Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID

disusun untuk memenuhi mata kuliah Genetika

Dosen pengampu:
Dr. Hj. Diah Kusumawaty, M.Si.
Dr. H. Riandi, M.Si.
Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si.
Drs. Suhara, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 10
Pendidikan Biologi A 2019
Adila Hafidzani N.F. (1901801)
Berliana Eka Kartika Sari (1909873)
Nabila Tazkiyyatul Afifah (1904016)
Riana Fauzi N (1806159)
Salma Hasna Arifah (1908153)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
A. PENDAHULUAN
Gregor Johann Mendel adalah ahli botani dan biarawan berkebangsaan Austria yang
menyusun konsep-konsep dasar genetika. Penyelidikan sifat pewarisan dalam genetika dilakukan
oleh Mendel dengan memanfaatkan kacang ercis. Mendel menunjukan bahwa warisan biologis
gen mengikuti pola-pola tertentu yang dapat diperkirakan. Dasar pemikiran mendel inilah yang
kemudian dijadikan dasar untuk memperoleh sifat-sifat yang diinginkan dengan melakukan
hibridisasi. Berdasarkan jasanya dalam melakukan studi genetika dengan melakukan persilangan
pada kacang polong, Mendel mendapatkan julukan sebagai Bapak Genetika. (Oktarisna, 2013)
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum yang mengatur pewarisan sifat secara genetik
dari satu organisme kepada keturunannya. Hukum tersebut terdiri dari dua, yaitu:
1. Hukum Mendel I (Segregasi Bebas)
Hukum I Mendel (hukum pemisahan atau segregation). Isi dari hukum segregasi:
Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, setiap pasang gen akan disegregasi ke
dalam masing-masing gamet yang terbentuk. Hukum Mendel 1 adalah perkawinan yang
memiliki satu sifat beda (monohibrid). setiap individu yang berkembang baik secara
seksual terbentuk dari peleburan dua gamet yang berasal dari induknya. Mendel memulai
percobaannya dengan melakukan persilangan pada dua kacang ercis yang memiliki satu
perbedaan sifat (monohibrid). Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menjawab sebuah
pertanyaan dasar “apakah karakter dari individu berasal dari salah satu orang tuanya atau
merupakan campuran kedua orang tuanya?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Mendel
menyilangkan dua ercis galur murni (homozigot) dengan karakteristik yang berbeda yaitu
satu berbiji kuning dan lainnya berbiji hijau. Kedua induk galur murni dikenal dengan
istilah generasi parental (P). Seluruh keturunan dari hasil persilangan tersebut, dikenal
dengan filial 1 (F1). Untuk memastikan apakah benar sifat individu hanya berasal dari salah
satu induknya, Mendel kemudian menyilangkan sesama F1 dan menghasilkan keturunan
dengan perbandingan fenotip ercis berbiji kuning.
2. Hukum Mendel II (Asortasi Bebas)
Hukum II Mendel (hukum berpasangan secara bebas atau independent assortment)
Isi dari hukum pasangan bebas: Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada
segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet gamet yang terbentuk akan
terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas. Mendel menyilangkan dua galur murni
dengan karakter berbeda (dihibrid) yaitu ercis biji bulat berwarna kuning dengan ercis biji
kisut berwarna hijau. Seluruh keturunan F1 menghasilkan biji bulat berwarna kuning.
Persilangan sesama D1 menghasilkan keturunan F2 bulat kuning, bulat hijau, kisut kuning
dan kisut hijau dengan perbandingan 9:3:3:1. Persilangan dihibrid menghasilkan hukum
Mendel II yang dikenal dengan principle of independent assortment. Hukum Mendel II
menyatakan bahwa pada pembentukan gamet, alel dari gen yang berbeda terpisah secara
independent (tidak bergantung satu sama lain).
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme, yang dikenal
dengan hukum segregasi dan hukum asortasi bebas. Mendel mengatakan bahwa pada
pembentukan gamet (sel kelamin).
B. PERSILANGAN MONOHIBRID
a. Alat dan bahan yang digunakan pada persilangan monohibrid.
Tabel 1. Alat yang digunakan

No Nama Alat Jumlah

1 Alat Tulis Secukupnya

2 Kamera 1 buah

3 Wadah 2 buah

4 Gunting 1 buah

Tabel 2. Bahan yang digunakan

No Nama Bahan Jumlah

1 Benang rajut merah 25 pasang

2 Benang rajut biru 25 pasang


b. Cara Kerja Monohibrid

(Dok. Kelompok 10 A, 2021)


1. Siapkan 2 benang rajut dengan warna berbeda, masing-masing 50 buah

(Dok. Kelompok 10 A, 2021)


2. Tentukan benang warna merah sebagai sifat dominan (Manis) dan benang warna
biru sebagai sifat resesif (Asam).

(Dok. Kelompok 10 A, 2021)


3. Pisahkan benang merah sebanyak 25 buah (jantan) dan 25 buah (betina), begitupun
untuk benang biru.
(Dok. Kelompok 10 A, 2021)
4. Masukkan 25 buah benang merah dan 25 buah benang biru jantan pada wadah B.
Begitupun yang betina, dimasukkan pada wadah A.

(Dok. Kelompok 10 A, 2021)


5. Campurkan benang pada masing - masing wadah, kemudian ambil masing - masing
benang jantan dan betina pada wadah dengan mata tertutup.

(Dok. Kelompok 10 A, 2021)


6. Lakukan langkah yang sama sampai benang pada masing - masing wadah habis.
Kemudian catat hasilnya.

c. Hasil Pengamatan Monohibrid


P1 : Mangga Manis X Mangga Asam
MM mm
Gamet M m
F1 Mm
(Mangga Manis)
F1XF1 : Mm X Mm
Gamet M,m M,m
F2 : MM : Mm : mm

Dokumentasi Hasil Pengamatan Persilangan Monohibrid

(Dok. Kelompok 10 A, 2021)

- Hasil persilangan
MM : Mm : mm = 13 : 24 : 13
Mangga Manis : Mangga Asam
M. : mm = 37 : 13
- Menguji dengan perhitungan statistika Chi Kuadrat

Tabel 1. Hasil Perhitungan Statistika


Kelas Ekspektasi Observasi O-E = D-1/2 X2
(E) (O) Deviasi (D) D2/E
Manis 75 37 -38 -37,5 1.406,25/75 = 18,75
Asam 25 13 -12 -11,5 132,25/25 = 5,29
X2 hitung 13,46
Menghitung X2 tabel
Db = k – 1
= 2-1 = 1
Standar deviasi = 0,05
X2 tabel = 3,84
● X2 hitung > X2 tabel, maka H0 ditolak. Artinya tidak sesuai dengan hukum mendel,
atau terdapat penyimpangan

d. Pembahasan dan Diskusi


Berdasarkan hasil persilangan monohibrid yang sudah dilakukan, yaitu persilangan
pada Mangga Manis (MM) dan Mangga Asam (mm) didapatkan keturunan pertama dengan
fenotip Mangga Manis (Mm). Selanjutnya hasil keturunan pertama disilangkan dengan
sesama dan menghasilkan keturunan kedua. Hasil persilangan kedua menghasilkan 3
model genotif, yaitu MM, Mm, dan mm. Perbandingan yang didapatkan yaitu 37 model
gen dengan genotip MM, Mm dan fenotip Mangga Manis serta 13 model gen dengan
genotip mm dan fenotip Mangga Asam.
Hasil persilangan kedua tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan statistika
dengan Chi Kuadrat. Setelah dilakukan perhitungan statistika didapatkan hasil bahwa nilai
X2 hitung > X2 tabel, yaitu 13,46 > 3,84. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa H0
ditolak, artinya hasil perbandingan yang didapat tidak sesuai dengan Hukum Mendel
sehingga terjadi penyimpangan.
Perbandingan genotip yang didapatkan berdasarkan hasil percobaan yaitu 13 MM
: 24 Mm : 13 mm. Sementara berdasarkan Hukum Mendel genotip yang didapat adalah 1
MM : 2 Mm : 1 mm. Apabila dibandingkan antara perbandingan pada Hukum Mendel
dengan perbandingan yang didapatkan dari hasil percobaan tidak berbeda terlalu jauh.
Akan tetapi, setelah dilakukan perhitungan statistika hasilnya tidak sesuai atau
menunjukkan adanya penyimpangan.
Penyimpangan tersebut terjadi karena beberapa hal diantaranya adalah
perbandingan yang tidak sesuai dengan teori dikarenakan jumlah pasangan yang
disilangkan pada percobaan hanya 25 pasang, sehingga mengakibatkan peluang untuk
sesuai dengan teori menjadi kecil. Selain itu, penyimpangan dapat terjadi karena ada
beberapa gen saling mempengaruhi dalam menunjukkan fenotip. Perbandingan fenotip
dapat berubah, tetapi prinsip dasar dari cara pewarisan, tetap sesuai dengan prinsip-prinsip
Mendel.
C. PERSILANGAN DIHIBRID
a. Alat yang Digunakan pada Persilangan Dihibrid
Tabel 4. Alat yang digunakan

No Nama Alat Jumlah

1 Alat Tulis Secukupnya

2 Kamera 1 buah

3 Gunting 1 buah

4 Lem kertas Secukupnya

Tabel 5. Bahan yang digunakan

No Nama Bahan Jumlah

1 Kertas origami warna merah 50 pasang

2 Kertas origami warna biru 50 pasang

3 Kertas origami warna hijau 50 pasang

4 Kertas origami warna putih 50 pasang

b. Cara Kerja Persilangan Dihibrid

(Dok. Kelompok 10 A, 2021)


1. Siapkan 4 warna kertas origami, masing-masing 50 buah.
2. Tentukan kertas merah sebagai sifat dominan (Manis), kertas putih sebagai sifat resesif
(Asam), kertas biru sebagai sifat dominan (Tinggi), dan kertas hijau sebagai sifat resesif
(Pendek).
(Dok. Kelompok 10 A, 2021)
3. Pisahkan tiap warna menjadi 2 bagian, yaitu sebagai gamet jantan dan gamet betina.

(Dok. Kelompok 10 A, 2021)


4. Pasangkan masing-masing kertas baik pada gamet jantan maupun betina dengan cara
ditempelkan menggunakan lem kertas

(Dok. Kelompok 10 A, 2021)


5. Ambilah masing-masing pasangan kertas antara jantan dan betina dari masing-masing
wadah dengan mata tertutup, kemudian disatukan.
(Dok. Kelompok 10 A, 2021)
6. Masukkan hasil persilangan ke dalam tabel
c. Hasil Pengamatan Persilangan Dihibrid
P1 : Mangga Manis Pohon Tinggi X Mangga Asam Pohon Pendek
MMTT mmtt
Gamet M,T m,t
F1 MmTt
(Mangga Manis Pohon Tinggi)

F1xF1 : MmTt X MmTt


Gamet MT MT
Mt Mt
mT mT
mt mt
F2 : M.T. : M.tt : mmT. : mmtt

Dokumentasi Hasil Pengamatan Persilangan Monohibrid

(Dok. Kelompok 10A, 2021)


- Hasil persilangan
M.T. : M.tt : mmT. : mmtt = 58 : 18 : 16 : 8
Mangga Manis Pohon Tinggi : Mangga Manis Pohon Pendek : Mangga Asam Pohon
Tinggi : Mangga Asam Pohon Pendek
- Menguji dengan perhitungan statistika Chi Kuadrat

Tabel 2. Hasil Perhitungan Statistika


Kelas Ekspektasi Observasi O-E = X2
(E) (O) Deviasi (D) D2/E
Manis,Tinggi 56 58 2 4/56 = 0,07
Manis, Pendek 19 18 -1 1/19 = 0,05
Asam, Tinggi 19 16 -3 9/19 = 0,47
Asam, Pendek 6 8 2 4/6 = 0,67
X2 hitung 1,26
Menghitung X2 tabel
Db = k – 1
= 4-1 = 3
Standar deviasi = 0,05
X2 tabel = 8,5
X2 hitung < X2 tabel, maka H0 diterima. Artinya sesuai dengan hukum mendel, atau tidak terdapat
penyimpangan.

d. PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Berdasarkan hasil persilangan dihibrid yang sudah dilakukan, yaitu persilangan
pada Mangga Manis Pohon Tinggi (MMTT) dan Mangga Manis Pohon Pendek (mmtt)
didapatkan keturunan pertama dengan fenotip Mangga Manis Pohon Tinggi (MmTt).
Selanjutnya hasil keturunan pertama disilangkan dengan sesama dan menghasilkan
keturunan kedua. Hasil persilangan kedua menghasilkan 4 model genotif, yaitu M.T.
(MMTT, MMTt, MmTT, MmTt), M.tt (MMtt dan Mmtt), mmT. (mmTT dan mmTt), dan
mmtt. Perbandingan yang didapatkan yaitu 58 model gen dengan genotip M.T. dan fenotip
Mangga Manis Pohon Tinggi, 18 model gen dengan genotip M.tt dan fenotip Mangga
Manis Pohon Pendek, 16 model gen dengan genotip mmT. dan fenotip Mangga Asam
Pohon Tinggi, serta 8 model gen dengan genotip mmtt dan fenotip Mangga Asam Pohon
Pendek.
Hasil persilangan kedua tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan statistika
dengan Chi Kuadrat. Setelah dilakukan perhitungan statistika didapatkan hasil bahwa nilai
X2 hitung < X2 tabel, yaitu 1,26 < 8,5. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa H0
diterima, artinya hasil perbandingan yang didapat sesuai dengan Hukum Mendel sehingga
tidak terjadi penyimpangan.
Perbandingan genotip yang didapatkan berdasarkan hasil percobaan yaitu 58 M.T.
: 18 M.tt : 16 mmT. : 8 mmtt. Sementara berdasarkan Hukum Mendel genotip yang didapat
adalah 9 M.T. : 3 M.tt : 3 mmT. : 1 mmtt. Apabila dibandingkan antara perbandingan pada
Hukum Mendel dengan perbandingan yang didapatkan dari hasil percobaan tidak berbeda
terlalu jauh. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan dari hasil percobaan sudah sesuai
dengan teori dan tidak terjadi penyimpangan.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil persilangan monohibrid Mangga Manis (MM) dan Mangga Asam (mm)
mendapatkan hasil bahwa nilai X2 hitung > X2 tabel, yaitu 13,46 > 3,84 yang menunjukan bahwa
H0 ditolak, artinya terjadi penyimpangan dari hukum Mendel yang dapat terjadi karena ada
beberapa gen saling mempengaruhi dalam menunjukan fenotip. Sedangkan hasil persilangan
dihibrid pada Mangga Manis Pohon Tinggi (MMTT) dan Mangga Manis Pohon Pendek (mmtt)
mendapatkan hasil bahwa X2 hitung < X2 tabel, yaitu 1,26 < 8,5 yang menunjukan bahwa H0
diterima, artinya tidak terjadi penyimpangan dari hukum Mendel yaitu perbandingan yang
didapatkan dari hasil percobaan tidak berbeda terlalu jauh.
DAFTAR PUSTAKA

Artadana, I. B. M., & Savitri, W. D. (2018). Dasar-Dasar Genetika Mendel dan Pengembangannya.
Cahyono F. 2011. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Mendel. Jurnal Sistem dan Teknologi
Informasi 12(1):32-39.
Effendi, Y., & Rumah, P. P. (2020). Buku Ajar Genetika Dasar. Penerbit Pustaka Rumah C1nta.
Griffiths AJF, Miller JH, Suzuki DT, et al. An Introduction to Genetic Analysis. 7th edition. New
York: W. H. Freeman; 2000. Mendel’s experiments. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK22098/
Oktarisna F. (2013). Pola Pewarisan Sifat Warna Polong Pada Hasil Persilangan Tanaman
Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Varietas Introduksi Dengan Varietas Lokal. Jurnal Produksi
Tanaman 1(2): 81-89.

Anda mungkin juga menyukai