Anda di halaman 1dari 56

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)


Tahun Akademik 2019/2020

BAB IV

ANALISIS HIDROLIS BENDUNG

4.1. Tinjauan Umum


Analisis hidrolis bendung bertujuan untuk merancang bangunan utama bendung
yang meliputi tubuh bendung dan bangunan pelengkap yang sesuai dengan tujuan bendung.
Adapun bangunan – bangunan yang direncanakan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Sketsa Bangunan Utama Bendung

Keterangan:
a =Bendung
b1 = Pintu Pembilas Kantong Lumpur
b2 = Bangunan Pengambilan (Intake)
c = Saluran Kantong Lumpur
d1 = Bangunan Pembilas Bendung
d2 = Bangunan Pengambilan Saluran Primer (Pintu Sorong)
e = Saluran Primer
f = Saluran Pembilas

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 82


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Adapun analisis hidrolis yang dilakukan, meliputi:


1. Analisis Hidrolis Sungai
2. Analisis Hidrolis Bangunan Pelengkap, yang meliputi perencanaan:
- Perencanaan Saluran Primer
- Bangunan Pengambilan Saluran Primer
- Saluran Kantong Lumpur
- Bangunan Pembilas Kantong Lumpur
- Bangunan Pengambilan (Intake)
- Bangunan Pembilas Pada Bendung
3. Analisis Hidrolis Bendung, yang meliputi perencanaan:
- Tinggi Mercu Bendung
- Lebar Efektif Bendung
- Tinggi Air di Hilir Bendung
- Tingga Muka Air Banjir di Atas Mercu
- Perhitungan Dimensi Mercu
- Perencanaan Kolam Olak
- Penentuan Panjang Lantai Muka
- Tebal Lantai Kolam Olak
- Tinjauan Terhadap Gerusan
- Tinjauan Terhadap Backwater

4.2. Analisis Hidrolis Sungai


Adapun data teknis yang diperlukan untuk mendesain bendung dan bangunan
pelengkap secara umum adalah sebagai berikut :
Lokasi rencana BM.1 Bendung, ditetapkan dari peta situasi berada pada kordinat:
X = +460354.783
Y = +9169522.915

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 83


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Titik BM (Bench Mark) bendung digunakan sebagai titik acuan perencanaan bendung
dan bangunan pelengkapnya. Titik tersebut dinamakan titik Patok A.64, untuk perencanaan
bendung diperlukan potongan melintang titik Patok A.64 tersebut. Potongan melintang titik
Patok A.64 dapat dilihat pada Gambar 4.2.

MAB +94,5
98,1

98,0

90,8

92,5

94,5

94,8
94

95
elevasi

jarak 6,30 1,90 5,20 9,78 7,30 5,6 0,90

Dari Gambar 4.2 dapat ditentukan data sebagai berikut :


− Elevasi dasar sungai pada bendung (rata-rata) = + 95 m
− Lebar muka air sungai saat banjir = 95,75 m
− Lebar dasar sungai = 94,8 m
Maka analisis hidrolis untuk perencanaan struktur bendung sebagai berikut :
− Kemiringan sungai rata-rata = 0,0346
− Debit banjir rencana Q50 = 306,956 m3/dt

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 84


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.3. Analisis Hidrolis Bangunan Pelengkap


4.3.1. Perencanaan Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang terhubung langsung dengan intake bendung
dan memanjang sampai bangunan bagi yang merupakan pertemuan antara saluran
primer dengan saluran sekunder. Saluran primer dilengkapi dengan pintu yang
berfungsi unuk mengukur dan megatur debit yang masuk ke saluran primer. Pintu
tersebut juga berfungsi untuk mencegah air yang mengandung sedimen masuk ke
saluran primer disaat proses pembilasan.

Pada laporan ini, daerah irigasi terletak di sisi kiri dan kanan bendung, sehingga
terdapat dua buah intake, dua buah saluran kantong lumpur, dua buah saluran
pembilas, dan dua buah saluran primer. Data yang diperlukan dalam perencanaan
saluran primer adalah sebagai berikut:

4.3.1.1. Kebutuhan Air Irigasi dan Luas Daerah Irigasi yang Dialiri
- Kebutuhan air saluran primer (Tabel 3.41.) = 4,527 lt/dt/ha
- Luas daerah irigasi total yang dialiri = 265,865 ha
- Debit saluran primer (Qp) = 4,527 × 265,865
= 1203,570 lt/dt
= 1,203 m3/dt
4.3.1.2. Muka Air Rencana
- Elevasi sawah tertinggi = +34,00
- Tinggi genangan air di sawah = +0,100
- Kehilangan energi saluran tersier (diambil) = +0,100
- Kehilangan energi di saluran sekunder (diambil) = +0,100
- Kehilangan energi di saluran primer (diambil) = +0,100
- Kehilangan energi di intake (diambil) = +0,100
- Kehilangan energi pada bangunan (diambil) = +0,100

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 85


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

- Kehilangan energi pada kantong lumpur (diambil) = +0,100


- Kehilangan energi akibat pintu pembilas (diambil) = +0,100 +
- Elevasi muka air di hilir saluran primer = +98,8 m
Debit yang direncanakan akan melewati saluran primer sebesar 1,203 m3/dt.
Tabel 4.1. Besar Tinggi Jagaan Menurut KP-03

Sesuai dengan KP – 03 Saluran 2012, dengan debit 1,0 – 1,50 m3/dt,


diperoleh:
Kemiringan saluran (m) = 1,0
Perbandingan lebar – tinggi (b/h) = 1,5 – 1,8
Tinggi jagaan (W) = 0,5 m
Elv. tanggul di hilir sal. primer = (+98,8 m) + 0,5 m
= + 99,3 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 86


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.3.1.3. Desain Saluran Primer


Data yang digunakan untuk mendesai saluran primer, antara lain:
- Debit primer (Qpr) = 1,203 m3/dt
- Panjang saluran (Lpr) = 298,730 m (dari AutoCad)
- Kemiringan saluran (m) = 1 : 1 (1,0)
- Perbandingan b/h = 1,8
- Sehingga, lebar saluran (bpr) = 1,8 h

Direncanakan saluran primer menggunakan bahan konstruksi beton


seluruhnya, dari tabel KP – 03 Saluran, 2013

Tabel 4.2. Harga-Harga Kecepatan Maksimum dan K (Strickler)

Koefisien Strickler (ks) = 70


Kecepatan rencana saluran (VR) Menurut KP-03 Saluran, 2013, minimum
kecepatan aliran ditetapkan VR > 0,6 m/dt agar pasir atau lumpur tidak
mengendap disepanjang saluran, sedangkan untuk saluran dengan bahan
konstruksi pasangan batu ditetapkan kecepatan rencana maksimum = 2
m/dt, sehingga dicoba kecepatan rencana (VR) = 0,9 m/dt
Luas penampang basah (Apr) = (b + mh) × h
= (1,8 h + h) × h
= 2,8 h2
Debit saluran primer (Qpr) = VR × A
1,203 = 0,9 × 2,8h2
Tinggi muka air sal. primer (hpr) = 0,69 m ≈ 0,7 m
Lebar saluran primer (bpr) = 1,8 h
= 1,8 × 0,7
= 1,26 m ≈ 1,3 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 87


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Menurut KP-03 Saluran, 2013, kecepatan rencana harus didesain sedimikian


rupa sehingga untuk aliran yang stabil bilangan Froude harus kurang dari
0,55 untuk aliran sub kritis atau lebih dari 1,40 untuk aliran superkritis.

Bilangan Froude untuk saluran ditentukan sebagai berikut:


m + n −1
Fr = v ( g h ) 2
2m + n
Dimana:
Fr = bilangan Froude
v = kecepatan aliran, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2
h = tinggi muka air, m
m = kemiringan talut saluran, 1 vertikal : m horizontal
n = perbandingan lebar dasar/kedalaman air

m + n −1
Fr = v ( g h ) 2
2m + n
1,0 + 1,8 −1
= 0,9 x ( 9,81 0,5 ) 2
2 x 1,0 + 1,8
= 0,47 < 0,55
Maka kecepatan rencana (VR) = 0,9 m/dt, memenuhi untuk digunakan dalam
perencanaan.
Luas penampang basah (Apr) = 2,8 h2
= 2,80 × 0,7 2
= 1,372 m2
Keliling basah (Ppr) = b + 2h √m2 + 1
= 1,3 + (2 × 0,7) × √12 + 1
= 3,279 m
A 1,327
Jari – jari hidrolis (Rpr) =P = 3,279

= 0,405 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 88


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Perhitungan kemiringan saluran (I) menggunakan rumus Strickler


Qpr = ks × R2/3 × I1/2 × Apr
1,203 = 70 × 0,405 2/3 × I1/2 × 1,372
Ipr = 0,000523

Untuk menentukan kemiringan dasar saluran perlu dengan


membandingan kemiringan dasar saluran di lapangan, dengan mengambil
elevasi pada hulu saluran primer dan elevasi pada hilir saluran primer
dengan panjang saluran sebesar 198,730 m, sehingga diperoleh:
∆h 98,8−95
Ilapangan = = = 0,002678 > Ipr (0,000523)
L 298,730

Maka dari itu dapat digunakan kemiringan dasar saluran menggunakan I


situasi lapangan ( Ilapangan ) = 0,002678

- Elevasi muka air di hulu saluran primer


= Elevasi muka air di hilir saluran primer + (ISaluran × Lpr)
= +98,8 + (0,002678 × 298,730)
= +99,59 m
Elevasi dasar saluran di hulu saluran primer
= elevasi muka air di hulu saluran primer – tinggi muka air (hpr)
= +99,59 – 0,7
= +98,89 m
Elevasi tanggul di hulu saluran primer
= elevasi muka air di hulu saluran primer + tinggi jagaan
= +99,59 + 0,5
= +100,09 m
Elevasi dasar saluran di hilir saluran primer
= elevasi dasar saluran di hulu saluran primer – (ISaluran × LSaluran)
= +98,89 – (0,002678 × 298,730)
= +98,09 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 89


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Gambar 4.3. Potongan Memanjang Saluran Primer

Gambar 4.4. Potongan Melintang Saluran Primer

4.3.2. Alat Pengukur Debit


Alat ukur yang digunakan pada perencanaan Bendung Gede adalah alat ukur
ambang lebar. Perencanaan berdasarrkan KP – 04, 2010. Alat ukur ambang lebar
adalah bangunan aliran atas (overflow), untuk ini tinggi energi hulu lebih kecil dari
panjang mercu. Bangunan ukur ambang lebar dianjurkan karena bangunan ini kokoh
dan mudah dibuat.

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 90


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.3.2.1. Perencanaan Hidrolis


Persamaan debit yang digunakan:
Q = Cd × Cv × 2/3 × (2/3 g)1/2 × bc × h11,5
Dimana:
Cd = koefisien debit
= 0,93 + (0,10 H1/L), untuk 0,1 < H1/L < 1,0
h1 = kedalaman air di hulu terhadap ambang (m)
L = panjang mercu (m)
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi
bc = lebar mercu
Alat ukur direncanakan ditempatkan di saluran primer pada jarak (Lk) = 20
m dari pintu pengambilan primer.
Direncanakan:
Panjang ambang (Lc) = 1,5 m
Lebar ambang (bc) = 1,5 m
- Diasumsikan:
Menurut KP – 04, H1/L = 1,0
Cd = 0,93 + (0,1 H1/L) = 0,93 + 0,1 = 1,03
Cv = 1,053
- Perhitungan:
QMax = Qpr = 1,203 m3/dt
QMin = 10% × Qmax = 10% × 1,203 = 0,1203 m3/dt
ɣ = QMax / QMin = 1,203/ 0,1203 = 10

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 91


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Berdasarkan KP – 04, ɣ = 10 < 35, maka digunakan alat ukur dengan


bagian pengontrol segi empat.
1. Nilai h1Max (asumsi)
QMax = Cd × Cv × 2/3 × (2/3 g)1/2 × bc × h1Max1,5
1,203 = 1,03 × 1,053 × 2/3 × (2/3 × 9,81)1/2 × 1,5 × h1Max1,5
h1Max = 0,573 m
2. Nilai h1Min (asumsi)
QMin = Cd × Cv × 2/3 × (2/3 g)1/2 × bc × h1Min1,5
0,1203 = 1,03 × 1,053 × 2/3 × (2/3 × 9,81)1/2 × 1,5 × h1Min1,5
h1Min = 0,123 m
Setelah mendapat ketinggian muka air terhadap ambang (h1), Cv yang
diasumsikan dapat dikoreksi menggunakan grafik fungsi Cd A’/Apr sesuai
Gambar 4.5.
Cd = 1,053
Luas Ambang Lebar (A’) = bc × h1Max = 1,5 × 0,581 = 0,859 m2
Luas Saluran Primer (Apr) = 1,372 m2
Cd × (A’/Apr) = 1,03 × (0,859 /1,372) = 0,65

Gambar 4.5. Nilai Cv Terkoreksi (KP – 04, 2010)

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 92


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Dari grafik, diperoleh nilai Cv = 1,053, hasilnya sama dengan asumsi


sehingga dimensi ambang lebar dapat digunakan.

Bangunan ambang lebar yang telah selesai di dimensi, perlu diperiksa


apakah memerlukan kolam olak atau tidak.. Perhitungannya sebagai
berikut:

Kecepatan di hulu (V1) = Qpr / Apr

= 1,203 / 1,372

= 0,877 m/dt

V1 2 0,877 2
Tinggi kecepatan di hulu = = = 0,039 m
2g 2×9,81

Tinggi energi di hulu dari atas mercu ambang rencana (H1)

V1 2
H1 = + tinggi MA saluran primer (hpr)
2g

= 0,039 + 0,7

= 0,739 m

Tinggi energi di hilir dari atas mercu ambang rencana (H2)

H2 = h1Max = 0,573 m

Perubahan tinggi energi pada bangunan (ΔH)

ΔH = H1 – H2 = 0,739 – 0,573 = 0,166 m

Tinggi energi di hilir pada kolam olak (Hd)

Hd = 1,67 H1 = 1,67 × 0,739 = 1,234 m

Δz = (ΔH + Hd) – H1

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 93


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

= (0,166+ 1,234) – 0,739

= 0,661 m

Vu = √2g. ∆z = √2 × 9,81 × 0,661 = 3,601 m/dt

Dengan lebar mercu (bc) = 1,5 m, maka:

q = Qpr / bc = 1,203 / 1,5 = 0,802 m3/dt/m

yu = q / Vu = 0,802 / 3,601 = 0,223 m

vu 3,601
Fru = = = 2,435
√ yu x g √0,223×9,81

Diperoleh bilangan 2< Fr < 4,5 sehingga dibutuhkan kolam olak.

4.3.2.2. Kesimpulan Desain


Panjang ambang alat ukur (Lc) = 1,5 m
Lebar ambang alat ukur (bc) = 1,5 m
Tinggi muka air saat QMax = Qpr (h1Max) = 0,581 m
Elevasi muka air di ambang = elevasi MA hulu sal. primer + ΔH

= +99,59 + 0,158

= +99,748 m

Elevasi ambang alat ukur = elevasi MA di ambang – h1Max

= +99,748 – 0,573

= +99,175 m

Tinggi ambang alat ukur = hpr – h1Max

= 0,7 – 0,573

= 0,127 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 94


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Elevasi dasar ambang = elevasi ambang – tinggi ambang

= + 99,175– 0,127

= +99,048 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 95


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Gambar 4.6. Gambar Potongan Memanjang Ambang Lebar

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 82


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.3.3. Bangunan Pengambilan Saluran Primer


Qpr = 1,203 m3/dt
Qpr = μ × As × √(2gz)
μ = koefisien debit = 0,8
z = kehilangan energi pada bukaan pintu = 0,1 – 0,3 (diambil = 0,3)
Perhitungan :
1,203 = 0,8 × As × √(2 × 9,81 × 0,3)
As = 0,619 m2
a/b = 0,8 – 1,0 diambil a = 1 b
0,8b2 = 0,619
b = 0,786 m ≈ 0,8m
a = 1 × 0,786 = 0,786 m ≈ 0,8m
Digunakan 1 buah pintu dengan lebar (bp) = 0,6 m dan tinggi bukaan pintu (a) = 0,8
m. Selanjutnya kontrol debit yang keluar dari pintu:
Q = 1× 0,8 × 0,8 × √2 x 9,81 x0,3
= 1,552 m3/dt > 1,203 m3/dt (OK)
Total lebar bangunan pintu pengambilan saluran primer (LT)
LT = jumlah pintu × lebar pintu = 1 × 0,8 = 0,8 m

Gambar 4.7. Potongan Memanjang Bangunan Pengambilan Saluran


Primer

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 82


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.3.4. Perencanaan Kantong Lumpur


Kantong lumpur merupakan pembesaran potongan melintang saluran dengan
panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi kesempatan untuk
sedimen mengendap sehingga tidak masuk ke areal irigasi.
4.3.4.1. Desain Kantong Lumpur Saat Eksploitasi Normal (Sedimen Penuh)
Dalam perencanaan kantong lumpur data yang digunakan antara lain:
Qn = Qpr = 1,203 m3/dt
b = bpr = 1,3 m
Vn = kecepatan rata – rata selama eksploitasi normal = 0,4 m/dt
Menurut KP – 02 Irigasi, kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,3 m/dt
agar vegetasi tidak tumbuh. 0,4 > 0,3 (OK).
Direncanakan saluran kantong lumpur dengan kemiringan (m) = 1,0 dan
seluruhnya dari beton dengan koefisien Strickler (ks) = 70.
Luas Penampang Basah (An) = Qn / Vn
= 1,203/ 0,4
= 2,0075 m2
2,0075 = (b + m hn) × hn
2,0075 = (1,3+ hn) × hn
Tinggi MA di kantong lumpur (hn) = 0,934 m
Keliling basah (Pn) = b + (2 × hn × √m2 + 1)
= 1,3 + (2 × 0,934 x √12 + 1 )
= 3,942 m
Jari – jari hidrolis (Rn) = An / Pn
= 2,0075 / 3,942
= 0,512 m
2
 Vn 
Kemiringan energi normal (In) =  2/3

 ( Rn ) × ks 
0,4
= ( 2 )2
(0,512)3 x 70

= 0,0000797
Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 83
Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.3.4.2. Desain Kantong Lumpur Saat Pengurasan (Kantong Lumpur kosong)


Menurut KP – 02 Irigasi, pengurasan kantong lumpur dapat menggunakan
pembersihan secara hidrolis. Pembilasan secara hidrolis membutuhkan beda
tinggi muka air dan debit yang memadai pada saluran kantong lumpur guna
menggerus dan menggelontor sedimen yang telah terendap kembali masuk
ke sungai. Dianjurkan untuk mengambil debit pengurasan 20% lebih besar
dari debit normal pengambilan. Dan, pada laporan ini sedimen dianggap
berbentuk pasir kasar.
Data yang digunakan, antara lain:
Debit pengurasan (Qs) = 120% × Qpr
= 120% × 1,203
= 1,443 m3/dt
Kecepatan pengurasan (Vs) = 1,5 m/dt (sedimen pasir kasar)
Saluran kantong lumpur direncanakan menggunakan pasangan batu, namun
karena bagian bawah terisi sedimen, harga koefisien strickler didasarkan
pada konstruksi beton di kedua sisi.
Koefisien strickler (ks) = 70
Luas kantong lumpur kosong (As) = Qs / Vs
= 1,443 / 1,5
= 0,962 m2
Tinggi endapan sedimen (hs) = As / b
= 0,962 / 1,3
= 0,74 m
Keliling basah saat kosong (Ps) = b + 2hs
= 1,3 + (2 x 0,74)
= 2,78 m
Jari jari hidrolis saat kosong (Rs) = As / Ps
= 0,962/ 2,78
= 0,346 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 84


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

2
 Vs 
Kemiringan enersi saat kosong (Is) =  2/3

 ( Rs ) × ks 
= 0,00189

Makin tinggi kecepatan selama pembilasan, operasi menjadi semakin cepat.


Namun demikian, besarnya kecepatan hendaknya selalu di bawah kecepatan
kritis.
Sebab, kecepatan superkritis akan mengurangi efektivitas proses
pembilasan. Agar pengurasan dapat dilakukan dengan baik, kecepatan aliran
harus diajaga akar tetap subkritis (FR < 1).
Vs
FR =
g * hs
1,5
=
9,81× 0,74
= 0,556 < 1 (OK)
Frekuensi dan lamanya pengurasan juga bergantung pada tegangan geser
yang tersedia oleh air yang digunakan untuk menggerus sedimen yang
terendap.
τ = ρ × g × hs × Is
= 1 × 9,81 × 0,74 × 0,00189 x 1000
= 13,72 N/m2

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 85


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Gambar 4.8. Diagram Shield


Dari tegangan geser yang telah dihitung, kemudian input ke dalam diagram
shield. Dari Gambar 4.8. dapat disimpulkan dengan tegangan geser (τ) =
13,72 N/m2 diameter partikel < 40 mm dapat terbilas.

4.3.4.3. Panjang dan Volume Tampungan Kantong Lumpur


Penggunaan air permukaan di Indonesia rata –rata digunakan air bersuhu
20° C dan dengan mengasumsikan partikel sebesar 70μm (70 × 10-6 m)
dapat diperoleh kecepatan endap (w) = 0,004 m/dt dari grafik seperti pada
Gambar 4.9.

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 86


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Gambar 4.9. Grafik Hubungan Diameter Saringan dan Kecepatan Endap


Lumpur untuk Air Tenang

Perhitungan panjang kantong lumpur dapat menggunakan persamaan:


hn L
=
w Vn
0,934 L
=
0,004 0,4
Panjang kantong lumpur (L1) = 93,4 m
Panjang kantong lumpur juga dapat dihitung dengan persamaan:
𝑄𝑠
𝐿×𝑏 =
𝑤
1,443
𝐿 × 1,3 =
0,004
Panjang kantong lumpur (L2) = 277,75 m
Panjang kantong lumpur (L) = ½ × (L1 + L2)

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 87


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

= ½ × (93,4 + 277,75)
= 185,575 m ≈ 186 m
Menurut KP – 02 Irigasi, agar aliran tidak meander di dalam kantong
lumpur, maka persyaratan L/B > 8 harus terpenuhi.
186/1,3 = 143,076 > 8 (Ok)

Untuk menentukan kemiringan dasar saluran kantong lumpur perlu dengan


membandingan kemiringan dasar saluran kantong lumpur di lapangan,
dengan mengambil elevasi pada hulu dan hilir saluran kantong lumpur
dengan panjang saluran sebesar 253 m, sehingga diperoleh:
∆h 98,8−95
I= L
= 186
= 0,0204 > 0,00189 (Is)
Maka dari itu dapat digunakan kemiringan dasar saluran menggunakan
rumus Strickler ( Is ) = 0,0204

Perhitungan elevasi kantong lumpur:


- Elevasi muka air di hulu pintu saluran primer
= +99,59 m
- Elevasi muka air di hulu kantong lumpur
= Elevasi muka air di hulu pintu saluran primer + (In × L)
= +99,59 + (In × L)
= +99,59 + (0,0000797× 186)
= +99,605 m
- Elevasi lumpur di hulu kantong lumpur saat penuh
= Elevasi muka air di hulu kantong lumpur - hn
= +99,609 – hn
= +99,609 – 0,934
= +98,675 m
- Elevasi dasar saluran di hulu kantong lumpur
= Elevasi lumpur di hulu kantong lumpur saat penuh - hs
= +98,675 – hs

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 88


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

= +98,675 – 0,74
= +97,935 m
- Elevasi lumpur di hilir kantong lumpur saat penuh
= Elevasi lumpur di hulu kantong lumpur saat penuh – (In × L)
= +97,935 – (In × L)
= +97,935 – (0,0000797× 186)
= +97,92 m
- Elevasi dasar saluran di hilir kantong lumpur
= Elevasi dasar saluran di hulu kantong lumpur– (Is × L)
= + 97,935 – (Is × L)
= + 97,935 – (0,0204 × 186)
= +94,141 m
- Tinggi lumpur di hilir kantong lumpur (hshilir)
= Elevasi lumpur di hilir kantong lumpur saat penuh - Elevasi dasar
saluran di hilir kantong lumpur
= (+97,92) – (+94,141) = 3,779 m
Untuk mengetahui kapasitas kantong lumpur maka perlu dilakukan
perhitungan volume kantong lumpur (Vol)
Vol = ½ × L × b × (elevasi lumpur di hilir saat penuh – elevasi
dasar saluran di hilir kantong lumpur)
= ½ × 186× 1,3× (97,92 – 94,141)
= 456,881 m3
Lama pengurasan kantong lumpur (T)
Untuk perhitungan lama pengurasan diasumsikan air yang masuk ke
kantong lumpur mengandung 0,5 ‰ sedimen yang harus diendapkan dalam
kantong lumpur.
Vol = 0,0005 × Qs × T
456,881 = 0,0005 × 1,4436 × T
T = 632974,508/(24 x3600) dt = 7,326 hari ≈ 8 hari

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 89


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Waktu penguras didapat 8 hari, karena 8 hari terlalu sering maka dilakukan
trial eror pada bagian L (panjang kantong lumpur) untuk mendapatkan
waktu penguras yang sesuai.
L = 300 m
Menurut KP – 02 Irigasi, agar aliran tidak meander di dalam kantong
lumpur, maka persyaratan L/B > 8 harus terpenuhi.
350/1,3 = 269,23 > 8 (Ok)

Untuk menentukan kemiringan dasar saluran kantong lumpur perlu dengan


membandingan kemiringan dasar saluran kantong lumpur di lapangan,
dengan mengambil elevasi pada hulu dan hilir saluran kantong lumpur
dengan panjang saluran sebesar 170 m, sehingga diperoleh:
∆h 98,8−95
I= = = 0.01085 > 0,00189 (Is)
L 350

Maka dari itu dapat digunakan kemiringan dasar saluran menggunakan


rumus Strickler ( Is ) = 0,01085

Perhitungan elevasi kantong lumpur:


- Elevasi muka air di hulu pintu saluran primer
= +99,59 m
- Elevasi muka air di hulu kantong lumpur
= Elevasi muka air di hulu pintu saluran primer + (In × L)
= +99,59 + (In × L)
= +99,59+ (0,0000797 × 350)
= +99,618 m
- Elevasi lumpur di hulu kantong lumpur saat penuh
= Elevasi muka air di hulu kantong lumpur - hn
= +99,618 – hn
= +99,618 – 0,934
= + 98,684 m
- Elevasi dasar saluran di hulu kantong lumpur

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 90


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

= Elevasi lumpur di hulu kantong lumpur saat penuh- hs


= + 98,684 – hs
= + 98,684 – 0,74
= + 97,944 m
- Elevasi lumpur di hilir kantong lumpur saat penuh
= Elevasi lumpur di hulu kantong lumpur saat penuh– (In × L)
= +98,684 – (In × L)
= +98,684 – (0,0000797 × 350)
= + 98,656 m
- Elevasi dasar saluran di hilir kantong lumpur
= Elevasi dasar saluran di hulu kantong lumpur– (Is × L)
= + 97,944 – (Is × L)
= + 97,944 – (0,01085 x 350)
= + 94,147 m
- Tinggi lumpur di hilir kantong lumpur (hshilir)
= Elevasi lumpur di hilir kantong lumpur saat penuh - Elevasi dasar
saluran di hilir kantong lumpur
= (+ 98,656) – (+94,147)
= 4,509 m
Untuk mengetahui kapasitas kantong lumpur maka perlu dilakukan
perhitungan volume kantong lumpur (Vol)
Vol = ½ × L × b × (elevasi lumpur di hilir saat penuh – elevasi
dasar saluran di hilir kantong lumpur)
= ½ × 350 × 1,3 × ( (+ 98,554) – (+93,764) )
= 1025,798 m3
Lama pengurasan kantong lumpur (T)
Untuk perhitungan lama pengurasan diasumsikan air yang masuk ke
kantong lumpur mengandung 0,5 ‰ sedimen yang harus diendapkan dalam
kantong lumpur.

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 91


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Vol = 0,0005 × Qs × T
1025,798 = 0,0005 ×1,443 × T
T = 1421757,45 /(24 x 3600) = 16,456 hari ≈ 17 hari
Jadi setelah dilakukan trial and eror didapati L =350 m, dengan waktu
pengurasan tiap 17 hari sekali.

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 92


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Gambar 4.10.Potongan Memanjang Kantong Lumpur

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 82


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Gambar 4.11. Potongan Melintang Hulu Kantong Lumpur

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 83


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.3.5. Desain Bangunan Pembilas


Bangunan penguras merupakan bangunan yang digunakan untuk mengalirkan
endapan sedimen yang tertampung pada kantong lumpur. Hal – hal yang perlu
diperhatikan pada perencanaan bangunan penguras adalah sebagai berikut:
- Pintu pembilas tidak boleh mengalami gangguan saat proses pembilasan
dilaksanakan, sehingga pintu penguras tidak boleh tertutup oleh sedimen.
- Tidak diperbolehkan terjadi penurunan kecepatan aliran saat proses pembilasan
dilaksanakan, sehingga kemiringan saluran pembilas didesain sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi pengurangan kecepatan aliran.
- Lebar total bangunan sama dengan lebar dasar kantong lumpur.
1. Data Perencanaan
Qs = 1,443 m3/dt
hshilir = 4,509 m
b = 1,3 m
Direncanakan menggunakan 1 buah pintu dengan lebar = 1,0 m
Kecepatan pengurasan (Vs) = 1,5 m/dt
Untuk mengurangi besarnya pertambahan kecepatan yang mengakibatkan efek
penggenangan, maka luas basah pada pintu perlu ditambah dengan perhitungan
sebagai berikut:
b × hshilir = bnf × hnf
Dimana:
hnf = kedalaman air pada bukaan pintu pembilas (m)
bnf = lebar bersih bukaan pintu (m)
= (jumlah pintu penguras × lebar pintu )
= 2 × 1,0
= 2,0
b × hshilir = bnf × hnf
0,9 × 4,79 = 2,0 × hnf
hnf = 2.155 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 82


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Jadi bukaan pintu total (anf) = hshilir + hnf = 4,79 + 2,155 = 6,945 m
2. Dimensi Saluran Pembilas
Berdasarkan KP – 03 Saluran, dengan debit berkisar antara 0,30 – 0,50 m3/dt
diperoleh:
Kemiringan saluran (m) = 1 : 1 (1,0)
Perbandingan b/h (n) = 1,8
= 1,8
Lebar dasar saluran (b) = 1,8 h
Tinggi jagaan (W) = 0,5
Luas bukaan pintu (Anf) = Luas saluran pembilas
bnf × anf = (b + h) × h
2,0 × 5,51 = (1,8 h + h) × h
Tinggi MA saluran pembilas (h) = 1,98 m ≈ 2,0 m
Lebar saluran penguras (b) = 1,8 × h
= 1,8 × 2,0
= 3,6 m
3. Kemiringan saluran pembilas
Tabel 4.3. Koefisien Strickler Menurut KP-03

Berdasarkan KP–03 Saluran, untuk saluran pembilas koefisien Strickler (ks)=33.


Luas penampang basah (Af) = (b + h) × h
= (3,6 + 2) × 2
= 11,2 m2

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 83


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Keliling basah (Pf) = b + 2h √m2 + 1


= 3,6 + (2 × 2 × √12 + 1 )
= 26,227 m
Jari – jari hidrolis (Rf) = Af / Pf
= 11,2 / 26,227
= 0,427 m
Kecepatan aliran saluran (Vs) = ks × Rf2/3 × If1/2
1,5 = 33 × 0,4272/3 × If1/2
Kemiringan saluran (If) = 0,00643

Direncanakan panjang saluran pembilas sampai ke sungai 50 m. Untuk


menentukan kemiringan dasar saluran pembilas perlu dengan membandingan
kemiringan dasar saluran pembilas di lapangan, dengan mengambil elevasi pada
hulu dan hilir saluran pembilas dengan panjang saluran sebesar 50 m,
sehingga diperoleh:
∆h 90,5−90,3
I= = = 0,002 < If
L 100

Maka dari itu dapat digunakan kemiringan dasar saluran menggunakan rumus
Strickler ( If ) = 0,00643

- Elevasi muka air di hulu pintu pembilas


= elevasi dasar saluran di hilir kantong lumpur
= + 93,764 m
- Elevasi dasar saluran di hulu saluran pembilas
= elevasi muka air di hulu pintu pembilas – bukaan pintu total (anf)
= + 93,764 – 6,945
= + 86,819 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 84


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

- Elevasi muka air di hulu saluran pembilas


= elevasi dasar saluran di hulu saluran pembilas + hshilir + tinggi muka air di
saluran pembilas (h)
= +86,819 + 2,155 + 1,4
= +90,374 m
- Elevasi muka air di hilir saluran pembilas
= elevasi muka air di hulu saluran pembilas – (L × If)
= +90,374 – (50 × 0,00643)
= +90,053 m
- Elevasi dasar saluran di hilir saluran pembilas
= elevasi dasar saluran di hulu saluran pembilas – (L × If)
= +86,819 – (50 × 0,00643)
= + 86,498 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 85


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Gambar 4.12. Potongan Memanjang Bangunan dan Saluran Pembilas

Gambar 4.13. Potongan Melintang Saluran Pembilas

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 82


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.3.6. Desain Pintu Pengambilan (Intake)


Air yang dibutuhkan untuk keperluan irigasi sebesar (Qp) = 0,351 m3/dt.
Dengan adanya kantong lumpur, debit rencana pengambilan ditambah 20% dari
kebutuhan pengambilan.
1. Perencanaan Bangunan Pengambilan
Qn = μ × a × b × √2. g. z
dimana:
Qn = debit rencana
μ = koefisien debit = 0,8 (pengambilan tenggelam)
a = tinggi bersih bukaan
b = lebar pintu pengambilan = 1,0 (asumsi)
g = percepatan gravitasi
z = kehilangan energi pada bukaan = 0,1 – 0,3
= 0,3
Qn = 120% × Qp
= 120% x 1,203
= 1,443 m3/dt
1,443 = 0,8 x a x 1,0 x√2 x 9,81 x 0,2
a = 0,911 m ≈1m
Direncanakan menggunakan 1 buah pintu dengan lebar (b) = 1,0 m
Lebar total bangunan pengambilan = jumlah pintu × lebar pintu
= 1 × 1,0
=1m
2. Elevasi Bangunan Pengambilan (Intake)
Berdasarkan KP – 02 Bangunan Utama, elevasi dasar bangunan pengambilan
sebaiknya 0,2 m di atas muka kantong lumpur dalam keadaan penuh di hulu.
- Elevasi dasar di hilir saluran pengambilan saat kantong lumpur penuh
= elevasi lumpur di hulu kantong lumpur saat penuh
= +97,803 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 82


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

- Elevasi dasar bangunan pengambilan


= elevasi dasar di hilir saluran pengambilan saat kantong lumpur penuh + 0,3
= + 98,554 + 0,3
= +98,854 m
- Elevasi muka air di hilir pintu
= elevasi muka air di hulu saluran kantong lumpur
= +99,629 m
- Elevasi muka air di hulu pintu
= elevasi muka air di hilir pintu + kehilangan energi bukaan pintu (z)
= +99,629 + 0,3
= +99,929 m

Gambar 4.14. Potongan Memanjang Bangunan Intake

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 83


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.4. Analisis Hidrolis Bendung


4.4.1. Analisis Muka Air Sungai di Hilir Bangunan Bendung
Untuk menganalisa tinggi muka air pada bagian hilir bangungan bendung
digunakan cara trial and error dengan memasukkan data tinggi muka air sehingga
menghasilkan debit yang sama dan/atau mendekati debit banjir rencana dengan
mengasumsikan penampang profil sungai bagian hilir berbentuk trapesium.
Perhitugan menggunakan rumus Manning dengan diketahui:
Debit banjir rencana (Q50) = 306,956 (m3/dt) (Tabel 3.27.)
Lebar sungai di hilir (b) = 94,8 m (Gambar 4.2.)
Kemiringan sungai (i) = 0,0346
Koefisien Manning (n) = 0,08
Luas penampang basah (A) = (b + mh) h
Keliling basah (P) = b + 2h √𝑚2 + 1 , dengan m = 1 : 1 (1,0)
Jari – jari hidrolis (R) =A/P
Kecepatan aliran (V) = Q/A
1
Debit banjir (Q) = x R2/3 x i1/2 x A
n

Perhitungan tinggi muka air di hilir bangunan bendung dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Perhitungan Tinggi Muka Air di Hilir Bendung


3
H(m) b(m) A(m) P(m) R(m) i n V (m/s) Q(m /s)
1 94,8 95,800 98,800 0,970 0,0346 0,08 2,278 218,216
1,1 94,8 105,490 99,200 1,063 0,0346 0,08 2,422 255,540
1,2 94,8 115,200 99,600 1,157 0,0346 0,08 2,562 295,141
1,21 94,8 116,172 99,640 1,166 0,0346 0,08 2,576 299,223
1,215 94,8 116,658 99,660 1,171 0,0346 0,08 2,583 301,273
1,22 94,8 117,144 99,680 1,175 0,0346 0,08 2,589 303,328
1,229 94,8 118,000 99,715 1,183 0,0346 0,08 2,601 306,956
1,300 94,8 124,930 100,000 1,249 0,0346 0,08 2,697 336,945
1,4 94,8 134,680 100,400 1,341 0,0346 0,08 2,828 380,888
1,6 94,8 154,240 101,200 1,524 0,0346 0,08 3,079 474,959
1,7 94,8 164,050 101,600 1,615 0,0346 0,08 3,200 524,984
1,8 94,8 173,880 102,000 1,705 0,0346 0,08 3,318 576,940

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 84


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Jadi tinggi muka air di hilir bendung (H) = 1,229 m


Elevasi dasar sungai di hilir bendung
= elevasi dasar sungai di hulu bendung – (panjang total bendung × Isungai)
= +94,85 – (94,8 × 0,0346)
= + 91,569 m
Elevasi muka air di hilir bendung
= elevasi dasar sungai di hilir bendung + H
= +91,569 + 1,229
= +92,798 m

4.4.2. Bangunan Pembilas Pada Bendung


Lebar bangunan pembilas bendung diambil sepersepuluh kali dari lebar
sungai rata – rata, sehingga:
Lebar bangunan pembilas = 1/10 × 94,85
= 9,485 ≈ 9,5 m
Direncanakan menggunakan 2 buah pintu dengan masing – masing lebar 4,75 m dan
menggunakan 3 buah pilar masing – masing lebarnya 1,0 m, dengan 2 intake pada
perencanaan Bendung Tukuman sejumlah 2. Sehingga:
Lebar bangunan pembilas = (2 × 4,75) + (2 × 1,0)
= 11,50 m
4.4.3. Analisis Lebar Efektif Bendung
Dalam menganalisa lebar efektif bendung, dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
Beff = B – 2 (n × Kp + Ka) × H1
Beff = lebar efektif bendung
B = lebar dasar sungai- (jumlah pilar x lebar pilar)
n = jumlah pilar, 2 buah

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 85


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Tabel 4.5. Harga-Harga Koefisien Konstraksi Pilar (Kp) Menurut KP-02

Kp = koefisien kontraksi pilar, untuk pilar berujung bulat, Kp = 0,01


Tabel 4.6. Harga-Harga Koefisien Konstraksi Pangkal Bendung (Ka)
Menurut KP-02

Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung, abutment bulat, Ka = 0,1


H1 = tinggi energi di atas mercu
B = 94,8– ( 2 x 1)
= 92,8 m
Beff = 92,8 – 2 (2 × 0,01 + 0,1) × H1
= 92,8 – 0,24H1
4.4.4. Analisis Elevasi Mercu Bendung
Elevasi mercu bendung dapat dihitung dengan menjumlahkan elevasi muka air
di hulu pintu intake dengan tinggi keamanan. Sedangkan untuk menghitung tinggi
mercu bendung, dihitung dengan mengurangi elevasi mercu bendung dengan elevasi
dasar sungai pada as bendung (Gambar 4.2.).
− Elevasi mercu bendung
= elevasi muka air di hulu pintu intake + tinggi keamanan
= +99,929 + 0,1

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 86


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

= +100,029 m
− Tinggi mercu bendung
= elevasi mercu bendung – elevasi dasar sungai
= +100,029 – 95
= 5,029 m

4.4.5. Analisis Dimensi, Tinggi Energi, dan Tinggi Air Banjir Mercu Bendung
Bendung direncanakan dibuat dari konstruksi beton dengan bentuk tipe mercu
bulat dengan pangkal bendung tegak. Mercu bulat direncanakan menggunakan satu
jari – jari (Mercu Vlugter). Kemiringan hilir direncanakan 1:1. Dipilih menggunakan
mercu bulat karena dapat mengurangi tinggi muka air di hulu saat banjir.
Diketahui tinggi mercu bendung (P) = 5,029 m. Nilai debit banjir rencana yang
akan melintas di mercu (Q50) = 306,956 m3/dt. Berdasarkan KP – 02 Bangunan
Utama, perhitungan tinggi energi di atas mercu menggunakan rumus sebagai berikut
dengan asumsi pertama Cd = 1,3.
2
Q50 = Cd × 2/3 × √3 𝑔 × Beff × H11,5

2
306,956 = 1,3 × 2/3 × √3 × 9,81 × (92,8 – 0,24H1) × H11,5

H1 = 1,309 m
Jari–jari mercu bendung untuk konstruksi beton dengan satu jar –jari (r)=0,1–0,7 H1
∴ 0,7 H1 = 0,7 x 1,309 m = 0,916 m
Sehingga :
Beff = 92,8 – 0,24H1
= 92,8 – 0,24 x 1,309
= 92,486 m
Q50
V =B
eff ×H1

306,956
= 92,486 ×1,309

= 2,535 m/dt

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 87


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

V2
Hv = 2g

2,5352
= 2×9,81

= 0,328 m
Jadi, tinggi air di atas mercu (Hd) adalah:
Hd = H1 – Hv
= 1,309 – 0,328
= 0,981 m
Elevasi tinggi energi di hulu = elevasi mercu bendung + H1
= +100,029 + 1,309
= +101,338 m
Elevasi muka air banjir di atas mercu = elevasi mercu + Hd
= +100,029 + 0,981
= +101,01 m

Gambar 4.17. Potongan Mercu Bendung

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 88


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.4.6. Desain Kolam Olak


Kolam olak berfungsi meredam energi yang timbul di dalam aliran air
superkritis yang melewati pelimpah serta mengantisipasi olakan yang terjadi di hilir
tubuh bendung sebagai akibat perbedaan ketinggian muka air antara hulu dan hilir
bendung.
Dalam mendesain kolam olak, digunakan debit banjir rencana periode ulang 50
tahun (Q50) dan perlu atau tidaknya kolam olak dan jenisnya bisa ditentukan
berdasarkan bilangan Froude (Fr)

4.4.6.1. Penentuan Tipe Kolam Olak


Tinggi jatuh (z)
= elevasi muka air banjir di atas mercu – elevasi muka air di hilir bendung
= +101,01 – (+92,798)
= 8,212 m
Kecepatan awal loncatan (V1)
1
= √2 × g × ( 2 H1 + z)

= √2 × 9,81 × (0,5 × 1,309 + 7,431)


= 13,154 m/dt
Debit per satuan lebar (q)
= Q50 / Beff
= 306,956 / 92,486
= 3,318 m3/dt/m
Kedalaman air di awal loncatan (Y1)
= q / V1
= 3,318 / 13,154
= 0,252 m
Bilangan Froude (Fr)
V1
=
√g×Y1

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 89


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

13,154
=
√9,81×0,263

= 8,189
Berdasarkan KP – 02 Bangunan Utama, kolam olak untuk bilangan Froude
Fr > 4,5 loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan menimbulkan
gelombang sampai jarak yang jauh di saluran. Sehingga, tipe kolam olak
yang cocok untuk kasus ini adalah kolam olak USBR Tipe III.

Gambar 4.18. Karakteristik Kolam Olak USBR Tipe III

4.4.6.2. Perencanaan Kolam Olak USBR Tipe III


Perhitungan panjang kolam olak dan kedalaman air diatas kolam olak.

L = 2 y1 ( √1 + 8Fru 2 − 1 )

y2 1
= ( √1 + 8Fru 2 − 1 )
y1 2
Dimana :
L = Panjang kolam olak
y1 = Kedalaman air diawal loncat air (y1 = 0,252 m)
Fru = Bilangan Froud diawal loncatan (Fru = 8,189)
y2 = Kedalaman air di atas kolam olak

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 90


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

− Kedalaman air diatas kolam olak (y2)


𝑦1
= ( √1 + 8Fru 2 − 1 )
2
0,252
= ( √1 + 8 x 8,1892 − 1 )
2

= 2,795 m
− Beda Tinggi enengi (∆E)
= Z − Y2
= 8,212 - 2,795
= 5,417 m
− Panjang Kolam Olak (L)

L = 2 y1 ( √1 + 8Fru 2 − 1 )

= 2 x 0,252 x (√1 + 8 x 8,189 2 − 1)


= 10,68 m

Gambar 4.18. Grafik Perencanaan Dimensi Blok Peredam Kolam Olak USBR Tipe III

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 91


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

− Dimensi Blok Peredam


Tabel 4.7. Dimensi Blok Peredam Kolam Olak USBR Tipe III
No Keterangan Ukuran (Angka Ukur )
1 Fr 8.189
2 Tinggi chute blocks (blok depan), h1 = y1 (m) 0.252
3 Jarak antar chute blocks (blok depan), s1 = y1 (m) 0.252
4 Lebar chute blocks (blok depan), w1 = y1 (m) 0.252
5 h3 /y1 2
6 Tinggi baffle piers, h3 0.50
7 Jarak antar buffle blocks (blok tengah), s2 = 0,75 h3 0.38
8 Lebar buffle blocks (blok tengah), w2 = 0,75 h3 0.38
9 h4 /y1 (grafik) 1.49
10 Tinggi end sill, h4 0.38

− Tinggi Ambang Kolam Olak


= 1,25 y1
= 1,25 x 0,252 = 0,328 m
• Elevasi dasar kolam olak
= elevasi dasar sungai di hilir – Tinggi Ambang kolam olak
= + 91,569 – 0,326
= + 91,243 m
• Elevasi muka air di kolam olak
= elevasi dasar kolam olak + y2
= + 91,243 + 2,795
= + 94,038 m
• Cek muka air kolam olak
Elevasi muka air di hilir bendung < Elevasi muka air di kolam olak
+91,569 m < 94,038 m (OK )

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 92


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.5 Tekanan Air

Perhitungan Tekanan Air harus dilakukan penijauan terhadap dua kondisi yang mungkin terjadi, yaitu saat kondisi air normal dan kondisi air
banjir. Bersadarkan data yang sudah ada, maka dapat digambarkan desain rencana awal bendung dengan nilai tebal kolam olak masih dalam
asumsi.

Gambar 4.19.Desain Rencana Bendung

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 82


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.5.1 Kondisi Muka Air Normal

Tabel 4.7 Perhitungan dan Tekanan Air Kondisi Normal


Titik LV LH 1/3LH LW Kumulatif DH Hx Ux
A 0.000 8.440 5.029 5.029
A-B 4.000
B 4.000 12.440 9.029 7.787
B-C 1.000 0.333
C 4.333 12.440 9.029 7.684
C-D 4.000
D 8.333 8.440 5.029 3.274
D-E 2.500 0.833
E 9.167 12.440 5.029 2.183
E-F 4.000
F 13.167 12.440 9.029 4.941
F-G 1.000 0.333
G 13.500 8.440 9.029 6.185
G-H 4.000
H 17.500 8.440 5.029 1.343
H-I 2.500 0.833
I 18.333 8.440 5.029 1.167
I-J 4.000
J 22.333 8.440 9.029 4.325
J-K 1.000 0.333
K 22.667 8.440 9.029 4.255
K-L 4.000
L 26.667 4.440 5.029 2.074
L-M 2.000 0.667
M 27.333 4.440 5.029 2.000
M-N 1.000
N 28.333 5.440 6.029 2.182
N-O 1.000 0.333
O 28.667 6.440 6.029 1.422
O-P 1.000
P 29.667 6.440 5.029 0.261
P-Q 1.000 0.333
Q 30.000 6.440 5.029 0.207
Q-R 3.500
R 33.500 9.940 8.529 0.219
R-S 16.207 5.402
S 38.902 9.940 8.529 -1.122
S-T 0.500
T 39.402 10.440 8.029 -2.237
T-U 2.000 0.667
U 40.069 10.440 8.029 -2.411
End 0.000
End
40.069 10.440 8.029 -2.411
30.000 30.207 10.069

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 82


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Contoh perhitungan:

Pada batas B-C


1
• LX = Lw komulatif + 3 Lh
1
= 4,000 + 3 1

= 4,333 m
Panjang Lw dihitung sampai pangkal hilir dengan Lw sebagai berikut:
1
• Lw = ∑ Lv + ∑ 3 Lℎ
1
= 30 + X 40, 069
3

= 43,306 m

• ΔH = beda tinggi air normal di hulu dengan elevasi muka air end sill
= (elevasi mercu bendung– elevasi dasar sungai di hilir bendung)+Lv B-C
= (100.029 – 91,589) + 4,000
= 12,440 m
• Hx = tinggi muka air normal di hulu bendung + Lv B-C
= 5.029 + 4,000 + 0
= 9,029 m
L
• Uxc = [ Hx – ( ( L x ) x ∆H ) ] x γw
w

4,333
= [ 9,029 – (( 43,306) x 11,231 )] x 1,0

= 7,787 ton/m2

Dimensi rencana bendung ini harus diperiksa apakah dengan muka air normal dan
panjang yang direncanakan tersebut lantai muka aman terhadap rembesan yang terjadi atau
tidak berdasarkan nilai rembesan minimum (CL) yang ditentukan dari jenis tanah di lokasi
rencana. Lantai muka dikatakan aman apabila nilai Cw > CL.

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 83


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Direncanakan panjang rembesan (Lw) = 22,321 m.

Sehingga: Cw = Lw/ΔHNormal

= 43,306 / 5,029

= 8,611 m

Tabel 4.8. Harga-Harga Minimum Angka Rembesan Lane (CL) Menurut KP 02-2013

Sedangkan, dari hasil penyelidkan tanah diketahui jenis tanah yang ada pada
lokasi bendung rencana adalah Pasir Kasar dengan nilai CL berdasarkan KP
02-2013 adalah 5.

Diperoleh nilai Cw > CL (8,611 > 5) sehingga lantai muka aman terhadap
rembesan.

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 84


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.5.2 Kondisi Muka Air Banjir


Tabel 4.9 Perhitungan dan Tekanan Air Kondisi Banjir
Titik LV LH 1/3LH LW Kumulatif DH Hx Ux
A 0.000 8.212 6.010 6.010
A-B 4.000
B 4.000 12.212 10.010 8.791
B-C 1.000 0.333
C 4.333 8.212 10.010 9.122
C-D 4.000
D 8.333 8.212 6.010 4.302
D-E 2.500 0.833
E 9.167 12.212 6.010 3.216
E-F 4.000
F 13.167 12.212 10.010 5.997
F-G 1.000 0.333
G 13.500 8.212 10.010 7.243
G-H 4.000
H 17.500 8.212 6.010 2.423
H-I 2.500 0.833
I 18.333 12.212 6.010 0.422
I-J 4.000
J 22.333 12.212 10.010 3.203
J-K 1.000 0.333
K 22.667 8.212 10.010 5.365
K-L 4.000
L 26.667 4.212 6.010 3.207
L-M 2.000 0.667
M 27.333 4.212 6.010 3.137
M-N 1.000
N 28.333 5.212 7.010 3.325
N-O 1.000 0.333
O 28.667 5.212 7.010 3.281
O-P 1.000
P 29.667 6.212 6.010 1.411
P-Q 1.000 0.333
Q 30.000 6.212 6.010 1.359
Q-R 3.500
R 33.500 9.712 9.510 1.390
R-S 16.207 5.402
S 38.902 9.712 9.510 0.081
S-T 0.500
T 39.402 9.712 9.010 -0.540
T-U 2.000 0.667
U 40.069 9.712 9.010 -0.702
End 0.000
End
40.069 9.712 9.010 -0.702
30.000 30.207 10.069

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 85


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Contoh perhitungan:

Pada batas B-C


1
• LX = Lw komulatif + 3 Lh
1
= 0,8 + 3 1

= 4,333 m

Panjang Lw dihitung sampai pangkal hilir dengan Lw sebagai berikut:


1
• Lw = ∑ Lv + ∑ 3 Lℎ
1
= 30 + 3 X 40, 069

= 43,306 m

• ΔH = beda tinggi air banjir di hulu dengan elevasi muka air end sill
= (elevasi muka air banjir mercu– elevasi dasar di hilir bendung)+Lv B-C
= (101,01 – 92,798) + 4,000
= 12,321 m
• Hx = (tinggi muka air normal di hulu bendung + Hd) + Lv B-C
= 10,01 m
L
• Uxc = [ Hx – ( ( L x ) x ∆H ) ] x γw
w

4,333
= [ 10,010– (( 43,306) x 12,321 )] x 1,0

= 8,791 ton/m2

Dimensi rencana bendung ini harus diperiksa apakah dengan muka air banjir dan
panjang yang direncanakan tersebut lantai muka aman terhadap rembesan yang terjadi atau
tidak berdasarkan nilai rembesan minimum (CL) yang ditentukan dari jenis tanah di lokasi
rencana. Lantai muka dikatakan aman apabila nilai Cw > CL.

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 86


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Direncanakan panjang rembesan (Lw) = 22,321 m.

Sehingga: Cw = Lw/ΔHNormal

= 43,306 / 5,029

= 8,611 m

Sedangkan, dari hasil penyelidkan tanah diketahui jenis tanah yang ada pada lokasi
bendung rencana adalah Pasir Kasar dengan nilai CL Tabel 4.8. berdasarkan KP 02-
2013 adalah 5. Diperoleh nilai Cw > CL (8,611 > 5) sehingga lantai muka aman terhadap
rembesan.

4.6 Tebal Lantai Kolam Olak

Untuk menentukan tebal lantai kolam olak harus dilakukan penijauan terhadap dua
kondisi yang mungkin terjadi, yaitu saat kondisi air normal dan kondisi air banjir.

Rumus:
L
Px = [ Hx – ( ( L x ) x ∆H ) ] x γw
w

Dimana:

Px = uplift pressure (t/m2)


Hx = tinggi muka air di hulu bendung diukur dari titik M Lx = panjang
creep line sampai titik M
Lw = panjang creep line total
ΔH = perbedaan tinggi tekan di hulu dan di hilir bendung ɤw
= berat jenis air (1,0 t/m3)
tmin = tebal minimum lantai kolam
s = faktor keamanan (1,5 untuk kondisi normal, 1,25 untuk kondisi banjir )
Wx = kedalaman air pada titik V
ɤbeton = berat jenis beton (2,4 t/m3)

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 87


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.6.1 Kondisi Muka Air Normal ( Tinjau titik M )


Hx = 5,029 m
Lx = 27,333 m
Lw = 40,069 m
∆H = 5,440 m
L
Px = [ Hx – ( ( L x ) x ∆H ) ] x γw
w

27,333
= [ 5,029 – ( ( 40,069 ) x 5,212 ) ] x 1,0

= 1.474 t/m3
Kondisi air normal Wx = 0
𝑆.(𝑃𝑋 −𝑊𝑋 )
tmin =( )
ɤbeton
1,5.(2,246−0)
=( )
2,4

= 0,823 m ≈ 0,9 m ≈ dipakai tmax beton di lapangan = 0, 3 m

4.6.2 Kondisi Muka Air Banjir


Hx = 6,010 m
Lx = 27,333 m
Lw = 40,069 m
∆H = 5,212 m
L
Px = [ Hx – ( ( L x ) x ∆H ) ] x γw
w

27,333
= [ 6,010– ( ( 40,069 ) x 3,489 ) ] x 1,0

= 2.455 t/m3
Kondisi air banjir Wx = 2,792 m
𝑆.(𝑃𝑋 −𝑊𝑋 )
tmin =( )
ɤbatu
1,25.(4,646−2,792)
=( )
2,4

= 0.768 m ≈ 0,8 m ≈ dipakai tmax beton di lapangan = 0, 3 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 88


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Tebal lantai kolam olak dipilih berdasarkan nilai terbesar yaitu perhitungan kondisi
normal dan banjir, maka diambil tebal maksimal kolam olak dengan konstruksi beton
sebesar 0,3 m, sehingga direncanakan tebal kolam olak = 0,3 m, maka tebal kolam olah
desain dapat digunakan untuk perencanaan.

4.7 Tinjauan Terhadap Gerusan


Nilai Dm (d40) dicari dari kecepatan rata – rata selama terjadi debit rencana di hilir bangunan
bendung dengan menggunakan grafik seperti pada Gambar 4.20. d40 berarti 60% dari
campuran ini memiliki diameter yang sama atau lebih besar. Ukuran batu hendaknya hampir
serupa ke semua arah.
Lebar sungai rata – rata di hilir bangunan bendung (Beff) = 92,486 m
Berdasarkan Tabel 4.4.
Tinggi muka air di hilir bangunan bendung (h) = 1,229 m
Debit banjir rencana (Q50) = 306,956 m3/dt

Luas penampang basah sungai di hilir bendung


A = (b + mh) × h
= (92,486 + 1,0 x 1,229 ) × 1,229
= 115,176 m2
Kecepatan aliran di sungai bagian hilir bendung
Q50
V = A
306,956
= 115,175

= 2,665 m/dt

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 89


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Gambar 4.24 Harga Dm (d40)

Dari Gambar 4.24. diperoleh Dm (d40) = 0,4 m = 400 mm,

sehingga nilai faktor lumpur Lacey (f) dan kedalaman gerusan (R):

f = 1,76 × Dm0,5

= 1,76 × 4000,5

= 35,200
1
𝑄 3
R = 0,47 × (𝑓 )

1
306,956 3
= 0,47 × ( 35,200 )

= 1,388 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 90


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

Karena adanya turbulensi dan aliran air yang tidak stabil, kedalaman gerusan (R)
perlu ditambah 1,5 kalinya. Sedangkan, untuk tebal selimut lindung pasangan batu
kosong sebaiknya diambil 2 – 3 kali d40. Panjang selimut lindung diambil 4 kali
kedalaman lubang gerusan (R).

R = 1,5 × 1,388

= 2,082 m ≈ 2,1 m

TRip-Rap = 2,5 × d40

= 2,5 × 0,4

=1m

LRip-Rap =4×R

= 4 × 2,1

= 4,4 m

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 91


Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020

4.8 Kesimpulan Desain Bendung

Gambar 4.24 Rencana Desain Bendung Kondisi Lapangan

Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 82


Ricardo Pandiangan 21010117140081

Anda mungkin juga menyukai