Anda di halaman 1dari 289

TREND DAN POLA PERKEMBANGAN SEKOLAH MTs PADA

KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KOTA KENDARI

TESIS

OLEH

HENDRA

NIM. G2S1 18009

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020

TREND DAN POLA PERKEMBANGAN SEKOLAH MTs PADA


KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KOTA KENDARI

TESIS

OLEH

HENDRA

NIM. G2S1 18009

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Geografi (M.Geo) pada Program Studi Geografi

Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
RIWAYAT HIDUP SINGKAT

Hendra dilahirkan pada 19 Mei 1981 di Desa Batuawu


Kabaena Kabupaten Bombana Propinsi Sulawesi Tenggara,
anak sulung dari dua bersaudara, pasangan Bapak Djuisman
(Alm.) dan Hanawiah. Menempuh pendidikan di TK.
Tirongkotua Kec. Kabaena (1987), kemudian lanjut pada SD
Negeri 8 Tirongkotua tamat pada tahun (1993), selanjutnya
menempuh pendidikan pada SMP Negeri 1 Teomokole (tamat pada tahun 1996).
Pada tahun 1999 menamatkan pendidikan pada SMA Negeri 1 Kabaena,
kemudian penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Halu Oleo pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pend. IPS dan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada tahun 2005.

Tahun 2005 penulis menjadi pengajar di MTs DDI Kendari sampai


sekarang. Sebelumnya penulis mengajar di MTs Al-Fath Kendari (2010-2013),
MTs Asy-Syafi’iyah (2013), MTs Madani Kendari (2015-sekarang). Tahun 2018
penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Geografi Program
Pascasarjana Universitas Halu Oleo. Untuk memperoleh gelar Magister Geografi
penulis menyusun tesis dengan judul “Trend dan Pola Perkembangan Sekolah
MTs pada Kondisi Geografis Masyarakat Kota Kendari”.

Kendari, Juli 2020

Hendra

v
ABSTRAK

HENDRA, G2S1 18 009, TREND DAN POLA PERKEMBANGAN SEKOLAH MTs


PADA KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KOTA KENDARI atas bimbingan
M. Tufaila Hemon dan La Ode Muh. Golok Jaya.

Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) menganalisis trend dan pola
perkembangan sekolah MTs pada kondisi geografis; (2) menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan sekolah MTs di Kota Kendari.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2020 yang
dilaksanakan di Kota Kendari yang mewakili sekolah MTs dalam Kota Kendari
adalah MTsN 2 Kendari, MTs Asy-Syafi’iyah, sekolah MTs di daerah perbatasan
Kota Kendari adalah MTs Al-Muhajirin, MTs DDI Labibia dan sekolah MTs di
daerah pesisir adalah MTs DDI 2 Bungkutoko, MTs Indotec. Populasi dalam
penelitian ini adalah jumlah siswa selama kurun waktu 10 tahun dari 2010-2019,
sedangkan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sensus. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi dan observasi. Analisis data
yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini terdiri
dari analisis deskriptif kualitatif, analisis regresi berganda dan uji korelasi
bivarian.

Hasil penelitian yang diperoleh (1) Trend perkembangan sekolah MTs


pada kondisi geografis masyarakat Kota Kendari dalam kurun waktu 10
tahun jumlah sekolah MTs di Kota Kendari mengalami peningkatan, sampai
tahun 2019 berjumlah 17 sekolah dan pola perkembangan sekolah MTs pada
kondisi geografis masyarakat Kota Kendari adalah sebagian besar
terkonsentrasi di wilayah perkotaan sejumlah 13 sekolah, 2 sekolah MTs di
wilayah pesisir dan 2 sekolah MTs di wilayah perbatasan. (2) Faktor yang
dominan mempengaruhi perkembangan sekolah MTs pada kondisi geografis
masyarakat Kota Kendari; wilayah perkotaan adalah faktor transportasi dari
rumah ke sekolah MTs (75,6 %), Wilayah pesisir adalah faktor penghasilan
orang tua (44,1 %) dan wilayah perbatasan adalah faktor jarak rumah ke sekolah
MTs (68,1 %).

Kata Kunci: Trend, Pola, Kondisi Geografis

vi
ABSTRACT

HENDRA, G2S1 18009, Trends and Patterns of Mts School Development In


Urban Geographical Conditions, Kendari City. Supervised by M. Tufaila Hemon
dan La Ode Muh. Golok Jaya.

The objectives of this study are (1) to determine trends and patterns of
MTs school development in geographical conditions; (2) find out the factors that
influence the development of MTs in Kendari City. This research was conducted
in January to May 2020 conducted in Kendari City which represented MTs in
Kendari City, namely MTsN 2 Kendari, MTs Asy-Syafi'iyah, MTs schools in the
border area of Kendari City were MTs Al-Muhajirin, MTs DDI Labibia and MTs
schools in coastal areas are MTs DDI 2 Bungkutoko, MTs Indotec. The
population in this study is the number of students during the 10-year period from
2010-2019, while the sample in this study was conducted by census method.
Data collection techniques are done through documentation and observation.
Analysis of the data used to answer the problem formulation in this study
consisted of qualitative descriptive analysis, multiple regression analysis and
bivariate correlation test.

Research results obtained (1) The trend of MTs school development in


the geographical condition of the people of Kendari City within 10 years the
number of MTs schools in Kendari City has increased, until 2019 there were 17
schools and the pattern of MTs school development in the geographical condition
of the people of Kendari City was partly Large schools are concentrated in urban
areas with 13 schools, 2 MTs in coastal areas and 2 MTs in border areas. (2) The
dominant factor influencing the development of MTs schools in the geographical
condition of the people of Kendari City; the urban area is a factor of
transportation from home to school MTs (75.6%), the coastal area is a factor of
parents' income (44.1%) and the border area is a factor of the distance of the
house to school MTs (68.1%).

Keywords: Trend, Pattern, Geographical Condition

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’alamin, puji syukur Kehadirat Allah Ta’ala karena


atas Karunia-Nya pada penulis, sehingga tesis yang berjudul “Trend dan Pola
Perkembangan Sekolah MTs Pada Kondisi Geografis Masyarakat Kota
Kendari” ini dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh Gelar Magister Geografi pada Program Studi Geografi
Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima


kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. M. Tufaila Hemon, M.P.
selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. La Ode Muh. Golok Jaya, S.T., M.T.
selaku Pembimbing II. Atas segala waktu dan tenaganya untuk
memberikan bimbingan, ide, arahan dan masukan kepada penulis hingga
selesainya penyusunan tesis ini.

Selama mengikuti perkuliahan hingga penyelesaian studi, banyak pihak


turut memberikan sumbangsih, do’a, cinta, dukungan, dan semangat. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Si., M.Sc. selaku Rektor Universitas
Halu Oleo Kendari yang telah memberikan izin untuk melanjutkan pendidikan
di Pascasarjana Universitas Halu Oleo.
2. Prof. Dr. Ir. H. Gusti Ray Sadimantara, M.Agr. selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Halu Oleo.
3. Dr. Djafar Mey, S.P., M.Si. selaku koordinator Program Studi Geografi
Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo.
4. Kepada para dosen Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo yang telah
mendidik dan membimbing selama dalam kegiatan perkuliahan.
5. Keluarga tercinta, terutama Ibunda Hj.Hanawiah, S.Pd dan Ayahanda
H.Djuisman, S.Pd. (Alm.) serta saudara penulis Bripka Hasman, yang
senantiasa memberikan dukungan serta do’a yang tiada henti.

viii
6. Untuk istriku tercinta Irdam Riani, S.Pi., M.Si. atas perhatian dan dukungan,
serta anak-anakku (Rofi’ah, Sofiyah, Zahroh, Muhammad Su’ud) yang
senantiasa kubanggakan, keluarga yang senantiasa memberikan do’a,
dukungan, semangat dan kasih sayang.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Geografi Program Pascasarjana
Universitas Halu Oleo angkatan 2018 “Ulfianti Ulfa, S.Si,
Nurul Ainun Tangge, S.Geo, Askal Iswanto, S.Pd, Boy Herman, S.Pd,
Syamsul, S.Pd, Iswan Labudu, S.Pd, dan angkatan 2017 “Muhibudin, M.Geo,
Nuriani, S.Si, Asis Lawa, M.Geo” yang telah banyak memberikan bantuan
kepada penulis sehingga tesis ini dapat selesai.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan yang telah diberikan, semoga Allah Ta’ala memberikan imbalan yang
setimpal kepada mereka semua. Amiin yaa Robbal ‘alamin.

Harapan penulis mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan manfaat


kepada seluruh lapisan masyarakat yang berkepentingan serta menambah
khazanah keilmuan, Amiin.

Kendari, Juli 2020

Penulis,

Hendra

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL LUAR.............................................................................. i


HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.............................................................. iv
RIWAYAT HIDUP SINGKAT............................................................................ v
ABSTRAK........................................................................................................ vi
ABSTRACT...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR........................................................................................ viii
DAFTAR ISI..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1


1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................11
1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................11
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................13

2.1. Landasan Teori..............................................................................13


2.1.1 Trend ..........................................................................................13
2.1.2 Pola ............................................................................................16
2.1.3 Pendekatan Geografi...................................................................19
2.1.4 Konsep Geografi..........................................................................20
2.1.5 Kondisi Geografis Masyarakat.....................................................24
a. Kondisi Geografis Masyarakat di Wilayah Perkotaan...............24
b. Kondisi Geografis Masyarakat di Wilayah Pesisir....................25
c. Kondisi Geografis Masyarakat di Wilayah Perbatasan.............28
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Sekolah MTs................................................................................30
2.1.7 Minat............................................................................................39

x
a. Pengertian Minat......................................................................39
b. Indikator Minat.........................................................................40
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat..............42
d. Minat Menyekolahkan Anak di Sekolah MTs...........................45
2.1.8 Persepsi Masyarakat Terhadap Sekolah MTs.............................51
2.1.9 Perkembangan Madrasah ...........................................................57
a. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum............................59
b. Kesejajaran Madrasah dan Sekolah Umum.............................60
c. Madrasah.................................................................................72
1. Pengertian Madrasah............................................................72
2. Madrasah Negeri..................................................................74
3. Madrasah Swasta.................................................................75
2.2. Penelitian Terdahulu......................................................................76
BAB III. KERANGKA PIKIR ............................................................................80
BAB IV. METODE PENELITIAN.....................................................................81
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................81
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian...................................................82
4.3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data.................................83
4.3.1. Jenis Data.........................................................................83
4.3.2. Teknik Pengumpulan Data
83
4.4. Variabel Penelitian.......................................................................84
4.5. Teknik Analisis Data....................................................................84
4.6 Konsep Operasional.....................................................................87
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................91
5.1 Hasil.............................................................................................91
5.1.1 Gambaran Umum Penelitian......................................................91
5.1.2 Trend Perkembangan Sekolah MTs Kota Kendari......................97
5.1.3 Pola Perkembangan Sekolah MTs.............................................110
1. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Sekolah MTs di Wilayah Perkotaan................109
2. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Sekolah MTs di Wilayah Pesisir......................113
3. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi

xi
Perkembangan Sekolah MTs di Wilayah Perbatasan..............116
5.2 Pembahasan.................................................................................120
1. Trend Perkembangan Sekolah MTs di Wilayah Perkotaan.........120
2. Pola Perkembangan Sekolah MTs di Kota Kendari.....................123
3. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Sekolah MTs di Wilayah Perkotaan............................................128
3.1 Pengujian Model...................................................................129
3.2 Pengujian Variabel Bebas.....................................................130
4. Trend Perkembangan Sekolah MTs di Wilayah Pesisir...............139
5. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Sekolah MTs di Wilayah Pesisir .................................................142
5.1 Pengujian Model...................................................................143
5.2 Pengujian Variabel Bebas.....................................................144
6. Trend Perkembangan Sekolah MTs di Wilayah Perbatasan.......153
7. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Sekolah MTs di Wilayah Perbatasan .........................................156
7.1 Pengujian Model...................................................................157
7.2 Pengujian Variabel Bebas.....................................................158
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN....................................................................174
6.1. Simpulan......................................................................................174
6.2. Saran...........................................................................................175

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................176

LAMPIRAN.......................................................................................................182

DOKUMENTASI...............................................................................................258

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Penelitian Terdahulu..........................................................................76


Tabel 2. Schedule Penelitian............................................................................82
Tabel 3. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Terakhir
(2010-2019) Wilayah Perkotaan.........................................................97
Tabel 4. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Terakhir
(2010-2019) Wilayah Pesisir..............................................................98
Tabel 5. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Terakhir
(2010-2019) Wilayah Perbatasan.......................................................100
Tabel 6. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Pada
Masing-Masing Wilayah.....................................................................101
Tabel 7. Jumlah Siswa Sekolah MI sampai Tahun 2019..................................103
Tabel 8. Jumlah Siswa Sekolah SD sampai Tahun 2019 (Perkotaan).............104
Tabel 9. Jumlah Siswa Sekolah SD sampai Tahun 2019 (Pesisir)...................105
Tabel 10. Jumlah Siswa Sekolah SD sampai Tahun 2019 (Perbatasan).........106
Tabel 11. Data Sekolah MTs Negeri dan Sekolah MTs Swasta di Kota
Kendari sampai Tahun 2019............................................................107
Tabel 12. Data Sekolah SMP Negeri di Kota Kendari sampai Tahun 2019......108
Tabel 13. Data Sekolah MI/SD Kota Kendari (pada Lokasi Peneliian).............109
Tabel 14. Analisis Varians, Koefisien Korelasi (R) dan
Koefisien Determinasi (R2) Wilayah Perkotaan.................................112
Tabel 15. Nilai Koefisien Regresi dan Nilai Signifikansi
Masing-Masing Variabel Bebas (Xi) yang
Berpengaruh Terhadap Jumlah Siswa
Tiap Tahun di Wilayah Perkotaan.....................................................113
Tabel 16. Nilai b, Cross-Products, Regresi dan Sumbangan Efektif Total........114
Tabel 17. Analisis Varians, Koefisien Korelasi (R) dan
Koefisien Determinasi (R2) Wilayah Pesisir......................................115
Tabel 18. Nilai Koefisien Regresi dan Nilai Signifikansi
Masing-Masing Variabel Bebas (Xi) yang
Berpengaruh Terhadap Jumlah Siswa
Tiap Tahun di Wilayah Pesisir..........................................................116
Tabel 19. Nilai b, Cross-Products, Regresi dan Sumbangan Efektif Total........118
Tabel 20. Analisis Varians, Koefisien Korelasi (R) dan
Koefisien Determinasi (R2) Wilayah Perbatasan..............................119
Tabel 21. Nilai Koefisien Regresi dan Nilai Signifikansi
Masing-Masing Variabel Bebas (Xi) yang
Berpengaruh Terhadap Jumlah Siswa
Tiap Tahun di Wilayah Perbatasan..................................................120

xiii
Tabel 22. Nilai b, Cross-Products, Regresi dan Sumbangan Efektif Total........122
Tabel 23. Nilai Sumbangan Efektif Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perkembangan Sekolah MTs Wilayah Perkotaan............................140


Tabel 24. Nilai Sumbangan Efektif Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perkembangan Sekolah MTs Wilayah Pesisir..................................155

Tabel 25. Nilai Sumbangan Efektif Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perkembangan Sekolah MTs Wilayah Perbatasan..........................173

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir ................................................................................ 80


Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian .................................................................... 81
Gambar 3. Grafik Jumlah Siswa di Wilayah Perkotaan
Tahun 2010-2019 .......................................................................... 96
Gambar 4. Grafik Jumlah Siswa di Wilayah Pesisir
Tahun 2010-2019 .......................................................................... 97
Gambar 5. Grafik Jumlah Siswa di Wilayah Perbatasan
Tahun 2010-2019 .......................................................................... 99
Gambar 6. Grafik Jumlah Siswa di Wilayah Perkotaan,
Pesisir, Perbatasan Tahun 2010-2019............................................100
Gambar 7. Peta Sebaran Sekolah dengan Jumlah Siswa ................................100
Gambar 8. Grafik Jumlah Siswa Sekolah MI sampai Tahun 2019....................101
Gambar 9. Grafik Jumlah Siswa Sekolah SD sampai Tahun 2019
(Perkotaan)..................................................................................102
Gambar 10. Grafik Jumlah Siswa Sekolah SD sampai Tahun 2019
(Pesisir)........................................................................................103
Gambar 11. Grafik Jumlah Siswa Sekolah SD sampai Tahun 2019
(Perbatasan)..................................................................................104
Gambar 12. Peta Sebaran Sekolah MTs di Kota Kendari................................. 124
Gambar 13. Peta Sebaran Sekolah SMP di Kota Kendari................................ 125
Gambar 14. Peta Sebaran Sekolah MI/SD................................................... 127
Gambar 15. Peta Variabel X1 Jarak Rumah Siswa ke Madrasah....................161
Gambar 16. Peta Variabel X2 Pendidikan Ayah ............................................. 163
Gambar 17. Peta Variabel X3 Pendidikan Ibu ................................................ 165
Gambar 18. Peta Variabel X4 Penghasilan Orang Tua ................................ 167
Gambar 19. Peta Variabel X5 Transportasi dari Rumah ke Madrasah............ 169
Gambar 20. Peta Variabel X6 Jenis Pekerjaan
Kepala Rumah Tangga .............................................................. 170
Gambar 21. Peta Variabel yang Mempengaruhi Perkembangan Sekolah
MTs di Wilayah Perkotaan, Pesisir, Perbatasan......................... 172

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Kota Kendari............................................ 182


Lampiran 2. Data Jumlah Siswa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Sekolah MTs Wilayah Perkotaan....................... 183
Lampiran 3. Data Jumlah Siswa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Sekolah MTs Wilayah Perkotaan....................... 215
Lampiran 4. Data Jumlah Siswa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Sekolah MTs Wilayah Perkotaan....................... 223
Lampiran 5. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Terakhir
(2010-2019) Wilayah Perkotaan.................................................. 236
Lampiran 6. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Terakhir
(2010-2019) Wilayah Perkotaan.................................................. 236
Lampiran 7. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Terakhir
(2010-2019) Wilayah Perkotaan.................................................. 236
Lampiran 8. Data Sekolah MTs Negeri dan Sekolah MTs Swasta
di Kota Kendari Perkotaan........................................................... 237
Lampiran 9. Hasil Analisis Regresi Sekolah MTs Wilayah Perkotaan............. 238
Lampiran 10. Hasil Analisis Regresi Korelasi Bivarian di Sekolah MTs
Wilayah Perkotaan..................................................................... 240
Lampiran 11. Nilai b, Cross-Products, Regresi dan Sumbangan Efektif Total.. 243
Lampiran 12. Hasil Analisis Regresi Sekolah MTs Wilayah Pesisir................. 244
Lampiran 13. Hasil Analisis Regresi Korelasi Bivarian di Sekolah MTs
Wilayah Pesisir ........................................................................... 246
Lampiran 14. Nilai b, Cross-Products, Regresi dan Sumbangan Efektif Total...249
Lampiran 15. Hasil Analisis Regresi Sekolah MTs Wilayah Perbatasan..........250
Lampiran 16. Hasil Analisis Regresi Korelasi Bivarian di Sekolah MTs
Wilayah Perbatasan.................................................................... 252
Lampiran 17. Nilai b, Cross-Products, Regresi dan Sumbangan Efektif Total...255
Lampiran 18. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana UHO..............................256
Lampiran 19. Surat Izin Penelitian dari Balitbang..............................................257

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem Pendidikan Nasional suatu bangsa didasarkan pada fungsi

dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Dalam Undang-Undang no. 20

tahun 2003 tentang fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional adalah

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yag bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokrasi serta bertanggung jawab.

Pengembangan sistem pendidikan dilakukan oleh pemerintah

didasarkan pada Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 13 yang

menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non

formal, dan in-formal yang dapat saling melengkapi dan dan memperkaya.

Dalam sistem pendidikan nasional yang merupakan bagian dari sistem

pembangunan nasional, yang memiliki sub sistem pendidikan yaitu :

pertama, pendidikan formal adalah kegiatan sistematis, berstruktur,

bertingkat, berjenjang, dimulai dari SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, dan

perguruan tinggi. Kedua, pendidikan in-formal adalah proses yang

berlangsung sepanjang usia. Pendidikan ini tidak hanya terfokus pada

xvi
2

kegiatan pembelajaran disekolah saja, sehingga setiap orang dapat

memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber

dari pengalaman hidup sehari-hari.

Disetiap daerah didirikan sekolah guna untuk mencerdaskan dan

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak bangsa. Sekolah

didirikan di desa maupun di kota yang ada di Indonesia, termasuk

diantaranya di Kota Kendari. Sekolah-sekolah yang telah didirikan di Kota

Kendari mulai dari tingkat SD/MI sampai SMA/MA. Dari banyaknya

sekolah yang telah didirikan di Kota Kendari hampir tidak ditemukan lagi

desa/kelurahan yang jauh dari tempat pendidikan. Kota Kendari

merupakan salah satu daerah di Sulawesi Tenggara yang mempunyai

jumlah penduduk sebesar 314.126 jiwa. Penduduk tersebut tersebar

dengan persebaran yang tidak merata. Pada tahun 2013, sebanyak 14,80

persen penduduk Kota Kendari tinggal di wilayah Kendari Barat, hanya

6,68 persen tinggal di Kecamatan Baruga, dan selebihnya tersebar pada 8

kecamatan dengan persebaran yang bervariasi (BPS Kota Kendari, 2015).

Di samping itu, dilakukan penghitungan kepadatan penduduk pada

masing-masing wilayah kecamatan. Kepadatan penduduk adalah

banyaknya penduduk per kilometer persegi. Kecamatan Kadia merupakan

kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi yaitu sebesar 6,336

jiwa per km2 sedangkan Kecamatan Baruga merupakan kecamatan dengan

kepadatan penduduk paling rendah yaitu sebesar 437 jiwa per km 2 (BPS

Kota Kendari, 2015). Jarak antara pusat pendidikan berkisar ±5 km,


3

10 km, dengan keadaan jalan yang ditempuh oleh para siswa sudah baik

untuk sampai ke sekolah tepat pada waktunya.

Pencitraan madrasah sebagai lembaga pendidikan kelas dua,

sebenarnya tidak lagi menemukan justifikasinya sejak diterapkannya

Undang-Undang no. 20 tahun 2003. Meskipun dari sisi legal-formalnya

posisinya sama namun minat masyarakat untuk menyekolahkan anak

mereka ke madrasah disinyalir meningkat. Hal ini dapat dilihat dari

peningkatan angka minat pada madrasah (Achmad, 2007). Kenaikan

angka partisipasi kasar pada MTs justru mengindikasikan lain, mengingat

asal sekolah siswa baru yang mendaftar ke sekolah MTs mencapai 50

persen berasal dari Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta.

Kondisi ini bisa jadi karena daya tampung SMPN maupun swasta

terbatas, sehingga lulusan Sekolah Dasar banyak yang melanjutkan

sekolahnya ke sekolah Madrasah Tsanawiyah.

Berdasarkan rasio jumlah umur dengan jumlah kelas dan sekolah

dimana jumlah murid per kelas / per sekolah dari madrasah, umumnya

meningkat dari total nasional masing-masing menurut jenjang

pendidikannya. Hal ini menunjukkan masih rendahnya daya tampung

madrasah. Minimnya siswa bisa ditingkatkan lagi dengan meningkatkan

mutu pendidikan madrasah sehingga minat untuk bersekolah dimadrasah

semakin besar pula (Taruna, 2009).


4

Trend peningkatan minat masyarakat terhadap sekolah MTs terjadi

pada beberapa madrasah; MTsN 1, MTsN 2, MTs Asy-Syafi’iyah, MTs

Pesri dikenal sebagai madrasah yang banyak diminati masyarakat. Di

Kota Kendari ada beberapa sekolah MTs yang menyeleksi dan menolak

murid dengan berbagai macam alasan, diantaranya alasan karena daya

tampung ruang kelas atau demi mengefektifkan dalam proses

pembelajaran kelas seperti MTs Al-Fath, MTs Al-Wahdah. Sedangkan

beberapa sekolah masih ada yang menerima siswa selama tahun

berjalan. Namun secara umum ada penurunan minat masyarakat

terhadap madrasah terutama pada madrasah-madrasah swasta.

Selain itu, madrasah juga mendapat persoalan utama yang pada

umumnya kalah bersaing dengan sekolah umum untuk memperebutkan

calon siswa yang berprestasi. Siswa yang berprestasi umumnya lebih

memilih sekolah umum daripada madrasah karena beranggapan bahwa

sekolah umum lebih menjanjikan harapan bahwa prestasi mereka akan

lebih baik disana. Siswa madrasah juga sering merasa rendah diri jika

berhadapan dengan siswa sekolah umum yang setara dengan

sekolahnya.

Perkembangan pendidikan di Kota Kendari khususnya sekolah MTs

merupakan lembaga persekolahan dengan muatan keagamaan.

Pengembangan tradisi rakyat Indonesia pada masa itu diusulkan untuk

dimanfaatkan oleh Belanda. Namun secara teknis usulan tersebut sulit

dipenuhi karena tradisi pendidikan Islam masih dipandang memiliki


5

kebiasaan yang dianggap masih jelek, baik dari sudut kelembagaan,

kurikulum, maupun metode pembelajarannya. Untuk memperbaharui

pendidikan Islam, beberapa tokoh menempuh pendidikan Islam

tradisional dan sekolah umum ala Belanda. Mereka mengkombinasikan

pelajaran keagamaan dengan pelajaran membaca, menulis, berhitung,

bahasa, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan kebudayaan, dan

keterampilan organisasi. Metode pengajarannya pun disesuaikan

dengan tingkat perkembangan masyarakat (Maksum, 1999 dalam

Kosim, 2007).

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam, mulai di dirikan dan

berkembang pada abad 20-an. Pada awal kemerdekaan dilakukan

pembaharuan dalam sistem pendidikan di Indonesia, pembaharuan

tersebut diantaranya pembaharuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan

pada masa orde baru adalah membentuk manusia Pancasila, ini terdapat

dalam Pembukaan Undan-Undang Dasar 1945. Maka dari itu, pemerintah

Indonesia mengeluarkan peraturan untuk memberikan pelajaran agama

sebagai pelajaran wajib pada semua siswa sekolah mulai dari tingkat

sekolah dasar sampai sekolah tinggi (Isjoni, 2009).

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang dimulai dari

pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Pendidikan yang dicatat adalah

pendidikan formal berdasarkan kurikulum Kementerian Pendidikan

Nasional, termasuk pendidikan yang diselenggarakan oleh pondok

pesantren dengan memakai kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional,


6

seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan

Madrasah Aliyah (MA) (Susilowati, 2015). Disamping itu, madrasah

menurut Departemen Agama mempunyai arti pendidikan formal yang

menyelenggarakan pendidikan keagamaan Islam dan pendidikan umum

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (Departemen Agama RI,

2004 dalam Ramli, 2011).

Memilih sekolah yang tepat untuk anak bukanlah hal yang mudah

bagi sebagian orang tua, terutama masyarakat yang tinggal di perkotaan.

Berbagai pilihan pun di suguhkan di depan mata. Kali ini, pilihan tidak

cuma soal biaya dan jarak tempuh seperti yang dilakukan oleh orang tua

kita dahulu saat kita kecil. Namun, lebih beragam lagi pilihannya, seperti

sekolah unggulan, sekolah full day, sekolah islam, sekolah dengan

asrama, dan bahkan sekolah billingual. Pada saat yang sama, kegalauan

para orang tua dengan kesibukannya yang begitu padat menuntut mereka

untuk memilih sekolah yang dapat mengajarkan dasar-dasar keagamaan

lebih banyak jika dibanding sekedar di sekolah biasa. Oleh karena itu,

para orang tua mulai mencari lembaga pendidikan yang mampu

memberikan pendidikan yang seimbang antara ilmu pengetahuan dan

agama. Pasalnya, memilih sekolah yang tepat, merupakan investasi

jangka panjang bagi masa depan anak-anaknya (Afifah, R. 2013).

Dalam pandangan masyarakat perkotaan, lembaga pendidikan yang

berkualitas itu jika para lulusannya meraih kedewasaan pribadi yang utuh,

yaitu dewasa spiritual dan akhlak, dewasa intelektual, dewasa sosial,


7

dan memiliki kecakapan hidup. Akan tetapi untuk mewujudkannya

memerlukan energi yang lebih, niat yang ikhlas, integritas dan usaha yang

sungguh-sungguh, serta pengorbanan yang tinggi. Bagi orang tua yang

berpeluang memilih, mereka akan memilih lembaga pendidikan yang

berkualitas.

Dalam sejarah perkembangan pendidikan masyarakat pesisir tentu

pelabuhan menjadi suatu tempat yang tidak dapat dipisahkan

keberadaannya. Pengaruhnya begitu sangat terasa bagi mereka yang

tinggal di pesisir-pesisir pulau. Pelabuhan-pelabuhan menjadi tempat yang

paling utama dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai penjuru karena

disitulah pangkal kegiatan jual beli, tukar-menukar barang maupun

aktivitas lainnya dilakukan.

Sejarah perkembangan pendidikan di masyarakat pesisir tidak

terlepas dari faktor biofisik wilayah. Ditinjau dari biofisik wilayah, ruang

pesisir serta sumberdaya yang terkandung didalamnya bersifat khas

sehingga adanya intervensi manusia di wilayah tersebut dapat

mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti bentang alam yang

sulit diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan

beberapa ekosistem khas dan lain-lain. Wilayah pesisir dan laut serta

sumberdaya yang terkandung didalamnya memiliki sifat terbuka,

sehingga menyebabkan masyarakat pesisir cenderung memiliki karakter

yang tegas, keras, dan terbuka.


8

Sedangkan masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan

cenderung homogen yaitu tunggal atau asli masyarakat setempat.

Masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan pada umumnya lebih

bersifat tertutup dan tidak suka menerima tamu luar, memiliki tingkat

keeratan, kekeluargaan, kegotongroyongan lebih tinggi daripada

masyarakat di perkotaan. Kebanyakan pada masyarakat di perbatasan

kebanyakan masih bersifat saudara atau menganggap saudara sehingga

mereka masih mengenal satu sama lain dalam lingkup masyarakatnya.

Membaca kecenderungan inilah, nampaknya lembaga pendidikan

madrasah memiliki kesempatan untuk berkembang sebagai pilihan

pendidikan yang strategis dalam mengoptimalkan kecerdasan intelektual,

moral, sosial, maupun spiritual anak di masa yang akan datang.

Kecenderungan ini juga akan membuktikan bahwa lembaga pendidikan

madrasah dapat menjadi benteng yang ampuh untuk menjaga

kemerosotan moral anak-anak, sekalipun sekilas ketika berbicara masalah

peningkatan mutu pendidikan seolah-olah semuanya ditentukan oleh

sekolah umum.

Pengertian ini memperkuat posisi madrasah di dalam

mengembangkan diri di masyarakat karena posisi madrasah mempunyai

dua makna yakni pendidikan umum yang berciri khas agama sehingga

kalaulah dikelola dengan baik maka madrasah mempunyai dua

keunggulan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan

muncul dari keaktifan dan inisiatif masyarakat dalam hal ini menyangkut
9

karena adanya motivasi, minat, persepsi, kemauan, kemampuan, dan

kesempatan masyarakat untuk berbuat sesuatu dalam memperhatikan

madrasah (Departemen Agama RI, 2004 dalam Ramli, 2011).

Kajian penelitian ini difokuskan pada pandangan masyarakat dalam

memilih lembaga pendidikan. Masyarakat yang dimaksud disini adalah

masyarakat yang secara demografis tinggal di wilayah perkotaan, pesisir,

dan perbatasan. Sedangkan lembaga pendidikan pada penelitian ini

terbatas pada sekolah madrasah tsanawiyah atau yang lebih dikenal

dengan sebutan MTs. Berdasarkan obyek penelitiannya, baik tempat

maupun sumber datanya, maka penelitian ini termasuk penelitian

lapangan yang dilakukan di MTs Kota Kendari, MTs di daerah pesisir, MTs

di daerah perbatasan, sehingga metode yang digunakan adalah metode

kualitatif.

Dengan demikian, kajian dan penelitian ini tidak hanya mencakup

semua varian lembaga pendidikan madrasah di Kota Kendari, akan tetapi

begitu juga masyarakat yang secara demografis tinggal di wilayah

tersebut. Sehubungan dengan letak sekolah yang jauh maka masyarakat

mencari solusi untuk dapat memecahkan masalah tersebut yaitu

masyarakat menyepakati untuk menyekolahkan anak-anak mereka

dimadrasah yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Selain itu, dengan

jarak sekolah madrasah yang dekat, mereka dapat mengawasi anak-anak

mereka, anak-anak tidak berjalan jauh kesekolah, serta dapat mengurangi

biaya yang dikeluarkan oleh orang tua. Berdasarkan observasi awal yang
10

peneliti lakukan di madrasah tujuan lokasi penelitian, khususnya pada

masyarakat yang berada disekitar lingkungan madrasah tersebut yang

lulus dari SD, misalnya dari 50 orang anak ini diketahui masih ada

masyarakat yang menyekolahkan anaknya di sekolah lain dalam hal ini

SMP sebanyak 25 orang siswa. Sedangkan yang sekolah di madrasah

sebanyak 25 siswa juga.

Pendidikan adalah usaha untuk menarik sesuatu di dalam diri

manusia sebagai upaya memberikan pengalaman-pengalaman belajar

yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, yang

berlangsung seumur hidup. Yang bertujuan untuk mengoptimalisasi

kemampuan-kemampuan individu agar di kemudian hari dapat

memainkan peran hidup secara tepat. Diantara para anak-anak, ada yang

pergi sekolah dengan berjalan kaki, adapula yang naik kendaraan sendiri,

naik angkutan umum baik ojek ataupun mobil angkutan umum. Sekolah

yang ada di Kota Kendari untuk tingkat MTs sebanyak 17 sekolah MTs.

Sedikitnya anak-anak yang orang tuanya yang memberikan izin kepada

anak-anaknya untuk membawa kendaraan kesekolah. Dengan melihat

kondisi setiap hari, sebagian besar anak-anak berjalan kaki sehingga

mengakibatkan banyak anak-anak sering terlambat masuk sekolah.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, peneliti merasa tertarik

untuk melakukan penelitian tentang minat masyarakat dalam

menyekolahkan anaknya di sekolah MTs di Kota Kendari, persepsi

masyarakat terhadap sekolah MTs di Kota Kendari.


11

Peneliti ingin mengetahui bagaimana minat masyarakat dalam

menyekolahkan anaknya di sekolah MTs di Kota Kendari, persepsi

masyarakat terhadap sekolah MTs di Kota Kendari. Berdasarkan uraian

diatas, maka penelitian yang peneliti lakukan adalah “Trend dan Pola

Perkembangan Sekolah MTs pada Kondisi Geografis Masyarakat

Perkotaan, Pesisir, dan Perbatasan di Kota Kendari”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana trend dan pola perkembangan sekolah MTs pada kondisi

geografis masyarakat Kota Kendari.

2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sekolah

MTs di Kota Kendari.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis trend dan pola perkembangan sekolah MTs pada

kondisi geografis masyarakat Kota Kendari.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sekolah

MTs di Kota Kendari.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis diharapkan mampu memperkaya khazanah ilmu

geografi, khususnya tentang geografi pendidikan di Kota Kendari, dan


12

juga peran partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu

pendidikan madrasah, sehingga dapat dijadikan sebagai konsep dan

langkah alternatif dalam pengembangan madrasah yang berkaitan

dengan partisipasi masyarakat.

2. Secara praktis, dapat dijadikan acuan bagi berbagai kalangan yang

berkepentingan dengan peran partisipasi masyarakat dalam

meningkatkan mutu pendidikan madrasah. Kegunaan praktis

diantaranya bagi peneliti sendiri, kepala madrasah, lembaga

pendidikan, guru-guru madrasah, dan masyarakat. Selain itu dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan

dan peningkatan kualitas pendidikan madrasah, dapat juga digunakan

dalam memperluas ilmu pengetahuan dan dapat menjadi acuan bagi

penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.


13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Trend

Definisi dari kata “trend” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) dan menurut para ahli bahasa yaitu kata berarti gaya mutakhir

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2001). Definisi trend adalah

segala sesuatu yang sedang dibicarakan, disukai atau bahkan digunakan

oleh sebagian besar masyarakat pada saat tertentu. Dari definisi trend

diatas, jika diuraikan maka akan terlihat seperti dibawah ini :

1. Trend adalah segala sesuatu, dalam hal ini trend tidak hanya terbatas

pada objek atau benda tertentu. Jadi trend akan bisa terjadi pada

semua hal, misal sekolah madrasah maka disana akan terjadi trend

sekolah madrasah, model rambut maka disana akan terjadi trend

rambut, model busana maka akan terjadi trend busana, model

handphone maka akan terjadi trend handphone, hiburan maka akan

terjadi trend hiburan, dan lain sebagainya.

2. Trend adalah hal yang sedang dibicarakan, disukai, dan bahkan

digunakan. Dalam hal ini, segala sesuatu (objek atau benda) akan

sering dibicarakan, disukai atau bahkan digunakan. Misalnya trend baju

maka dalam hal ini akan mengarah pada baju yang banyak digunakan

oleh orang, begitu pula dengan trend madrasah. Dalam hal ini
14

mengarah pada sekolah MTs yang banyak diminati oleh masyarakat,

dan lain sebagainya.

3. Trend adalah disukai oleh sebagian besar masyarakat, dalam hal ini

sesuatu objek atau benda merupakan hal yang banyak dibicarakan,

disukai atau bahkan digunakan oleh masyarakat. Jadi sesuatu trend

akan bisa terdeteksi manakala kita melihat sesuatu tersebut sering kita

dengar, melihat banyak yang disukai, dan digunakan oleh orang.

Misalnya sekolah MTs, maka kita akan sering mendengar orang

mengatakan kata sekolah MTs dalam kehidupan sehari-hari, atau

bahkan kita melihat sebagian besar orang sedang mengantar anaknya

di sekolah MTs.

Menurut Maryati (2010) menyatakan bahwa trend adalah suatu

gerakan (kecenderungan) naik atau turun dalam jangka panjang, yang

diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu. Rata-rata

perubahan tersebut bisa bertambah dan bisa berkurang. Jika rata-rata

perubahan bertambah disebut trend positif atau trend yang mempunyai

kecenderungan naik. Sebaliknya, jika rata-rata perubahan berkurang

disebut trend negatif atau trend yang mempunyai kecenderungan

menurun.

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai

pendekatan analisa, trend juga dapat didefinisikan sebagai salah satu

gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya

sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang


15

sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya

berdasarkan fakta. Trend menunjukkan perubahan nilai suatu variabel

yang relatif stabil perubahan populasi, perubahan teknologi, dan

peningkatan produktivitas (M. Narafin, 2013).

Garis trend pada dasarnya merupakan garis regresi atau variabel

bebas yang pada dasarnya merupakan variabel waktu. Trend garis lurus

(linier) adalah suatu trend yang diramalkan dapat naik atau turun secara

garis lurus. Variabel waktu sebagai variabel bebas dapat menggunakan

waktu tahunan, semesteran, bulanan, atau mingguan. Analisis trend garis

lurus (linier) terdiri atas metode kuadrat kecil atau moment.

Menurut Saparanto (2010), garis trend dapat dipergunakan untuk

membuat ramalan dan selanjutnya data hasil ramalan tersebut sangat

berguna untuk dasar pembuatan perencanaan. Metode trend

menggunakan data analisis berkala yang disebut time series yaitu data

yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu

perkembangan kegiatan. Dengan analisis data berkala memungkinkan

kita untuk mengetahui perkembangan dari waktu ke waktu yang meliputi

beberapa kejadian serta hubungan atau pengaruhnya terhadap kejadian

lainnya. Melalui data berkala juga dapat dibuat ramalan-ramalan

berdasarkan garis regresi atau trend.


16

2.1.2. Pola

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola adalah bentuk atau

model yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu

atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu itu yang ditimbulkan

cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang ditunjukkan

atau yang terlihat (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2001).

Pola adalah bentuk atau model yang memiliki keteraturan, baik

dalam desain maupun gagasan abstrak. Unsur pembentuk pola disusun

secara berulang dalam aturan tertentu sehingga dapat diperkirakan

kelanjutannya. Pola dapat dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau

bagian dari sesuatu, contoh dalam dunia desain adalah seperti kertas

dinding dan corak kain. Pola yang paling sederhana didasarkan pada

pengulangan : beberapa tiruan sejenis digabungkan tanpa modifikasi

(Ninuk, 2013).

Menurut Suyoto (1985), pola adalah suatu sistem kerja atau cara

kerja sesuatu, sedangkan menurut kamus Antropologi, pola adalah

rangkaian unsur-unsur yang cukup mantap, mengenai suatu gejala

dan dapat dipakai sebagai contoh dalam menggambarkan atau

mendeskripsikan gejala itu sendiri. Berdasarkan uraian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pola adalah cara kerja yang terdiri dari unsur-unsur

terhadap suatu perilaku dan dapat dipakai untuk menggambarkan

atau mendeskripsikan gejala perilaku itu sendiri.


17

Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan

apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat

aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk

mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain disekitarnya. Menurut

Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana

perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk

frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur

tersebut (Tarigan dan Robinson, 2006).

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spasial order)

kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki lokasi geografis dari

sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau

pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha kegiatan lain

baik ekonomi maupun sosial (Tarigan dan Robinson, 2006). Salah satu

hal yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak

terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

Menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979), pada

hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang

menitikberatkan kepada tiga unsur topografi yaitu jarak (distance), kaitan

(interaction), dan gerakan (movement). Dalam analisis keruangan dapat

dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari titik (pointdata) dan data bidang

(area data). Data titik dapat berupa data ketinggian tempat, data sampel

batuan dan sebagainya. Data bidang dapat berupa data luas lahan, data

luas daerah, data luas pemukiman, dan sebagainya.


18

Pada sisi lain ketidakpuasan seseorang dalam membicakan tentang

pola sebaran secara deskriptif menimbulkan suatu gagasan untuk

membincangkannya secara kuantitatif. Suatu pola sebaran yang dikatakan

seragam, random dan mengelompok dpat diberi ukuran yang bersifat

kuantitatif. Perbandingan tersebut dapat dilakukan dengan lebih baik

melalui cara seperti ini, bukan saja dari segi waktu tetapi juga dari segi

ruang. Pendekatan sedemikian ini memerlukan data tentang jarak antara

satu tempat dengan tempat lain. Sehubungan dengan hal ini tiap pola

dianggap sebagai sebuah titik dalam ruang. Meskipun demikian analisis

tersebut dapat pula digunakan untuk menilai pola penyebaran tanah

longsor, pola penyebaran puskesmas, pola penyebaran sumber-sumber

air dan lain sebagainya.

Analisis spasial dapat diketahui dengan menggunakan peta. Dalam

perkembangan teknologi pemetaan, pembuatan peta dipermudah dengan

adanya Sistem Informasi Geografi (SIG). Sedangkan menurut Suroso,

dkk (2004) salah satu kelebihan sistem informasi geografi adalah

kemampuannya dalam melakukan pemodelan terhadap suatu kasus

berdasarkan data spasial. SIG dirancang untuk menganalisis dan

mengolah data dalam jumlah besar sehingga memudahkan dalam

penuangan data tersebut ke base map yang menghasilkan peta tematik.

Menurut Dahdouh (2002), GIS banyak digunakan untuk mendigitasi

berbagai kenampakan dipermukaan bumi dilengkapi dengan data lokasi

yang tepat menggunakan Global Positioning System (GPS).


19

2.1.3. Pendekatan Geografi

Menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979), ada tiga

pendekatan dalam Geografi yaitu:

a. Pendekatan Keruangan (Spasial Aproach)

Pendekatan ini menekankan pada perbedaan lokasi mengenai

sifat-sifat penting. Dalam analisa keruangan ini harus memperhatikan

pada penyebaran penggunaan ruang yang ada, dan penyediaan ruang

yang akan digunakan dalam berbagai kegunaan yang telah direncanakan.

b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Aproach)

Studi yang menekankan pada interaksi antara organisme hidup

dengan lingkungan disebut ekologi. Manusia merupakan komponen

dalam organisme hidup yang penting dalam proses interaksi.

c. Pendekatan Komplek Wilayah (Regional Complex Aproach)

Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi disebut

komplek wilayah. Pada analisa sedemikian ini wilayah-wilayah tertentu

didekati atau dihampiri dengan pengertian areal differentation, yaitu suatu

anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada

hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain, oleh karena

terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Pada analisa

sedemikian ini diperhatikan pula mengenai penyebaran fenomena tertentu

(analisa keruangan) dan interaksi antar variabel manusia dan

lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya (analisa ekologi).


20

2.1. 4. Konsep Geografi

Geografi sebagai ilmu juga mempunyai apa yang disebut konsep

Geografi. Menurut hasil SEMLOK (dalam Suharyono dan Moch. Amien,

1994) mengemukakan terdapat 10 konsep Geografi, yaitu :

a. Konsep Lokasi

Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal

pertumbuhan geografi telah menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan

Geografi. Secara pokok lokasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu lokasi

absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukkan letak yang tetap

terhadap sistem koordinat. Penentuan lokasi absolut dimuka bumi memakai

sistem koordinat garis lintang dan garis bujur. Sedangkan lokasi adalah

lokasi suatu objek yang nilainya ditentukan berdasarkan obyek atau obyek

lain diluarnya. Konsep lokasi dalam penelitian ini adalah letak sebaran

sekolah MTs di Kota Kendari.

b. Konsep Jarak

Jarak sangat erat kaitannya dengan lokasi, karena nilai suatu

obyek dapat ditentukan oleh jaraknya terhadap suatu obyek lain. Jarak

merupakan suatu pembatas yang bersifat alami. Seperti halnya lokasi,

jarak juga dibagi menjadi dua, yaitu jarak absolut dan jarak relatif.

Jarak absolut adalah jarak dua tempat yang diukur berdasarkan garis

lurus diudara dengan memperhatikan skala peta. Sedangkan jarak

relatif disebut juga dengan jarak tempuh, baik yang berkaitan dengan

waktu perjalanan yang dibutuhkan maupun satuan biaya angkut yang


21

diperlukan. Disebut relatif karena tidak tetap. Kemajuan teknologi

dapat mempengaruhi jarak tempuh maupun biaya angkutan antara

dua tempat. Faktor ini berkaitan dengan jarak dari rumah ke madrasah

yang mana dapat mempengaruhi lokasi sekolah MTs sebagai daya

tarik dalam menyekolahkan anak.

c. Konsep Keterjangkauan

Konsep keterjangkauan selain dikaitkan dengan konsep jarak juga

dikaitkan dengan kondisi medan. Yakni ada tidaknya sarana dan

prasarana angkutan dan akomodasi yang dipakai. Keterjangkauan yang

rendah akan berpengaruh terhadap sulitnya pencapaian kemajuan dan

mengembangkan sekolah MTs di Kota Kendari.

d. Konsep Pola

Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran

fenomena dalam ruang muka bumi baik fenomena yang bersifat alami

(aliran sungai, persebaran, vegetasi, jenis tanah, curah hujan) atau

fenomena sosial budaya yaitu permukiman, persebaran penduduk,

pendapatan, mata pencaharian, tempat tinggal, dan sebagainya. Konsep

pola dimaksudkan untuk mengetahui persebaran penduduk, pendapatan

serta mata pencaharian penduduk di sekitar sekolah MTs Kota Kendari.

e. Konsep Morfologi

Konsep morfologi menggambarkan perwujudan antara daratan

muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah (secara

geologis) yang lainnya disertai erosi dan sedimentasi sehingga ada yang
22

berbentuk pulau-pulau daratan luas yang berpegunungan dengan lereng-

lereng tererosi, lembah-lembah dan daratan aluvialnya. Morfologi juga

menyangkut bentuk lahan yang berkaitan dengan erosi dan pengendapan,

penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air serta jenis vegetasi yang

dominan. Konsep morfologi dimaksudkan untuk mengetahui keadaan

topografi di sekitar sekolah MTs Kota Kendari.

f. Konsep Aglomerasi

Konsep aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang

bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit

dan menguntungkan baik mengingat kesejenisan gejala maupun adanya

faktor-faktor umum yang menguntungkan. Pola aglomerasi penduduk

dibedakan menjadi tiga yaitu pola mengelompok, pola tersebar secara

acak atau tidak teratur, dan pola tersebar teratur. Tempat tinggal

penduduk yang berada disekitar sekolah MTs Kota Kendari cenderung

tersebar teratur dibagian sisi sekolah MTs karena pengaruh dari kondisi

fisik daerah tersebut.

g. Konsep Nilai Kegunaan

Konsep nilai kegunaan atau fenomena-fenomena atau sumber-

sumber di muka bumi bersifat relatif tidak sama bagi semua orang

atau golongan penduduk tertentu. Keberadaan sekolah MTs ini

mempunyai nilai kegunaan yang cukup besar bagi penduduk setempat

dan penduduk lain.


23

h. Konsep Interaksi

Konsep interaksi atau interdependensi merupakan peristiwa saling

mempengaruhi antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Hal ini

terjadi karena setiap tempat mampu mengembangkan potensi sumber-

sumber serta kebutuhan yang tidak selalu sama dengan apa yang ada di

tempat lain. Oleh karena itu terjadi interaksi atau interdependensi antara

tempat satu dengan tempat lain. Konsep interaksi atau interdependensi

dimaksudkan untuk mengetahui interaksi wilayah sekolah MTs dengan

daerah sekitarnya.

i. Konsep Differensi Area

Konsep differensi area merupakan perwujudan unsur-unsur atau

fenomena lingkungan baik yang bersifat alami atau kehidupan. Integrasi

setiap fenomena menjadikan satu tempat atau wilayah mempunyai

corak tersendiri sebagai suatu region yang berbeda dari tempat atau

wilayah yang lain.

j. Konsep Keterkaitan Keruangan

Konsep keterkaitan keruangan ini menunjukan derajat keterkaitan

persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat

atau ruang, baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan maupun

kehidupan sosial. Ruang dalam penelitian ini adalah wilayah di sekolah

MTs dengan segala keterkaitan yang ada.


24

2.1.5. Kondisi Geografis Masyarakat

a. Kondisi Geografis Masyarakat di Wilayah Perkotaan

Kota Kendari yang merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara,

secara astronomis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa berada

diantara 3054’40” dan 405’05” Lintang Selatan (LS) dan membentang dari

barat ke timur diantara 122026’33” dan 122039’14” Bujur Timur (BT) (BPS

Kota Kendari, 2015).

Sepintas tentang posisi geografisnya, Kota Kendari memiliki

batas-batas di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe,

sebelah timur berbatasan dengan Laut Kendari, sebelah selatan

berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan, sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan. Kota Kendari terbentuk

dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 1995 yang di

sahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan status Kotamadya Daerah

Tingkat II Kendari (BPS Kota Kendari, 2015).

1. Tinggi Wilayah

Dilihat berdasarkan ketinggian wilayah Kota Kendari di atas

permukaan laut, Kecamatan Mandonga merupakan wilayah tertinggi

berada pada ketinggian 30 meter diatas permukaan laut. Selanjutnya

wilayah Kecamatan Abeli dan Kendari Barat berada pada ketinggian 3

meter diatas permukaan laut (BPS Kota Kendari, 2015).


25

2. Iklim

Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kota Kendari hanya

dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Keadaan

musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas

wilayahnya. Menurut data dari Badan Meteorologi Maritim Kendari

tahun 2014 terjadi 172 hari hujan dengan curah hujan 2.263,6 mm dan

2.102,6 jam penyinaran matahari (BPS Kota Kendari, 2015).

Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Perbedaan

ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir

mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit berbeda untuk masing-masing

tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari

merupakan daerah bersuhu tropis. Menurut data yang diperoleh dari

Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika, selama tahun 2014 rata-rata suhu udara maksimum 31,8 0C dan

rata-rata suhu udara minimum 23,4 0C. Tekanan udara rata-rata 1.010,5

millibar dengan kelembapan udara rata-rata 82 persen. Rata-rata

kecepatan angin selama tahun 2014 mencapai 5,60 knot (BPS Kota

Kendari, 2015).

b. Kondisi Geografis Masyarakat di Wilayah Pesisir

Secara teoritis, masyarakat pesisisr merupakan masyarakat yang

tinggal dan melakukan aktivitas sosial ekonomi yang terkait dengan

sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Dalam artian sempit, masyarakat

pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan


26

kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. Namun, secara luas masyarakat

pesisir dapat pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara

spasial di wilayah pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka

memiliki aktivitas sosial ekonomi yang terkait dengan potensi dan kondisi

sumberdaya pesisir dan lautan. Masyarakat pesisir itu sendiri dapat

didefinisikan sebagai kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal

di daerah pesisir dengan sumber kehidupan ekonominya bergantung

secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Dalam

bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual

jasa transportasi dan lain-lain. Yang harus diketahui bahwa setiap

komunitas memiliki karakteristik kebudayaan yang berbeda-beda

(Kurniawan, A. 2016).

Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakteristik

masyarakat pedesaan atau pedalaman. Dari segi penghasilan, petani

mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol karena pola panen

yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka miliki

dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka inginkan.

Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir, yang mata pencahariannya

didominasi dengan mencari ikan. Nelayan bergelut dengan laut

untuk mendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang mereka

inginkan tidak bisa dikontrol. Masyarakat pesisir mempunyai keadaan

yang berbeda dalam pengetahuan, kepercayaan, peranan sosial, dan

struktur sosialnya dibandingkan dengan masyarakat lain. Namun secara


27

umum semuanya masih dalam keterbelakangan. Mereka tidak mempunyai

banyak cara dalam mengatasi masalah tersebut. Disamping Indonesia

sebagai negara agraris, juga dikenal sebagai negara maritim, karena

keadaan geografisnya yang didominasi oleh wilayah perairan.

Pola permukiman nelayan pesisir yang ada di Kelurahan Bungutoko

Kecamatan Abeli Kota Kendari Sulawesi Tenggara, dari tahun ke tahun

populasi perkembangan masyarakatnya mulai berkembang dari segi

pola permukimannya, penduduk, dan aspek-aspek lain diantaranya

fasilitas penunjang, sarana dan prasarana lainnya. Permukaan

masyarakat yang ada di Kelurahan Bungkutoko, mengikuti pola terpusat

pada beberapa tempat pesisir pantai. Karena kegiatan masyarakat di

Kelurahan Bungkutoko, memanfaatkan laut sebagai mata pencaharian

sehari-hari, contohnya memancing, menjaring ikan, memeliharan ikan di

tambak, untuk menafkahi kehidupan mereka sehari-hari (Sarman dan

Wijaya, 2018).

Masyarakat pesisir digolongkan sebagai pekerja, yaitu orang-orang

yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara

langsung maupun tidak langsung sebagai mata pencahariannya.

Masyarakat pesisir yang kebanyakan bekerja sebagai nelayan dikenal

sebagai masyarakat yang dekat dengan kemiskinan. Kebutuhan dasar

manusia seperti pangan, sandang, papan pun terkadang sulit untuk

dipenuhi secara sehat apalagi sempurna. Masyarakat pesisir sendiri

secara geografis adalah masyarakat yang hidup, tumbuh, dan


28

berkembang di kawasan pesisir pantai, yaaitu suatu kawasan transisi

antara wilayah darat dan laut. Masyarakat pesisir dalam hal ini bukan

berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan dilaut

untuk menghidupi keluarganya, akan tetapi juga orang-orang yang integral

dalam lingkungannya itu. Masyarakat pesisir konteks penelitian ini adalah

masyarakat yang tinggal menetap di daerah pinggir pantai baik yang

bermata pencaharian sebagai nelayan, yaitu dengan menangkap ikan

dilaut dengan menggunakan alat tangkap seperti jaring, atau tidak.

Pekerjaan sebagai nelayan tidak diragukan lagi adalah pekerjaan yang

sangat berat. Mereka yang menjadi nelayan tidak bisa membayangkan

pekerjaan lain yang lebih mudah, sesuai kemampuan yang mereka miliki.

Keterampilan sebagai nelayan amat sederhana dan hampir sepenuhnya

dapat dipelajari dari orang tua mereka sejak mereka masih anak-anak

(Koentjaraningrat, 1987 dalam Misbahudin, 2017).

c. Kondisi Geografis Masyarakat di Wilayah Perbatasan

Masyarakat yang hidup di perbatasan Kota Kendari memiliki ciri-ciri

yang hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku

keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian

karakteristik dapat di generalisasikan pada kehidupan masyarakat desa di

daerah tertentu. Sedangkan masyarakat yang hidup di perbatasan,

mereka memanfaatkan sumber daya hayati untuk menghasilkan bahan

pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola

lingkungan hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup dengan


29

menggunakan peralatan yang sifatnya tradisional dan modern. Secara

umum kegiatan yang mereka lakukan adalah kegiatan pertanian dalam

hal ini adalah bercocok tanam, beternak, perikanan dan juga kehutanan.

Ditinjau dari analisa sosial psikologi, masyarakat yang tinggal di daerah

wilayah pedalaman adalah lingkungan yang masyarakatnya memiliki

hubungan yang akrab dan serba informasi diantara sesama warganya.

Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi, desa didefinisikan sebagai suatu

lingkungan yang masyarakatnya tergantung kepada pertanian. Masyarakat

yang hidup di perbatasan kota juga ditandai dengan pemilikan ikatan

perasaan batin yang kuat sesama warga, marena mereka beranggapan

sama-sama sebagai masyarakat yang saling mencintai, mempunyai hak

tanggungjawab yang sama di dalam masyarakat (Raharjo, 1999).

Keberadaan sekolah MTs di wilayah perbatasan Kota Kendari

sangatlah tepat, karena masyarakat menganggap bahwa

pendidikan di madrasah sebagai jalur pendidikan sekolah dan

diakui sejajar dengan sekolah umum. Sekolah Madrasah

Tsanawiyah (MTs) adalah bagian dari pendidikan dasar dan

menengah serta bernilai plus ciri khas Agama Islam. Madrasah

merupakan salah satu pola reintegrasi keilmuan Islam. Saat ini

madrasah diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional

namun pengelolaannya berada dibawah pembinaan Departemen

Agama (Yahya, 2012).


30

2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sekolah MTs

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

madrasah di Kota Kendari dapat dilihat sebagai berikut :

a. Jarak rumah siswa ke madrasah

b. Pendidikan Ayah

c. Pendidikan Ibu

d. Penghasilan orang tua

e. Transportasi dari rumah ke madrasah

f. Jenis pekerjaan kepala rumah tangga

a. Jarak Rumah Siswa ke Madrasah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) jarak adalah ruang

sela (panjang atau jauh) antara dua benda. Jarak adalah ukuran jauh

dekatnya antara tempat yang satu dengan tempat yang lain dan diukur

dengan satuan meter (Jannah, 2012). Jarak juga berkaitan dengan lokasi

atau wilayah yang menjadi pusat pemenuhan kebutuhan manusia, seperti

yang dikemukakan oleh Suharyono dan Amien (2013) yaitu : jarak

berkaitan dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau

keperluan pokok kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan (air, tanah

subur, pusat layanan), pengangkutan barang dan penumpang. Oleh

karena itu, jarak tidak hanya dinyatakan dengan ukuran jarak lurus di

udara yang mudah diukur pada peta (dengan memperhatikan skala peta),

tetapi dapat pula dinyatakan sebagai jarak tempuh baik yang dikaitkan

dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun satuan biaya angkutan.


31

Dari beberapa definisi jarak di atas, penulis menyimpulkan bahwa

jarak adalah antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya dalam

upaya memenuhi kebutuhan pokok manusia (air, tanah subur, pusat

pelayanan) yang diukur dengan satua meter. Dalam penelitian ini peneliti

hanya menggunakan dua kriteria jarak yaitu jarak dekat dan jarak jauh.

Dengan kriteria jarak dekat yaitu < 5 km dan jarak jauh yaitu > 5 km.

Dalam hal ini Maryamah (2003) membagi jarak menjadi tiga kriteria yaitu

jarak 100-400 meter termasuk dekat, jarak 401-800 meter termasuk

sedang, jarak 801-1000 meter termasuk jauh.

Tempat tinggal adalah keberadaan seseorang bernaung atau

tinggal di sebuah rumah seperti rumah orang tua, rumah sewa,

menumpang dirumah orang lain. Rumah adalah salah satu persyaratan

pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal dari zaman ke

zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat

tinggal di gua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan rumah-

rumah di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern

manusia sudah membangun rumah bertingkat dan dilengkapi dengan

peralatan yang serba modern (Sulistyowati, 2010).

Tempat tinggal dalam penelitian ini adalah rumah yang ditempati

seseorang dalam sehari-hari. Jarak tempat tinggal dapat menjadi faktor

pendorong karena jauh dekatnya jarak dapat mempengaruhi seseorang

dalam menempuh pendidikan atau dalam melakukan suatu kegiatan.

Semakin jauh jarak yang ditempuh seseorang dari tempat tinggalnya


32

maka semakin banyak waktu dan tenaga yang dikeluarkan. Karenanya

semakin jauh jauh jarak tempat tinggal seseorang dengan madrasah

maka akan semakin menurunkan motivasi seseorang untuk menempuh

pendidikan di madrasah yang jauh jaraknya. Namun disisi lain terdapat

juga sebagian masyarakat yang tidak menjadikan jarak tempat tinggal

mereka dengan madrasah sebagai penghalang dalam menempuh

pendidikan di madrasah.

Jarak tempat tinggal dengan madrasah menjadi penghambat anak

untuk pergi ke sekolah. Lokasi yang jauh antara rumah dengan sekolah

serta kondisi jalan yang sulit dilalui karena becek pada saat musim hujan

membuat perjalanan anak ke sekolah semakin sulit dan membutuhkan

waktu yang lama sehingga anak enggan masuk sekolah. Dan karena

terlalu sering membolos akhirnya memutuskan untuk berhenti sekolah.

Dari informasi yang diperoleh dari observasi awal diketahui bahwa

jarak terjauh antara rumah dengan sekolah yang harus ditempuh oleh anak

hingga 10 kilometer. Berdasarkan kondisi di lapagan seperti yang diuraikan

di atas, maka peneliti berharap kepada para pihak-pihak terkait terutama

pemerintah agar dapat merumuskan kebijakan guna meningkatkan kualitas

dan kuantitas pendidikan khususnya di daerah pesisir dan perbatasan yang

masih banyak terdapat keterbatasan.


33

b. Pendidikan Ayah

Pendidikan dalam Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri dan kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa negara.

Apabila siswa mempunyai orang tua yang berpendidikan tinggi

maka akan ada yang membimbing dan memperhatikan perkembangan

pendidikan anak, dan didukung penghasilan orang tua yang tinggi, akan

memudahkan siswa untuk belajar, sehingga membuat anak semangat

dalam belajar. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat meningkatkan

kebutuhan anak dalam belajar. Orang tua juga dapat terlibat pendidikan

anak-anak mereka, serta memungkinkan untuk memperoleh keterampilan

dan strategi pemecahan suatu masalah bagi anak agar dapat berhasil

dalam belajarnya (Dasmo, 2011).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana yang dilakukan seseorang yang terdiri dari

kegiatan agar mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri dan kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

negara. Adapun pengertian tingkat (jenjang) pendidikan adalah tahap

pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat


34

perkembangan. Sedangkan tingkat pendidikan adalah lamanya tahun yang

diikuti dalam pendidikan formal, baik dari sekolah negeri, swasta maupun

sekolah keagamaan sederajat (Sulistyowati dan Pradono, 2013).

c. Pendidikan Ibu

Dalam Sistem Pendidikan Nasional pasal 12 ayat 1 menyebutkan

bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri

dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Agar

pendidikan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat maka

penyelenggara pendidikan adalah menjadi tanggung jawab keluarga,

masyarakat dan pemerintah.

Tingkat pendidikan Ibu lebih banyak yang menamatkan

pendidikannya sampai pendidikan dasar saja, sehingga sebagian besar

orang tua siswa bekerja sebagai ibu rumah tangga. Diantara pekerjaan

yang dilakoni para ibu rumah tangga adalah bekerja sebagai tukang cuci

pakaian, cleaning servis, dan lain sebagainya, mereka lakukan demi untuk

menyambung hidup mereka.

Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu

begitu penting agar mampu melakoni hidup dalam kehidupan dengan

sewajarnya. Oleh sebab itu pemerintah sebagai penyelenggara

pendidikan harus bertanggung jawab agar pendidikan dapat dijangkau

oleh seluruh lapisan masyarakat.


35

d. Penghasilan Orang Tua

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan penghasilan orang tua

berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari suatu kegiatan selama

satu bulan. Bagaimana pun aktivitas yang dilakukan seorang anak

membutuhkan finansial dari orang tuanya. Contohnya anak dalam

menempuh pendidikan memerlukan sarana penunjang, yang kadang-

kadang harganya mahal yang tidak dapat terjangkau oleh orang tua.

Temuan penelitian diantaranya disebutkan status sosial ekonomi

orang tua dengan indikator pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orang

tua berpengaruh positif terhadap pendidikan anak (Maesaroh, 2009).

Sedangkan menurut Hamid Darmadi (2006) mengatakan bahwa terdapat

hubungan positif yang signifikan antara tingkat pendidikan, pendapatan

orang tua dengan pendidikan anak, dan tidak terdapat hubungan antara

jenis pekerjaan orang tua dengan pendidikan anak. Status sosial ekonomi

orang tua berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendidikan anak

(Purwati, A. 2010).

Tingkat pendapatan orang tua juga berpengaruh terhadap proses

belajar anak, dimana orang tua bertanggung jawab menyediakan dana

kebutuhan pendidikan anaknya. Pendapatan keluarga adalah segala

bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas

sumbangan seseorang terhadap pekerjaan yang telah dilakukan (Gilarso,

2004). Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan pendidikan

anak. Orang tua yang pendapatannya rendah tidak bisa memenuhi


36

kebutuhan akan fasilitas pendidikan serta sarana dan prasarana yang

dibutuhkan oleh anaknya. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika

orang tua mempunyai penghasilan yang tinggi (Slameto, 2013).

Kombinasi pendidikan, penghasilan orang tua akan saling mendukung

terhadap peningkatan kesadaran menyekolahkan anak. Orang tua dengan

tingkat pendidikan yang tinggi dan didukung oleh penghasilan yang besar

maka akan mampu menyekolahkan anak sampai ke jenjang yang lebih tinggi.

Sedangkan orang tua dengan pendidikan tinggi tetapi penghasilannya rendah

tentu akan mempengaruhi kemampuan dalam menyekolahkan anak. Orang

tua yang berstatus sosial ekonomi tinggi dan berpendidikan tinggi tentu akan

berbeda dalam mendidik anaknya dibandingkan dengan orang tua yang

berstatus sosial ekonomi rendah dan berpendidikan rendah.

e. Transportasi dari Rumah ke Madrasah

Pengertian Transportasi dari rumah siswa ke madrasah merupakan

suatu fenomena terkait dengan perpindahan, perjalanan serta pergerakan

orang dan barang. Sistem transportasi sekolah dapat diartikan sebagai

bentuk kegiatan angkutan untuk siswa dari rumah ke madrasah.

Kadangkala layanan transportasi ini yang selalu menjemput dan

mengantar siswa dari rumah ke madrasah. Sebagian besar para pelajar

menggunakan angkutan umum sebagai media transportasi mereka ke

madrasah, namun tidak sedikit siswa yang menggunakan kendaraan

pribadi atau fasilitas antar-jemput baik dari orang tua maupun jasa

transportasi lain. Hal yang sering kali tidak dapat dihindari oleh semua
37

lapisan masyarakat, khususnya siswa-siswi yang berhubungan dengan

transportasi adalah kemacetan lalu lintas.

Secara umum hal tersebut disebabkan oleh bersamaannya semua

lapisan masyarakat untuk berangkat maupun pulang beraktivitas dalam

jam yang bersamaan. Hal yang paling fatal adalah banyaknya kendaraan

pribadi yang digunakan seorang pengguna jasa transportasi. Dengan

terbatasnya transportasi umum, siswa harus berdesak-desakan dengan

orang yang harus berangkat ke tempat kerja masing-masing atau bahkan

harus berebut naik kendaraan umum tersebut agar tidak datang terlambat

sekolah. Selama ini banyak siswa yang terlantar dalam perjalanannya

menuju sekolah akibat harus berebut angkutan umum atau jasa

transportasi lainnya dengan masyarakat umum. Akibatnya, setibanya

disekolah para siswa mengalami kelelahan dan bahkan sampai terlambat

datang ke sekolah, sehingga konsentrasinya terganggu saat menerima

pelajaran (Mendikbud, 2013).

f. Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga

Teori yang disampaikan oleh Slameto (2013) menyatakan bahwa

faktor diluar diri anak yang mempengaruhi belajar anak antara lain adalah

sosial ekonomi keluarga dalam hal ini adalah jenis pekerjaan orang tua.

Jenis pekerjaan kepala rumah tangga dapat memberikan pengaruh

terhadap pendidikan anak (Maesaroh, S. et. al. 2009). Menurut Wade

dalam Hadiyanto, H. (2014) mengatakan bahwa jenis pekerjaan orang tua

mempengaruhi tingkat kemampuan anak, tetapi jika kedua orang tua


38

bekerja berpengaruh secara negatif pada kemampuan anak. Jadi semakin

banyak orang tua yang bekerja semakin mendorong anak dalam belajar.

Faktor pekerjaan orang tua, sejak tahun 70-an sampai saat ini,

konsep dan definisi ketenagakerjaan yang dipakai oleh Badan Pusat

Statistik adalah sama. Konsep dan definisi tersebut adalah sebagai

berikut;

1. Bekerja adalah mereka yang melakukan suatu pekerjaan dengan

maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau

keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam yang secara

kontinyu dalam seminggu. Dengan demikian pekerjaan keluarga

tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha dimasukkan

sebagai pekerja.

2. Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan

pekerjaan di suatu tempat usaha, meliputi berusaha sendiri yaitu

bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko sendiri. Buruh /

karyawan adalah seseorang yang bekerja pada orang lain secara

tetap dengan menerima gaji/upah berupa uang atau barang. Jenis

pekerjaan orang tua disini adalah meliputi wiraswasta, PNS,

pensiunan, dianggap memenuhi standar untuk dapat memenuhi

kebutuhan atau layak yang berpengaruh terhadap kegiatan

pendidikan anak.
39

3. Kegiatan lain selain yang telah disebutkan diatas adalah mengurus

rumah tangga tanpa mendapatkan upah, misalnya ibu-ibu rumah

tangga atau anaknya yang membantu mengurus rumah tangga.

Temuan lain menyebutkan bahwa orang tua yang tidak bekerja

mempunyai banyak waktu luang dalam memberikan perhatian pada

pendidikan anak baik di rumah maupun disekolah. Sementara orang tua

yang bekerja mempunyai waktu yang relatif sedikit dalam memberikan

perhatian pada anaknya. Dengan demikian terdapat pengaruh antara jenis

pekerjaan orang tua terhadap pendidikan anak.

2.1.7. Minat

a. Pengertian Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat pada

dasarnya terjadi karena adanya hubungan antara diri seseorang dengan

dari luar dirinya. Makin dekat/kuat hubungan tersebut maka semakin

besar pula minat. Dikatakan pula bahwa minat berhubungan dengan gaya

gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan

dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman, yang dirangsang oleh

kegiatan itu sendiri (Djaali, 2011). Beberapa ahli mengemukakan tentang

pengertian minat, diantaranya sebagai berikut :

1. Noer Rohmah : minat yaitu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan

pada suatu hal / aktivitas tanpa ada yang menyuruh.


40

2. Zakiah Daradjat : minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke

jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang. Sesuatu yang

berharga bagi seseorang adalah yang sesuai dengan

kebutuhannya.

Jadi, minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada hal

lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu

aktivitas. Seseorang yang memiliki minat terhadap subyek tertentu

cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek

tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa minat adalah kecenderungan yang mendorong seseorang untuk

memberikan perhatian terhadap orang, benda, kegiatan yang disertai

dengan keingin tahuan, keterkaitan dan kebutuhan (Djaali, 2011).

b. Indikator Minat

Minat menurut psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu

memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat juga

erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu

dapat dikatakan bahwa minat itu terjadi karena sikap senang kepada

sesuatu. Orang yang memiliki minat terhadap sesuatu berarti sikapnya itu

senang kepada sesuatu itu (Sabri, 2007). Adapun indikator minat antara

lain sebagai berikut :


41

1. Ketertarikan

Perasaan tertarik umumnya berhubungan dengan fungsi mengenal

artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggapi,

menghayal, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu. Biasanya

seseorang akan tertarik kepada sesuatu hal yang sesuai dengan

kebutuhan ataupun keinginannya. Dalam hal ini masyarakat yang

mempunyai ketertarikan pada kualitas madrasah maka mereka akan

mencari tau informasi mengenai madrasah tersebut. Sebaliknya, jika

mereka tidak mempunyai ketertarikan pada kualitas madrasah maka

mereka akan acuh atau menghindar. Bentuk dari ketertarikan masyarakat

di lingkungan madrasah tersebut dapat terwujud dari timbulnya minat

dari orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah (Suryabrata,

2011).

2. Perasaan Senang

Perasaan biasanya di definisikan sebagai gejala psikis yang bersifat

subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal,

dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai

taraf. Secara umum manusia akan mempunyai keinginan atau minat yang

di dahului oleh sebuah perasaan. Perasaan senang merupakan aktivitas

psikis yang di dalamnya terdapat subyek menghayati nilai-nilai dari suatu

obyek. Tentunya masyarakat memiliki penilaian positif tentang madrasah.

Dari perasaan senang inilah maka muncullah sikap positif atau minat para

orang tua untuk menyekolahkan anak di madrasah (Suryabrata, 2011).


42

3. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu

obyek. Definisi lain menyebutkan bahwa perhatian adalah banyak

sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.

Makin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas maka berarti

makin intensif perhatian seseorang yang berminat terhadap sesuatu

maka dia akan cenderung menaruh perhatian yang cukup besar terhadap

obyek itu dibandingkan yang lain. Jadi dalam hal ini, masyarakat Kota

Kendari yang berminat menyekolahkan anaknya ke madrasah biasanya

akan cenderung memberikan perhatian yang lebih pada madrasah

tersebut daripada sekolah lain (Suryabrata, 2011).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang adalah :

a. Faktor Intrinsik

1) Kebutuhan

Kebutuhan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu.

Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi

kebutuhannya apabila seseorang merasa butuh atau sesuatu itu sudah

menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi maka seseorang tersebut akan

timbul minatnya dan akan mewujudkan minat itu dalam bentuk tingkah

laku. Dalam hal ini, para orang tua di Kota Kendari jika mererka merasa

membutuhkan pendidikan agama pada anaknya maka mereka akan

berminat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah MTs (Romlah, 2010).


43

2) Ketertarikan

Ketertarikan orang tua dalam memilih madrasah karena madrasah

dipandang mampu memperbaiki pendidikan moral atau akhlak seorang

anak. Diharapkan anak-anak akan tumbuh dan berkembang dengan budi

pekerti yang baik. Dengan pendidikan agama, anak akan dibekali dengan

kemampuan-kemampuan dalam rangka pengabdian kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Hal ini bisa dipahami karena madrasah merupakan lembaga

pendidikan yang sangat menekankan pendidikan agama daripada

sekolah umum (Suryabrata, 2010).

3) Motif dan Tujuan

Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai

sesuatu tujuan. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu didorong

oleh suatu kekuatan dari dalam diri orang itu, kekuatan pendorong inilah

yang disebut sebagi motif. Jika seseorang mempunyai tujuan tertentu

maka seseorang tersebut akan berusaha dengan keras agar tujuan itu

tercapai (Suryabrata, 2010).

Dengan adanya motif ini dari dalam diri seseorang, menyebabkan

dapat bertindak atau berbuat sesuatu. Juga dapat diartikan sebagai tenaga

batin yang ada dalam diri manusia yang akan mendorong untuk melakukan

sesuatu atau serangkaian perbuatan yang terarah pada tujuan tertentu.

Dengan demikian, motif merupakan penggerak atau pendorong, sehingga


44

seseorang dapat menyatakan setuju atau tidak, juga sebagai alasan

seseorang dalam melakukan sesuatu (Romlah, 2010).

Begitu juga, masyarakat di sekitar madrasah tersebut mempunyai

tujuan atau berkeinginan agar anaknya mendapatkan ilmu agama dan ilmu

umum secara seimbang. Maka hal inilah yang membuat orang tua

berminat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah MTs.

b. Faktor Eksternal

1) Keberadaan Madrasah

Keberadaan suatu madrasah itu dilihat dari sarana dan

prasarananya, bangunannya, peserta didiknya dan juga tenaga

pendidiknya. Sarana dan prasarana untuk menunjang proses

pembelajaran haruslah memadai, bangunan atau gedungnya terlihat

bagus, peserta didik di madrasah banyak yang mencorehkan prestasi,

guru di madrasah selalu berpakaian rapi, tidak datang terlambat dan

dapat dijadikan panutan untuk muridnya. Para orang tua menilai kualitas

madrasah dari segi itu semua, sehingga apabila kualitas madrasah sudah

bagus maka orang tua pun tidak akan ragu untuk menyekolahkan

anaknya di sekolah MTs (Romlah, 2010).

2) Biaya

Madrasah memang relatif murah dalam urusan biaya daripada

sekolah umum, sehingga banyak dari orang tua yang menyekolahkan

anaknya di sekolah MTs dengan alasan karena biaya. Akan tetapi alasan

itu tidaklah 100% benar karena para orang tua benar-benar ingin
45

menjadikan anaknya pintar dalam hal pendidikan agama dan memliki budi

pekerti yang baik.

3) Status Sosial Ekonomi

Madrasah dipandang sebagai lembaga pendidikan yang ditujukan

untuk masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah. Orang tua

yang menyekolahkan anaknya di sekolah yang bermutu tinggi itu,

terkadang hanya untuk mempertahankan status sosialnya di kalangan

masyarakat.

3. Minat Menyekolahkan Anak di Sekolah MTs

Eksistensi sekolah ditentukan oleh pengakuan masyarakat secara

objektif dan subjektif. Secara objektif sekolah dinilai berdasarkan pada

kondisi formal yang diakui keberadaannya. Secara subjektif bersumber

pada pengalaman individu dan informasi tentang sekolah. Ada suatu

kecenderungan bahwa setiap keputusan orang tua tentang pendidikan

anak didasarkan pada dua motif, yaitu motif sebab dan motif tujuan

(Dwiningrum, 2011 dalam Susilowati, 2015).

Setiap sekolah mempunyai kekuatan untuk mendorong masyarakat

atau orang tua untuk membuat sebuah keputusan penting yang

berkecenderungan yang sama bahwa faktor sekolah berkualitas dan

lokasi madrasah dekat dengan rumah menjadi pertimbangan penting

dalam memutuskan sekolah yang dipilih orang tua untuk anaknya

(Dwiningrum, 2011 dalam Susilowati, 2015).


46

a. Konsep Fasilitas Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitas merupakan sarana

untuk melancarkan pelaksanaan fungsi. Menurut Jayadinata (1986),

pengertian fasilitas lebih luas daripada pengertian prasarana, karena

meliputi sarana yaitu alat-alat yang digunakan pada atau dalam prasarna

tersebut. Fasilitas pendidikan merupakan bagian dari fasilitas secara

umum yang perencanaannya tidak dapat terpisahkan dari perencanaan

fasilitas-fasilitas sosial lainnya.

Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses

belajar mengajar. Menurut rumusan Tim Penyusunan Pedoman

Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

maka yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasilitas

yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak

maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan

dengan lancar, teratur, efektif dan efisien (Daryanto, dkk : 2013).

b. Standar Sarana dan Prasarana Sekolah MTs

Standar satuan pendidikan sekolah MTs : (1) Satu sekolah MTs

memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3

rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar. (2) Minimum

satu sekolah MTs disediakan untuk satu kecamatan. (3) Seluruh sekolah

MTs dalam setiap kecamatan dapat menampung semua lulusan SD/MI di

Kecamatan tersebut. (4) Satu sekolah MTs dengan tiga rombongan

belajar melayani maksimum 2000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih


47

dari 2000 jiwa dilakukan penambahan rombongan belajar disekolah yang

telah ada, dan jika rombongan belajar lebih dari 24 dilakukan

pembangunan sekolah MTs baru. (5) Lokasi setiap sekolah MTs dapat

ditempuh peserta didik yang berjalan kaki maksimum 6 km melalui

lintasan yang tidak membahayakan.

Secara struktural, sekolah menengah pertama negeri merupakan

unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dalam lampiran

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007, tentang

Standar Sarana dan Prasarana, sebuah sekolah MTs sekurang-kurangnya

memiliki prasarana sebagai berikut:

1. Ruang kelas

2. Ruang perpustakaan

3. Ruang pimpinan

4. Ruang laboratorium

5. Ruang guru

6. Ruang tata usaha

7. Ruang konseling

8. Tempat ibadah (Mushollah)

9. Ruang uks

10. Ruang organisasi kesiswaan

11. Jamban

12. Gudang

13. Tempat bermain/berolahraga


48

Pada zaman sekarang, para orag tua ingin membuktikan apa saja

yang telah diterima anaknya dalam mengikuti proses pendidikan dan

pengajaran terutama di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya

(Dwiningrum, 2011 dalam Susilowati, 2015). Secara umum orang tua

menilai sekolah menekankan pada aspek :

1. Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana memang menjadi faktor penting dalam

pemilihan suatu lembaga pendidikan, karena sarana dan prasarana yang

memadai akan dapat menunjang dan membantu para peserta didik dalam

proses pembelajaran.

2. Visi Sekolah

Visi madrasah harus senantiasa menjadikan anak bangsa beriman

dan bertakwa Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang cukup dan memiliki kemampuan

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

3. Kedisiplinan

Apabila sekolah memiliki kedisiplinan yang tinggi maka secara

otomatis itu juga akan tercermin pada peserta didiknya. Itulah yang

menjadi penilaian para orang tua dalam memilih sekolah untuk anaknya

karena mereka menginginkan anaknya memiliki kedisiplinan.

4. Profesional Kepala Madrasah dan Guru

Sekolah atau madrasah yang berkualitas merupakan hasil dari

kepemimpinan yang baik serta di dukung oleh guru tenaga kependidikan.


49

Kepemimpinan yang benar-benar profesional dan tenaga pendidik yang

profesional juga akan mempengaruhi penilaian orang tua dalam memilih

lembaga pendidikan bagi anaknya.

5. Program Sekolah

Program sekolah yang meliputi kurikulum, misi, dan tujuan juga

menjadi bahan pertimbangan orang tua dalam memilih lembaga

pendidikan untuk anaknya. Kurikulum harus disesuaikan dengan

kebutuhan peserta didik dan juga masyarakat. Program sekolah yang

baik dan jelas akan mempengaruhi minat para orang tua untuk

menyekolahkan anaknya di madrasah tersebut (Qomar, 2008).

Anak merupakan amanat yang harus dijaga oleh orang tua. Anak

juga harus dibekali pendidikan agama yang cukup untuk menghadapi

masa depannya dan menjadikan anak yang memiliki budi pekerti yang

luhur. Salah satu upaya orang tua agar keluarganya terhindar dari api

neraka ialah dengan memberi pendidikan agama kepada anak-anaknya,

seperti menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan Islam dalam hal

ini sekolah MTs. Para orang tua begitu besar harapannya terhadap

madrasah agar anaknya mendapat bekal ilmu pengetahuan agama yang

memadai sehingga perilakunya sesuai dengan norma agama. Jadi minat

orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan agama

berfungsi memelihara keluarganya terutama anaknya semoga terhindar

dari segala macam ancaman baik ancaman di dunia maupun di akhirat

kelak (Qomar, 2008 dalam Susilowati, 2015).


50

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya

masyarakat menimbulkan tuntutan yang semakin tinggi terhadap standar

pendidikan. Apalagi ketika disadari bahwa pendidikan merupakan faktor

penentu bagi kemajuan peradaban dan kebudayaan bangsa, membuat

ada kelemahan pada pendidikan Islam, semakin terasa sekali dan

tetunya harus segera diselesaikan. Untuk memenuhi tuntutan yang

semakin tinggi, seringkali para pengelola lembaga pendidikan Islam tidak

memiliki kemampuan yang cukup. Dalam kondisi yang demikian, kualitas

dan eksistensi lembaga pendidikan Islam sangat terancam (Qomar, 2008

dalam Susilowati, 2015).

Dalam hal ini, para orang tua tidak serta merta memasukkan putra-

putrinya ke madrasah atau sekolah Islam hanya karena kesamaan

identitas keislaman. Akan tetapi, para orang tua melakukan seleksi pada

lembaga pendidikan. Jika ternyata lembaga pendidikan tersebut benar-

benar maju, maka mereka sangat tertarik untuk menjadikannya sebagai

pilihan (Qomar, 2008 dalam Susilowati, 2015).

Bahkan, jika lembaga pendidikan Islam dikelola dengan benar-benar

profesional dan mampu membuktikan kemajuannya baik dari segi akademik,

maupun non akademik, maka akan menjadi momentum terbaik untuk era

sekarang ini. Sebab, kebutuhan masyarakat muslim pada kelas menengah

ke atas, sekarang ini adalah terjaminnya mutu akademik dan kepribadian,

terutama dalam menghadapi era globalisasi (Qomar, 2008 dalam

Susilowati, 2015).
51

Oleh karena itu, masyarakat yang mempunyai persepsi yang positif

terhadap kualitas madrasah maka akan timbul keinginannya untuk

menyekolahkan anaknya ke madrasah. Itu semua tentunya didasarkan

pada perhatian, perasaan senang, ketertarikan, keingin tahuan, motivasi

dan kebutuhan terhadap madrasah. Begitu pula sebaliknya, jika suatu

masyarakat mempunyai persepsi yang negatif terhadap madrasah maka

tidak akan ada keinginan untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah MTs.

Dari persepsi seseorang yang dipengaruhi oleh sikap, minat, kepentingan,

pengalaman dan harapan pastinya nanti akan menimbulkan keinginan

untuk melakukan suatu hal. Keinginan bertindak atau melakukan sesuatu,

hal itulah yang disebut dengan bentuk minat. Selain itu, banyak sekali

penelitian yang telah dilakukan mengenai apa saja yang dapat

memberikan arah bagi persepsi orang. Kebutuhan, nilai dan minat telah

terbukti merupakan pengaruh yang penting dalam persepsi. Maka dari

keterangan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi ada

hubungannya atau kaitannya dengan minat seseorang. Karena minat

merupakan reaksi atau sikap yang mempunyai motif dari seseorang yang

telah melakukan persepsi. Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa

persepsi merupakan interpretasi berdasarkan minat, harapan, dan

kaitannya dengan pengalaman yang dimilikinya (Saleh, 2004).

2.1.8. Persepsi Masyarakat Terhadap Sekolah MTs

Persepi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak.

Meskipun alat untuk menerima stimulus serupa pada setiap individu, tetapi
52

interpretasinya berbeda. Dalam berpersepsi, seseorang akan melihat

secara detail mengenai aspek fisik dan non-fisik yang ada dalam

madrasah. Dari sinilah yaang nantinya akan timbul tanggapan, pendapat

dan penilaian setelah meelakukan pengamatan tadi (Fauzi, 1999).

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menggunakan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor

situasional. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa

lalu dan hal lain-lain yang termasuk sebagai faktor-faktor personal, yang

menentukan persepsesi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi

karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu (Rakhmat,

2005 dalam Arifin, 2017).

Wirawan (2010), berpendapat persepsi secara umum merupakan

proses perolehan, penafsiran dan pengaturan inforamasi indrawi. Persepsi

berlangsung paada saat seseorang meniru stimulus dari dunia luar yang

ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk kedalam

otak. Persepsi merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami

menggunakan alat penginderaan.

Walgito (2010), juga mengungkapkan bahwa persepsi merupakan

proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan.

Proses diterimanya stimulus oleeh indera menimbulkan perhatian khusus

lalu diteruskan ke otak dan setelah itu individu akan mengerti makna dari

stimulus tersebut. Denngan persepsi individu dapat menyadari tentang


53

keadaan lingkungan disekitarnya maaupun hal yang ada dalam diri

individu tersebut. Persepsi mengandung suatu proses dalam diri untuk

mengetahui dan mengevaluasi sejauh mana kita megetahui oang lain.

Pada proses ini kepekaan dalam diri sesoraang terhadap linngkungan

sekitar mulai terlihat. Cara pandang akan menentukan kesan yang

dihasilkan dari proses persepsi (Walgito, 2010).

Proses interaksi tidak dapat dilepaskan dari cara pandang atau

persepsi atau individu terhadap individu yang lain, sehingga memunculkan

apa yang dinamakan persepsi masyarakat. Persepsi masyarakat akan

menghasilkan suatu penilaian terhadap sikap. Perilaku dan tindakan

seseorang didalam kehidupan bermasyarakat (Listyana dan Hartono,

2015). Proses terbentuknya persepsi menurut Walgito (2010), didasari

pada beberapa tahapan, yaitu :

1. Stimulus/rangsangan, ketika individu dihadapkan pada suatu

stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkunganya maka disitulah

terjadi proses awal persepsi.

2. Registrasi, seseorang dapat mendengarkan atau melihat yang terkirim

kepadanya, kemudian mendaftar/meregistrasi semua informasi yang

terkirim tersebut dengan indra yang dimilikinya.

3. Interpretasi, yaitu proses yang memberikan arti kepada stimulus yang

telah diterima. Proses interpretasi bergantung pada motivasi, cara

pendalaman, dan kepribadian seseorang.


54

Menurut Wirawan (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

yaitu :

1. Perhatian, biasanya tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada

disekitar kita sekaligus, tetapi menfokuskan perhatian pada satu atau

dua objek saja. Perbedaan fokus perhatian antara seseorang dengan

orang lain akan menyebabkan perbedaan persepsi.

2. Kesiapan mental seseorang terhadap rangsangan yang akan timbul.

3. Sistem nilai yaitu sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat

juga berpengaruh pula terhadap persepsi.

4. Tipe kepribadian yaitu dimana pola kepribadian yang dimiliki oleh

individu akan menghasilkan persepsi yang berbeda. Sehubungan

dengan itu, maka proses terbentuknya persepsi dipengaruhi oleh diri

seseorang.

Walgito (2010), menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan

suatu yang terjadi dengan tahap-tahap berikut :

1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses

alami atau proses fisik yang merupakan proses ditangkapnya suatu

stimulus oleh alat indera manusia.

2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan fisiologis, yaitu

proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh alat indera melalui

saraf-saraf sensoris.
55

3. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses

psikologik, yaitu proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus

yag diterima oleh alat indera manusia.

4. Tahap keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi

yaitu berupa tanggapan atau perilaku.

Ada faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih

lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah yang berkualitas, paling tidak

ada 3 hal yaitu :

1. Cita-cita atau gambaran hidup di masa depan

Adapun yang menjadi pertimbangan pertama, berupa cita-cita atau

gambaran hidup masa depan, menunjukkan adanya kesadaran

masyarakat bahwa kehidupan masa depan memberi tuntutan yang jauh

lbih berat dan lebih kompleks daripada masa sekarang. Untuk

menghadapi tantangan tersebut, sumberdaya putra putri mereka harus

digembleng. Sekolah yang bisa dipercaya menggembleng mereka

hanyalah lembaga-lembaga pendidikan yang maju. Karenanya, para

orang tua cenderung memilih lembaga pendidikan yang maju yang

diyakini bisa menjamin kualitas akademik dan kepribadian para

siswanya (Qomar, 2008 dalam Susilowati, 2015).

2. Nilai-nilai (Agama)

Nilai-nilai (agama) hanya menjadi pertimbangan kedua dan

tampaknya hanya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki dasar

agama untuk mewarnai pendidikan. Peran nilai-nilai agama tersebut


56

dimaksudkan untuk menggantikan budi pekerti guna membendung

dekadensi moral terutama di kalangan anak-anak muda (Qomar, 2008).

3. Status Sosial

Yang menjadi pertimbangan terakhir ialah status sosial. Masyarakat

yang mempunyai status sosial tinggi tentunya akan memilih lembaga

pendidikan yang berkualitas dan terpandang. Orang tua yang

menyekolahkan anaknya di sekolah yang bermutu tinggi, terkadang

hanya untuk mempertahankan status sosialnya di kalangan masyarakat

(Ali, 2012).

Berdasarkan penjelasan diatas, persepsi mempunyai peran yang

sangat penting dalam pemasaran. Citra yang ada dibenak seseorang

timbul karena proses persepsi, bagaimana seseorang menilai sebuah

kualitas jasa, juga sangatlah ditentukan oleh persepsinya, keberhasilan

dalam memposisikan sesuatu juga sangat tergantung pada persepsi yang

ada dibenak seseorang. Terbentuknya persepsi yang tepat pada

seseorang menyebabkan mereka mempunyai kesan dan memberikan

penilaian yang tepat. Berdasarkan persepsi inilah seseorang akan tertarik

dan menimbulkan minat. Begitupun dalam pemilihan sekolah/madrasah,

citra dari madrasah harus bagus terlebih dahulu di mata masyarakat. Hal

ini harus dibuktikan dengan prestasi keunggulan dari madrasah dan tidak

kalah dengan sekolah umum. Dari reputasi yang memiliki keunggulan

tersebut maka akan menimbulkan minat masyarakat untuk menyekolahkan

anaknya di sekolah MTs (Suryani, 2012).


57

Dari berbagai ungkapan diatas, maka persepsi masyarakat terhadap

kualitas madrasah yag dimaksudkan disini adalah pandangan masyarakat

tentang kualitas madrasah itu sendiri. Dalam hal ini tentunya persepsi antar

individu akan berbeda satu sama lain dikarenakan faktor yang

mempengaruhi meliputi sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan

harapan. Dengan faktor-faktor itulah, yang nantinya akan menyebabkan

perbedaan persepsi masyarakat terhadap madrasah, ada yang

persepsinya positif dan ada juga yang persepsinya negatif, tergantung dari

faktor-faktor yang mempengaruhinya (Suryani, 2012).

2.1.9. Perkembangan Madrasah

Perkembangan madrasah tidak lepas dari peran Departemen

Agama sebagai lembaga yang secara politis telah mengangkat posisi

madrasah sehingga memperoleh perhatian yang terus menerus dari

kalangan pengambil kebijakan. Walau tak lepas dari usaha keras yang

telah di rintis oleh sejumlah tokoh agama seperti Ahmad Dahlan, Hasyim

Asy’ari dan Mahmud Yunus. Dengan perkembangan politis dan zaman,

Departemen Agama secara bertahap terus mengembangkan program-

program peningkatan dan perluasan serta peningkatan mutu madrasah.

Madrasah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, diakui oleh negara

secara formal pada tahun 1950. Undang-Undang no. 4 tahun 1950 tentang

dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah, pada pasal 10

menyatakan bahwa untuk mendapatkan pengakuan Departemen Agama,

madrasah harus memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran


58

pokok, paling sedikit 6 jam per minggu secara teratur, disamping pelajaran

umum (Ditjen Pendis Kemenag RI, 2017).

Munculnya dan berkembangnya madrasah tidak bisa terlepas dari

gerakan pembaharuan Islam oleh para tokoh intelektual Islam, kemudian

dikembangkan oleh organisasi-organisasi Islam baik di Jawa, Sumatera,

dan Kalimantan. Munculnya gerakan pembaharuan pendidikan Islam

di Indonesia berawal pada abad ke 20 yang di latar belakangi oleh

adanya kesadaran dan semangat yang kompleks (Noer, 1995).

Dengan pernyataan tersebut, diadakan pendaftaran madrasah

yang memenuhi syarat. Jenjang pendidikan dalam sistem madrasah pada

masa itu terdiri dari tiga jenjang yaitu : 1) Madrasah Ibtidaiyah dengan

lama pendidikan 6 tahun, 2) Madrasah Tsanawiyah Pertama untuk 3

tahun, 3) Madrasah Tsanawiyah Atas untuk 3 tahun. Sedangkan

kurikulum madrasah terdiri dari sepertiga pelajaran agama dan sisanya

pelajaran umum. Rumusan kurikulum seperti itu bertujuan untuk

merespon pendapat umum yang menyatakan bahwa madrasah tidak

cukup hanya mengajarkan agama saja, tetapi juga harus mengajarkan

pendidikan umum. Kebijakan seperti itu untuk menjawab kesan tiidak baik

yang melekat kepada madrasah, yaitu pelajaran umum madrasah tudak

akan mencapai tingkat yang sama bila dibandingkan dengan sekolah

umum. Perkembangan madrasah yang cukup penting pada masa orde

lama adalah berdirinya madrasah Pendidikan Guru Agama (PGA) dan

Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN). Tujuan pendiriannya adalah untuk


59

mencetak tenaga-tenaga profesional yang siap mengembangkan

madrasah sekaligus ahli keagamaan yang profesional. Pendidikan guru

agama pada dasarnya telah ada sejak masa sebelum kemerdekaan.

Tetapi dalam pendiriannya oleh Departemen Agama menjadi jaminan

strategis bagi kelanjutan madrasah di Indonesia (Ditjen Pendis Kemenag

RI, 2017).

Perkembangan madrasah di Indonesia cukup pesat, hal ini dapat

dilihat dari jumlah madrasah yang setiap tahun semakin bertambah.

Menurut data Kemenag hingga akhir tahun 2011 jumlah madrasah sudah

lebih dari 43.640 buah. Banyaknya madrasah yang tersebar di seluruh

pelosok negeri membantu pencapaian pemerataan pendidikan di

Indonesia. Akan tetapi, dalam penyelenggaraannya, madrasah kerap

menghadapi masalah (Alawiyah, 2014).

a. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum

Peraturan resmi yang pertama tentang pendidikan agama di

sekolah umum dicantumkan dalam Undang-Undang Pendidikan tahun

1950 nomor 4 dan Undang-Undang nomor 20 tahun 1954 (tahun 1950

hanya berlaku untuk Republik Indonesia Serikat di Yogyakarta).

Sedangkan pada Undang-Undang Pendidikan No. 20 tahun 1954

berbunyi: pertama, pada sekolah-sekolah negeri diselenggarakan

pendidikan agama, para orang tua murid menetapkan apakah anaknya

mengikuti pelajaran tersebut atau tidak; kedua, cara dalam

menyelenggarakan pendidikan agama di sekolah-sekolah negeri diatur


60

melalui ketetapan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan

(PPK) bersama dengan Menteri Agama (Ditjen Pendis Kemenag RI,

2017).

Sebelumnya ada ketetapan bersama antara Departemen Agama

dengan Departemen PKK yang dikeluarkan pada tanggal 20 Januari tahun

1951. Ketetapan itu menegaskan bahwa : 1) Pendidikan agama diberikan

mulai kelas IV sekolah rakyat selama 2 jam per minggu. Pada lingkungan

istimewa, pendidikan agama dapat di mulai dari kelas 1 dan jam

pelajarannya boleh ditambah sesuai kebutuhan, tetapi catatan bahwa

mutu pengetahuan umumnya tidak boleh berkurang dibandingkan dengan

sekolah lain yang pendidikan agamanya diberikan mulai kelas IV, 2) Di

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Tingkat Atas (umum dan kejuruan)

diberikan pendidikan agama sebanyak 2 jam seminggu, 3) Pendidikan

agama diberikan kepada murid-murid sebanyak 10 orang dalam 1 kelas

dan mendapat izin dari orang tua dan walinya, 4) Pengangkatan guru

agama, biaya pendidikan agama dan materi pendidikan agama

ditanggung oleh Departemen Agama (Ditjen Pendis Kemenag RI, 2017).

b. Kesejajaran Madrasah dan Sekolah Umum

Lahirnya Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri No. 6 tahun

1975 dan No. 037/U/1975 antara Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri, tentang peningkatan mutu

pendidikan pada madrasah. SKB ini muncul dilatar belakangi bahwa

setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh kesempatan yang


61

sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan dan pengajaran yang sama, sehingga lulusan dari

madrasah yang ingin melanjutkan pendidikannya, diperkenankan

melanjutkan ke sekolah-sekolah umum yang setingkat diatasnya. Dan

bagi siswa madrasah yang ingin pindah sekolah dapat pula pindah ke

sekolah umum yang setingkat. Ketentuan ini mulai berlaku dari tingkat

sekolah dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi (Ditjen Pendis

Kemenag RI, 2017).

Pembinaan dan pengembangan pendidikan madrasah dalam

rangka peningkatan akses dan mutunya, saat ini dikoordinasikan dengan

Direktorat Pendidikan Madrasah pada Ditjen Pendidikan Islam. Undang-

undang pendidikan dari zaman dahulu sampai sekarang tampaknya masih

terdapat dikotomi pendidikan. Dimana, bila dicermati bahwa Undang-

Undang Pendidikan Nasional masih membeda-bedakan antara pendidikan

umum dan agama, padahal bila digabungkan antara ilmu pendidikan

umum dengan ilmu agama justru akan menciptakan kebersamaan dan

juga mampu menciptakan kehidupan yang harmonis, serasi dan seimbang

(Ditjen Pendis Kemenag RI, 2017).

Setelah berkembang cukup pesat, madrasah menjadi bagian

penting dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Madrasah di

Indonesia tumbuh dan berkembang dengan cepat. Di awal kemerdekaan,

madrasah telah dirasakan memiliki peran penting dalam penyelenggaraan

pendidikan. Pemerintah telah merasakan peran madrasah untuk


62

memajukan pendidikan sejak awal karena pada saat itu pemerintahan

belum bisa maksimal dalam menyelenggarakan pendidikan terutama

untuk memenuhi sarana pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Pada masa orde lama, pendidikan agama yang diselenggarakan di

madrasah berbentuk pendidikan non formal di bawah pembinaan

Departemen Agama (Steenbrink, 2001 dalam Kosim, 2007).

Dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri ini mengatur

dan memperjelas fungsi madrasah yang disejajarkan dengan sekolah

umum, sekaligus menghindari adanya tumpang tindih peraturan antara

Kementerian Agama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lahirnya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri ini bertujuan untuk

meningkatkan mutu madrasah agar selalu memiliki tingkat yang sama

dengan sekolah umum (Daradjat, 1995 dalam Kosim, 2007).

Meskipun demikian, dalam penyelenggaraannya tetap berada di

bawah Departemen Agama. Madrasah yang menjadi bagian dari

Sisdiknas adalah madrasah yang mendapat pengakuan dari Departemen

Agama saja. Ciri madrasah saat ini masih bersifat pribadi dan merupakan

organisasi yang masih sempit. Belum adanya aturan yang bersifat umum

dan mengikat, mengenai bentuk kelembagaan, struktur, manajemen, dan

kurikulumnya. Yang tidak lain tujuan dari pendirian madrasah adalah

untuk meningkatkan partisipasi umat Islam itu sendiri. Kebijakan yang

kurang menguntungkan berlanjut pada masa penjajahan Jepang, yaitu

menghapus sekolah yang berbahasa Belanda. Bahasa Indonesia


63

digunakan lebih luas di lingkungan pendidikan, kurikulum dan struktur

pendidikan pun dirubah. Jepang membiarkan dibukanya kembali

madrasah-madrasah namun tetap mewaspadai madrasah karena

berpotensi untuk melawaan kedudukan Jepang di Indonesia. Atas

dibukanya madrasah pada masa itu, kalangan ulama mengusulkan

membentuk Majelis Islam Tinggi yang mengkoordinasikan pendidikan

agama di sekolah maupun madrasah, dan pemerintahan Jepang

memberikan pertimbangan yang cukup serius pada usulan ini

(Departemen Agama RI, 2005).

Pemerintah pun mengeluarkan petunjuk pelaksanaan Keputusan

Presiden nomor 34 dan Impres nomor 15 tahun 1974 yang isinya : 1)

Pembinaan pendidikan umum tanggung jawab Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, sedangkan tanggung jawab pendidikan agama di madrasah

adalah menjadi tanggung jawab Menteri Agama, 2) Untuk pelaksanaan

Keputusan Presiden nomor 34 tahun 1972 dan Impres nomor 15 tahun

1974 dengan sebaik-baiknya perlu ada kerja sama antara Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Dalam Negeri dan Departemen

Agama (Departemen Agama RI, 2005).

Setelah adanya petunjuk pelaksanaan tersebut, disusul adanya

penyusunan Surat Keputusan Bersama 3 Menteri pada tanggal 24 Maret

1975 dengan merinci bagian-bagian yang menunjukkan kesetaraan

madrasah dengan sekolah umum. Dalam bab 1 pasal 1 ayat 2 misalnya

dinyatakan bahwa madrasah itu meliputi 3 tingkatan : 1) Madrasah


64

Ibtidaiyah, 2) Madrasah Tsanawiyah, 3) Madrasah Aliyah (Departemen

Agama RI, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, 2005).

Sejalan dengan pendapat Sarijo (1998) yang menyebutkan bahwa dalam

pendidikan Islam terdapat beberapa kelemahan antara lain alokasi waktu

pendidikan di madrasah, isi dari kurikulum yang padat, sarana dan prasarana

yang kurang memadai, kurangnya kerjasama guru, kurangnya kompetensi

guru dalam ilmu yang sesuai dengan bidang keahliannya, masih kurangnya

kemampuan seorang guru yang komprehensif utuk senantiasa menjawab

segala permasalahan yang sesuai dengan perkembangan zaman, serta

metode pembelajaran yang digunakan masih kurang tepat. Hal inilah yang

membuat mutu pendidikan di madrasah memiliki mutu yang masih rendah

terutama pada madrasah swasta.

1. Pendidikan

Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 diungkapkan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Pendidikan memegang peranan penting bagi kehidupan manusia.

Salah satunya pendidikan diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu

masyarakat mencapai kemajuan peradaban. Dikatakan demikian karena


65

pendidikan merupakan faktor utama terhadap kemajuan suatu bangsa.

Ukuran suatu bangsa dilihat maju atau berkembangnya yaitu dari

seberapa jauh pemerintah memberikan skala prioritas terhadap

pembangunan pendidikan (Isjoni, 2009). Selanjutnya dikatakan bahwa

pendidikan yang dijadikan penentu terhadap kecerdasan masyarakatnya.

Karena dengan pendidikan ini, benar-benar dapat memberikan ruang di

dalam membentuk karakter generasi muda, agar mereka dapat memiliki

sumber daya saing yang tinggi dan mampu menguasai teknologi.

Sedangkan menurut Ihsan (2010) pendidikan umum dan pendidikan

agama bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil

manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju,

sejahtera dan bahagia. Ruang lingkup pendidikan meliputi seluruh

kehidupan manusia dan berlangsung secara terus-menerus. Pendidikan

berawal dari kehidupan keluarga, selanjutnya di proses secara efektif dan

efisien serta metodik dan sistematik di lembaga persekolahan untuk

kemudian dilanjutkan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan berupa

berbagai macam kegiatan dalam berbagai macam jenis pekerjaan

(Suhartono, 2009).

Menurut Mulyasa (2003) madrasah itu sendiri merupakan sistem

pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat

secara demokratis, bahkan kehadirannya telah lebih dahulu dibandingkan

dengan sekolah umum. Meskipun demikian, pendidikan di madrasah ini


66

belum mendapat perhatian yang optimal dari masyarakat dan sekitarnya.

Dalam tingkat madrasah terdapat jenjang-jenjang pendidikan yakni MI,

MTs, MA. Sebenarnya antara sekolah umum dengan madrasah memiliki

tujuan pendidikan yang sama tetapi yang membedakan di antara

keduanya adalah penekanan pada pelajaran agama saja. Pada

madrasah, porsi pelajaran agama lebih banyak dibandingkan dengan

sekolah umum. Madrasah sendiri merupakan lembaga sosial yang tidak

dapat dipisahkan dari lingkungan masyarakat, sebaliknya masyarakat

tidak bisa dipisahkan dari madrasah. Dikatakan demikian, karena

keduanya memiliki kepentingan, madrasah merupakan lembaga formal

yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi

muda bagi perannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan

pengguna jasa pendidikan.

2. Kurikulum

Untuk kurikulum madrasah 1984 merupakan penyempurnaan dari

kurikulum madrasah 1976. Penyempurnaan ini sejalan dengan perubahan

kurikulum sekolah di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

sebagaimana disebutkan penyusunan kurikulum madrasah 1984

berdasarkan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) dua menteri yaitu

antara Menteri pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) nomor

0299/U/1984 dengan Menteri Agama (Menag) nomor 045/1984 tentang

pengaturan pembakuan kurikulum sekolah umum dan kurikulum

madrasah, yang isinya antara lain penyamaan mutu lulusan madrasah


67

yang dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah-sekolah umum yang lebih

tinggi (Ditjen Pendis Kemenag RI, 2017).

Madrasah mengalami pengintegrasian saat lahirnya Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang mencakup ketentuan semua jalur dan jenis pendidikan.

Baik jalur sekolah dan luar sekolah, serta meliputi jenis pendidikan

akademik, pendidikan profesional, pendidikan kejuruan, dan pendidikan

keagamaan (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 1994).

Dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem

pendidikan nasional ini sekaligus menggantikan Undang-Undang nomor 4

tahun 1950 dan Undang-Undang nomor 12 tahun 1945, dimana Undang-

Undang ini berisi penegasan definitif tentang madrasah yang lebih

operasional dan dimasukkan dalam kategori sekolah tanpa

menghilangkan karakter keagamaannya. Melalui upaya ini madrasah

berkembang secara terpadu dalam sistem pendidikan (Maksum, 1999

dalam Kosim, 2007).

a. Lahirnya Kurikulum 1984

Pada tahun 1984 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama 2 menteri,

menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama tentang pengaturan

pembakuan kurikulum sekolah umum dan kurikulum madrasah. Lahirnya

Surat Keputusan Bersama tersebut dijiwai oleh Ketetapan MPR Nomor

II/TAP/MPR/1983 tentang perlunya penyesuaian sistem pendidikan,

sejalan dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang, antara lain


68

dengan melakukan perbaikan kurikulum sebagai salah satu upaya di

antara berbagai upaya perbaikan penyelenggaraan pendidikan di sekolah

umum dan madrasah (Ditjen Pendis Kemenag RI, 2017).

b. Lahirnya Undang-Undang No.2 Tahun 1989

Lahirnya Undang-Undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang di undangkan dan berlaku sejak tanggal 27

Maret 1989, memberikan perbedaan yang sangat mendasar bagi

pendidikan agama. Undang-Undang dan peraturan pemerintah tersebut

telah memberikan dampak positif bagi lembaga-lembaga pendidikan Islam

yaitu menjadi bagian integral dari Sistem Penddidikan Nasional. Sehingga

dengan demikan, kebijakan dasar pendidikan agama pada lembaga-

lembaga pendidikan Islam adalah sebangun dengan kebijakan dasar

pendidikan agama pada lembaga-lembaga pendidikan nasioanl secara

keseluruhan. Undang-Undang ini juga telah memuat ketentuan tentang

hak setiap siswa untuk memperoleh pendidikan agama sesuai dengan

agama yang dianutnya. Namun SD, SMP, SMA, SMK dan SLB yang

berciri khas berdasarkan agama tertentu tidak diwajibkan

menyelenggarakan pendidikan agama lain dari agama yang menjadi ciri

khasnya. Inilah poin pendidikan yang kelak menimbulkan polemik dan

kritik dari sejumlah kalangan, dimana siswa dikhawatirkan akan pindah

agama (berdasarkan agama yayasan/sekolah), karena mengalami

pendidikan agama yang tidak sesuai dengan agama yang dianutnya

(Ditjen Pendis Kemenag RI, 2017).


69

c. Lahirnya Kurikulum 1994

Pada tahun 1994, kebijakan kurikulum pendidikan agama juga

ditempatkan di seluruh jenjang pendidikan, menjadi mata pelajaran wajib

sejak Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang SD terdapat

9 mata pelajaran termasuk pelajaran agama. Tingkat SMP struktur

kurikulumnya juga sama, dimana pendidikan agama masuk dalam

kelompok program pendidikan umum.

Demikian halnya di tingkat SMA, dimana pendidikan agama masuk

dalam kelompok program pengajaran umum bersama Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah

Nasional dan Sejarah Umum, Bahasa Inggris, Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan, Matematika, IPA (Fisika, Biologi, Kimia), IPS (Ekonomi,

Sosiologi, Geografi) dan Pendidikan Seni. Dari sudut pendidikan agama,

kurikulum 1994 hanyalah penyempurnaan dan perubahan-perubahan

yang tidak mempengaruhi jumlah jam pelajaran dan karakter pendidikan

keagamaan siswa, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Sampai

dengan tahun 1998, pendidikan di Indonesia masih menggunakan

Undang-Undang Pendidikan tahun 1989 dan kurikulum 1994 (Ditjen

Pendis Kemenag RI, 2017).

d. Lahirnya Undang-Undang No.20 Tahun 2003

Selanjutnya pada tahun 2003 ditetapkan Undang-Undang Sistem

Pendidkan Nasional yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 (pasal 12) yang


70

menyebutkan bahwa pendidikan agama adalah hak setiap peserta didik.

Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan

pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan

oleh pendidikan yang seagama. Dalam bagian penjelasan diterangkan

pula bahwa pendidik atau guru agama yang seagama dengan peserta

didik difasilitasi atau disediakan oleh pemerintah sesuai dengan

kebutuhan satuan pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 41 ayat 3.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 inilah

yang menjadi pijakan hukum dan konstitusional bagi penyelenggaraan

pendidikan agama di sekolah-sekolah, baik negeri maupun swasta (Ditjen

Pendis Kemenag RI, 2017).

Selanjutnya dalam pasal 37 ayat 1 disebutkan bahwa kurikulum

pendidikan dasar dan menengah, wajib memuat Pendidikan Agama,

Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan

Sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga,

Keterampilan / Kejuruan dan Muatan Lokal. Dalam penjelasan atas pasal

37 ayat 1 ini ditegaskan, pendidikan agama dimaksudkan untuk

membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Pelaksanaan

pendidikan agama di sekolah umum juga diatur dalam Undang-Undang

baik yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan, biaya

pendidikan, tenaga pengajar, kurikulum dan komponen pendidikan lainnya

(Ditjen Pendis Kemenag RI, 2017).


71

e. Lahirnya Kurikulum Berbasis Kompetensi

Perjalanan kebijakan pendidkan di Indonesia belum berakhir, karena

pada tahun 2004 pemerintah menetapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK). Kehadiran kurikulum berbasis kompetensi pada mulanya

menumbuhkan harapan yang akan memberikan keuntungan bagi peserta

didik karena dianggap sebagai penyempurnaan dari metode cara Belajar

Siswa Aktif (CBSA). Namun dari sisi mental maupun kapasitas guru

tampaknya sangat berat untuk memenuhi tuntutan ini. Pemerintah juga

sangat kewalahan secara konseptual, ketika pemerintah bersikeras

dengan pembelakuan ujian nasional, sehingga Kurikulum Berbasis

Kompetensi segera diganti dan disempurnakan dengan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) (Ditjen Pendis Kemenag RI, 2017). Hal ini

dijadikan sebagai bahan rancangan bagi guru / pendidik, untuk memahami

secara garis besar apa dan bagaimana konsep dan implementasi

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam rangka untuk memenuhi

aturan yang diberlakukan Menteri Pendidkan Nasional (Mendiknas) maka

sejumlah sekolah menyatakan memberlakukan KBK bagi siswa / peserta

didiknya. Tentu saja pemberlakuan KBK tersebut diikuti dengan

pembaharuan dalam banyak hal sebagai implikasinya, semisal

pembaharuan pada lingkungan belajar, strategi pembelajaran, teknik

pembelajaran, bahan belajar, dan media belajar (Rifai, 2016).

Persoalan klasik di sejumlah sekolah adalah diberlakukannya KBK

yang dimana ditandai oleh satu hal yang utama yaitu perubahan nama-
72

nama bidang studi dan perubahan buku ajar. Perubahan lain sebagai

penyempurna, bahkan semestinya menjadi menu paket atas

pemberlakuan KBK, sampai saat ini belum dilakukan secara sempurna

oleh sejumlah sekolah / madrasah tanpa mengabaikan bahwa di

sejumlah sekolah / madrasah tertentu di tanah air, pemberlakuan KBK

nyaris sempurna (Rifai, 2016). Dengan mengetahui hal ini, sebagai guru /

pendidik dikemudian hari dapat terdorong untuk belajar dan belajar lebih

giat lagi tentang apa dan bagaimana KBK itu sendiri, sehingga dapat

memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan tugas para pendidik /

guru pada masing-masing bidang studi yang dibinanya.

Selanjutnya Rifai (2016) berkata bahwa kurikulum berbasis

kompetensi adalah seperangkat perencanaan dan pengaturan

pembelajaran yang sistematis guna mencapai kompetensi tertentu. Dapat

juga dikatakan bahwa KBK merupakan kurikulum yang berisi sejumlah

kompetensi yang dibutuhkan dan perlu dikuasai oleh pembelajar untuk

menjalani kehidupan mereka, baik untuk mendapatkan pekerjaan,

bekerja, melanjutkan sudi, maupun belajar sepanjang hayat. Kompetensi

tersebut disusun dan dikemas sedemikian rupa sehingga memungkinkan

untuk dicapai dan dikuasai oleh pembelajar (siswa).

c. Madrasah

1. Pengertian Madrasah

Madrasah berasal dari akar kata dirasa yaitu belajar sedangkan

madrasah berarti tempat belajar atau sekolah formal (Nata, 2010 ). Dalam
73

pandangan masyarakat awam, madrasah adalah lembaga pendidikan

tingkat dasar dan menengah yang mengajarkan Agama islam saja, yaitu

perpaduan antara ilmu Agama Islam dan ilmu umum, maupun ilmu yang

berbasis ajaran Islam (Kosim, 2007 ).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata madrasah

adalah sekolah atau perguruan yang biasanya berdasarkan agama Islam.

Selain itu beberapa ahli juga memberikan pengertian bahwa madrasah

merupakan sebuah lembaga pendidikan yang menyediakan pembelajaran

dalam pengetahuan Agama Islam (Mircea, 1993).

Zuhairi (1993) menyebutkan pengertian madrasah dalam arti tempat

belajar untuk mengajarkan dan mempelajari ajaran-ajaran Islam, ilmu

pengetahuan dan keahlian lainnya yang berkembang pada zamannya.

Pendapat lain menyebutkan bahwa madrasah mengandung arti tempat

atau wahana anak mengenyam proses belajar secara terarah, terpimpin

dan terkendali. Dengan demikian secara teknis madrasah madrasah

menggambarkan proses pembelajaran secara formal yang tidak berbeda

dengan sekolah (Mahmud, 2006 dalam Kosim, 2007).

Madrasah Indonesia sepenuhnya merupakan usaha penyesuaian

atas tradisi persekolahan yang dikembangkan oleh pemerintahan Hindia

Belanda. Dengan struktur dan mekanisme yang hampir sama, dan

sekilas, madrasah merupakan bentuk lain dari sekolah dengan muatan

dan corak keislaman (Simanjuntak, 1972/1973). Madrasah Tsanawiyah

(MTs) adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan


74

umum dengan ciri khas Agama Islam yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat yaitu

pada jenjang Sekolah Dasar / MI (Madrasah Ibtidaiyah), jenjang

pendidikan menengah sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar / MI, jenjang

pendidikan Madrasah Tsanawiyah yang ditempuh selama kurun waktu 3

tahun. Mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. kelas 9 diwajibkan untuk

mengikuti Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Sekolah dan nilai

Ujian Nasional ini merupakan salah satu penilaian kelulusan siswa.

Lulusan MTs ini dapat melanjutkan pendidikan ke Madrasah Aliyah atau

sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan (Kosim, 2007).

2. Madrasah Negeri

Madrasah negeri pada awalnya merupakan upaya dari Departemen

Agama dalam menata dan membina madrasah, perlengkapan,

operasional madrasah, dan kebutuhan madrasah negeri diberikan

anggaran tersendiri oleh pemerintah demi terealisasinya madrasah yang

memiliki mutu yang tinggi. Dengan mengingat bahwa madrasah negeri

merupakan proyek percontohan bagi madrasah swasta lainnya (Suryana,

2012).

Madrasah negeri adalah madrasah yang pengadaannya

dilaksanakan oleh Negara. Dalam pandangan masyarakat madrasah

negeri merupakan sekolah yang memiliki prinsip yang baik dan bagus.

Dimana masyarakat umumnya memandang bahwa madrasah negeri

mutunya atau kualitasnya lebih unggul daripada madrasah swasta, baik

dari sisi fasilitas maupun sisi kualitas (Makruf, 2016).


75

3. Madrasah Swasta

Pada tahun 1967 terbuka kesempatan untuk menjadikan madrasah

swasta menjadi madrasah negeri untuk semua tingkatan, yaitu Madrasah

Ibtidaiyah Negeri (MIN), Madrasah Tsanawiyah Islam Negeri (MtsIN),

Madrasah Aliyah Islam Negeri (MAIN). Namun ketentuan itu hanya

berlangsung 3 tahun, dan dengan alasan pembiayaan dan fasilitas yang

sangat terbatas, maka keluarnya Keputusan Menteri Agama nomor 213

tahun 1970 tidak ada lagi madrasah swasta yang dijadikan madrasah

negeri. Madrasah swasta adalah madrasah yang pengadaannya

dilaksanakan oleh masyarakat dan dikelola oleh lembaga perorangan atau

kelompok masyarakat. Madrasah swasta lahir dari keinginan rakyat,

dikelola sendiri oleh rakyat, dan ditujukan untuk rakyat. Madrasah swasta

memiliki ciri ketulusan pada guru dan tenaga kependidikan dengan tujuan

menegakkan agama Allah. Namun, tidak diimbangi dengan keahlian,

keterampilan yang memadai. Sehingga sumber daya manusia dari

madrasah swasta, ini seringkali dianggap rendah. Madrasah swasta

identik dengan fasilitas yang serba kurang. Beberapa sekolah swasta

dirintis dengan menempati rumah pendirinya, kemudian menerima tanah

wakaf, mendapat sumbangan dari masyarakat untuk membangun gedung

dan akhirnya terwujud bangunan sederhana. Untuk mewujudkan kondisi

ideal suatu madrasah membutuhkan perjuangan yang keras dengan

bantuan dari masyarakat sekitar dan juga pengabdian dari guru, tenaga

kependidikan (Departemen Agama RI, 2005).


2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul dan Tahun Penelitian Metode dan Analisis Hasil
Penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa pandangan
masyarakat terhadap keberadaan madrasah swasta
Pandangan Masyarakat
sangat lemah. Ini ditandai dengan kurangnya minat orang
Indragiri Hulu Terhadap
1. Ahmad Arif Ramli Kualitatif deskriptif tua memasukkan anaknya ke madrasah tersebut, begitu
Keberadaan Madrasah Swasta
juga fungsi yayasan yang belum optimal dalam
(2011)
melaksanakan kewajibannya sebagai pengayom dan
penanggungjawab
Persepsi sebagian besar masyarakat terhadap madrasah
Persepsi Dan Minat
di Namlea cukup positif. Madrasah dianggap sebagai
Hasanuddin Masyarakat Terhadap
2. lembaga pendidikan representatif untuk membina
Tinggapy Madrasah Di Namlea Deskriptif Kualitatif
peserta didik. Hal itu dikarenakan madrasah mampu
Kabupaten Buru Provinsi
membimbing peserta didik baik pada aspek intelektual
Maluku (2012)
maupun spiritual
Perkembangan Madrasah

Dini Miranda, Tsanawiyah Madinatun Najah MTs Madinatun Najah memberikan kontribusi tertinggi
3. Ridwan Melay, Dari Tahun 2006-2016 di Kualitatif terhadap pendidikan tingkat SMP/MTs sebanyak 20,8%
Tugiman Bawah Yayasan Pendidikan di Kecamatan Rengar Kabupaten Indragiri Hulu.
Agama Islam Rengar dari
Tahun 2006-2016 (2016)

76
1. Dengan adanya Madrasah Tsanawiyah Swasta
(MTsS) Nurul Falah Bangun Rejo, memudahkan bagi
anak-anak mereka pergi sekolah karena lokasi
madrasah tersebut dekat dengan tempat tinggal,
anak-anak dapat diawasi orang tua dan meringankan
biaya sekolah.
2. Pada satu sisi, masyarakat menyatakan bahwa
kehadiran Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS)
Dewi Ulfa Yanti, Persepsi Masyarakat
Nurul Falah Bangun Rejo sangat membantu mereka
Terhadap Madrasah
4. Wahidul Basri, Deskriptif Kualitatif dalam menyekolahkan anak-anak mereka, namun
Tsanawiyah Swasta (MTsS)
disisi lain ada juga masyarakat yang tidak
Yenni Melia Nurul Falah Bangun Rejon
menyekolahkan anak-anak mereka ke Madrasah
Kecamatan Sangir Kabupaten
Nurul Falah Bangun Rejo tetapi mereka
Solok Selatan (2019)
menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-
sekolah yang jauh dari tempat tinggal mereka. Karena
sebagian masyarakat Bangun Rejo masih
beranggapan bahwa Madrasah Tsanawiyah Swasta
(MTsS) Nurul Falah Bangun Rejo belum memiliki
pengalaman dalam mendidik, sarana dan prasarana
masih belum memadai.

77
1. Persepsi masyarakat nelayan tentang pentingnya
pendidikan formal di Desa Jawi-Jawi Kecamatan
Bungku Selatan Kabupaten Morowali yaitu tingkat
persepsi masyarakat nelayan di Desa Jawi-Jawi
mengenai pengetahuan tentang pentingnya
pendidikan formal sangat baik.
2. Persepsi yang muncul tidak selalu menimbulkan
perilaku untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang
yang lebih tinggi.
Persepsi Masyarakat Nelayan 3. Masyarakat nelayan Desa Jawi-Jawi sudah
Tentang Pentingnya Kualitatif memahami akan pentingnya pendidikan formal.
Pendidikan Formal Di Desa 4. Masyarakat nelayan Desa Jawi-Jawi benar- benar
5. Kadriani,
Jawi-Jawi Kecamatan Bungku sangat membutuhkan pendidikan formal untuk bekal
La Harudu Selatan Kabupaten Morowali hidup anak di masa yang akan datang dengan
(2017) harapan dapat memperoleh pekerjaan yang layak
dan memperoleh penghidupan yang lebih baik dari
kondisi orang tuanya.
5. Secara keseluruhan bahwa responden ikut terlibat
dalam pendidikan anaknya, baik dalam bentuk
memberi motivasi maupun memberi dorongan
agar anak mereka dapat meningkatkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Rian Saputra, Persepsi Masyarakat Deskriptif Kualitatif 1. Berdasarkan hasil analisis penelitian, maka dapat

78
diketahui bahwa persepsi atau pandangan
masyarakat terhadap Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Al-Huda Desa Malino pada umumnya baik.
Terhadap Madrasah Akan tetapi hal itu sama sekali tidak mempengaruhi
Tsanawiyah (MTs) minat masyarakat untuk menyekolahkan anak di
Ali Jennah, dan Al-Huda Desa Malino sekolah tersebut, hal ini dapat dilihat dari jumlah
Abdul Hamid Kecamatan Ongka siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Huda
Kabupaten Parigi semakin berkurang dari tahun-ketahun.
Moutong (2018)
2. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, selama
melakukan penelitian di Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Al-Huda Desa Malino, maka dapat
disimpulkan bahwa sekolah tersebut belum
mencapai delapan standar nasional pendidikan.

79
80

BAB III

KERANGKA PIKIR

TREND POLA

* JUMLAH SEKOLAH
* JARAK RUMAH SISWA KE MADRASAH
MTS
*JUMLAH SISWA * PENDIDIKAN AYAH
BARU SELAMA 10 * PENDIDIKAN IBU
TAHUN (2010-2019)
* PENGHASILAN ORANG TUA
* TRANSPORTASI DARI RUMAH KE MADRASAH
* JENIS PEKERJAAN KEPALA RUMAH TANGGA

KONDISI GEOGRAFIS WILAYAH PERKOTAAN


MASYARAKAT
WILAYAH PESISIR

WILAYAH PERBATASAN

* KARAKTERISTIK MADRASAH
PERSEPSI DAN MINAT
* KURIKULUM
MASYARAKAT
* MAPEL UNGGULAN
MENYEKOLAHKAN
* KOMPETENSI GURU
ANAK DI SEKOLAH
* PRESTASI SISWA (KURIKULER MTS
DAN EKSTRAKURIKULER)

PERKEMBANGAN
MADRASAH

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian


81

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang mewakili sekolah MTs dalam Kota Kendari

adalah MTsN 2 Kendari, MTs Asy-Syafi’iyah, sekolah MTs di daerah

perbatasan Kota Kendari adalah MTs Al-Muhajirin, MTs DDI Labibia dan

sekolah MTs di daerah pesisir adalah MTs DDI 2 Bungkutoko, MTs

Indotec. Adapun peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Adapun pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposif

sampel (purposive sampling) di dalam Kota Kendari agar dapat


82

menggambarkan trend dan pola perkembangan sekolah MTs di Kota

Kendari berdasarkan letak geografisnya (Sugiyono, 2015).

Waktu pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam tabel 2. Penelitian

ini dilaksanakan di Kota Kendari.

Tabel 2. Schedule Penelitian

2019 2020
Kegiatan
Nov Des Feb Apr Mei Jun Juli

Persiapan

Konsultasi Pembimbing

Seminar Proposal

Survey Lapangan

Pengolahan Data

Analisis Data

Penarikan Kesimpulan

Seminar Hasil

Perbaikan Seminar Hasil

Ujian Tesis

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah siswa selama kurun

waktu 10 tahun dari 2010-2019, sedangkan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan metode sensus.


83

4.3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

4.3.1. Jenis Data

Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode survey dengan

pendekatan kualitatif yang dapat menggambarkan trend dan pola

perkembangan sekolah MTs berdasarkan perbedaan kondisi geografis

wilayah perkotaan, pesisir dan perbatasan.

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dengan sumber

data yaitu data sekunder yang merupakan data penunjang yang berkaitan

dengan penelitian ini, yang diperoleh dari berbagai sumber atau instansi,

Kementerian Agama Kota Kendari, Kementerian Agama Provinsi Sulawesi

Tenggara, Kantor Kelurahan, Kecamatan, Badan Pusat Statistik Kota

Kendari maupun BPS Provinsi, Perpustakaan, Jurnal, Buku teks atau

media cetak lainnya.

4.3.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang ada di

instansi / lembaga yang terkait dengan obyek penelitian.

2. Observasi

Teknik ini digunakan untuk melihat langsung kelapangan untuk

mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenain obyek penelitian.


84

4.4. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2006) variabel adalah obyek penelitian yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini

adalah gejala atau faktor yang mempengaruhi gejala atau unsur lain

yaitu 1. Jumlah siswa baru tiap tahun (selama 10 tahun) dari tahun 2010-

2019;

2. Jarak rumah siswa ke madrasah;

3. Pendidikan Ayah;

4. Pendidikan Ibu;

5. Penghasilan orang tua;

6. Transportasi dari rumah ke madrasah;

7. Jenis pekerjaan kepala rumah tangga.

4.5. Teknik Analisis Data

Analisi data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah

dalam penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif kualitatif, analisis regresi

berganda dan uji koefisien parsial dalam penelitian, dapat dilihat pada

uraian di bawah ini :

1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Untuk mengetahui trend perkembangan madrasah di Kota Kendari

dilakukan analisis deskriptif kualitatif dengan membuat grafik yang

menunjukkan gambar trend perkembangan madrasah.


85

2. Analisis Regresi

Analisis regresi menjelaskan hubungan dua atau lebih dari variabel

sebab-akibat. Artinya variabel yang satu akan mempengaruhi variabel

lainnya. Besarnya pengaruh variabel ini dapat di duga dengan besaran

yang ditunjukkan oleh koefisien regresi. Persamaan regresi dapat

dituliskan seperti persamaan berikut ini.

Y : f (X1, X2, X3, ............., Xn)

Dimana :

Y = variabel yang dijelaskan (dependent variable)

X = variabel yang menjelaskan (independent variable)

Hubungan Y dan X adalah searah, dimana X akan selalu

mempengaruhi Y, dan tidak mungkin terjadi hal sebaliknya. Oleh karena

itu dalam hal model development, maka pemilihan variabel Y dan X harus

cermat dan benar (Soekartawi, 2003).

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan sekolah madrasah di Kota Kendari digunakan analisis

regresi linear berganda yang diolah menggunakan SPSS 16.0. Rumus

Cobb-Douglass yang digunakan dalam pengujian hipotesis diformulasikan

menurut (Widarjono, 2009) sebagai berikut :

Y = a+bX1 + bX2 + bX3 + bX4 + bX5 + bX6 + e


86

Dimana :

Y = Jumlah siswa yang mendaftar setiap tahun


a = Konstanta
b = Koefisien
X1 = Jarak rumah siswa ke madrasah
X2 = Pendidikan Ayah
X3 = Pendidikan Ibu
X4 = Penghasilan orang tua
X5 = Transportasi dari rumah ke madrasah
X6 = Jenis pekerjaan kepala rumah tangga
e = Standar Error

4. Uji Korelasi Bivarian

Untuk mengetahui bagaimana seberapa besar pengaruh faktor yang

mempengaruhi perkembangan sekolah MTs pada kondisi geografis

masyarakat Kota Kendari, pesisir dan perbatasan Kota Kendari, maka

dilakukan uji korelasi bivarian. Nilai korelasi bivarian menunjukkan variabel

yang paling berpengaruh terhadap perkembangan sekolah MTs pada

kondisi geografis masyarakat Kota Kendari, pesisir dan perbatasan

Kota Kendari. Semakin besar nilai korelasi bivarian maka semakin besar

pula pengaruh variabel bebas tersebut terhadap perkembangan

madrasah di Kendari. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor

yang mempengaruhi perkembangan madrasah di wilayah perkotaan maka

dilakukan tahap-tahap perhitungan menggunakan SPSS 16.0 dengan

rumus sebagai berikut :


87

SEx1- 6 = bi x crossproducts x r square


X 100
Σregression
Dimana :
SE = Sumbangan efektif
X1 = Jarak rumah siswa ke madrasah
X2 = Pendidikan ayah
X3 = Pendidikan ibu
X4 = Penghasilan orang tua
X5 = Transportasi dari rumah ke madrasah
X6 = Jenis pekerjaan kepala rumah tangga
bi = Koefisien regresi
crossproducts = nilai perkalian silang antara x dan y
r square = nilai R2
Σregression = nilai regresi

4.6. Konsep Operasional

Pada kajian ini berkenaan dengan trend dan pola perkembangan

sekolah MTs di Kota Kendari. Trend adalah segala sesuatu yang sedang

dibicarakan, disukai atau bahkan digunakan oleh sebagian besar

masyarakat pada saat tertentu. Berdasarkan konsep tersebut yang

dimaksud dengan trend dalam kajian ini adalah kecenderungan pada

keberadaan madrasah mengalami kenaikan selama kurun waktu

10 tahun, sejak tahun 2010 sampai tahun 2019.

Lain halnya dengan pola, dimana pola adalah cara kerja yang terdiri

dari unsur-unsur terhadap suatu perilaku dan dapat dipakai untuk

menggambarkan atau mendeskripsikan suatu gejala. Dalam hal ini pola

yang menggambarkan pola persebaran madrasah di Kota Kendari dalam

kurun waktu 10 tahun, sejak tahun 2010 sampai tahun 2019 dengan
88

membentuk pola tersebar. Dimana pada pola tersebar ini dapat dilihat

perkembangan sekolah MTs baik sekolah MTs negeri maupun sekolah

MTs swasta tersebar diberbagai titik yaitu dari 17 sekolah MTs di Kota

Kendari, 13 sekolah MTs di wilayah perkotaan, 2 sekolah MTs di wilayah

pesisir dan 2 sekolah MTs di wilayah perbatasan.

Madrasah adalah lembaga pendidikan yang berciri khas islam yang

lahir dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Madrasah

mengandung arti sebagai tempat atau wahana anak mengenyam proses

belajar-mengajar secara terarah, terpimpin dan terkendali. Dalam

pelaksanaannya, madrasah dapat menggambarkan proses pembelajaran

disekolah secara formal yang tidak berbeda dengan sekolah umum

lainnya.

Disisi lain perhatian para orang tua terhadap madrasah cukup baik.

Hal ini disebabkan karena para orang tua melihat dan merasakan

dampak yang ditimbulkan dengan adanya madrasah ini. Sebagai contoh

seorang anak yang dahulunya memiliki perilaku menyimpang (mabuk-

mabukan, menghirup lem fox, dan sebagainya), ketika anak tersebut

disekolahkan ke madrasah sedikit demi sedikit perilaku menyimpang

tersebut mulai hilang. Walaupun dari sekian banyaknya siswa yang

memiliki perilaku menyimpang, ketika disekolahkan orang tuanya di

madrasah tidak semua anak dapat berubah, karena setiap anak memiliki

karakter yang berbeda-beda didalam menerima atau merubah perilaku

menyimpang tersebut.
89

Perhatian itu sendiri merupakan pemusatan tenaga psikis yang

tertuju pada suatu obyek. Definisi lain, menyebutkan bahwa perhatian

adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu kegiatan

yang dilakukan. Makin banyak kesadaran yang menyertai suatu kegiatan

maka semakin intensif perhatiannya pada sesuatu. Minat dan perhatian

mempunyai hubungan dalam kegiatan praktek sehari-hari, seseorang

yang berminat terhadap sesuatu maka dia akan cenderung menaruh

perhatian yang cukup besar terhadap obyek itu dibandingkan obyek

yang lain.

Oleh sebab itu, sekolah MTs yang bisa dipercaya menggembleng

anak mereka hanyalah lembaga-lembaga pendidikan yang maju.

Karenanya, para orang tua cenderung memilih lembaga pendidikan yang

maju yang diyakini bisa menjamin kualitas akademik dan kepribadian

para siswanya baik madrasah swasta maupun madrasah negeri. Dalam

pandangan masyarakat, nilai-nilai agama hanya dijadikan pert imbangan

kedua dan tampaknya hanya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki

dasar agama untuk mewarnai pendidikan. Padahal, peran nilai-nilai

agama tersebut dimaksudkan untuk menggantikan budi pekerti guna

membendung dekadensi moral apalagi di zaman sekarang ini, terutama di

kalangan anak-anak muda yang perilaku kesehariannya jauh dari nilai-nilai

agama. Pertimbangan masyarakat dalam memilih sekolah buat anak-

anaknya adalah karena status sosial. Masyarakat yang mempunyai status


90

sosial yang tinggi tentunya akan memilih lembaga pendidikan yang

berkualitas dan terpandang baik sekolah MTs swasta maupun sekolah

MTs negeri. Orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah yang

bermutu tinggi, terkadang hanya untuk mempertahankan status sosialnya

di kalangan masyarakat. Pandangan masyarakat tentang kualitas

madrasah itu sendiri yang disebut dengan persepsi. Begitupun dalam

pemilihan sekolah/madrasah, citra dari madrasah harus bagus terlebih

dahulu di mata masyarakat. Dimana salah satu fungsi madrasah adalah

membangun generasi bangsa yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti

luhur. Hal ini harus bisa dibuktikan dengan prestasi keunggulan dari

madrasah dan bisa bersaing dengan sekolah umum lainnya.

Dari reputasi madrasah yang memiliki keunggulan tersebut, maka

akan menimbulkan minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di

madrasah. Olehnya itu, persepsi masyarakat terhadap kualitas sekolah

MTs yang dimaksudkan disini adalah pandangan masyarakat tentang

kualitas madrasah itu sendiri. Walaupun misalnya rumah mereka jaraknya

jauh dengan madrasah, tetapi mereka tetap menyekolahkan anaknya di

madrasah tersebut. Dikarenakan madrasah memiliki keunggulan pelajaran

agama dibanding dengan sekolah menengah lain.


91

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Kendari yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi

Tenggara, secara astronomis terletak di bagian selatan garis

khatulistiwa berada diantara 3 0 54 ’ 40 ” dan 4 0 5 ’ 05 ” Lintang Selatan

(LS) dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122 0 26 ’ 33 ” dan

122 0 39 ’ 14 ” Bujur Timur (BT). Berdasarkan posisi geografisnya, Kota

Kendari memiliki batas-batas :

Utara : Kabupaten Konawe

Timur : Laut Kendari

Selatan : Kabupaten Konawe Selatan

Barat : Kabupaten Konawe

Berdasarkan letak geografiisnya, wilayah Kota Kendari

terletak di bagian Tenggara Pulau Sulawesi. Luas wilayah daratan

Kota Kendari 271,76 km2 atau 0,7 persen dari luas daratan Provinsi

Sulawesi Tenggara, Luas wilayah menurut Kecamatan sangat

beragam. Kecamatan Baruga merupakan wilayah kecamatan yang

paling luas (18,18 %), selanjutnya Kecamatan Puuwatu (16,01),

Kecamatan Poasia (15,79), Kecamatan Nambo (9,32 %), Kecamatan

Kambu (8,13 %), Kecamatan Mandonga (8,00 %), Kecamatan

Kendari Barat (7,77 %), Kecamatan Kendari (5,33 %), Kecamatan


92

Abeli (5,12 %), Kecamatan Wua-Wua (3,97 %), Kecamatan Kadia

(2,38 %), BPS Kota Kendari (2019).

Wilayah administrasi Kota Kendari terdiri dari 11 wilayah

kecamatan, yaitu Kecamatan Mandonga, Kecamatan Baruga,

Kecamatan Puuwatu, Kecamatan Kadia, Kecamatan Wua-Wua,

Kecamatan Poasia, Kecamatan Nambo, Kecamatan Abeli,

Kecamatan Kambu, Kecamatan Kendari, dan Kecamatan Kendari

Barat. Berdasarkan peraturan daerah Kota Kendari nomor 5 – 14

tahun 2015 yang selanjutnya terbagi menjadi 65 kelurahan (BPS Kota

Kendari, 2019).

Secara terinci wilayah administrasi pemerintah Kecamatan

Mandonga dengan ibukotanya Wawombalata, terdiri dari 6 kelurahan;

wilayah administrasi pemerintah Kecamatan Baruga dengan ibukotanya

Watubangga, terdiri dari 4 kelurahan; wilayah administrasi pemerintah

Kecamatan Puuwatu dengan ibukotanya Puuwatu terdiri dari 6 kelurahan;

wilayah administrasi pemerintah Kecamatan Kadia dengan ibukotanya

Kadia terdiri dari 5 kelurahan; wilayah administrasi pemerintah Kecamatan

Wua- Wua dengan ibukotanya Anawai terdiri dari 4 kelurahan; wilayah

administrasi pemerintah Kecamatan Poasia dengan ibukotanya

Rahandouna terdiri dari 5 kelurahan; wilayah administrasi pemerintah

Kecamatan Abeli dengan ibukotanya Anggalomelai terdiri dari 7 kelurahan;

wilayah administrasi pemerintah Kecamatan Kambu dengan ibukotanya

Padaleu terdiri dari 4 kelurahan; wilayah administrasi pemerintah


93

Kecamatan Nambo dengan ibukotanya Nambo terdiri dari 6 kelurahan,

wilayah administrasi pemerintah Kecamatan Kendari dengan ibukotanya

Kandai terdiri dari 9 kelurahan; wilayah administrasi pemerintah Kecamatan

Kendari Barat dengan ibukotanya Punggaloba terdiri dari 9 kelurahan

(BPS Kota Kendari, 2019).

Penduduk Kota Kendari berdasarkan proyeksi penduduk tahun

2018 sebanyak 381.628 jiwa yang terdiri atas 192.621 jiwa penduduk laki-

laki dan 189.007 jiwa penduduk perempuan. Jika dibandingkan dengan

proyeksi penduduk tahun 2017, penduduk Kota Kendari mengalami

pertumbuhan sebesar 2,94 persen dengan masing-masing persentase

pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 2,88 persen dan penduduk

perempuan sebesar 3,00 persen. Kepadatan penduduk di Kota Kendari

tahun 2018 mencapai 1.404 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk di 11

kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak

di Kecamatan Kadia dengan kepadatan sebesar 7.971 jiwa/km 2

dan terendah di Kecamatan Nambo sebesar 454 jiwa/km 2 (BPS Kota

Kendari, 2019).

Madrasah Tsanawiyah di Kota Kendari terletak pada 6 kelurahan,

letak geografisnya berada di wilayah perkotaan, wilayah pesisir, dan

wilayah perbatasan Kota Kendari. Madrasah Tsanawiyah pada 3

wilayah ini letaknya sangat strategis sesuai dengan kondisi masing-

masing, yaitu diantaranya didekat jalan raya, dekat pemukiman


94

masyarakat, ada pula yang berada dekat dengan pusat perkumpulan

masyarakat (pasar).

Letak Madrasah mudah dijangkau oleh peserta didik, karena letaknya

sangat dekat jalan raya, dimana peserta didik tidak perlu bersusah payah

dalam menjangkau madrasah tersebut. Selain itu juga sangat mudah

dijangkau oleh kendaraan umum. Begitu strategisnya lokasi madrasah ini,

dapat menarik minat para orang tua dalam menyekolahkan anaknya di

madrasah walaupun jarak rumah dengan madrasah tersebut sangatlah jauh.

Menurut pengamatan penulis, bahwa masyarakat yang berada

dilokasi penelitian mempunyai kehidupan yang kurang agamais, namun

mereka menyekolahkan anaknya di madrasah. Hal ini merupakan langkah

positif yang dilakukan orang tua siswa dalam memilih lembaga pendidikan

yang bisa membina anak-anak mereka sebagai generasi penerus bangsa

agar memiliki bekal kehidupan yang agamais yang dapat bermanfaat

dimasa mendatang.

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan menentukan

berhasil tidaknya proses pendidikan, yang ikut berperan aktif dalam upaya

pembinaan kepribadian peserta didik yang Islami disekolah. Oleh karena

itu, guru merupakan salah satu faktor yang harus ada dalam bidang

pendididkan. Guru juga harus memberikan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya kepada peserta didik, setiap penampilan

dan sikap guru tidak lepas dari pengamatan peserta didik maupun

masyarakat.
95

5.1.2. Trend Perkembangan Sekolah MTs Kota Kendari

Adapun keadaan peserta didik pada lokasi penelitian terdiri dari 3

wilayah yaitu wilayah perkotaan (MTsN 2 Kendari, MTs Asy-Syafi’iyah),

wilayah pesisir (MTS DDI 2 Bungkutoko, MTs Indotec), dan wilayah

perbatasan (MTs Al Muhajirin, MTs DDI Labibia).

1. Sekolah MTs di Wilayah Perkotaan

Tabel 3. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Terakhir (2010-2019)


Wilayah Perkotaan
Tahun MTsN 2 Kendari MTs Asy-Syafi’iyah Jumlah/2
2010 198 28 113
2011 230 32 131
2012 247 35 141
2013 270 38 154
2014 253 41 147
2015 155 57 106
2016 353 64 209
2017 299 56 177,5
2018 216 51 133,5
2019 218 56 137
Sumber : Dokumen MTs (EMIS Madrasah)

Dari Tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa dalam

sepuluh tahun terakhir pada MTsN 2 Kendari dari tahun pelajaran

2010/2011 sampai tahun pelajaran 2019/2020 mengalami penurunan

dengan jumlah siswa 155 tahun 2015, meningkat padatahun 2016 dengan

jumlah siswa 353, dan mengalami penurunan pada tahun 2018 dengan

jumlah siswa 216. Sedangkan pada MTs Asy-Syafi’iyah mengalami

kondisi yang stabil dari tahun 2010 berjumlah 28 siswa, mengalami

peningkatan sedikit dengan jumlah siswa 64 pada tahun 2016. Hal ini

dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.


96

Gambar 3. Grafik Jumlah Siswa di Wilayah Perkotaan Tahun 2010-2019

2. Sekolah MTs di Wilayah Pesisir

Tabel 4. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Terakhir (2010-2019)


Wilayah Pesisir
Tahun MTs DDI Bungkutoko MTs Indotec Jumlah/2
2010 34 15 24,5
2011 37 23 30
2012 36 19 27,5
2013 49 26 37,5
2014 35 34 34,5
2015 52 47 49,5
2016 34 54 44
2017 46 81 63,5
2018 48 38 43
2019 62 24 43
Sumber : Dokumen MTs (EMIS Madrasah)

Pada Tabel 4 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa dalam

sepuluh tahun terakhir pada MTs DDI Bungkutoko dari tahun pelajaran

2010/2011 sampai tahun pelajaran 2019/2020 mengalami kenaikan pada

tahun 2013 berjumlah 49 siswa, setelah menurun pada tahun 2014 yang

selanjutnya mengalami peningkatan sedikit pada tahun 2015 dengan


97

jumlah siswa 52. Kemudian meningkat pada tahun 2019 dengan jumlah

siswa 62. Sedangkan pada MTs Indotec Kendari dari tahun pelajaran

2010/2011 sampai tahun pelajaran 2019/2020 mengalami kenaikan

dalam tahun 2017 pada jumlah siswa 81, dan mengalami penurunan

pada tahun 2019 sebanyak 24 siswa. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4

berikut.

Gambar 4. Grafik Jumlah Siswa di Wilayah Pesisir Tahun 2010-2019

3. Sekolah MTs di Wilayah Perbatasan

Sekolah MTs di wilayah perbatasan memiliki jumlah siswa yang

cukup banyak dalam kurun waktu 10 tahun terakhhir (2010-2019).

Adapun jumlah siswa pada wilayah perbatasan dapat dilihat pada Tabel 5

berikut.
98

Tabel 5. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Terakhir (2010-2019) Wilayah


Perbatasan
Tahun MTs DDI Labibia MTs Al-Muhajirin Jumlah/2
2010 39 13 26
2011 37 15 26
2012 54 18 36
2013 43 22 32,5
2014 45 23 34
2015 43 37 40
2016 42 48 45
2017 56 21 38,5
2018 52 26 39
2019 55 31 43
Sumber : Dokumen MTs (EMIS Madrasah)

Dari Tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa dalam

sepuluh tahun terakhir pada MTs DDI Labibia dari tahun pelajaran

2010/2011 sampai tahun pelajaran 2019/2020 mengalami kenaikan pada

tahun 2012 berjumlah 54 siswa, setelah menurun pada tahun 2013 yang

selanjutnya mengalami peningkatan pada tahun 2017 dengan jumlah

siswa 56. Kemudian kondisi yang stabil pada tahun 2018 dan tahun 2019

dengan kata lain tidak mengalami penurunan yang drastis di tahun 2018

dengan jumlah siswa 52 dan juga tidak terlalu meningkat pada tahun 2019

dengan jumlah siswa 55. Sedangkan pada MTs Al-Muhajirin Kendari dari

tahun pelajaran 2010/2011 sampai tahun pelajaran 2019/2020 mengalami

kenaikan pada tahun 2016 dengan jumlah siswa 48, dan mengalami

penurunan drastis pada tahun 2017 dengan jumlah siswa 21. Yang

selanjutnya mengalami kenaikan pada tahun 2018 dan 2019. Hal tersebut

dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.


99

Gambar 5. Grafik Jumlah Siswa di Wilayah Perbatasan Tahun 2010-2019

4. Rata-rata jumlah siswa pada setiap wilayah Madrasah

Adapun rata-rata jumlah siswa per tahun pada masing-masing wilayah dapat

dilihat pada tabel berikut :

Wilayah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Perkotaan 113 131 141 154 147 106 209 177,5 133,5 137
Pesisir 24,5 30 27,5 37,5 34,5 49,5 44 63,5 43 43
Perbatasan 26 26 36 32,5 34 40 45 38,5 39 43
Tabel 6. Jumlah Siswa dalam Sepuluh tahun Pada Semua Wilayah

Dari Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa jumlah siswa dalam sepuluh

tahun terakhir pada wilayah Perkotaan mengalami kenaikan pada tahun

2016 dengan rata-rata 209, setelah menurun pada tahun 2015 yang

selanjutnya mengalami peningkatan yang stabil pada tahun 2018 dan

tahun 2019. Lain halnya dengan madrasah pada wilayah pesisir dan

perbatasan dari tahun pelajaran 2010/2011 sampai tahun pelajaran

2019/2020 mengalami kondisi yang stabil dari tahun 2010 sampai tahun
100

2019. Hanya terjadi kenaikan sedikit pada tahun 2017 dengan rata-rata

63,5 dari jumlah siswa.

Gambar 6. Grafik Jumlah Siswa di Wilayah Perkotaan, Pesisir dan


Perbatasan Tahun 2010-2019
Adapun peta sebaran jumlah siswa sekolah MTs dapat dilihat

pada Gambar 7 berikut :


101

Gambar 7. Peta Sebaran Jumlah Siswa di Kota Kendari

5. Sekolah MI (Madrasah Ibtidaiyah)/SD Kota Kendari

Sekolah MI/SD Kota Kendari dalam hal ini adalah sekolah MI/SD

yang bertempat dilokasi penelitian. Bertujuan untuk melihat minat siswa

dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah MTs/SMP. Adapun

jumlah siswa pada sekolah MI sampai tahun 2019 dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Siswa Sekolah MI sampai Tahun 2019


Tahun MIN Kendari MIS Al-Muhajirin MIS Asy-Syafi’iyah
2015 119 28 37
2016 102 25 34
2017 91 24 39
2018 88 24 42
2019 101 24 55
Sumber : Dokumen MI (EMIS Madrasah)
Dari Tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa pada

sekolah MI sampai tahun 2019 meningkat dengan jumlah 101 siswa,

sebelumnya jumlah siswa pada tahun 2015 meningkat dengan jumlah

siswa 119. Selanjutnya menurun pada tahun 2016-2018 dari jumlah

siswa 102 hingga 88 siswa. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8.
102

Gambar 8. Grafik Jumlah Siswa Sekolah MI sampai Tahun 2019

Adapun jumlah siswa pada sekolah SD sampai tahun 2019

wilayah perkotaan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Siswa Sekolah SD sampai Tahun 2019 (Perkotaan)


SDN 7 SDN 1 SDN 3
Tahun
Kendari Barat Kendari Barat Kendari Barat
2015 18 123 32
2016 22 132 34
2017 87 143 35
2018 88 144 41
2019 92 151 40
Sumber : Dapodik Dasmen Kemdikbud

Dari Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa SD sampai

tahun 2019 mengalami kenaikan. Pada SDN 7 Kendari Barat meningkat

dengan jumlah 92 siswa, selanjutnya pada SDN 1 Kendari Barat dengan

jumlah siswa 151. Kemudian pada SDN 3 Kendari Barat dengan jumlah

40 siswa, menurun sedikit dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat

pada Gambar 9.
103

Gambar 9. Grafik Jumlah Siswa SD sampai Tahun 2019 (Perkotaan)

Adapun jumlah siswa pada sekolah SD sampai tahun 2019

wilayah pesisir dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Siswa Sekolah SD sampai Tahun 2019 (Pesisir)


Tahun SDN 4 SDN 8 SDN 12 SDN 14 SDN 18 SDN 19
2015 23 36 22 17 19 28
2016 28 35 22 16 22 24
2017 31 24 19 16 21 23
2018 23 33 33 27 21 21
2019 24 34 32 27 19 24
Sumber : Dapodik Dasmen Kemdikbud

Dari Tabel 9 diatas diketahui jumlah siswa sampai tahun 2019

pada SDN 4 meningkat pada tahun 2017, selanjutnya tahun 2015 pada

SDN 8 dengan siswa 36. Kemudian pada tahun 2018 dengan jumlah 33

siswa pada SDN 12, selanjutnya SDN 14 dengan jumlah siswa yang tetap

yaitu 16 siswa pada tahun 2016-2017 dan tahun 2018-2019 27 siswa.

Adapun pada SDN 18 dengan jumlah siswa 22 tahun 2016, selanjutnya

SDN 19 dengan 28 siswa pada tahun 2015. Seperti pada Gambar 10.
104

Gambar 10. Grafik Jumlah Siswa SD sampai Tahun 2019 (Pesisir)

Adapun jumlah siswa pada sekolah SD sampai tahun 2019

wilayah perbatasan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Siswa Sekolah SD sampai Tahun 2019 (Perbatasan)


SDN 3 SDN 12 SDN 23
Tahun
Mandonga Mandonga Mandonga
2015 37 32 28
2016 43 35 28
2017 43 13 13
2018 49 14 14
2019 57 16 14
Sumber : Dapodik Dasmen Kemdikbud

Dari Tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa dalam

sepuluh tahun terakhir pada sekolah SDN 3 mengalami kenaikan pada

tahun 2015 dengan jumlah 37 siswa sampai tahun 2019 dengan jumlah

57 siswa. Selanjutnya pada SDN 12 menurun pada tahun 2015 dengan

jumlah siswa 32 sampai tahun 2019 jumlah siswa 16 siswa. Kemudian

diikuti SDN 23 mengalami penurunan pada tahun 2015-2019 dengan

jumlah 14 siswa. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 11.


105

Gambar 11. Grafik Jumlah Siswa SD sampai tahun 2019 (Perbatasan)

Secara geografis sebaran sekolah MTs sampai tahun 2019 dapat

di lihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Data Sekolah MTs Negeri dan Sekolah MTs Swasta di Kota
Kendari sampai Tahun 2019
No Nama Sekolah Status Alamat Kelurahan Kecamatan
1 MTsN 1 Kendari Negeri Jl.Orinunggu Bende Kadia
2 MTsN 2 Kendari Negeri Jl. Tekaka Kandai Kendari
3 MTs DDI Kendari Swasta Jl. Tekaka Kandai Kendari
4 MTs Ummushabri Swasta Jl. Ahmad Yani Bende Kadia
5 MTs Al-Fath Swasta Jl.Orinunggu Mokoau Kambu
6 MTs Peskil Swasta Jl. Kijang Poasia Kambu
7 MTs Madani Swasta Jl. Bunga Lahundape Kendari
Seroja Barat
8 MTs Swasta Jl. H. Lamuse Lepo-Lepo Baruga
Nurul Maghfirah
9 MTs Swasta Jl. Pasar Baruga Watubangga
Asy-Syafi’iyah Baruga
10 MTs Darul Batni Swasta Lrg. Kawat Lalolara Kambu
11 MTs DDI Swasta Jl. Imam Bonjol Labibia Mandonga
Labibia
12 MTs Al Wahdah Swasta Jl. Dangga Puuwatu Puuwatu
13 MTs Al- Swasta Jl. Perbatasan Baruga Watubangga
Muhajirin
14 MTs DDI 2 Swasta Jl.Balai Bungkutoko Abeli
Bungkutoko Kelurahan
15 MTs Indotec Swasta Jl.Dewi Sartika Matabubu Poasia
16 MTs Al Azkar Swasta Jl.Wuaeha Anggoeya Poasia
Baitul Qur’an Anggoeya
17 MTs Darul Swasta Jl.Budi Utomo Kadia Kadia
Mukhlisin No.38

Perkembangan sekolah madrasah di Kota Kendari berdampak

pada perkembangan sektor-sektor ekonomi di Kota Kendari saat ini, telah

menyebabkan perkembangan kawasan fisik terbangun. Perkembangan

tersebut meluas hingga kebatas wilayah administrasi Kota Kendari. untuk

Adapun sebaran sekolah SMP di Kota Kendari dilihat pada Tabel 12.
106

Tabel 12. Data Sekolah SMP Negeri di Kota Kendari sampai Tahun 2019

No Nama Sekolah Alamat Kelurahan Kecamatan


1 SMP Negeri 1 Jl.Samratulangi Kemaraya Kendari
Kendari no.111 Barat
2 SMP Negeri 2 Jl.Dr.Moh. Hatta Sanua Kendari
Kendari 61 B Barat
3 SMP Negeri 3 Jl.Patimura Watulondo Puuwatu
Kendari no.29
4 SMP Negeri 4 Jl.Ahmad Yani Bonggoeya Wua-Wua
Kendari no.123
5 SMP Negeri 5 Jl.Gersamata Anduonohu Poasia
Kendari Anduonohu
6 SMP Negeri 6 Jl.Dr.Moh.Hatta Kessilampe Kendari
Kendari
7 SMP Negeri 7 Jl.Pendidikan Anggalomelai Abeli
Kendari
8 SMP Negeri 8 Jl.Imam Bonjol Labibia Mandonga
Kendari no.1
9 SMP Negeri 9 Jl.Sao-sao no.3 Bende Kadia
Kendari
10 SMP Negeri 10 Jl.Prof.Dr.Abdurr Kambu Kambu
Kendari auf Tarimana
11 SMP Negeri 11 Jl.Poros Kendari- Sambuli Abeli
Kendari Moramo
12 SMP Negeri 12 Jl.Mayjen Lepo-lepo Baruga
Kendari D.I.Panjaitan
Pepabri
13 SMP Negeri 13 Jl.Dr.Sutomo Lalodati Puuwatu
Kendari
14 SMP Negeri 14 Jl.Samudera Puday Abeli
Kendari RT.01/RW.01
15 SMP Negeri 15 Jl.Boulevard Mokoau Kambu
Kendari
16 SMP Negeri 16 Jl.Poros Kendari- Purirano Kendari
Kendari Toronipa
17 SMP Negeri 17 Jl.Mekar Jaya Kadia Kendari
Kendari no.1
18 SMP Negeri 18 Jl.Poros Gunung Gunung Jati Kendari
Kendari Jati
19 SMP Negeri 19 Jl.Usaha Tani Puuwatu Puuwatu
Kendari
20 SMP Negeri 20 Jl.Ruruhi Anggoeya Poasia
Kendari Anggoeya
107

21 SMP Negeri 21 Jl.Ade Irma Abeli Dalam Abeli


Kendari Nasution
22 SMP Negeri 22 Jl.Brigjen Nanga-nanga Baruga
Kendari Katamso

Berikut adalah sebaran data MI/Sekolah Dasar Negeri yang

berada di sekitar sekolah MTs pada lokasi penelitian.

Tabel 13. Data Sekolah MI/SD Kota Kendari


No Nama Sekolah Alamat Kelurahan Kecamatan
1 MIN Kendari Jl.Pembangunan Sanua Kendari
Barat
2 MIS As’adiyah Jl.Pembangunan Sodohoa Kendari
Barat
3 SDN 1 Kendari Jl.Ir.Soekarno Dapu-Dapura Kendari
no.117 Barat
4 SDN 3 Kendari Jl.Dr.Moh.Hatta Sodohoa Kendari
no.41 Barat
5 SDN 7 Kendari Jl.Dr.Moh.Hatta Sodohoa Kendari
no.41 Barat
6 SDN 3 Jl.Imam Bonjol Wawombalata Mandonga
Mandonga
7 SDN 12 Jl.Imam Bonjol Wawombalata Mandonga
Mandonga
8 SDN 23 Jl.Dr. Soetomo Lalodati Mandonga
Mandonga
9 SDN 7 Baruga Jl.Poros Baruga Baruga Baruga
10 SDN 18 Baruga Jl.Kapten Piere Baruga Baruga
Tendean
11 SDN 92 Baruga Jl.Kapten Piere Baruga Baruga
Tendean
12 MIS Jl.Pasar Baruga Baruga Watubangg
Asy-Syafi’iyah a
13 SDN 4 Abeli Jl.Poros Nambo Nambo Abeli
14 SDN 8 Abeli Jl.Poros Talia Abeli
Mandonga Bungkutoko
15 SDN 12 Abeli Jl.Abdul Rahman Bungkutoko Abeli
16 SDN 14 Abeli Jl.Nelayan Bungkutoko Abeli
17 SDN 18 Abeli Jl.Poros Nambo Nambo Abeli
18 SDN 19 Abeli Jl.Poros Nambo Petoaha Abeli
108

5.1.3. Pola Perkembangan Sekolah MTs

Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang

diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi maka selanjutnya peneliti

akan melakukan analisis data untuk menjelaskan lebih lanjut dari

penelitian. Dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan

menganalisa data yang telah dikumpulkan dari observasi dan

dokumentasi selama peneliti mengadakan penelitian pada lembaga-

lembaga terkait. Fasilitas sarana pendidikan di Kota Kendari khususnya

disekolah MTs pada kondisi geografis masyarakat Kota Kendari

adalah sebagian besar terkonsentrasi di wilayah perkotaan sejumlah 13

sekolah, 2 sekolah MTs di wilayah pesisir dan 2 sekolah MTs di wilayah

perbatasan.

Terkait dengan fasilitas pendidikan merupakan bagian dari fasilitas

umum yang terpisahkan dari perencanaan fasilitas sosial lainnya. Pusat-

pusat lokasi sekolah MTs yang memberikan pelayanan pendidikan

cenderung tersebar di dalam wilayah Kota Kendari. Keadaan seperti ini

akan terlihat dengan jelas diwilayah yang mempunyai fasilitas pendidikan.

Agar terjadi keseragaman sehingga tidak ada bagian wilayah yang hanya

mendapat pengaruh dengan keberadaan sekolah MTs dalam

hubungannya dengan jangkauan aksesibilitas. Namun pada

kenyataannya sekolah MTs tersebar secara tidak merata dan masyarakat

yang jauh dari fasilitas tersebut akan cenderung memilih sekolah MTs

yang paling aksesibilitas.


109

Strategi pengembangan sistem sarana dan prasarana, diarahkan

untuk dapat mewujudkan pertumbuhan di seluruh wilayah Kota Kendari

sesuai dengan potensi dan pemenuhannya. Pengembangan sarana dan

prasarna pendidikan meliputi penyediaan gedung dan lahan sekolah MTs

serta sarana penunjangnya, yang tentunya diharapkan mampu

memberikan pelayanan dasar bagi masyarakat Kota Kendari.

Perkembangan sekolah MTs di Kota Kendari dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

a. Jarak rumah siswa ke Madrasah

b. Pendidikan Ayah

c. Pendidikan Ibu

d. Penghasilan orang tua

e. Transportasi dari rumah ke madrasah

f. Jenis pekerjaan kepala rumah tangga

1. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


Sekolah MTs di Wilayah Perkotaan

Hasil estimasi dengan model yang dianggap paling baik adalah

dengan memasukkan jumlah siswa sebagai variabel terikat. jarak rumah

siswa dengan madrasah, pendidikan ayah, pendidikan ibu, rata-rata

penghasilan orang tua tiap bulan, transportasi dari rumah ke madrasah,

jenis pekerjaan kepala rumah tangga sebagai variabel bebas.


110

a. Pengujian Model

Hasil estimasi analisis linear berganda diperoleh nilai R, koefisien

determinasi R2, dan nilai F, nilai R untuk mengukur keeratan hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien

determinasi (R2) untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi dependen. Nilai F menunjukkan apakah semua

variabel independen memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Analisis Varians, Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien


Determinasi (R2)
Jumlah Kuadrat
Model Df Kuadrat (JK) Tengah F-hit Sig.
(KT)
Regresi 6 2363180,353 393863,392 355,119 0,000
Residu 713 790790,224 1109,103
Total 719 3153970,578
R 0,866
R2 0,749
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah
Keterangan : Signifikan pada α = 10 % (0,1)

Hasil analisis pada tabel 14 menunjukkan bahwa nilai F- hitung sebesar

355,119 dengan signifikansi sebesar 0,000 < α (0,1). Koefisien korelasi

(R) sebesar 0,866, sedangkan koefisien determinasi (R 2) sebesar 0,749

(74,9 %).

b. Pengujian Variabel Bebas

Untuk melihat besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas

Jarak rumah siswa ke Madrasah (X 1), Pendidikan Ayah (X2), Pendidikan

Ibu (X3), Penghasilan orang tua (X 4), Transportasi dari rumah ke


111

madrasah (X5), Jenis pekerjaan kepala rumah tangga (X 6)) terhadap

(variabel terikat jumlah siswa tiap tahun (Y) maka dilakukan uji koefisien.

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas tersebut

dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.

Tabel 15. Nilai Koefisien Regresi dan Nilai Signifikansi Masing-masing


Variabel Bebas (Xi) yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Siswa
Tiap Tahun
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients Sig.
t
Std.
B Beta
Error
(Constant) 37,230 6,010 6,195 0,000
Jarak Rumah -8,663 1,892 -0,089 -4,578 0,000
Siiswa ke
Madrasah (X1)
Pendidikan Ayah -0,507 0,869 -0,013 -0,584 0,559
(X2)
Pendidikan Ibu 1,503 1,237 0,032 1,215 0,225
(X3)
Penghasilan 1,401 1,598 0,023 0,877 0,381
Orang Tua (X4)
Transportasi dari 24,337 0,573 0,880 42,465 0,000
Rumah ke
Madrasah (X5)
Jenis Pekerjaan 0,527 0,307 0,035 1,720 0,086
Kepala Rumah
Tangga (X6)
Variabel Dependen : Jumlah Siswa Tiap Tahun yang Mendaftar di
Madrasah
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah
Keterangan : Signifikan pada α = 10 % (0,1)

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 15 menunjukkan bahwa nilai

koefisien regresi pada variabel jarak rumah siswa ke madrasah (X 1)

sebesar -8,663, t-hitung sebesar -4,578 dengan signifikansi 0,000 < α (0,1),

sehingga dikatakan berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah

MTs. Koefisien regresi pada variabel pendidikan ayah (X 2) sebesar -0,507,


112

t-hitung sebesar -0,584 dengan signifikansi 0,559 > α (0,1), sehingga

dikatakan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs.

Koefisien regresi pada variabel pendidikan ibu (X 3) sebesar 1,503,

t-hitung sebesar 1,215 dengan signifikansi 0,225 > α (0,1), sehingga

dikatakan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs.

Tabel 16. Nilai b, Cross-Products, Regresi, dan Sumbangan Efektif Total


Variabel b Cross- Regresi Sumbangan
Products Efektif Total
Jarak rumah siswa ke 8,663 4144,010 2363180,353 74,9
madrasah (X1)
Pendidikan Ayah (X2) 0,507 2120,515
Pendidikan Ibu (X3) 1,503 7450,534
Penghasilan Orang 1,401 -8546,058
Tua (X4)
Transportasi dari 24,337 98048,189
rumah ke madrasah
(X5)
Jenis pekerjaan 0,527 27473,524
kepala rumah tangga
(X6)

Koefisien regresi pada variabel penghasilan orang tua (X 4) sebesar 1,401,

t-hitung sebesar 0,877 dengan signifikansi 0,381 > α (0,1), sehingga

dikatakan bahwa tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah

MTs. Koefisien regresi pada variabel Transportasi dari rumah ke

madrasah (X5) sebesar 24,337, t-hitung sebesar 42,465 dengan signifikansi

0,000 < α (0,1), sehingga dikatakan berpengaruh nyata terhadap jumlah

siswa disekolah MTs. Koefisien regresi pada variabel Transportasi dari

rumah ke madrasah (X6) sebesar 0,527, t- hitung sebesar 1,720 dengan

signifikansi 0,086 < α (0,1), sehingga dikatakan berpengaruh nyata

terhadap jumlah siswa disekolah MTs. Untuk mengetahui seberapa besar


113

pengaruh faktor yang mempengaruhi perkembangan sekolah MTs di

wilayah perkotaan maka dapat dilihat pada Tabel 16.

2. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


Sekolah MTs di Wilayah Pesisir

Hasil estimasi dengan model yang dianggap paling baik adalah

dengan memasukkan jumlah siswa sebagai variabel terikat. Sedangkan

jarak rumah siswa dengan madrasah, pendidikan ayah, pendidikan ibu,

rata-rata penghasilan orang tua tiap bulan, transportasi dari rumah ke

madrasah, jenis pekerjaan kepala rumah tangga sebagai variabel bebas.

a. Pengujian Model

Hasil estimasi analisis linear berganda diperoleh nilai R, koefisien

determinasi R2, dan nilai F, nilai R untuk mengukur keeratan hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien

determinasi (R2) untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi dependen. Nilai F menunjukkan apakah semua

variabel independen memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Analisis Varians, Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien


Determinasi (R2)
Jumlah Kuadrat
Model Df Kuadrat Tengah (KT) F-hit Sig.
(JK)
Regresi 6 299745,081 49957,514 43,515 0,000
Residu 164 188281,878 1148,060
Total 170 488026,959
R 0,784
R2 0,614
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah
Keterangan : Signifikan pada α = 10 % (0,1)
114

Hasil analisis pada tabel 17 menunjukkan bahwa nilai F- hitung

sebesar 43,515 dengan signifikansi sebesar 0,000 < α (0,1). Koefisien

korelasi (R) sebesar 0,784, sedangkan koefisien determinasi (R 2) sebesar

0,614 (61,4 %).

b. Pengujian Variabel Bebas

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas tersebut

dapat dilihat pada Tabel 18 berikut.

Tabel 18. Nilai Koefisien Regresi dan Nilai Signifikansi Masing-masing


Variabel Bebas (Xi) yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Siswa Tiap Tahun
Unstandardized Standardize
Model Coefficients d Sig.
t
Coefficients
Std.
B Beta
Error
(Constant) 175,063 23,724 7,379 0,000
Jarak Rumah 6,108 6,604 0,045 0,925 0,266
Siiswa ke
Madrasah (X1)
Pendidikan Ayah 4,299 2,006 0,115 2,143 0,039
(X2)
Pendidikan Ibu -5,031 3,284 -0,096 -1,532 0,112
(X3)
Penghasilan -50,048 5,051 -0,593 -9,908 0,000
Orang Tua (X4)
Transportasi dari 2,547 1,670 0,075 1,525 0,151
rumah ke
sekolah (X5)
Jenis Pekerjaan 2,914 0,765 0,224 3,809 0,000
Kepala Rumah
Tangga (X6)
Variabel Dependen : Jumlah Siswa Tiap Tahun yang Mendaftar di
Madrasah
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah

Keterangan : Signifikan pada α = 10 % (0,1)


115

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 18 menunjukkan bahwa nilai

koefisien regresi pada variabel jarak rumah siswa ke madrasah (X 1)

sebesar 6,108, t-hitung sebesar 0,925 dengan signifikansi 0,266 > α (0,1),

sehingga dikatakan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa

sekolah MTs. Koefisien regresi pada variabel pendidikan ayah (X 2)

sebesar 4,299, t-hitung sebesar 2,143 dengan signifikansi 0,039 < α (0,1),

sehingga dikatakan berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah

MTs. Koefisien regresi pada variabel pendidikan ibu (X 3) sebesar -5,031,

t-hitung sebesar -1,532 dengan signifikansi 0,112 < α (0,1), sehingga

dikatakan berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs.

Koefisien regresi pada variabel penghasilan orang tua (X 4) sebesar

-50,048, t-hitung sebesar -9,908 dengan signifikansi 0,000 < α (0,1),

sehingga dikatakan berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah

MTs. Koefisien regresi pada variabel transportasi dari rumah ke madrasah

(X5) sebesar 2,547, t- hitung sebesar 1,525 dengan signifikansi 0,151 < α

(0,1), sehingga dikatakan berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa

sekolah MTs. Koefisien regresi pada variabel jenis pekerjaan kepala

rumah tangga (X6) sebesar 2,914, t-hitung sebesar 3,809 dengan signifikansi

0,000 < α (0,1), sehingga dikatakan berpengaruh nyata terhadap jumlah

siswa sekolah MTs.

Untuk melihat besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas

(Jarak rumah siswa ke Madrasah (X 1), Pendidikan Ayah (X2), Pendidikan

Ibu (X3), Rata-rata penghasilan orang tua per bulan (X 4), Transportasi dari
116

rumah ke madrasah (X5), Jenis pekerjaan kepala rumah tangga (X 6))

terhadap variabel terikat jumlah siswa tiap tahun (Y) maka dilakukan uji

koefisien. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang

mempengaruhi perkembangan sekolah MTs di wilayah pesisir maka dapat

dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Nilai b, Cross-Products, Regresi, dan Sumbangan Efektif Total

Variabel B Cross- Regresi Sumbangan


Products Efektif Total
Jarak rumah siswa ke 6,108 230,123 299745,081 61,4
madrasah (X1)
Pendidikan Ayah (X2) 4,299 -456,801
Pendidikan Ibu (X3) -5,031 -4302,608
Penghasilan Orang -50,048 -4304,076
Tua (X4)
Transportasi dari 2,547 2257,778
rumah ke madrasah
(X5)
Jenis pekerjaan 2,914 19731,708
kepala rumah tangga
(X6)

3. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


Sekolah MTs di Wilayah Perbatasan

Hasil estimasi dengan model yang dianggap paling baik adalah

dengan memasukkan jumlah siswa sebagai variabel terikat (Y).

Sedangkan jarak rumah siswa dengan madrasah (X 1), pendidikan ayah

(X2), pendidikan ibu (X3), rata-rata penghasilan orang tua tiap bulan (X 4),

transportasi dari rumah ke madrasah (X 5), jenis pekerjaan kepala rumah

tangga (X6) sebagai variabel bebas.


117

a. Pengujian Model

Hasil estimasi analisis linear berganda diperoleh nilai R, koefisien

determinasi R2, dan nilai F, nilai R untuk mengukur keeratan hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien

determinasi (R2) untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi dependen. Nilai F menunjukkan apakah semua

variabel independen memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Analisis Varians, Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien


Determinasi (R2)
Jumlah Kuadrat
Model Df Kuadrat Tengah F-hit Sig.
(JK) (KT)
Regresi 6 17779,873 2963,312 110,501 0,000
Residu 277 7428,335 26,817
Total 283 25208,208
R 0,840
R2 0,705
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah
Keterangan : Signifikan pada α = 10 % (0,1)

Hasil analisis pada tabel 20 menunjukkan bahwa nilai F- hitung

sebesar 110,501 dengan signifikansi sebesar 0,000 < α (0,1). Koefisien

korelasi (R) sebesar 0,840, sedangkan koefisien determinasi (R 2) sebesar

0,705 (70,5 %).

b. Pengujian Variabel Bebas

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas

tersebut dapat dilihat pada Tabel 18. Untuk melihat besarnya pengaruh

masing-masing variabel bebas (Jarak rumah siswa ke Madrasah (X 1),


118

Pendidikan Ayah (X2), Pendidikan Ibu (X3), Rata-rata penghasilan orang

tua per bulan (X4), Transportasi dari rumah ke madrasah (X 5), Jenis

pekerjaan kepala rumah tangga (X 6)) terhadap variabel terikat jumlah

siswa tiap tahun (Y) maka dilakukan uji koefisien. Berdasarkan hasil

analisis pada Tabel 21 menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

pada variabel jarak rumah siswa ke madrasah (X 1) sebesar 19,214, t-hitung

Tabel 21. Nilai Koefisien Regresi dan Nilai Signifikansi Masing-masing Variabel
Bebas (Xi) yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Siswa Tiap Tahun
Unstandardized Standardize
Model Coefficients d Sig.
t
Coefficients
Std.
B Beta
Error
(Constant) 14,188 1,998 7,101 0,000
Jarak Rumah 19,214 0,777 0,826 24,722 0,000
Siiswa ke
Madrasah (X1t)
Pendidikan Ayah -0,047 0,242 -0,008 -0,192 0,848
(X2t)
Pendidikan Ibu 0,020 0,239 0,003 0,083 0,934
(X3t)
Penghasilan -0,905 0,362 -0,100 -2,500 0,013
Orang Tua (X4t)
Transportasi -0,262 0,173 -0,052 -1,512 0,132
dari rumah ke
madrasah (X5)
Jenis Pekerjaan -0,224 0,081 -0,099 -2,771 0,006
Kepala Rumah
Tangga (X5t)
Variabel Dependen : Jumlah Siswa Tiap Tahun yang Mendaftar di
Madrasah
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah
Keterangan : Signifikan pada α = 10 % (0,1)

sebesar 19,214, t-hitung sebesar 24,772 dengan signifikansi 0,000 < α (0,1),

dikatakan berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs.


119

Koefisien regresi pada variabel pendidikan ayah (X 2) sebesar -0,047,

t-hitung sebesar -0,192 dengan signifikansi 0,848 > α (0,1), sehingga

dikatakan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs.

Koefisien regresi pada variabel pendidikan ibu (X 3) sebesar 0,020,

t-hitung sebesar 0,083 dengan signifikansi 0,934 > α (0,1), sehingga

dikatakan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs.

Koefisien regresi pada variabel penghasilan orang tua (X 4) sebesar

-0,905, t-hitung sebesar -2,500 dengan signifikansi 0,013 < α (0,1), sehingga

dikatakan berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs.

Koefisien regresi pada variabel Transportasi dari rumah ke madrasah (X 5)

sebesar -0,262, t-hitung sebesar -1,512 dengan signifikansi 0,132 < α (0,1),

sehingga dikatakan berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah

MTs. Koefisien regresi pada variabel jenis pekerjaan kepala rumah tangga

(X6) sebesar -0,224, t- hitung sebesar -2,771 dengan signifikansi 0,006 < α

(0,1), sehingga dikatakan berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa

sekolah MTs.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang

mempengaruhi perkembangan sekolah MTs di wilayah pesisir dapat

dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Nilai b, Cross-Products, Regresi, dan Sumbangan Efektif Total


Variabel B Cross- Regresi Sumbangan
120

Products Efektif Total


Jarak rumah siswa ke 19,214 895,088 17779,873 70,5
madrasah (X1)
Pendidikan Ayah (X2) -0,047 590,440
Pendidikan Ibu (X3) 0,020 514,986
Penghasilan Orang -0,905 626,271
Tua (X4)
Transportasi dari -0,262 243,687
rumah ke madrasah
(X5)
Jenis pekerjaan -0,224 295,278
kepala rumah tangga
(X6)

5.2. Pembahasan

1. Trend Perkembangan Sekolah MTs di Wilayah Perkotaan

Jumlah siswa yang dimaksud disini merupakan semua siswa

yang diperoleh atau yang mendaftar pada madrasah pada setiap

tahunnya dalam kurun waktu 10 tahun. Untuk melihat trend jumlah siswa

di Kota Kendari periode tahun 2010-2019 dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar tersebut menunjukkan bahwa trend jumlah siswa periode tahun

2010-2013 cenderung mengalami peningkatan, jumlah siswa terus

meningkat pada tahun 2016. Kemudian jumlah siswa mengalami

penurunan pada tahun 2015, namun tahun 2016 jumlah siswa kembali

mengalami peningkatan.

Jumlah siswa pada tahun 2016 di wilayah Perkotaan mengalami

kenaikan pada tahun dengan rata-rata 209, setelah menurun pada tahun

2015 yang selanjutnya mengalami peningkatan yang stabil pada tahun

2018 dan tahun 2019. Lain halnya dengan madrasah pada wilayah
121

pesisir dan perbatasan dari tahun pelajaran 2010/2011 sampai tahun

pelajaran 2019/2020 jumlah siswa mengalami kondisi yang stabil dari

tahun 2010 sampai tahun 2019. Hanya terjadi kenaikan sedikit pada

tahun 2017 dengan rata-rata 63,5 dari jumlah siswa.

Melalui trend jumlah siswa di madrasah, maka seyogyanya

seorang kepala madrasah dapat memberikan pelayanan yang baik dalam

rangka memenuhi permintaan masyarakat yang terus meningkat terhadap

madrasah serta dapat memperoleh jumlah siswa yang lebih banyak dari

tahun-tahun sebelumnya. Pemberian pelayanan yang baik tentunya

akan memberikan kepuasan tersendiri pada masyarakat. Namun, untuk

menciptakan kepuasan tersebut, kepala madrasah dalam meningkatkan

jumlah siswa tentunya harus memperhatikan antara lain pembebasan

pakaian olahraga bagi keluarga yang tidak mampu dengan melampirkan

surat keterangan tidak mampu dari Kelurahan, sehingga tidak hanya

kepentingan madrasah saja yang terpenuhi, tetapi juga masyarakat

memperoleh manfaat dengan keberadaan madrasah tersebuut.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Sofanudin (2012) menyatakan

bahwa publikasi madrasah perlu dilakukan dengan strategi yang efektif

dengan berbagai cara, bisa juga dengan mempertimbangkan penerimaan

siswa baru yang lebih awal dan lebih lama. Selain itu juga pihak

madrasah harus juga melakukan melakukan sosialisasi pada sekolah-

sekolah tingkat dasar (SD), atau melakukan pendekatan kepada tokoh

masyarakat dan tokoh agama dimana madrasah itu berada. Ini sangat
122

penting dilakukan. Selain itu dalam melaksanakan kegiatan madrasah

perlu melibatkan orang tua siswa/masyarakat, atau melibatkan siswa

dalam kegiatan kemasyarakatan.

Dengan jumlah siswa yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan

kualitas siswa yang dipublikasikan di masyarakat agar semakin

meningkat. Secara umum pihak madrasah mengharapkan bahwa semua

siswa yang mendaftarkan dirinya ke madrasah dapat menjadi generasi

yang unggul sehingga dapat meningkatkan persepsi masyarakat terhadap

madrasah. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan minat masyarakat pada

madrasah maka jumlah siswa yang mendaftar ke madrasah juga akan

meningkat begitu pula sebaliknya. Hal ini sejalan dengan pendapat

Supragoyo (2007) dalam Sofanudin (2012) bahwa untuk menarik

masyarakat terhadap madrasah yaitu dengan peningkatan prestasi siswa.

Yang paling mudah dilihat oleh masyarakat adalah hasil ujian nasional.

Sebaliknya, jika prestasi siswa kurang bagus dikarenakan misalnya

oleh mutu tenaga pendidik atau sarana penunjang lain yang dimiliki oleh

madrasah sehingga masyarakat beralih ke sekolah-sekolah umum agar

anak mereka dapat meningkatkan prestasinya atau mereka sekedar

menyekolahkan anaknya ke sekolah umum (SMP) tanpa adanya

dorongan kepentingan lain, maka hal tersebut dapat menurunkan jumlah

siswa yang mendaftar di madrasah yang selanjutnya akan menurunkan

minat mereka untuk mendaftar ke madrasah. Padahal harapan mereka

agar anaknya dapat memperoleh nilai prestasi yang baik dan bimbingan
123

keagamaan dengan keberadaan sekolah MTs di lingkungan rumah

mereka namun karena sebab hal inilah yang membuat mereka justru

semakin jauh dari dunia madrasah. Hal inilah yang mendorong sebuah

madrasah untuk tetap mengusahakan prioritas layanan masyarakat. Hal

ini sejalan dengan pendapat Sofanudin (2012) bahwa madrasah bisa

ditingkatkan kelangsungannya dengan meningkatkan mutu pendidikan

madrasah sehingga minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke

madrasah makin besar pula.

2. Pola Perkembangan Sekolah MTs di Kota Kendari

Pola perkembangan sekolah MTs di Kota Kendari dapat dilakukan

dengan pendekatan keruangan (spasial). Pendekatan ini ditujukan untuk

menghitung pola penyebaran sekolah MTs sebagai fasilitas sosial.

Pendekatan semacam ini memerlukan data jarak antara satu sekolah

dengan sekolah lain. Tiap sekolah dianggap sebagai sebuah titik dalam

suatu ruang. Untuk pola sebaran sekolah MTs di Kota Kendari sebagian

besar terkonsentrasi di wilayah perkotaan sejumlah 13 sekolah, 2 sekolah

MTs di wilayah pesisir dan 2 sekolah MTs di wilayah perbatasan.

Jangkauan lokasi sekolah MTs dengan rumah siswa seperti

disebutkan dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

378/KPTS/1987 tanggal 31 Agustus 1987 yang telah disahkan menjadi

SNI 03-6981-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan

sederhana tidak tersusun di daerah perkotaan, bahwa salah satu standar

fasilitas sosial dan ekonomi khususnya fasilitas pendidikan, jangkauan


124

maksimum adalah 1 km. Berdasarkan sebaran lokasi sekolah MTs baik

negeri maupun swasta yang ada di Kota Kendari bahwa sebagian besar

terkonsentrasi atau tersebar di wilayah perkotaan, hal ini dapat dilihat

pada Gambar 12 berikut.

Gambar 12. Peta Sebaran Sekolah MTs di Kota Kendari

Dari gambar 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar sekolah MTs

tersebar atau terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Dapat terlihat bahwa

jangkauan lokasi sekolah MTs yang saling berdekatan sehingga

masyarakat yang berada disekitar sekolah MTs tersebut dapat memilih

sekolah MTs mana yang disenangi (sekolah MTs di wilayah perkotaan).

Namun daripada itu, jangkauan lokasi sekolah MTs akan terlihat masih
125

ada beberapa masyarakat yang tidak termasuk jangkauan sekolah MTs

atau berada jauh beberapa km dari sekolah MTs (MTs Indotec, MTs Al-

Muhajirin), tetapi mereka tetap menyekolahkan anaknya ke sekolah (MTs)

walaupun dengan jarak yang jauh. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Peta Sebaran Sekolah SMP Kota Kendari

Sebagai bahan perbandingan antara jumlah sekolah MTs dengan

sekolah SMP, maka untuk melihat perkembangan sekolah SMP di Kota

Kendari dapat dilakukan dengan pendekatan keruangan (spasial).

Pendekatan ini ditujukan untuk menghitung pola penyebaran sekolah SMP

sebagai fasilitas sosial. Tiap pola sebaran sekolah SMP sebagian besar

terkonsentrasi di wilayah perkotaan sejumlah 18 sekolah. 1 sekolah di


126

Purirano, 1 sekolah di Tondonggeu, 1 sekolah di Nanga-Nanga, dan 1

sekolah di THR dalam.

Dari gambar 13 dapat dilihat bahwa jangkauan lokasi sekolah SMP

yang satu dengan sekolah SMP lain ada yang saling berdekatan jaraknya.

Sebagaimana yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 378/KPTS/1987 tanggal 31 Agustus 1987 yang telah

disahkan menjadi SNI 03-6981-2004 tentang tata cara perencanaan

lingkungan perumahan sederhana tidak tersusun di daerah perkotaan,

bahwa salah satu standar fasilitas sosial dan ekonomi khususnya fasilitas

pendidikan, jangkauan maksimum adalah 1 km. Berdasarkan gambar 10

sebaran lokasi sekolah SMP Kota Kendari bahwa sebagian besar

terkonsentrasi atau tersebar di wilayah perkotaan. Dapat terlihat bahwa

jangkauan lokasi sekolah SMP yang berdekatan sehingga masyarakat

yang berada disekitar sekolah SMP tersebut dapat memilih sekolah SMP

mana yang disenangi. Namun daripada itu jangkauan lokasi sekolah SMP

akan terlihat masih ada beberapa masyarakat yang tidak termasuk

jangkauan sekoah SMP atau berada dekat dari sekolah SMP tersebut

mereka tetap menyekolahkan anaknya ke sekolah MTs walaupun dengan

jarak yang ditempuh begitu jauh.

Dengan berbagai pertimbangan, diantaranya jika menyekolahkan

anaknya ke sekolah MTs, maka akan mendapat ilmu agama (Islam) yang

lebih terinci dan detail bahwa di sekolah MTs terdapat lima mata pelajaran

agama yang bisa menjadikan pondasi keimanan anaknya semakin kuat.


127

Sementara di sekolah SMP hanya terdapat satu mata pelajaran agama

yaitu mata pelajaran agama Islam. Sehingga para orang tua masih ada

yang lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah MTs.

Sebagai bahan perbandingan dari sekian banyak sekolah SMP Kota

Kendari, dan juga SD di Kota Kendari, maka dibawah ini dapat dilihat

pada peta sebaran sekolah MI/SD yang berada diwilayah lokasi penelitian

dapat dinyatakan bahwa kecenderungan masyarakat dalam memilih

sekolah MTs masih tinggi. Terbukti dengan masih tingginya jumlah siswa

baru yang mendaftar di sekolah MTs pada setiap tahun.

Gambar 14. Peta Sebaran Sekolah MI/SD


128

Dari gambar 14 dapat dilihat bahwa lokasi sekolah MI/SD yang satu

dengan lain saling berdekatan jaraknya. Berdasarkan gambar 10 sebaran

lokasi sekolah SD Kota Kendari bahwa sebagian besar terkonsentrasi

sekitar sekolah MTs. Dapat terlihat bahwa jangkauan lokasi sekolah SD

yang berdekatan sehingga masyarakat memilih sekolah MTs yang dekat

dari rumah. Dengan adanya sekolah MTs masyarakat yang sudah

memiliki pemahaman agama (Islam) memilih menyekolahkan anaknya ke

sekolah MTs walaupun sekoah SMP berada dekat dari sekolah MTs

tersebut. Dari hasil wawancara (tidak terstruktur) pada beberapa orang tua

siswa didapatkan bahwa sebagian masyarakat dari berbagai daerah

seperti Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Sulawesi Tengah, Papua,

ada masyarakat yang menyekolahkan anaknya di sekolah MTs Kota

Kendari, walaupun di daerah asal mereka terdapat sekolah MTs/SMP.

Namun karena jangkauan lokasi atau medan jalan yang sulit dilalui,

mereka lebih memilih menitipkan anaknya kepada keluarga di Kota

Kendari demi menyekolahkan anaknya di sekolah MTs.

3. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sekolah


MTs di Wilayah Perkotaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola perkembangan madrasah di

Kota Kendari merupakan sesuatu hal yang mempengaruhi besarnya

jumlah siswa yang mendaftar ke madrasah. Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan data time series selama kurun waktu 10 tahun,

yaitu tahun 2010-2019. Dalam penelitian ini variabel yang diduga


129

berpengaruh terhadap jumlah siswa tiap tahunnya yang mendaftar di

madrasah Kota Kendari adalah jarak rumah siswa ke madrasah (X 1),

pendidikan Ayah (X2), pendidikan Ibu (X3), penghasilan orang tua (X 4),

transportasi dari rumah ke madrasah (X 5), jenis pekerjaan kepala rumah

tangga (X6).

3.1. Pengujian Model

Hasil estimasi analisis varians linear berganda diperoleh nilai R,

koefisien determinasi (R2) dan niilai F. Nilai R untuk mengukur keeratan

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai R 2

untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variansi variabel dependen. Nilai F menunjukkan apakah semua variabel

independen memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap

variabel dependen.

a. Korelasi (R)

Nilai korelasi (R) menunjukkan seberapa kuat keeratan hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkan hasil

analisis regresi diperoleh nilai korelasi (R) sebesar 0,866 yang

mengandung arti bahwa adanya hubungan yang kuat antara variabel

independen dengan variabel dependen.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) untuk melihat seberapa jauh variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi


130

menghasilkan nilai sebesar 0,749, yang mengandung arti bahwa 74,9

persen variabel independen dapat menjelaskan keragaman variabel

dependen, sedangkan sisanya 25,1 persen merupakan faktor lain yang

menjelaskan keragaman variabel dependen diluar model.

c. Uji Simultan (Uji F)

Nilai F-hitung untuk melihat pengaruh secara simultan variabel

independen, terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis

regresi, diperoleh nilai F-hitung sebesar 355,119 dengan signifikansi

0,000 lebih kecil dari α = 0,1 yang mengandung arti bahwa seluruh

variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh nyata

terhadap variabel dependen. Namun, jika dilihat secara variabel dan dua

variabel lainnya berpengaruh tidak nyata terhadap variabel dependen.

3.2. Pengujian Variabel Bebas

Pengujian Variabel bebas digunakan untuk melihat pengaruh

secara parsial (sendiri-sendiri) variabel independen terhadap variabel

dependen melalui uji t. Jika nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,1, maka

berarti variabel dependen, demikian sebaliknya. Nilai koefisien regresi

yang bertanda positif mengandung makna bahwa variabel dependen

tersebut memiliki pengaruh positif terhadap variabel dependen, demikian

sebaliknya. Variabel bebas yang mempengaruhi jumlah siswa di wilayah

perkotaan yaitu jarak rumah siswa ke madrasah (X 1), pendidikan Ayah


131

(X2), pendidikan Ibu (X 3), penghasilan orang tua (X 4), transportasi dari

rumah ke madrasah (X5), jenis pekerjaan kepala rumah tangga (X 6).

a. Jarak Rumah Siswa Ke Madrasah (X1)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel jarak rumah siswa ke madrasah sebesar 0,000 < α =

0,1 yang mengindikasikan bahwa variabel jarak rumah siswa ke

madrasah berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa pada tiap tahunnya.

Koefisien regresi sebesar -8,663 menunjukkan bahwa pengaruh bersifat

negatif. Secara parsial jarak rumah siswa ke madrasah berpengaruh

nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs. Hal ini berarti yang

menyatakan bahwa jarak rumah siswa ke madrasah berpengaruh nyata

terhadap jumlah siswa sekolah MTs di wilayah perkotaan diterima. Hal

ini sejalan dengan peneliitan Sofanudin (2012) bahwa nilai signifikansi

rata-rata jarak rumah siswa ke madrasah semakin dekat tentu akan

semakin menambah jumlah siswa ke madrasah, meskipun berdasarkan

hasil penelitian bahwa madrasah meningkatkan layanan pendidikan

bukan merupakan faktor penentu utama masyarakat menyekolahkan

anaknya ke madrasah. Namun dalam hal ini adalah Akreditasi Madrasah,

artinya madrasah yang terakreditasi A tidak otomatis lebih diminati

daripada madrasah dengan status akreditas B dan seterusnya. Namun

dalam pelaksanaan pendidikan, otomatis bahwa dengan akreditas itu

menentukan kualitas pendidikan yang ada di suatu satuan pendidikan.


132

Semakin dekatnya jarak rumah siswa ke madrasah bertujuan untuk

meningkatkan jumlah siswa yang mendaftar di madrasah tiap tahun

dengan harapan apa yang telah dilakukan pihak madrasah dalam hal

sosialisasi ke masyarakat, ataupun hal lain yang dapat menarik simpati

masyarakat menyekolahkan anaknya ke madrasah. Apabila jarak rumah

siswa semakin dekat dengan madrasah maka madrasah akan cenderung

meningkat dari jumlah siswanya hal ini dikarenakan sosialisasi

kemasyarakat, atau promosi madrasah, pendekatan-pendekatan yang

dilakukan madrasah. Secara isi madrasah sudah menarik, namun jika

tidak dikemas dengan menarik bisa jadi madrasah tidak akan diminati

(Hasil Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2009).

b. Pendidikan Ayah (X2)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nillai

signifikansi variabel pendidikan Ayah sebesar 0,559 > α = 0,1 yang

mengindikasikan bahwa variabel pendidikan Ayah berpengaruh tidak

nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs. Dengan koefisien regresi

sebesar -0,507 yang menunjukkan bahwa pengaruh bersifat negatif.

Pendidikan Ayah secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah

siswa di wilayah perkotaan. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa

pendidikan Ayah berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah siswa di

sekolah MTs wilayah perkotaan ditolak.


133

Secara signifikansi variabel pendidikan Ayah merupakan variabel

yang memiliki pengaruh yang tinggi dari beberapa variabel yang

mempengaruhi jumlah siswa sekolah MTs yaitu sebesar 0,559. Hal ini

disebabkan karena tingkat pendidikan Ayah merupakan variabel

penentuan jumlah siswa. Pendidikan Ayah memiliki hubungan yang erat

dengan jumlah siswa dimana pendidikan Ayah yang memberikan peluang

untuk terjadinya peningkatan jumlah siswa yang lebih besar, begitu pula

sebaliknya. Dimana tingkat pendidikan Ayah banyak yang memiliki tingkat

pendidikan yang rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sofanudin

(2012) bahwa madrasah dalam melakukan sosialisasi ke masyarakat

dengan memperhatikan jenjang pendidikan orang tua siswa, dalam hal ini

adanya penyesuaian iuran sekolah bagi siswa yang kurang mampu.

Berdasarkan hasil pengamatan, selain itu kualitas pendidikan Ayah

juga menjadi penentu keberhasilan dalam hal ini tingkat jumlah siswa di

wilayah perkotaan. Pendidikan Ayah dengan tingkat yang rendah akan

mengakibatkan jumlah siswa yang mendaftar ke madrasah akan

menurun. Begitu pula sebaliknya dengan pendidikan Ayah yang tinggi

akan menghasilkan kuantitas jumlah siswa yang baik pula. Tingkat

pendidikan Ayah merupakan faktor penting yang menentukan jumlah

siswa madrasah (Hasil Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama dan

Keagamaan, 2009).
134

c. Pendidikan Ibu (X3)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nillai

signifikansi variabel pendidikan Ibu sebesar 0,225 > α = 0,1 yang

mengindikasikan bahwa variabel pendidikan Ibu berpengaruh tidak nyata

terhadap jumlah siswa madrasah. Koefisien regresi sebesar 1,503 yang

menunjukkan bahwa pengaruh bersifat positif. Pendidikan Ibu secara

parsial berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah siswa di wilayah

perkotaan. Hal ini dapat dikatakan bahwa pendidikan Ibu tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa di wilayah perkotaan ditolak.

Secara signifikansi variabel pendidikan Ibu merupakan variabel

yang paling tidak berpengaruh dari beberapa variabel yang

mempengaruhi jumlah siswa madrasah yaitu sebesar 0,225. Hal ini

disebabkan karena tingkat pendidikan Ibu merupakan variabel penentuan

jumlah siswa. Pendidikan Ibu memiliki hubungan yang erat dengan

jumlah siswa dimana pendidikan Ibu yang memberikan peluang untuk

terjadinya peningkatan jumlah siswa yang lebih besar, begitu pula

sebaliknya. Dimana tingkat pendidikan Ibu banyak yang memiliki tingkat

pendidikan yang rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Kadriani (2017)

bahwa pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk meningkatkan

kepribadian seseorang dengan jalan pembinaan potensi-potensi

pribadinya. dengan pendidikan ini lebih mengutamakan perluasan

pengetahuan dan peningkatan keterampilan masyarakat untuk

melaksanakan pekerjaan tertentu.


135

Jumlah siswa madrasah di wilayah perkotaan tidak dipengaruhi

secara nyata oleh tingkat pendidikan Ibu. Berdasarkan hasil pengamatan,

selain itu kualitas pendidikan Ibu juga menjadi penentu keberhasilan

meningkatnya jumlah siswa di wilayah perkotaan. Pendidikan Ibu dengan

tingkat yang rendah akan mengakibatkan jumlah siswa yang mendaftar

ke madrasah akan menurun. Begitu pula sebaliknya dengan pendidikan

Ibu yang tinggi akan menghasilkan kuantitas jumlah siswa yang baik

pula. Tingkat pendidikan Ibu merupakan faktor penting yang menentukan

jumlah siswa madrasah (Hasil Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama

dan Keagamaan, 2009).

d. Penghasilan Orang Tua (X4)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel rata-rata penghasilan orang tua per bulan sebesar

0,381 > α = 0,1 yang mengindikasikan bahwa variabel rata-rata

penghasilan orang tua per bulan berpengaruh tidak nyata terhadap

jumlah siswa yang mendaftar di madrasah. Koefisien regresi sebesar

1,401 yang menunjukkan bahwa pengaruh bersifat positif. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa jika terjadi peningkatan penghasilan orang tua

siswa maka akan memberikan peningkatan jumlah siswa sebesar 0,381.

Namun secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa

sekolah MTs. Hal ini dapat dikatakan bahwa rata-rata penghasilan orang

tua tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa diwilayah perkotaan

ditolak. Hal ini sejalan dengan penelitian Muhaimin (2010) bahwa


136

peningkatan mutu pendidikan seringkali terhalang oleh kualitas

pendidikan yang rendah, sehingga berdampak pada rendahnya kualitas

sumber daya manusia, dan sekaligus berdampak pada pendapatan

seseorang.

Berdasarkan hasil uji, rata-rata penghasilan orang tua tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa. Bahwa rendahnya kualitas

pendidikan akan berdampak pada rendahnya kualitas sumberdaya

manusia. Pemberdayaan dan pencerahan pendidikan di madrasah

diarahkan untuk menjadi suatu model pendidikan yang mampu

membangun sumberdaya manusia yang berkualitas, sekaligus mampu

meningkatkan kualitas produktivitas dan pendapatan masyarakatnya

(Muhaimin, 2010)

e. Transportasi dari Rumah ke Madrasah (X 5)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel transportasi dari rumah ke madrasah sebesar 0,000 <

α = 0,1 yang mengindikasikan bahwa variabel jenis pekerjaan kepala

rumah tangga berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa di mendaftar

dimadrasah. Koefisien regresi sebesar 24,337 yang menunjukkan bahwa

pengaruh bersifat positif. Transportasi dari rumah ke madrasah secara

parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs wilayah

perkotaan. Hal ini berarti bahwa transportasi dari rumah ke madrasah

berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa madrasah diwilayah perkotaan

diterima. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kemdikbud (2013) bahwa


137

secara simultan transportasi berpengaruh signifikan terhadap transportasi

dari rumah ke madrasah. Secara parsial transportasi dari rumah ke

madrasah berpengaruh positif terhadap perkembangan suatu madrasah.

Mahalnya biaya layanan transportasi ke sekolah bagi siswa yang tidak

mampu. Layanan transportasi ke sekolah dari segi biaya atau dikenakan

kepada siswa cukup mahal. Dengan mahalnya biaya tersebut dikarenakan

pengoperasian layanan transportasi ke sekolah serta alat-alat suku

cadang kendaraan dan biaya servis alat transportasi yang juga mahal. Hal

ini dapat menambah beban bagi para siswa yang harus menanggung

beban baiya transportasi tersebut untuk pergi-pulang sekolah. Sehingga

masih keinginan siswa dalam meningkatkan kualitas sekolah khususnya

mengenai layanan transportasi ke sekolah. Hal ini disebabkan karena

kondii ekonomi para siswa masih lemah yang menjadikan kendala bagi

mereka untuk datang ke sekolah tepat waktu.

f. Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga (X 5)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel jenis pekerjaan kepala rumah tangga sebesar 0,086

< α = 0,1 yang mengindikasikan bahwa variabel jenis pekerjaan kepala

rumah tangga berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa di mendaftar

dimadrasah. Koefisien regresi sebesar 0,527 yang menunjukkan bahwa

pengaruh bersifat positif. Jenis pekerjaan kepala rumah tangga secara

parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa dimadrasah wilayah

perkotaan. Hal ini berarti dikatakan bahwa jenis pekerjaan kepala rumah
138

tangga berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs wilayah

perkotaan diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian Putri, dkk (2013)

bahwa secara simultan pendidikan dan jenis pekerjaan berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan rumah tangga. Secara parsial tingkat

pendidikan dan pekerjaan berpengaruh positif terhadap pendapatan

rumah tangga.

Untuk lebih jelasnya tentang besarnya pengaruh faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan sekolah MTs di wilayah perkotaan dapat

dilihat pada Tabel 23 berikut.

Tabel 23. Nilai Sumbangan Efektif Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Perkembangan Sekolah MTs Wilayah Perkotaan
No. Variabel Sumbangan Efektif

1. Jarak Rumah ke Madrasah 1,13


2. Pendidikan Ayah 0,03
3. Pendidikan Ibu 0,35
4. Penghasilan Orang Tua 0,37
5. Transportasi dari Rumah ke Madrasah 75,6
6. Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga 0,45
Total 77,9

Usaha yang dilakukan sekolah MTs di wilayah perkotaan terdapat

berbagai jenis layanan publikasi kemayarakat, sehingga dimungkinkan

terjadinya kompetisi. Berbagai madrasah diwilayah lain terjadi persaingan

dalam pilihan jenis layanan publik. Dalam menetapkan pilihan, madrasah

biasanya membandingkan kemudahan dan keuntungan yang akan

diperoleh dari pengusahaan layanan publik tersebut. Namun demikian

pemilihan sosialisasi langsung kemasyarakat dalam penelitian ini


139

dikarenakan lebih efektif dalam menarik minat masyarakat agar

menyekolahkan anaknya dimadrasah.

Pada Tabel 23 dilihat bahwa untuk variabel jarak rumah ke

madrasah mencapai 1,13 persen, pendidikan ayah hanya berkisar 0,03

persen, pendidikan ibu sebesar 0,35 persen, rata-rata penghasilan orang

tua per bulan mencapai 0,37 persen, sedangkan untuk transportasi dari

rumah ke madrasah sangat tinggi yaitu sebesar 75,6 %, dan jenis

pekerjaan kepala rumah tangga sebesar 0,45 persen. Persentase

transportasi dari rumah ke madrasah yang begitu tinggi dibandingkan

dengan faktor-faktor yang lain. Hal ini diduga banyaknya siswa yang

datang ke madrasah dengan berjalan kaki, hanya sebagian kecil saja

yang menggunakan transportasi angkutan umum.

4. Trend Perkembangan Sekolah MTs di Wilayah Pesisir

Jumlah siswa yang dimaksud disini merupakan semua siswa

yang diperoleh atau yang mendaftar pada madrasah pada setiap

tahunnya dalam kurun waktu 10 tahun. Untuk melihat trend jumlah siswa

di Wilayah Pesisir Kota Kendari periode tahun 2010-2019 dapat dilihat

pada gambar 6. Gambar tersebut menunjukkan bahwa trend jumlah

siswa periode tahun 2010-2013 cenderung mengalami peningkatan,

jumlah siswa terus meningkat pada tahun 2016. Kemudian jumlah siswa

mengalami penurunan pada tahun 2015, namun tahun 2016 jumlah siswa

kembali mengalami peningkatan.


140

Jumlah siswa pada tahun 2016 di wilayah Perkotaan mengalami

kenaikan pada tahun dengan rata-rata 209, setelah menurun pada tahun

2015 yang selanjutnya mengalami peningkatan yang stabil pada tahun

2018 dan tahun 2019. Lain halnya dengan madrasah pada wilayah

pesisir dan perbatasan dari tahun pelajaran 2010/2011 sampai tahun

pelajaran 2019/2020 jumlah siswa mengalami kondisi yang stabil dari

tahun 2010 sampai tahun 2019. Hanya terjadi kenaikan sedikit pada

tahun 2017 dengan rata-rata 63,5 dari jumlah siswa.

Melalui trend jumlah siswa di madrasah, maka seyogyanya

seorang kepala madrasah dapat memberikan pelayanan yang baik dalam

rangka memenuhi permintaan masyarakat yang terus meningkat terhadap

madrasah serta dapat memperoleh jumlah siswa yang lebih banyak dari

tahun-tahun sebelumnya. Pemberian pelayanan yang baik tentunya akan

memberikan kepuasan tersendiri pada masyarakat. Namun, untuk

menciptakan kepuasan tersebut, kepala madrasah dalam meningkatkan

jumlah siswa tentunya harus memperhatikan antara lain pembebasan

pakaian olahraga bagi keluarga yang tidak mampu dengan melampirkan

surat keterangan tidak mampu dari Kelurahan, sehingga tidak hanya

kepentingan madrasah saja yang terpenuhi, tetapi juga masyarakat

memperoleh manfaat dengan keberadaan madrasah tersebut.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Sofanudin (2012) menyatakan

bahwa publikasi madrasah perlu dilakukan dengan strategi yang efektif

dengan berbagai cara, bisa juga dengan mempertimbangkan penerimaan


141

siswa baru yang lebih awal dan lebih lama. Selain itu juga pihak

madrasah harus juga melakukan melakukan sosialisasi pada sekolah-

sekolah tingkat dasar (SD), atau melakukan pendekatan kepada tokoh

masyarakat dan tokoh agama dimana madrasah itu berada. Ini sangat

penting dilakukan. Selain itu dalam melaksanakan kegiatan madrasah

perlu melibatkan orang tua siswa/masyarakat, atau melibatkan siswa

dalam kegiatan kemasyarakatan.

Dengan jumlah siswa yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan

kualitas siswa yang dipublikasikan di masyarakat agar semakin

meningkat. Secara umum pihak madrasah mengharapkan bahwa semua

siswa yang mendaftarkan dirinya ke madrasah dapat menjadi generasi

yang unggul sehingga dapat meningkatkan persepsi masyarakat terhadap

madrasah. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan minat masyarakat pada

madrasah maka jumlah siswa yang mendaftar ke madrasah juga akan

meningkat begitu pula sebaliknya. Hal ini sejalan dengan pendapat

Supragoyo (2007) dalam Sofanudin (2012) bahwa untuk menariik

masyarakat terhadap madrasah yaitu dengan peningkatan prestasi siswa.

Yang paling mudah dilihat oleh masyarakat adalah hasil ujian nasional.

Sebaliknya, jika prestasi siswa kurang bagus dikarenakan misalnya

oleh mutu tenaga pendidik atau sarana penunjang lain yang dimiliki oleh

madrasah sehingga masyarakat beralih ke sekolah-sekolah umum agar

anak mereka dapat meningkatkan prestasinya atau mereka sekedar

menyekolahkan anaknya ke sekolah umum (SMP) tanpa adanya


142

dorongan kepentingan lain, maka hal tersebut dapat menurunkan jumlah

siswa yang mendaftar di madrasah yang selanjutnya akan menurunkan

minat masyarakat ke madrasah. Padahal harapan mereka agar anaknya

dapat memperoleh nilai prestasi yang baik dan bimbingan keagamaan

dengan keberadaan madrasah di lingkungan rumah mereka namun

karena sebab hal inilah yang membuat mereka justru semakin jauh dari

dunia madrasah. Hal inilah yang mendorong sebuah madrasah untuk

tetap mengusahakan prioritas layanan masyarakat. Hal ini sejalan dengan

pendapat Sofanudin (2012) bahwa madrasah bisa ditingkatkan

kelangsungannya dengan menigkatkan muutu pendidikan madrasah

sehingga minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah

makin besar pula.

5. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sekolah


MTs di Wilayah Pesisir

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah siswa sekolah MTs di

Kota Kendari merupakan sesuatu hal yang mempengaruhi besarnya

jumlah siswa yang mendaftar ke madrasah. Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan data time series selama kurun waktu 10 tahun,

yaitu tahun 2010-2019. Dalam penelitian ini variabel yang diduga

berpengaruh terhadap jumlah siswa tiap tahunnya yang mendaftar di

madrasah Kota Kendari adalah jarak rumah siswa ke madrasah (X 1),

pendidikan Ayah (X2), pendidikan Ibu (X3), rata-rata penghasilan orang


143

tua per bulan (X4), transportasi dari rumah ke madrasah (X 5), jenis

pekerjaan kepala rumah tangga (X 6).

5.1. Pengujian Model

Hasil estimasi analisis varians linear berganda diperoleh nilai R,

koefisien determinasi (R2) dan niilai F. Nilai R untuk mengukur keeratan

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai R 2

untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variansi variabel dependen. Nilai F menunjukkan apakah semua variabel

independen memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap

variabel dependen.

a. Korelasi (R)

Nilai korelasi (R) menunjukkan seberapa kuat keeratan hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkan hasil

analisis regresi diperoleh nilai korelasi (R) sebesar 0,784 yang

mengandung arti bahwa adanya hubungan yang kuat antara variabel

independen dengan variabel dependen.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) untuk melihat seberapa jauh variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi

menghasilkan nilai sebesar 0,645, yang mengandung arti bahwa 64,5

persen variabel independen dapat menjelaskan keragaman variabel


144

dependen, sedangkan sisanya 35,5 persen merupakan faktor lain yang

menjelaskan keragaman variabel dependen diluar model.

c. Uji Simultan (Uji F)

Nilai F-hitung untuk melihat pengaruh secara simultan variabel

independen, terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis

regresi, diperoleh nilai F-hitung sebesar 43,515 dengan signifikansi 0,000

lebih kecil dari α = 0,1 yang mengandung arti bahwa seluruh variabel

independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh nyata terhadap

variabel dependen. Namun, jika dilihat secara variabel dan dua variabel

lainnya berpengaruh tidak nyata terhadap variabel dependen.

5.2. Pengujian Variabel Bebas

Pengujian Variabel bebas digunakan untuk melihat pengaruh

secara parsial (sendiri-sendiri) variabel independen terhadap variabel

dependen melalui uji t. Jika nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,1, maka

berarti variabel dependen, demikian sebaliknya. Nilai koefisien regresi

yang bertanda positif mengandung makna bahwa variabel dependen

tersebut memiliki pengaruh positif terhadap variabel dependen, demikian

sebaliknya. Variabel bebas yang mempengaruhi jumlah siswa di wilayah

perkotaan yaitu jarak rumah siswa ke madrasah (X 1), pendidikan Ayah

(X2), pendidikan Ibu (X 3), penghasilan orang tua (X 4), transportasi dari

rumah ke madrasah (X5), jenis pekerjaan kepala rumah tangga (X 6).


145

a. Jarak Rumah Siswa Ke Madrasah (X1)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel jarak rumah siswa ke madrasah sebesar 0,356 > α =

0,1 yang mengindikasikan bahwa variabel jarak rumah siswa ke

madrasah berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah siswa pada tiap

tahunnya. Koefisien regresi sebesar 6,108 menunjukkan bahwa pengaruh

bersifat positif. Secara parsial jarak rumah siswa ke madrasah

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs wilayah

pesisir. Dengan demikian dikatakan bahwa jarak rumah siswa ke sekolah

MTs berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah siswa madrasah di wilayah

pesisir ditolak.

Hal ini sejalan dengan peneliitan Sofanudin (2012) bahwa nilai

signifikansi rata-rata jarak rumah siswa ke madrasah semakin dekat tentu

akan semakin menambah jumlah siswa ke madrasah, meskipun

berdasarkan hasil penelitian bahwa madrasah meningkatkan layanan

pendidikan bukan merupakan faktor penentu utama masyarakat

menyekolahkan anaknya ke madrasah. Namun dalam hal ini adalah

Akreditasi Madrasah, artinya madrasah yang terakreditasi A tidak

otomatis lebih diminati daripada lebih diminati daripada madrasah dengan

status akreditas B dan seterusnya. Namun dalam pelaksanaan

pendidikan, otomatis bahwa dengan akreditas itu menentukan kualitas

pendidikan yang ada di suatu satuan pendidikan.


146

Semakin dekatnya jarak rumah siswa ke madrasah bertujuan untuk

meningkatkan jumlah siswa yang mendaftar di madrasah tiap tahun

dengan harapan apa yang telah dilakukan pihak madrasah dalam hal

sosialisasi ke masyarakat, ataupun hal lain yang dapat menarik simpati

masyarakat menyekolahkan anaknya ke madrasah. Apabila jarak rumah

siswa semakin dekat dengan madrasah maka madrasah akan cenderung

meningkat dari jumlah siswanya hal ini dikarenakan sosialisasi

kemasyarakat, atau promosi madrasah, pendekatan-pendekatan yang

dilakukan madrasah. Secara isi madrasah sudah menarik, namun jika

tidak dikemas dengan menarik bisa jadi madrasah tidak akan diminati

(Hasil Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2009).

b. Pendidikan Ayah (X2)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nillai

signifikansi variabel pendidikan Ayah sebesar 0,034 < α = 0,1 yang

mengindikasikan bahwa variabel pendidikan Ayah berpengaruh nyata

terhadap jumlah siswa madrasah. Koefisien regresi sebesar 4,299 yang

menunjukkan bahwa pengaruh bersifat positif. Pendidikan Ayah secara

parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa disekolah MTs wilayah

pesisir. Hal itu berarti dapat dinyatakan bahwa pendidikan Ayah

berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa di wilayah pesisir diterima.

Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan Ayah merupakan

variabel penentuan jumlah siswa. Pendidikan Ayah memiliki hubungan

yang erat dengan jumlah siswa dimana pendidikan Ayah yang


147

memberikan peluang untuk terjadinya peningkatan jumlah siswa yang

lebih besar, begitu pula sebaliknya. Dimana tingkat pendidikan Ayah

banyak yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini sejalan

dengan pendapat Sofanudin (2012) bahwa madrasah dalam melakukan

sosialisasi ke masyarakat dengan memperhatikan jenjang pendidikan

orang tua siswa, dalam hal ini adanya penyesuaian iuran sekolah bagi

siswa yang kurang mampu. Berdasarkan hasil pengamatan, selain itu

kualitas pendidikan Ayah juga menjadi penentu keberhasilan dalam hal ini

tingkat jumlah siswa di wilayah pesisir. Pendidikan Ayah dengan tingkat

yang rendah akan mengakibatkan jumlah siswa yang mendaftar ke

madrasah akan menurun. Begitu pula sebaliknya dengan pendidikan

Ayah yang tinggi akan menghasilkan kuantitas jumlah siswa yang baik

pula. Tingkat pendidikan Ayah merupakan faktor penting yang

menentukan jumlah siswa madrasah (Hasil Penelitian Puslitbang

Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2009).

c. Pendidikan Ibu (X3)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nillai

signifikansi variabel pendidikan Ibu sebesar 0,127 < α = 0,1 yang

mengindikasikan bahwa variabel pendidikan Ibu berpengaruh nyata

terhadap jumlah siswa madrasah. Koefisien regresi sebesar -5,031 yang

menunjukkan bahwa pengaruh bersifat negatif. Pendidikan Ibu secara

parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa di wilayah pesisir.


148

Hal itu dapat dikatakan bahwa pendidikan Ibu berpengaruh nyata

terhadap jumlah siswa sekolah MTs di wilayah pesisir diterima.

Secara signifikansi variabel pendidikan Ibu merupakan variabel

yang paling berpengaruh dari beberapa variabel yang mempengaruhi

jumlah siswa sekolah MTs yaitu sebesar 0,127. Hal ini disebabkan karena

tingkat pendidikan Ibu merupakan variabel penentuan jumlah siswa.

Pendidikan Ibu memiliki hubungan yang erat dengan jumlah siswa

dimana pendidikan Ibu yang memberikan peluang untuk terjadinya

peningkatan jumlah siswa yang lebih besar, begitu pula sebaliknya.

Dimana tingkat pendidikan Ibu banyak yang memiliki tingkat pendidikan

yang rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Kadriani (2017) bahwa

pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian

seseorang dengan jalan pembinaan potensi-potensi pribadinya. dengan

pendidikan ini lebih mengutamakan perluasan pengetahuan dan

peningkatan keterampilan masyarakat untuk melaksanakan pekerjaan

tertentu.

Jumlah siswa madrasah di wilayah pesisir dipengaruhi secara

nyata oleh tingkat pendidikan Ibu. Berdasarkan hasil pengamatan, selain

itu kualitas pendidikan Ibu juga menjadi penentu keberhasilan

meningkatnya jumlah siswa di wilayah pesisir. Pendidikan Ibu dengan

tingkat yang rendah akan mengakibatkan jumlah siswa yang mendaftar

ke sekolah MTs akan menurun. Begitu pula sebaliknya dengan

pendidikan Ibu yang tinggi akan menghasilkan kuantitas jumlah siswa


149

yang baik pula. Tingkat pendidikan Ibu merupakan faktor penting yang

menentukan jumlah siswa madrasah (Hasil Penelitian Puslitbang

Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2009).

d. Penghasilan Orang Tua (X 4)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel rata-rata penghasilan orang tua per bulan sebesar

0,000 < α = 0,1 yang menindikasikan bahwa variabel rata-rata

penghasilan orang tua per bulan berpengaruh nyata terhadap jumlah

siswa yang mendaftar di madrasah. Koefisien regresi sebesar -50,048

yang menunjukkan bahwa pengaruh bersifat negatif. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa jika terjadi peningkatan penghasilan orang tua

siswa maka akan memberikan peningkatan jumlah siswa. Namun secara

parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs. Hal ini

berarti dapat dikatakan penghasilan orang tua berpengaruh nyata

terhadap jumlah siswa diwilayah pesisir diterima. Hal ini sejalan dengan

penelitian Muhaimin (2010) bahwa peningkatan mutu pendidikan

seringkali terhalang oleh kualitas pendidikan yang rendah, sehingga

berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia, dan

sekaligus berdampak pada pendapatan seseorang. Hal ini pula sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2016) bahwa semakin

tinggi penghasilan seseorang maka tingkat pendidikan anak akan

semakin tinggi pula. Karena dengan penghasilan orang tua yang tinggi

maka akan memberikan fasilitas yang lengkap untuk pendidikan anak.


150

Berdasarkan hasil uji, rata-rata penghasilan orang tua

berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa. Bahwa rendahnya kualitas

pendidikan akan berdampak pada rendahnya kualitas sumberdaya

manusia. Pemberdayaan dan pencerahan pendidikan di sekolah MTs

diarahkan untuk menjadi suatu model pendidikan yang mampu

membangun sumberdaya manusia yang berkualitas, sekaligus mampu

meningkatkan kualitas produktivitas dan pendapatan masyarakatnya

(Muhaimin, 2010)

e. Transportasi dari Rumah ke Madrasah (X 5)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel transportasi dari rumah ke madrasah sebesar 0,129 <

α = 0,1 yang menindikasikan bahwa variabel transportasi dari rumah ke

sekolah MTs berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa yang mendaftar

di madrasah. Koefisien regresi sebesar 2,547 yang menunjukkan bahwa

pengaruh bersifat positif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jika

terjadi peningkatan transportasi dari rumah ke madrasah maka akan

memberikan peningkatan jumlah siswa sekolah MTs. Namun secara

parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs. Hal ini

berarti dapat dikatakan bahwa transportasi dari rumah ke madrasah

berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs diwilayah pesisir

diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian Kemdikbud (2013) bahwa

Mahalnya biaya layanan transportasi ke sekolah bagi siswa yang tidak

mampu. Layanan transportasi ke sekolah dari segi biaya atau dikenakan


151

kepada siswa cukup mahal. Dengan mahalnya biaya tersebut dikarenakan

pengoperasian layanan transportasi ke sekolah serta alat-alat suku

cadang kendaraan dan biaya servis alat transportasi yang juga mahal. Hal

ini dapat meambah beban bagi para siswa yang harus menanggung

beban biaya transportasi tersebut untuk pergi-pulang sekolah. Sehingga

masih keinginan siswa dalam meningkatkan kualitas sekolah khususnya

mengenai layanan transportasi ke sekolah. Hal ini disebabkan karen

kondisi ekonomi para siswa masih lemah yang menjadikan kendala bagi

mereka untuk datang ke sekolah tepat waktu.

Berdasarkan hasil uji, transportasi dari rumah ke madrasah

berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa. Bahwa dengan rendahnya

jumlah transportasi maka akan berdampak pada pendidikan siswa akan

berdampak pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia.

Pemberdayaan dan pencerahan pendidikan di madrasah diarahkan untuk

menjadi suatu model pendidikan yang mampu membangun sumberdaya

manusia yang berkualitas, sekaligus mampu meningkatkan kualitas

produktivitas dan pendapatan masyarakatnya (Muhaimin, 2010).

f. Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga (X 5)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel jenis pekerjaan kepala rumah tangga sebesar 0,000

< α = 0,1 yang mengindikasikan bahwa variabel jenis pekerjaan kepala

rumah tangga berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa di mendaftar


152

disekolah MTs. Dengan koefisien regresi sebesar 2,914 yang

menunjukkan bahwa pengaruh bersifat positif.

Jenis pekerjaan kepala rumah tangga secara parsial berpengaruh

nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs wilayah pesisir. Hal ini berarti

dapat dikatakan bahwa jenis pekerjaan kepala rumah tangga berpengaruh

nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs diwilayah pesisir diterima. Hal

ini sejalan dengan penelitian Putri, dkk (2013) bahwa secara simultan

pendidikan dan jenis pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan rumah tangga. Secara parsial tingkat pendidikan dan

pekerjaan berpengaruh nyata terhadap pendapatan rumah tangga.

Usaha yang dilakukan sekolah MTs di wilayah pesisir terdapat

berbagai jenis layanan publikasi kemasyarakat, sehingga dimungkinkan

terjadinya kompetisi. Berbagai madrasah diwilayah lain terjadi persaingan

dalam pilihan jenis layanan publik. Dalam menetapkan pilihan, madrasah

biasanya membandingkan kemudahan dan keuntungan yang akan

diperoleh dari pengusahaan layanan publik tersebut.

Namun demikian pemilihan sosialisasi langsung kemasyarakat

dalam penelitian ini dikarenakan lebih efektif dalam menarik minat

masyarakat agar menyekolahkan anaknya dimadrasah. Untuk lebih

jelasnya tentang besarnya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan sekolah MTs di wilayah pesisir dapat dilihat pada

Tabel 24 berikut.
153

Tabel 24. Nilai Sumbangan Efektif Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Perkembangan Sekolah MTs Wilayah Pesisir

No. Variabel Sumbangan Efektif

1. Jarak Rumah ke Madrasah 0,28


2. Pendidikan Ayah 0,4
3. Pendidikan Ibu 4,43
4. Penghasilan Orang Tua 44,1
5. Transportasi dari Rumah ke Madrasah 1,17
6. Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga 11,7
Total 62,08
Pada Tabel 24 dilihat bahwa untuk variabel jarak rumah ke

madrasah mencapai 0,28 persen, pendidikan ayah hanya sebesar 0,4

persen, pendidikan ibu sebesar 4,43 persen, rata-rata penghasilan

orang tua per bulan mencapai 44,1 persen, sedangkan untuk

transportasi dari rumah ke madrasah sebesar 1,17 persen, dan jenis

pekerjaan kepala rumah tangga sebesar 11,7 persen. Persentase rata-

rata penghasilan orang tua per bulan yang mencapai 44,1 persen bila

dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain. Hal ini diduga dengan

tingginya kualitas pendidikan sehingga berdampak pada tingginya kualitas

sumber daya manusia, dan sekaligus berpengaruh pada pendapatan

orang tua (Muhaimin, 2010).

6. Trend Perkembangan Sekolah MTs di Wilayah Perbatasan

Diketahui bahwa jumlah siswa dalam sepuluh tahun terakhir pada

MTs DDI Labibia dari tahun pelajaran 2010/2011 sampai tahun pelajaran

2019/2020 mengalami kenaikan pada tahun 2012 berjumlah 54 siswa,


154

setelah menurun pada tahun 2013 yang selanjutnya mengalami

peningkatan pada tahun 2017 dengan jumlah siswa 56. Kemudian kondisi

yang stabil pada tahun 2018 dan tahun 2019 dengan kata lain tidak

mengalami penurunan yang drastis di tahun 2018 dengan jumlah siswa

52 dan juga tidak terlalu meningkat pada tahun 2019 dengan jumlah

siswa 55. Sedangkan pada MTs Al-Muhajirin Kendari dari tahun

pelajaran 2010/2011 sampai tahun pelajaran 2019/2020 mengalami

kenaikan pada tahun 2016 dengan jumlah siswa 48, dan mengalami

penurunan drastis pada tahun 2017 dengan jumlah siswa 21. Yang

selanjutnya mengalami kenaikan pada tahun 2018 dan 2019.

Melalui trend jumlah siswa di madrasah, maka seyogyanya pihak

madrasah dapat memberikan publikasi madrasah yang baik dalam rangka

memenuhi permintaan masyarakat yang terus meningkat terhadap

madrasah serta dapat terus meninkatkan jumlah siswa pada tahun yang

akan datang. Pemberian pelayanan yang baik tentunya akan

memberikan kepuasan tersendiri pada masyarakat. Namun, untuk

menciptakan kepuasan tersebut, pihak madrasah dalam meningkatkan

jumlah siswa tentunya harus memperhatikan antara lain pengurangan

iuran pendidikan bagi keluarga yang tidak mampu dengan melampirkan

surat keterangan tidak mampu dari kelurahan, sehingga tidak hanya

kepentingan madrasah saja yang terpenuhi, tetapi juga masyarakat

memperoleh manfaat dengan keberadaan madrasah tersebut. Hal ini

sejalan dengan pernyataan Sofanudin (2012) menyatakan bahwa


155

publikasi madrasah perlu dilakukan dengan strategi yang efektif dengan

berbagai cara, bisa juga dengan mempertimbangkan penerimaan siswa

baru yang lebih awal dan lebih lama. Selain itu juga pihak madrasah

harus juga melakukan melakukan sosialisasi pada sekolah-sekolah

tingkat dasar baik tingkat MI, SD, atau melakukan pendekatan-

pendekatan kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat dimana

madrasah itu berada. Hal ini sangatlah penting dilakukan. Selain itu dalam

melaksanakan kegiatan madrasah perlu melibatkan orang tua

siswa/masyarakat dalam kegiatan sekolah, atau sebaliknya guru

melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat.

Dengan jumlah siswa yang rata-rata stabil pada tiap tahunnya

diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa yang dipublikasikan di

masyarakat agar semakin meningkat. Secara umum pihak madrasah

mengharapkan bahwa semua siswa yang mendaftarkan dirinya ke

madrasah dapat menjadi generasi yang unggul sehingga dapat

meningkatkan persepsi masyarakat terhadap madrasah. Hal ini berarti jika

terjadi peningkatan minat masyarakat pada madrasah maka jumlah siswa

yang mendaftar ke madrasah juga akan meningkat begitu pula sebaliknya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Supragoyo (2007) dalam Sofanudin

(2012) bahwa untuk menarik masyarakat terhadap madrasah yaitu

dengan meningkatnya prestasi siswa. Yang paling mudah dilihat oleh

masyarakat adalah hasil ujian nasional atau hasiil ujian madrasah.

Sebaliknya, jika prestasi siswa kurang bagus dikarenakan kualitas tenaga


156

pendidik atau sarana prasarana penunjang lain yang dimiliki oleh

madrasah sehingga masyarakat beralih menyekolahkan anaknya di

sekolah umum (SMP), agar anak mereka dapat meningkatkan prestasinya

atau mereka sekedar menyekolahkan anaknya ke sekolah umum (SMP)

tanpa adanya dorongan kepentingan lain, maka hal tersebut dapat

menurunkan jumlah siswa yang mendaftar di madrasah yang selanjutnya

akan menurunkan minat masyarakat ke madrasah. Padahal harapan

orang tua siswa menyekolahkan anaknya di madrasah, sebagian ada

yang beranggapan agar anaknya dapat memperoleh nilai prestasi yang

baik dan bimbingan keagamaan dengan keberadaan madrasah di

lingkungan rumah mereka namun karena sebab hal inilah yang membuat

mereka justru semakin jauh dari dunia madrasah. Hal inilah yang

mendorong sebuah madrasah untuk tetap mengusahakan prioritas

layanan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sofanudin (2012)

bahwa madrasah bisa ditingkatkan kelangsungannya dengan

menigkatkan mutu pendidikan madrasah sehingga semakin besar pula

minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah.

7. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sekolah


MTs di Wilayah Perbatasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah siswa madrasah di

wilayah perbatasan Kota Kendari merupakan sesuatu hal yang besar

pengaruhnya terhadap jumlah siswa yang mendaftar ke madrasah di

wilayah perbatasan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data


157

time series selama kurun waktu 10 tahun, yaitu tahun 2010-2019. Dalam

penelitian ini variabel yang diduga berpengaruh terhadap jumlah siswa

tiap tahunnya yang mendaftar ke madrasah di wilayah perbatasan adalah

jarak rumah siswa ke madrasah (X 1), pendidikan Ayah (X2), pendidikan

Ibu (X3), penghasilan orang tua (X 4), transportasi dari rumah ke

madrasah (X5), jenis pekerjaan kepala rumah tangga (X 6).

7.1. Pengujian Model

Hasil estimasi analisis varians linear berganda diperoleh nilai R,

koefisien determinasi (R2) dan niilai F. Nilai R untuk mengukur keeratan

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai R 2

untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variansi variabel dependen. Nilai F menunjukkan apakah semua variabel

independen memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap

variabel dependen.

a. Korelasi (R)

Nilai korelasi (R) menunjukkan seberapa kuat keeratan hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkan hasil

analisis regresi diperoleh nilai korelasi (R) sebesar 0,840 yang

mengandung arti bahwa adanya hubungan yang kuat antara variabel

independen dengan variabel dependen.

b. Koefisien Determinasi (R2)


158

Koefisien determinasi (R2) untuk melihat seberapa jauh variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi

menghasilkan nilai sebesar 0,705, yang mengandung arti bahwa 70,5

persen variabel independen dapat menjelaskan keragaman variabel

dependen, sedangkan sisanya 29,5 persen merupakan faktor lain yang

menjelaskan keragaman variabel dependen diluar model.

c. Uji Simultan (Uji F)

Nilai F-hitung untuk melihat pengaruh secara simultan variabel

independen, terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis

regresi, diperoleh nilai F-hitung sebesar 110,501 dengan signifikansi

0,000 lebih kecil dari α = 0,1 yang mengandung arti bahwa seluruh

variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh nyata

terhadap variabel dependen. Namun, jika dilihat secara variabel dan dua

variabel lainnya berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

7.2. Pengujian Variabel Bebas

Pengujian Variabel bebas digunakan untuk melihat pengaruh

secara parsial (sendiri-sendiri) variabel independen terhadap variabel

dependen melalui uji t. Jika nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,1, maka

berarti variabel dependen, demikian sebaliknya. Nilai koefisien regresi

yang bertanda positif mengandung makna bahwa variabel dependen

tersebut memiliki pengaruh positif terhadap variabel dependen, demikian

sebaliknya. Variabel bebas yang mempengaruhi jumlah siswa di wilayah


159

perbatasan yaitu jarak rumah siswa ke madrasah (X 1), pendidikan Ayah

(X2), pendidikan Ibu (X 3), penghasilan orang tua (X 4), transportasi dari

rumah ke madrasah (X5), jenis pekerjaan kepala rumah tangga (X 6).

a. Jarak Rumah Siswa Ke Madrasah (X1)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel jarak rumah siswa ke madrasah sebesar 0,000 < α

= 0,1 yang mengindikasikan bahwa variabel jarak rumah siswa ke

madrasah berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa pada tiap tahunnya.

Koefisien regresi sebesar 19,215 menunjukkan bahwa pengaruh bersifat

positif. Secara parsial jarak rumah siswa ke madrasah berpengaruh nyata

terhadap jumlah siswa sekolah MTs. Hal ini berarti dapat dinyatakan

bahwa jarak rumah siswa ke madrasah berpengaruh nyata terhadap

jumlah siswa sekolah MTs di wilayah perbatasan diterima. Hal ini sejalan

dengan peneliitan Sofanudin (2012) bahwa nilai signifikansi rata-rata

jarak rumah siswa ke madrasah semakin dekat tentu akan semakin

menambah jumlah siswa ke madrasah, meskipun berdasarkan hasil

peneliitian bahwa madrasah meningkatkan layanan pendidikan bukan

merupakan faktor penentu utama masyarakat menyekolahkan anaknya ke

madrasah. Namun dalam hal ini adalah dengan adanya Akreditasi

Madrasah, artinya madrasah yang terakreditasi nilai A atau nilai B belum

tentu otomatis lebih diminati daripada madrasah dengan status madrasah

yang terakreditas B dan seterusnya. Namun dalam pelaksanaan


160

pendidikan, secara otomatis bahwa dengan akreditas itu menentukan

kualitas pendidikan yang ada di suatu satuan pendidikan.

Semakin dekatnya jarak rumah siswa ke madrasah bertujuan untuk

meningkatkan jumlah siswa yang mendaftar di madrasah tersebut tiap

tahun dengan harapan apa yang telah dilakukan pihak madrasah dalam

hal ini sosialisasi ke masyarakat, ataupun hal lain yang dapat menarik

simpati masyarakat menyekolahkan anaknya ke madrasah. Apabila jarak

rumah siswa semakin dekat dengan madrasah maka madrasah akan

cenderung meningkat dari jumlah siswanya hal ini dikarenakan adanya

sosialisasi kemasyarakat, atau promosi madrasah, pendekatan-

pendekatan yang dilakukan pihak madrasah ataupun dengan menjalin

silaturahmi dengan masyarakat yang tinggal di sekitar madrasah. Secara

isi madrasah sudah menarik, namun jika tidak dikemas dengan baik dan

menarik bisa jadi madrasah tidak akan diminati oleh masyrakat (Hasil

Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2009). Secara

keseluruhan variabel X1 jarak rumah siswa ke madrasah dapat dilihat

pada Gambar 15.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa jarak rumah siswa ke

madrasah ditempuh antara 2 km sampai 10 km. Kondisi jalan serta

sarana transportasi sangat mempengaruhi kegiatan dalam dunia

pendidikan. Kondisi ini dialami oleh sebagian kecil siswa yang memiliki

jarak rumah yang jauh dari sekolah MTs. Dari hasil penelitian bahwa rata-

rata nereka berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki dengan melewati


161

lorong-lorong setapak, sebagian siswa yang jarak rumahnya jauh

dari madrasah, mereka, ada juga yang naik kendaraan pribadi atau

angkutan umum.

131

Gambar 15. Peta Variabel X1 Jarak Rumah Siswa ke Madrasah

b. Pendidikan Ayah (X2)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nillai

signifikansi variabel pendidikan Ayah sebesar 0,848 > α = 0,1 yang

mengindikasikan bahwa variabel pendidikan Ayah tidak berpengaruh

nyata terhadap jumlah siswa madrasah. Koefisien regresi sebesar

0,047 yang menunjukkan bahwa pengaruh bersifat negatif. Pendidikan

Ayah secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa di


162

wilayah perbatasan. Hal itu berarti dpapat dinyatakan bahwa pendidikan

Ayah tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa di wilayah

perbatasan ditolak.

Secara signifikansi variabel pendidikan Ayah merupakan variabel

yang paling tidak berpengaruh dari beberapa variabel yang

mempengaruhi jumlah siswa madrasah yaitu sebesar 0,848. Hal ini

disebabkan karena tingkat pendidikan Ayah merupakan variabel

penentuan jumlah siswa. Pendidikan Ayah memiliki hubungan yang erat

dengan jumlah siswa dimana pendidikan Ayah yang memberikan peluang

untuk terjadinya peningkatan jumlah siswa yang lebih besar, begitu pula

sebaliknya. Dimana tingkat pendidikan Ayah banyak yang memiliki tingkat

pendidikan yang rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sofanudin

(2012) bahwa madrasah dalam melakukan sosialisasi ke masyarakat

dengan memperhatikan jenjang pendidikan orang tua siswa, dalam hal ini

adanya penyesuaian iuran sekolah bagi siswa yang kurang mampu.

Secara keseluruhan variabel X2 pendidikan ayah dapat dilihat pada

Gambar 16.

Berdasarkan hasil pengamatan, selain itu kualitas pendidikan Ayah

juga menjadi penentu keberhasilan, meningkatnya jumlah siswa di

wilayah perkotaan. Pendidikan Ayah dengan tingkat yang rendah akan

mengakibatkan jumlah siswa yang mendaftar ke madrasah akan

menurun. Begitu pula sebaliknya dengan pendidikan Ayah yang tinggi

akan menghasilkan kuantitas jumlah siswa yang baik pula. Tingkat


163

pendidikan Ayah merupakan faktor penting yang menentukan jumlah

siswa madrasah (Hasil Penelitian Puslitbang Pendidikan Agama dan

Keagamaan, 2009).

Gambar 16. Peta Variabel X2 Pendidikan Ayah

c. Pendidikan Ibu (X3)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nillai

signifikansi variabel pendidikan Ibu sebesar 0,934 > α = 0,1 yang

mengindikasikan bahwa variabel pendidikan Ibu tidak berpengaruh nyata

terhadap jumlah siswa madrasah. Koefisien regresi sebesar 0,020 yang

menunjukkan bahwa pengaruh bersifat positif. Pendidikan Ibu secara

parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa di wilayah

perbatasan. Hal ini dapat dinyatakan bahwa pendidikan Ibu tidak


164

berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa di sekolah MTs wilayah

perbatasan ditolak.

Secara signifikansi variabel pendidikan Ibu merupakan variabel

yang paling tidak berpengaruh dari beberapa variabel yang

mempengaruhi jumlah siswa madrasah yaitu sebesar 0,934. Hal ini

disebabkan karena tingkat pendidikan Ibu merupakan variabel penentuan

jumlah siswa. Pendidikan Ibu memiliki hubungan yang erat dengan

jumlah siswa dimana pendidikan Ibu yang memberikan peluang untuk

terjadinya peningkatan jumlah siswa yang lebih besar, begitu pula

sebaliknya. Dimana tingkat pendidikan Ibu banyak yang memiliki tingkat

pendidikan yang rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Kadriani (2017)

bahwa pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk meningkatkan

kepribadian seseorang dengan jalan pembinaan potensi-potensi

pribadinya. dengan pendidikan ini lebih mengutamakan perluasan

pengetahuan dan peningkatan keterampilan masyarakat untuk

melaksanakan pekerjaan tertentu. Secara keseluruhan variabel X3

pendidikan ibu dapat dilihat pada Gambar 17.

Jumlah siswa madrasah di wilayah perbatasan tidak dipengaruhi

secara nyata oleh tingkat pendidikan Ibu. Berdasarkan hasil pengamatan,

selain itu kualitas pendidikan Ibu juga menjadi penentu keberhasilan

meningkatnya jumlah siswa di wilayah perbatasan. Pendidikan Ibu

dengan tingkat yang rendah akan mengakibatkan jumlah siswa yang

mendaftar ke madrasah akan menurun. Begitu pula sebaliknya jika


165

pendidikan Ibu yang tinggi akan menghasilkan kuantitas jumlah siswa

yang baik pula. Tingkat pendidikan Ibu merupakan faktor penting yang

menentukan jumlah siswa madrasah (Hasil Penelitian Puslitbang

Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2009).

Gambar 17. Peta Variabel X3 Pendidikan Ibu

d. Penghasilan Orang Tua (X 4)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel rata-rata penghasilan orang tua per bulan sebesar

0,013 < α = 0,1 yang menindikasikan bahwa variabel rata-rata

penghasilan orang tua per bulan berpengaruh nyata terhadap jumlah

siswa yang mendaftar di madrasah. Dengan koefisien regresi sebesar

-0,905 yang menunjukkan bahwa pengaruh bersifat negatif. Hal tersebut


166

mengindikasikan bahwa jika terjadi peningkatan penghasilan orang

tua siswa maka akan memberikan peningkatan jumlah siswa. Namun

secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa sekolah MTs.

Hal ini berarti dapat dinyatakan bahwa rata-rata penghasilan orang tua

berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa disekolah MTs wilayah

perbatasan diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian Muhaimin (2010)

bahwa peningkatan mutu pendidikan seringkali terhalang oleh kualitas

pendidikan yang rendah, sehingga berdampak pada rendahnya

kualitas sumber daya manusia, dan sekaligus berdampak pada

pendapatan seseorang.

Berdasarkan hasil uji, rata-rata penghasilan orang tua tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa yang mendaftar ke madrasah.

Bahwa rendahnya kualitas pendidikan akan berdampak pada rendahnya

kualitas sumberdaya manusia. Pemberdayaan dan pencerahan

pendidikan di madrasah diarahkan untuk menjadi suatu model pendidikan

yang mampu membangun sumberdaya manusia yang berkualitas,

sekaligus mampu meningkatkan kualitas produktivitas dan pendapatan

masyarakatnya (Muhaimin, 2010). Secara keseluruhan variabel X 4 rata-

rata penghasilan orang tua per bulan dapat dilihat pada Gambar 18

dibawah ini. Rendahnya penghasilan orang tua sehingga tidak

memungkinkan terpenuhinya kebutuhan anak, dan hampir sebagian besar

orang tua hanya bekerja sebagai buruh, sopir. Dengan rendahnya

penghasilan tersebut orang tua sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan


167

hidup dan juga kebutuhan pendidikan anak. Ada sebagian siswa yang

kebutuhan pendidikannya selama masih sekolah kurang dipenuhi atau

tidak pernah dipenuhi oleh orang tua. Sehingga mereka harus turut

membantu orang tua bekerja mencari nafkah.

Rendahnya penghasilan orang tua sehingga tidak memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan anak, dan hampir sebagian besar orang tua

hanya bekerja sebagai buruh, sopir. Dengan rendahnya penghasilan

tersebut orang tua sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dan juga

kebutuhan pendidikan anak. Ada sebagian siswa yang kebutuhan

pendidikannya selama masih sekolah kurang dipenuhi atau tidak pernah

dipenuhi oleh orang tua. Sehingga mereka harus turut membantu orang

tua bekerja mencari nafkah.

Gambar 18. Peta Variabel X4 Penghasilan Orang Tua


168

e. Transportasi dari Rumah ke Madrasah (X 5)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel transportasi dari rumah ke madrasah sebesar 0,032 <

α = 0,1 yang mengindikasikan bahwa variabel transportasi dari rumah ke

madrasah berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa yang mendaftar

dimadrasah. Koefisien regresi sebesar -0,262 yang menunjukkan bahwa

pengaruh bersifat negatif. Transportasi dari rumah ke madrasah secara

parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa disekolah MTs wilayah

perbatasan. Hal ini berartidapat dinyatakan bahwa transportasi dari rumah

ke madrasah berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa madrasah

diwilayah perkotaan diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian Putri, dkk

(2013) bahwa secara simultan pendidikan dan transportasi dari rumah ke

madrasah berpengaruh signifikan terhadap perkembangan madrasah.

Secara parsial transportasi dari rumah ke madrasah berpengaruh positif

terhadap perkembangan madrasah.

Dalam menetapkan pilihan, madrasah biasanya membandingkan

kemudahan dan keuntungan yang akan diperoleh dari pengusahaan

layanan publik tersebut. Usaha yang dilakukan madrasah di wilayah

perkotaan terdapat berbagai jenis layanan publikasi kemayarakat,

sehingga dimungkinkan terjadinya kompetisi. Berbagai madrasah

diwilayah lain terjadi persaingan dalam pilihan jenis layanan publik.

Namun demikian pemilihan sosialisasi langsung kemasyarakat dalam

penelitian ini dikarenakan lebih efektif dalam menarik minat masyarakat


169

agar menyekolahkan anaknya dimadrasah. Secara keseluruhan variabel

X5 jenis pekerjaan kepala rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Peta Variabel X5 Transportasi dari Rumah ke Madrasah

f. Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga (X 6)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel jenis pekerjaan kepala rumah tangga sebesar 0,006

< α = 0,1 yang mengindikasikan bahwa variabel jenis pekerjaan kepala

rumah tangga berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa yang mendaftar

dimadrasah. Koefisien regresi sebesar -0,224 yang menunjukkan bahwa

pengaruh bersifat negatif. Jenis pekerjaan kepala rumah tangga secara

parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa disekolah MTs wilayah

perbatasan. Hal ini berarti dapat dinyatakan bahwa jenis pekerjaan kepala
170

rumah tangga berpengaruh nyata terhadap jumlah siswa madrasah

diwilayah perkotaan diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian Putri, dkk

(2013) bahwa secara simultan pendidikan dan jenis pekerjaan

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan rumah tangga. Secara

parsial tingkat pendidikan dan pekerjaan berpengaruh positif terhadap

pendapatan rumah tangga. Secara keseluruhan variabel X 6 jenis

pekerjaan kepala rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 20 berikut.

Gambar 20. Peta Variabel X6 Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga

Usaha yang dilakukan madrasah di wilayah perbatasan terdapat

berbagai jenis layanan publikasi kemayarakat, sehingga dimungkinkan

terjadinya kompetisi. Berbagai madrasah diwilayah lain terjadi persaingan


171

dalam pilihan jenis layanan publik. Dalam menetapkan pilihan, madrasah

biasanya membandingkan kemudahan dan keuntungan yang akan

diperoleh dari pengusahaan layanan publik tersebut. Namun demikian

pemilihan sosialisasi langsung kemasyarakat dalam penelitian ini

dikarenakan lebih efektif dalam menarik minat masyarakat agar

menyekolahkan anaknya dimadrasah. Untuk jelasnya tentang besarnya

pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sekolah MTs

di wilayah perbatasan dapat dilihat pada Tabel 25 berikut.

Tabel 25. Nilai Sumbangan Efektif Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Perkembangan Sekolah MTs Wilayah Perbatasan
No. Variabel Sumbangan Efektif
1. Jarak Rumah ke Madrasah 68,1
2. Pendidikan Ayah 0,11
3. Pendidikan Ibu 0,04
4. Penghasilan Orang Tua 2,24
5. Transportasi dari Rumah ke Madrasah 0,25
6. Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga 0,26
Total 71,0

Pada Tabel 25 dilihat bahwa untuk variabel jarak rumah

ke madrasah mencapai 68,1 persen, pendidikan ayah hanya sebesar

0,11 persen, pendidikan ibu sebesar 0,04 persen, penghasilan orang

tua mencapai 2,24 persen, sedangkan untuk transportasi

dari rumah ke madrasah sebesar 0,25 persen, dan jenis pekerjaan kepala

rumah tangga sebesar 0,26 persen. Persentase jarak rumah ke

madrasah mencapai 68,1 persen bila dibandingkan dengan faktor-faktor

yang lain. Hal ini diduga semakin dekatnya jarak rumah siswa ke

madrasah bertujuan untuk meningkatkan jumlah siswa yang mendaftar di

madrasah tiap tahun dengan harapan apa yang telah dilakukan pihak
172

madrasah dalam hal sosialisasi ke masyarakat, pendekatan yang dapat

menarik simpati masyarakat menyekolahkan anaknya ke madrasah.

Secara isi madrasah sudah menarik, namun jika tidak dikemas dengan

menarik bisa jadi madrasah tidak akan diminati (Hasil Penelitian

Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2009).

Gambar 21. Peta Variabel yang Mempengaruhi Perkembangan Sekolah


MTs di Wilayah Perkotaan, Pesisir, dan Perbatasan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan didapatkan bahwa tingkat

pendidikan orang tua siswa berbeda-beda. Rata-rata pendidikan formal

orang tua siswa adalah tamatan SD/sederajat. Selain observasi, peneliti

juga melakukan wawancara tidak terstuktur dengan salah seorang

masyarakat. Dari hasil wawancara tidak terstruktur, diketahui bahwa

dengan keberadaan sekolah MTs disekitar tempat tinggal mereka,


173

memudahkan bagi anak-anak mereka pergi sekolah dengan berjalan kaki,

karena lokasi sekolah MTS yang dekat, anak-anak dapat diawasi oleh

orang tua mereka dan meringankan biaya sekolah. Namun, adapula yang

menggunakan jasa transportasi ojek motor atau mobil angkutan umum

ketika hendak ke sekolah.

Dari informasi yang peneliti dapatkan, ternyata pendapat mereka

berbeda-beda. Pada satu sisi, masyarakat menyatakan bahwa dengan

kehadiran sekolah MTs disekitar lingkugan mereka sangat membantu

mereka dalam menyekolahkan anaknya, namun disisi lain ada juga

masyarakat yang tidak menyekolahkan anaknya di sekolah MTs, tetapi

mereka lebih menyekolahkan anaknya di sekolah MTs lain yang jauh dari

tempat tinggal mereka.

Alasan lain yang ditemukan dilokasi penelitian bahwa beberapa

orang tua menyekolahkan anaknya jauh dari tempat tinggalnya, walaupun

ada sekolah MTs disekitar tempat tinggalnya. Para orang tua ada yang

beralasan karena lokasi pekerjaan orang tua yang satu arah dengan

sekolah MTs. Ada juga alasan lain karena orang tua sekaligus

guru/pendidik di sekolah MTs tersebut. Selain itu, masyarakat sebagian

kecil masyarakat masih ada yang beranggapan bahwa sekiolah MTs

tersebut belum memiliki pengalaman dalam mendidik, serta sarana dan

prasarana masih belum memadai. Disinilah peran penting sebuah

sekolah bagaimana agar sekolah MTs dapat menarik simpati masyarakat

dalam hal ini menyekolahkan anaknya ke sekolah MTs.


174

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Trend perkembangan sekolah MTs pada kondisi geografis

masyarakat Kota Kendari dalam kurun waktu 10 tahun :

a. Jumlah sekolah MTs di Kota Kendari mengalami peningkatan,

sampai tahun 2019 berjumlah 17 sekolah MTs.

b. Jumlah siswa sekolah MTs di wilayah perkotaan lebih tinggi dengan

jumlah siswa 209 orang tahun 2016 dan cenderung mengalami

peningkatan setiap tahunnya dibandingkan jumlah siswa sekolah

MTs di wilayah pesisir dengan jumlah 63,5 siswa tahun 2017 dan

sekolah MTs di wilayah perbatasan dengan jumlah 45 siswa

tahun 2016.

2. Pola perkembangan sekolah MTs pada kondisi geografis

masyarakat Kota Kendari adalah sebagian besar terkonsentrasi di

wilayah perkotaan sejumlah 13 sekolah, 2 sekolah MTs di wilayah

pesisir dan 2 sekolah MTs di wilayah perbatasan.

3. Faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan sekolah MTs

pada kondisi geografis masyarakat Kota Kendari :

a. Di wilayah perkotaan adalah faktor transportasi dari rumah ke

sekolah MTs (75,6 %).


175

b. Di wilayah pesisir adalah faktor penghasilan orang tua (44,1 %).

c. Di wilayah perbatasan adalah faktor jarak rumah ke sekolah MTs

(68,1 %).

6.2. Saran

Sebagai implikasi hasil temuan dalam penelitian ini disarankan

beberapa hal :

a. Kepada pihak terkait seperti Kepala Madrasah, tenaga pendidik dan

pengurus yayasan dan instansi yang berwenang untuk melakukan

perbaikan sekolah MTs yang menjadi objek penelitian ini, masih ada

yang belum memadai sarana dan prasarananya, disamping itu secara

simultan juga memerlukan perhatian serius dari pengelola sekolah MTs

untuk mengakomodasi struktur kurikulum bermuatan lokal yang

berbasis kompetensi dasar, bakat dan minat peserta didik.

b. Pengembangan sekolah MTs bukan hal yang mudah, untuk itu perlu

kerjasama dalam rangka perbaikan sarana dan prasarana penunjang

pembelajaran seperti pengadaan alat pendidikan, laboratorium,

perpustakaan, mushollah, dan perabot pendidikan di madrasah. Oleh

karena itu perlu perhatian dan keseriusan pemerintah dalam rangka

memberikan dukungan anggaran.

c. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi

sebagai acuan dalam pengembangan sekolah MTs di Kota Kendari.

Sekaligus juga sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti

selanjutnya.
176

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Z. 2007. Analisis Tingkat Partisipasi Pendidikan Siswa


Madrasah. www.kemenag.go.id.
Alawiyah, F. 2014. Pendidikan Madrasah Di Indonesia. Pusat Pengkajian,
Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR
RI Kompleks DPR MPR RI Senayan Jakarta. Jurnal Aspirasi
Vol.5 no.1 hal. 5 Juni 2014.
Ali, I., 2012. Strategi Perpustakaan Nasional Melakukan Branding Melalui
Naskah Kuno dan Koleksi Langka. Jurnal Informasi Perpustakaan
dan Kearsipan. Vo.15 No.1.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta
: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik (BPS) 2015. Kota Kota Kendari dalam Angka.
Bintarto, Surastopo Hadisumarno, 1979. Metode Analisa Geografi.
Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan
Ekonomi dan Sosial.
Dahdouh F.G,. 2002. The Use of Remote Sensing and GIS in the
Sustainable Management of Tropical Coastal Ecosystems.
Environment Development and Sustainability 4(2):93-112.
Darmadi, Hamid. 2006. Korelasi antara Status Sosial Ekonomi Orang
Tua Dengan Kualitas Pembelajarn Siswa Di Sekolah. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran STKIP PGRI Pontianak No.
1/XXV/2006.
Daradjat, Z. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta :
Bumi Aksara.
Daryanto, Farid, Mohammad, 2013, Konsep Dasar Manajemen
Pendidikan di Sekolah, Yogyakarta:Gava Media.
Dasmo. 2011. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pola Asuh Orang Tua
terhadap Prestasi Belajar IPA. Jurnal Formatif. Vol 2:137.
Departemen Agama Republik Indonesia, 2004. Sejarah Madrasah :
Pertumbuhan, Dinamika, dan Perkembangannya di Indonesia.
Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia.
Departemen Agama Republik Indonesia, 2004. Pedoman Penyelenggaraan
Mata Pelajaran Umum dan Madrasah. Dirjen Kelembagaan Agama
Islam. Jakarta.
Departemen Agama Republik Indonesia, 2004. Desain Pengembangan
Madrasah. Dirjen Kelembagaan Agama Islam. Jakarta.
177

Departemen Agama Republik Indonesia, 2005. Sejarah Madrasah :


Pertumbuhan, Dinamika, dan Perkembangannya di Buhari Luneto
Indonesia. Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta :
Depdiknas.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2017. Sejarah Pendidikan Islam.
Kementerian Agama Republik Indonesia.
Djaali, 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Djamarah, S. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Fauzi, A. 1999. Psikologi Umum. Bandung : CV.Pustaka Setia.
Gilarso. 2004. Pengantar Ilmu EkonomiMakro. Yogyakarta: Kanisius.

Hadiyanto, H. 2014. Pengaruh Pengaruh Pendidikan, Pekerjaan Dan


Pendapatan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi
Pada Siswa. Jurnal Ekonomi Pendidikan dn
KewirausahaanVolume 2 Nomor 2 Tahun 2014.

Hargito, 2009. Integrasi Sebaran Lokasi SMP dan Sebaran Permukiman


Di Kota Pati. Tesis. Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro.

Ihsan, F. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.


Isjoni, 2009. Menuju Masyarakat Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Jayadinata J. T, 1986. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan
Pedesaan,Perkotaan, dan Wilayah. Bandung. ITB.
Kadriani dan La Harudu, 2017. Persepsi Masyarakat Nelayan Tentang
Pentingnya Pendidikan Formal di Desa Jawi-Jawi Kecamatan
Bungku Selatan Kabupaten Morowali. Jurnal Penelitian
Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Layanan
Khusus.
Koentjaraningrat. 1987. Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta : Pustaka
Media.
178

Kosim, M. 2007. Madrasah di Indonesia (Pertumbuhan dan


Perkembangan). Jurnal Tadris Volume 2 Nomor 1 Tahun 2007.
Kurniawan, A. 2016. Sejarah Pendidikan Masyarakat Pesisir Nusantara.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kependidikan IAIN Syekh Nurjati
Cirebon. Jurnal TAMADDUN Vol. 4 Edisi 2 Juli – Desember
2016.
Listiyana dan Hartono, 2015. Persepsi dan Sikap Masyarakat Terhadap
Penanggalan Jawa dalam Menentukan Waktu Pernikahan (Studi
Kasus Desa Jonggrang Kecamatan Barat Kabupaten Magetan
Tahun 2011. Jurnal Agastya, 118-123.
Maesaroh, Siti. 2009. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua,
Lingkungan Sekolah Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Mata Pelajaran. Malang: Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Mahmud, 2006. Model-Model Pembelajaran di Pesantren. Jakarta : Media
Nusantara.
Makruf, R. B. 2016. Manajemen Peningkatan Mutu Madrasah Swasta El
Hikmah. Jurnal Kajian Penelitian dan Pendidikan Islam. Vol. 10.
digilib.uinsby.ac.id 
Maksum, 1999. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta : PT.
Logas Wacana Ilmu.
Maryamah, Iis. (2013) Pemetaan Harga Kos Mahasiswa yang Bermukim
di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton Kota Bandar
Lampung. Universitas Lampung.
Minnah, E. W., A. Suryana. 2012. Kepemimpinan Berbasis Nilai dan
Pengembangan Mutu Madrasah. Bandung : Alfabeta.
Mulyasa, E. 2003. Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah. Bandung :
Departemen Agama RI.
Nata, A. 2010. Manajemen Pendidikan : Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta : Kencana.
Ninuk, I. H. 2013. Kamus Mode Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.
ISBN 9789792277340. https://ebooks.gramedia.com.
Noer, D. 1995. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1990-1942. Jakarta :
LP3ES.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007, tentang


Standar Sarana dan Prasarana, Sebuah SMP/MTs.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama


dan Pendidikan Keagamaan.
179

Purwati, Ana. 2010. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan
Persepsi Siswa Atas Lingkungannya Terhadap Perilaku
Konsumsi Yang Diintermediasi Prestasi Belajar Ekonomi
Siswa SMA sekota Malang. Jurnal Ekonomi Bisnis, th. 16, no.
1, Maret 2011.
Putri, A. D., N. D. Setiawina, Pengaruh Umur, Pndidikan, Pekerjaan
Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Miskin di Desa
Bebandem. E-Jurnal EP. Uniiversitas Udayana Vol.2 No. 4 April
2013
Qomar, M. 2008. Manajemen Penddikan Islam. Jakarta: Erlangga.
Raharjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian.
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
Ramli, A. A. 2011. Tesis. Pandangan Masyarakat Indragiri Hulu Terhadap
Keberadaan Madrasah Swasta PPs UN Sultan Syarif Kasim
Riau.
Rifai, M., 2016. Kurikulum Berbaris Kompetensi (Konsep Dasar dan
Impementsi). Disertai Univeritas Merdeka Malang.
Sabri, M. A. 2007. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional.
Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya.
Saleh, A. R. 2004. Madrasah dan Pndidikan Anak Bangsa. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Sarijo, M. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Departemen Agama
RI. Dirjen Pembina Kelembagaan Agama Islam.
Sarman, K., K. Wijaya. 2018. Pola Permukiman Pesisir Pantai Studi
Kasus: Desa Talaga 1 Dan Desa Talaga 2 Kecamatan Talaga
Raya Kabupaten Buton Tengah. Program Studi Arsitektur,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Kebangsaan, Indonesia. http://ejournal.upi.edu/index.php/jaz/
DOI: http://dx.doi.org/10.17509/jaz.v1i1.11637.

Saparanto, 2010. Metode Ramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan


Ekonomi dan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.
Shaleh, A. R. 2009. Psikologi : Surat Pengantar dalam Perspektif Islam.
Jakarta : Kencana.
Simajuntak, I. P. 1972/1973. Perkembangan Pendidikan di Indonesia.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta. Rineka Cipta
Suharyono, M. Amien. (2013) Pengantar Filsafat Geografi. Ombak.
Jakarta.
180

Sulistyowati, Retno. 2010. Hubungan Antara Rumah Tangga Sehat


Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Kabupaten
Trenggalek. Universitas Sebelas Maret.
Suryani, S. 2012. Sistem Informasi Geografis Pemetaan Sekolah Tingkat
Pendidikan Dasar Dan Menengah Di Kota Serang. Jurnal
Masyarakat Informatika.
Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan
Analisis Fungsi Cobb Douglas. Vol. 3 Jakarta : Rajawali Pers.
Sofanudin, A. 2012. Minat Masyarakat Terhadap Model Pendidikan di
Magelang dan Demak. Jurnal Penelitian pada Balai Penelitian
dan Pengembangan Agama Semarang. Edukasi Volume 10
Nomor 3. September – Desember 2012.
Steenbrink, K. A. 1994. Pesantren Madrasah Sekolah : Pesantren Islam
Dalam Kurun Modern. Jakarta : LP3S.
Sugiyono. 2015, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: AlFabeta.
Suroso, A., Kudang,B ., dan Satriawan,P.2004. Pengembangan Sistem
Informasi Geografis untuk Pengelolaan Perkebunan Kelapa
Sawit. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. Institut Pertanian
Bogor.
Suryabrata, S. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Suryabrata, S. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Suryana, A. 2012. Pengembangan Mutu Madrasah. Bandung : Alfabeta.
Tarigan dan Robinson. 2006. Perencanaan pembangunan Wilayah. Bumi
Aksara, Jakarta.
Taruna, M., M. 2009. Pelaksanaan KTSP pada Madrasah Tsanawiyah
Negeri di Kalimantan Selatan, Jawa Timur, dan DIY. Semarang :
Balai Litbang Agama Semarang.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Tinggapy, H. 2012. Persepsi dan Minat Masyarakat Terhadap Madrasah di
Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku. Tesis. Program
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
Makassar.
Triwiyanto, T. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989. Jakarta :


Golden Terayon Press. 1994.
181

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Walgito, B. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset.
Wirawan, 2010. Konflik dan Manajemen Konflik : Teori, Aplikasi, dan
Penelitian. Jakarta.
Widarjono, A. 2005. Ekonometri Teori dan Aplikasi. Fakultas Ekonomi UII.
Yogyakarta.
Yanti, D. U., W. Basri, dan Yenni Melia. 2019. Persepsi Masyarakat
Terhadap Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Nurul Falah
Bangun Rejon Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan.
Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera
Barat. jim.stkip-pgri-sumbar.ac.id. Juli 2019.
Zuhairi, 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo : Ramadhani.

ejournal.pin.or.id › site › wp-content › uploads › 2017/11


https://abstrak.uns.ac.id
https://www.scribd.com › document › Definisi-Trend
https://ejournal2.undip.ac.id › tataloka › article ›
https://jurnal.iainkediri.ac.id › didaktika › article › view
journal. unpad.ac.id › article › 
repository.uinsu.ac.id
Journal.unesa.id
182
Lampiran 1. Gambar Peta Lokasi Penelitian Kota Kendari

182
Lampiran 2. Data Jumlah Siswa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sekolah MTs Wilayah Perkotaan
Jumlah Jarak Rumah Transportasi dari
Kode Pendidikan Penghasilan Jenis Pekerjaan Kepala
Siswa Siswa ke Madrasah Pendidikan Ayah (X2) Rumah ke Madrasah
Siswa Ibu (X3) Orang Tua (X4) Rumah Tangga (X6)
(Y) (X1) (X5)
1 172 1 1 2 2 6 15
2 172 1 2 2 1 6 6
3 172 1 2 2 2 6 15
4 172 1 2 2 5 6 3
5 172 2 2 2 3 6 7
6 172 1 2 2 3 6 12
7 172 1 1 2 1 6 15
8 172 1 2 2 2 6 15
9 172 2 1 1 1 6 7
10 172 1 1 1 2 6 7
11 172 1 1 2 1 6 16
12 172 1 1 1 1 6 7
13 172 1 1 1 1 6 7
14 172 1 2 1 2 6 7
15 172 1 1 1 2 6 14
16 172 1 1 1 1 6 15
17 172 3 1 2 2 6 7
18 172 1 1 2 2 6 7
19 172 1 2 2 2 6 7
20 172 1 2 1 1 6 2
21 172 1 1 2 1 6 14

183
Tabel Lanjutan
22 172 1 2 2 2 6 18
23 172 1 2 2 3 6 7
24 172 1 2 2 1 6 1
25 172 1 2 2 3 6 7
26 172 2 2 2 1 6 7
27 172 1 2 2 2 6 7
28 172 1 2 2 4 6 3
29 172 1 6 6 4 6 7
30 172 1 2 5 4 6 7
31 172 1 1 1 1 6 7
32 172 1 1 2 2 6 7
33 172 1 1 2 2 6 7
34 172 1 2 2 3 6 7
35 172 1 6 2 1 6 13
36 172 1 1 1 1 6 15
37 172 2 7 2 3 6 7
38 172 2 1 1 1 6 7
39 172 1 5 1 2 6 16
40 172 1 2 1 1 6 15
41 172 1 1 2 2 6 16
42 172 1 2 2 4 6 3
43 172 5 2 1 2 6 7
44 172 1 2 2 3 6 14

Tabel Lanjutan

184
45 172 2 2 1 2 6 2
46 172 3 1 1 2 6 14
47 172 1 2 1 2 6 7
48 172 1 2 1 4 6 6
49 172 3 2 1 1 6 6
50 172 1 2 2 4 6 4
51 172 1 1 1 2 6 15
52 172 1 1 2 1 6 15
53 172 1 1 1 2 6 12
54 172 1 1 1 1 6 13
55 172 1 1 1 3 6 15
56 172 1 2 2 2 6 6
57 172 5 1 1 1 6 14
58 172 1 2 2 2 6 15
59 172 1 2 2 3 6 7
60 172 2 2 1 1 6 15
61 172 2 0 0 0 6 1
62 172 1 2 2 1 6 7
63 172 1 7 5 4 6 3
64 172 1 2 2 3 6 6
65 172 1 2 2 1 6 7
66 172 1 6 2 3 6 3
67 172 2 1 1 1 6 7

Tabel Lanjutan

185
68 172 1 2 2 2 6 15
69 172 1 6 6 4 6 6
70 172 1 2 2 4 6 7
71 172 1 1 1 3 6 7
72 172 1 6 6 3 6 7
73 172 1 1 1 1 6 16
74 172 2 1 1 2 6 12
75 172 1 2 2 1 6 7
76 172 2 6 2 4 6 5
77 172 1 1 1 2 6 7
78 172 1 2 1 1 6 15
79 172 1 7 2 3 6 7
80 172 1 2 1 3 6 15
81 172 2 2 2 4 3 4
82 172 1 2 1 1 6 13
83 172 2 1 1 1 6 15
84 172 2 7 2 4 6 3
85 172 1 1 1 2 6 12
86 172 1 1 1 3 6 15
87 172 1 1 1 2 6 15
88 172 1 2 2 3 6 12
89 172 1 2 2 2 6 15
90 172 1 6 5 4 6 3

Tabel Lanjutan

186
91 172 1 2 2 2 6 7
92 172 1 2 2 2 6 6
93 172 1 2 2 2 6 6
94 172 1 1 1 2 6 16
95 172 1 1 1 2 6 7
96 172 1 1 1 3 6 15
97 172 1 2 2 4 6 4
98 172 1 1 1 1 6 12
99 172 1 2 1 2 6 7
100 172 1 1 1 1 6 15
101 172 1 2 2 3 6 7
102 172 2 1 1 2 6 12
103 172 1 1 2 2 6 16
104 172 1 2 2 2 6 12
105 172 1 2 6 4 6 7
106 172 1 1 1 1 6 12
107 172 1 2 6 4 6 3
108 172 1 2 2 4 6 4
109 172 1 0 0 3 1 7
110 172 1 2 2 3 6 7
111 172 1 2 1 4 6 3
112 172 1 1 1 2 6 6
113 172 1 2 1 2 6 12

Tabel Lanjutan

187
114 172 2 2 2 3 6 14
115 172 1 1 1 2 6 7
116 172 1 2 2 2 6 7
117 172 1 6 1 2 6 7
118 172 1 2 1 2 6 15
119 172 1 2 2 2 6 7
120 172 1 1 1 1 6 12
121 172 1 6 2 4 6 6
122 172 1 1 1 1 6 7
123 172 2 2 2 1 6 7
124 172 1 1 1 2 6 7
125 172 1 2 2 2 6 15
126 172 1 6 1 4 6 5
127 172 1 2 2 2 6 7
128 172 1 1 1 1 6 15
129 172 1 1 1 1 6 15
130 172 2 2 1 2 6 16
131 172 1 1 1 1 6 7
132 172 1 2 2 2 6 6
133 172 1 1 1 2 6 7
134 172 1 2 1 2 6 14
135 172 1 2 2 4 6 7
136 172 2 1 1 2 6 16

Tabel Lanjutan

188
137 172 1 2 2 2 6 12
138 172 1 1 1 1 6 12
139 172 3 7 2 4 6 3
140 172 3 1 1 1 6 7
141 172 1 1 2 2 6 7
142 172 1 1 1 1 6 12
143 172 2 1 1 1 6 16
144 172 2 2 1 2 6 16
145 172 1 2 2 3 6 15
146 172 2 1 1 1 6 1
147 172 1 2 1 4 6 12
148 172 2 1 1 1 6 14
149 172 1 1 1 1 6 7
150 172 1 1 1 2 6 7
151 172 1 1 1 1 6 12
152 172 2 1 1 1 6 7
153 172 2 1 1 1 6 15
154 172 3 2 2 3 6 7
155 172 1 1 1 3 6 7
156 172 2 2 1 1 6 15
157 172 3 2 2 4 6 12
158 172 1 2 1 1 6 2
159 172 5 1 1 1 6 14

Tabel Lanjutan

189
160 172 1 6 2 4 6 3
161 172 1 2 1 1 6 7
162 172 1 2 2 4 6 6
163 172 2 2 2 3 6 7
164 172 1 2 2 2 6 7
165 172 1 2 2 3 6 7
166 172 1 1 1 2 6 14
167 172 1 2 2 1 6 7
168 172 1 1 1 2 6 15
169 172 1 1 1 1 6 7
170 172 1 2 2 1 6 15
171 172 1 3 2 3 6 7
172 172 1 2 1 2 6 7
173 199 1 1 2 2 6 7
174 199 1 1 2 2 6 7
175 199 1 2 2 2 6 6
176 199 1 2 3 3 6 15
177 199 1 2 3 3 6 7
178 199 2 2 2 2 6 6
179 199 1 2 3 3 1 12
180 199 1 2 2 2 6 7
181 199 1 2 2 2 6 7
182 199 1 2 2 2 6 15

Tabel Lanjutan

190
183 199 1 1 2 2 6 15
184 199 1 2 3 3 6 15
185 199 4 3 2 2 5 6
186 199 2 8 5 5 6 3
187 199 2 2 2 2 6 15
188 199 1 2 1 1 6 7
189 199 2 2 3 3 6 6
190 199 3 8 5 5 3 5
191 199 3 7 4 4 6 15
192 199 2 7 6 6 5 7
193 199 2 2 2 2 6 15
194 199 1 3 4 4 6 6
195 199 1 8 5 5 6 3
196 199 1 2 5 5 6 3
197 199 2 2 3 3 6 3
198 199 1 1 1 1 6 15
199 199 2 7 6 6 6 3
200 199 1 2 2 2 6 7
201 199 1 2 3 3 6 7
202 199 1 7 2 2 6 16
203 199 1 4 2 2 6 12
204 199 1 2 3 3 6 12
205 199 1 7 4 4 6 3

Tabel Lanjutan

191
206 199 1 2 4 4 6 3
207 199 1 1 1 1 6 16
208 199 1 2 3 3 6 15
209 199 2 2 3 3 3 6
210 199 2 2 3 3 3 14
211 199 1 3 2 2 1 6
212 199 1 2 2 2 6 7
213 199 1 2 3 3 6 15
214 199 2 1 2 2 6 12
215 199 1 2 3 3 3 15
216 199 1 1 1 1 6 15
217 199 2 2 1 1 3 18
218 199 2 2 1 1 6 15
219 199 1 1 1 1 6 15
220 199 1 7 3 3 6 7
221 199 2 2 2 2 6 15
222 199 1 2 2 2 6 14
223 199 2 7 6 6 6 3
224 199 2 2 1 1 6 15
225 199 1 2 2 2 6 18
226 199 2 1 1 1 6 15
227 199 2 2 2 2 6 6
228 199 1 2 3 3 6 7

Tabel Lanjutan

192
229 199 1 2 2 2 6 7
230 199 1 1 2 2 6 12
231 199 1 2 2 2 6 6
232 199 1 7 1 1 6 7
233 199 2 2 2 2 6 15
234 199 1 2 2 2 6 16
235 199 1 2 3 3 6 7
236 199 2 2 1 1 6 6
237 199 1 1 2 2 6 16
238 199 1 7 5 5 6 3
239 199 3 2 2 2 6 6
240 199 1 2 2 2 6 7
241 199 1 1 3 3 6 16
242 199 3 2 4 4 6 7
243 199 2 2 2 2 6 6
244 199 1 2 2 2 6 18
245 199 1 7 4 4 6 15
246 199 1 2 2 2 6 7
247 199 2 1 3 3 6 6
248 199 3 2 2 2 6 6
249 199 2 1 2 2 6 15
250 199 3 2 2 2 6 6
251 199 1 1 1 1 6 16

Tabel Lanjutan

193
252 199 1 1 1 1 6 15
253 199 1 1 1 1 6 7
254 199 1 2 3 3 3 6
255 199 3 2 1 1 6 13
256 199 2 2 4 4 3 7
257 199 1 2 3 3 6 18
258 199 2 2 1 1 6 7
259 199 1 2 3 3 6 7
260 199 2 2 4 4 6 3
261 199 1 7 4 4 1 6
262 199 2 1 2 2 6 16
263 199 1 2 2 2 6 15
264 199 1 2 2 2 6 16
265 199 1 1 1 1 6 15
266 199 3 2 4 4 6 4
267 199 2 2 3 3 6 6
268 199 1 1 1 1 6 7
269 199 2 7 4 4 6 3
270 199 2 2 2 2 6 7
271 199 1 2 4 4 6 3
272 199 4 2 1 1 3 16
273 199 1 2 3 3 6 9
274 199 1 2 3 3 6 7

Tabel Lanjutan

194
275 199 1 2 2 2 6 7
276 199 1 2 3 3 6 6
277 199 2 2 2 2 6 7
278 199 3 2 2 2 6 18
279 199 1 7 3 3 6 6
280 199 1 1 2 2 6 15
281 199 1 1 1 1 6 16
282 199 1 2 4 4 6 7
283 199 1 1 1 1 6 14
284 199 1 1 1 1 6 7
285 199 1 1 2 2 6 12
286 199 1 1 1 1 6 15
287 199 1 2 1 1 6 16
288 199 2 1 3 3 6 15
289 199 1 2 4 4 6 4
290 199 1 1 1 1 6 16
291 199 1 2 2 2 6 7
292 199 2 2 2 2 6 12
293 199 1 1 2 2 6 7
294 199 1 2 3 3 6 3
295 199 2 2 3 3 6 15
296 199 1 2 2 2 6 12
297 199 1 2 1 1 6 17

Tabel Lanjutan

195
298 199 1 2 3 3 6 7
299 199 1 1 1 1 6 6
300 199 1 1 2 2 6 7
301 199 1 2 2 2 6 15
302 199 1 2 2 2 1 6
303 199 2 2 3 3 6 7
304 199 1 2 1 1 6 14
305 199 1 7 4 4 3 1
306 199 2 2 4 4 6 7
307 199 1 2 4 4 6 6
308 199 2 2 3 3 6 6
309 199 1 2 2 2 6 7
310 199 2 2 4 4 6 4
311 199 1 2 2 2 6 6
312 199 1 2 3 3 6 12
313 199 2 2 2 2 6 7
314 199 1 2 4 4 6 7
315 199 2 2 3 3 6 15
316 199 2 2 3 3 6 16
317 199 1 1 1 1 6 7
318 199 3 2 4 4 6 4
319 199 1 2 1 1 6 2
320 199 1 2 2 2 6 16

Tabel Lanjutan

196
321 199 2 2 4 4 6 12
322 199 2 1 3 3 6 12
323 199 1 2 3 3 6 4
324 199 2 2 2 2 6 12
325 199 3 1 4 4 6 7
326 199 1 1 3 3 1 15
327 199 1 5 4 4 6 7
328 199 2 2 5 5 3 4
329 199 1 2 2 2 6 16
330 199 1 2 3 3 6 14
331 199 1 1 2 2 6 15
332 199 1 7 4 4 6 3
333 199 1 2 2 2 6 16
334 199 2 1 1 1 6 15
335 199 1 1 1 1 6 18
336 199 1 2 3 3 1 15
337 199 1 1 2 2 6 15
338 199 1 2 1 1 6 16
339 199 2 2 2 2 6 7
340 199 1 2 2 2 6 16
341 199 2 1 1 1 6 15
342 199 2 2 3 3 3 15
343 199 1 1 2 2 6 15

Tabel Lanjutan

197
344 199 1 1 2 2 6 7
345 199 1 2 4 4 6 4
346 199 2 2 2 2 6 7
347 199 2 2 2 2 6 15
348 199 2 1 2 2 6 12
349 199 1 7 4 4 6 3
350 199 1 2 3 3 6 4
351 199 2 2 2 2 6 14
352 199 2 2 3 3 6 3
353 199 4 2 1 1 6 6
354 199 1 1 2 2 6 15
355 199 1 2 2 2 6 7
356 199 1 1 3 3 6 13
357 199 2 2 1 1 6 12
358 199 3 2 3 3 6 15
359 199 2 2 1 1 6 15
360 199 1 2 1 1 6 2
361 199 2 1 2 2 6 7
362 199 1 2 1 1 6 16
363 199 1 2 1 1 6 7
364 199 5 2 1 1 6 13
365 199 5 2 1 1 6 13
366 199 2 2 4 4 6 4

Tabel Lanjutan

198
367 199 1 7 4 4 6 6
368 199 1 1 3 3 6 15
369 199 1 1 1 1 6 16
370 199 1 2 3 3 1 18
371 199 1 1 1 1 6 13
372 40 1 1 2 2 1 18
373 40 1 2 2 3 1 6
374 40 1 2 2 3 1 6
375 40 1 1 1 3 1 12
376 40 1 1 1 2 1 12
377 40 1 7 1 4 1 3
378 40 1 2 2 3 1 6
379 40 1 1 1 3 1 6
380 40 1 2 1 2 1 18
381 40 1 7 2 2 1 5
382 40 1 2 1 3 1 6
383 40 1 1 1 2 1 13
384 40 1 1 1 3 1 13
385 40 1 1 2 2 1 12
386 40 1 2 2 3 1 4
387 40 1 1 2 2 1 17
388 40 1 1 1 2 1 6
389 40 1 2 1 2 1 13

Tabel Lanjutan

199
390 40 1 1 1 2 1 17
391 40 1 1 1 2 1 12
392 40 1 1 2 2 1 12
393 40 1 1 1 2 1 13
394 40 1 2 2 2 1 5
395 40 1 2 2 3 1 3
396 40 1 2 2 3 1 18
397 40 1 1 1 2 1 13
398 40 1 7 2 4 1 5
399 40 1 2 2 4 1 12
400 40 1 1 2 3 1 13
401 40 1 2 1 3 1 12
402 40 1 2 1 3 1 12
403 40 1 7 7 5 1 3
404 40 1 0 0 0 1 1
405 40 1 0 0 0 1 1
406 40 1 0 0 0 1 1
407 40 1 2 2 4 1 12
408 40 1 1 2 3 1 13
409 40 1 2 1 3 1 13
410 40 1 2 2 4 1 12
411 40 1 1 2 3 1 12
412 23 1 7 2 4 1 13

Tabel Lanjutan

200
413 23 1 1 2 3 1 13
414 23 1 1 1 2 1 7
415 23 1 2 2 2 1 7
416 23 1 1 1 4 1 15
417 23 1 1 1 4 1 2
418 23 1 1 1 2 1 15
419 23 1 1 2 0 1 13
420 23 1 2 2 2 1 7
421 23 1 1 1 2 1 7
422 23 1 2 2 2 1 16
423 23 1 2 1 2 1 7
424 23 1 2 1 2 1 16
425 23 1 2 1 2 1 7
426 23 1 2 1 2 1 7
427 23 1 2 2 3 1 16
428 23 1 2 2 2 1 12
429 23 1 7 2 2 1 18
430 23 1 1 1 2 1 2
431 23 1 1 2 2 1 15
432 23 1 2 1 2 1 7
433 23 1 1 1 3 1 16
434 23 1 3 2 1 1 7
435 31 1 2 1 3 1 12

Tabel Lanjutan

201
436 31 1 7 7 4 1 12
437 31 1 2 1 2 1 13
438 31 1 8 7 6 1 3
439 31 1 1 1 2 1 13
440 31 1 2 1 2 1 13
441 31 1 0 1 2 1 12
442 31 1 1 1 2 1 15
443 31 1 1 1 2 1 12
444 31 1 1 1 2 1 12
445 31 1 2 2 2 1 1
446 31 1 1 1 2 1 13
447 31 1 2 2 3 1 3
448 31 1 1 1 2 1 12
449 31 1 1 1 2 1 13
450 31 1 1 2 2 1 15
451 31 1 2 2 2 1 12
452 31 1 2 2 2 1 12
453 31 1 1 1 2 1 13
454 31 1 7 1 2 1 5
455 31 1 8 7 2 1 5
456 31 1 1 1 2 1 13
457 31 1 1 1 2 1 12
458 31 1 1 1 2 1 13

Tabel Lanjutan

202
459 31 1 1 1 2 1 13

203
460 31 1 2 2 3 1 12
461 31 1 1 1 2 1 15
462 31 1 2 1 3 1 3
463 31 1 1 1 3 1 7
464 31 1 2 2 2 1 13
465 31 1 2 2 3 1 2
466 44 1 2 1 3 1 7
467 44 1 7 1 5 1 3
468 44 1 2 2 2 1 7
469 44 1 1 1 2 1 7
470 44 1 2 2 3 1 7
471 44 1 7 2 4 1 7
472 44 1 2 2 3 1 7
473 44 1 2 1 3 1 12
474 44 1 1 1 2 1 7
475 44 1 2 1 3 1 7
476 44 3 1 2 2 3 7
477 44 1 1 1 3 1 7
478 44 1 1 1 2 1 7
479 44 3 2 2 3 3 15
480 44 3 1 1 2 3 13
481 44 3 1 1 3 3 7

Tabel Lanjutan
482 44 1 2 2 4 1 7

204
483 44 1 1 1 3 1 13
484 44 1 1 1 3 1 7
485 44 1 1 1 3 1 7
486 44 3 1 1 2 6 13
487 44 3 2 2 3 3 2
488 44 3 1 1 2 3 7
489 44 1 1 1 3 1 7
490 44 1 7 7 6 1 4
491 44 1 2 2 2 1 2
492 44 2 1 1 2 1 7
493 44 1 2 2 3 1 13
494 44 1 1 1 2 1 12
495 44 3 1 1 3 6 6
496 44 1 2 1 3 1 13
497 44 1 7 7 5 1 5
498 44 1 1 1 3 1 13
499 44 2 1 1 3 3 12
500 44 1 1 2 3 3 2
501 44 1 2 2 3 1 7
502 44 3 2 1 4 3 7
503 44 1 1 1 3 1 7

Tabel Lanjutan

205
505 44 4 8 7 5 5 7
506 44 2 2 7 5 3 4
507 44 2 1 1 2 1 7
508 44 2 2 1 2 1 7
509 44 1 2 2 3 1 7
510 101 1 7 7 5 1 3
511 101 1 1 1 3 1 15
512 101 1 2 1 3 3 7
513 101 1 2 2 2 1 15
514 101 1 1 1 2 1 13
515 101 1 1 1 4 1 7
516 101 1 2 1 2 1 7
517 101 1 2 1 2 1 12
518 101 2 1 1 1 3 13
519 101 2 2 2 5 3 4
520 101 1 1 1 2 1 13
521 101 1 1 1 2 1 13
522 101 1 2 1 5 1 4
523 101 1 2 2 2 1 12
524 101 1 1 1 3 1 7
525 101 1 2 1 1 1 7
526 101 1 7 7 4 1 7
527 101 0 1 1 4  1 3
528 101 1 7 1 1 1 7

206
529 101 1 1 1 5 1 7
530 101 2 1 1 3 6 13
531 101 1 2 1 2 1 7
532 101 1 1 1 3 1 12
533 101 1 2 2 5 1 13
534 101 1 2 1 4 1 3
535 101 2 2 2 2 3 13
536 101 1 1 1 3 1 7
537 101 1 1 2 2 1 7
538 101 1 2 1 2 1 7
539 101 1 1 1 3 1 12
540 101 1 1 1 2 1 7
541 101 1 2 7 4 1 3
542 101 1 2 2 4 1 3
543 101 2 1 1 2 3 7
544 101 1 8 4 4 1 5
545 101 2 7 2 4 3 3
546 101 2 2 2 3 3 7
547 101 1 7 1 5 1 7
548 101 2 2 1 3 3 12
549 101 1 2 1 3 1 13
550 101 1 2 2 5 1 4

207
Tabel Lanjutan

208
551 101 1 2 2 2 1 7
552 101 1 1 1 2 1 7
553 101 1 2 2 4 1 7
554 101 1 7 1 4 1 2
555 101 1 2 1 2 1 7
556 101 1 2 2 4 1 4
557 101 1 1 1 2 1 13
558 101 1 1 1 3 1 13
559 101 1 1 1 3 1 12
560 101 1 2 1 3 1 7
561 101 1 1 1 3 1 12
562 101 1 1 1 2 1 7
563 101 3 1 1 3 3 7
564 101 1 1 2 3 1 6
565 101 2 2 2 3 3 1
566 101 2 2 7 5 3 4
567 101 1 2 2 2 1 2
568 101 1 1 1 2 1 13
569 101 1 2 1 2 1 7
570 101 1 1 1 3 1 12
571 101 1 2 2 5 1 13
572 101 1 2 1 4 1 3
573 101 2 2 2 2 3 13

Tabel Lanjutan

209
574 101 1 1 1 3 1 7
575 101 1 1 2 2 1 7
576 101 1 2 1 2 1 7
577 101 1 1 1 3 1 12
578 101 1 1 1 2 1 7
579 101 1 2 7 4 1 3
580 101 1 2 2 4 1 3
581 101 2 1 1 2 3 7
582 101 1 8 4 4 1 5
583 101 2 7 2 4 3 3
584 101 2 2 2 3 3 7
585 101 1 7 1 5 1 7
586 101 2 2 1 3 3 12
587 101 1 2 1 3 1 13
588 101 1 2 2 5 1 4
589 101 1 2 2 2 1 7
590 101 1 1 1 2 1 7
591 101 1 2 2 4 1 7
592 101 1 7 1 4 1 2
593 101 1 2 1 2 1 7
594 101 1 2 2 4 1 4
595 101 1 1 1 2 1 13
596 101 1 1 1 3 1 13

Tabel Lanjutan

210
597 101 1 1 1 3 1 12
598 101 1 2 1 3 1 7
599 101 1 1 1 3 1 12
600 101 1 1 1 2 1 7
601 101 3 1 1 3 3 7
602 101 1 1 2 3 1 6
603 101 2 2 2 3 3 1
604 101 2 2 7 5 3 4
605 101 1 2 2 2 1 2
606 101 1 1 1 2 1 13
607 101 1 1 1 2 1 13
608 101 3 2 7 5 5 3
609 101 3 7 2 3 6 7
610 101 2 2 2 3 1 7
611 56 1 1 1 2 1 13
612 56 1 2 2 2 1 7
613 56 3 2 2 2 6 7
614 56 1 2 2 2 1 7
615 56 1 1 2 2 1 13
616 56 2 2 2 4 6 3
617 56 2 2 2 2 1 7
618 56 1 1 1 2 1 2
619 56 1 1 1 2 1 13

Tabel Lanjutan

211
620 56 1 1 1 2 1 13
621 56 2 2 7 4 1 4
622 56 1 2 1 2 1 7
623 56 1 7 4 4 1 7
624 56 1 1 2 3 1 7
625 56 2 1 1 2 6 13
626 56 1 1 1 2 1 7
627 56 1 1 1 2 1 7
628 56 1 1 1 2 1 7
629 56 1 1 1 2 1 13
630 56 3 1 2 2 6 7
631 56 1 1 1 2 1 7
632 56 2 7 2 4 1 5
633 56 1 1 1 2 1 7
634 56 1 2 1 2 1 3
635 56 2 2 1 2 6 7
636 56 1 1 1 2 1 13
637 56 1 1 1 2 1 13
638 56 1 2 1 2 1 7
639 56 1 5 1 2 1 7
640 56 2 2 2 2 6 7
641 56 2 7 5 4 3 7
642 56 2 7 7 4 5 7

Tabel Lanjutan

212
643 56 1 2 7 4 1 7
644 56 2 7 7 5 6 5
645 56 1 1 2 2 1 13
646 56 1 1 1 2 1 13
647 56 2 1 1 2 6 7
648 56 1 1 1 2 1 7
649 56 1 1 1 2 1 7
650 56 1 1 1 2 1 13
651 56 1 2 2 2 1 7
652 56 1 2 1 2 1 3
653 56 1 2 1 2 1 13
654 56 1 1 1 2 1 7
655 56 1 1 1 2 1 7
656 56 1 1 1 2 1 13
657 56 1 1 1 2 1 7
658 56 1 2 2 2 1 7
659 56 1 2 2 3 1 7
660 56 1 1 1 3 1 7
661 56 1 7 1 1 1 7
662 56 1 2 2 3 1 7
663 56 2 2 2 3 3 7
664 56 2 7 7 5 3 3
665 56 1 2 2 4 1 3

Tabel Lanjutan

213
666 56 1 2 2 4 1 3
667 55 2 2 2 3 2 7
668 55 1 1 1 3 1 1
669 55 1 2 1 3 1 7
670 55 2 1 1 3 2 7
671 55 1 1 2 3 1 7
672 55 1 2 1 3 1 7
673 55 1 2 2 3 1 7
674 55 1 2 2 3 1 13
675 55 1 2 2 3 1 7
676 55 1 1 1 3 1 12
677 55 1 1 1 3 1 7
678 55 1 2 2 4 1 6
679 55 1 2 2 3 1 7
680 55 2 2 2 3 1 4
681 55 1 1 1 3 1 1
682 55 2 2 2 3 3 7
683 55 1 1 1 3 1 13
684 55 1 1 1 3 1 7
685 55 2 8 7 3 2 3
686 55 1 2 2 3 1 7
687 55 1 2 1 4 1 1
688 55 1 1 1 3 1 1

Tabel Lanjutan

214
689 55 1 2 7 4 1 7
690 55 1 1 1 3 1 13
691 55 1 2 2 3 1 1
692 55 1 1 1 3 1 13
693 55 1 1 1 2 1 13
694 55 2 2 1 3 3 7
695 55 1 1 1 3 1 7
696 55 2 2 2 3 1 7
697 55 2 1 1 3 3 13
698 55 1 1 1 3 1 7
699 55 3 2 2 2 3 7
700 55 1 2 2 3 1 7
701 55 2 2 1 3 3 1
702 55 1 2 2 3 1 13
703 55 1 2 2 3 1 16
704 55 2 1 2 2 2 7
705 55 1 1 1 3 1 7
706 55 1 7 2 3 3 6
707 55 1 8 7 3 1 6
708 55 2 2 2 3 2 3
709 55 1 1 1 3 1 7
710 55 1 1 1 2 1 1
711 55 1 2 2 3 1 13

Tabel Lanjutan

215
712 55 1 1 2 3 1 7
713 55 1 1 1 3 1 12
714 55 1 1 1 3 1 13
715 55 1 1 1 3 1 7
716 55 2 2 1 3 1 7
717 55 1 2 1 3 1 13
718 55 1 2 7 6 1 4
719 55 2 2 8 5 1 4
720 55 2 7 7 3 3 3
721 55 5 2 2 3 2 4

Keterangan :
Variabel X1 : 1; < 1 km, 2; 1-3 km, 3; 3-5 km, 4; 5-10 km, 5; > 10 km
Variabel X2 : 0; tidak berpendidikan, 1; <SLTP, 2; SLTA, 3;D1, 4;D2, 5;D3, 6;D4, 7;S1, 8;S2
Variabel X3 : 0; tidak berpendidikan, 1; <SLTP, 2; SLTA, 3;D1, 4;D2, 5;D3, 6;D4, 7;S1, 8;S2
Variabel X4 : 1; <Rp.500.000, 2; Rp.500.001- Rp.1.000.000, 3; Rp.1.000.001- Rp.2.000.000, 4; Rp.2.000.001- Rp.3.000.000, 5; Rp.3.000.001- Rp.5.000.000, 6; >
Rp.5.000.000.
Variabel X5 : 1; jalan kaki, 2; sepeda, 3;sepeda motor, 4; mobil pribadi, 5; antar jemput, 6; angkutan umum, 7; lainnya
Variabel X6 : 01;tidak bekerja, 02;pensiunan/almarhum, 03;PNS (selain poi 5 & 10), 04;TNI/Polisi, 05;Guru/Dosen, 06;pegawai swasta, 07;pengusaha/wiraswasta,
08;pengacara/hakim, 09;seniman/pelukis/sejenis, 10;dokter/bidan/perawat, 11;pilot/pramugari, 12;pedagang, 13;petani/peternak, 14;nelayan,
15;buruh/tani/bangunan, 16;sopir/masinis/kondektur, 17;politikus, 18;lainnya

216
Lampiran 3. Data Jumlah Siswa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sekolah MTs Wilayah Pesisir
Kode Jumlah
Jarak Rumah Siswa Pendidikan Pendidikan Penghasilan Transportasi dari Rumah Jenis Pekerjaan Kepala
Siswa Siswa
ke Madrasah (X1) Ayah (X2) Ibu (X3) Orang Tua (X4) ke Madrasah (X5) Rumah Tangga (X6)
(Y)
1 154 2 2 2 2 6 15
2 154 2 2 1 2 6 14
3 154 2 2 1 2 6 14
4 154 2 2 1 2 6 15
5 154 2 2 1 2 6 15
6 154 2 2 1 2 6 14
7 154 1 5 2 2 6 7
8 154 2 2 1 2 6 15
9 154 2 7 2 2 1 3
10 154 2 2 1 2 6 15
11 154 2 2 1 2 6 15
12 154 1 2 1 2 6 14
13 154 2 2 1 2 6 15
14 154 2 2 1 2 6 15
15 154 1 2 1 2 6 15
16 154 2 2 1 2 6 15
17 154 2 7 5 2 6 3
18 154 2 2 1 2 6 14
19 154 1 2 1 2 6 14
20 154 2 2 1 2 1 15
21 154 2 2 1 2 6 15

217
Tabel Lanjutan
22 154 1 2 1 2 6 15
23 154 2 4 2 2 6 7
24 154 2 2 1 2 6 15
25 154 2 7 2 2 6 7
26 154 2 2 2 2 6 15
27 154 1 2 1 2 6 14
28 154 2 2 1 2 1 14
29 154 2 2 1 2 6 14
30 154 2 2 1 2 6 15
31 154 1 2 1 2 6 15
32 154 2 2 1 2 6 15
33 154 2 2 1 2 6 14
34 154 2 2 1 2 6 15
35 154 2 2 1 2 6 15
36 154 1 2 1 2 6 14
37 154 2 2 1 2 6 15
38 154 2 2 1 2 6 15
39 154 1 2 1 2 6 15
40 154 2 2 1 2 6 15
41 154 2 7 1 2 6 14
42 154 2 2 1 2 6 15
43 154 2 2 1 2 6 15
44 154 2 7 1 2 6 7

218
Tabel Lanjutan

219
45 154 2 7 7 5 6 3
46 154 1 2 1 2 6 15
47 154 2 2 1 2 6 15
48 154 2 2 1 2 6 15
49 154 2 2 1 2 6 14
50 154 1 2 1 2 6 15
51 154 2 2 1 2 6 15
52 154 2 2 1 2 6 15
53 154 2 2 1 2 6 14
54 154 1 2 1 2 6 15
55 154 2 2 2 2 6 15
56 154 2 2 1 2 6 15
57 154 2 2 1 2 6 15
58 154 2 1 1 2 6 14
59 154 2 2 1 2 6 14
60 154 2 2 1 2 6 15
61 154 2 1 1 2 6 15
62 154 2 2 1 2 6 7
63 154 2 2 2 2 6 15
64 154 2 2 1 2 6 7
65 154 2 2 1 2 6 15
66 154 2 2 1 2 6 15
67 154 1 2 1 2 6 15

Tabel Lanjutan

220
68 154 2 2 1 2 6 15
69 154 2 7 1 2 6 7
70 154 2 2 1 2 6 15
71 154 1 2 1 2 6 15
72 154 2 5 1 2 6 7
73 154 2 2 1 2 6 15
74 154 1 2 2 2 6 15
75 154 2 2 1 2 6 15
76 154 2 2 1 2 6 15
77 154 2 2 1 2 6 15
78 154 2 2 1 2 6 15
79 154 2 2 1 2 6 7
80 154 2 5 1 2 6 15
81 154 2 2 1 2 6 15
82 154 2 2 1 2 6 15
83 154 2 2 1 2 6 15
84 154 2 2 1 2 6 15
85 154 2 2 1 2 6 7
86 154 2 2 2 2 6 15
87 154 2 2 1 2 6 15
88 154 1 2 1 2 6 15
89 154 2 2 1 2 6 15
90 154 2 5 1 2 6 15

Tabel Lanjutan

221
91 154 2 2 1 2 6 15
92 154 2 2 1 2 6 15
93 154 1 2 1 2 6 7
94 154 2 2 2 2 6 15
95 154 2 5 1 2 6 15
96 154 2 2 1 2 6 7
97 154 2 2 1 2 6 15
98 154 2 2 1 2 6 15
99 154 1 7 2 2 1 15
100 154 2 2 2 2 6 7
101 154 2 2 1 2 6 15
102 154 2 2 2 2 1 15
103 154 2 2 1 2 6 15
104 154 2 2 1 2 1 7
105 154 1 2 1 2 6 15
106 154 2 2 1 2 6 15
107 154 2 7 2 2 6 15
108 154 2 2 1 2 6 7
109 154 2 5 1 2 6 15
110 154 2 2 1 2 6 15
111 154 1 2 1 2 6 15
112 154 2 2 2 2 6 14
113 154 2 2 1 2 6 14
114 154 2 2 1 2 6 14
115 154 2 2 1 2 6 15

Tabel Lanjutan
116 154 1 2 1 2 6 14

222
117 154 2 2 1 2 6 14
118 154 2 2 1 2 6 15
119 154 2 2 1 2 6 14
120 154 1 2 2 2 6 15
121 154 2 2 1 2 6 15
122 154 2 2 1 2 6 15
123 154 2 2 1 2 6 15
124 154 1 2 1 2 1 14
125 154 2 2 1 2 1 14
126 154 2 2 1 2 1 14
127 154 2 2 1 2 1 14
128 154 2 2 1 2 1 15
129 69 2 2 3 4 6 1
130 69 2 1 1 3 6 1
131 69 2 1 1 4 6 13
132 69 2 1 1 4 6 14
133 69 2 1 3 3 6 1
134 69 2 1 1 4 6 1
135 69 1 2 3 4 6 14
136 26 1 2 2 3 6 7
137 26 1 1 3 4 6 7
138 26 1 3 2 4 1 7
139 26 1 3 1 3 6 14
140 26 2 3 2 3 1 7
141 26 2 3 2 3 6 7
142 26 1 1 1 3 6 1

Tabel Lanjutan
143 26 2 3 3 3 6 7
144 26 2 7 3 2 6 7

223
145 26 2 7 3 4 6 4
146 26 2 2 2 3 6 14
147 26 1 3 3 2 6 7
148 26 2 3 7 3 6 7
149 26 2 3 3 3 6 14
150 26 2 2 1 2 6 7
151 26 2 3 3 3 6 7
152 26 1 3 7 3 6 7
153 26 2 3 1 3 6 13
154 26 2 1 1 3 6 1
155 26 2 2 2 3 6 13
156 26 1 2 2 2 6 13
157 26 2 3 2 3 1 7
158 26 2 1 3 2 1 1
159 26 2 2 2 3 6 7
160 26 2 1 1 3 1 13
161 26 2 3 3 3 6 7
162 23 1 2 1 3 6 7
163 23 2 3 3 3 1 7
164 23 2 3 3 4 6 14
165 23 2 3 3 4 6 14
166 23 2 2 2 4 1 13
167 23 2 3 1 3 6 13
168 23 2 7 3 4 6 7
169 23 2 3 1 3 1 7

Tabel Lanjutan
170 23 2 1 1 4 6 13
171 23 2 2 2 2 6 14

224
Keterangan :
Variabel X1 : 1; < 1 km, 2; 1-3 km, 3; 3-5 km, 4; 5-10 km, 5; > 10 km
Variabel X2 : 0; tidak berpendidikan, 1; <SLTP, 2; SLTA, 3;D1, 4;D2, 5;D3, 6;D4, 7;S1, 8;S2
Variabel X3 : 0; tidak berpendidikan, 1; <SLTP, 2; SLTA, 3;D1, 4;D2, 5;D3, 6;D4, 7;S1, 8;S2
Variabel X4 : 1; <Rp.500.000, 2; Rp.500.001- Rp.1.000.000, 3; Rp.1.000.001- Rp.2.000.000, 4; Rp.2.000.001- Rp.3.000.000, 5; Rp.3.000.001- Rp.5.000.000, 6; >
Rp.5.000.000.
Variabel X5 : 1; jalan kaki, 2; sepeda, 3;sepeda motor, 4; mobil pribadi, 5; antar jemput, 6; angkutan umum, 7; lainnya
Variabel X6 : 01;tidak bekerja, 02;pensiunan/almarhum, 03;PNS (selain poi 5 & 10), 04;TNI/Polisi, 05;Guru/Dosen, 06;pegawai swasta, 07;pengusaha/wiraswasta,
08;pengacara/hakim, 09;seniman/pelukis/sejenis, 10;dokter/bidan/perawat, 11;pilot/pramugari, 12;pedagang, 13;petani/peternak, 14;nelayan,
15;buruh/tani/bangunan, 16;sopir/masinis/kondektur, 17;politikus, 18;lainnya

225
Lampiran 4. Data Jumlah Siswa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sekolah MTs Wilayah Perbatasan
Transportasi dari
Kode Jumlah Jarak Rumah Siswa Pendidikan Pendidikan Ibu Penghasilan Orang Jenis Pekerjaan Kepala
Rumah ke Madrasah
Siswa Siswa (Y) ke Madrasah (X1) Ayah (X2) (X3) Tua (X4) Rumah Tangga (X6)
(X5)
1 45 2 2 2 3 1.0 3.0
2 45 2 2 1 3 4.0 13.0
3 45 2 2 2 2 7.0 7.0
4 45 2 2 2 3 6.0 18.0
5 45 2 1 1 2 6.0 13.0
6 45 2 2 1 3 7.0 7.0
7 45 2 1 1 3 6.0 13.0
8 45 2 1 1 3 7.0 7.0
9 45 2 1 1 2 6.0 13.0
10 45 2 1 2 2 7.0 7.0
11 45 2 2 1 3 6.0 13.0
12 45 2 2 1 3 6.0 13.0
13 45 2 2 2 4 3.0 3.0
14 45 2 1 1 2 7.0 7.0
15 45 2 2 1 1 6.0 13.0
16 45 2 1 1 3 6.0 13.0
17 45 2 2 2 3 7.0 7.0
18 45 2 2 2 3 7.0 7.0
19 45 2 1 1 3 7.0 7.0
20 45 2 1 1 3 6.0 13.0
21 45 2 2 1 3 7.0 7.0

226
Tabel Lanjutan
22 45 2 8 1 4 3.0 3.0
23 45 2 2 2 2 6.0 13.0
24 45 2 2 1 3 6.0 13.0
25 45 2 1 1 3 7.0 7.0
26 45 2 2 2 3 3.0 3.0
27 45 2 2 2 3 6.0 18.0
28 45 2 2 2 3 7.0 7.0
29 45 2 1 1 3 6.0 13.0
30 45 2 1 1 3 6.0 13.0
31 45 2 1 1 3 7.0 7.0
32 45 2 1 7 4 7.0 7.0
33 45 2 7 2 4 3.0 3.0
34 45 2 7 2 4 3.0 3.0
35 45 2 1 1 3 6.0 13.0
36 45 2 2 2 3 7.0 7.0
37 45 2 1 2 2 7.0 7.0
38 45 2 1 1 3 7.0 7.0
39 45 2 1 1 3 7.0 7.0
40 45 2 2 1 2 6.0 13.0
41 45 2 2 1 3 6.0 13.0
42 45 2 2 2 2 6.0 13.0
43 45 2 1 1 2 6.0 13.0
44 45 2 2 1 2 6.0 18.0

227
Tabel Lanjutan

228
45 45 2 1 1 3 7.0 7.0
46 42 2 2 1 3 6.0 13.0
47 42 2 2 1 3 6.0 13.0
48 42 2 1 1 3 7.0 7.0
49 42 2 1 1 2 6.0 13.0
50 42 2 2 1 3 4.0 3.0
51 42 2 1 1 2 7.0 7.0
52 42 2 1 1 3 7.0 7.0
53 42 2 2 1 3 7.0 7.0
54 42 2 1 1 2 7.0 7.0
55 42 2 2 1 2 7.0 7.0
56 42 2 1 1 3 6.0 16.0
57 42 2 1 1 3 4.0 13.0
58 42 2 1 1 2 6.0 13.0
59 42 2 2 2 3 4.0 15.0
60 42 2 2 1 2 6.0 15.0
61 42 2 2 2 3 4.0 3.0
62 42 2 2 2 3 7.0 7.0
63 42 2 1 1 3 6.0 13.0
64 42 2 2 1 3 4.0 3.0
65 42 2 2 2 2 6.0 13.0
66 42 2 2 2 2 4.0 13.0
67 42 2 1 1 3 7.0 7.0

Tabel Lanjutan

229
68 42 2 1 1 2 6.0 13.0
69 42 2 2 2 2 3.0 3.0
70 42 2 2 2 2 7.0 7.0
71 42 2 1 1 3 6.0 13.0
72 42 2 1 1 3 6.0 13.0
73 42 2 6 7 2 3.0 3.0
74 42 2 1 1 2 6.0 13.0
75 42 2 2 1 3 7.0 7.0
76 42 2 2 1 3 6.0 13.0
77 42 2 1 1 3 7.0 7.0
78 42 2 6 5 4 3.0 3.0
79 42 2 1 1 3 7.0 7.0
80 42 2 2 7 4 3.0 3.0
81 42 2 1 1 4 6.0 13.0
82 42 2 1 1 4 6.0 13.0
83 42 2 2 2 2 7.0 7.0
84 42 2 5 1 2 7.0 7.0
85 42 2 1 1 2 6.0 13.0
86 42 2 2 4 3 7.0 7.0
87 42 2 2 2 3 6.0 13.0
88 42 2 2 1 3 7.0 7.0
89 42 2 1 1 2 6.0 13.0
90 42 2 2 1 3 3.0 3.0

Tabel Lanjutan

230
91 42 2 2 1 3 6.0 13.0
92 42 2 2 2 3 4.0 16.0
93 42 2 2 1 3 6.0 13.0
94 42 2 2 1 3 6.0 6.0
95 42 2 2 2 3 5.0 13.0
96 42 2 2 1 3 7.0 7.0
97 42 2 1 1 2 7.0 7.0
98 42 2 1 1 2 5.0 13.0
99 42 2 1 1 2 6.0 16.0
100 42 2 1 1 2 7.0 13.0
101 42 2 2 1 2 7.0 7.0
102 42 2 2 5 4 7.0 7.0
103 42 2 1 1 2 7.0 7.0
104 42 2 2 2 3 7.0 7.0
105 42 2 2 2 3 6.0 16.0
106 42 2 2 1 2 7.0 7.0
107 42 2 1 2 2 7.0 7.0
108 42 2 7 1 4 5.0 5.0
109 42 2 1 2 2 5.0 15.0
110 42 2 1 1 2 6.0 13.0
111 42 2 2 1 3 7.0 7.0
112 42 2 2 1 3 7.0 7.0
113 42 2 7 7 5 5.0 5.0

Tabel Lanjutan

231
114 42 2 1 1 4 3.0 3.0
115 42 2 1 1 2 7.0 7.0
116 42 2 2 2 2 7.0 7.0
117 42 2 2 1 3 7.0 7.0
118 42 2 1 1 1 6.0 13.0
119 42 2 2 1 2 6.0 13.0
120 42 2 7 2 4 3.0 3.0
121 42 2 2 2 4 3.0 3.0
122 42 2 2 1 2 7.0 7.0
123 42 2 1 1 2 7.0 7.0
124 42 2 2 2 5 6.0 6.0
125 42 2 1 2 2 5.0 15.0
126 42 2 1 1 2 7.0 7.0
127 42 2 1 2 2 7.0 7.0
128 42 2 2 1 4 3.0 3.0
129 54 2 1 1 3 6.0 13.0
130 54 2 2 2 2 7.0 7.0
131 54 2 2 1 3 7.0 7.0
132 54 2 1 1 1 1.0 1.0
133 54 2 1 2 2 7.0 7.0
134 54 2 1 1 2 7.0 7.0
135 54 2 1 1 2 7.0 7.0
136 54 2 7 2 3 7.0 7.0

Tabel Lanjutan

232
137 54 2 2 2 4 3.0 3.0
138 54 2 2 2 3 7.0 7.0
139 54 2 2 5 4 7.0 7.0
140 54 2 0 0 0 1.0 1.0
141 54 2 1 1 2 3.0 13.0
142 54 2 1 1 2 4.0 14.0
143 54 2 2 1 2 7.0 7.0
144 54 2 2 1 3 6.0 13.0
145 54 2 1 1 2 7.0 7.0
146 54 2 2 2 4 3.0 3.0
147 54 2 1 2 2 7.0 7.0
148 54 2 1 1 2 6.0 16.0
149 54 2 1 1 2 7.0 7.0
150 54 2 1 1 2 7.0 7.0
151 54 2 2 1 3 6.0 13.0
152 54 2 1 1 4 4.0 13.0
153 54 2 1 1 2 3.0 13.0
154 54 2 2 2 1 7.0 7.0
155 54 2 2 2 3 7.0 7.0
156 54 2 2 1 3 7.0 7.0
157 54 2 2 2 3 7.0 7.0
158 54 2 2 1 2 7.0 7.0
159 54 2 2 2 4 3.0 3.0

Tabel Lanjutan

233
160 54 2 7 7 4 7.0 7.0
161 54 2 2 1 4 7.0 7.0
162 54 2 1 1 2 6.0 16.0
163 54 2 2 2 4 3.0 13.0
164 54 2 2 1 2 7.0 7.0
165 54 2 1 1 3 3.0 13.0
166 54 2 1 1 3 5.0 13.0
167 54 2 1 2 3 7.0 7.0
168 54 2 5 1 3 7.0 7.0
169 54 2 7 2 5 7.0 7.0
170 54 2 2 2 4 3.0 3.0
171 54 2 2 2 3 7.0 7.0
172 54 2 1 4 3 7.0 7.0
173 54 2 5 7 5 3.0 3.0
174 54 2 1 1 2 7.0 7.0
175 54 2 0 2 1 1.0 1.0
176 54 2 7 7 4 3.0 3.0
177 54 2 2 2 2 7.0 7.0
178 54 2 0 2 3 1.0 1.0
179 54 2 0 0 2 1.0 1.0
180 54 2 2 2 3 3.0 13.0
181 54 2 0 0 0 1.0 1.0
182 54 2 0 0 0 1.0 1.0

Tabel Lanjutan

234
183 51 2 0 2 2 1.0 1.0
184 51 2 0 2 2 1.0 1.0
185 51 2 1 1 2 3.0 13.0
186 51 2 0 0 2 5.0 13.0
187 51 4 1 2 2 6.0 13.0
188 51 2 2 1 4 7.0 15.0
189 51 2 2 1 2 5.0 15.0
190 51 2 2 5 2 7.0 7.0
191 51 2 2 2 2 7.0 7.0
192 51 2 2 2 2 7.0 7.0
193 51 2 1 1 2 7.0 7.0
194 51 2 1 2 2 7.0 7.0
195 51 2 1 1 2 7.0 7.0
196 51 2 2 2 2 7.0 7.0
197 51 2 1 1 2 7.0 7.0
198 51 2 0 0 2 7.0 7.0
199 51 2 1 2 2 7.0 7.0
200 51 2 2 2 2 6.0 6.0
201 51 2 1 7 2 7.0 7.0
202 51 2 2 0 2 7.0 7.0
203 51 2 0 1 2 7.0 7.0
204 51 2 1 0 2 6.0 13.0
205 51 2 2 1 2 7.0 7.0

Tabel Lanjutan

235
206 51 2 2 1 2 6.0 13.0
207 51 2 0 1 2 1.0 1.0
208 51 2 2 1 2 2.0 2.0
209 51 2 2 2 2 6.0 6.0
210 51 2 0 2 2 7.0 7.0
211 51 2 2 7 2 7.0 7.0
212 51 2 2 1 2 7.0 7.0
213 51 2 2 2 2 7.0 7.0
214 51 2 1 2 2 5.0 15.0
215 51 2 1 1 2 4.0 14.0
216 51 2 2 2 2 6.0 6.0
217 51 2 1 1 2 3.0 13.0
218 51 2 7 2 2 3.0 3.0
219 51 2 1 2 2 7.0 7.0
220 51 2 1 1 2 7.0 7.0
221 51 2 0 0 2 1.0 1.0
222 51 2 0 0 2 7.0 7.0
223 51 2 2 0 2 3.0 13.0
224 51 2 0 1 2 3.0 13.0
225 51 2 1 1 2 4.0 14.0
226 51 2 1 1 2 3.0 13.0
227 51 2 1 1 2 2.0 2.0
228 51 2 0 2 2 1.0 1.0

Tabel Lanjutan

236
229 51 2 2 2 2 7.0 7.0
230 51 2 2 7 2 2.0 2.0
231 51 2 2 2 2 6.0 6.0
232 51 2 1 2 2 7.0 7.0
233 51 2 2 0 2 7.0 7.0
234 21 1 7 2 5 3.0 3.0
235 21 1 2 2 3 7.0 7.0
236 21 1 2 1 4 7.0 7.0
237 21 1 1 1 1 5.0 15.0
238 21 1 1 1 2 4.0 14.0
239 21 1 2 7 6 4.0 4.0
240 21 1 1 2 3 7.0 7.0
241 21 1 1 1 1 3.0 13.0
242 21 1 7 7 5 7.0 7.0
243 21 1 2 7 4 7.0 7.0
244 21 1 2 1 5 4.0 4.0
245 21 1 2 7 6 4.0 4.0
246 21 1 8 7 6 5.0 5.0
247 21 1 2 2 2 7.0 7.0
248 21 1 2 2 3 7.0 7.0
249 21 1 1 1 2 7.0 7.0
250 21 1 2 2 3 7.0 7.0
251 21 1 1 1 2 7.0 7.0

Tabel Lanjutan

237
252 21 1 1 1 1 1.0 1.0
253 21 1 1 1 2 7.0 7.0
254 21 1 2 1 4 7.0 18.0
255 30 1 1 1 1 1.0 1.0
256 30 1 1 1 3 7.0 7.0
257 30 1 2 1 2 7.0 7.0
258 30 1 2 1 3 3.0 3.0
259 30 1 7 7 5 7.0 7.0
260 30 1 7 1 5 3.0 3.0
261 30 1 1 1 1 3.0 13.0
262 30 1 1 1 1 7.0 7.0
263 30 1 2 1 0 7.0 7.0
264 30 1 2 2 2 7.0 7.0
265 30 1 1 1 1 7.0 7.0
266 30 1 2 2 4 6.0 6.0
267 30 1 1 1 1 5.0 15.0
268 30 1 2 2 3 6.0 6.0
269 30 1 2 2 4 7.0 7.0
270 30 1 2 1 2 7.0 7.0
271 30 1 1 2 3 7.0 7.0
272 30 1 2 2 5 4.0 4.0
273 30 1 2 2 5 4.0 4.0
274 30 1 2 2 1 3.0 13.0

Tabel Lanjutan

238
275 30 1 2 1 3 7.0 7.0
276 30 1 2 2 4 7.0 7.0
277 30 1 2 2 4 7.0 7.0
278 30 1 2 2 4 7.0 7.0
279 30 1 2 7 5 2.0 2.0
280 30 1 1 1 1 1.0 1.0
281 30 1 2 1 1 7.0 7.0
282 30 1 2 1 1 3.0 13.0
283 30 1 7 2 5 3.0 3.0
284 30 1 2 2 4 7.0 7.0
Keterangan :
Variabel X1 : 1; < 1 km, 2; 1-3 km, 3; 3-5 km, 4; 5-10 km, 5; > 10 km
Variabel X2 : 0; tidak berpendidikan, 1; <SLTP, 2; SLTA, 3;D1, 4;D2, 5;D3, 6;D4, 7;S1, 8;S2
Variabel X3 : 0; tidak berpendidikan, 1; <SLTP, 2; SLTA, 3;D1, 4;D2, 5;D3, 6;D4, 7;S1, 8;S2
Variabel X4 : 1; <Rp.500.000, 2; Rp.500.001- Rp.1.000.000, 3; Rp.1.000.001- Rp.2.000.000, 4; Rp.2.000.001- Rp.3.000.000, 5; Rp.3.000.001- Rp.5.000.000,
6; > Rp.5.000.000.
Variabel X5 : 1; jalan kaki, 2; sepeda, 3;sepeda motor, 4; mobil pribadi, 5; antar jemput, 6; angkutan umum, 7; lainnya
Variabel X6 : 01;tidak bekerja, 02;pensiunan/almarhum, 03;PNS (selain poi 5 & 10), 04;TNI/Polisi, 05;Guru/Dosen, 06;pegawai swasta, 07;pengusaha/wiraswasta,
08;pengacara/hakim, 09;seniman/pelukis/sejenis, 10;dokter/bidan/perawat, 11;pilot/pramugari, 12;pedagang, 13;petani/peternak, 14;nelayan,
15;buruh/tani/bangunan, 16;sopir/masinis/kondektur, 17;politikus, 18;lainnya

239
236

Lampiran 5. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Terakhir (2010-2019)


Wilayah Perkotaan
Tahun MTsN 2 Kendari MTs Asy-Syafi’iyah Jumlah/2
2010 198 28 113
2011 230 32 131
2012 247 35 141
2013 270 38 154
2014 253 41 147
2015 155 57 106
2016 353 64 209
2017 299 56 177,5
2018 216 51 133,5
2019 218 56 137

Lampiran 6. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Terakhir (2010-2019)


Wilayah Pesisir
Tahun MTs DDI Bungkutoko MTs Indotec Jumlah/2
2010 34 15 24,5
2011 37 23 30
2012 36 19 27,5
2013 49 26 37,5
2014 35 34 34,5
2015 52 47 49,5
2016 34 54 44
2017 46 81 63,5
2018 48 38 43
2019 62 24 43

Lampiran 7. Jumlah Siswa dalam Sepuluh Tahun Terakhir (2010-2019)


Wilayah Perbatasan
Tahun MTs DDI Labibia MTs Al-Muhajirin Jumlah/2
2010 39 13 26
2011 37 15 26
2012 54 18 36
2013 43 22 32,5
2014 45 23 34
2015 43 37 40
2016 42 48 45
2017 56 21 38,5
2018 52 26 39
2019 55 31 43
237

Lampiran 8. Data Sekolah (MTs) Negeri dan Swasta di Kota Kendari Tahun 2020
No Nama Sekolah Status Alamat Kelurahan Kecamatan
1 MTsN 1 Kendari Negeri Jl.Orinunggu Bende Kadia
2 MTsN 2 Kendari Negeri Jl. Tekaka Kandai Kendari
3 MTs DDI Kendari Swasta Jl. Tekaka Kandai Kendari
4 MTs Ummushabri Swasta Jl. Ahmad Yani Bende Kadia
5 MTs Al-Fath Swasta Jl.Orinunggu Mokoau Kambu
6 MTs Peskil Swasta Jl. Kijang Poasia Kambu
7 MTs Madani Swasta Jl. Bunga Lahundape Kendari
Seroja Barat
8 MTs Swasta Jl. H. Lamuse Lepo-Lepo Baruga
Nurul Maghfirah
9 MTs Swasta Jl. Pasar Baruga Watubangga
Asy-Syafi’iyah Baruga
10 MTs Darul Batni Swasta Lrg. Kawat Lalolara Kambu
11 MTs DDI Swasta Jl. Imam Bonjol Labibia Mandonga
Labibia
12 MTs Al Wahdah Swasta Jl. Dangga Puuwatu Puuwatu
13 MTs Al- Swasta Jl. Perbatasan Baruga Watubangga
Muhajirin
14 MTs DDI 2 Swasta Jl.Balai Bungkutoko Abeli
Bungkutoko Kelurahan
15 MTs Indotec Swasta Jl.Dewi Sartika Matabubu Poasia
16 MTs Al Azkar Swasta Jl.Wuaeha Anggoeya Poasia
Baitul Qur’an Anggoeya
17 MTs Darul Swasta Jl.Budi Utomo Kadia Kadia
Mukhlisin No.38
Lampiran 9. Hasil Analisis Regresi di Madrasah Wilayah Perkotaan

Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.866a 0.749 0.747 33.30319 0.749 355.119 6 713 0.000 0.968

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah Siswa ke Madrasah , Transportasi dari Rumah ke Madrasah, Pendidikan Ayah,
Pendidikan Ibu, Rata-rata Penghasilan Orang Tua Per Bulan
b. Dependent Variable: Jumlah Siswa

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression
2363180.353 6 393863.392 355.119 0.000a

Residual
790790.224 713 1109.103

Total
3153970.578 719

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah Siswa ke
Madrasah , Transportasi dari Rumah ke Madrasah, Pendidikan Ayah, Pendidikan Ibu, Rata-rata
Penghasilan Orang Tua Per Bulan
b. Dependent Variable: Jumlah Siswa

238
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.866a 0.749 0.747 33.30319 0.749 355.119 6 713 0.000 0.968

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah Siswa ke Madrasah , Transportasi dari Rumah ke Madrasah, Pendidikan Ayah,
Pendidikan Ibu, Rata-rata Penghasilan Orang Tua Per Bulan

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant)
37.230 6.010 6.195 0.000

Jarak Rumah Siswa ke Madrasah


-8.663 1.892 -0.089 -4.578 0.000 0.127 -0.169 -0.086 0.929 1.076

Pendidikan Ayah
-0.507 0.869 -0.013 -0.584 0.559 0.025 -0.022 -0.011 0.664 1.506

Pendidikan Ibu
1.503 1.237 0.032 1.215 0.225 0.111 0.045 0.023 0.512 1.954

Rata-rata Penghasilan Orang Tua


1.401 1.598 0.023 0.877 0.381 -0.164 0.033 0.016 0.508 1.967
Per Bulan
Transportasi dari Rumah ke
24.337 0.573 0.880 42.465 0.000 0.860 0.847 0.796 0.820 1.220
Madrasah
Jenis Pekerjaan Kepala Rumah
0.527 0.307 0.035 1.720 0.086 0.129 0.064 0.032 0.831 1.204
Tangga

239
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.866a 0.749 0.747 33.30319 0.749 355.119 6 713 0.000 0.968

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah Siswa ke Madrasah , Transportasi dari Rumah ke Madrasah, Pendidikan Ayah,
Pendidikan Ibu, Rata-rata Penghasilan Orang Tua Per Bulan
a. Dependent Variable: Jumlah Siswa

Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions
Rata-rata Transportasi dari Jenis Pekerjaan
Condition Jarak Rumah Siswa Pendidikan Pendidikan Penghasilan Orang Rumah ke Kepala Rumah
Model Dimension Eigenvalue Index (Constant) ke Madrasah Ayah Ibu Tua Per Bulan Madrasah Tangga
1 1 5.722 1.000 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00
2 0.545 3.241 0.00 0.01 0.15 0.06 0.01 0.06 0.08
3 0.248 4.801 0.01 0.01 0.02 0.00 0.03 0.58 0.14
4 0.188 5.519 0.00 0.49 0.33 0.03 0.01 0.05 0.16
5 0.172 5.769 0.00 0.27 0.47 0.38 0.01 0.05 0.00
6 0.095 7.746 0.04 0.15 0.02 0.43 0.32 0.14 0.24
7 0.030 13.879 0.94 0.07 0.00 0.09 0.61 0.12 0.38

a. Dependent Variable: Jumlah Siswa

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

240
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.866a 0.749 0.747 33.30319 0.749 355.119 6 713 0.000 0.968

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah Siswa ke Madrasah , Transportasi dari Rumah ke Madrasah, Pendidikan Ayah,
Pendidikan Ibu, Rata-rata Penghasilan Orang Tua Per Bulan

Predicted Value 50.8915 191.8874 1.2566E2 57.33027 720

Residual -1.26536E2 1.38646E2 0.00000 33.16395 720

Std. Predicted Value -1.304 1.155 0.000 1.000 720

Std. Residual -3.800 4.163 0.000 0.996 720

a. Dependent Variable: Jumlah Siswa

Lampiran 10. Hasil Analisis Korelasi Bivarian di Madrasah Wilayah Perkotaan


CORRELATIONS
  /VARIABLES=Y X1 X2 X3 X4 X5 X6
  /PRINT=TWOTAIL NOSIG
  /STATISTICS DESCRIPTIVES XPROD
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
Rata-rata Transportasi dari Jenis Pekerjaan
Jarak Rumah ke Pendidikan Pendidkan Penghasilan Orang Rumah ke Kepala Rumah
Jumlah Siswa Madrasah Ayah Ibu Tua Madrasah Tangga

241
Jumlah Siswa Pearson Correlation 1 0.127** 0.025 0.111** -0.164** 0.860** 0.130**
Sig. (2-tailed) 0.001 0.496 0.003 0.000 0.000 0.000
Sum of Squares and
3154577.631 4144.010 2120.515 7450.534 -8546.058 98048.189 27473.524
Cross-products
Covariance 4381.358 5.756 2.945 10.348 -11.870 136.367 38.158
N 721 721 721 721 721 720 721
Jarak Rumah ke Pearson Correlation 0.127** 1 0.071 0.118** 0.016 0.244** -0.045
Madrasah Sig. (2-tailed) 0.001 0.058 0.001 0.669 0.000 0.225
Sum of Squares and
4144.010 335.101 60.938 81.426 8.535 285.572 -98.818
Cross-products
Covariance 5.756 0.465 0.085 0.113 0.012 0.397 -0.137
N 721 721 721 721 721 720 721
Pendidikan Ayah Pearson Correlation 0.025 0.071 1 0.538** 0.467** 0.031 -0.296**
Sig. (2-tailed) 0.496 0.058 0.000 0.000 0.407 0.000
Sum of Squares and
2120.515 60.938 2213.121 952.710 643.232 93.450 -1659.085
Cross-products
Covariance 2.945 0.085 3.074 1.323 0.893 0.130 -2.304
N 721 721 721 721 721 720 721
Pendidkan Ibu Pearson Correlation 0.111 **
0.118**
0.538**
1 0.602**
0.105 **
-0.273**
Sig. (2-tailed) 0.003 0.001 0.000 0.000 0.005 0.000
Sum of Squares and
7450.534 81.426 952.710 1416.133 662.731 254.567 -1224.578
Cross-products
Covariance 10.348 0.113 1.323 1.967 0.920 0.354 -1.701
N 721 721 721 721 721 720 721
Rata-rata Pearson Correlation -0.164 **
0.016 0.467**
0.602 **
1 -0.210 **
-0.382**
Penghasilan Orang Sig. (2-tailed)
0.000 0.669 0.000 0.000 0.000 0.000
Tua
Sum of Squares and -8546.058 8.535 643.232 662.731 856.502 -393.969 -1334.519
Cross-products

242
Covariance -11.870 0.012 0.893 0.920 1.190 -0.548 -1.853
N 721 721 721 721 721 720 721
Transportasi dari Pearson Correlation 0.860** 0.244** 0.031 0.105** -0.210** 1 0.117**
Rumah ke Sig. (2-tailed) 0.000 0.000 0.407 0.005 0.000 0.002
Madrasah
Sum of Squares and
98048.189 285.572 93.450 254.567 -393.969 4119.932 894.557
Cross-products
Covariance 136.367 0.397 0.130 0.354 -0.548 5.730 1.244
N 720 720 720 720 720 720 720
Jenis Pekerjaan Pearson Correlation 0.130** -0.045 -0.296** -0.273** -0.382** 0.117** 1
Kepala Rumah Sig. (2-tailed) 0.000 0.225 0.000 0.000 0.000 0.002
Tangga
Sum of Squares and
27473.524 -98.818 -1659.085 -1224.578 -1334.519 894.557 14234.669
Cross-products
Covariance 38.158 -0.137 -2.304 -1.701 -1.853 1.244 19.770
N 721 721 721 721 721 720 721
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Jumlah Siswa 125.62 66.192 721

Jarak Rumah ke Madrasah 1.34 .682 721

Pendidikan Ayah 2.15 1.753 721

Pendidkan Ibu 1.97 1.402 721

Rata-rata Penghasilan
2.55 1.091 721
Orang Tua

Transportasi dari Rumah ke


3.69 2.394 720
Madrasah

Jenis Pekerjaan Kepala 243


9.06 4.446 721
Rumah Tangga
244
243

Lampiran 11. Nilai b, Cross-Products, Regresi, dan Sumbangan Efektif


Total

Variabel b Cross- Regresi Sumbangan


Products Efektif Total
Jarak rumah siswa 8,663 4144,010 2363180,353 74,9
ke madrasah (X1)
Pendidikan Ayah 0,507 2120,515
(X2)
Pendidikan Ibu (X3) 1,503 7450,534
Rata-rata 1,401 -8546,058
Penghasilan Orang
Tua (X4)
Transportasi dari 24,337 98048,189
rumah ke madrasah
(X5)
Jenis pekerjaan 0,527 27473,524
kepala rumah tangga
(X6)

Tahap-tahap perhitungan untuk sumbangan masing-masing variabel :


SEx1- 6 = bi x crossproducts x r square
X 100
Σregression

X1 = 8,663 x 4144,010 x 74,9


X 100 = 1,14 %
2363180,353
X2 = 0,507 x 2120,515 x 74,9
X 100 = 0,05 %
2363180,353
X3 = 1,503 x 7450,534 x 74,9
X 100 = 0,36 %
2363180,353
X4 = 1,401 x 8546,058 x 74,9 X 100 = 0,38 %
2363180,353
X5 = 24,337 x 98048,189 x 74,9
X 100 = 57,7 %
2363180,353
X6 = 0,527 x 27473,524 x 74,9
X 100 = 0,46 %
2363180,353
Lampiran 12. Hasil Analisis Regresi di Madrasah Wilayah Pesisir
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the R Square
Model R R Square Square Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.784a 0.614 0.600 33.883 0.614 43.515 6 164 0.000 1.092

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah ke Madrasah, Trasnportasi dari Rumah ke Madrasah, Pendidikan Ayah, Rata-rata
Penghasilan Orang Tua per Bulan, Pendidikan Ibu
b. Dependent Variable: Jumlah Siswa

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression
299745.081 6 49957.514 43.515 0.000a

Residual
188281.878 164 1148.060

Total
488026.959 170

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah ke Madrasah,
Trasnportasi dari Rumah ke Madrasah, Pendidikan Ayah, Rata-rata Penghasilan Orang Tua per
Bulan, Pendidikan Ibu
b. Dependent Variable: Jumlah Siswa

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized T Sig. 95% Confidence Correlations Collinearity Statistics


Coefficients Coefficients Interval for B

244
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the R Square
Model R R Square Square Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.784a 0.614 0.600 33.883 0.614 43.515 6 164 0.000 1.092

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah ke Madrasah, Trasnportasi dari Rumah ke Madrasah, Pendidikan Ayah, Rata-rata
Penghasilan Orang Tua per Bulan, Pendidikan Ibu
Lower Upper
B Std. Error Beta Bound Bound Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant)
175.063 23.724 7.379 0.000 128.220 221.906

Jarak Rumah ke
6.108 6.604 0.045 0.925 0.356 -6.932 19.147 0.064 0.072 0.045 0.989 1.012
Madrasah
Pendidikan Ayah
4.299 2.006 0.115 2.143 0.034 0.338 8.260 -0.035 0.165 0.104 0.823 1.216

Pendidikan Ibu
-5.031 3.284 -0.096 -1.532 0.127 -11.515 1.453 -0.463 -0.119 -0.074 0.603 1.660

Rata-rata
Penghasilan Orang -50.048 5.051 -0.593 -9.908 0.000 -60.022 -40.075 -0.744 -0.612 -0.481 0.656 1.524
Tua per Bulan
Trasnportasi dari
Rumah ke 2.547 1.670 0.075 1.525 0.129 -0.750 5.843 0.157 0.118 0.074 0.975 1.025
Madrasah
Jenis Pekerjaan
Kepala Rumah 2.914 0.765 0.224 3.809 0.000 1.403 4.424 0.525 0.285 0.185 0.678 1.474
Tangga
a. Dependent Variable: Jumlah Siswa

Collinearity Diagnosticsa
Model Eigenvalue Variance Proportions

245
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the R Square
Model R R Square Square Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.784a 0.614 0.600 33.883 0.614 43.515 6 164 0.000 1.092

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah ke Madrasah, Trasnportasi dari Rumah ke Madrasah, Pendidikan Ayah, Rata-rata
Penghasilan Orang Tua per Bulan, Pendidikan Ibu
Rata-rata Trasnportasi dari Jenis Pekerjaan
Dimensi Condition Jarak Rumah Pendidikan Penghasilan Orang Rumah ke Kepala Rumah
on Index (Constant) ke Madrasah Ayah Pendidikan Ibu Tua per Bulan Madrasah Tangga
1 1 6.254 1.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2 0.374 4.090 0.00 0.00 0.07 0.26 0.00 0.01 0.05
3 0.182 5.865 0.00 0.00 0.81 0.20 0.02 0.00 0.00
4 0.074 9.221 0.00 0.11 0.00 0.33 0.21 0.14 0.19
5 0.066 9.754 0.00 0.01 0.00 0.11 0.00 0.72 0.32
6 0.042 12.210 0.00 0.61 0.06 0.10 0.37 0.01 0.09
7 0.010 25.616 1.00 0.27 0.06 0.00 0.39 0.11 0.36
a. Dependent Variable: Jumlah Siswa

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N


Predicted Value
-44.07 168.32 123.40 41.991 171

Residual
-118.792 198.066 0.000 33.280 171

Std. Predicted Value


-3.988 1.070 0.000 1.000 171

246
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the R Square
Model R R Square Square Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.784a 0.614 0.600 33.883 0.614 43.515 6 164 0.000 1.092

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah ke Madrasah, Trasnportasi dari Rumah ke Madrasah, Pendidikan Ayah, Rata-rata
Penghasilan Orang Tua per Bulan, Pendidikan Ibu
Std. Residual
-3.506 5.846 0.000 0.982 171

a. Dependent Variable: Jumlah Siswa

Lampiran 13. Hasil Analisis Korelasi Bivarian di Madrasah Wilayah Pesisir


CORRELATIONS
  /VARIABLES=Y X1 X2 X3 X4 X5 X6
  /PRINT=TWOTAIL NOSIG
  /STATISTICS DESCRIPTIVES XPROD /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
Jenis
Rata-rata Transportasi dari Pekerjaan
Jarak Rumah Siswa Pendidikan Pendidikan Penghasilan Orang Rumah ke Kepala Rumah
Jumlah Siswa ke Madrasah Ayah Ibu Tua Per Bulan Madrasah Tangga
Jumlah Siswa Pearson Correlation 1 0.064 -0.035 -0.463** -0.744** 0.157* 0.525**
Sig. (2-tailed) 0.407 0.648 0.000 0.000 0.040 0.000
Sum of Squares and
488026.959 230.123 -456.801 -4302.608 -4304.076 2257.778 19731.708
Cross-products
Covariance 2870.747 1.354 -2.687 -25.309 -25.318 13.281 116.069
N 171 171 171 171 171 171 171

247
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the R Square
Model R R Square Square Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.784a 0.614 0.600 33.883 0.614 43.515 6 164 0.000 1.092

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah ke Madrasah, Trasnportasi dari Rumah ke Madrasah, Pendidikan Ayah, Rata-rata
Penghasilan Orang Tua per Bulan, Pendidikan Ibu
Jarak Rumah Siswa Pearson Correlation 0.064 1 0.067 -0.046 -0.018 -0.031 -0.008
ke Madrasah Sig. (2-tailed) 0.407 0.387 0.548 0.815 0.683 0.921
Sum of Squares and
230.123 26.632 6.404 -3.175 -0.772 -3.333 -2.123
Cross-products
Covariance 1.354 0.157 0.038 -0.019 -0.005 -0.020 -0.012
N 171 171 171 171 171 171 171
Pendidikan Ayah Pearson Correlation -0.035 0.067 1 0.365 **
0.089 -0.046 -0.275**
Sig. (2-tailed) 0.648 0.387 0.000 0.249 0.546 0.000
Sum of Squares and
-456.801 6.404 346.749 90.240 13.655 -17.778 -275.865
Cross-products
Covariance -2.687 0.038 2.040 0.531 0.080 -0.105 -1.623
N 171 171 171 171 171 171 171
Pendidikan Ibu Pearson Correlation -0.463**
-0.046 0.365 **
1 0.505**
-0.035 -0.469**
Sig. (2-tailed) 0.000 0.548 0.000 0.000 0.653 0.000
Sum of Squares and
-4302.608 -3.175 90.240 176.678 55.585 -9.444 -335.058
Cross-products
Covariance -25.309 -0.019 0.531 1.039 0.327 -0.056 -1.971
N 171 171 171 171 171 171 171
Pearson Correlation -0.744** -0.018 0.089 0.505** 1 -0.091 -0.468**
Sig. (2-tailed) 0.000 0.815 0.249 0.000 0.234 0.000

248
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the R Square
Model R R Square Square Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.784a 0.614 0.600 33.883 0.614 43.515 6 164 0.000 1.092

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah ke Madrasah, Trasnportasi dari Rumah ke Madrasah, Pendidikan Ayah, Rata-rata
Penghasilan Orang Tua per Bulan, Pendidikan Ibu
Rata-rata Sum of Squares and
-4304.076 -0.772 13.655 55.585 68.573 -15.556 -208.257
Penghasilan Orang Cross-products
Tua Per Bulan Covariance -25.318 -0.005 0.080 0.327 0.403 -0.092 -1.225
N 171 171 171 171 171 171 171
Transportasi dari Pearson Correlation 0.157* -0.031 -0.046 -0.035 -0.091 1 0.141
Rumah ke Sig. (2-tailed) 0.040 0.683 0.546 0.653 0.234 0.066
Madrasah
Sum of Squares and
2257.778 -3.333 -17.778 -9.444 -15.556 422.222 155.556
Cross-products
Covariance 13.281 -0.020 -0.105 -0.056 -0.092 2.484 0.915
N 171 171 171 171 171 171 171
Jenis Pekerjaan Pearson Correlation 0.525 **
-0.008 -0.275 **
-0.469 **
-0.468 **
0.141 1
Kepala Rumah Sig. (2-tailed) 0.000 0.921 0.000 0.000 0.000 0.066
Tangga
Sum of Squares and
19731.708 -2.123 -275.865 -335.058 -208.257 155.556 2891.626
Cross-products
Covariance 116.069 -0.012 -1.623 -1.971 -1.225 0.915 17.010
N 171 171 171 171 171 171 171
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

249
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Jumlah Siswa 123.40 53.579 171

Jarak Rumah Siswa ke


1.81 0.396 171
Madrasah

Pendidikan Ayah 2.50 1.428 171

Pendidikan Ibu 1.48 1.019 171

Rata-rata Penghasilan
2.31 0.635 171
Orang Tua Per Bulan

Transportasi dari Rumah ke


5.44 1.576 171
Madrasah

Jenis Pekerjaan Kepala


12.27 4.124 171
Rumah Tangga

250
251
249

Lampiran 14. Nilai b, Cross-Products, Regresi, dan Sumbangan Efektif


Total
Variabel b Cross- Regresi Sumbangan
Products Efektif Total
Jarak rumah siswa 6,108 230,123 299745,081 61,4
ke madrasah (X1)
Pendidikan Ayah (X2) 4,299 -456,801
Pendidikan Ibu (X3) -5,031 -4302,608
Rata-rata -50,048 -4304,076
Penghasilan Orang
Tua (X4)
Transportasi dari 2,547 2257,778
rumah ke madrasah
(X5)
Jenis pekerjaan 2,914 19731,708
kepala rumah tangga
(X6)

Tahap-tahap perhitungan :
SEx1- 6 = bi x crossproducts x r square
X 100
Σregression

X1 = 6,108 x 230,123 x 61,4


X 100 = 0,28 %
299745,081
X2 = 4,299 x 456,801 x 61,4
X 100 = 0,40 %
299745,081
X3 = 5,031 x 4302,608 x 61,4
X 100 = 4,43 %
299745,081

X4 = 50,048 x 4304,076 x 61,4


X 100 = 44,1 %
299745,081
X5 = 2,547 x 2557,778 x 61,4
X 100 = 1,17 %
299745,081
X6 = 2,914 x 19731,708 x 61,4
X 100 = 11,7 %
299745,081

249
Lampiran 15. Hasil Analisis Regresi di Madrasah Wilayah Perbatasan
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.840a 0.705 0.699 5.179 0.705 110.501 6 277 0.000 0.569

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah Ke Madrasah, Rata-Rata Pendapatan Orang Tua Per Bulan, Transportasi Ke
Sekolah, Pendidikan Ibu, Pendidikan Ayah
b. Dependent Variable: Jumlah Siswa

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression
17779.873 6 2963.312 110.501 0.000a

Residual
7428.335 277 26.817

Total
25208.208 283

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah Ke Madrasah,
Rata-Rata Pendapatan Orang Tua Per Bulan, Transportasi Ke Sekolah, Pendidikan Ibu,
Pendidikan Ayah
b. Dependent Variable: Jumlah Siswa

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig. 95% Confidence Correlations Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients Interval for B

250
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.840a 0.705 0.699 5.179 0.705 110.501 6 277 0.000 0.569

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah Ke Madrasah, Rata-Rata Pendapatan Orang Tua Per Bulan, Transportasi Ke
Sekolah, Pendidikan Ibu, Pendidikan Ayah
Lower Upper Zero-
B Std. Error Beta Bound Bound order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant)
14.188 1.998 7.101 0.000 10.255 18.121

Jarak Rumah Ke
19.214 0.777 0.826 24.722 0.000 17.684 20.744 0.826 0.830 0.806 0.954 1.048
Madrasah
Pendidikan Ayah
-0.047 0.242 -0.008 -0.192 0.848 -0.523 0.430 -0.143 -0.012 -0.006 0.677 1.478

Pendidikan Ibu
0.020 0.239 0.003 0.083 0.934 -0.451 0.490 -0.127 0.005 0.003 0.723 1.383

Rata-Rata Pendapatan
-0.905 0.362 -0.100 -2.500 0.013 -1.618 -0.193 -0.225 -0.149 -0.082 0.667 1.499
Orang Tua Per Bulan
Transportasi Ke Sekolah
-0.262 0.173 -0.052 -1.512 0.132 -0.604 0.079 -0.049 -0.090 -0.049 0.915 1.093

Jenis Pekerjaan Kepala


-0.224 0.081 -0.099 -2.771 0.006 -0.383 -0.065 0.027 -0.164 -0.090 0.838 1.194
Rumah Tangga
a. Dependent Variable: Jumlah Siswa

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Variance Proportions


Index

251
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.840a 0.705 0.699 5.179 0.705 110.501 6 277 0.000 0.569

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah Ke Madrasah, Rata-Rata Pendapatan Orang Tua Per Bulan, Transportasi Ke
Sekolah, Pendidikan Ibu, Pendidikan Ayah
Rata-Rata Jenis Pekerjaan
Jarak Rumah Ke Pendidikan Pendidikan Pendapatan Orang Transportasi Ke Kepala Rumah
(Constant) Madrasah Ayah Ibu Tua Per Bulan Sekolah Tangga
1 1
5.895 1.000 0.00 0.00 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00

2
0.572 3.209 0.00 0.00 0.13 0.18 0.00 0.01 0.07

3
0.240 4.959 0.00 0.00 0.58 0.64 0.00 0.00 0.00

4
0.121 6.970 0.01 0.04 0.11 0.12 0.07 0.03 0.84

5
0.081 8.511 0.00 0.00 0.14 0.04 0.58 0.43 0.08

6
0.074 8.944 0.02 0.25 0.03 0.02 0.21 0.44 0.00

7
0.017 18.701 0.97 0.70 0.00 0.00 0.13 0.10 0.01

a. Dependent Variable: Jumlah Siswa

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

252
Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1
0.840a 0.705 0.699 5.179 0.705 110.501 6 277 0.000 0.569

a. Predictors: (Constant), Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga, Jarak Rumah Ke Madrasah, Rata-Rata Pendapatan Orang Tua Per Bulan, Transportasi Ke
Sekolah, Pendidikan Ibu, Pendidikan Ayah
Predicted Value
23.84 84.74 43.55 7.926 284

Residual
-33.739 9.602 0.000 5.123 284

Std. Predicted Value


-2.487 5.196 0.000 1.000 284

Std. Residual
-6.515 1.854 0.000 0.989 284

a. Dependent Variable: Jumlah Siswa

Lampiran 16. Hasil Analisis Korelasi Bivarian di Madrasah Wilayah Perbatasan


CORRELATIONS
  /VARIABLES=Y X1 X2 X3 X4 X5 X6
  /PRINT=TWOTAIL NOSIG
  /STATISTICS DESCRIPTIVES XPROD

253
 /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
Rata-rata Transportasi dari Jenis Pekerjaan
Jarak Rumah Pendidikan Penghasilan Orang Rumah ke Kepala Rumah
Jumlah Siswa ke Madrasah Ayah Pendidkan Ibu Tua Madrasah Tangga
Jumlah Siswa Pearson Correlation 1 0.826** -0.143* -0.127* -0.225** -0.049 0.027
Sig. (2-tailed) 0.000 0.016 0.032 0.000 0.409 0.656
Sum of Squares
25208.208 895.088 -590.440 -514.986 -626.271 -243.687 295.278
and Cross-products
Covariance 89.075 3.163 -2.086 -1.820 -2.213 -0.861 1.043
N 284 284 284 284 284 284 284
Jarak Rumah ke Pearson Correlation 0.826** 1 -0.134* -0.133* -0.168** 0.036 0.150*
Madrasah Sig. (2-tailed) 0.000 0.024 0.025 0.004 0.542 0.012
Sum of Squares
895.088 46.546 -23.729 -23.113 -20.081 7.743 71.525
and Cross-products
Covariance 3.163 0.164 -0.084 -0.082 -0.071 0.027 0.253
N 284 284 284 284 284 284 284
Pendidikan Ayah Pearson Correlation -0.143 *
-0.134 *
1 0.430 **
0.512 **
-0.057 -0.221**
Sig. (2-tailed) 0.016 0.024 0.000 0.000 0.334 0.000
Sum of Squares
-590.440 -23.729 677.644 285.563 233.405 -46.715 -403.623
and Cross-products
Covariance -2.086 -0.084 2.395 1.009 0.825 -0.165 -1.426
N 284 284 284 284 284 284 284
Pendidkan Ibu Pearson Correlation -0.127 *
-0.133 *
0.430 **
1 0.447 **
-0.047 -0.251**
Sig. (2-tailed) 0.032 0.025 0.000 0.000 0.429 0.000
Sum of Squares
-514.986 -23.113 285.563 649.662 199.507 -37.521 -447.676
and Cross-products
Covariance -1.820 -0.082 1.009 2.296 0.705 -0.133 -1.582
N 284 284 284 284 284 284 284
Pearson Correlation -0.225** -0.168** 0.512** 0.447** 1 -0.005 -0.157**

254
Rata-rata Sig. (2-tailed) 0.000 0.004 0.000 0.000 0.927 0.008
Penghasilan
Orang Tua Sum of Squares
-626.271 -20.081 233.405 199.507 306.489 -2.968 -192.736
and Cross-products
Covariance -2.213 -0.071 0.825 0.705 1.083 -0.010 -0.681
N 284 284 284 284 284 284 284
Transportasi dari Pearson Correlation -0.049 0.036 -0.057 -0.047 -0.005 1 0.288**
Rumah ke Sig. (2-tailed) 0.409 0.542 0.334 0.429 0.927 0.000
Madrasah
Sum of Squares
-243.687 7.743 -46.715 -37.521 -2.968 974.405 629.708
and Cross-products
Covariance -0.861 0.027 -0.165 -0.133 -0.010 3.443 2.225
N 284 284 284 284 284 284 284
Jenis Pekerjaan Pearson Correlation 0.027 0.150* -0.221** -0.251** -0.157** 0.288** 1
Kepala Rumah Sig. (2-tailed)
0.656 0.012 0.000 0.000 0.008 0.000
Tangga
Sum of Squares
295.278 71.525 -403.623 -447.676 -192.736 629.708 4903.898
and Cross-products
Covariance 1.043 0.253 -1.426 -1.582 -0.681 2.225 17.328
N 284 284 284 284 284 284 284

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

255
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Jumlah Siswa 43.55 9.438 284

Jarak Rumah ke Madrasah 1.83 0.406 284

Pendidikan Ayah 1.86 1.547 284

Pendidkan Ibu 1.73 1.515 284

Rata-rata Penghasilan
2.65 1.041 284
Orang Tua

Transportasi dari Rumah ke


5.55 1.856 284
Madrasah

Jenis Pekerjaan Kepala


8.21 4.163 284
Rumah Tangga

256
255

Lampiran 17. Nilai b, Cross-Products, Regresi, dan Sumbangan Efektif


Total

Variabel B Cross- Regresi Sumbangan


Products Efektif Total
Jarak rumah siswa ke 19,214 895,088 17779,873 70,5
madrasah (X1)
Pendidikan Ayah (X2) -0,047 590,440
Pendidikan Ibu (X3) 0,020 514,986
Rata-rata -0,905 626,271
Penghasilan Orang
Tua (X4)
Transportasi dari -0,262 243,687
rumah ke madrasah
(X5)
Jenis pekerjaan -0,224 295,278
kepala rumah tangga
(X6)

Tahap-tahap perhitungan :
SEx1- 6 = bi x crossproducts x r square
X 100
Σregression

X1 = 19,214 x 895,088 x 70,5


X 100 = 68,1 %
17779,873
X2 = 0,047 x 590,440 x 70,5
X 100 = 0,11 %
17779,873
X3 = 0,020 x 514,986 x 70,5
X 100 = 0,04 %
17779,873

X4 = 0,905 x 626,271 x 70,5


X 100 = 2,24 %
17779,873
X5 = 0,262 x 243,687 x 70,5
X 100 = 0,25 %
17779,873
X6 = 0,224 x 295,278 x 70,5
X 100 = 0,26 %
17779,873
256

256
257

257
258

DOKUMENTASI
LOKASI PENELITIAN SEKOLAH MTS KOTA KENDARI
Foto 1. Sekolah MTs di Wilayah Perkotaan
259

Foto 2. Sekolah MTs di Wilayah Pesisir


260

Foto 3. Sekolah MTs di Wilayah Perbatasan

Anda mungkin juga menyukai