Anda di halaman 1dari 6

Perilaku dan Kebudayaan Sumatera Barat

1. Perilaku/ kebiasaan adat Sumatera Barat

1. Ramah lingkungan. Karakter untukmenjaga lingkungan tetap lestarimasih dijalankan oleh sebagian
besar masyarakat, terutama masyarakat di sekitar hutan dan pegunungan. Untuk memperkuat karakter
tersebut dipraktekkan tradisi pantangan “larangan”, seperti yang dikenal dengan istilah ikan larangan,
hutan larangan ataupun kebun larangan.
2. Adab berkomunikasi. Ini adalah karakter yang memperhatikan tingkat generasi, usia, dan status sosial.
Dalam praktek, terutama yang dilaksanakan di kalangan masyarakatdesa/nagari, anggota masyarakat
menggunakan sebutan dan panggilan untuk membangun komunikasi yangberadab, bersopan santun
dan saling menghormati.
3. Karakter Pemimpin. Karakter ini terutama terungkap pada komunitasadat yang sangat kental
qmemperhatikan posisi asal usul dalam garis genealogis kaum dan suku. Pengormatan kepada
pemimpin dipandang sebagai karakter asli yang mengedepankan kearifan lokal untukmempertahankan
struktur kepemimpinan masyarakat. Dalam budaya Minangkabau, seorang pemimpin disebut
dengan“didahulukan selangkah dan ditinggikan serantiang”.
4. Penghormatan kepada Perempuan.Karakter ini sangat kental dalamtradisi matrilineal. Perempuan
bagimasyarakat dianggap sangat muliadan mendapatkan tempat terhormat didalam sistem kekerabatan
mulai daritingkat keluarga inti, keluarga luassampai kepada tingkat suku.Penghormatan kepada posisi
danperan perempuan dalam masyarakatternyata memberikan kekuatanpenyeimbang di dalam proses
pengambilan keputusan dalam suaturapat adat. Keberadaan perempuan di dalam proses politik, juga
diakuisebagai suatu keistimewaan dalam konteks politik modern. Di Indonesia, kuota 30 % dalam
parlemen yang diisioleh wanita, adalah suatu bukti kearifan lokal sudah diterapkan dalam tata
pemerintahan modern.

5. Keadilan sosial. Karakter keadilansosial dalam kehidupan masyarakat Sumatera Barat diibaratkan
sebagai suatu keseimbangan alamiah antara kelompok dalam suatu masyarakat. Tidak ada rumus pasti
dan matematis di dalam membangun suatu keadilan sosial. Hal ini seperti dinyatakan dalam pepatah:
mandapek samo balabo; kahilangan samo marugi;maukua samo panjang; mambilai samo laweh;
baragieh samo banyak; manimbang samo barek.
6. Berbagi peran dan kedudukan. Secara tradisional, masyarakatSumatera Barat telah diajarkan untuk
menempatkan peran dan status sesuai yang didapat dan diusahakan.Dalam konteks dewasa ini,
kontestasi sosial sering membuahkan korban yakni hilangnya hak dan kewajiban orang lain oleh karena
kesalahan dalam mengambil peran dan posisi.Untuk menghindari kesalahan status dan peran, kearifan
lokal tentang kesesuaian status dan peranseseorang telah di nyatakan sebagai berikut:
Manumbuak di lasing;
batanak di pariuak; jawi malanguah

kambiang mambebek.
“Nan Buto pahambuih lasuang
Nan pakak palapeh badie
Nan patah panghuni ayam
Nan binguang ka disuruah-suruah
Nan buruak palawan karajo
Nan kuek paangkuik baban
Nan jangkuang jadi panjuluak
Nan randah panyaruduak
Nan pandai tampek batanyo
Nan cadiak bakeh baiyo
Nan kayo tampek batenggang

7. Alam terkembang dijadikan guru. Iniadalah prinsip hidup yang sangatmendalam bagi masyarakat
Sumatera Barat, khususnya orang Minangkabau. Prinsip ini mengajarkan suatu kearifan lokal yang
sangat jitu untuk menghadapi setiap situasi dan kondisi dalam kehidupan. Amir MS (1977:99)
mengungkapkan beberapa sifat yang dihasilkan dari kearifanmemperhatikan apa yang dipersembahkan
oleh alam kepada manusia, yaitu:
a. Sikap waspada: “dalam awa akhie mambayang; dalam baiak kanalah buruak; dalam galak tangih kok
tibo; hati gadang hutang kok tumbuah”
b. Sikap prediksi: “alun rabah lah kaujung; alun pail ahbabaliak; alun dibali lah bajua; alun dimakan lah
taraso”
c.Sikap cermat: “dihawai sahabih raso; dikaruaksahabih gaung”
d. Sikap prioritas:“mangaji dari alif; babilang dari aso”
e. Sikap rasional/masuk akal dan dapatdipertanggungjawabkan: “ Mancancang balandasan; malompek
basitumpu.

12 budaya terlarang bagi wanita Minangkabau. Budaya dalam konteks ini berarti kebiasaan yang tidak
boleh dilakukan oleh wanita Minang demi menjaga warisan budaya dari para pendahulunya.

1. *Sumbang Duduak*

Duduk yang sopan bagi wanita Minang adalah bersimpuh, bukan bersila macam laki-laki, apalagi
mencangkung atau duduk di lutut._ Ketika duduk di atas kursi duduklah dengan menyamping, rapatkan
paha. Jika berboncengan jangan mengangkang.

2. *Sumbang Tagak*

Perempuan Minangkabau dilarang berdiri di depan pintu atau di tangga. Jangan berdiri di pinggir jalan
jika tidak ada yang dinanti. Sumbang berdiri dengan laki yang bukan muhrim._

3. *Jalan Sumbang*

Ketika berjalan,wanita Minang harus berkawan,. tidak boleh jalan sendiri._ Jangan berjalan tergesa-gesa
apalagi mendongkak-dongkak. Jika berjalan dengan laki-laki berjalanlah di belakang. Jangan menghalagi
jalan ketika bersama dengan teman sebaya.
4. *Sumbang Kato*

Berkatalah dengan lemah lembut, berkatalah sedikit-sedikit agar maksudnya, jangan serupa murai batu
atau serupa air terjun._ Jangan menyela atau kutukan orang, lukalah dulu hingga selesai. Berkata-
katalah yang baik.

5. *Sumbang Caliak*

Kurang tertib seorang wanita Minang ketika suka menantang pandangan lawan jenis, alihkanlah
pandangan pada yang lain atau menunduk dan melihat ke bawah._ Dilarang sering melihat jam ketika
ada tamu. Jangan suka mematut diri sendiri.

6. *Sumbang Makan*

Jangan makan sambil berdiri, nyampang makan dengan tangan genggam nasi dengan ujung jari, bawa
ke mulut pelan-pelan dan jangan buka mulut lebar-lebar_. Ketika makan dengan sendok jangan sampai
sendok beradu dengan gigi. Ingat-ingat dalam bertambah (batambuah).

7. *Sumbang Pakai*

Jangan mengenakan baju yang sempit dan jarang. Tidak boleh yang tepat rahasia tubuh apalagi yang
tersimbah atas dan bawah._Gunakanlah baju longgar, serasikan dengan warna kulit dan kondisi yang,
agar rancak dipandang mata.

8. *Sumbang Karajo*

Profesi/pekerjaan perempuan Minang adalah yang ringan serta tidak rumit._ Pekerjaan sulit diserahkan
pada kaum laki-laki. Jika kerja di kantor yang rancak adalah menjadi guru.

9. *Sumbang Tanyo*

Jangan bertanya macam menguji. Bertanyalah dengan lemah lembut_. Simak lebih dahulu baik-baik dan
bertanyalah dengan jelas-jelas.

10. *Sumbang Jawek*

Ketika menjawab, jawablah dengan baik, jangan jawab pertanyaan, jawablah pertanyaan yang perlu
diselesaikan yang tidak perlu.

11. *Sumbang Bagaua*

Jangan bergaul dengan laki-laki jika hanya diri sendiri yang wanita. Jangan bergaul dengan anak kecil
ketika ikut permainan mereka. Peliharalah lidah dalam bergaul. Ikhlaslah dalam membantu agar senang
teman dengan kita.
12. *Sumbang Kurenah*

Tidak baik berbisik-bisik saat tengah bersama. Jangan menutup hidung di keramaian. Jangan tertawa di
atas penderitaan orang lain, apalagi hingga terbahak-bahak. Jika bercanda, secukupnya saja dan diagak-
agak, agar tidak ada orang yang mendengarnya. Jagalah kepercayaan orang lain, jangan seperti musang
yang admin ayam.

Keistimewaan tentu harus dijaga dengan usaha yang ekstra. Bagai berlian yang dikurung di etalase kaca
anti pecah dan bergembok, tak sembarang orang bisa menyentuhnya. Perempuan Minangkabau sangat
berharga, bahkan jauh lebih berharga dari berlian yang dicontohkan itu Berharganya dan istimewanya
mereka selaras dengan harga diri yang perlu mereka pertahankan dengan teguh. Ketika perempuan
Minang bisa menjaga semua itu. Ketika perempuan Minang mampumenjaga diri dari 12 sumbang yang
telah dijelaskan di atas, dari situlah kecantikan sejati akan memancar dan kecantikan itu sampai
kapanpun tidak pernah gagal.

2.Kebudayaan Sumatera Barar

Propinsi Sumatera Barat memiki aneka ragam budaya yang menarik. Kekayaan budaya Sumatera Barat
tersebut meliputi tarian tradisional hingga adat istiadat yang ada di Sumbar.

Rumah Adat Sumatera Barat

Rumah Gadang merupakan Rumah adat yang berasal dari Sumatera Barat, berasal dari suku
Minangkabau. Rumah adat ini biasanya didirikan diatas tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum
tersebut secara turun temurun.

Bentuk Rumah Gadang ini empat persegi panjang dan terbagi atas dua bagian yaitu muka dan belakang,
Rumah Gadang terbuat dari bahan kayu, dan kalu di lihat sekilas hampir menyerupai rumah panggung.
Salah satu kekhasan dari rumah adat ini dalam proses pembuatannya adalah tidak memakai paku besi
tapi hanya menggunakan pasak yang terbuat dari bahan kayu.

Seni Tari Sumatera Barat


Seni tari tradisional yang berasal dari Sumatera Barat biasanya berasal dari adat budaya suku
Minangkabau serta etnis Mentawai. Seni tari dari Minangkabau umumnya sangat dipengaruhi oleh
agama Islam. Terdapat beberapa tarian daerah seperti Tari Pasambahan, Tari Piring, Tari Payung dan
Tari Indang.

Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu Bahasa Minangkabau yang memiliki
beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialekPariaman, dialek Pesisir Selatan, dan dialek
Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara,
dituturkan juga Bahasa Batak dan Bahasa Melayu dialek Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan
Mentawai digunakan Bahasa Mentawai suntin.

Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 98% penduduk Sumatera Barat, yang
kebanyakan pemeluknya adalah orang Minangkabau. Selain itu ada juga yang beragama Kristen
terutama di kepulauan Mentawai sekitar 1,6%, Buddha sekitar 0,26%, dan Hindu sekitar 0,01%, yang
dianut oleh penduduk bukan orang Minangkabau.

Berbagai tempat ibadah yang dapat dijumpai di setiap kabupaten dan kota di Sumatera Barat didominasi
oleh masjid dan musala.

Masjid terbesar adalah Masjid Raya Sumatera Barat di kota Padang yang saat ini pembangunannya
masih dalam tahap penyelesaian. Sedangkan masjid tertua di antaranya adalah Masjid Raya Ganting di
kota Padang dan Masjid Tuo Kayu Jao dikabupaten Solok. Arsitektur khas Minangkabau mendominasi
baik bentuk masjid maupun musala. Seperti masjid Raya Sumatera Barat yang memiliki bangunan
berbentuk gonjong, dihiasi ukiran Minang sekaligus kaligrafi, dan tidak memiliki kubah. Ada juga masjid
dengan atap yang terdiri dari 3 sampai 5 lapis yang makin ke atas makin kecil dan sedikit cekung seperti
Masjid Tuo Kayu.

Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku
Minang berdiam pula suku Batak dan suku Mandailing.Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai.
Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis Tionghoa, Tamil dan suku
Niasdan di beberapa daerah transmigrasi seperti di (Sitiung, Lunang Silaut, Padang Gelugur dan lainnya)
terdapat pula suku Jawa. Sebagian diantaranya adalah keturunan imigran berdarah Jawa dari Suriname
yang memilih kembali ke Indonesia pada masa akhir tahun 1950 an. Oleh Presiden Soekarno saat itu
diputuskan mereka ditempatkan di sekitar daerah Sitiung. Hal ini juga tidak lepas dari aspek politik
pemerintah pusat pasca rekapitulasi PRRI diProvinsi Sumatera Barat yang juga baru dibentuk saat itu.
(TGA)

Anda mungkin juga menyukai