Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN ETIKA BISNIS (NILAI ETIKA) PADA PT.

AUTOCOMP SYSTEMS INDONESIA Diajukan Untuk


Melengkapi Tugas 2 Sebelum UTS Dalam Mata Kuliah Business Ethics & Good Governance Dosen
Pengampu: Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA OLEH: RACHMAD HIDAYAT 55117110127 FAKULTAS
PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2017

2. P a g e 2 | 20 DAFTAR ISI Judul............…………….……………….……………...…………….……….. 1 Daftar


Isi………....………………………………………..……………………. 2 Abstrak……………………..
…………………………………………………….. 3 BAB I. Introduction……………………………………………………….……. 4 BAB
II. Literature Review……………………………………………………… 6 2.1. Penjelasan Etika Bisnis…………………...……….
…….......... 8 2.2. Kerangka Pemikiran……………………………………………. 13 BAB III.
Method…………………………………………………………………. 14 BAB IV. Result & Discussion
………………………………………………….. 15 4.1. Indikator Etika Bisnis …………………………………………... 15 4.2.
Pembahasan Masalah Terkait Indikator Etika Bisnis………. 15 4.3. Etika Bisnis dalam PT. Autocomp
Systems Indonesia …...... 16 BAB V. Conclusion & Recommendation …………………………….……… 18 5.1.
Kesimpulan ……………………………………………………… 18 5.2. Saran ……………………………………………………………..
18 Daftar Pustaka ………………………………………………………………….. 19

3. P a g e 3 | 20 ABSTRAK Etika merupakan usaha menyediakan sistematik jawaban mendasar tentang


bagaimana seharusnya manusia hidup? Selain menjawab itu, juga memberikan alasan-alasan untuk
mendukung jawaban tersebut. Maka teori etika memberikan pembenaran rasional dan alasan harus
bertindak dan memutuskan dengan cara tertentu. Selain itu etika merupakan keyakinan atas tindakan
yang benar dan yang salah, atau tindakan yang baik dan yang buruk, yang mempengaruhi hal lainnya.
Nilai-nilai dan moral pribadi perorangan sedangkan pada konteks sosial menentukan suatu perilaku
tertentu dianggap sebagai perilaku yang etis atau tidak etis. Dengan memegang teguh etika diharapkan
bisnis dapat berjalan dengan baik, karena akan dapat bersaing dengan perusahaan lain tanpa merugikan
pihak manapun. Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan masyarakat. Sehingga dapat membentuk nilai,
norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan/ mitra kerja, pemegang saham dan masyarakat. Maka etika bisnis seharusnya menjadi
standar prilaku bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan pedoman dalam melaksanakan
pekerjaan sehari-hari berlandaskan moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Metode pada penulisan tugas ini adalah dengan mencari informasi dari berbagai sumber untuk
menjawab tujuan masalahnya. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan penulis dari berbagai sumber yang telah ada. Data tersebut dapat diperoleh
dari berbagai sumber seperti buku, laporan, jurnal, dan lain-lain. Penulisan ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana etika bisnis pada PT. Autocomp Systems Indonesia diterapkan sejak berdirinya
pada tahun 2002 hingga saat ini, tahun 2017. Khususnya yang terkait dengan kepatuhan pada regulasi
pemerintah yang erat berhubungan dengan bisnis. Dengan mengetahui penerapan etika bisnis dalam
perusahaan, bisa diketahui bisnis akan berkinerja unggul dan berkesinambungan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika yang sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Kata kunci: etika, etika
bisnis
4. P a g e 4 | 20 BAB I INTRODUCTION Jika melihat kondisi dunia bisnis saat ini terlihat sedang tumbuh
dengan pesat. Sehingga kondisi ini bisa menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha.
Hal ini mendorong mereka agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaannya. Perusahaan yang ingin berkembang dan ingin mendapatkan keunggulan bersaing
harus dapat menyediakan produk atau jasa yang berkualitas, harga yang murah dibandingkan pesaing,
waktu penyerahan lebih cepat, dan pelayanan yang lebih baik dibandingkan pesaingnya (Margaretha,
2004). Banyak sekali faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis. Sebagai kegiatan
sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat modern. Dalam kegiatan
berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar, dengan catatan dalam mencapai keuntungan
tersebut tidak merugikan banyak pihak. Sehingga dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada
hal-hal yang membatasinya. Yakni kepentingan dan hak-hak orang lain. Perilaku etis dalam kegiatan
berbisnis merupakan sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak
etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang
baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut
menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga dalam konteks bisnis,
merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral. Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam
praktek hukum, banyak masalah timbul dalam hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional
maupun taraf internasional. Walaupun terdapat hubungan erat antara norma hukum dan norma etika,
namun dua macam hal itu tidak sama. Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal
yang lumrah dan wajar pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak
pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang berhubungan dengan
pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di
Indonesia. Berbagai hal tersebut merupakan bentuk dari persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis
yang ingin menguasai pasar. Ada tiga faktor yang mendorong para pebisnis rentan terhadap pelanggaran
etika. Ketiga faktor tersebut adalah hasrat untuk menguasai pasar, keinginan untuk memperluas pangsa
pasar, dan ingin mendapatkan banyak keuntungan. Sebagai perusahaan yang berafiliasi dengan
perusahaan induk yang ada di Jepang, maka PT. Autocomp Systems Indonesia, sebagai penyedia produk
wiring harness berusaha untuk menghindarkan diri dari berbagai hal

5. P a g e 5 | 20 yang menyebabkan produknya mengakibatkan kerugian pada pelanggan juga


menghindarikan dari dari berbagai bentuk pelanggaran regulasi. Adapun banyak hal yang selalu
dilakukan oleh PT. Autocomp Systems Indonesia untuk menjaga produknya tetap berkualitas dan
terhindar dari kerugian pada pelanggan, antara lain membangun system yang senantiasa diperbaharui
agar berbagai masalah yang terjadi sebelumnya bisa diberikan solusi terbaik. Selain itu, PT. Autocomp
Systems Indonesia senantiasa menjaga kesesuain (compliance) dengan berbagai regulasi yang dibuat
oleh pemerintah khususnya terkait dengan bidang bisnis yang dijalaninya. Adapun tujuan pembuatan
makalah ini untuk memenuhi tugas sebelum UTS (Ujian Tengah Semester) pada mata kuliah Business
Ethics and Good Governance khususnya penerapan Etika Bisnis pada perusahaan di Indonesia, yang
dijabarkan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui praktek etika bisnis pada PT. Autocomp Systems
Indonesia. 2. Untuk mengetahui apakah terjadi pelanggaran terhadap beberapa parameter yang terkait
dengan regulasi. Apabila ada pelanggaran, dicarikan cara antisipasinya.
6. P a g e 6 | 20 BAB II LITERATURE REVIEW Etika diperlukan di dalam bisnis dengan beberapa alasan dan
latarbelakang (Hapzi, 2017), yaitu:  Karena bisnis tidak hanya bertujuan untuk profit melainkan perlu
mempertimbangkan nilai-nilai manusiawi, apabila tidak akan mengorbankan hidup orang banyak,
sehingga masyarakat pun berkepentingan agar bisnis dilaksanakan secara etis.  Bisnis dilakukan
diantara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, sehingga memutuhkan etika sebagai
pedoman dan orientasi bagi pengambilan keputusan, kegiatan, dan tindak tanduk manusia dalam
berhubungan (bisnis) satu dengan lainnya.  Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang sangat
ketat, maka dalam persaingan bisnis tersebut, orang yang bersaing dengan tetap memperhatikan
norma-norma etis pada iklim yang semakin professional justru akan menang.  Dunia usaha berperan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor
lingkungan hidup.  Dunia usaha tidak lagi hanya memperhatiakn catatan keuangan perusahaan semata
(single bottom line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan, aspek sosial dan aspek lingkungan yang
biasa disebut triple bottom line. Lingkungan hidup dan permasalah sosial yang ditimbulkan semakin
tegas, juga standar dan hukuk yang akan berlaku. Beberapa investor dan perusahaan manajemen
investasi telah mulai memperhatikan kebijakan CSR (Corporate Social Responsibility) Etika bisnis
merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah, yang berkonsentrasi pada
standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasques, 2005).
Etika bisnis cenderung untuk menarik sejumlah besar perhatian dari berbagai pihak (Indounas, 2008).
Dalam dunia bisnis, etika memiliki peranan yang sangat penting ketika keuntungan bukan lagi menjadi
satu-satunya tujuan organisasi. Menurut Kerinetal, etika adalah prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai yang
mengatur tindakan dan keputusan dari seorang individu atau kelompok (Story & Hess, 2010). Sebagai
individu, pebisnis berperan penting dalam berbisnis tidak dapat melepaskan diri dari prinsip-prinsip dan
nilai-nilai yang dianut. Berbagai bentuk perilaku yang yang mengindikasikan prilaku yang tidak etis
seperti penyalahgunaan penentuan harga terhadap suatu produk atau jasa yang di tawarkan, tidak
adanya kesejahteraan dalam organisasi, perlakuan tidak adil terhadap karyawan, tidak etis saat menjalin
kerjasama dengan sesama rekan bisnis, tidak adanya tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta
berbagai pelanggaraan etika lainnya.

7. P a g e 7 | 20 Hal ini dapat menjadi sesuatu yang serius mengingat perilaku yang tidak etis dapat
menjurus kearah tindakan kriminal serta perilaku lain yang merugikan perusahaan, baik finansial
maupun nonfinansial. Banyak sebab yang menjadikan perilaku yang tidak etis bisa muncul. Ini bukan
hanya terkait pada individu saja, tetapi juga menyangkut keseluruhan proses dalam organisasi.
Manajemen merupakan pendorong organisasi agar mempunyai etika bisnis yang sesuai dengan
organisasi, sehingga tindakan kurang etis dapat di cegah. Menurut Carson dan Ghorpade, komunitas
bisnis mengakui adanya pengaruh dari sifat lingkungan kerja (Waples, Antes, Murphy, Connelly, &
Mumford, 2009). Pendapat tersebut di dukung dengan pendapat LeClair dan Ferrell, dimana
perkembangan zaman sekarang ini secara drastis mempengaruhi perilaku etis ditambah dengan
perkembangan teknologi telah membuat perubahan yang serba cepat dan high impact terhadap
keputusan yang menjadi bagian dari pekerjaan sehari-hari. (Waples, Antes, Murphy, Connelly, &
Mumford, 2009). Pergeseran ini memiliki makna yang penting untuk dibawa ke masa depan sebagai
edukasi etika terhadap dunia pendidikan dan para pelaku professional dalam bisnis. Dengan adanya
fenomena-fenomena yang terjadi saat ini, ini membuktikan bahwa bisnis yang dijalankan bertentangan
dengan etika bisnis. Etika bisnis memiliki lima prinsip-prinsip yaitu prinsip otonomi, keadilan, kejujuran,
saling menguntungkan dan integritas moral (Keraf dalam Sutrisna, 2010). Keraf mengemukakan bahwa
prinsip otonomi merupakan kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran dirinya sendiri
tanpa adanya pengaruh dari pihak lain. Sedangkan prinsip kejujuran adalah sifat terbuka dan memenuhi
syarat-syarat dalam sebuah perjanjian kontrak bisnis. Prinsip keadilan menurut Keraf, menuntut
seseorang untuk bersikap sama secara objektif, rasional, dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip-
prinsip etika bisnis menurut Keraf di perkuat dengan pendapat menurut Gundlach dan Murphy, bahwa
dasar-dasar etika terdiri dari: kesetaraan (saling menguntungan), promise principle (tugas untuk
menjaga janji/komitmen), dan moralitas terhadap tugas dan tanggung jawab (mengikuti aturan yang
berlaku dan tidak secara sadar melakukan tindakan yang merugikan satu sama lain) (Piercy & Lane,
2007). Dari kelima prinsip bisnis menurut Keraf tersebut, Adam Smith mengatakan bahwa prinsip yang
paling keadilan merupakan prinsip yang paling pokok (Sinuor, 2009). Prinsip keadilan menjadi jiwa bagi
aturan bisnis dan semua praktek bisnis yang melanggar prinsip harus dilarang. Praktek bisnis yang
melanggar prinsip keadilan antara lain monopoli, kolusi, nepotisme, manipulasim hak istimewa,
perlindungan politik, dan lain-lain. Monopoli sendiri memiliki batasan seperti halnya yang terjadi pada
PT Aqua Golden Mississippi yang ditulis dalam Antara News, bahwa pangsa pasar PT Aqua Golden
Mississippi melebihi 50% di Indonesia yang membuat perusahaan ini terancam karena memonopoli
pasar Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) (Ariwibowo, 2011). Selain Aqua, hal ini juga terjadi pada
peluang elektronik illegal asal

8. P a g e 8 | 20 China dan Singapura yang menguasai 40% pasar elektronik di Indonesia yang tertulis
pada Indo pos (Sutrisna, 2010). Hal ini membuktikan bahwa etika bisnis merupakan unsur penting
supaya siklus hidup suatu bisnis dapat bertahan lama, atau bahwa etika merupakan prasyarat
tumbuhnya sikap sikap moral, khususnya sikap saling percaya, jujur, adil, dan tanggung jawab. Zaman
berubah menuntut individu dan perusahaan berubah pula. Tatanan nilai terhadap etika pun ikut
mengalami perubahan. Memang benar tidak semua etika yang lama menghilang, namun banyak
bermunculan tata nilai etika baru yang dianggap lebih sesuai dengan masa kini. PT. Autocomp Systems
Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang komponen automotif. Produk ini disuplai
kepada pembuat mobil (car maker). Produk (Anonim#1, 2017) ini berupa rangkaian kabel dan komponen
listrik lainnya yang berfungsi sebagai sistem saraf pusat pada kendaraan bermotor dengan
mendistribusikan listrik pada setiap bagian agar memastikan keamanan dan fungsi dasar (berjalan,
berputar dan berhenti), serta memberikan kenyamanan dan kemudahan (wiring harness). Perusahaan
ini berdiri sejak tahun 2002, yang juga sebagai salah satu sales overseas dari Yazaki Corporation yang
berada di Jepang. Selain mendistribusikan wiring harness di pasar domestik juga melakukan ekspor ke
berbagai belahan di dunia melalui affiliate yang berada di Indonesia. PT. Autocomp Systems Indonesia
berkomitment untuk memberikan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan, supplier dan tentunya
pada karyawan. Terkait dengan kinerja, PT Autocomp Systems Indonesia mengutamakan
keprofesionalan sebagai penyedia wiring harness agar supaya bisnis tetap berkelanjutan. Berdasarkan
latar belakang yang sudah diuraikan, maka penelitian ini difokuskan kepada penerapan etika bisnis (nilai
etika) di PT. Autocomp Systems Indonesia. Sehingga penulis mengambil judul “Analisis Penerapan Etika
Bisnis pada PT. Autocomp Systems Indonesia”. Maka perumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis penerapan etika bisnis apa yang diterapkan di PT. Autocomp Systems Indonesia.
2.1. Penjelasan Etika Bisnis Etika berasal dari kata Yunani ethos yang menurut Keraf (1998) adalah adat
istiadat atau kebiasaan. Perpanjangan dari adat istiadat membangun suatu aturan kuat di masyarakat,
yaitu bagaimana setiap tindak tanduk mengikuti aturan-aturan, dan aturan-aturan tersebut ternyata
telah membentuk moral masyarakat untuk menghargai adat istiadat yang berlaku. Pengertian moral
menurut Velasquez (2005) bahwa moral memang mampu mempengaruhi seseorang dalam mengambil
keputusan. Sehingga etika dan moralitas berbeda, etika perlu dipahami sebagai sebuah cabang filsafat
yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.

9. P a g e 9 | 20 Terdapat banyak versi dari definisi etika bisnis dari berbagai pihak, dan berikut adalah
beberapa definisi etika bisnis:  Menurut Laura Nash (1990, dalam Sutrisna, 2010), etika bisnis sebagai
studi mengenai bagaimana norma moral personal diaplikasikan dalam aktivitas dan tujuan perusahaan.
 Menurut Griffin and Ebert (2007), etika bisnis adalah istilah yang biasanya berkaitan dengan perilaku
etis atau tidak etis yang dilakukan oleh manajer atau pemilik suatu organisasi.  Menurut Velasques
(2005), etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis.  Menurut Irham Fahmi (2013), etika bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu bisnis
boleh bertindak dan tidak boleh bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan
tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Dan jika suatu bisnis melanggar aturan-aturan tersebut maka
sanksi akan diterima. Dimana sanksi tersebut dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung.
Berbagai aliran etika yang secara garis besar digolongkan menjadi etika teleologi dan etika deontologi.
Etika teleologi menilai suatu tindakan itu baik atau buruk dari sudut tujuan, hasil sasaran, atau keadaan
optimum yang dapat dicapai (Sutrisna, 2010). Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai
sesuatu yang baik, atau kalau akibat yang ditimbulkan baik dan berguna (Fahmi, 2013). Dari teori ini
berkembangnya teori lain (Hapzi, 2017), yaitu: hedonisme, humanisme, utilitarianisme, vitalisme,
thelogis. Pada hedonisme berlaku kaidah, bertindaklah sedemikian rupa sehingga mencapai kenikmatan
yang paling besar bagimu atau hindari semua ketidaknikmatan (Sutrisna, 2010).  Menurut Sutrisna
(2010), etika hedonisme memiliki dorongan untuk mencari kenikmatan, kegembiraan, atau kesenangan
dan sebaliknya menjauhi serta mencegah rasa sakit atau ketidaksenangan dalam hidup manusia adalah
sesuatu yang manusiawi. Menurut Sutrisna (2010), prinsip pokok yang harus dikedepankan dalam
berbuat adalah asas manfaat/keuntungan. Sumber kesenangan diukur menurut intensitas dan lamanya
perasaan tersebut, akibatnya, dan lain-lain. Perilaku dan perbuatan manusia dikatakan baik jika
mendatangkan keuntungan dan kegunaan (Fahmi, 2013).  Menurut Hapzi (2017), etika humanisme
berasal dari eudaimonia (bahasa Yunani) yang berarti kebahagiaan. Aliran ini menyatakan bahwa tujuan
setiap perbuatan manusia adalah kebahagiaan. Oleh karena itu perbuatan yang baik adalah perbuatan
yang menuju kepada kebahagiaan yang berarti mengembangkan dan membulatkan semua panggilan
kodrat atau fitrah kemanusiaan yang dimiliki manusia.  Menurut Bertens (2013), utilitarianisme adalah
perbuatan yang dikatakan baik jika membawa manfaat, tapi manfaat tersebut harus menyangkut

10. P a g e 10 | 20 bukan saja satu atau dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. 
Menurut Hapzi (2017), etika vitalisme berasal dari vita yang berarti hidup. Perbuatan baik itu adalah
perbuatan yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia untuk menaklukkan manusia lain yang
lemah.  Menurut Hapzi (2017), etika theologisme berasal dari kata theos (bahasa Yunani) yang berarti
Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa suatu perbuatan manusia adalah baik jika sesuai dengan kehendak
Tuhan. Tuhan berhak menentukan apakah perbuatan itu baik atau buruk. Teori ini berpendapat bahwa
etika itu bersifat relatif (Fahmi, 2013). Menurut Faisal Badroen masalah lain yang timbul dalam
praktiknya adalah self- centered (egois), fokus pada diri manusia individu mengabaikan interaksi dengan
pihak luar sistem dan pembuat keputusan tidak berfikir panjang, semua bergantung kriterianya sendiri
(Fahmi, 2013). Teori deontologi menurut Keraf, merupakan suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan
dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan tersebut, melainkan berdasarkan tindakan
itu sendiri (Fahmi, 2013). Atas dasar itu, etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik,
dan watak yang kuat dari pelaku (Sutrisna, 2010). Atau sebagaimana dikatakan Immanuel Kant,
kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apapun juga (dalam Sutrisna, 2010).
Menurut Sutrisna (2010) Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi dalam menerapkan teori deontologi,
yaitu:  Supaya suatu tindakan punya nilai moral, maka tindakan itu harus dijalankan berdasarkan
aturan, prosedur, atau kewajiban.  Nilai moral dari suatu tindakan tidak ditentukan oleh tujuan atau
hasil yang dicapai, melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakn tersebut.  Sebagai konsekuensi dari dua prinsip tersebut, kewajiban adalah hal yang
penting dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal. Dalam
uraian teori etika bisnis maka, dalam penelitian ini menegaskan memakai teori deontologi. Hal ini
terbukti bahwa deontologi memiliki banyak kelebihan dibandingkan teoriteori etika yang lain. Dalam
suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi
pertimbangan. Selain itu disebabkan oleh kultur budaya bangsa yang menganut dan menjaga nilai-nilai
moral. Di tambah lagi mayoritas penduduk Indonesia adalah masyarakat yang beragama dimana dalam
menjalankan suatu perbuatan selalu dilandasi oleh suatu kewajiban yang termaktub dalam berbagai
kitab suci. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut
wajib dilakukan. Deontologi menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik
tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Dalam hal ini, tidak boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar
sesuatu yang dihasilkan itu baik. Misalkan tidak boleh mencuri, berdusta untuk membantu orang lain,
mencelakai orang lain melalui perbuatan ataupun

11. P a g e 11 | 20 ucapan, karena dalam teori deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini
merupakan suatu keharusan dan memiliki pendirian yang teguh pada prinsip yang taat. Menurut Keraf
(1998), prinsip-prinsip etika yang berlaku dalam bisnis adalah (dalam Sutrisna, 2010): prinsip otonomi,
prinsip kejujuran, prinsip keadilan, prinsip saling menguntungkan, dan prinsip integritas moral. Peranan
etika dalam kegiatan bisnis antara lain, sebagai berikut:  Etika harus menjadi pedoman dalam kegiatan
masyarakat, dan seharusnya juga menjadi pedoman bagi pebisnis. Mana tindakan yang tepat, benar dan
boleh dilakukan dalam bisnis yang diharapkan menguntungkan semua pihak yang terlibat
(Satyanugraha, 2003).  Etika berperan sebagai penghubung pelaku bisnis. Pelayanan purna jual tentu
merupakan refleksi nilai atau etika bisnis yang diterapkan perusahaan untuk menjaga loyalitas
konsumennya (Tjiptono, 2005).  Etika juga berperan sebagai syarat utama untuk kelanggengan atau
konsistensi perusahaan. Loyalitas konsumen akan dapat membantu perusahaan agar tetap bisa
bertahan (Tjiptono, 2005).  Untuk membangun kultur bisnis yang sehat, idealnya dimulai dari
perumusan etika yang akan digunakan sebagai norma perilaku sebelum aturan (hukum) perilaku dibuat
dan laksanakan, atau aturan (norma) etika tersebut diwujudkan dalam bentuk aturan hukum (Amran,
2011).  Sebagai kontrol terhadap individu. Pelaku dalam bisnis yaitu melalui penerapan kebiasaan atau
budaya moral atas pemahaman dan penghayatan nilai-nilai dalam prinsip moral sebagai inti kekuatan
suatu perusahaan dengan mengutamakan kejujuran, bertanggung jawab, disiplin, berperilaku tanpa
diskriminasi (Amran, 2011).  Etika bisnis hanya bisa berperan dalam suatu komunitas moral, tidak
merupakan komitmen individual saja, tetapi tercantum dalam suatu kerangka sosial (Amran, 2011).
Perubahan yang cepat pada era globalisasi saat ini, menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan etika dalam berbisnis dan mengundang pro dan kontra dengan berbagai alasan. Dengan
demikian, dapat diketahui bahwa manfaat etikabisnis menurut Sutrisna (2010) adalah sebagai berikut: 
Sebagai moralitas, etika bisnis membimbing tingkah laku manusia agar dapat mengelola kehidupan dan
bisnis menjadi lebih baik.  Dapat mendorong dan mengajak orang untuk bersikap kritis dan rasional
dalam mengambil keputusan berdasarkan pendapatnya sendiri, yang dapat dipertanggungjawabkannya.
 Dapat mengarahkan masyarakat untuk berkembang menjadi masyarakat yang tertib, teratur, damai,
dan sejahtera dengan menaati norma-norma yang berlaku demi mencapai ketertiban dan kesejahteraan
sosial.  Sebagai ilmu pengetahuan, etika bisnis memberikan pemenuhan terhadap keingintahuan dan
menuntut manusia untuk dapat berperilaku moral secara kritis dan rasional.

12. P a g e 12 | 20 Adapun pendapat Sinour (2009) bahwa etika bisnis memberikan keuntungan dan
membantu para pebisnis. Keuntungan yang dimaksud Sinour adalah sebagai berikut:  Etika bisnis
menyadarkan para pebisnis tentang adanya dimensi etis yang melekat dalam perusahan yang dibangun.
 Etika bisnis memampukan para pebisnis untuk membuat pertimbangan- pertimbangan moral dan
pertimbangan-pertimbangan ekonomis secara memadai.  Etika bisnis memberi arah yang tepat bagi
para pebisnis ketika akan menerapkan pertimbangan-pertimbangan moral-etis dalam setiap kebijakan
dan keputusan bisnis demi tercapainya tujuan yang ditargetkan. Diperlukan pembanding antara etika
bisnis dalam perusahan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Perbandingan tersebut dimaksudkan
agar dapat membuktikan apakah hukum di Indonesia telah memenuhi etika yang berlaku di masyarakat
dan etika pada hakekatnya lebih tinggi daripada hukum. Hal ini terbukti dengan pendapat dari Amran
(2011) bahwa, hukum akan mengkodifikasi harapan dari etika dalam melaksanakan kegiatan bisnis.
Meskipun disadari tidak semua harapan etika tersebut dapat dipenuhi oleh hukum. Norma etika
memang bersifat dinamis, tetapi begitu etika dituangkan dalam ketentuan hukum sifat dinamisnya
menjadi berkurang/bahkan mungkin menjadi statis. Maka, hukum tentunya harus memperhatikan pula
apabila adanya perubahan-perubahan. Menurut Amran (2011) bahwa etika bisnis memiliki peranan
yang lebih dibandingkan hukum, sebagai berikut:  Hukum sebagai salah satu sarana/alat pengawasan
(social control) yang efektif untuk mengendalikan praktek bisnis yang tidak sehat. Sebab hukum
menetapkan secara tegas apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan, serta bentuknya yang
tertulis memberi rasa aman bagi para pelaku bisnis, karena apabila terjadi pelanggaran sanksinya jelas. 
Bisnis tidak bisa lepas dari faktor hukum, tetapi hukum saja belum cukup untuk mengatur bisnis, dalam
hal ini pula didukung faktor lain seperti etika. Bahkan pada taraf normatif, etika mendahului hukum.
Mematuhi hukum dalam bisnis adalah suatu keharusan.  Etika bisnis mendasari terbentuknya hukum
(substantif) bukan sebaliknya hukum yang membentuk etika bisnis. Etika sebagai bagian/cabang dari
filafat (umum) yang mempelajari tentang tingkah laku manusia mengenai baik dan buruknya dalam
kehidupan bermasyarakat.  Filsafat hukum mempelajari tentang hakekat hukum, juga merupakan
cabang filsafat (khusus). Keduanya (etika dan filsafat) pada dasarnya sama-sama membahas mengenai
aturan tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat dan dipraktekkan dalam kehidupan
bermasyarakat.  Etika berkaitan dengan tentang apa yang benar dan apa yang salah, sedangkan hukum
cenderung dapat ditafsirkan sebagai masalah legal atau ilegal.  Tidak semua etika diatur secara penuh
oleh hukum, karena etika terus berkembang dalam kehidupan masyarakat yang mencerminkan
pemikiran

13. P a g e 13 | 20 etis masyarakat dalam membangun etika bisnis, sedangkan hukum bersifat terbatas.
 Namun demikian hukum harus dapat mengkodifikasikan harapan dari etika, meskipun disadari bahwa
tidak semua harapan etika tersebut dapat dipenuhi seluruhnya oleh hukum. 2.2. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran disusun dengan didahului mengetahui berbagai teori etika bisnis yang ada yang
disampaikan oleh para pakar. Dilanjutkan dengan menganalisa etika bisnis itu sendiri yang cocok untuk
diterapkan di dalam perusahaan. Kemudian dilanjutkan dengan menggambarkan penerapan etika bisnis
pada PT. Autocomp Systems Indonesia. Diakhiri dengan membuat kesimpulan atas penerapan etika
bisnis di PT. Autocomp Systems Indonesia. Sehingga bisa digambarkan sebagai berikut: Gambar. 1
Kerangka Pemikiran (Dioleh Penulis, 2017) Teori Etika Bisnis • Berbagai teori etika bisnis yang
disampaikan oleh para pakar Analisa Etika Bisnis • Analisa etika bisnis yang sesuai dengan kondisi di
Indonesia Penerapan Etika Bisnis • Bentuk penerapan etika bisnis di PT. Autocomp Systems Indonesia
Kesimpulan Etika Bisnis • Hasil yang diperoleh ketika etika bisnis diterapkan di PT Autocomp Systems
Indonesia

14. P a g e 14 | 20 BAB III METHODS Pengolahan data yang digunakan dalam tugas ini, penulis
menggunakan metode pengumpulan data berupa studi kepustakaanan dengan cara mengumpulkan
data dari beberapa buku, dan juga melakukan pencarian dan pengumpulan data melalui internet
maupun artikel artikel yang ada di koran, berita dan sumber-sumber lainnya yang sekiranya mendukung
tugas penulisan ini.

15. P a g e 15 | 20 BAB IV RESULT & DISCUSSION Untuk melihat dan menganalisa terkait pelaksanaan
etika bisnis dalam suatu perusahaan diperlukan indikator. Indikator tersebut bisa dijadikan acuan dalam
mengukur pelaksanaan etika bisnis di dalam kegiatan opersionalnya. Sebagai perusahaan yang murni
sebagai penanam modal asing (PMA) adalah sangat penting untuk memastikan berbagai hal yang terkait
perusahaan harus selaras dengan berbagai regulasi yang terkait dengan operasional perusahaan. Hal
tersebut sejalan dengan corporate policy dari perusahaan induk yang ada di Jepang (Anonim#2, 2017),
yaitu dengan "A Corporation in Step with the World" dan "A Corporation Needed by Society" sebagai
kebijakan yang berkomitmen untuk bersikap ramah terhadap lingkungan dalam setiap aspek bisnis kami.
Serta mendedikasikan untuk merawat lingkungan, memberikan kontribusi kepada masyarakat dan
mengilhami kepercayaan dari semua semua pemangku kepentingan. 4.1. Indikator Etika Bisnis Indikator
pelaksanaan etika bisnis yang ditentukan untuk menjadi tolok ukur adalah sebagai berikut:  Undang-
undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 
Undang-undang No. 40 Tanun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 4.2. Pembahasan Masalah Terkait
Indikator Etika Bisnis Untuk mengetahui masalah yang timbul apabila etika bisnis tidak diterapkan terkait
dengan indikator diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Undang-undang No. 5 Tahun 1999 Di dalam
Undang-undang No. 5 tahun 1999 diatur terkait beberapa hal:  Pasal 4 sampai pasal 6: perjanjian yang
dilarang, seperti praktek oligopoli, penetapan harga, pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, trust,
oligopsoni, dan sebagainya.  Pasal 17 sampai 24: kegiatan yang dilarang, misalnya praktek monopoli,
praktek monopsoni, persekongkolan, dan sebagainya.  Pasal 25 sampai 27: Penyalahgunaan posisi
dominan. Posisi dominan yang dimaksud adalah keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai
pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau
pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan
dengan kemampuan

16. P a g e 16 | 20 keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk
menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu. Adapun penyalahgunaan posisi
dominan misalnya jabatan rangkap, pemilikan saham, dan lain-lain sebagaimana diatur dalam pasal 25
sampai dengan pasal 27 UU No 5 Tahun 1999. Undang-undang No. 4 Tahun 2007 Di dalam Undang-
undang No. 4 tahun 2007 diatur terkait beberapa hal:  Ayat (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan.  Ayat (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan & diperhitungkan sebagai biaya perseroan
yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan & kewajaran.  Ayat (3) Perseroan
yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.  Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial &
lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. 4.3. Etika Bisnis Dalam PT Autocomp Systems
Indonesia Terkait dengan kedua Undang-undang tersebut diatas, PT. Autocomp Systems Indonesia telah
mempersiapkan berbagai langkah-langkah sebagai upaya untuk memenuhi kepatuhannya. Langkah-
langkah itu diwujudkan dalam berbagai aturan and kegiatan perusahaan. Dengan adanya aturan-aturan
perusahaan maka akan mendorong setiap karyawan hingga tingkat manajeman harus mematuhinya.
Maka secara tak langsung, prilaku yang mereka lakukan adalah menerapkan etika bisnis dalam kegiatan
sehari-hari terkait dengan kepatuhan pada regulasi.  Terbentuknya organisasi compliance yang disebut
dengan “Compliance Organizational Structure” yang salah satu fungsinya adalah Fair Trading
(Competition Law, Anti-Corruption).  Fungsi ini adalah mempunyai kegiatan: o Memberikan edukasi
terkait dengan agar bisa menjalankan persaingan usaha yang sehat. Seperti diadakannya training online
bagi setiap karyawan dan manajemen. o Menerbitkan berbagai dokumentasi yang salah satunya adalah
“Regulation Brief”. Yang berisi mengenai perkembagan regulasi yang berlaku yang berkaitan dengan
operasional perusahaan o Memberlakukan aturan yang ketat apabila akan dilakukan pertemuan dengan
pelanggan, dimana didalamnya hadir pula pesaing.  Setelah diadopsinya “Yazaki Global Environment
Charter” maka PT. Autocomp Systems Indonesia menerapkan “Environmental Policy” yang secara global
berisi (Anonim#3, 2015):

17. P a g e 17 | 20 o Enhance environmental management. Meningkatkan kesadaran lingkungan di


antara semua karyawan dan memberdayakan mereka sebagai individu untuk mengambil tindakan yang
bertanggung jawab untuk pelestarian lingkungan. o Take action to prevent global warming. Mengurangi
emisi gas rumah kaca pada proses produksi dan dengan kontribusi produk hemat energi. o Promote the
efficient use of resources towards the formation of a recycling-based society. Memanfaatkan sumber
daya dengan mempromosikan daur ulang sampah dan mengurangi pembuangan. o Manage and reduce
environmentally hazardous substances. Memperbaiki pengelolaan bahan berbahaya lingkungan pada
produk dan proses produksinya. o Develop environmentally friendly products. Pertimbangkan
pemanasan global, daur ulang, dan zat yang menjadi perhatian saat mengembangkan produk.

18. P a g e 18 | 20 BAB V CONCLUSION & RECOMMENDATION 5.1. Kesimpulan Dari penjelasan diatas,
dapat diketahui bahwa PT. Autocomp Systems Indonesia telah menerapkan etika bisnis khususnya yang
terkait dengan kepatuhan pada regulasi. Adapun regulasi yang dimaksudkan adalah regulasi Undang-
undang No. 5 Tahun 1999 yang terkait dengan Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat dan Undang-undang no. 40 Tahun 2007 yang terkait dengan penerapan pelaksanaan tanggung
jawab sosial secara korporasi. Kepatuhan terhadap kedua regulasi diatas dibentuk menjadi aturan-
aturan dan kegiatan perusahaan sehingga mendorong setiap karyawan melakukan kepatuhan pada
regulasi pada setiap aktivitasnya. Dengan kata lain setiap individu perusahaan telah menerapkan etika
bisnis dalam kesehariannya. 5.2. Saran Saran yang bisa disampaikan adalah selalu melakukan review
terhadap regulasi agar senantiasa setiap praktik bisnis yang dilakukan selalu memenuhi persyaratan
regulasi. Meningkat dan mengembangkan keragaman kegiatan yang terkait tanggung jawab sosial
perusahaan sehingga komponen sosial dari stakeholder dapat jangkau. Yang pada akhirnya menciptakan
bisnis akan berkinerja unggul dan berkesinambungan dengan mentaati kaidah-kaidah etika yang sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku dan selalu berkontribusi pada lingkungan dan sosial.

19. P a g e 19 | 20 DAFTAR PUSTAKA Anonim#1. 2017. Wire Harness. Diakses pada tanggal 10 Oktober
2017 pukul 20:00. https://www.yazaki-group.com/global/products/wire_harness.html Anonim#2. 2017.
Corporate Policy. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2017 pukul 21:00. https://www.yazaki-
group.com/global/about/ Anonim#3. 2015. Yazaki Social and Environment Report 2015. Environment
Department, Quality Management Division. Yazaki Corporation. Amran, S (2011). Etika dan hukum
bisnis. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2017 pukul 19:00.
https://suarniamran.files.wordpress.com/2011/02/etika-dan- hukum-dalam-bisnis.ppt Ariwibowo, AA.
(2011, November). Pangsa Aqua terancam. Antara News. Diposting pada tanggal 21 November 2011.
Diakses pada tanggal 11 Oktober 2017 pukul 18:29.
http://www.antaranews.com/berita/285747/pangsa-aqua terancam. Bertens, K. (2013). Pengantar etika
bisnis. Yogyakarta: Kanisius. Fahmi, I. (2013). Definisi etika bisnis. Etika bisnis: teori kasus, dan solusi.
Bandung: Alfabeta. Griffin, R.W., & Elbert, R.J. (2007). Business. Edisi 8. Jakarta: Erlangga. Hapzi Ali.
2017. Philosophical Ethics and Business. 2017. Materi Kuliah Business Ethic & GCG. Modul ke: 03.
Universitas Mercu Buana. Indounas, K. (2008). The relationship between pricing and ethics in two
industrial service industries. The Journal of Business & Industrial Marketing, 23(3), 161-19 169. Retrieved
May14, 2014, from doi: http://dx.doi.org/10.1108 /08858620810858427. Irma Devita. 2013. Praktik
Monopoli Dan Persaingan Usaha Menurut UU No. 5 Tahun 1999. Diposting pada tanggal 4 Januari 2013.
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2017 pukul 20:00. http://irmadevita.com/2013/praktik-monopoli-dan-
persaingan-usaha-menurut-uu-no-5-tahun-1999/ Keraf, A.S. (1998). Etika bisnis: tuntutan dan
relevansinya. Yogyakarta: Kanisius. Margaretha, Farah. 2004. Teori Dan Aplikasi Manajemen Keuangan
Investasi dan Sumber Dana Jangka Pendek. PT. Grasindo. Jakarta.

20. P a g e 20 | 20 Mitra Wijaya. 2012. CSR…Tanggung Jawab Sosial Diatur Oleh Undang- undang.
Diposting pada tanggal 5 April 2012. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2017 pukul 22:00.
https://blognyamitra.wordpress.com/2012/04/05/csr-tang gung-jawab-sosial-diatur-oleh-undang-
undang/ Piercy, N. F., & Lane, N. (2007). Ethical and moral dilemmas associated with strategic
relationships between business-to-business buyers and sellers. Journal of Business Ethics, 72(1), 87-102.
Retrieved May 14, 2014, from doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10551-006-9158-6. Satyanugraha, H.
(2003). Etika bisnis: tuntutan & relevansinya. Jakarta: Kanisius. Sinour, Y.L. (2009). Etika bisnis. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Story, J., & Hess, J. (2010). Ethical brand management: Customer
relationships and ethical duties. The Journal of Product and Brand Management, 19(4), 240- 249.
Retrieve May14, 2014, from doi:http://dx.doi.org/10.1108 /10610421011059568. Sutrisna, D. (2010).
Etika bisnis: konsep dasar implementasi dan kasus. Bali: Udayana University Press. Tjiptono, F. (2005).
Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publising. Undang-undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas. Velasquez, M.G (2005). Etika bisnis, konsep dan kasus. Edisi 5. Yogyakarta: Penerbit
Andi. Waples, E.P., Antes, A.L., Murphy, S.T., Connelly, S., & Mumford, M.D. (2009). A meta-analytic
investigation of business ethics instruction. Journal of Business Ethics. 87(1), 133-151. Retrieved March
19, 2014, from doi:http://dx.doi.org /10.1007/s10551-008-9875-0.

Anda mungkin juga menyukai