Anda di halaman 1dari 13

BAB I

TINJAUAN TEORI

MIOPI ATAU RABUN JAUH

A. Definisi Miopia

Mata disebut sebagai mata pelihat dekat, ini disebabkan susunan lensa terlalu kuat
membiaskan sinar atau karena bola mata terlalu lonjong (Ilyas, 2003).

Mata miopia disebut pelihat dekat penderita miopia dapat melihat benda dekat dengan sangat
jelas,sedangkan untuk benda yang terletak jauh tidak difokuskan (Guyton, 2000)

Mata adalah suatu kelainan refraksi di mana cahaya peralet yang memasuki mata secara
keseluruhan dibawa menuju focus didepan retina. Miopia, yang umumnya disebut sebagai
kabur jauh / terang dekat (Syafa, 2010)

Miopi adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk kemata jatuh di depan
retina pada mata yang istirahat ( tanpa akomodasi) gambaran kelainan pemokusanan cahaya
didepan retina. (Yayan A.Israr, 2010)

B. Etiologi

Etiologi miopia dipengaruhi berbagai faktor, antara lain :

1. Genetika (Herediter)

Penelitian genetika menunjukkan bahwa miopia ringan dan sedang biasanya bersifat
poligenik, sedangkan miopia berat bersifat monogenik. Penelitian pada pasangan kembar
monozigot menunjukkan bahwa jika salah satu dari pasangan kembar ini menderita miopia,
terdapat risiko sebesar 74 % pada pasangannya untuk menderita miopia juga dengan
perbedaan kekuatan lensa di bawah 0,5 D.

2. Nutrisi

Nutrisi diduga terlibat pada perkembangan kelainan-kelainan refraksi. Penelitian di Afrika


menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan malnutrisi yang berat terdapat prevalensi
kelainan refraksi (ametropia, astigmatisma, anisometropia) yang tinggi.
3. Tekanan Intraokuler

Peningkatan tekanan intraokuler atau peningkatan tekanan vena diduga dapat menyebabkan
jaringan sklera teregang. Hal ini ditunjang oleh penelitian pada monyet, yang mana ekornya
digantung sehingga kepalanya terletak di bawah. Pada monyet-monyet tersebut ternyata
timbul miopia.

C. Patofisiologi

Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui.
Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti
degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya, tentang
penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan
intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika
kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata
manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua
mekanisme patogenesa terhadap elongasi berlebihan pada myopia

Patofisiologi Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum
diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini,
seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya, tentang
penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan
intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika
kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata
manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua
mekanisme patogenesa terhadap elongasi berlebihan pada myopia.

D. Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan proses yang mendasarinya:

1. Miopia aksial

Miopia tipe ini disebabkan oleh karena diameter anteroposterior dari bola mata bertambah
panjang. Komponen refraktif lainnya berada dalam batas normal.

2. Miopia refraksional
Miopia ini disebabkan kelainan pada komponen-komponen refraktif pada mata seperti :

a. Lensa terlalu cembung, misalnya akibat cairan mata masuk ke lensa pada katarak
intumesen.

b. Lengkung kornea terlalu cembung, misalnya pada keratokonus.

c. Indek bias lensa yang meninggi, seperti pada diabetes mellitus.

E. Klasifikasi berdasarkan Onset terjadinya

a. Juvenile-Onset Myopia (JOM)

JOM didefinisikan sebagai miopia dengan onset antara 7-16 tahun yang disebabkan terutama
oleh karena pertumbuhan sumbu aksial dari bola mata yang fisiologis. Esophoria,
astigmatisma, prematuritas, riwayat keluarga dan kerja berlebihan yang menggunakan
penglihatan dekat merupakan faktor-faktor risiko yang dilaporkan oleh berbagai penelitian.
Pada wanita, peningkatan prevalensi miopia terbesar terjadi pada usia 9-10 tahun, sementara
pada laki-laki terjadi pada usia 11-12 tahun. Semakin dini onset dari miopia, semakin besar
progresi dari miopianya. Miopia yang mulai terjadi pada usia 16 tahun biasanya lebih ringan
dan lebih jarang ditemukan. Progresi dari miopia biasanya berhenti pada usia remaja ( ♂pada
usia 16 tahun, ♀ pada usia 15 tahun)

b. Adult-Onset Myopia (AOM)

AOM dimulai pada usia 20 tahun. Kerja mata yang berlebihan pada penglihatan dekat
merupakan faktor risiko dari perkembangan miopia.

F. Klasifikasi Miopia berdasarkan beratnya

a. Miopia ringan < -3,00 D

b. Miopia sedang -3,00 s/d -6,00 D

c. Miopia berat -6,00 s/d -9,00 D

d. Miopia sangat berat >-9,00 D


G. Tanda dan Gejala Miopia

Pasien miopi mempunyai pangtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang
dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan
telihat juling ke dalam atau esotropia (Ilyas, 2003).

Gejala miopi terbagi menjadi dua yaitu :

a. Gejala subjektif :

1) Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita miopia
hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan pengglihatan jauh akan
kabur.

2) Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari miopinya dapat
disembuhkan.

3) Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk mendapatkan
efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.

4) Penderita miopia biasanya suka membaca dekat, sebab mudah melakukannya tanpa usaha
(Slone, 1979).

b. Gejala objektif :

1) Miopi simplex :

Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-
kadang bola mata ditemukan agak menonjol.

2) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen
miopi yang ringan disekitar papil saraf optik.

Miopi Patologi :

Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopi simple.

1) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kalainan-kelainan pada :

a. Korpus vitreum
b. Papiler saraf optic

c. Makula

d. Retina terutama pada bagian temporal

e. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.

H. Diagnosis dan Koreksi

Tes Pin Hole dilakukan untuk mengetahui apakah penglihatan yang buram disebabkan oleh
kelainan refraksi atau bukan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan refraksi untuk menentukan
kelainannya dan juga besar koreksi yang diperlukan, seperti yang sudah dijelaskan pada bab
sebelumnya.

Koreksi pada mata dengan miopia dilakukan dengan memberi lensa minus atau negatif yang
ukurannya teringan dengan tajam penglihatan terbaik. Koreksi dapat dilakukan dengan
pemberian kacamata atau lensa kontak. Selain itu bisa juga dilakukan tindakan operasi
dengan metode-metode berikut:

a. Laser-assisted in-situ keratomileusis (LASIK)

b. Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK)

c. Photorefractive keratectomy (PRK)

d. Conductive keratoplasty (CK)

I. Penatalaksanaan Miopia

Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata difokuskan
tepat di retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :

1. Cara optik

2. Cara operasi

Cara optik

Kacamata (Lensa Konkaf)


Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa konkaf
(cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan menyebar.
Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu
panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis
konkaf di depan mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum
masuk ke mata, dengan demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina (Guyton,
1997).

Lensa kontak

Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini tetap
ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan
permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir semua
pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata
mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior
kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan
anterior lensa kontaklah yang berperan penting.

Penatalaksanaan Medis Yang Lainnya

1) Penatalaksanaan Nonfarmakologi

a. Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk mengobati
gejala-gejala visual pada pada penderita myopia. Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang
digunakan adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang
berfungsi untuk mengurangi miopia.

b. Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi

Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan latihan
pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan). Akan tetapi,
kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata.
Pada tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek. Dari peninjauan
tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti (fakta) ilmiah yang menyatakan bahwa
latihan pergerakan mata adalah pengobatan myopia yang efektif.

c. Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau operasi
lasik mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati
miopia. Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat
miopia dengan menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan juga terapi lain yaitu
Photorefractive Keratotomy (PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini menggunakan konsep
yang sama yaitu

dengan pergantian kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang berbeda. Selain
itu ada juga pengobatan yang dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi dan pemotongan
jaringan kornea mata. Orang-orang dengan miopia rendah akan lebih baik bila menggunakan
teknik ini. Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan
pergantian sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan
bahan-bahan plastik yang ditanamkan ke dalam kornea mata untuk mengganti kornea yang
rusak( Lee dan Bailey, www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).

2) Penatalaksanaan Farmakologi

Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi
kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada
penderita myopia (www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).

J. Manifestasi Klinik

Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan jarak
jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi mereka dapat
dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku.

Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu
tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu
harus

melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen) .
Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen
(estropia). Apabila terdapat myopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat
terjadi ambliopia pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke
temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia). (Illyas,2005).

Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling
dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia mempunyai kebiasaan
mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole
(lubang kecil). Pasien myopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat
jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan
menimbulkan keluhan astenopia konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka
penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005).
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MIOPIA

A. Kasus skenario 4
Laki – laki umur 30 tahun mengeluh gangguan penglihatan, tidak bisa membaca dipapan.
Tajam penglihatan 5/60, pada kedua mata dikoreksi dengan lensa sferis -2,0 pada
pemeriksaan funduskopi dalam batas normal.
Diagnosa yang ditemukan adalah “miopia”,
B. PENGKAJIAN
Anamnesis
1. Data demograsi
Umur, miopia dengan hiperopia dapat terjadi pada semua umur sedangkan
presbiopia timbul mulai umur 40 tahun. Pekerjaan, perlu di kaji terutama pada
pekerjaan yang memerlukan penglihatan ekstra dan pekerjaan yang membutuhkan
kontak dengan cahaya yang terlalu lama, seperti operator, komputer, reparasi jam.
Ras, etnis cina dan yahudi lebih sering mengalami miopia.
2. Keluhan yang di rasakan
Pandangan atau penglihatan kabur, kesulitan memfokuskan pandangan, epifora,
pusing, sering lelah dan mengantuk, pada klien miopia terdapat astenopia
astenovergen dan pada hiperopia terjadi astenipia akomodasi yang menyebabkan
klien lebih sering beristirahat.
3. Riwayat penyakit keluarga
Umumnya di dapatkan riwayat penyakit diabetes melitus dan pada miopia aksialis
di dapatkan faktor herediter
4. Riwayat penyakit yang lalu
Pada miopia mungkin terdapat retilitas sentralis dan abiasio retina, sedangkan pada
astigmatisme di dapatkan riwayat keratokonus, keratoglobus dan keraktesia. Kaji
pula adanya defisit vitamin a yang dapat mempengaruhi sel batang dan kerucut
serta produksi akueus humor dan kejernihan kornea.

Pemeriksaan
Miopia
Refraksi sebjektif, metode “trial and error” dengan menggunakan kartu Snellen, mata
di periksa satu per satu ,di tentukan visus masing-masing mata, pada dewasa dan visus
tidak 6/6 dikoreksi mudah lepas. Pada miopia yang cukup tinggi akan terjadi
strabismus konvergen (esotropia) akibat letak pungtum remotum kedua mata terlalu
dekat sehingga kedua mata selalu harus melihat dalam posisi konvergensi.
C. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1. DS: pasien mengeluh Miopia refraktif Gangguan persepsi
tidak bisa membaca sensori penglihatan.
di papan. Indeks bias media optik meningkat
DO: tajam penglihatan
5/60. Sinar sejajar dibias di depan retina

Kabur melihat jauh

Perubahan persepsi, transmisi, dan


atau integrasi sensori.

Gangguan persepsi sensori (visual)

2. DS: - Miopia aksial Resiko cedera


DO: -
Sumbu mata lebih panjang

Sinar sejajar dibias di depan retina

Kabur melihat jauh

Perubahan persepsi, transmisi, dan


atau integrasi sensori.

Gangguan persepsi sensori (visual)

Resiko cedera
D. Perencanaan

no Perencanaan
Diagnosa keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan persepsi sensori Gangguan penglihatan pasien 1. Observasi keadaan mata secara umum 1. Dapat mengetahui keadaan
(penglihatan) berhubungan akan berkurang atau teratasi umum mata klien.
2. Kaji penyebab gangguan penglihatan
dengan perubahan persepsi, setelah dilakukan tindakan 2. Dapat membantu perawat dalam
transmisi, dan atau integrasi keperawatan selama 1 hari, 3. Anjurkan pasien untuk menghindari hal- menentukan tindakan intervensi
sensori. dengan kriteria hasil: yangsesuai dengan kebutuhan
hal yang dapat memperburuk penglihatan
- DS: Pasien mengeluh - DS: Pasien akan klien.
tidak bisa membaca di mengatakan sudah bisa 4. Kolaborasi untuk penggunaan kacamata 3. Dapat menurunkan atau
papan membaca di papan mencegah bertambah buruknya
lensa sferis -2,0.
- DO: tajam penglihatan - DO: tajam penglihatan 6/6 gangguan penglihatan,
5/60 4. Kacamata lensa sferis -2,0 dapat
membantu mengembalikan
ketajaman penglihatan pasien.

2 Resiko cedera berhubungan Resiko cedera akan 1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual 1. Meningkatkan pemahaman
dengan gangguan persepsi- berkurang atau teratasi perawat tentang kondisi klien
2. Lakukan tindakan untuk membantu klien
sensori (penglihatan) setelah dilakukan tindakan dan dalam menentukan
keperawatan selama 1 hari, menangani gangguan penglihatannya intervensi
dengan kriteria hasil : 2. Menurunkan kemungkinan
3. Orientasikan klien pada lingkungan yang
- Klien akan bahaya yang akan tejadi
baru
beraktifitas dengan sehubungan dengan gangguan
4. Menjelaskan kepada keluarga pasien akan
normal tanpa rasa ta penglihatan
penyakit/kondisi pasien.
3. Memberikan peningkatan
kenyamanan, kekeluargaan serta
kepercayaan klien-perawat
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
4. Meningkatkan pengetahuan klien
dan keluarga serta dapat
mengurangi resiko cedera.
5. Dapat membantu meningkatkan
pemahaman klien sehingga bisa
menjaga kesehatan mata.

Anda mungkin juga menyukai