Anda di halaman 1dari 41

‫اﻠﺴﻼﻡﻋﻠﻴﻜﻡﹷﻭاﺭﺤﻤﺔاﷲﹷﻭﺒﺎﺭﻜﺘﻪ‬

SUMBANG DUOBALEH
& KATO NAN AMPEK
SMAN 1 KEC. GUGUAK KAB.LIMAPULUH
KOTA

Oleh: Mediani,S.Pd
082283482212
SUMBER NILAI ATURAN
PERGAULAN

Adat Sumbang
Duobaleh
Prilaku
Sikap
Kato Nan
Raso jo Ampek
Pariso
SUMBANG DUO BALEH
Sumbang duduak

Sumbang duduak Sumbang Bagau

Sumbang togak Sumbang Caliak

Sumbang bajalan Sumbang Makan


Sumbang Kato Sumbang Pakaian
Sumbang Tanyo Sumbang Karajo
Sumbang Jawab Sumbang Kurena
SUMBANG
SUMBANG adalah segala sesuatu
yang salah dan melangar ketentuan
adat, terutama norma kesopanan di Ranah
Minang
Setiap perempuan adalah calon bundo
kanduang
Setiap perempuan adalah calon bundo
kanduang. Di tangannya nanti akan
diwariskan dan mewariskan
harta pusako milik keluarga sekaum. Selain
itu, perempuan nanti akan
menjadi madrasah pertama bagi anak-anak
mereka. Sehingga adab dan nilai sopan
santun perempuan haruslah terjaga.
Sumbang Duo Baleh
Sumbang Duo Baleh  adalah peraturan
tidak tertulis dalam adat minang yang
berisi tentang tata krama dan nilai sopan
santun. Di dalamnya termuat dua belas
ketentuan dan larangan yang mesti ditaati
oleh setiap perempuan minang.
Melanggar aturan ini akan berakibat
hukuman malu, tidak hanya kepada
dirinya sendiri, tapi juga mamak dan
keluarganya.
1. Sumbang Duduak (Sumbang ketika
Duduk)
Adat kebiasaan mengatur bahwa duduk yang
paling pantas bagi perempuan adalah
bersimpuh. Tidak boleh bersila seperti lelaki,
tidak boleh mengangkat kaki, berjongkok.
Duduk di kursi pun haruslah menyamping dan
merapatkan paha. Apabila berboncengan tidak
boleh mengangkang, harus menyamping.
2. Sumbang Tagak (Sumbang ketika
Berdiri)
Saat berdiripun, perempuan diatur untuk
berdiri dengan sopan, tidak berkacak
pinggang.
Dilarang berdiri di tangga ataupun di depan
pintu. Dilarang untuk berdiri di pinggir
jalan
Jika tidak ada yang dinanti, dan tentunya
Dilarang berdiri berdua dengan yang
bukan muhrim.
3. Sumbang Bajalan (Sumbang ketika
Berjalan)
Bajalan si ganjua lalai, 
pado pai suruik nan labiah
Alu tataruang patah tigo, 
samuik dipijak indak mati

Ketika berjalan, perempuan haruslah


berkawan, tidak boleh tergesa-gesa namun
harus tetap hati-hati. Diumpamakan bahwa
semut yang terinjak bahkan tidak mati.
Demikian saking hati-hatinya.
4. Sumbang Bakato (Sumbang dalam
Berkata kata)
Berkata haruslah dengan sopan dan memiliki
tujuan, haruslah mengerti kato nan ampek. Ia
harus tahu dengan siapa ia berkata-kata.
Dilarang untuk memotong pembicaraan
Orang lain, berkata dengan terlalu
kegirangan.
5. Sumbang Mancaliak (Sumbang dalam
melihat)
Perempuan yang telah gadih (gadis) dilarang
untuk bersitatap dengan lelaki yang
bukan muhrimnya, ia haruslah menundukkan
dan menjaga pandangannya. Saat ada tamu,
sebisa mungkin untuk tidak melihat jam
Terlalu sering. Karena dianggap tengah
mengusir tamu secara halus.
6. Sumbang Makan (Sumbang ketika
Makan)
Makanlah secukupnya, makan pelan-pelan.
Dilarang makan sambil berdiri apalagi
berjalan. Sebisa mungkin tidak berbicara
saat makan kecuali sangat penting. Jangan
berbunyi saat makan atau istilah 'rang awak
nya disebut "mancapak".
7. Sumbang Bapakaian (Sumbang
dalam Berpakaian)
Pakaian harusah sopan, bersih dan rapih.
Jangan memakai pakaian yang jarang dan
ketat, apalagi sampai mencetak lekuk
tubuh.
Kenakanlah pakaian yang pas dengan
fungsi
masing masing, pakaian ke pasar tentu beda
dengan pakaian sembahyang.
8. Sumbang Karajo (Sumbang Ketika
Bekerja)
Idealnya pekerjaan perempuan adalah
pekerjaan yang ringan dan mudah.
Pekerjaan kasar dan berat hendaknya
diserahkan kepada kaum lelaki, ataupun
dimintakan tolong kepada laki-laki yang
ada.
9. Sumbang Tanyo (Sumbang dalam
Bertanya)
Dalam bertanya, dengarlah terlebih dahulu
penjelasan orang lain, barulah bertanya
Dengan sopan. Maksudnya sopan adalah
tidak menguji apalagi merendahkan orang
lain.
10. Sumbang Jawek 
Sumbang Jawek (Sumbang dalam
Menjawab)
Begitu juga ketika ditanyai, jawablah
dengan seperlunya dan tepat. Jangan
menjawab sekenanya, sehingga orang
harus bertanya berulang-ulang karena
semakin bingung. Jawablah hal yang
perlu perlu saja, yang tidak perlu t
11. Sumbang Bagaua (Sumbang dalam
Bergaul)
Pergaulan perempuan dewasa minang
haruslah terjaga. Ia tidak boleh bergaul
terlalu dekat dengan bukan muhrimnya
apalagi berjalan berduaan. Selain itu akan
terlihat sumbang bila perempuan dewasa
bergaul dngan anak kecil, apalagi ikut
permainan mereka.
12. Sumbang Kurenah (Sumbang dalam
bertingkah laku)
Dalam bertingkah laku sehari-hari
haruslah tetap bisa menjaga perasaan
orang lain. Jangan berkata berbisik bisik,
menutup hidung dalam keramaian,
tertawa terbahak-bahak dan sejenisnya.
Jaga lisan dari hal yang akan
menyinggung banyak orang.
Rumah Gadang
Contoh.1
Sumbang tagak
Sumbang tagak
Sumbang tagak
Sumbang kato
ALLAH TUHANKU
Allah Tuhanku Yang Maha Mulia
Allah Tuhanku Yang Maha Kuasa
Allah Tuhanku Yang Maha Pengasih
Allah Tuhanku Yang Maha Penyayang
Allah Tuhanku lindungilah kami
Allah Tuhanku ampunilah kami
PadaMu Allah kami menyembah
Iman dan Taqwa tidak akan berubah
Kato Nan Ampek

1.kato mandaki,
2.kato manurun, MEMBANGUN
3.kato mandata dan KOMUNIKASI
4.kato malereang. SANTUN
KOMUNIKASI.A
KATO NAN LIOK LIOK LAMBAI
RUNDIANG NAN LIOK LAMA MANIH
TAGANG DIKANDUI
KANDUA DITAGANGI
DIAM DIKATO NAN SADANG ELOK
Lamak bak santan jo tangguli
Sakali runding disabuik
takana juo salamonyo
KOMUNIKASI.B
MULUIK MANIH PAGARAN BASO
BASO BAIK BUDI PIKATAN DALAM
CUPAK NAN PIAWAI DISABUIK
ADAT SOPAN JO SANTUN
1. Kato mandaki
Kato mandaki, maksudnya bagaimana kita
menyatakan pikiran kita dengan cara
berkomunikasi terhadap seseorang yang
posisinya lebih tinggi dari kita, seperti orang
tua, guru, ulama, tokoh masyarakat,termasuk
pemimpin negara. Hal yang terlarang bila
memanggil mereka dengan sebutan naman
saja.
2. Kato manurun 
Kato manurun adalah cara berkomunikasi
dengan seseorang yang posisinya di bawah
kita, terutama yang umurnya lebih muda.
3. Kato mandata
kato mandata merupakan cara berbahasa
dengan teman sebaya dalam pergaulan.
4. Kato malereang
kato malereang adalah bagaimana
cara berkomunikasi dengan pihak yang rasanya
janggal apabila mengungkapkan perasaan/
pikiran kepadanya secara gamblang dan terus
terang.
Dalam kato melereang ini digunakan kata-kata
berkias banding. Umpamanya adalah
Komunikasi antara mertua dengan menantu
dan sebaliknya.
Kepala SMA.N.1 Kec.Guguak
Kato nan liok lamak manih
Tagang dikandui, Kandua ditagangi
Diam dikato Nan sadang lok.
Kato nan liok liok lambai
Rundiang nan liok lamak manih
Sakali rundiang disabuik takana
Salamonyo.
Beda ucapann dengan bicara
Ucapan; Suara yang keluar terdiri dari huruf tersusun
menjadi kalimat
Sedangkan bicara tidak dapat ditangkap
semata-mata dengan,telinga sebagai alat
pendengaran saja, tetapi bicara itu ditangkap
dengan jalan memahaminya.
‘Bicara” ialah hasil olahan akal[1] dengan budi[2].
Akhir perjalanan budi dengan akal itulah yang
Merupakan kesimpulannya yang dikatakan
“bicara”
Kata pangulu
Kata pangulu (bahasa Indonesia : penghulu) menurut adat
Minangkabau berasalDari ‘pengenggam hulu” atau “pangkal
hulu“.
Penggenggam mengandung arti seorang pemimpin. Jadi, menurut
adat Minangkabau, yang disebut penghulu ialah orang yang
berbicara dan berbudi halus. Hal ini dijelaskan oleh pepatah adat
Yang mengatakan, Elok nagari dek pangulu, elok kampuang dek
nan tuo. Pangulu itu menjadi penggenggam hulu anak
kemenakan,
penggenggam hulu dan pangkal hulu korong, kampung dan
nagari.
Artinya ia seorang pemimpin dan pelindung bagi anak
kemenakan,
korong kampung dan nagarinya. Ini pun sesuai dengan asal kata
Pangulu dari bahasa Malayu Kuno, pang = kepala dan hulun =
rakyat.
Akal
Akal, ialah cahaya yang ditanamkan Alah di dalam hati
manusia, kemudian bersinar ke otak, sehingga dapat
membedakan atau pareso yang menuntun kepada
memilih dan memilah antara mudah dan sulit. Sifat
Akal itu menjalar bagaikan air, mengalir ke bagian
Yang rendah. Itulah sifat dan gerak akal. Setelah
suatu cita-cita yang menimbulkan gerak hati,
kemudian budi itu merangkak menjadi maksud dan
diusahakan oleh akal sampai tercapai apa uang
dicita-citakan itu.
Budi
Budi ialah gerak hati yang ditimbulkan oleh cita
cita, mengalir untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan budi
yang dalam ialah gerak hati atau raso yang telah
merangkak dan langsung mencapai tujuan yang
diharapkan yang berpantang kandas, sehingga cita
cita itu tercapai dan terlaksana dengan sebaik
baiknya.
Terima Kasih
‫اﻠﺴﻼﻡﻋﻠﻴﻜﻡﹷﻭاﺭﺤﻤﺔاﷲﹷﻭﺒﺎﺭﻜﺘﻪ‬

Mediani, Dt. Marajo NE


Tiakar Guguak VIII Koto
HP; 082283482212.

Anda mungkin juga menyukai