Anda di halaman 1dari 9

Nama : Gusti Ayu Sari Dwi Sarworini Nama Dosen : 1. Indri Ganasih, M.

Si
NIM : 11190950000106 2. Fahri Fahrudin, M. Si
Kelas : Biologi 3C-2 Asisten Dosen : 1. Syalwa E. Salsabila
2. Armar Riliansyah T.
3. Fathur Rahman
4. Alif Irgi
Mata Kuliah : Praktikum Genetika Dasar Tgl. Praktikum : 28 September 2020

PRAKTIKUM III
Analogi Percobaan Monohibrid Dan Dihibrid Mendel

I. Tujuan Praktikum
1. Memahami pengertian, prinsip dan proses hukum Mendel I dan II
2. Memahami proses perpaduan gamet (pembuahan) merupakan suatu kejadian
acak
3. Mampu membuat diagram pola pewarisan monohibrid dan dihibrid Mendel
4. Mampu membuat diagram hukum mendel I dan II.

II. Pendahuluan
Teori popular mengenai pewarisan yang dianut pada masa sebelum mendel adalah
teori pewarisan campur: seorag mewariskan campuran rata dari sifat-sifat yang dibawa
tetuanya, terutama dari pejantan karena membawa sperma. Adapun pendapat dari lanmarck:
sifat yang diperoleh tetua dalam hidupnya diwariskan kepada anaknya. Kedua teori ini
dipatahkan oleh hasil penelitian Mendel teori ini tidak berlaku karena sifat-sifat dikandung
dalam suatu alel yang dipunyai oleh masing-masing tetua adalah khas. Lebih lanjut Mendel
menggunakan bahwa sifat yang dibawa oleh suatu gen tidak dipengaruhi pengalaman
individu yang mewariskan sifat itu. Jadi, setipa sel dalam tubuh memiliki sumbangan bagi
sifat-sifat yang akan dibawa zuriat (keturunan) (Aruminingtyas, 2016).
Pada beberapa kasus perbandingan yang diperoleh tidak sesua dengan hasil
percobaan Mendel, perkembangan keilmuan tetap dapat menerangkan bahwa prinsip
Mendel tidak salah, tetapi posisi gen dalam kromosom dan perilaku gen itu sendiri tidak
sederhana dibandingkan dengan karakter yang diamati oleh Mendel. Beberapa
penyimpangan dari perbandingan Mendel disebabkan oleh: Keterpautan, Terjadi interaksi
genetic (epistasis), Variasi Dominasi, Alel Letal, Pengaruh Maternal, dan Pengaruh Aditif.
(Sobir dan Sykur, 2015).
Hukum Mendel I merupakan hukum pemisahan gen yang sealel ke dalam gamet,
dikenal sebagai Hukum Segregasi. Pada persilangan monohibri terlihat adanya pemisahan
alel pada waktu tanaman yang heterozigot membentuk gamet sehingga gamet memiliki
salah satu alel. Sedangkan hukum mendel II merupakan peristiwa dihibrid, terlihat adanya
pemisahan dan pengelompokkan alel F1 pada masing-masing sifat, sehingga gamet-gamet
memiliki alel dominan dan resesif (Dasumiatai dan Astuti, 2020).
III. Cara Kerja
Percobaan 1. Peluang munculnya alel A dan a dalam pembentukan gamet dari
individu heterozigot Aa
Satu buah uang logam yang telah Jika muncul angka, maka dicatat
ditandai masing-masing sisinya sebagai alel A. sebaliknya, ika gambar
dilemparkan sebanyak 200 kali. maka dicatat sebagai alel a.

Perbandingan gamet Mendel Masing-masing sisi dihitung setelah


pelemparan dan kemudian diuji penyesuaian
1:1 atau ½ : ½ = p(A) : P(a) data dengan hipotesa gamet percobaan mendel.

Percobaan 2. Penggabungan gamet (alel) pada saat pembuahan (F1xF1) yang


menghasilkan F2 pada monohibrid

Dua buah uang logam yang telah Untuk uang ke-1, maka dicatat sebagai
ditandai masing-masing sisinya alel A1 dan a1. Lalu koin ke-2 maka
dilemparkan sebanyak 200 kali. dicatat sebagai alel A2 dan a2.

Masing-masing pemunculan sisi dihitung


Diuji dengan khi-kuadrat setelah selesai dilemparkan dan kemudian diuji
sifat alel bebas satu sama lain atau tidak.

Percobaan 3. Peluang munculnya alel AB, Aba tau aB, da nab dalam
pembentukan gamet dari inidividu heterozigot AaBb.

Dua buah sifat kancing yang telah Sifat warna merah (alel A) dan putih
ditandai masing-masing sisinya (alel a), sedangkan sisi kancing polos
sebanyak 50 kancing untuk (alel B) dan kisut (alel b).
masing-masing sifat disiapkan.

Dicatat warna dan sisi yang muncul Dimasukkan ke dalam kantong plastik
dari setiap pengambilan. dan diambil acak sebanyak 100 kali.

Pemunculan masing-masing warna P(AB) ¼; p (Aba tau aB) = 1/2 ;


dan sisi dihitung dan diuji dengan dan p (ab) = ¼ .
hipotesa Mendel.
Percobaan 4. Penggabungan gamet (alel) pada saat pembuahan (F1 x F1) yang
menghasilkan F2 pada dihibrid
Empat buah sifat kancing yang
50 Sifat warna merah (alel A) dan 50
telah ditandai masing-masing
putih (alel a), sedangkan sisi kancing
sisinya sebanyak 100 kancing
50 polos (alel B) dan 50 kisut (alel b).
untuk masing-masing sifat
disiapkan.

Dicatat warna dan sisi yang muncul Dimasukkan ke dalam kantong plastik
dari setiap pengambilan. dan diambil acak sebanyak 100 kali.

Pemunculan masing-masing warna


dan sisi dihitung dan diuji sifat alel Diuji dengan khi-kuadrat.
bebas satu sama lain atau tidak.

IV. Hasil
1. Peluang munculnya alel A dan a dalam pembentukan gamet dari individu
heterozigot Aa.
 Pelemparan yang dilakukan sebanyak 200 kali. Dengan satu koin yang
memiliki dua sisi, maka akan menghasilkan perbedaan frekuensi pada
masing-masing sisi. Maka dari itu hasilnya adalah,
No Sisi Koin Hipotesa Percobaan
1 Angka 100 95
2 Gambar 100 105
Total 200 200

2. Penggabungan gamet (alel) pada saat pembuahan (F1 x F1) yang menghasilkan
F2 pada monohibrid
 Persilangan fenotipe dilakukan dengan dua buah koin (A1 dan a1= mata
uang ke-1; A2 dan a2= mata uang ke-2) yang dilempar sebanyak 200 kali.
Maka akan menghasilkan fenotipe yang berbeda dengan jumlah gamet
sebanyak 4, dengan perbandingan Hukum Mendel untuk fenotipe masing-
3 1
masing yaitu 4 𝑑𝑎𝑛 4. Maka hasil menggunakan perhitungan khi kuadrat
disajikan dengan table berikut.
No. Sisi Koin Observed Expected d2 x2
A1A2;
1 A1a2; 149 150 1 0,0067
a1A2
2 a1a2 51 50 1 0,02
Total 0,0267
Degrees of Freedom = 3
3. Peluang munculnya alel AB, Ab atau aB dan ab dalam pembentukan gamet dari
individu heterozigot AaBb.
Dalam pembentukan gamet dari individu heterozigot, disilangkan dua alel yang
memiliki sifat yang berbeda dengan menggunakan warna dan sisi kancing yang
berbeda, yaitu warna merah (alel A), warna putih (alel B), bulat (alel a), dan
kisut (alel b) sebagai perumpaan kacang. Maka dihasilkan 4 gamet yang
1 1 1
memiliki perbandingan hukum Mendel yaitu: 4 ∶ 2 ∶ 4. Maka dari itu hasil
dengan dilakukannya percobaan adalah:
No Sisi Kancing Hipotesa Percobaan
1 Merah-Bulat 25 23
2 Merah-Kisut / Putih-Bulat 50 61
3 Putih-Kisut 25 16
Total 100 100

4. Penggabungan gamet (alel) pada saat pembuahan (F1 x F1) yang menghasilkan
F2 pada pada dihibrid.
Gamet dihibrid saling disilangkan membentuk 16 filia yang memiliki sifat beda
dengan menggunakan warna dan sisi kancing yang berbeda, yaitu warna merah
(alel A), warna putih (alel B), bulat (alel a), dan kisut (alel b) sebagai perumpaan
kacang. Dilakukan pengambilan sebanyak 4 kancing dalam 1 kantong plastic
sebanyak 100 kali untuk mendapatkan data gamet. Dari analogi tersebut
didapatkan hipotesa perbandingannya 9 : 3 : 3 : 1. Dengan hasil percobaan
dengan tabel sebagai berikut.
No. Sisi Kancing Observed Expected d2 x2
1 A-B- 31 56,25 673,56 11,97
2 A-bb 30 18,75 138,06 7,56
3 aaB- 19 18,75 0,06 0,003
4 Aabb 20 6,25 189,06 30,25
Total 49,583
Degrees of Freedom = 3

Data pada tabel berikut ini akan merangkum hasil dari data yang diuji
dengan perhitungan chi square dengan table kritis Chi Square.

Chi-Square
DF
0,005 0,010 0,025 0,050 0,100 0,250
1 7,879 6,635 5,024 3,841 2,706 1,323
2 10,597 9,210 7,387 5,991 4,605 2,773

3 12,838 11,345 9,384 7,815 6,251 4,108


4 14,860 13,277 11,143 9,488 7,779 5,385
5 16,750 15,086 12,833 11,070 9,236 6,625

NO Sisi Koin Accepted Not Accepted


2 A1A2 V -
A1a2 V -
a1A2 V -
a1a2 V -
Total X2 V -

No. Sisi Kancing Accepted Not Accepted


A-B- - V
A-bb V -
4 aaB- V -
Aabb - V
Total X2 - V

V. Pembahasan
Munculnya alel A dan a dalam pembentukan gamet dari individu heterozigot Aa,
analogi yang digunakan adalah dilemparkannya sebuah koin sebanyak 200 kali dengan
masing-masing sisi menjadi alel dari sebuah individu heterozigot (Aa). Karena konteks
yang diujikan berupa individu yang mana alelnya bersegregasi sesua Hukum Mendel 1,
maka analisis diperjelas menggunakan teori kemungkinan suatu peristiwa dalam Irawan
(2010) bahwa “…contoh dengan uang logam…, x munculnya peristiwa garuda karena
hanya satu kejadian makan jumlahnya: 1, y adalah munculnya peristiwa bunga, seluruh
peristiwa yang mungkin terjadi adalah x + y ; 1 + 1 = 2. Maka kemungkinan sisi keping
1
logam yang jatuh adalah 2.” (p. 87). Setelah itu diperlakukan secara matematis dikali
dengan total pelemparan yang dilakukan. Oleh Karena ini ditemukannya data kemungkinan
sebelum observasi dilakukan. Data observasi yang dilakukan merujuk pada jumlah gamet
yang terbentuk dari hasil alel heterozigot yang bersegregasi secara bebas. Dari data
hipotesa, hasil yang diperoleh berbeda dengan data observasi. Hal ini terjadi karena
pelemparan uang koin tidak memilih jumlah kemunculan pada masing-masing sisi, sebab
itu hasil tidak sesuai dengan perhitungan kemungkinan.
Gamet yang digabungkan pada saat pembuahan (F1 x F1) yang menghasilkan F2
pada monohibrid, yang mana “Suatu persilangan monohibrid persilangan antara dua
tanaman induk yang berbeda dalam hal satu karakteristik saja.” (Aruminingtyas, 2016).
dimana pada F1 yang saling disilangkan, akan membawa sifat dari induk. Yang mana jika
F1 dari monohibrdi saling disilangkan maka “…Alel memisah satu dari yang lain (ibarat
sisi mata koin yang saat dilempar) selama pembentukan gamet dan diwariskan secara acak
ke dalam gamet-gamet yang sama jumlahnya (ketika dua koin logam sama-sama bergabung
memperlihatkan sisinya setelah pelemparan).” (Dasumiati dan Astuti, 2020). Dapat dilihat
dari dua koin yang berbeda, yang mewakili sperma (koin 1) dan ovum (koin 2), maka
masing-masing sisi dari koin tersebut merupakan alel yang sedang bersegregasi. Oleh
karena itu pewarisan sifat yang terjadi tidak dilakukan secara bebas atau saling bergantung
karena monohibrid, dimana pewarisan sifat gen masih dalam satu induk dari galur murni.
Munculnya alel AB, Ab atau aB dan ab dalam pembentukan gamet dari individu
heterozigot AaBb. Percobaan ini menggunakan analogi menggunaka dua sifat kancing yang
berbeda warna dan tekstur. Ketika kancing-kancing tersebut dikumpulkan sebanyak 8
kancing pada masing-masing sifat di dalam kantong plastic, dilakukan pengambilan
sebanyak 100 kali secara acak, kemudian dikembalikan lagi kedalam lantong plastik. Hal
ini terbukti dengan salah satu hipotesis hukum mendel II yaitu berpasangan secara
dependen atau saling tergantung, yakni jika dua karakter memisah secara bersama-sama,
hibrida F1 hanya dapat menghasilkan dua kelas gamet (Ry dan ry) yang mereka terima dari
tetua, dan keturunan F2 akan menunjukkan rasio fenotip 3:1 (Aruminingtyas, 2916).
Dibuktikan dari percobaan ini, bahwa F2 yang saling bersegregasi membentuk keturunan
dengan menghasilkan genotip yang menunjukkan perbandigan fenotip yang telah
disebutkan. Namun perbandingan hipotesa dengan percobaan menunjukkan hasil yang
sama. Hal ini wajar terjadi karena pada percobaan dibuktikan bahwa penyimpangan dari
teori kemungkinan dapat terjadi.
Hukum mendel memiliki dua hipotesis, salah satunya adalah berpasangan secara
bebas, tidak saling tergantung (Aruminingtyas, 2016). Dijelaskan pula dalam hipotesis
yang telah ditulis oleh Aruminingtyas (2016), bahwa jika dua karakter memisah secara
Independen, hibrida F1 akan menghasilkan empat kelas gamet (RY, Ry, rY, ry), dan F2
keturunan akan menghasilkan rasion 9: 1: 3: 3. Kelompok keturunan tersebut telah
diurutkan menjadi 9: 3: 3: 1. Telah dilakukan percobaan dengan perhitungan kemungkinan
menggunaka khi-kuadrat berdasarkan perbandingan tersebut, yang mana hasil dari data
kemungkinan dengan data percobaan menunjukkan 2 perbedaan yang signifikan. Hal ini
terjadi karea pada saat pengambilan kancing terdapat alel yang tidak sesuai dengan
permintaan alel yang disilangkan, contohnya ditemukannya persilangan alel AAaa atau
Aaab. Maka dari itu haru mengambil ulang kancing yang berada dalam kantong plastic.
Hingga menemukan data yang sesuai dengan total pengambilan secara acak sehingga
pengambilan secara acak melebihi jumlah yang diminta. Dengan kata lain, “…Independent
Assortment menyatakan bahwa setiap pasangan alel dalam satu gen memisah secara
independen dari pasangan gen yang lain selama pembentukan gamet, maka alel-alel
tersebut akan berpasangan secara bebas/ acak independen/ tidak saling bergantung satu
sama lain.” (Aruminingtyas, 2016)

VI. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa hukum mendel 1
memiliki prinsip segregasi sedangkan hukum mendel 2 berprinsip asortasi. Proses hukum
mendel 1 dapat dilihat dari percobaan 2 yang mana satu individu memiliki alel yang
bersegregasi dan mengelompok, sedangan hukum mendel 2 dapat dilihat dari percobaan 4
bahwa persilangan secara heterozigot menjadikan alel-alelnya bersegregasi secara bebas
dengan membentuk kelompok baru yang tidak terikat. Adapaun gamet dan fenotip terletak
perbedaanya bahwa gamet merupak sifat gen yang tidak terlihat, sedangkan fenotip sifat
individu yang terlihat sehingga perbandingannya pun berbeda pada monohibrid maupun
dihibrid.

VII. Daftar Pustaka

Aruminingtyas, E. L. (2016). Genetika Mendel : Prinsip Dasar Pemahaman Ilmu Genetika.


Malang: UB Press.
Dasumiati dan Astuti, P. (2020). Penuntun Praktikum Genetika Dasar. Tangerang: Fakultas
Sains Dan Teknologi, UIN Syarif HIdayatullah Jakarta.
Irawan, Bambang. (2010). Genetika Penjelasan Mekanisme Pewarisan Sifat. Surabaya:
Airlangga University Press.
Sobir dan Syukur, M. (205). Genetika Tanaman. Bogor: IPB Press.
VIII. Lampiran
 Rumus Perhitungan
o Kemungkinan atas terjadinya satu peristiwa
𝑥
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝐾𝑥 =
𝑥+𝑦
o Rumus Khi-kuadrat
2
(𝑂 − 𝐸)2
𝑋 =
𝐸
 Foto/ Gambar

A B C D

E F G

A).Gambar; B) Angka; C) Angka-Angka; D) Gambar-Gambar;

E) Merah-Bulat; F) Putih-Kisut; G) Angka- Gambar

 Tabel Berisi Data Mentah


No Sisi Koin Perhitungan Hipotesa Hk. Mendel
Angka 1
𝑥 200 = 100
1 2
Gambar 1
𝑥 200 = 100
2
 Peluang Angka = 1  Ruang Sampel = Angka dan Gambar = 2

 Peluang Gambar = 1  Frekuensi Relatif (1 sisi) =


1
2

Sisi 𝒅𝟐
No. Koin Observed Expected d = (O – E) d2 2
x =
𝑬
A1A2 3 1
149 𝑥 200 = 150 149 – 150 = -1 1 = 0,0067
4 150
2 a1a2 1 1
51 𝑥 200 = 50 51 – 50 = 1 1 = 0,02
4 50
Total 200 200 0 2 0,0267
Degreed of Freedom  Jumlah Gamet = 4  4 – 1 = 3

No. Sisi Kancing Perhitungan Hipotesa Hk. Mendel


Merah-Bulat 1
𝑥 100 = 25
4
Merah-Kisut / Putih-Bulat 1
3 𝑥 100 = 50
2
Putih-Kisut 1
𝑥 100 = 25
4
 Peluang Merah-Bulat = 1  Frekuensi Relatif =
1
4
 Peluang Merah-Kisut = 1  Frekuensi Relatif =
1
4 1 1 1
 Peluang Putih-Bulat = 1 1  + =
 Frekuensi Relatif = 4 4 2
4
 Peluang Putih-Kisut = 1  Frekuensi Relatif =
1
4

Sisi 𝒅𝟐
No. Kancing Observed Expected d = (O – E) d2 x = 2
𝑬
9
𝑥 100 31 − 56,25 = 673,56
A-B- 31 16 673,56 = 11,97
= 56,25 −25,25 56,25
3
𝑥 100 30 − 18,75 138,06
A-bb 30 16 138,06 = 7,36
= −11,75 18,75
4 = 18,75
aaB- 3
𝑥 100 19 − 18,75 0,06
19 16 0,06 = 0,003
= 0,25 18,75
= 18,75
Aabb 1 20 − 6,25 189,06
20 𝑥 100 = 6,25 189,06 = 30,25
16 = 13,75 6,25
1.000,7
Total 100 100 -23 49,583
4
Degreed of Freedom  Jumlah Gamet = 4  4 – 1 = 3

 Lampiran Pertanyaan dan Jawaban


1. Jelaskan hukum Mendel 1 dan 2?
Jawab: hukum mendel 1 diibaratkan suatu individu yang memiliki alel dimana alel
tersebut bersegregasi karena masing-masing individu memiliki alel dari galur
murni dan mengelompok. Sedangkan hukum mendel 2 diibartkan persilangan
dihibrit yang mana alel-alel dari dua individu yang memiliki sifat beda, dapat
bersegregasi secara bebas dan mengelompok tanpa terikat.

2. Buat bagan model pewarisan sifat warna bunga yang anda uji!
Jawab:
Monohibrid (Mendel 1)

Bunga Ungu Bunga Putih

Bunga Ungu

Bunga Ungu Bunga Ungu Bunga Ungu Bunga Putih

Dihibird (Mendel 2)

Bunga Pink Bunga Putih

(AABB) (aabb)

Bunga Pink Bunga Pink

(AaBb) (AaBb)

AABB AABb AbBB AaBb


AABb AAbb AaBb Aabb
AaBB AaBb aaBB aaBb
AaBb Aabb aaBb aabb
3. Bila dalam pewarisan sifat warna bunga tersebut tidak terjadi dominan-resesif antara
alel A dan a, tetapi bersifat dominan tak penuh:
a. Bagaimana bisbah fenotip F1 dan F2 nya?
Jawab :F1  3: 1 dan F2 9: 3: 3: 1
b. Apakah hukum mendel 1 dan 2 tetap berlaku? Mengapa?
Jawab: Berlaku. Karena ketika bunga merah disilangkan dengan bunga putih
resesif memberikan peran kepada F1, maka ketika F1 saling disilangkan akan
menghasilkan individu dengan sifat dominan-resesif (contoh bunga warna pink),
F2, yang perbandingannya 3:1 (genotip 1:2:1 ; Merah: Pink: Putih) . Ketika F2
saling disilangkan maka akan terbentuklah fenotip yang memiliki warna dari galur
murni, Merah: Pink: Putih, sebab masing-maisng alel membawa sifat dari tetua.
Oleh karena itu sifat resesif menjadi dominan sehingga sifat resesif dapat
tertutupi. Maka dari itu perhitungan fenotip masih sama.

Anda mungkin juga menyukai