Anda di halaman 1dari 5

Kultum Ramadhan Terbaik 2022: Ceramah Singkat

tentang Ramadhan sebagai Bulan


Melipatgandakan Pahala
Bulan Ramadhan merupakan bulan suci yang penuh berkah bagi orang mukmin.

Bulan Ramadhan adalah saat yang tepat bagi seorang mukmin untuk melipatgandakan
keuntungan, sehingga Ramadhan dianggap sebagai mega bisnis bagi orang mukmin.
keuntungan yang dimaksud adalah pahala dari Allah SWT pada bulan Ramadhan.

Sedangkan sesuatu yang dijual untuk mendapatkan keuntungan atau pahala yang besar pada
bulan Ramadhan adalah iman dan amal sholeh.

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaykum wa rohmatullahi wa barakatuhu
Innalhamdalillah wa sholatu wa shalamu ‘alaa rosulillah wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wama
walaah wa laa haula wa laa quwwata illaa billah. amma ba’du.

Para pemirsa yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala,


Bulan Ramadhan, saat yang tepat bagi kita untuk melipatgandakan keuntungan sebagai
seorang Mukmin. Sesungguhnya setiap pedagang, dia memiliki saat-saat meraup keuntungan
yang banyak. Demikian juga kita, seorang Mukmin sesungguhnya adalah pedagang, seperti
ungkapan yang disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

“Setiap manusia melakukan perbuatan: ada yang menjual dirinya kemudian memerdekakannya
atau membinasakannya.” (HR.Muslim)

Setiap manusia, mereka pagi-pagi menggelar barang dagangannya dan dagangannya itu
adalah dirinya.

“Ada orang dimana mereka berjual beli dengan untung besar, dengan itu ia bebaskan dirinya
dari kesengsaraan abadi, tapi ada pula orang dimana mereka berjual beli dan bangkrut total
sehingga dia sengsara selama-lamanya.”

Jual beli dengan siapakah yang bisa mendapatkan untung besar dan mendapatkan
kebahagiaan hakiki serta membebaskan dari segala kesengsaraan hidup?

Jawabnya adalah jual beli dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan jual beli dengan siapakah sehingga dia bangkrut, sehingga rugi total yang
menyebabkan sengsara seumur hidup dan bahkan sengsara setelah kematiannya?

Yaitu jual beli dengan syaiton dan hanya berakhir dengan penyesalan, ratapan
tangisan, masih ditambah penderitaan, ratapan tangisan, penyesalan dia ketika iblis
sang penyesat berpidato di mimbar api setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala
memutuskan perkara di antara para hamba.

“dan syaiton/iblis dia akan berbicara, berkhotbah- kata Al-Imam Hasan Basri rahimahullah– iblis
akan berkhotbah di mimbar api ketika Allah telah memutuskan di Yaumul Hisab di antara para
hamba.”(Tafsiir At-Thobari 16/563)
Apa di antara isi khutbah iblis yang diungkapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala Allah:

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berjanji pada kalian dan semua janji Allah
adalah haq.”

Sebagaimana janji Allah dalam Al Quran yang banyak berisi janji-janji Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan bahkan Allah menegaskan:

“Wahai manusia sesungguhnya janji Allah itu benar.”(QS. Al Fathir:5)

Kemudian yang kedua, kata iblis:

“Aku juga berjanji pada kalian akan tapi janjiku palsu (aku tipu kalian, aku selisihi kalian dengan
janjiku)”. (QS. Ibrahim:22)

Tentu ini pernyataan yang lebih mengenaskan lagi. Dia dengan ucapan yang pertama “gelo
(bahasa jawa artinya kecewa)”, ternyata janji Allah benar adanya. Dia pun tampak kecewa berat
dengan ucapan iblis yang kedua, ternyata semua janji iblis tipuan belaka.

“Dan sesungguhnya aku tidak memiliki kemampuan kekuasaan untuk menyesatkan kalian
kecuali hanya mengajak saja dan kalian kemudian menyambutnya.” (QS. Ibrahim :22)

Ini tentu perkataan yang mengenaskan, yang menjadikan manusia tambah menderita. Kenapa
dia dulu mengikuti iblis? Kenapa dia begitu gampang kepincut dan tertipu oleh rayuan iblis yang
menyesatkan? maka iblis dengan segala usaha yang menyesatkan siang malam pagi sore
setiap hari tanpa ada lelahnya sudah begitu iblis menambahi dengan kalimat berikutnya

“Jangan kalian cela diriku, celalah diri-diri kalian sendiri.” (QS. Ibrahim :22)

Iblis berlepas diri dan tidak mau disalahkan dengan usahanya setiap hari menyesatkan manusia
bahkan agar mereka meratapi dirinya, mengapa menerima dan mengapa menyambut seruan
iblis. Celalah diri kalian sendiri!

“(Sekarang ini, dalam suasana kesengsaraan yang kita alami), aku (iblis) tidak bisa menolong
anda dan anda pula tidak bisa menolong diriku.” (QS. Ibrahim:22)

Penegasan yang memutuskan harapan manusia untuk keluar dari suasana yang sangat
menyiksa dirinya. Sudah begitu, kata iblis:

“dan aku mengingkari terhadap kesyirikan kalian kepadaku bahkan semenjak dulu.” (QS.
Ibrahim:22)

Iblis tahu bahwasanya hanya Allah yang pantas disembah dan dirinya tidak pantas disembah
akan tetapi iblis telah menipu manusia dan menyesatkan dengan segala cara dan ternyata iblis
melepas diri dari apa yang dia lakukan tersebut, bahkan lebih mengenaskan lagi iblis
mengatakan :
“Sesungguhnya orang-orang yang dzolim seperti kalian mendapat azab yang pedih.” (QS.
Ibrahim:22)

“Adapun orang Mukmin dan beramal shalih, mereka dimasukkan ke surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya dengan izin Rabnya.” (QS. Ibrahim:23)

Betapa kecewanya para penyembah setan yaitu orang yang bertransaksi dengan syaiton
sehingga dia rugi dan bangkrut, senyatanya dan karena sesungguhnya kerugian hakiki kerugian
ketika dia mulai kiamat kelak.

“Sesungguhnya hakikat kerugian adalah orang yang mereka merugikan dirinya dan
keluarganya di hari kiamat kelak.” (QS. Az-Zumar:15)

Adapun yang berjual beli dengan untung besar adalah jual beli dengan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan ini adalah mega bisnis. Ini merupakan proyek yang sangat besar karena akan
memberikan keuntungan yang sangat luar biasa. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menawarkan
kepada kita jual beli, bertransaksi agar kita mendapatkan keuntungan besar, keuntungan yang
mutlak tanpa ada kerugiannya sama sekali. Dengarkan apa yang disampaikan Allah
Subhanahu wa Ta’ala :

Yang Artinya : “Maukah aku tunjukkan pada kalian sebuah perdagangan (tijaroh) yang kalau
anda bertransaksi, (kalau anda berdagang dengan dagangan itu, maka anda akan untung
mutlak), anda selamat dari azab yang sangat pedih.” (QS. ash-Shaf :10)

Ini penegasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah mengajak kita bertransaksi dan yang
diajak Allah bukan sembarang orang. Karena manusia itu ada yang kafir, ada yang munafik,
ada yang Mukmin.

Adapun yang kafir dan munafik, Allah tidak ajak untuk bertransaksi karena mata mereka buta,
karena telinga mereka tuli, karena hati mereka mati. Sehingga mereka tidak bisa merasakan
dan tidak mungkin mendengar dan menyambut apa yang diinginkan Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

Yang Allah seru adalah orang yang hatinya ada keimanan. Karena dia yang akan siap pasang
telinga, mendengarkan seruan Allah, dia yang siap untuk melaksanakan sami’na wa ato’na,
yang siap untuk bisa menikmati ajakan-ajakan Allah. Sehingga hanya kelompok ini yang diajak
oleh Allah bertransaksi untuk mengadakan transaksi tijariyah (perdagangan) yang menjanjikan
keuntungan yang mutlak, keuntungan yang sangat besar.

Para pemirsa yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala


Barang dagangan apa yang bisa kita jual kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemudian kita
mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan dengan apa Allah akan membeli barang
dagangan kita? Allah Subhanahu wa Ta’ala jelaskan kepada kita kaum Mukminin bahwa barang
dagangan yang mesti kita jual jawabnya secara singkat adalah iman dan amal shalih,
sebagaimana lanjutan ayat tadi;

Hendaklah anda menjadi seorang Mukmin yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan beriman kepada RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Anda berkecimpung dalam
kehidupannya dengan amal-amal shalih. Anda tegakkan jihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwa kita, menjadikan jiwa kita dan harta kita semuanya fii sabilillah. Dengan begitu kita telah
bertransaksi dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Amal-amal shalih pahalanya lebih baik di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala demikian pula
harapannya adalah harapan yang lebih baik (ketika kelak manusia menghadap Allah Ta’ala).”
(QS. Al-Kahfi:46)

Sehingga seluruh amal shalih adalah harta dagangan dimana Allah akan membeli amal shaleh
kita. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan pula rincian amal-amal shalih. Contoh di
antara amal shalih yang merupakan perdagangan yang orang apabila bertransaksi tidak akan
pernah rugi

“Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Allah (membaca huruf-huruf atau membaca)
dengan cara tadabbur, memahami dan menegakkan shalat dan menginfakkan rizkinya
(hartanya di jalan Allah) baik dengan sembunyi-sembunyi dan dengan terang-terangan, dia
benar-benar telah berharap perdagangan yang tidak akan pernah ada ruginya.’ (QS. Al-
Fathir:29)

Mengapa tidak merugi? Karena dia bertransaksi dengan Dzat Yang Maha kaya yang siap
membeli dengan harga yang berlipat-lipat.

Para pemirsa yg dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala,


Ini dagangan yang Allah inginkan dari kita dan apabila kta menjual dagangan kita yang seperti
ini kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya Allah akan beli dengan harga yang sangat
mahal.

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membeli jiwa dan harta seorang Mukmin
dengan surga.” (QS. at-Taubah:111)

Surga ini mahal, surga ini sangat mahal sehingga Nabi kita mengatakan :

Yang Artinya :“Ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah adalah mahal dan ketahuilah
sesungguhnya barang dagangan Allah adalah jannah.” (HR. at-Tirmidzi (no. 2450) dan al-
Hakim (4/343), dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi,
serta dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Ash-Shahiihah, no. 954 dan 2335).

Sehingga “jannah” adalah harga yang sangat mahal dimana Allah membeli seorang Mukmin
dengan jannah ini. Ini namanya karunia Allah yang berlipat-lipat. Bukankah ketika kita menjadi
seorang Mukmin karena karunia Allah? Bukankah ketika kita melakukan amal shalih, memiliki
kemampuan dan dimudahkan melakukan amal shalih itu juga dengan karunia Allah Subhanahu
wa Ta’ala? Kemudian Allah menamai apa yang kita lakukan ini dengan perdagangan Allah beli
lagi dengan surga.

Subhanallah..!
Sebuah keuntungan, kebahagiaan yang luar biasa menjadi seorang Mukmin dan tahukah kita
seandainya kita tidak selamat dari adzab, maka tidak akan bisa kita membayar dengan apapun
dari perkara dunia yang kita miliki. Bukankah sudah sering kita dengar ayat Allah Subhanahu
wa Ta’ala, yaitu :

Yang Artinya : “Sesungguhnya orang kafir yang sampai matinya dalam kekafiran, sekali-kali
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan pernah mau menerima upaya mereka menebus azab
walaupun dia ingin menebus azab dengan emas yg besarnya sebumi.” (QS. Ali ‘Imron:91).

“Seandainya orang-orang zalim memiliki bumi seisinya (dilipatkan dua kali lipat), niscaya dia
akan pakai untuk menebus azab Allah.”(QS. Az Zumar:47)
Akan tetapi tidak akan diterima oleh Allah, bahkan seandainya manusia sanggup menjadikan
seluruh manusia tumbal untuk keselamatan dirinya maka akan dia berikan kepada Allah
subhanahu wa ta’ala, namun Allah tolak.

11. sedang mereka saling melihat. Pada hari itu, orang yang berdosa ingin sekiranya dia dapat
menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya, 12. dan istrinya dan saudaranya,

12. dan keluarga yang melindunginya (di dunia), 14. dan orang-orang di bumi seluruhnya,
kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya, 15. Sama sekali tidak!
Sungguh, neraka itu api yang bergejolak, 16. yang mengelupaskan kulit kepala, 17. Yang
memanggil orang yang membelakangi dan yang berpaling (dari agama), 18. dan orang yang
mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya. (QS. Ma’arij:11-18).

Orang Mujrim yang durhaka, yang kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia sangat ingin
bisa menyelamatkan diri dari adzab Allah. Sekalipun harus dengan anak kandungnya atau istri
dan saudaranya atau dengan keluarga besarnya atau bahkan seluruh manusia yang ada di
muka bumi.

Semuanya (ingin dijadikan) untuk tebusan adzab neraka, akan tapi Allah katakan “kalla”, tidak
mungkin!

Jahanam, adzab yang menyala-nyala bisa mengelupaskan kulit kepala manusia. Jahanam akan
memanggil setiap orang dimana mereka dulu berpaling dari agama dan dia hanya
mengumpulkan harta tapi tidak mereka keluarkan di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ma’asyirol mu’minin,
Sungguh hari-hari kita adalah hari untuk berdagang, waktu kita adalah untuk berdagang dan
sungguh waktu yang sangat utama adalah bulan Ramadhan.

Ramadhan, saat kita untuk berdagang dan melipatkan keuntungan kita. Maka gunakan sebaik-
baiknya. Jadikan Ramadhan ini mega bisnis bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala. In syaallah
kita akan lanjutkan perbahasan kita pada pertemuan yang akan datang, bi idznillah.

Wa shallallahu ‘alaa nabiyyina muhammadin wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam


Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
***

Anda mungkin juga menyukai