Anda di halaman 1dari 15

” SUPLAI PARIWISATA“

Oleh

1. Inggit Trivena Fanghoi ( 1932121572 )


2. Rosita Dewi Safitri ( 1932121207 )
3. I Gusti Bagus Sedana Putra ( 1932121566 )
4. I Putu Gede Nuaba Artha ( 1932121263 )
5. Asep Ardhana Pancamukti ( 1932121454 )

Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Warmadewa


Tahun ajaran 2019 / 2020
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Ida Sang Hyang Widhi Wasa,kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadiran-Nya yang telah melimpahkan rahmat kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Etika Bisnis ini tentang “SUPLAI PARIWISATA”. Makalah ini telah
kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami harap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap para pembaca.

Denpasar, 04 April 2020

(penyusun)
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1. Kategori suplai pariwisata...............................................................3
2.2. Jenis – jenis pariwisata....................................................................6
2.3. E - Tourism………..........................................................................9
2.4. Perspektif E - Commerce…………………………………………10
BAB III PENUTUP...........................................................................................11
3.1. Kesimpulan......................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
ii

BAB I . PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha yang terkoordinasi
untukmenarik wisatawan, menyediakan semua prasarana dan sarana, barang dan jasa fasilitas
yangdiperlukan, guna melayani wisatawan. Kegiatan pariwisata terjadi bila ada daerah
tujuanwisata dan wisatawan, yang membentuk suatu sistem. Bekerjanyasistem kepariwisataan
yangutama terdiri dari sisi permintaan (pasar) dan sisi penyediaan (suplai). Sisi
permintaanmerupakan masyarakat (orang) yang mempunyai keinginan untuk
berwisata, orang yangmelakukan perjalanan berwisata disebut wisatawan. Sisi
penyediaan meliputi komponentransportasi, daya tarik wisata, pelayanan dan
informasi/promosi. Sisi penyediaan ini merupakan produk daerah tujuan wisata. Kegiatan
dan pengembangan pariwisatamencakupsegi-segi kehidupan dalam masyarakat, mulai
dari kegiatan angkutan, akomodasi, atraksiwisata, makanan dan minuman,
cinderamata, pelayanan, dan lain-lain. Usaha ini untuk mendorong dan meningkatkan
arus kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawann us a n t a r a , s e h i n g g a
m e m u n g k i n k a n p e r e k o n o m i a n d a l a m n e g e r i s e m a k i n m a j u d a n berkembang.
Saat ini terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
p e m b a n g u n a n kebudayaan dan pariwisata. Permasalahan itu yakni, belum
meratanya pembangunan kebudayaan dan pariwisata, kurangnya koordinasi, integrasi
dan sinkronisasi intralembagadan antar lembaga, pusat maupun daerah, dalam
pengembangan budaya, destinasi dan promosi pariwisata, belum optimalnya
dukungan sektor lain, menurunnyacitra pariwisata yang disebabkan oleh berbagai faktor
seperti isu bencana alam, belum optimalnya kerjasamapelaku ekonomi-sosial-budaya dengan
pelaku pariwisata dan masyarakat, masih terbatasnyasumberdaya manusia yang profesional di
bidang kebudayaan dan pariwisata
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
 .Apa saja kategori suplai pariwisata ?
 Apa saja jenis – jenis pariwisata ?
 Apa itu E – Tourism ?
 Perspektif E - Commerce ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

 Untuk mengetahui kategori pemasaran


 Untuk mengetahui jenis – jenis pariwisata
 Untuk menetahui E - Tourism
 Untuk mengetahui perspektif E - Commerce
2
BAB II . PEMBAHASAN

2.1. Kategori Suplai Pariwisata


1. Prasana Pariwisata
Prasana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang memungkinkan
sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam raangka memberikan
pelayanan kepada para wisatawan termasuk prasana pariwisata
Prasarana perhubungan, meliputi jalan raya, jembatan dan terminal bus,rel
kereta apidan stasiun, pelabungan udara ( airport ) dan pelabuhan laut (sea
port)
Instalasi pembangkit listrik dan insatalasi air bersih
Instalasi penyuliangan bahan bakar minyak
System pengairan atau irigasi untuk kepentingan pertanian, perkebunan, dan
pertenakan
Sitem perbank dan moneter
System telekomunikasi seperti telepon, post, telergraf, faksimili, teleprinter
exhance ( telex ), email dan lain – lain
Prasarana kesehatan seperti rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat
Prasarana keamanan, pendidikan dan hiburan

2. Sarana Pariwisata
Sarana pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan pelayanan
kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Baik buruknya
saranan kepariwisataan tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. Sarana
kepariwisataan meliputi :
 Perusahaan perjalanan seperti travel agent, travel burue dam tour operator
 Perusahaan transportasi, terutama transportasi angkutan wisata
Biro Perjalanan Wisata
Biro perjalanan wisata adalah perusahaam yang menyelenggarakan paket wisata
dan agen perjalanan. Kegiatan usaha biro perjalanan wisata
 Menyusun dan menjual paket wisata negeri atas dasar permintaan
 Menyenlenggarakan / menjual pelayanan wisata (cruise)
 Meyusun daan menjual paket wisata dalam negeri kepada umum / atas dasar
permintaan
 Menyelenggarakan pemanduan wisata
 Menyediakan fasilitas untuk wisatawan
 Menjual tiket / karcis sarana angkutan dll
 Mengadakan pemesanan sarana pariwisata
 Mengurus dokumen – dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang
berlaku
3
Agen Perjalanan Wisata
Agen perjalanan pariwisata adalah perusahaan yanhg melakukan kegiatan
penjualan tiket (karcis), sarana angkutan, dll serta pemasaran sarana wisata. Kegiatan
agen perjalanan wisata :
 Menjual tiket, dll
 Mengadakan pemesanan sarana wisata
 Mengurus dokumen – dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang
berlaku
Hotel Dan jenis Akomodasi Lainnya
Yang termasuk akomodasi lainnya adalah hotel, motel, wisma, pondok wisata,
vila, apartemen, karavam, perkemahan, kapal pesiar, yacht, pondok remaja, dsb
 Sarana accomondation, akomodasi yang menyediaakan fasilitas dan
pelayanan makanan dan minuman
 Non service accomondation, akomodasi yang tidak menyediakan makanan
dan minuman. Sekurang kurangnya harus menyediakan kamar berperabot
(furnished room) dan tenaga untuk melayani keperluan tamu
 Sarana lainnya berupa bar, restoran, ceterinh dan usaha jasa boga took
cendera mata dan pusat kerajinan

3. Daya Tarik Wisata


Suatu objek dayatarik wisata pada prinsipnya harus memenuhi 3 syarat berikut
yakni something to see (ada yang dilihat), something to do (ada yang dikerjakan),
something to buy (ada yang dibeli / suvernir). Objek / daya Tarik wisata dapt dibagi
menjadi tiga :
Objek wisata alam : laut, pantai, gunung, danau, fauna, frora, kawasan
lindung, cagar alam, pemandangan alam
Objek wisata budaya : upacara kelahiran, tari – tari tradisional, pakaian adat,
perkawinan, upacara adat, upacara turun ke sawah, cagar budaya, bagunan
bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun tradisiona,
tekstil local, pertunjukan tradisional, adat istiadat, museum, dll
Objek wisata buatan : sarana dan fasilitas olahraga, permainna (layang –
layang), hiburan (lawak, akrobatik), ketangkasan (naik kuda), taman rekreasi,
taman nasional, pusat - pusat pembelajaa, dll
4. Organisasi Kepariwisataan
Adalah suatu badan yang langsung bertanggung jawab terhadap perumusan dan
kebijakan kepariwisataan dalam lingkup nasional. Sebagai lembaga yang
bertanggung jawab tentang maju mundurnya pariwisata di suatu Negara, lemabaga
ini juga betanggung jawab tentang pembinaan, perencanaan, pengembangan, dan
promosi kepriwisataan baik dalam lingkup local, nasional, dan internasional.
Melakukan koordiasi kerja sama dengan departemen yang berkaitan dengan kegiatan
kepariwisataan. Sebagai badan yang mewakili Negara dalam kegiatan dan peraturan
kepariwisataan internasional
4
5. Daya Tarik Wisata
Daya tarikwisata pada awal perkembangan pariwisata di Indonesai adalah untuk
mengistilahkan objek wisata, namun stelah peraturan pemerintah (PP) pada tahu8n
2009 diterbitkan, kata objek wisata selanjutnya tidak digunakan lagi untuk
menyebutkan kata objek wisata yang merupakan sautu daerah tujuan para wisatawan.
Menurut undang – undang republic Indonesia nomor 10 tahun 2009, daya tarik
wisata dapt dijelaskan sebagai segala sesuatu yang mempunyai keunikan,
kemudahanm dan nilai yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam, budaya, dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran / kunjungan para wisatawan. Menurut
Yoeti (2006:164) menyatakan bahwa daya tarik wisatawan untuk mengujungi suatu
daerah tertentu.
Daya tarik wisata alamiah adalah daya tarik wisata ciptaan. Tuhan Yang Maha
Esa yang terdiri dari keadaan alam, flora dan fauna, sedangkan daya tarik wisata
buatan merupakan hasil karya mausia yang terdiri dari museum, peninggalan sejarah,
seni dan budaya, wisata agro, wisata baru, wisata petualangan alam, taman rekreasi,
dan komplek hiburan. Beberapa pengertian tentang daya tarik wisata, maka dariat
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah segala sesuatu
disuatu tempat yang memilii keunikan, keindahan, kemudian dan nilai yang
berwujud keaneka ragaman kekayan alam maupun butan manusia yang menarik dan
mempunyai nilai untuk dikunjungi dan dilihat oleh wisatawan. Dalam kaitannya
dengan factor – factor yang menentukan wisatawan untuk membeli / mengujungi
daya tarik wisata. Ariyanto (2005) menyatakan ada 5 faktor yang menentukan
seseorang untuk membelikan jasa atau mengujungi objek wisata yaitu : lokasi,
fasilitas, citra atau image, harga atau tariff dan pelayanan. Terdapat syarat – syarat
yang mesti dapat dipenuhi untuk tujuan wisata untuk pengembangan daerahnya :
 Daya tarik yang dapat disaksikan (what to see) : hal ini mengisyaratkan
bahwa pada daerah haru ada sesuatu yang menjadi daya tarik wisata atau
suatu daerah mestinya mempuyai daya tarik yang khusus dan atraksi
budaya yang bisa dijadikan sebagai hiburan bagi wisatawan
 Aktivitas yang dapat dilakukan (what to do) :hal ini mengisyaratkan
bahwa tempat wisata menyaksikan sesuatu yang menariik wisatawan juga
mesti disediaakan fasilitas rekreasi yang biasa membuat para wiatawan
betah betah untuk tinggal lebih lama ditempat tujuan wisata
 Sesuatu yang dapat dibeli (what to buy) : hal ini mengisyaratkan bahwa
tempat tujuan wisata mestinya menyediaakan beberapa fasilitas penunjang
untuk berbelanja terutama barang suvernir dan kerajinanrakyat yang bisa
berfungsi sebagai oleh oleh untuk pulang temapt asal wisatawan
 Alat transportasi (what to arrived) : hal ini mampu dijelaskan bahwa untuk
dapat mengujungi daerah daya tarik tujuan wisata tersebut, kendaraan apa
yang digunakan ban berapa lama wisatawan tiba ke tempat tujua wisata
yang akan dituju

5
 Penginapan (where to stay) : hal ini menujukan bagaimana wisatawan
akan dapat tinggal untuk sementara selama mereka berlibur.
Untuk ,menunjang keperluan tempat tinggal sementara bagi wisatawn
yang berkunjung, daerah tujuan wisata perlu mempersiapkan penginapan
penginapan seperti hotek berbintang atau hotel tidak berbintang dan
sejenisnya.

2.2. Jenis – Jenis Pariwisata


Menurut Pendit (1994), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk
mengunjungi suatu tempat. Jenis – jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut :
1. Wisata Budaya
Perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan
hidup seseorang dengan jala mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain
atau ke luar negeri untuk mengetahui rakyat di suatu wilayah, mengetahui kebiasaan
atau adat istiadat, cara hidup, serta memperlajari budaya dan keseniannya. Seiring
perjalannya serupa ini disatukan dengan kesempatan – kesempatan mengambil
bagian dalam kegiatan – kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari,seni drama,
seni music, dan seni suara) atau kegiatan yang bermotif kesejahteraan dsb.
2. Wisata Maritim atau Bahari
Jenis wisata ini banyak dikaitka dengan kegiatan olahraga di air, lebih – lebih di
danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil
melakukan pemotretan, kompetisi berslancar, balapan mendayung, melihat lihat
taman laut dengan pemandangan dibawah permukaan air serta berbagai rekreasi
perairan yang banyak dilakukan di daerah – daerah / Negara – Negara maritim, dilaut
Karibia, Hawai, Tahiti, Fiji, dsb. Di Indonesia banyak tempat dan daerah yang
memiliki potensi wisata maritim ini seperti mial pulau seribu di teluk Jakarta, Danau
Toba,pantai Kuta Bali dan pulau – pulau kecil di sekitarannya, taman laut di Maluku
dsb. Jenis ini disebut pula wisata tirta
3. Wisata Cagar Alam
Wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan dyang
mengkhususkan usaha – usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah
cagar alam, taman lindung, hutan daerga pegunungan dan sebagainya yang
kelestariannya dilindungi oleh undang – undang. Wisata cagar alam ini banyak
dilakukan oleh para penggemar dan pencinta alam dalam kaitannya dengan
kegemaran memotret binatang atau marga satua serta pepohonan kembang beraneka
warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.
Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran
hawa udara dipegunungan, keajaiban hiudp binatang dan marga satwa yang langka
serta tumbuh –tumbuhan yang jarang terdapat di tempat tempat lain.

6
4. Wisata MICE`
Menurut Pendit (1999:25), MICe diartikan sebagai wisata konvensi dengan
batasan berupa usaha jasa konvensi, perjalanan instensif, dan pameran merupakan
usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagisuatu pertemuan keleompok
orang (negarawan, usahawan, cendikiawan, dsb) untuk membahas msalah – masalah
yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Menurut Kesrul (2004:3), MICE
diartikan sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang aktivitasnya
merupakanperpaduan antara leisure dan bussines. Biasanya melibatkan sekelompok
orang dengan secara bersama – sama, rangkaian kegiatan dalam bentuk meeting,
incetive travels, conventions, congresess, conference dan exhibition.
Meeting adalah istilah dalam bahasa inggris yang berarti rapat pertemuan
atau persidangan. Meeting merupakan suatukegiatan yang termasuk di dalam
MICE.
Incetive, Undang – undnag No. 9 Tahun 1990 yang dikutip Pendit (1999:27),
menjelaskan bahwa perjalanan incetive merupakan suatu kegiatan perjalanan
yang diselneggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra
usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan
penyelengggaraan konvensi yang mebahas perkembangan kegiatan
perusahaan bersangkutan.
Converence, Menurut Pendit, istilah conference diterjemahkan dengan
konverensi bahasa Indonesia yang mengandung pengertian sama. Dalam
praktiknyta, arti meeting sama saja dengan conference maka secara teknis
akronim MICE sesungguhnya adalah istilah yang memudahkan orang
mengingatnya bahwa kegiatan – kegiatan yang dimaksud sebagai
perencanaan, penyelenggaraan sebuah meeting, converence, incetive, dan
exhibitions hakikatnya merupakan sarana yang sekaligus adalah paket – paket
wisata yang siap dipasarkan.
Exhibition, berarti pameran, dalam kaitannya dlam industry pariwisata,
pameran termasuk dalam bisnis pariwisata konvensi.hal ini diatur dalam surat
keputusan menparpostel RI nomor KM.108/HM.703/MPPT-91 Bab 1 pasal
1c, yang dikutip oleh Pendit (1999:34) uang berbunyi “Pameran merupakan
suatu kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan promosi yang ada
hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya
dengan pariwisata.
5. Wisata Agro
Filosofi agrowisata adalah menigkatkan pendapatan kaum tani, dan meningkatkan
kualitas alam pedesaan menjadi hunian yang benar – benar dapat diharapkan
sebagaihunian yang berkualiyas, memberikan kesempatan masyarakat unutk belajar
kehidupan pertanian yang menguntungkan dari ekosistemnnya. Agrowisata bagi
wisatawan adalah mendidiakan wisatawan untuk memahami kehidupan nyata tentang
pertanian dan memberikan pemahaman kepada wisatawan bahwa kehidupan bertani

7
adalah pekerjaan yang amat mulia karena kehidupan masyarakat lainnya sangat
bergantung pada pertanian. Keuntungan lain bagi wisatawan adalah mereka dapat
menikmati alam yang sehat dan alamiah bebas dari polusi kota, mendapatkan produk
pertanian yang benar – benar segar dan bahkan organic / green product.
Menurut Subidya (2002) mengatakan pariwisata internasional pada saatn ini telah
mengalami pergerseran yang cenderung mengarah pada pariwisata ecotourism yang
berwawasan lingkungan, knservasi alam dengan pemanfaatn alam dan lingkungan
secara bertanggung jawab. Ecotorism dan wisata agro diyakini dapat menignkatkan
perekonomian masyarakat, meningkatkan gairah untuk meningkatkan usaha kecil
seperti kerajinan rumah tangga, pertanian dan bidang usaha lainnya karena wisatwan
ecotorism adalah wisatwaqn yang bersentuhan langsung dengan penduduk local
dimana objek tersebut dikembangkan. Menurut persektif kepariwisatan adalah bagian
dari wisata alam yang memiliki etika perencanaan dan filosofis propertanian.
Perencanaan kepariwistaaan disuatu daerah pada umumnya didasarkan paa ola
perencanaan regional dan kawasan. Oleh karena pembangunan kepariwistaaan alam
sangat erat kaiitannya dengan upaya mengkonservasi lingkungan maka konsep dan
prinsip pembangunan berwawasn lingkungan harus menjadi pertimbangan utama.
6. Wisata Buru
Jenis ini banyajk dilakukan di negeri – negeri yang memang memiliki daerah /
hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digelakan oleh berbagai
agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah
atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Negara yang bersangkutan seperti
berbagai Negara di Afrika untuk berbru gajah, singa, ziraf dan sebagainya. Indonesia,
pemerintah membuka wisata buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur dimana
wisatawan boleh menembak banteng / babi hutan.
7. Wisata Ziarah
Jenis wisata ini sediikit banyak dikatikan ddengan agama, sejarah, adat
istiadat dan kepercayaan umat atau sekelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah
banyak dilakukan oleh perorangan atu rombongan ke tempat tempat suci seperti
makan – makan orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke tempat
pemakaman tokoh atas pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata
ziarah ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawqan untuk
memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk
tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah. Indonesai memiliki banyak
tempat suci atau keramat yang dikunjungi oleh umat – umat beragama tertentu
misalnya seperti cadi Borobudur, Prambanan. Pura Besakih di Bali, Sedangsono
di Jawa Tengah, makam Wali Songo, Gunung Kawi, makam Bung Karno di
Bliter, dsb. Banyak agen atau biroperjalanan menawarkan perjalanan menarawkan
wisata ziarah ini pada waktu – waktu tertentu dengan fasilitas akomodasi dan
saranan angkutan yang diberi reduksi mearik ke tempat – tempat tersebut.

8
2.3. E – Tourism
Pariwisata modern saat ini telah dipercepat perkembangannya oleh proses globalisasi,
dan juga oleh pesatnya perkembanganya teknologi informasi. WTO juga mencatat bahwa
internet telah menjadi media utama dalam mencari informasi tentang destinasi pariwisata yang
akan dikunjungi oleh calon wisatawan dan perkiraan 95% wisatawan mendapatkan infor masi
melali internet. Faka lain mencatat bahwa perkiraan 80% dari wisatawan yang berkunjung ke
destinasi Indonesia berasalah dari Negara – Negara maju yang telah terbiasa mengguanakan
internet sebagai sumber informasi dalam mengambil keputusan perjalanan wisatawan. Namun
masih harus disadari bahwa pemanfaatan kemajuan teknologi informasi pada bisnis pariwisata
masih sangat terbatas, hanya Nampak pada perusahaan besar atau berjejaring internasional saja.
Kunjungan wisatawan di Indonesia akan terus meningkat jika destinasi yang kita miliki telah
memilik kualitas yang melebihi harapan wisatawan. Dengan mengusung destinasi tropis yang
sangat diminati oleh wisatawan, kita juga memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan
budaya yang semestinya menjadi daya tarik tiada tara bagi calon wisatawan.
Wisatawan yang semakin “intelek” dalam memilih destinasi, dengan berbagai
pertimbangan yang rasional, ada 3 hal penting yang biasanya menjadi indicator destinasai yang
berkualitas, diantaranya :
1. Kemampuan destinasi dalam melesdtarikan sumber daya alami
2. Minimalisasi tingkat polusi termasuk juga kemacetan lalu lintas
3. Keunikan budaya
Ketiga hal ini me njadi pertimbangan utama calon wisatawan dalam menentukan destinasi yang
akan dikunjungi. Untuk mempromosikandan memnberikan gambaran tentang ketiga hal ini,
harusnya dipilih media yang paling tepat menaggambarkannya, misal visualisasi yang dapat
menggunggah calon wisatawan berkunjung dalam hal ini peran pencitraan virtual seperti
eutorism akan sangat efektif.eutorism adalah bentuk pemanfaatan teknologi informasi internet
untuk mendukung industry pariwisata, biro perjalanan, hotel, serta industri terkaitpariwisata
lainnya.
Ada banyak alasan yang memperkuat optimisme. Eutorism sanga efektif sebagai system dan
media promosi pariwisata di Bali antara lain :
1. System ini dapat memperpendek rantai distribusi, dan pangsa pasar pariwisata Bali telah
terbiasa dengan penggunaan teknologi informasi
2. Relative murah, sangat berbeda dengan promosi door to door, sehingga keterbatasan dana
promosi dan masih lemahnya jaringan pemasaran yang dimiliki selama ini akan diatasi
dengan memanfaatkan secara cerdas kemajuan tekniolgi informasi
Kesungguhan dan kepekaan pemerintah dan pelaku bisnis pariwisata membuat perencanan yang
terencanan yang berorientasi tidak hanya waktu pendek dan melakukan diversifikasi produk
dengan berbagai inovasi dankreasi yang berkelanjutan. Pariwisata berbasis teknologi dikenal
dengan sebutan eutorism.eutorsm dipandang sebagai salah satu cara yang sangat efektif di dalam

9
memperkenalkan pariwista di suatu daerah atau Negara.konsep dasar eutorism pada dasarnya
merupakan konsep yang masih baru dan belum mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang
bergerak di bidan pariwisata. Eutorism masih dilihat sebagai suatu hal yang masih perlu dikaji
lebih jauh mengenai keberadaan. Hendrikson menyatakian bahwa ada 4 karakteristik utama jka
kalau kita ingin mengembangkan eutorism yaitu : 1. Produk pariwista, 2. Dampak berantai yang
ditimbulkan oleh industry pariwisata, 3. Struktur industry pariwisata, 4. Ketersediaan
infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi. Theophilus Wellem menyatakan bahwa belum
optimalnya eutorism di Indonesia dalam pemasaran paket wisata disebabkan karena informasi
yang diberikan pada website pariwisata tidak bersifat interaktif dengan wisatawan
Pengembangan Eutorism di Indonesia masih besifat spasial, belum menyentuh pada
penyediaan informasi yang menyeluruh untuk berbagai kawasan serta [endukungnya disetiap
daerah. Hal inilah yang menjadi kendala dan masalah dalam pengembangan pariwisata.disisi lain
para wisatawan ketika memutuskan untuk memenuhi kebutuhannya akan pariwisata, lebih
mengutamakan untuk memperoleh informasi yang komprehesif serta menyuluh mengenai daerah
wisata. Pada hakikatnya sektor pariwisata Indonesia berharap dpat mengaet kunjungan
wisatawan mancanegara yang besar. Disisi lain kedatangan wisatwan di Indonesia pada dasarnya
tidak lepas promosi yang dilakukan. Oleh karena itu pemanfaatan teknologi internet merupakan
langkah yang dipandang tepat untuk mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Wisatawan kini tidak sabar menunggu informasi yang biasanya diberikan melalui biro jasa
perjalana ataupun organisasi lainnya.

2.4. Perspektif E - Communerce


Eccomerce merupakan istilah yang digunakan oleh perusahaan untuk menjual dan
membeli sebuah produk secara online. Eccomerce didefinisikan dari berbagai perspektif
(kalakota dan Whinston 1997), yaitu berdasarkan komunikasi, proses bisnis, layanan, dan online.
Definisi Eccomerce berdasarkan beberapa perspektif yang telah disebutkan yaitu :
1. Perspektif Komunikasi (Communications) menurut perspektif ini Eccomerce merupakan
pengiriman informasi, produk / jasa, dan pembayaran melalui lini telepon, jaringan
computer atau sarana elektronik lainnya
2. Perspektif Proses Bisnis (Bussines) menurut perspektif ini Eccomerce merupakan aplikasi
teknolgi menuju otomatisasi transaksi dan aliran kerja dan perusahaan (work flow)
3. Perspektif Layanan (Service) menurut perspektif ini Eccomerce merupakan atu alat yang
memenuhi keigninan perusahan, konsumen, dan menejemen dalam memangkas service
cost ketika meningkatkan mutu barang dan ketepatan pelayanan.
4. Perspektif Online (Online) menurut perspektif ini Eccomerce berkaitan dengan kapasitas
jual beli produk dan informasi di internet dan jasa online lainnya.

10
BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bekerjanya system kepariwisataan yang terdiri dari sisi permintaan (pasar) dan sisi
penyediaan (suplai). Terdapat kategori dari suplay pariwisata diantaranya : Prasarana pariwisata,
Sarana pariwisata, daya tarik wisata, organisasi kepariwisataan, daya tarik wisata. Pariwisata
dapat dibedakan menjadi motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis - jenis
pariwista tersebut adalah : wisata budaya, wisata maritime atau bahari, wisata cagar alam, wisata
MICE, wisata agro, wisata buru, dan wisata ziarah. Eccomerce merupakan istilah yang
digunakan oleh perusahaan untuk menjual dan membeli sebuah produk secara online. Eccomerce
didefinisikan dari berbagai perspektif (kalakota dan Whinston 1997), yaitu berdasarkan
komunikasi, proses bisnis, layanan, dan online.
12
Daftar Pustaka

Pemasaran Pariwisata Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, M.A

Anda mungkin juga menyukai