Anda di halaman 1dari 4

Filsafat Pendidikan

filsafat merupakan induk dari pendidikan..

Jumat, 19 Desember 2014

Aliran Materialisme

Aliran Materialisme Pendidikan dalam wawasan Filsafat Pancasila

Pandangan Secara Ontologi

Menurut Runes, ontologi ialah teori tentang ada, keberadaan atau eksistensi. Menurut Aristoteles,
ontologi adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika.

Aliran materialisme ini berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan spiritual, atau super
natural. Demokritos ( 460-360 SM ) merupakan pelopor pandangan meterialisme klasik yang disebut
juga “ atomisme “ Demokratis beserta para pengikutnya beranggapan bahwa segala sesuatu terdiri dari
bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi ( yang disebut atom-atom ). Atom merupakan
bagian dari yang begitu kecil sehingga mata kita tidak dapat melihatnya. Atom-atom ini bergerak,
sehingga dengan demikian membentuk realitas pada panca indra kita.

Materialisme adalah satu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari materi. Materialisme
memandang bahwa materi itu adalah primer, sedangkan ide ditempatkan sebagai sekundernya. Sebab
materi itu timbul atau ada lebih dulu, kemudian baru ide.

Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya kesatuan yang menyangkut sila-silanya saja
melainkan juga meliputi hakikat dasar dari sila-sila Pancasila atau secara filosofis merupakan dasar dari
sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri
sendiri-sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologi. Dasar ontologi Pancasila pada
hakikatnya adalah manusia, yang memilki hakikat hak mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat
dasar ini disebut sebagai dasar antropologis. Subjek pendukung pokok sila-sila Pancasila adalah manusia,
hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerayatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada
hakikatnya adalah manusia (Notonogoro 1975:23). Demikianlah juga jikalau kita pahami dari segi filsafat
negara bahwa Pancasila adalah dasar nilai filsafat negara, adapun pendukung pokok negara adalah
rakyat dan unsur rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga tepatlah

Tokoh-Tokoh Materialisme :
Epikuros

Ia merupakan salah satu filsuf terkemuka pada masa filsafat kuno.

Demokritos dan Luctrecius Calus

Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita samakan dengan materialisme yang berkembang di
prancis pada masa pencerahan. Dua karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili paham ini
adalah L'homme machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia tumbuhan).

Baron von Holbach

Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya tuhan secara
mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak.

Pada Abad19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan
Haeckhel. Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan materialisme.

Pandangan Secara Epistimologi

Epistemologi, menurut Runes, adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,
metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia, sebagai hasil pengalaman dan
pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana proses terjadinya meliputi pengetahuan sampai membentuk
kebudayaan, sebagai wujud keutamaan (superioritas) manusia, ingin disadari lebih dalam. Bagaimana
manusia mengetahui bahwa ia tahu, atau bagaimana manusia mengetahui bahwa sesuatu itu ilmu
pengetahuan, hal itu menjadi penyelidikan epistemologi. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan,
proses dan syarat terjadinya pengetahuan serta batas dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi, epistemologi
dapat disebut ilmu tentang ilmu atau teoti terjadinya ilmu atau science of science atau
Wissenchaftslehre. Yang termasuk cabang epistemologi adalah matematika, logika, gramatika, dan
semantik. Jadi, epistemologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan,
sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika, metematika, dan teori
ilmu.

Adapun pandangan materialisme itu berdasarkan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat. Artinya
:

1. Pandangan Menurut proses waktu :

Lama sebelum manusia yang bisa mempunyai ide itu ada atau lahir di dunia, dunia dan alam atau materi
ini sudah ada lebih dahulu.

2. Pandangan Menurut proses zat :

Manusia ini tidak bisa berpikir atau tidak bisa mempunyai ide tanpa ada atau tanpa mempunyai otak.
Dan otak itu adalah suatu materi. Otak itu adalah materi, tapi materi atau benda yang berpikir. Otak
atau materi ini yang lebih dulu ada, baru kemudian bisa timbul ide atau pikiran pada kepala manusia.
Pandangan Secara Aksiologi

Aksiologi, menurut Runes, berasal dari istilah Yunani, axios yang berati nilai, manfaat, pikiran atau
ilmu/teori. Dalam pengertian yang modern, aksiologi disamakan dengan teori nilai, yakni sesuatu yang
diinginkan, disukai, atau yang baik, dan juga bidang yang menyelidiki hakikat nilai, kriteria, dan
kedudukan metafisika sebagai suatu nilai. Menurut Prof. Brameled, aksiologi dapat disimpulkan sebagai
suatu cabang filsafat yang menyelidiki:

1. tingkah laku moral, yang berwujud etika;

2. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan;

3. sosio-politik, yang berwujud ideologi.

Aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis dan tingkatan nilai, dan
hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan, dan agama. Kehidupan manusia sebagai makhluk
subyek budaya, pencipta, dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari, memilih, dan
melaksanakan (menikmati) nilai; jadi, nilai merupakan fungsi kepribadian manusia. Bahkan, nilai di
dalam kepribadian, seperti pandangan hidup, keyakinan (agama) dan bagaimana kualitas kepribadian.
Martabat manusia ditentukan oleh keyakinannya dan amal kebajikannya.

Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik. Akan tetapi, materialisme berbeda
dengan teori ontologis yang didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam memberikan penjelasan
tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme.

PENGERTIAN PANCASILA SECARA FILSAFAT

Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila
sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif,
yakni dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang komprehensif. Pembahasan filsafat dapat juga dilakukan secara induktif,
yakni dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, memrefleksikannya, dan menarik hati
dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu. Dengan demikian, kedua cara itu memberikan hasil yang
dapat disajikan sebagai bahan-bahan yang sangat penting bagi penjabaran ideologi Pancasila. Ideologi
Pancasila adalah keseluruhan prinsip normatif yang berlaku bagi negara Republik Indonesia dan bangsa
Indonesia secara keseluruhan.

KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT

Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal
logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis dari
sila-sila Pancasila. Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hierarkhis
dan mempunyai bentuk piramidal, digunakan untuk menggambarkan hubungan urutan-urutan luas
(kuantitas) dan dalam pengertian inilah hubungan kesatuan sila-sila Pancasila itu dalam arti formal logis.
Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Materialisme

Unknown di 07.11

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai