah
penyalahgunaan kewenangan jabatan yang dimiliki para pegawai
dan penerimaan gratifikasi yang dianggap memiliki kewajiban yang
berkaitan dengan pekerjaan atau wewenang pegawai Direktorat KESIMPULAN
Jenderal Pajak, contohnya seperti kasus Gayus Tambunan.

Pemerintah dan juga Direktorat Jenderal Pajak telah menetapkan


kode etik yang sejalan dengan etika profesional yang seharusnya
dijunjung tinggi oleh seluruh pegawai Direktoran Jenderal Pajak, tak
hanya penetapan kode etik, dalam pelanggaran kode etik pun
seluruh pegawai akan dikenakan sanksi yang mengikat pegawai
Direktorar Jenderal Pajak sendiri
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas di atas, kami
memiliki beberapa saran yang diharapkan dapat dipakai
untuk mengatasi permasalahan terkait, antara lain :

Pemerintah dapat meningkatkan kualitas


pelayanan pajak dengan pengetatan kode etik
pegawai Direktorat Jenderal Pajak.

Pengenaan sanksi yang jelas terhadap pelanggar


kode etik, tanpa melakukan pandang bulu dan
harus adil pelaksanaannya terhadap seluruh SARAN
pegawai Direktorat Jenderal Pajak.

Pemerintah dapat melakukan pengetatan


pengawasan terhadap kerja pegawai Direktorat
Jenderal Pajak agar dapat memperoleh data
pelanggar dan dapat memprosesnya untuk
dikenakan sanksi.
Aku mengenali mereka
yang tanpa tentara
mau berperang melawan diktator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi
- Soe Hok Gie

Thanks!
MAKALAH
ANALISIS PELANGGARAN KODE ETIK PEMERINTAHAN OLEH
DIREKTORAT JENDRAL PAJAK (DJP)

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi Akuntan

Dosen : Rini Ratnaningsih, M.Ak

Disusun oleh : Kelompok 4


- Aulia Setiawan
- Kurnia Irawan
- Mifta Nur Hidayah
- Muhammad Raihan

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STEI)


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi Akuntan, dengan judul : “Analisis Pelanggaran
Kode Etik Pemerintahan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP)”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad saw, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang, yakni Addinul Islam.

Dalam penulisan makalah ini, kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Rini Ratnaningsih,
M.Ak dan semua pihak yang senantiasa memberikan semangat motivasi dan kontribusinya agar
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Tujuaan disusunnya makalah ini guna memberikan informasi mengenai pelanggaran


kode etik yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak, agar kita semua bisa memahami
bagaimana analisis pelanggaran kode etiknya.

Kami juga menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
olehkarena itu kami memperkenankan pembaca untuk memberikan kritik dan saran agar kami
dapat memperbaiki kekurangan tersebut.

Demikian yang bisa kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua.

Bekasi, 20 Mei 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fungsi bisnis dan profesi tercipta oleh ekspektasi publik terhadap bisnis dan profesi itu
sendiri. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan ekspektasi bahwa bisnis menyediakan
kebutuhan pemegang saham dan masyarakat sekitar. Profesi akuntansi merupakan profesi yang
erat kaitannya dengan dunia bisnis. Akuntan internal bertugas menyediakan laporan finansial
internal sebgai dasar pengambilan keputusan ekonomi oleh manajer. Sedangkan akuntan
eksternal bertugas melindungi kepentingan stakeholders dengan memastikan bahwa laporan
keuangan eksternal yang disajikan manajer sebagai pertanggungjawabannya kepada
stakeholder setelah disajikan secara wajar.
Peran profesi akuntansi sangat krusial dalam dunia bisnis, sebab laporan yang
dihasilkan oleh para akuntan menjadi dasar pengambilan keputusan ekonomi oleh stakeholders.
Oleh karena itu, nilai profesi akuntansi sangat berkaitan erat dengan ekspektasi public terhadap
kedibilitas kerja akuntan itu sendiri.
Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi mulai semakin menjadi perhatian publik saat
ini. Terungkapnya kasus-kasus pelanggaran etika yang terjadi berdampak pada menurunnya
kepercayaan terhadap akuntan maupun auditor. Profesi akuntansi berada dalam posisi yang
rentan terhadap pelanggaran etika. Seorang akuntan harus memusatkan perhatian pada reputasi
jangka panjang dan tidak hanya memikirkan keuntungan jangka pendek. Profesi akuntan
dianggap sebagai salah satu profesi yang memainkan peran krusial dalam perekonomian global.
Informasi yang dihasilkan akan menjadi dasar utama setiap kebijakan ekonomi yang akan
diambil oleh pihak berkepentingan.
Salah satunya kasus Gayus Tambunan, seorang pegawai Dirjen Pajak yang
menyalahgunakan wewenang dan jabatan hanya untuk kepentingannya sendiri. Kasus
mengenai penggelapan uang pajak yang dilakukan oleh Gayus Tambunan telah menjadi
perhatian publik. Hal tersebut dikarenakan pemberitaan media massa yang dilakukan terus-
menerus dan intensif. Gayus Halomoan P Tambunan adalah seorang pegawai pajak golongan
III A yang bekerja di kantor pusat pajak dengan menjabat bagian Penelaah Keberatan
Direktorat.
Dalam dokumen penyelidikan Polri, Gayus dijerat tiga pasal sekaligus, yaitu korupsi,
pencucian uang, dan penggelapan. Upaya perlawanan terhadap korupsi untuk seluruh lapisan
masyarakat Indonesia harus diikuti dengan komitmen penegak hukum dan menegakkan
peraturan. Tidak hanya berfokus pada pelaku, tapi penegak hukum yang melanggar etika dan
menyimpang pun harusnya mendapatkan sanksi. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi solusi
atas maraknya kasus korupsi di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja yang terlibat atas kasus yang menjerat Gayus dan dugaan apa yang didakwakan
kepada Gayus Tambunan?
2. Apa saja faktor-faktor pendorong korupsi dalam kasus Gayus Tambunan?
3. Bagaimanakah pelanggaran kode etik oleh Gayus Tambunan pada Direktorat Jendral
Pajak?
4. Pasal berapakah yang menjerat Gayus Tambunan dan bagaimanakah putusan terhadap
kasus yang menjerat Gayus Tambunan pada Direktorat Jendral Pajak?
5. Apakah saran dan solusi agar kasus seperti ini tidak terulang kembali?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui siapa sajakah yang terlibat dalam kasus penggelapan uag oleh Gayus
Tambunan.
2. Dapat membedah faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pemicu terjadinya tindak pidana
korupsi.
3. Memahami bentuk pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat
dalam kasus Gayus Tambunan.
4. Memahami pasal-pasal tentang tindak pidana korupsi.
5. Mengkaji saran dan solusi agar kasus tindak pidana korupsi seperti yang dilakukan Gayus
Tambunan tidak terjadi kembali.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Etika Profesi


Kata etika atau “ethikos” dalam bahasa Yunani yang berarti ‘timbul dari kebiasaan”
atau dalam bentuk jamak “ta etha” yang berarti “adat istiadat”. Dengan etika dapat diartikan
sebagai ilmu atau studi yang mendalami tentang hal-hal yang sudah biasa dilakukan, kebiasaan,
atau adat istiadat.
Etika ini secara umum memiliki tiga maksud. Yang pertama, nilai-nilai dan norma-
norma atau biasa disebut sistem nilai. Nilai dan norma inilah hal yang dijadikan pegangan oleh
seorang individu maupun kelompok untuk menjadi dasar pengaturan tingkal lakunya. Kedua,
himpunannya asas atau nilai moral. Dalam hal ini dapat berarti kode etik dalam profesi, seperti
kode etik peneliti, kode etik ASN, dan lain-lain. Ketiga, etika adalah ilmu mengenai hal yang
baik dan yang buruk.
Profesi dapat berarti jabatan yang dipegang seseorang. Menurut Brandeis, profesi
didefinisikan sebagai pekerjaan yang membutuhkan pelatihan intelektual, yanag bersangkutan
dengan ilmu pengetahuan sampai dengan suatu tingkat tertentu (sarjana atau sederajat), yang
tidak sama dari hanya keahlian atau kecakapan. Pekerjaan yang dilakukan juga kebanyakan
demi kebaikan orang lain, bukan demi diri sendiri. Terdapat perbedaan yang menjadi dasar
antara pengetahuan dan keahlian seorang yang professional dalam bidangnya. Sasaran dari
seorang profesional adalah demi kebaikan klien-nya. Kebaikan inilah yang terdapat di dalam
pengetahuan. Kebaikan memiliki fungsi untuk mengatur perolehan dan penerapan ilmu,
sedangkan keahlian adalah pengetahuan yang diterapkan oleh praktisi demi tercapainya suatu
tujuan tertentu.
Dengan demikian, sudah jelas bahwa profesi bukan hanya sekedar pekerjaan atau
okupasi yang dimiliki seseorang saja. Terdapat syarat-syarat yang diperlukan bagi seseorang
untuk menjadi seorang profesional, antara lain: mendapat pendidikan formal setara kesarjanaan,
memiliki nilai-nilai, memiliki dan mengamalkan kode etik profesi, dan mempunyai tujuan,
yaitu kebaikan klien.
Disebutkan di dalam teori etika profesi, seorang profesional perlu mempunyai dan
mengamalkan kode etik profesi. Kode etik ini bertujuan untuk, memperjelas dan mengatur
tanggung jawab kepada klien, institusi, dan masyarakat pada umumnya; membantu seseorang
yang ahli dalam profesinya dalam menentukan apa saja hal-hal yang harus dilakukan apabila
menghadapi dilema-dilema dalam pekerjaan; membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama
baik dalam masyarakat; mencerminkan pengharapan moral-moral dari komunitas; menjadi
dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas dari tenaga ahli profesi; dan terakhir apabila
seorang profesional melanggar kode etik yang ada, maka ia akan menerima sanksi dari
organisasi induknya.
Etika profesional ini sangat perlu diterapkan bagi setiap individu yang bekerja di
bidang profesional, terutama di bidang perpajakan. Penerapan etika ini sangat penting dalam
upaya mengontrol para ahli-ahli profesi di lingkup perpajakan negeri ini. Di dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2013, diatur bahwa salah satu prinsip dari standar
umum pemeriksaan pajak adalah pemeriksa pajak harus tunduk pada kode etik yang telah
diterapkan oleh DJP yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3/2007.
Di dalam peraturan ini, di dalam Pasal 3 nomor 2, disebutkan bahwa setiap pegawai
pajak diwajibkan untuk bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel. Kemudian di
pasal 4, disebutkan bahwa pegawai pajak dilarang untuk menyalahgunakan kewenangan
jabatannya (nomor 3) dan juga melakukan hal yang tidak sesuai dengan nora asusila dan dapat
merusak citra martabat Direktorat Jenderal Pajak (nomor 8). Apabila seorang pegawai pajak
melakukan pelanggaran kode etik, maka ia akan dikenakan sanksi moral sesuai dengan yang
tercantum di dalam Pasal 6 ayat (1).

B. Isu Etika Signifikan dalam Dunia Bisnis dan Profesi Akuntansi


1. Benturan Kepentingan
Benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis
perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau pemegang
saham utama perusahaan. Perusahaan menerapkan kebijakan bahwa personilnya harus
menghindari investasi, asosiasi atau hubungan lain yang akan mengganggu, atau terlihat
dapat mengganggu, dengan penilaian baik mereka berkenaan dengan kepentingan
terbaik perusahaan.
Sebuah situasi konflik dapat timbul manakala personil mengambil tindakan atau
memiliki kepentinganyang dapat menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk
melaksanakan pekerjaannya secara obyektif dan efektif.

2. Etika Dalam Tempat Kerja


Dalam pandangan rasional tentang perusahaan, kewajiban moral utama pegawai
adalah untuk bekerja mencapai tujuan perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatan
yang mungkin mengancam tujuan tersebut. Ada dua hal yang terkandung dalam etika
bisnis yaitu kepercayaan dan tanggung jawab. Kepercayaan diterjemahkan kepada
bagaimana mengembalikan kejujuran dalam dunia kerja dan menolak stigma lama
bahwa kepintaran berbisnis diukur dari kelihaian memperdayasaingan. Sedangkan
tanggung jawab diarahkan atas mutu output sehingga insan bisnis jangan puas hanya
terhadap kualitas kerja yang asal – asalan. Banyak etika yang berlaku di tempat kerja,
namun ada beberapa yang perlu dicermati :
a. Menghormati budaya kerja perusahaan
b. Hormat senior
c. Hormati privacy orang lain.
d. Hormati cara pandang orang lain.
e. Tangani beban kerja
f. Bersikap sopan pada semua orang di kantor.
g. Tidak semena-mena menggunakan fasilitas kantor

3. Aktivitas Bisnis Internasional-Masalah Budaya


Seorang pemimpin memiliki peranan penting dalam membentuk budaya
perusahaan. Hal itu bukanlah sesuatu yang kabur dan hambar, melainkan sebuah
gambaran jelas dan konkrit. Jadi, budaya itu adalah tingkah laku, yaitu cara individu
bertingkah laku dalam mereka melakukan sesuatu. Tidaklah mengherankan, bila sama-
sama kita telaah kebanyakan perusahaan sekarang ini. Para pemimpin yang bergelimang
dengan fasilitas dan berbagai kondisi kemudahan. Giliran situasinya dibalik dengan
perjuangan dan persaingan, mereka mengeluh dan malah sering mengumpat bahwa itu
semua karena SDM kita yang tidak kompeten dan tidak mampu.
Mereka sendirilah yang membentuk budaya itu (masalah budaya). Semua
karena percontohan, penularan dan panutan dari masing-masing pemimpin. Maka timbul
paradigma, mengubah budaya perusahaan itu sendiri.
Budaya perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan
perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang
membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya perilaku.
Sebaliknya dapat pula mendorong terciptanya perilaku yang tidak etis.

4. Akuntabilitas sosial
Akuntabilitas social merupakan proses keterlibatan yang konstruktif antara
warga negara dengan pemerintah dalam memeriksa pelaku dan kinerja pejabat publik,
politisi dan penyelenggara pemerintah.
Tujuan Akuntanbilitas Sosial, antara lain :
a. Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi
masyarakat yang ditimbulkan oleh aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan
produksi suatu perusahaan.
b. Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap
lingkungannya, mencakup : financial dan managerial social accounting, social
auditing.
c. Untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan
suatu hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial
suatu perusahaan.

Salah satu alasan utama kemajuan akuntabilitas sosial menjadi lambat yaitu kesulitan
dalam pengukuran kontribusi dan kerugian. Prosesnya terdiri dari atas tiga langkah,
diantaranya:

a. Menentukan biaya dan manfaat sosial Sistem nilai masyarakat merupakan faktor
penting dari manfaat dan biaya sosial. Masalah nilai diasumsikan dapat diatasi
dengan menggunakan beberapa jenis standar masyarakat dan mengidentifikasikan
kontribusi dan kerugian secara spesifik.
b. Kuantifikasi terhadap biaya dan manfaat saat aktivitas yang menimbulkan biaya
dan manfaat sosial ditentukan dan kerugian serta kontribusi.
c. Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.Tanggung jawab sosial bisnis.
Dunia bisnis hidup ditengah-tengah masyarakat, kehidupannya tidak bisa lepas dari
kehidupan masyarakat.

Oleh karena itu ada suatu tanggung jawab sosial yang dipikul oleh bisnis. Banyak kritik
dilancarkan oleh masyarakat terhadap bisnis yang kurang memperhatikan lingkungan.

5. Manajemen krisis
Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian
yang dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal. Artinya terjadi
gangguan pada proses bisnis ‘normal’ yang menyebabkan perusahaan mengalami
kesulitan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat
dikategorikan sebagai krisis. Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia bisnis dapat
mengambil beragam bentuk. Mulai dari bencana alam seperti Tsunami, musibah
teknologi (kebakaran, kebocoran zat – zat berbahaya) sampai kepada karyawan yang
mogok kerja. Segala kejadian buruk dan krisis, berpotensi menghentikan proses normal
bisnis yang telah dan sedang berjalan, membutuhkan penanganan yang segera
(immediate) dari pihak manajemen. Penanganan yang segera ini kita kenal sebagai
manajemen krisis (crisis management).
Saat ini, manajemen krisis dinobatkan sebagai new corporate discipline.
Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang
dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal. Pendekatan yang
dikelola dengan baik sebagai respon terhadap kejadian itu terbukti secara signifikan
sangat membantu meyakinkan para pekerja, pelanggan, mitra, investor, dan masyarakat
luas akan kemampuan organisasi melewati masa krisis.
Aspek dalam penyusunan rencana bisnis : Setidaknya terdapat enam (6) aspek
yang mesti kita perhatikan jika kita ingin menyusun rencana bisnis yang lengkap yaitu
tindakan untuk menghadapi :
 Situasi darurat (Emergency Respon).
 Skenario untuk pemulihan dari bencana (Disaster Recovery)
 Skenario untuk pemulihan bisnis (Business Recovery)
 Strategi untuk memulai bisnis kembali (Business Resumption)
 Menyusun rencana-rencana kemungkinan (Contingency Planning)
 Manajemen Krisis (Crisis Management).

Penanganan krisis pada hakekatnya dalam setiap penanganan krisis, perusahaan


perlu membentuk tim khusus. Tugas utama tim manajemen krisis ini terutama adalah
mendukung para karyawan perusahaan selama masa krisis terjadi. Kemudian
menentukan dampak dari krisis yang terjadi terhadap operasi bisnis yang berjalan normal,
dan menjalin hubungan yang baik dengan media untuk mendapatkan informasi tentang
krisis yang terjadi. Sekaligus menginformasikan kepada pihak-pihak yang terkait
terhadap aksi-aksi yang diambil perusahaan sehubungan dengan krisis yang terjadi

C. Etika Pemerintahan.
Etika pemerintahan merupakan ajaran untuk berperilaku yang baik dan benar sesuai
dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat manusia. Sumaryadi (2010)
menyatakan bahwa etika pemerintahan mengacu pada kode etik profesional khusus bagi mereka
yang bekerja dan untuk pemerintahan. Etika pemerintahan melibatkan aturan dan pedoman
tentang panduan bersikap dan berperilaku untuk sejumlah kelompok yang berbeda dalam
lembaga pemerintahan, termasuk para pemimpin terpilih (seperti presiden dan kabinet menteri),
DPR (seperti anggota parlemen), staf politik dan pelayan publik.

Kelompok-kelompok ini dihadapkan dengan berbagai pertanyaan etika yang sulit dan
sangat unik. Etika pemerintahan mengidentifikasi sikap dan tingkah laku yang tepat dalam
setiap situasi dan menetapkan aturan-aturan perilaku bagi para pejabat publik untuk
mengikutinya. Etika pemerintahan merupakan etika terapan yang berperan dalam urusan
pengaturan tata kelola pemerintah.

Etika pemerintahan merupakan bagian dari yurisprudensi praktis (practical


jurisprudence) atau filosofi hukum (philosophy of law) yang mengatur urusan pemerintah dalam
hubungannya dengan orang-orang yang mengatur dan mengelola lembaga pemerintahan.

Etika pemerintahan mencakup isu-isu kejujuran dan transparansi dalam pemerintahan,


yang pada gilirannya berurusan dengan hal-hal seperti; penyuapan (bribery); korupsi politik
(political corruption); korupsi polisi (police corruption); etika legislatif (legislatif ethics); etika
peraturan (regulatory ethics); konflik kepentingan (conflict of interest); pemerintahan yang
terbuka (open of government); etika hukum (legal ethics).

D. Etika Pegawai Direktorat Jendral Pajak


Etika Pegawai Direktorat Jenderal Pajak adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan, yang mengikat Pegawai Direktorat Jenderal Pajak (Pegawai) dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya serta dalam pergaulan hidup sehari-hari. Dengan etika, segenap
jajaran Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dituntut untuk mengetahui, memahami, menghayati, dan
melaksanakan tugas sesuai prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance).
Keberhasilan pelaksanaan Etika tidak hanya bergantung pada badan atau unit yang berwenang
mengawasi etika, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor seperti pengawasan melekat dan
keteladanan dari atasan dan tanggung jawab seluruh Pegawai DJP.
Setiap pegawai pajak wajib:
1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain.
2. Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel.Bekerja secara profesional meliputi
a. Integritas, yaitu ukuran kualitas moral Pegawai yang diwujudkan dalam sikap jujur,
bersih dari tindakan tercela, dan senantiasa mengutamakan kepentingan negara;
b. Disiplin, yaitu pencerminan ketaatan Pegawai terhadap setiap ketentuan yang berlaku;
c. Kompetensi, yaitu ukuran tingkat pengetahuan, kemampuan dan penguasaan atas
bidang tugas Pegawai sehingga mampu melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.
3. Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak.
4. Memberikan pelayanan kepada wajib pajak, sesama pegawai, atau pihak lain dalam
pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya.
5. Mentaati perintah kedinasan. Perintah kedinasan adalah perintah yang diberikan oleh
atasan yang berwenang mengenai atau yang ada hubungannya dengan kedinasan.
6. Bertanggung jawab dalam penggunaan barang investaris milik Direktorat Jendral Pajak.
7. Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor.
8. Menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
9. Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan.

Dalam buku kode etik pegawai dirjend pajak di atas jelas disebutkan bahwa pegawai
harus bekerja dengan jujur, bersih dari tindakan tercela, dan senantiasa mengutamakan
kepentingan Negara. Namun lagi-lagi apalah arti buku kode etik tersebut tanpa adanya moral
yang baik dari pelaksanaannya.

Berkaitan dengan sikap independensi pegawai Direktorat Jenderal Pajak (Account


Representative), maka Kementerian Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor: 1/PM.3/2007 tanggal 23 juli 2007 tentang Kode Etik Pegawai
Direktorat Jenderal Pajak Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-33/PJ./2007 tanggal
23 Juli 2007 tentang Panduan Pelaksanaan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak.
(Account Representative)
Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak (Kode Etik) diatur dalam Peraturan
Mentri keuangan Nomor 1/PM.3/2007 adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan,
yang mengikat Pegawai Direktorat jenderal Pajak dalam melaksanakan tugas pokokdan
fungsinya serta dalam pergaulan hidup sehari – hari. Dengan Kode Etik, segenap jajaran
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dituntut untuk mengetahui, memahami, menghayati, dan
melaksanakan tugas sesuai prinsip – prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance).
Kode Etik disusun atas kesadaran bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, Pegawai (Account
Representative) seringkali dihadapkan pada situasi yang menimbulkan pertentangan
kepentingan (Conflict of interest) dan situasi yang dilematis. Dalam situasi yang demikian,
Kode Etik diperlukan sebagai pedoman bagi pegawai (Account Representative) untuk
menentukan sikap yang paling layak diambil.

BAB III
KASUS PELANGGARAN ETIKA PADA KASUS GAYUS TAMBUNAN
Tudingan adanya praktek mafia hukum di tubuh Polri dalam penanganan kasus money
laundring oknum pegawai pajak bernama Gayus Halomoan Tambunan semakin melebar. Tak hanya
Polri dan para penyidiknya, Kejaksaan Agung dan tim jaksa peneliti pun turut gerah dengan tudingan
Susno Duadji yang mulai merembet ke mereka. Mereka (tim jaksa peneliti) pun bersuara mengungkap
kronologis penanganan kasus Gayus.

A. Kronologis Versi Tim Peneliti Kejaksaan Agung.

Kasus bermula dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) terhadap rekening milik Gayus di Bank Panin.

Polri, diungkapkan Cirrus Sinaga, seorang dari empat tim jaksa peneliti, lantas melakukan
penyelidikan terhadap kasus ini. Tanggal 7 Oktober 2009 penyidik Bareskrim Mabes Polri
menetapkan Gayus sebagai tersangka dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan Dimulainya
Penyidikan (SPDP). Dalam berkas yang dikirimkan penyidik Polri, Gayus dijerat dengan tiga pasal
berlapis yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. “Karena Gayus seorang pegawai
negeri dan memiliki dana Rp 25 miliar di Bank Panin.

Seiring hasil penelitian jaksa, hanya terdapat satu pasal yang terbukti terindikasi kejahatan
dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu penggelapannya. Itu pun tidak terkait dengan uang
senilai Rp 25 milliar yang diributkan PPATK dan Polri itu. Untuk korupsinya, terkait dana Rp 25
milliar itu tidak dapat dibuktikan sebab dalam penelitian ternyata uang sebesar itu merupakan
produk perjanjian Gayus dengan Andi Kosasih.

Pengusaha garmen asal Batam ini mengaku pemilik uang senilai hampir Rp 25 miliar di
rekening Bank Panin milik Gayus. “Ada perjanjian tertulis antara terdakwa dan Andi Kosasih.
Ditandatangani 25 Mei 2008,” kata dia. Menurut Cirrus keduanya awalnya berkenalan di pesawat.
Kemudian keduanya berteman karena sama-sama besar, tinggal dan lahir di di Jakarta Utama.
Karena pertemanan keduanya, Andi lalu meminta gayus untuk mencarikan tanah dua hektar guna
membangun ruko di kawasan Jakarta Utara. Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah
tersebut sebesar US$ 6 juta. Namun Andi, dikatakan Cirus baru menyerahkan uang sebesar US$
2.810.000.

Andi menyerahkan uang tersebut kepada Gayus melalui transaksi tunai di rumah orang tua
istri Gayus lengkap dengan kwitansinya, sebanyak enam kali yaitu pada pada 1 juni 2008 sebesar
US$ 900.000 US dolar, kemudian 15 September 2008 sebesar US$ 650.000, 27 Oktober 2008
sebesar US$ 260.000, lalu pada 10 November 2008 sebesar US$ 200.000, 10 Desember 2008
sebesar US$ 500.000, dan terakhir pada 16 Februari 2009 sebesar US$ 300.000.
“Andi menyerahkan uang karena dia percaya dengan Gayus. Sementara untuk money
laundringnya, dikatakan Cirrus itu hanya tetap menjadi dugaan sebab Pusat pelaporan analisis dan
transaksi keuangan (PPATK) sama sekali tidak dapat membuktikan uang senilai Rp 25 milliar itu
merupakan uang hasil kejahatan pencucian uang (money laundring). PPATK sendiri telah
dihadirkan dalam kasus itu sebagai saksi. Dalam proses perkara itu, PPATK tidak bisa
membuktikan transfer rekening yang yang diduga tindak pidana.

Dari perkembangan proses penyidikan kasus tersebut, ditemukan juga adanya aliran dana
senilai Rp 370 juta di rekening lainnya di bank BCA milik Gayus. Uang itu diketahui berasal dari
dua transaksi dari PT.Mega Cipta Jaya Garmindo. PT. Mega Cipta Jaya Garmindo dimiliki oleh
pengusaha Korea, Mr. Son dan bergerak di bidang garmen. Transaksi dilakukan dalam dua tahap
yaitu pada 1 September 2007 sebesar Rp 170 juta dan 2 Agustus 2008 sebesar Rp 200 juta.

Setelah diteliti dan disidik, uang itu diketahui bukan merupakan korupsi dan money
laundring juga. “Bukan korupsi, bukan money laundering, tapi penggelapan pajak murni. Itu uang
untuk membantu pengurusan pajak pendirian pabrik garmen di Sukabumi. Tapi setelah dicek,
pemiliknya Mr Son, warga Korea, tidak tahu berada di mana. Tapi uang masuk ke rekening Gayus.
Tapi ternyata dia nggak urus (pajaknya). Uang itu tidak digunakan dan dikembalikan, jadi hanya
diam di rekening Gayus.

Berkas P-19 dengan petujuk jaksa untuk memblokir dan kemudian menyita uang senilai
Rp 370 juta itu. Dalam petunjuknya itu, jaksa peneliti juga meminta penyidik Polri menguraikan
di berkas acara pemeriksaan (BAP) keterangan itu beserta keterangan tersangka (Gayus T
Tambunan).

Dugaan penggelapan yang dilakukan Gayus itu, diungkapkan Cirrus terpisah dan berbeda
dasar penanganannya dengan penanganan kasus money laundring, penggelapan dan korupsi senilai
Rp 25 milliar yang semula dituduhkan kepada Gayus. Cirrus dan jaksa peneliti lain tidak
menyinggung soal Rp 25 milliar lainnya dari transaksi Roberto Santonius, yang merupakan
seorang konsultan pajak. Kejaksaan pun tak menyinggung apakah mereka pernah memerintahkan
penyidik Polri untuk memblokir dan menyita uang dari Roberto ke rekening Gayus senilai Rp 25
juta itu.

Sebelumnya, penyidik Polri melalui AKBP Margiani, dalam keterangan persnya


mengungkapkan jaksa peneliti dalam petunjuknya (P-19) berkas Gayus memerintahkan penyidik
untuk menyita besaran tiga transaksi mencurigakan di rekening Gayus. Adapun tiga transaksi itu
diketahui berasal dari dua pihak, yaitu Roberto Santonius dan PT. Mega Jaya Citra Termindo.
Transaksi yang berasal dari Roberto, yang diketahui sebagai konsultan pajak bernilai Rp 25 juta,
sedangkan dari PT. Mega Jaya Citra Termindo senilai Rp 370 juta. Transaksi itu terjadi pada 18
Maret, 16 Juni, dan 14 Agustus 2009. Uang senilai Rp 395 juta itu disita berdasarkan petunjuk dari
jaksa peneliti kasus itu. Penanganan kasus Gayus sendiri bermula ketika PPATK menemukan
adanya transaksi mencurigakan pada rekening Gayus T Tambunan. PPATK pun meminta Polri
menelusurinya.

Kembali ke kasus, berkas Gayus pun dilimpahkan ke pengadilan. “Jaksa lalu mengajukan
tuntutan 1 tahun dan masa percobaan 1 tahun,”. Dari pemeriksaan atas pegawai Direktorat Jenderal
Pajak itu sebelumnya, beredar kabar bahwa ada "guyuran" sejumlah uang kepada polisi, jaksa,
hingga hakim masing-masing Rp 5 miliar.

Diduga gara-gara itulah Gayus terbebas dari hukuman. Dalam sidang di Pengadilan Negeri
Tangerang, 12 Maret lalu, Gayus, yang hanya dituntut satu tahun percobaan, dijatuhi vonis bebas.
"Mengalirnya (uang) belum kelihatan ke aparat negara atau ke penegak hukum," kata Yunus.

Namun, anehnya penggelapan ini tidak ada pihak pengadunya, pasalnya perusahaan ini
telah tutup. Sangkaan inilah yang kemudian maju kepersidangan Pengadilan Negeri Tangerang.
Hasilnya, Gayus divonis bebas. “Di Pengadilan Negeri Tangerang, Gayus tidak terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan. Tapi kami akan ajukan kasasi,”
tandas Cirrus. Sosok Gayus dinilai amat berharga karena ia termasuk saksi kunci dalam kasus
dugaan makelar kasus serta dugaan adanya mafia pajak di Ditjen Pajak. Belum diketahui apakah
Gayus melarikan diri lantaran takut atau ada tangan-tangan pihak tertentu yang membantunya
untuk kabur supaya kasus yang membelitnya tidak terbongkar sampai ke akarnya. Satgas
Pemberantasan Mafia Hukum meyakini kasus Gayus HP Tambunan bukan hanya soal pidana
pengelapan melainkan ada juga pidana korupsi dan pencucian uang. Gayus diketahui kini berada
di Singapura. Dia meninggalkan Indonesia pada Rabu 24 Maret 2010 melalui Bandara Soekarno-
Hatta. Namun dia pernah memberikan keterangan kepada Satgas kalau praktek yang dia lakukan
melibatkan sekurangnya 10 rekannya.

Imigrasi Belum Endus Posisi Gayus, Gayus Tambunan hengkang ke Singapura pada Rabu
24 Maret. Namun posisi pastinya saat ini belum terendus. Satgas Pemberantasan Mafia Hukum
mengatakan kasus markus pajak dengan aktor utama Gayus Tambunan melibatkan sindikasi
oknum polisi, jaksa, dan hakim. Satgas menjamin oknum-oknum tersebut akan ditindak tegas oleh
masing-masing institusinya, koordinasi perkembangan ketiga lembaga tersebut terus dilakukan
bersama Satgas. Ketiga lembaga tersebut sudah berjanji akan melakukan proses internal.Kasus ini
merupakan sindikasi (jaringan) antar berbagai lembaga terkait.

B. Kronologis Versi Tim Penyidik Divisi Propam Polri

Perkembangan selanjutnya kasus ini melibatkan susno duadji, Brigjen Edmond Ilyas,
Brigjen Raja Erisman. setelah 3 kali menjalani pemeriksaan, Susno menolak diperiksa Propam.
Sebabnya, dasar aturan pemeriksaan sesuai dengan Pasal 45, 46, 47, dan 48 UU No 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Pasal 25 Perpres No I Tahun 2007 tentang
Pengesahan Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan, harus diundangkan menteri dalam hal
ini Menteri Hukum dan HAM. Komisi III DPR Siap Beri Perlindungan Hukum untuk Susno.

Pada tanggal 30 Maret 2010, Polisi telah berhasil mendeteksi posisi keberadaan Gayus di
negara Singapura dan kini tinggal menunggu koordinasi dengan pihak pemerintah Singapura untuk
memulangkan Gayus ke Indonesia. Polri mengaku tidak akan seenaknya melakukan tindakan
terhadap Gayus meski yang bersangkutan telah diketahui keberadaannya di Singapura.

Pada tanggal 31 Maret 2010, tim penyidik Divisi Propam Polri memeriksa tiga orang
sekaligus. Selain Gayus Tambunan dan Brigjen Edmond Ilyas, ternyata Brigjen Raja Erisman juga
ikut diperiksa. Pemeriksaan dilakukan oleh tiga tim berbeda. Tim pertama memeriksa berkas
lanjutan pemeriksaan Andi Kosasih, tim kedua memeriksa adanya keterlibatan anggota polri dalam
pelanggaran kode etik profesi, dan tim ketiga menyelidiki keberadaan dan tindak lanjut aliran dana
rekening Gayus.

Pada tanggal 7 April 2010, Komisi III DPR mengendus, seorang jenderal bintang tiga di
Kepolisian diduga terlibat dalam kasus Gayus P Tambunan dan seseorang bernama Syahrial Johan
ikut terlibat dalam kasus penggelapan pajak yang melibatkan Gayus Tambunan, dari Rp24 milliar
yang digelapkan Gayus, Rp11 milliar mengalir ke pejabat kepolisian, Rp5 milliar ke pejabat
kejaksaan dan Rp4 milliar di lingkungan kehakiman, sedangkan sisanya mengalir ke para
pengacara..

Efek berantai kasus Gayus juga menyentuh istana. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
meminta Satgas Anti Mafia Hukum untuk mengungkap kembali kasus Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI). SBY menduga dalam kasus tersebut terdapat mafia hukum.

BAB IV
ANALISIS KASUS
A. Kronologi kasus gayus
Pada tanggal 7 Oktober 2009 penyidik Bareskim Mabes Polri menetapkan Gayus sebagai
tersangka dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SDPD). Dalam
surat tersebut tersangka Gayus diduga melakukan tindak pidana korupsi, pencucian uang dan
penggelapan dengan diketahuinya rekening sejumlah Rp 25 Milyar pada Bank Panin cabang
Jakarta milik Andi Kosasih pengusaha asal Batam yang menggunakan jasa pihak kedua untuk
melakukan penggandaan tanah, yang setelah ditelusuri ternyata berkas tersebut belum lengkap.
Dalam sidang di Pengadilan Negeri Tangerang pada tanggal 12 Maret, Gayus hanya
dituntut satu tahun percobaan dan divonis bebas. Pada tanggal 24 Maret 2010, Gayus bersama 10
rekannya meninggalkan Indonesia menuju Singapura. Tanggal 30 Maret 2010, polisi berhasil
mengetahui keberadaan Gayus di Singapura.
Pada tanggal 31 Maret 2010, tim penyedik memeriksa tiga orang lainnya selain Gayus
Tambunan termasuk Bridgen Edmond Ilyas. Pada tanggal 7 April 2010, anggota III DPR
mengetahui keterlibatan seorang Jenderal Bintang Tiga yang ikut terlibat dalam kasus penggelapan
pajak dengan aliran dana sebesar Rp 24 Milyar.
Kasus gayus dinyatakan bukan kasus pidana perpajakan oleh dirjen pajak karena kasus ini
tidak berkaitan dengan SPT wajib pajak, tetapi dalam pendapat kelompok, kasus ini tidak lepas
dari jenis kasus perpajakan, dimana tindak kejahatan terjadi di dalam lingkup perpajakan. Selain
itu, kasus ini juga menyeret secara langsusng beberapa pasal dalam undang-undang yang berbeda.
Sehingga, menimbulkan spekulasi tentang analisis kasus ini.
Di lain sisi putusan yang telah ada sampai dengan kasus gayus ini di angkat hingga tingkat
kasasi menyebutkan bahwa :
a. Gayus Tambunan dinyatakan melakukan pelanggaran pada pasal 3 jo pasal 18 UU no. 31/1999
mengenai pemberantasan tindak pidana korupsi (tipikor), dianggap merugikan negara sebanyak
570 juta rupiah, serta menyalahkan wewenang dengan memberikan keberatan serta banding
dari wajib pajak PT. Surya Alam Perkasa.
b. Gayus juga dinyatakan melanggar pasal 5 ayat (1) a, UU no. 31/1999 (tipikor), berkaitan dengan
ini Gayus melakukan penyuapan sebanyak 750 juta dolar Amerika, diduga diberikan kepada
beberapa orang Penyidik Bareskrim Mabes Polri, hal itu dilakukan supaya mereka tidak
memblokir rekeningnya d salah satu bank, supaya tidak menyita rumahnya, dan supaya
memindahkan pemeriksaan atas dirinya yang asalnya di Mabes Polri menjadi di hotel.
c. Selanjutnya Gayus Tambunan dinyatakan bersalah atas pelanggaran pasal 6 ayat(1)a, UU
no.31/1999 (tipikor), berhhubungan dengan hal ini Gayus perbah menjanjikan akan
memberikan uang 40 ribu dolar Amerika kepada PN Tangerang yang bernama Muhtadi Asnun,
supaya dapat mempengaruhi majelis hakim.
d. Pasal berikutnya yang menjadi pelanggaran Gayus adalah pasal 22 jo pasal 22 UU no. 31/1999
(tipikor) pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Berkenaan dengan Gayus yang memberikan keterangan
palsu kepada penyidik menyangkut kepemilikan rekening di salah satu bank yang isi
rekeningnya berjumlah miliaran rupiah.

B. Dugaan yang dituduhkan kepada Gayus


a. Mengenai perbuatan mengurangi keberatan pajak PT. Surya Alam Tunggal dengan total Rp
570.952.000 ,-
b. Gayus terbukti menerima suap sebesar Rp 925.000.000 ,- dari Roberto Santonius, konsultan
pajak terkait dengan kepengurusan gugatan keberatan pajak PT. Metropolitan Retailmart.
c. Pencucian uang terkait dengan penyimpanan uang yang disimpan di safe deposit box Bank
Mandiri cabang Kelapa Gading serta beberapa rekening lainnya.
d. Gayus menyuap sejumlah petugas Rumah Tahanan Brimob Kelapa Dua, Depok, serta kepala
Rutan Iwan Susanto yang jumlahnya sebesar Rp 1.500.000 ,- hingga Rp 4.000.000 ,-.
e. Gayus memberikan keterangan palsu kepada Penyidik perihal uang sebesar Rp 24.600.000.000
didalam rekening tabungannya.

C. Potensi kerugian yang ditanggung oleh Negara


Korupsi yang dilakukan oleh Gayus Tambunan mengakibatkan negara harus menanggung
kerugian sebesar Rp 645,99 Milyar dan US $ 21,1 juta dan dua wajib pahak yang terkait dengan
sunset policy dengan potensi kerugian sebesar Rp 339 Milyar.

D. Bentuk Pelanggaran Etika dalam Kasus Gayus Tambunan


Menilik kasus Gayus Tambunan, merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes).
Sebab, rangkaian penyelewengan dalam tindak korupsi yang dia lakukan melibatkan banyak aktor
dan jenis pelanggaran.
1. Pelanggaran Etika Petugas Pajak dalam Rahasia Jabatan
Seperti diatur dalam Pasal 34 "UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan", Dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, setiap anggota harus mengikuti pertimbangan moral
dan profesional dalam segala tindakannya. Dalam kasus di atas, perilaku menyimpang Gayus
melanggar prinsip ini karena tidak berdasarkan pertimbangan moral dan tidak profesional.
Menerima suap, membocorkan rahasia jabatan dan membantu memenangkan sengketa pajak
yang melanggar prinsip-prinsip kode etik dan tanggung tawab profesi sebagai petugas pajak.
Selain itu kasus ini menyeret Direktur Keberatan dan Banding, Kasubdit Pengurangan dan
Keberatan, Kasi Pengurangan dan Banding I, dan Penelaah keberatan dan banding Direktorat
Jenderal Pajak. Disini integritas dari masing-masing aktor perlu dipertanyakan, selain
melanggar etika profesi, juga terkait dengan moral dan integritas yang sangat rendah sehingga
bersekongkol dalam memperkaya diri sendiri yang berujung mengakibatkan kerugian negara.
Untuk memelihara dan memperkuat kepercayaan publik, setiap petugas pajak seharusnya
memenuhi tugas dan tanggung jawabnya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai integritas.
Apabila sekelompot petugas dapat membentuk kongsi dalam memanipulasi pajak, maka dapat
dipastikan jika tidak ditanggulangi akan terjadi kasus serupa bahkan lebih besar di masa yang
akan datang.
2. Pelanggaran Etika Bisnis oleh Konsultan Pajak Beserta Perusahaan Terkait
Prinsip-prinsip yang dilanggar antara lain kejujuran, kerendahan hati, empati, dan
kecerdasan. Padahal, jika dirunut, pelaku suap pada dasarnya adalah kaum intelektual dan ahli
yang sudah memahami sanksi dan akibat negatif dari praktik tersebut. Tingginya kasus suap
korporasi atau perusahaan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor:
− Tidak adanya aturan tentang hukuman bagi penyuapan. Hal ini membuat praktik suap
menjamur sepanjang tahun.
− Sanksi terhadap perusahaan yang menawarkan suap hanya berupa denda
− Tidak mencerminkan nilai keadilan serta tidak dapat mengganti kerugian negara.
Tuntutan ini diperkuat oleh Pasal 20(7) "UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi"
yang menyebutkan bahwa sanksi utama yang dijatuhkan kepada perusahaan adalah denda
paling banyak sepertiga (1/3) saja. Namun menurut Pasal 20(1) UU yang sama menyatakan
bahwa penanggung jawab badan hukum juga dapat dituntut. Ayat ini memberikan kesempatan
untuk menuntut dan menghukum tindak pidana yang dilakukan oleh suatu perusahaan,
termasuk hanya manajemen dalam kasus pertama, perusahaan dalam kasus kedua, dan
manajemen dan perusahaan dalam kasus ketiga. Tentu saja, sanksi suap harus lebih ketat dan
ditegakkan sepenuhnya untuk memberikan efek jera bagi pelanggar.
Disini terdapat pelanggaran etika bisnis yang sistematis sehingga perlunya penguatan
pengawasan dan penegakkan hukum terkait sanksi sehingga memiliki kekuatan yang dapat
memaksa perusahaan untuk berpikir dua kali untuk melakukan suap.
3. Pelanggaran dari Segi Etika Profesi
a. Prinsip Tanggung Jawab
Berdasarkan kasus ini dapat melihat bahwa Gayus tidak memiliki sikap profesional
sebagaimana yang seharusnya dimiliki oleh setiap tenaga kerja, ia tidak memiliki rasa
tanggung jawab yang besar dan tidak dapat mempertanggungjawabkan kewajiban dari
jabatan dan profesi yang dimilikinya. Gayus melakukan kegiatan menyimpang beberapa
kali, hal ini menandakan bahwa dalam melakukan pekerjaannya ia tidak didasari dengan
pertimbangan moral dan sikap profesional, hal ini dibuktikan dengan Gayus melakukan
penerimaan suap dan pelanggaran kasus perpajakan. Ia terbukti merugikan negara
sebanyak Rp 570 juta dan menyalahgunakan kekuasaannya dengan menyampaikan
keberatan dan banding dari WP PT. Surya Alam Perkasa, selain itu ia juga melakukan
penyuapan sebanyak USD 750 juta, ia memberikan dana ini sebagai dana “pelicin” kepada
petugas yang pelakukan penyidikan dari Bareskrim Mabes Polri, hal ini dilakukan agar
pihak yang berwenang tidak memblokir rekening Gayus, Gayus juga meminta agar petugas
tidak melakukan penyitaan atas rumahnya, dan melakukan pemindahan lokasi
pemeriksaannya dari Mabes Polri ke hotel. Pada saat pemeriksaan, Gayus bohong atas
pernyataannya yang diberikan kepada penyidiktentang surat kepemilikan rekeningnya
yang berjumlah milyaran rupiah agar rekening tersebut tidak dibekukan. Gayus juga
terbukti melakukan suap terhadap sejumlah petugas penjara yang terletak di Brimob
Kelapa Dua, Depok dengan nominal Rp 1,5 juta sampai Rp 4 juta. Kasus Gayus tersebut
menyalahi prinsip tanggung jawab karena sebagai seorang profesional seharusnya ia dapat
memakai jasa profesionalnya untuk memelihara kepercayaan masyarakat, namun ia
menyalahgunakannya dengan cara melakukan berbagai tindak kecurangan tersebut.
b. Prinsip Keadilan
Gayus tidak mengedepankan keadilan, seharusnya keadilan dalam bekerja
dilakukan kepada seluruh orang yang berhak menerimanya termasuk dalam hal bekerja dan
hal mempertanggungjawabkan pekerjaannya. Seorang profesional seharusnya dapat
menyelesaikan tugasnya dengan adil dan tidak mencari berbagai celah kemudahan untuk
kepentingan diri sendiri. Selain itu, di dalam jalannya proses hukum terhadap dirinya,
Gayus juga pernah berjanji utnuk memberi uang senilai 40 ribu dolar kepada Muhtadi
Asnun (PN Tangerang) agar ia dapat mempengaruhi majelis hakim dan memudahkan
jalannya persidangan akan dirinya.
c. Prinsip Otonomi
Gayus tidak dapat menjalankan pekerjaannya sesuai dengan prinsip ini karena ia
dapat menggunakan wewenang yang dimiliki dengan sebagaimana seharusnya. Wewenang
yang dimilikinya tidak dijalankan sesuai dengan kode etik yang dimilikinya. Hal ini
dibuktikan dengan Gayus melakukan penerimaan suap dari berbagai pihak yang terkait
dengan pengurusan gugatan keberatan pajak, mengurangi keberatan pajak, dan melakukan
money laundring bersangkutan dengan uang yang disimpan oleh Gayus di safe box deposit
box di Bank Mandiri cabang Kelapa Gading.
d. Prinsip Integritas Moral
Gayus tidak memiliki integritas moral dan kualitas moral yang seharusnya dapat ia
terapkan ke dirinya dengan konsisten, konsistensi ini merupakan suatu hal yang bersifat
krusial karena konsistensi berkaitan erat dengan profesionalitasnya sebagai pegawai pajak.
Di dalam melakukan pekerjaan dan tanggung jawabnya, Gayus seharusnya memiliki
komitmen terhadap dirinya sendiri demi menjaga nama baik profesi yang ia miliki dan
menjaga kepentingan dan kepercayaan publik atas instansinya, ia memperlakukan sebuah
kegiatan yang memperlihatkan bahwa pegawai dan institusi Dirjen Pajak terlihat seperti
tempat penyelenggaraan korupsi. Dikarenakan tidak dijalankannya prinsip integritas moral,
korupsi yang Gayus lakukan mengakibatkan negara harus menanggung kerugian sebesar
Rp 645,99 miliar dan USD 21,1 juta dan dua wajib pajak yang terkait dengan sunset policy,
potensi kerugian negara ini terhitung sebesar Rp 339 miliar.
e. Kepentingan Publik
Dengan Gayus menerima suap dari beberapa pihak, maka otomatis ia telah
melakukan pelanggaran terhadap prinsip ini, karena dengan ia menerima suap, berarti ia
telah menggunakan uang yang seharusnya digunakan untuk pembangunan negara demi
kesejahteraan publik untuk memperkaya dirinya sendiri, sehingga jumlah pajak yang
diterima negara tidak sebesar semestinya dan pengalokasian dana untuk pembangunan atau
program penyejahteraan rakyat tidak dapat dilakukan dengan optimal.
f. Integritas
Gayus menunjukkan pelanggarannya atas prinsip ini karena ia sudah
mengutamakan kepentingan pribadinya dibanding dengan kepentingan publik. Ia tidak
memiliki integritas dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, ia merusak kepercayaan
publik terhadap instansi negara.
g. Objektivitas
Gayus Tambunan tidak memiliki sikap objektif dalam menkjalankan pekerjaannya
sebagai pegawai Dirjen Pajak, hal ini dibuktikan dengan Gayus membantu kliennya untuk
mendapatkan kemenangan dalam pengadilan pajak dan menerima imbalan atas jasanya
tersebut.
h. Kompetensi dan Sifat Kehati-hatian
Yang dimaksud dari prinsip ini adalah sikap profesional harus mempertahankan
keterampilan profesional dan ketekunan agar klien dapat mendapatkan manfaat yang
maksimal dari jasa yang profesional yang telah disampaikan dengan cakap berdasarkan
perkembangan praktek, legislasi, dan teknik yang mutakhir. Dari kasus ini, Gayus
Tambunan sudah melakukan salah satu contoh dari etika professional dengan berlaku
sopan kepada Wajib Pajak, tetapi bersikap kompeten menyalahi prinsip kehati – hatian dan
profesionalismenya.
i. Perilaku Profesional
Gayus Tambunan melakukan pelanggaran etika professional yang membuat DJP
terlihat seperti tempat untuk melakukan korupsi, ia tidak konsisten dengan reputasi yang ia
miliki dengan melakukan tindakan dan kegiatan yang mendiskreditkan profesinya.
j. Standar Teknis
Berdasarkan kasus ini kita dapat melihat bahwa Gayus telah melakukan
penyimpangan dari standar pekerjaan aparat Dirjen Pajak, karena semua aparat Dirjen
Pajak memiliki larangan untuk melakukan pemerimaan suap dari siapapun termasuk Wajib
Pajak

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika profesional sangat dibutuhkan pegawai Direktorat Jenderal Pajak dalam melayani
para pembayar pajak agar pembayar pajak merasa nyaman dan puas dalam pelayanannya. Setiap
pegawai Direktorat Jenderal Pajak diharuskan untuk bertanggung jawab dan memberikan
pelayanan yang terbaik sesuai dengan Kode etik bagi pegawai DJP yang diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3/2007. Dalam praktiknya, etika profesional pelayanan pajak
memang memiliki banyak tantangan karena tidak sedikit wajib pajak yang melakukan pelanggaran
peraturan perpajakan yang dilakukan bersama dengan pegawai Direktorat Jenderal Pajak. Kode
etik yang harus ditaati oleh setiap pegawai Direktorat Jenderal Pajak merupakan dasar yang
dipakai untuk beriskap, perilaku, dan berbuat dalam sehari-hari sebagai pegawai dalam melakukan
tugas yang menjadi tanggung jawab dan juga fungsinya di kehidupan kerjanya sehari-hari. Kode
etik pegawai Direktorat Jenderal Pajak memiliki tujuan untuk meningkatkan disiplin pegawai,
menjamin terpeliharanya tata tertib, menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang
kondusif, menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional, dan
meningkatkan citra dan kinerja pegawai.
Pelanggaran yang bisa dibilang paling sering dilakukan oleh pegawai Direktorat Jenderal
Pajak adalah penyalahgunaan kewenangan jabatan yang dimiliki para pegawai dan penerimaan
gratifikasi yang dianggap memiliki kewajiban yang berkaitan dengan pekerjaan atau wewenang
pegawai Direktorat Jenderal Pajak, contohnya seperti kasus Gayus Tambunan. Pegawai Direktorat
Jenderal Pajak juga dilarang untuk menyalahgunakan fasilitas yang disediakan di setiap Kantor
Pelayanan Pajak masing-masing pegawai, dan menyalahgunakan, mengganggu, merusak, dan
mengubah data dan atau informasi yang diperoleh dari pekerjaannya, seperti data dan atau
informasi yang dimiliki oleh wajib pajak. Larangan terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah
setiap pegawai Direktorat Jenderal Pajak dilarang untuk melakukan perbuatan yang tidak terpuji
dan bertentangan dengan norma asusila serta dapat merusak citra Direktorat Jenderal Pajak,
seluruh pegawai Direktorat Jenderal Pajak diharuskan untuk memiliki perilaku yang baik sesuai
dengan kode etik yang berlaku.
Pemerintah dan juga Direktorat Jenderal Pajak telah menetapkan kode etik yang sejalan
dengan etika profesional yang seharusnya dijunjung tinggi oleh seluruh pegawai Direktoran
Jenderal Pajak, tak hanya penetapan kode etik, dalam pelanggaran kode etik pun seluruh pegawai
akan dikenakan sanksi yang mengikat pegawai Direktorar Jenderal Pajak sendiri. Hal tersebut
dilakukan untuk menghindari adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai
berkaitan dengan maraknya kerja sama yang dilakukan pegawai Direktorat Jenderal Pajak bersama
klien atau Wajib Pajak. Kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh Gayus Tambunan
merupakan kasus yang sangat bertolak belakang dengan seharusnya seorang pegawai menjunjung
tinggi etika profesional. Seluruh perilakunya melanggar kode etik yang telah ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak untuk dijadikan pedoman dalam menjalankan tugasnya sebagai pegawai
dari Direktorat Jenderal Pajak.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas di atas, kami memiliki beberapa saran yang
diharapkan dapat dipakai untuk mengatasi permasalahan terkait, antara lain :
1. Pemerintah dapat meningkatkan kualitas pelayanan pajak dengan pengetatan kode etik pegawai
Direktorat Jenderal Pajak.
2. Harus ada pengenaan sanksi yang jelas terhadap pelanggar kode etik, tanpa melakukan pandang
bulu dan harus adil pelaksanaannya terhadap seluruh pegawai Direktorat Jenderal Pajak.
3. Pemerintah dapat melakukan pengetatan pengawasan terhadap kerja pegawai Direktorat
Jenderal Pajak agar dapat memperoleh data pelanggar dan dapat memprosesnya untuk
dikenakan sanksi.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.kwikkiangie.ac.id/2756/3/BAB%20II%20KAJIAN%20PUSTAKA.pdf
https://kumparan.com/elvani-azzuhra/kasus-gayus-tambunan-apakah-hubungannya-dengan-etika-
profesional-1uructRbrQh/4
https://ikpi.or.id/wp-content/uploads/2020/08/13.-KODE-ETIK-IKPI-KONGRES-MALANG.pdf
https://www.academia.edu/8745390/Analisis_kasus_gayus_tambunan
Salimah, S. (2013). Upaya Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Menangani Kasus Korupsi Gayus
Halomoan P Tambunan. JURNAL CITA HUKUM, 1(2). https://doi.org/10.15408/jch.v1i2.2999
dibuk

Anda mungkin juga menyukai