BAB IV
Keterangan:
a =Bendung
b1 = Pintu Pembilas Kantong Lumpur
b2 = Bangunan Pengambilan (Intake)
c = Saluran Kantong Lumpur
d1 = Bangunan Pembilas Bendung
d2 = Bangunan Pengambilan Saluran Primer (Pintu Sorong)
e = Saluran Primer
f = Saluran Pembilas
Titik BM (Bench Mark) bendung digunakan sebagai titik acuan perencanaan bendung
dan bangunan pelengkapnya. Titik tersebut dinamakan titik Patok A.64, untuk perencanaan
bendung diperlukan potongan melintang titik Patok A.64 tersebut. Potongan melintang titik
Patok A.64 dapat dilihat pada Gambar 4.2.
MAB +94,5
98,1
98,0
90,8
92,5
94,5
94,8
94
95
elevasi
Pada laporan ini, daerah irigasi terletak di sisi kiri dan kanan bendung, sehingga
terdapat dua buah intake, dua buah saluran kantong lumpur, dua buah saluran
pembilas, dan dua buah saluran primer. Data yang diperlukan dalam perencanaan
saluran primer adalah sebagai berikut:
4.3.1.1. Kebutuhan Air Irigasi dan Luas Daerah Irigasi yang Dialiri
- Kebutuhan air saluran primer (Tabel 3.41.) = 4,527 lt/dt/ha
- Luas daerah irigasi total yang dialiri = 265,865 ha
- Debit saluran primer (Qp) = 4,527 × 265,865
= 1203,570 lt/dt
= 1,203 m3/dt
4.3.1.2. Muka Air Rencana
- Elevasi sawah tertinggi = +34,00
- Tinggi genangan air di sawah = +0,100
- Kehilangan energi saluran tersier (diambil) = +0,100
- Kehilangan energi di saluran sekunder (diambil) = +0,100
- Kehilangan energi di saluran primer (diambil) = +0,100
- Kehilangan energi di intake (diambil) = +0,100
- Kehilangan energi pada bangunan (diambil) = +0,100
m + n −1
Fr = v ( g h ) 2
2m + n
1,0 + 1,8 −1
= 0,9 x ( 9,81 0,5 ) 2
2 x 1,0 + 1,8
= 0,47 < 0,55
Maka kecepatan rencana (VR) = 0,9 m/dt, memenuhi untuk digunakan dalam
perencanaan.
Luas penampang basah (Apr) = 2,8 h2
= 2,80 × 0,7 2
= 1,372 m2
Keliling basah (Ppr) = b + 2h √m2 + 1
= 1,3 + (2 × 0,7) × √12 + 1
= 3,279 m
A 1,327
Jari – jari hidrolis (Rpr) =P = 3,279
= 0,405 m
= 1,203 / 1,372
= 0,877 m/dt
V1 2 0,877 2
Tinggi kecepatan di hulu = = = 0,039 m
2g 2×9,81
V1 2
H1 = + tinggi MA saluran primer (hpr)
2g
= 0,039 + 0,7
= 0,739 m
H2 = h1Max = 0,573 m
Δz = (ΔH + Hd) – H1
= 0,661 m
vu 3,601
Fru = = = 2,435
√ yu x g √0,223×9,81
= +99,59 + 0,158
= +99,748 m
= +99,748 – 0,573
= +99,175 m
= 0,7 – 0,573
= 0,127 m
= + 99,175– 0,127
= +99,048 m
= 0,0000797
Muhammad Saddant Purbaya 21010117140080 83
Ricardo Pandiangan 21010117140081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR PERANCANGAN BANGUNAN KEAIRAN (BENDUNG)
Tahun Akademik 2019/2020
2
Vs
Kemiringan enersi saat kosong (Is) = 2/3
( Rs ) × ks
= 0,00189
= ½ × (93,4 + 277,75)
= 185,575 m ≈ 186 m
Menurut KP – 02 Irigasi, agar aliran tidak meander di dalam kantong
lumpur, maka persyaratan L/B > 8 harus terpenuhi.
186/1,3 = 143,076 > 8 (Ok)
= +98,675 – 0,74
= +97,935 m
- Elevasi lumpur di hilir kantong lumpur saat penuh
= Elevasi lumpur di hulu kantong lumpur saat penuh – (In × L)
= +97,935 – (In × L)
= +97,935 – (0,0000797× 186)
= +97,92 m
- Elevasi dasar saluran di hilir kantong lumpur
= Elevasi dasar saluran di hulu kantong lumpur– (Is × L)
= + 97,935 – (Is × L)
= + 97,935 – (0,0204 × 186)
= +94,141 m
- Tinggi lumpur di hilir kantong lumpur (hshilir)
= Elevasi lumpur di hilir kantong lumpur saat penuh - Elevasi dasar
saluran di hilir kantong lumpur
= (+97,92) – (+94,141) = 3,779 m
Untuk mengetahui kapasitas kantong lumpur maka perlu dilakukan
perhitungan volume kantong lumpur (Vol)
Vol = ½ × L × b × (elevasi lumpur di hilir saat penuh – elevasi
dasar saluran di hilir kantong lumpur)
= ½ × 186× 1,3× (97,92 – 94,141)
= 456,881 m3
Lama pengurasan kantong lumpur (T)
Untuk perhitungan lama pengurasan diasumsikan air yang masuk ke
kantong lumpur mengandung 0,5 ‰ sedimen yang harus diendapkan dalam
kantong lumpur.
Vol = 0,0005 × Qs × T
456,881 = 0,0005 × 1,4436 × T
T = 632974,508/(24 x3600) dt = 7,326 hari ≈ 8 hari
Waktu penguras didapat 8 hari, karena 8 hari terlalu sering maka dilakukan
trial eror pada bagian L (panjang kantong lumpur) untuk mendapatkan
waktu penguras yang sesuai.
L = 300 m
Menurut KP – 02 Irigasi, agar aliran tidak meander di dalam kantong
lumpur, maka persyaratan L/B > 8 harus terpenuhi.
350/1,3 = 269,23 > 8 (Ok)
Vol = 0,0005 × Qs × T
1025,798 = 0,0005 ×1,443 × T
T = 1421757,45 /(24 x 3600) = 16,456 hari ≈ 17 hari
Jadi setelah dilakukan trial and eror didapati L =350 m, dengan waktu
pengurasan tiap 17 hari sekali.
Jadi bukaan pintu total (anf) = hshilir + hnf = 4,79 + 2,155 = 6,945 m
2. Dimensi Saluran Pembilas
Berdasarkan KP – 03 Saluran, dengan debit berkisar antara 0,30 – 0,50 m3/dt
diperoleh:
Kemiringan saluran (m) = 1 : 1 (1,0)
Perbandingan b/h (n) = 1,8
= 1,8
Lebar dasar saluran (b) = 1,8 h
Tinggi jagaan (W) = 0,5
Luas bukaan pintu (Anf) = Luas saluran pembilas
bnf × anf = (b + h) × h
2,0 × 5,51 = (1,8 h + h) × h
Tinggi MA saluran pembilas (h) = 1,98 m ≈ 2,0 m
Lebar saluran penguras (b) = 1,8 × h
= 1,8 × 2,0
= 3,6 m
3. Kemiringan saluran pembilas
Tabel 4.3. Koefisien Strickler Menurut KP-03
Maka dari itu dapat digunakan kemiringan dasar saluran menggunakan rumus
Strickler ( If ) = 0,00643
Perhitungan tinggi muka air di hilir bangunan bendung dapat dilihat pada Tabel 4.4.
= +100,029 m
− Tinggi mercu bendung
= elevasi mercu bendung – elevasi dasar sungai
= +100,029 – 95
= 5,029 m
4.4.5. Analisis Dimensi, Tinggi Energi, dan Tinggi Air Banjir Mercu Bendung
Bendung direncanakan dibuat dari konstruksi beton dengan bentuk tipe mercu
bulat dengan pangkal bendung tegak. Mercu bulat direncanakan menggunakan satu
jari – jari (Mercu Vlugter). Kemiringan hilir direncanakan 1:1. Dipilih menggunakan
mercu bulat karena dapat mengurangi tinggi muka air di hulu saat banjir.
Diketahui tinggi mercu bendung (P) = 5,029 m. Nilai debit banjir rencana yang
akan melintas di mercu (Q50) = 306,956 m3/dt. Berdasarkan KP – 02 Bangunan
Utama, perhitungan tinggi energi di atas mercu menggunakan rumus sebagai berikut
dengan asumsi pertama Cd = 1,3.
2
Q50 = Cd × 2/3 × √3 𝑔 × Beff × H11,5
2
306,956 = 1,3 × 2/3 × √3 × 9,81 × (92,8 – 0,24H1) × H11,5
H1 = 1,309 m
Jari–jari mercu bendung untuk konstruksi beton dengan satu jar –jari (r)=0,1–0,7 H1
∴ 0,7 H1 = 0,7 x 1,309 m = 0,916 m
Sehingga :
Beff = 92,8 – 0,24H1
= 92,8 – 0,24 x 1,309
= 92,486 m
Q50
V =B
eff ×H1
306,956
= 92,486 ×1,309
= 2,535 m/dt
V2
Hv = 2g
2,5352
= 2×9,81
= 0,328 m
Jadi, tinggi air di atas mercu (Hd) adalah:
Hd = H1 – Hv
= 1,309 – 0,328
= 0,981 m
Elevasi tinggi energi di hulu = elevasi mercu bendung + H1
= +100,029 + 1,309
= +101,338 m
Elevasi muka air banjir di atas mercu = elevasi mercu + Hd
= +100,029 + 0,981
= +101,01 m
13,154
=
√9,81×0,263
= 8,189
Berdasarkan KP – 02 Bangunan Utama, kolam olak untuk bilangan Froude
Fr > 4,5 loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan menimbulkan
gelombang sampai jarak yang jauh di saluran. Sehingga, tipe kolam olak
yang cocok untuk kasus ini adalah kolam olak USBR Tipe III.
L = 2 y1 ( √1 + 8Fru 2 − 1 )
y2 1
= ( √1 + 8Fru 2 − 1 )
y1 2
Dimana :
L = Panjang kolam olak
y1 = Kedalaman air diawal loncat air (y1 = 0,252 m)
Fru = Bilangan Froud diawal loncatan (Fru = 8,189)
y2 = Kedalaman air di atas kolam olak
= 2,795 m
− Beda Tinggi enengi (∆E)
= Z − Y2
= 8,212 - 2,795
= 5,417 m
− Panjang Kolam Olak (L)
L = 2 y1 ( √1 + 8Fru 2 − 1 )
Gambar 4.18. Grafik Perencanaan Dimensi Blok Peredam Kolam Olak USBR Tipe III
Perhitungan Tekanan Air harus dilakukan penijauan terhadap dua kondisi yang mungkin terjadi, yaitu saat kondisi air normal dan kondisi air
banjir. Bersadarkan data yang sudah ada, maka dapat digambarkan desain rencana awal bendung dengan nilai tebal kolam olak masih dalam
asumsi.
Contoh perhitungan:
= 4,333 m
Panjang Lw dihitung sampai pangkal hilir dengan Lw sebagai berikut:
1
• Lw = ∑ Lv + ∑ 3 Lℎ
1
= 30 + X 40, 069
3
= 43,306 m
• ΔH = beda tinggi air normal di hulu dengan elevasi muka air end sill
= (elevasi mercu bendung– elevasi dasar sungai di hilir bendung)+Lv B-C
= (100.029 – 91,589) + 4,000
= 12,440 m
• Hx = tinggi muka air normal di hulu bendung + Lv B-C
= 5.029 + 4,000 + 0
= 9,029 m
L
• Uxc = [ Hx – ( ( L x ) x ∆H ) ] x γw
w
4,333
= [ 9,029 – (( 43,306) x 11,231 )] x 1,0
= 7,787 ton/m2
Dimensi rencana bendung ini harus diperiksa apakah dengan muka air normal dan
panjang yang direncanakan tersebut lantai muka aman terhadap rembesan yang terjadi atau
tidak berdasarkan nilai rembesan minimum (CL) yang ditentukan dari jenis tanah di lokasi
rencana. Lantai muka dikatakan aman apabila nilai Cw > CL.
Sehingga: Cw = Lw/ΔHNormal
= 43,306 / 5,029
= 8,611 m
Tabel 4.8. Harga-Harga Minimum Angka Rembesan Lane (CL) Menurut KP 02-2013
Sedangkan, dari hasil penyelidkan tanah diketahui jenis tanah yang ada pada
lokasi bendung rencana adalah Pasir Kasar dengan nilai CL berdasarkan KP
02-2013 adalah 5.
Diperoleh nilai Cw > CL (8,611 > 5) sehingga lantai muka aman terhadap
rembesan.
Contoh perhitungan:
= 4,333 m
= 43,306 m
• ΔH = beda tinggi air banjir di hulu dengan elevasi muka air end sill
= (elevasi muka air banjir mercu– elevasi dasar di hilir bendung)+Lv B-C
= (101,01 – 92,798) + 4,000
= 12,321 m
• Hx = (tinggi muka air normal di hulu bendung + Hd) + Lv B-C
= 10,01 m
L
• Uxc = [ Hx – ( ( L x ) x ∆H ) ] x γw
w
4,333
= [ 10,010– (( 43,306) x 12,321 )] x 1,0
= 8,791 ton/m2
Dimensi rencana bendung ini harus diperiksa apakah dengan muka air banjir dan
panjang yang direncanakan tersebut lantai muka aman terhadap rembesan yang terjadi atau
tidak berdasarkan nilai rembesan minimum (CL) yang ditentukan dari jenis tanah di lokasi
rencana. Lantai muka dikatakan aman apabila nilai Cw > CL.
Sehingga: Cw = Lw/ΔHNormal
= 43,306 / 5,029
= 8,611 m
Sedangkan, dari hasil penyelidkan tanah diketahui jenis tanah yang ada pada lokasi
bendung rencana adalah Pasir Kasar dengan nilai CL Tabel 4.8. berdasarkan KP 02-
2013 adalah 5. Diperoleh nilai Cw > CL (8,611 > 5) sehingga lantai muka aman terhadap
rembesan.
Untuk menentukan tebal lantai kolam olak harus dilakukan penijauan terhadap dua
kondisi yang mungkin terjadi, yaitu saat kondisi air normal dan kondisi air banjir.
Rumus:
L
Px = [ Hx – ( ( L x ) x ∆H ) ] x γw
w
Dimana:
27,333
= [ 5,029 – ( ( 40,069 ) x 5,212 ) ] x 1,0
= 1.474 t/m3
Kondisi air normal Wx = 0
𝑆.(𝑃𝑋 −𝑊𝑋 )
tmin =( )
ɤbeton
1,5.(2,246−0)
=( )
2,4
27,333
= [ 6,010– ( ( 40,069 ) x 3,489 ) ] x 1,0
= 2.455 t/m3
Kondisi air banjir Wx = 2,792 m
𝑆.(𝑃𝑋 −𝑊𝑋 )
tmin =( )
ɤbatu
1,25.(4,646−2,792)
=( )
2,4
Tebal lantai kolam olak dipilih berdasarkan nilai terbesar yaitu perhitungan kondisi
normal dan banjir, maka diambil tebal maksimal kolam olak dengan konstruksi beton
sebesar 0,3 m, sehingga direncanakan tebal kolam olak = 0,3 m, maka tebal kolam olah
desain dapat digunakan untuk perencanaan.
= 2,665 m/dt
sehingga nilai faktor lumpur Lacey (f) dan kedalaman gerusan (R):
f = 1,76 × Dm0,5
= 1,76 × 4000,5
= 35,200
1
𝑄 3
R = 0,47 × (𝑓 )
1
306,956 3
= 0,47 × ( 35,200 )
= 1,388 m
Karena adanya turbulensi dan aliran air yang tidak stabil, kedalaman gerusan (R)
perlu ditambah 1,5 kalinya. Sedangkan, untuk tebal selimut lindung pasangan batu
kosong sebaiknya diambil 2 – 3 kali d40. Panjang selimut lindung diambil 4 kali
kedalaman lubang gerusan (R).
R = 1,5 × 1,388
= 2,082 m ≈ 2,1 m
= 2,5 × 0,4
=1m
LRip-Rap =4×R
= 4 × 2,1
= 4,4 m