TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian atau mengkalibrasi pada
sphygmomanometer dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi dan
pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
Metode kerja pengujian Sphygmomanometer non-otomatis mengacu pada MK No MK-MSE.01
yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
V. KONDISI LINGKUNGAN
A. Suhu ruang : 10 ºC sampai dengan 40 ºC
B. Kelembaban : 15 % RH sampai dengan 85 % RH
VII. Pemeriksaan Fisik dan Fungsi Alat Mengacu Kepada (Inspection and
Preventive Maintenance Systems, ECRI, Procedure No. 424-20010301 :
Sphygmomanometer, Fourth Edition, 2001).
1. Badan dan permukaan : Periksa bagian luar dan kondisi kebersihan fisik
secara menyeluruh, selungkup masih utuh, tabung air raksa tidak ada
yang retak, terpasang dengan kencang satu dengan yang lainnya dan
tidak ada bekas tertimpa cairan ataupun gangguan lainnya. Pastikan
tidak ada kerusakan fisik dan spyhgmomanometer berada pada tempat
dimana alat itu selayaknya digunakan.
2. Balon Tensi, Tabung, Selang : Periksa kondisi tabung, selang, dan balon
tensi. Pastikan tidak ada yang retak, bocor, tertekuk, maupun kotor.
3. Bantalan/Rem: Apabila unit dilengkapi dengan bantalan dan rem,
periksa secara fisik fungsinya masing-masing. Pastikan bantalan yang
digunakan adalah bantalan yang tepat, ECRI merekomendasikan caster
yang baik memiliki diameter 5 inch (12,7 cm) untuk alat-alat yang
mobile, yang berfungsi untuk mengurangi benturan.
4. Filter : Periksa kondisi dan ketersediaan filter air raksa yang ada.
5. Gauge/Tabung : Pastikan penunjuk pada aneroid gauge bergerak turun
secara lembut dan perlahan dan tidak lengket. Pada manometer air
raksa, tabung raksa harus dalam keadaan bersih. Periksa juga kolom air
raksa naik dan bergerak secara lembut.
6. Indikator : Pastikan tanda meter maupun skala dalam keadaan bersih
dan mudah dilihat dan kaca penutup pada sphygmomanometer aneroid
masih dalam keadaan utuh.
7. Konektor : Periksa dan pastikan semua kondisi konektor dalam keadaan
baik.
8. Label : Periksa apa ada label, plakat, stiker, atau kartu instruksi manual
tersedia dan terbaca.
9. Manset : Periksa ukuran manset sesuai dengan karakteristik pasien
tersedia dan berada tidak jauh dari spyhgmomanometer berada,
misalnya di nurse station. Pastikan semua manset dalam kodisi bagus,
bersih, dan tidak sobek.
10.Pengaturan titik 0 : Pastikan manset tidak ada tekanan, maka aneroid
gauge atau level air raksa harus berada di titik 0 (±1 mmHg). Apabila
level air raksa tidak pada posisi 0, buang atau tambahkan air raksanya
dengan hati-hati sampai air raksa berada di level 0 mmHg. Ganti
Aneroid Gauge apabila tidak pada posisi 0 mmHg.
11. Pengencang : Jika sphygmomanometer dengan model berdiri atau dipasang berdiri,
pastikan alat tersebut berada seimbang, kokoh, dan pengancing dalam keadaan
tersambung dengan kuat sehingga sphygmomanometer tidak terbalik atau terjatuh
ketika tersenggol. Dan jika sphygmomanometer dengan model dinding pastikan
keamanan dari penguncinya.
12. Valve penutup : Pastikan valve ini bisa bekerja dengan cepat dan akurat dengan
rentang maksimal 2 – 3 mmHg/ detik. Berikan tekanan turun untuk melihat valve ini
bekerja, apabila valve ini rusak maka air raksa akan turun dengan cepat sehingga
menyulitkan untuk mengatur tekanan turun.
Keterangan :
A : untuk pembacaan saat turun.
B : untuk pembacaan saat naik.
7. Catat nilai penunjukan air raksa pada sphygmomanometer dan nilai yang terukur
pada display Parameter Tester pada lembar kerja.
8. Ulangi langkah (4) dan (5) untuk titik setting lainnya sampai nilai 250 mmHg.
9. Kurangi tekanan dari nilai 250 mmHg secara bertahap sesuai titik setting yang telah
ditentukan.
10. Ulangi langkah (5) dan (6).
11. Ulangi pengukuran agar diperoleh 3 data naik dan turun untuk tiap titik setting.
Gambar 4. Prosedur pengambilan data akurasi tekanan