DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
- Wilda (001604332022)
- Azisah Fadhilah (002504332022)
- Siti Reziyah Kamelia Pertiwi (004804332022)
- M Khusnul Mubarak (003004332022)
MAKASSAR
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Islami & Etika Profesi dengan
judul materi “Akuntansi Keuangan Menengah”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
B. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian Googwill........................................................................................... 3
B. Jenis dan Manfaat Goodwill .............................................................................. 6
C. Karakteristik yang membedakan aktiva berwujud dengan aktiva tidak
berwujud .................................................................................................................... 7
D. Perlakuan Akuntansi Terkait dengan Goodwill versi IFRS Dan
PengaruhnyaTerhadap Dunia Usaha ......................................................................... 8
E. Goodwill Negatif .............................................................................................. 10
F. Amortisasi Goodwill ........................................................................................ 11
G. Penurunan Goodwill ........................................................................................ 14
H. Perlakuan goodwill menurut akuntansi ............................................................ 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama bertahun-tahun goodwill telah menjadi salah satu topik yang
paling kontroversial dalam akuntansi. Goodwill tidak dapat diukur secara
langsung. Nilainya secara umum ditentukan melalui penilaian yang didasarkan
pada asumsi penilai. Akibatnya, nilai goodwill ditentukan secara subjektif.
Masalah pengakuan goodwill dalam laporan keuangan telah mendapat
pendukung dan penentang dikalangan kaum profesional. Pendukung pengakuan
goodwill menekankan bahwa goodwill merupakan “nilai terkini atas
pengembalian lebih yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Kelompok ini
mengatakan bahwa menentukan nilai kini atas kelebihan pengembalian
merupakan analogi terhadap menentukan nilai kini atas arus kas masa depan
yang terkait dengan aktiva dan proyek lainnya. Penentang pengakuan goodwill
mengatakan bahwa harga yang dibayarkan untuk mengakuisisi seringkali
ternyata didasarkan pada ekspektasi/ harapan yang tidak relistis, sehingga
mengakibatkan penghapusan goodwill dimasa depan. Menjadi bahan perdebatan
yang berkepanjangan dan tampaknya tidak ada jawaban tunggal yang benar
terhadap permasalahan akuntansi goodwill ini (Johnson & Tearney,1992).
Dibeberapa Negara terkait dengan perlakuan akuntansi goodwill sudah banyak
mengalami perubahan aturan termasuk Standart Akuntansi Internasional yang
dikeluarkan oleh IASC. Dijelaskan dalam artikel Tri Lestari & Zaki B (UGM)
bahwa akuntansi untuk goodwill diamortisasi dan dikapitalisasi dengan masa 20
tahun dan ini sesuai dengan PSAK No.22 par 39. Seiring dengan akan
diberlakukannya Standart Internasional (IFRS) maka penggunaan fair value
dalam memperlakuan goodwill akan mengalami pergeseran.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dalam penulisan ini adaah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Goodwill?
2. Apa Jenis Goodwill dan Manfaatnya
3. Apakah karakteristik yang membedakan aktiva berwujud dan tidak
berwujud?
4. Bagaimanakah Perlakuan Akuntansi Terkait dengan Goodwill versi
IFRS Dan PengaruhnyaTerhadap Dunia Usaha?
5. Apakah yang dimaksud dengan Goodwill Negatif?
6. Apakah yang dimaksud dengan Amortisasi Goodwill?
7. Apakah yang dimaksud dengan Penurunan Goodwill?
8. Baimana Perlakuan Goodwill dalam Akuntansi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa pengertian Goodwill
2. Untuk mengrtahui jenis dan manfaan goodwill
3. Untuk mengetahui Apakah karakteristik yang membedakan aktiva berwujud
dan tidak berwujud
4. Untuk mengetahui Bagaimanakah Perlakuan Akuntansi Terkait dengan
Goodwill versi IFRS Dan PengaruhnyaTerhadap Dunia Usaha
5. Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan Goodwill Negatif
6. Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan Amortisasi Goodwill
7. Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan Penurunan Goodwill
8. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan goodwill dalam Akuntansi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Googwill
Goodwill menurut IFRS merupakan manfaat ekonomi di masa depan
yang timbul dari aktiva yang tidak dapat diidentifikasi dan diakui secara terpisah
(Hennie Van Greunning :2005.hal 70) dalam bukunya IFRS A.Practical Guide
dan dijelaskan pula keterkaitan dengan perlakuan akuntansi goodwill, bahwa
Goodwill harus diuji untuk penurunan nilainya setiap tahun dan dijelaskan bahwa
goodwill tidak boleh diamortisasi. Secara tegas IFRS melakukan penghapusan
amortisasi dengan mengharuskan impairment seperti yang diatur dalam IAS 36
IFRS juga menegaskan bahwa setiap aktiva tidak berwujud yang diperoleh tidak
berdasarkan pada IFRS (yang tidak memenuhi syarat goodwill) harus
diklasifikasi ulang dan uji penurunan harus dilakukan untuk goodwill serta
goodwill negative yang ada harus dikreditkan terhadap ekuitas.
3
Goodwill dalam suatu kombinasi bisnis diakui sebagai aset yang
menggambarkan manfaat ekonomi masa depan yang muncul dari aset lain yang
diakuisisi. Menurut PSAK 22 (revisi 2010) goodwill diakui oleh pihak
pengakuisisi pada saat tanggal akusisi. Pihak pengakuisisi mengukur goodwill.
Pada jumlah yang diakui pada saat tanggal akuisisi kemudian dikurangi
dengan akumulasi rugi penurunan nilai. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 19 (revisi 2010) menyatakan bahwa goodwill merupakan kategori aset
yang memiliki manfaat tidak terbatas sehingga tidak diamortisasi akan tetapi
melakukan pengujian penurunan nilai setiap tahun dan ketika terdapat indikasi
penurunan nilai. Akuntansi untuk rugi penurunan nilai diatur oleh PSAK 48
(revisi 2009) Penurunan Nilai Aset.
Pada tahun 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan terdapat
perubahan standar mengenai goodwill. PSAK 22 (revisi 1994) tentang
Penggabungan Usaha digantikan dengan PSAK 22 hasil adopsi IFRS 3 tentang
Kombinasi Bisnis. PSAK 22 paragraf 66 (revisi 2010) mewajibkan entitas untuk
menghentikan amortisasi goodwill sejak awal periode tahun buku yang dimulai
pada atau setelah 1 Januari 2011, mengeliminasi jumlah tercatat yang terkait
dengan akumulasi amortisasi sehubungan penurunan goodwill pada awal periode
tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011, melakukan uji
penurunan nilai atas goodwill sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009) tentang
Penurunan Nilai Aset yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011.
Relevansi nilai begitu penting dalam menunjukan nilai suatu ekuitas, akan tetapi
relevansi nilai informasi akuntansi di Indonesia relatif tidak stabil dan cenderung
menurun.
Di Indonesia perlakuan akuntansi pada goodwill mengalami perubahan
pada tahun 2010. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan revisi terbaru
PSAK 22 mengenai kombinasi bisnis yang mengungkapkan bahwa perusahaan
pengakuisisi tidak perlu melakukan amortisasi terhadap goodwill dan
mengeliminasi semua akumulasi amortisasi goodwill. Kebijakan mengenai
4
goodwill juga berhubungan dengan PSAK 48 revisi 2009 yang menyatakan
perusahaan harus melakukan evaluasi terhadap nilai goodwill untuk mengetahui
apakah terdapat penurunan nilai terhadap goodwill. Penurunan nilai goodwill
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dimana manajemen mengukur
apakah goodwill mengalami penurunan nilai. Terjadinya penurunan goodwill
(goodwill impairment) apabila nilai goodwill sudah tidak dapat terpulihkan atau
nilai wajar goodwill lebih rendah dari pada nilai buku goodwill perusahaan.
Shahwan, (2002) menyatakan bahwa investor memahami arus kas masa datang
(future cash flows) berhubungan dengan nilai goodwill yang dilaporkan dalam
laporan keuangan dan mereka juga sangat menilai dan memperhatikan
kapitalisasi goodwill di atas nilai bukunya ketika menentukan nilai pasar
perusahaan (firm market value). Goodwill juga merupakan pos yang paling rumit
untuk ditangani karena tidak memiliki karakteristik sebagaimana aset pada
umumnya, yaitu dapat diidentifikasi serta memiliki kemampuan untuk
dipisahkan.
Goodwill merupakan bagian Aset dalam neraca keuangan perusahaan,
diklasifikasikankedalam aset tak berwujud yang muncul pada saat terjadi akuisisi
suatu perusahaan terhadapperusahaan yang lain.Timbulnya goodwill ketika
pembayaran (pembelian) atas perusahaan lain dengan harga diatasharga pasar
aset bersih (nilai buku).Selisih yang timbul inilah yang dinamakan
Goodwill.Goodwill merupakan representasi angka yang lebih besar dari nilai
buku yang dibayarkansuatu perusahaan untuk bisa mendapatkan perusahaan
lain.Secara teoritis, merupakan nilai sekarang dari kelebihan laba suatu
perusahaan pada masa yang akan datang dalam suatu industri. Nilainya sama
dengan harga pembelian dikuranginilai buku dari aktiva neto perusahaan yang
diinginkan dikurangi jumlah aktiva-aktivaperusahaan yang diinginkan yang bisa
didepresiasikan, yang ditambahkan ke nilai pasarwajar. Nilai pasar yang wajar
akan sama dengan harga pembelian
5
B. Jenis dan Manfaat Goodwill
Adapun jenis goodwill adalah sebagai beikut:
1. Goodwill akuntansi
Jenis goodwill yang berhubungan dengan akuisisi yang terjadi. Goodwill
akan tercatat dalam laporan keuangan perusahaan seperti yang sudah
ditetapkan oleh peraturan standar akuntansi yang berlaku.
2. Goodwill Ekonomi
Jenis goodwill yang dilihat dilihat lebih kepada kinerja perusahaan atau
prospek di masa yang akan datang. Beberapa hal yang mencakup goodwill
ekonomi adalah reputasi perusahaan, kualitas karyawan, dan juga
identitas brand yang loyal.
6
Apabila perusahaan memiliki aset goodwill hal ini memungkinkan
perusahaan bisa lebih leluasa dalam mengatur ketersediaan operasional dan
sumber daya manusia di kedua perusahaan yang dikelola.
5. Memberikan lisensi untuk perusahaan yang di akuisisi
Setelah proses akuisisi suatu perusahaan, perusahaan akan mendapat
keuntungan berupa lisensi baru. Sebab, secara otomatis lisensi milik
perusahaan yang telah diakuisisi akan menjadi hak milik perusahaan yang
mengakuisisi.
7
D. Perlakuan Akuntansi Terkait dengan Goodwill versi IFRS Dan
PengaruhnyaTerhadap Dunia Usaha
Goodwill Adalah kelebihana-kelebihan, keistimewaan tertentu yang
dimiliki oleh perusahaan, yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh
pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki
reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk unggul
yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain IFRS
mensyaratkan suatu perusahaan untuk menaati setiap sstandar efektif pada
tanggal pelaporan atas laporan keuangan yang pertama sesuai dengan ifrs.
Dengan memastikan perkecualian (exception) dan pengecualian (exemption)
tertentu, ifrs harus diterapkan secara retrospektif. Oleh karenanya, jumlah
komparatif termasuk neraca awal untuk periode komparatif, harusnya dinilai
ulang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum( generally accepted
accounting principles-GAAP) ke IFRS.
Neraca IFRS awal pada tanggal transaksi seharusanya mengakui
semua aktiva dan kewajiban yang pengakuannya diwajikkan oleh IFRS, tetapi
tidak mengakui semua aktiva dan kewajiban yang pengakuannya tidak
diperkenankan oleh IFRS. Terkait dengan penggabungan usaha dan goodwill
yang dihasilkan, jika penggabungan usaha sebelum tanggal transisi tidak
dinilai ulang, maka:
1. goodwill akibat pembelian kontingen tertentu yang terjadi sebelum tanggal
tansisi harus dilakukan penyesuaian.
2. Setiap aktiva tidak berwujud yang diperoleh tidak berdasarkan IFRS (yang
tidak memenuhi syarat sebagai goodwill ) harus diklasifikasi ulang.
3. Uji penurunan nilai harus dilakukan untuk goodwill serta goodwill negatif
yang ada harus dikreditkan terhadap equitas.
Pada aktiva tidak berwujud (intangible asset), jumlah berikut ini dapat
digunakan sebagai nilai terpilih, dengan syarat terdapat pasar yang aktif untuk
8
aktiva tersebut yaitu nilai pasar pada tanggal transaksi atau penilaian ulang pada
tanggal sebelum transisi, jika penilaian ulang secara umu dapat diperbandingkan
dengan nilai wajar atau biaya yang didepresiasikan yang disesuaiakan dengan
indeks harga umum atau khusus. Untuk nilai wajar akibat suatu peristiwa, jiak
nilai wajar telah digunakan untuk sebagian atau seluruh aktiva dan keajiban
berdasarkan GAAP sebelumnya, maka niali wajar ini dapat digunakan sebagai
“nilai terpilih”, IFRS pada tanggal pengukuran. Goodwill harus diuji untuk
penurunan nilainya setiap tahun serta goodwill tidak boleh diamortisasi.
Selama bertahun-tahun goodwill telah menjadi salah satu topik yang
paling kontroversial dalam akuntansi. Goodwill tidak dapat diukur secara
langsung. Nilainya secara umum ditentukan melalui penilaian yang didasarkan
pada asumsi penilai. Akibatnya, nilai goodwill ditentukan secara subjektif.
Masalah pengakuan goodwill dalam laporan keuangan telah mendapat
pendukung dan penentang dikalalngan kaum profesional. Pendukung pengakuan
goodwill menekankan bahwa goodwill merupakan “nilai terkini atas
pengembalian lebih yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Kelompok ini
mengatakan bahwa menentukan nilai kini atas kelebihan pengembalian
merupakan analogi terhadap menentukan nialai kini atas arus kas masa depan
yang terkait dengan aktiva dan proyek lainnya. Penentang pengakuan goodwill
mengatakan bahwa harga yang dibayarkan untuk mengakuisisi seringkali
ternyata didasarkan pada ekspektasi/ harapan yang tidak relistis, sehingga
mengakibatkan penghapusan goodwill dimasa depan. Kedua argumen memiliki
keunggulan masing-masing.
Banyak perusahaan yang mampu menghasilkan kelebihan pengembalian
atsa investasi mereka. Akibatnya harga saham biasa perusahaan-perusahaan ini
seharusnya dijual pada tingkat premium atas nlai buku aktiva berwujud mereka.
Konsequensinya, investasi yang membeli sham biasa perusahaan semacam itu
membayar untuk aktiva tidak berwujud(reputasi, merek dagang, dan
sebagainya). Berdasarkan IFRS 3, goodwill harus dikapitalisasi dan diuji untuk
9
penurunan nilai setiap tahunnya. Goodwill tidak diamortisasi. Penurunan nilai
goodwill merupakan beban nonkas. Meskipun demikianm, penurunan niali
goodwill jelas mempengaruhi laba bersih. Ketika goodwill dibebankan terhadap
laba pada periode sekarang, laba yang dilaporkan dalam periode kini menurun,
akan tetapi laba yang dilaporkan untuk periode mendatang harusnya meningkat
ketika aktiva terhapuskan atau tidak lagi diturunkan nilainya. Hal ini juga
menyebabakan aktiva bersih dan equitas pemegang saham berkurang disatu sisi,
tetapi meningkat pengembalian atas aktiva, rasio perputaran aktiva,
pengembalian atas ekuitas, dan rasio perputaran equitas disis lain.
E. Goodwill Negatif
Dalam bisnis, goodwill negatif (NGW) adalah istilah yang mengacu pada
jumlah pembelian murah uang yang dibayarkan, ketika perusahaan mengakuisisi
perusahaan lain atau asetnya untuk secara signifikan kurang dari nilai pasar wajar
mereka. Goodwill negatif umumnya menunjukkan bahwa pihak penjual tertekan
atau telah menyatakan pailit, dan tidak menghadapi pilihan lain selain
membongkar asetnya untuk sebagian kecil dari nilainya. Akibatnya, niat baik
negatif hampir selalu memihak pembeli. Goodwill negatif adalah kebalikan dari
goodwill, di mana satu perusahaan membayar premi untuk aset perusahaan lain.
1. Goodwill negatif (NGW) mengacu pada jumlah pembelian murah uang yang
dibayarkan ketika perusahaan mengakuisisi perusahaan lain atau asetnya.
2. Goodwill negatif menunjukkan bahwa pihak penjual dalam keadaan tertekan
dan harus menurunkan asetnya untuk sebagian kecil dari nilainya.
3. Goodwill negatif hampir selalu menguntungkan pembeli.
4. Pihak pembeli harus menyatakan niat baik negatif pada laporan laba rugi
mereka.
5. Goodwill negatif adalah kebalikan dari goodwill, di mana satu perusahaan
membayar premi untuk aset perusahaan lain.
10
6. Goodwill / pelaporan goodwill negatif berada di bawah standar akuntansi
yang berlaku umum (GAAP).
F. Amortisasi Goodwill
11
tidak mengganggu laporan laba rugi saat goodwill diperoleh, karena nilainya
terbilang cukup baik dan diprediksi dapat mendatangkan manfaat di kemudian
hari.
Namun, satu yang menjadi kesulitan yaitu cara mengukur goodwill. Lain
halnya dengan perusahaan membeli gedung yang secara teknis dapat
diperkirakan umurnya. Namun, sekarang Amortisasi goodwill ini tidak lagi
diijinkan dimulai sejak tahun 1970. Pada era 2000an FASB mengeluarkan
konsesi dimana tidak lagi diperkenankan melakukan amortisasi atas goodwill.
Amortisasi goodwill juga dilarang oleh International Accounting Standard (IAS),
goodwill hanya diizinkan dengan pendekatan Impairment.
Di Indonesia sendiri perlakuan untuk goodwill dengan menggunakan
pendekatan amortisasi dengan masa tidak lebih dari 20 tahun. Dan pendekatan ini
banyak mendapatkan kritikan dari para analis keuangan. Selain itu ada
pandangan dari beberapa analisi keuangan mengenai amortisasi goodwill yang
dijelaskan sebagai berikut:
1. Amortisasi goodwill dianggap sebagai beban hanya mempunyai pengaruh
yang kecil dalam proses penilaian, dikarenakan tidak ada kaitannya dengan
arus kas keluar dalam periode bersangkutan.
2. Berpandangan bahwa goodwill sebagai aktiva dengan umur yang tidak
terbatas, sehingga tidak tepat bila dilakukan amortisasi.
3. Pandangan yang lain beranggapan bahwa goodwill adalah aktiva yang
terbuang dan meyakini perusahaan dalam memilih periode amortisasi
goodwill cenderung untuk tujuan manajemen laba
Menurut Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) no.22
paragraf 39 tentang Akuntansi Penggabungan Badan Usaha yang menjelaskan
tentang keberadaan goodwill yang harus diamortisasi sebagai beban selama masa
12
manfaatnya. Periode amortisasi goodwill selama 5 tahun dan dapat diperpanjang
sampai dengan 20 tahun dengan alasan yang tepat. Dan dalam mengamortisasi
digunakan metode garis lurus Metode / pendekatan ini di jelaskan dalam
(Kieso,2009) pada halaman 172 dan dinamakan pendekatan kapitalisasi
amortisasi. Dibawah ini akan penulis kutip PSAK no.22 paragraf 39, sebagai
berikut: 39 Goodwill harus diamortisasi sebagai beban selama masa manfaatnya.
Dalam menamortisasi harus digunakan metode garis lurus, kecuali terdapat
metode lain yang dianggap lebih tepat pada ketentuan ertentu. Periode amortisasi
goodwill tidak boleh lebi dari 5 tahun, kecuali periode yang lebih panjang tetapi
tidak lebih dari 20 tahun dapat digunakan apabila terdapat dasar yang tepat
(justifiable).
Dalam SAK tepatnya PSAK no.22 paragraf 44 dan 45 juga dijelaskan ,
bahwa untuk mengukur amortisasi goodwill juga bisa digunakan pendekatan lain,
yaitu adanya pengujian penurunan nilai (impairment) terhadap saldo goodwill
yang belum diamortisasi pada tanggal neraca. Penurunan nilai goodwill harus
diakui sebagai beban pada periode bersangkutan. Untuk lebih jelasnya akan
penulis kutip atas PSAK no.22 diatas:
a. 45. Saldo goodwill yang belum diamortisasi harus dievaluasi pada setiap
tanggal neraca, dan apabila terdapat indikasi bahwa jumlah tersebut tidak
dapat sepenuhnya atau sebagian dipulihkan (recovered) dari expectasi
manfaat keekonomian dimasa mendatang, maka bagian jumlah yang tidak
dipulihkan tersebut langsung dibukukan sebagai beban pada periode yang
bersangkutan, dan setiap penurunan nilai tidak boleh dinaikkan kembali pada
periode selanjutnya.
b. 46. Penurunan (impairment) nilai goodwill dapat disebabkan berbagai factor
seperti trend ekonomi yang tidak menguntungkan, perubahan situasi
13
persaingan dan hokum, dan peraturan perundangan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya penurunan jumlah arus kas yang dihasilkan.
Dalam keadaan tersebut , saldo goodwill segera diturunkan dan diakui
sebagai beban. Jurnal amortisasi goodwill
Amortisasi Goodwill Rp. XXX
Akumulasi Amortisasi Goodwill Rp. XXX
G. Penurunan Goodwill
14
Aset keuangan Rp150.000.000
Persediaan Rp90.000.000
Piutang usaha Rp150.000.000
Total Rp1.360.000.000
DOKUMEN
Apabila jumlah terpulihkan UPK Z adalah sebesar Rp1.100.000.000, berapa rugi
penurunan nilai dan bagaimana alokasinya ke masing-masing aset?
IAI
Jumlah terpulihkan UPK Z = Rp1.100.000.000
Nilai tercatat UPK Z = Rp1.360.000.000
Nilai tercatat lebih besar dari jumlah terpulihkan, sehingga mesin tersebut
mengalami penurunan nilai sebesar Rp260.000.000.
H. Perlakuan goodwill menurut akuntansi
15
bagi perusahaan X, mereka tidak langsung menerima tawaran tersebut. Setelah
melalui negosiasi yang panjang, akhirnya perusahaan Y mau dibeli perusahaan X
dengan harga Rp. 1500. Mari kita lihat pencatatan berikut:
Harga beli : 2200
Total aset : 2000
Net aset : 600
Total aset bersih perusahaan Y adalah adalah 2000 namun perusahaan X
membelinya seharga Rp. 2200, ada selisih Rp. 200. Selisih inilah yang disebut
sebagai Goodwill. Jika ditinjau dari segi nominal memang lebih tinggi, tapi
manfaat dari pembelian perusahaan Y diperkirakan akan didapatkan beberapa
tahun mendatang.
Maka penjurnalan sederhana yang dibuat oleh perusahaan X adalah:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Goodwill merupakan bagian Aset dalam neraca keuangan perusahaan,
diklasifikasikankedalam aset tak berwujud yang muncul pada saat terjadi akuisisi
16
suatu perusahaan terhadapperusahaan yang lain.Timbulnya goodwill ketika
pembayaran (pembelian) atas perusahaan lain dengan harga diatasharga pasar
aset bersih (nilai buku).Selisih yang timbul inilah yang dinamakan
Goodwill.Goodwill merupakan representasi angka yang lebih besar dari nilai
buku yang dibayarkansuatu perusahaan untuk bisa mendapatkan perusahaan
lain.Secara teoritis, merupakan nilai sekarang dari kelebihan laba suatu
perusahaan pada masa yang akan datang dalam suatu industri. Nilainya sama
dengan harga pembelian dikuranginilai buku dari aktiva neto perusahaan yang
diinginkan dikurangi jumlah aktiva-aktivaperusahaan yang diinginkan yang bisa
didepresiasikan, yang ditambahkan ke nilai pasarwajar. Nilai pasar yang wajar
akan sama dengan harga pembelian.
Goodwill Adalah kelebihana-kelebihan, keistimewaan tertentu yang
dimiliki oleh perusahaan, yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak
lain. Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki reputasi
manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk unggul yang sulit
dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain IFRS mensyaratkan suatu
perusahaan untuk menaati setiap sstandar efektif pada tanggal pelaporan atas
laporan keuangan yang pertama sesuai dengan IFRS. Dengan memastikan
perkecualian (exception) dan pengecualian (exemption) tertentu, ifrs harus
diterapkan secara retrospektif.
B. Saran
17
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca untuk evaluasi ke depannya. Sehingga bisa menghasilkan
makalah yang bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 2010. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Edisi 5.
Yogyakarta : BPPE. Bastian, Indra. 2010.
18
International Accounting Standard Board. 2012. “International Accounting Standard
No. 36: Impairment of Assets”. UK. International Accounting Standards
Board.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2011. “Intermediate
Accounting, Volume2”. Edisi IFRS. New Jersey: Joh Wiley & Sons, Inc.
Knauer, Thorsten dan Arnt Wohrmann. 2010. Paper Presented at International
Accounting and Auditing Conference “Market Reaction to Goodwill
Impairments”. University of Muenster.
Weagart, kieso. 2009. Akuntansi Intermediate, Jakarta Salemba Raya. September
2008 Warsidi,com. Perbandingan Goodwill Fersi IFRS. Desember 2009
https://zahiraccounting.com/id/blog/bagaimana-perlakuan-goodwill-menurut-
akuntansi/
19