Anda di halaman 1dari 9

Hak Asasi Manusia Dalam Piagam 

Madinah | 3 Januari 2009


 
Pedahuluan
Islam, seperti kita ketahui bersama, adalah ajaran yang dinamis. Yang selalu
mendorong umatnya untuk selalu menemukan hal-hal baru demi kemajuan umat manusia.
Sepanjang keberadaannya, Islam telah membangun sebuah peradaban yang besar yang sudah
memberikan sumbangan yang sangat menentukan dalam sejarah peradaban umat manusia
hingga kezaman kita sekarang ini. Demikian pula sumbangannya dalam rangka mengakui
harkat dan martabat manusia. Tidaklah berlebihan jika kita mengatakan bahwa Islam adalah
agama kemanusiaan (Religion of Humanity).[1]
            Ajaran-ajaran islam yang melindungi harkat, martabat dan Hak Asasi Manusia itu
tidak lain dikarenakan Al-Qur’an yang merupakan sumber utama ajaran-ajaran Islam yang
merupakan himpunan wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, adalah
merupakan kitab yang berfungsi “memberikan petunjuk dan penjelas atas petunjuk itu (al-
bayan) serta pembeda” antara kebenaran dan kesalahan (al-furqan).[2] Hal ini senada
dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 185 yang artinya;bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil).
            Selain itu, apa yang telah Nabi Muhammad SAW sampaikan tentang ajaran-ajaran
Islam telah mencakup segala aspek kehidupan manusia, dari mulai bangun tidur hingga ia
bangun kembali dari tidurnya. Hanya saja, dalam beberapa hal atau permasalahan keterangan
yang diberikan masih sangat universal. Justru disinilah, Nabi mengajak umatnya untuk
menggunakan akal fikirnya agar mereka dapat bersaing dalam menghadapi perubahan dan
perkambangan zaman.
            Hak Asasi Manusia (HAM) telah menjadi pusat perhatian masyarakat internasional
sejak abad ke 17 M. dan hingga saat ini Hak Asasi Manusia masih menjadi isu yang hangat
dan banyak diperbincangkan di kancah nasional maupun internasional.[3]
            Umat Islam sebagai bagian dari masyarakat internasional, mempunyai pandangan
khusus terhadap Hak Asasi Manusia ini. Sebagai mana mereka adalah masyarakat yang
mempunyai khazanah keilmuan yang sangat melimpah, perhatian mereka tidak hanya tertuju
pada satu hal saja, namun mereka juga memperhatikan segala isu-isu yang sedang hangat
diperbincangkan pada setiap zamannya.[4]
            Selain itu, para Nabi dan Rasul telah memberikan contoh dan bukti nyata tentang
penegakan Hak Asasi Manusia dalam Islam. Mereka tidak saja memberikan konsep-konsep
akan Hak Asasi Manusia, bahkan merekalah pejuang-pejuang penegakan Hak Asasi Manusia
dalam Islam.[5]
            Hal ini seperti apa yang telah di contohkan Nabi Musa AS, beliaulah yang telah
memperjuangkan kebebasan umatnya yaitu Bani Israil dari cengkraman Fir’aun. Dan juga
apa yang Nabi Muhammad SAW perjuangkan, yang hakekatnya adalah perjuangan untuk
tegaknya Hak Asasi Manusia.[6]
            Dan setelah hijrah Nabi Muhammad SAW dan muslimin Makkah ke kota Madinah,
maka penduduk Madinah menjadi bertambah majemuk dengan berbagai kabilah dan berbagai
penganut kepercayaan. Dan untuk membentuk sebuah masyarakat yang aman, tentram tanpa
ada pertikaian antar golongan di dalamnya, maka Nabi membuat suatu kesepahaman atau
perjanjian dengan muslimin madinah dari pihak muhajirin dan anshar dengan yahudi
madinah dan sekutunya yang disebut dengan Piagam Madinah, yang mana salah satu isi dari
perjanjian itu adalah menyangkut masalah persamaan dalam hak dan kewajiban diantara para
kabilah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. [7]
            Dari penjelasan singkat diatas, dapat kita ketahui bahwa Islam telah memberikan
perhatian yang besar terhadap Hak Asasi Manusia, dan apakah Piagam Madinah yang
menjadi dasar dari Negara Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW terdiri dari
konsep-konsep dasar Hak Asasi Manusia, dan apakah konsep Hak Asasi Manusia yang
terkendung dalam Piagam Madinah itu?.
 
Hak Asasi Manusia
            Semenjak terjadinya perang dunia ke 2 dan dibentuknya Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) 1945, Hak Asasi Manusia telah menjadi sebuah perdebatan yang sangat hangat dan
penting.[8] Di dunia Barat Hak Asasi Manusia dikenal dengan istilah “Right of Man”,
sebagai ganti dari “Natural Right”. Sesungguhnya istilah Right of Man tidaklah dapat
mengadopsi “Right of Women”, oleh karena itu istilah Right of Man oleh Franklin Delano
Roosevelt diganti dengan istilah “Human Right” karena istilah lebih universal.[9]
            Kata “Hak Asasi Manusia” mempunyai dua artian, arti yang pertama yang
menyangkut dengan Hak, dan arti yang kedua menyangkut dengan yang mempunyai Hak itu,
yaitu Manusia dari segala etnis, ras, agama, suku, jenis kelamin laki-laki atau perempuan,
miskin atau kaya.[10]
            Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’ ayat 80 yang
artinya; Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.
            Ada beberapa pandangan menyangkut arti dari Hak Asasi Manusia itu sendiri, yang
antara lain dari pandangan para fuqaha, mereka berpendapat bahwa Hak Asasi Manusia
adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan syari’ah untuk manusia atau dari Allah SWT
untuk manusia semuanya.[11] Selain itu ada banyak pendapat mengenai arti dari Hak Asasi
Manusia, yang diantaranya;
            Miriam Budiardjo memandang bahwa Hak Asasi Manusia adalah Hak yang dimiliki
manusia yang dibawanya semenjak sebelum ia dilahirkan kedunia. Dan ini merupakan suatu
hak yang asasi yang dimiliki manusia tanpa memandang perbedaan Suku, Ras, Agama atau
Jenis.[12]
            Dari Comite Hak Asasi Manusia PBB dalam Teaching Human Right, United Nation,
Jan Materson memandang bahwa Hak Asasi Manusia sebagai mana yang dikutip oleh
Burhanuddin Lopa adalah, “Human right could be genetally defined as those right which are
inherent in our nature and without which we cannot live as human being”,[13] jadi Jan
Materson memandang bahwa Hak Asasi Manusia adalah Hak-hak asli yang dimiliki manusia,
yang tanpanya manusia tidak dapat hidup sebagai mana mestinya.
            Undang-undang No; 39 Tahun; 1999 pasal; I ayat; 1 mendefinisikan Hak Asasi
Manusia sebagai mana berikut: Hak Asai Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan
Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.[14]
            Tim ICCE UIN Jakarta mendefinisikan Hak Asasi Manusia sebagai Hak-hak yang
melekat pada setiap individu manusia dan merupakan sesuatu yang natural dan fundamental,
dan merupakan ni’mat dari Allah SWT yang wajib dihormati, dijaga, dan ditegakkan untuk
setiap individu masyarakat dan negara.[15]
            Dan dari beberapa devinisi atau artian dari Hak Asasi Manusia diatas, penulis
menyimpulkan poin-poin terpenting dari Hak Asasi Manusia dalam pandangan masyarakat
barat, yang diantaranya:
a. Sesungguhnya Hak Asasi Manusia tidak dapat diberikan, dibeli dan diwariskan, dari
generasi kegenerasi, namun Hak Asasi Manusia itu terlahir seiring dengan lahirnya
manusia itu sendiri.
b. Hak Asasi Manusia adalah hak setiap manusia, tanpa ada perbedaan jenis, Suku, Ras,
Agama, Keturunan, Pandangan Politik, atau Suku Bangsa.
c. Hak Asasi Manusia tidak mungkin untuk dilanggar, dan seorangpun tidak boleh
membatasi hak-hak orang lain. Dan setiap mausia mempunyai hak-hak asasinya
walaupun negara dimana ia tinggal membuat suatu undang-undang yang tidak memihak
kepada Hak Asasi Manusia.
            Maka Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap individu manusia
dari semejak kelahirannya ke dunia ini, tanpa memandang batasan Suku, Ras, Agama,
Negara, Umur, Jenis, dan Hak Asasi Manusia merupakan sesuatu yang Natural (alami) dan
merupakan anugrah dari Allah SWT untuk manusia seluruhnya, dan tanpanya manusia tidak
akan dapat hidup layaknya manusia.
 
Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia di Barat
            Kemunculan pemikiran Hak Asasi Manusia tidak lepas dari pemikiran yang di
kemukakan oleh Jhon Locke (1714-1632) dan Jean Jaques Rousseau (1778-1712) tentang
“Natural Right” yang mempengaruhi kemunculan Hak Asasi Manusia (HAM) di barat pada
permulaan abad ke 17 dan 18 dan pada permulaan kemunculannya itu HAM masih terbatas
pada Hak-hak Politik, yang meliputi Hak Persamaan, Kebebasan, Hak Untuk dipilih dan
memilih dalam pemilihan, dan lain sebagainya.[16]
            Kemunculan Hak Asasi Manusia pada abad ke 17 dan 18 M, yang dipengaruhi oleh
Natural Right selanjutnya menjadi sangat populer dan bahkan mewabah hingga pada zaman
kita sekarang ini.
            Maka dapat disimpulkan beberapa rentetan yang menjadi titik perkembangan Hak
Asasi Manusia yang berkembang di barat menjadi 5 elemen penting:
1.       Dimulai dengan munculnya Perjanjian Agung atau yang dikenal dengan Magna
Charta di Prancis 15 Juli 1215 M, yang berisi tuntutan para baron kepada raja Jhon.
Nilai-nilai yang penting dari perjanjian ini adalah; Raja tidak boleh melanggar hak-hak
kepemilikan dan kebebasan setiap individu,[17] ini dikarenakan para baron dikenakan
pajak yang sangat tinggi dan diperbolehkannya anak-anak putri mereka untuk menikah
dengan pemuda dari rakyat biasa.[18]Al-Maududi menilai bahwa perjanjian yang
keluar pada abad ke 13 itu tidak diketahui oleh masyarakat barat bahwa di dalamnya
terdapat persamaan hak dimuka  hukum hingga abad ke 17 hal tersebut baru diketahui
bahwa itu terdapat di Magna Charta.[19]
2.       Generasi ke-dua dari perkembangan Hak Asasi Manusia ditandai dengan
munculnya Bill of Right pada tahun 1628 M di Inggris, yang kelahirannya sedikit
banyak dipengaruhi oleh Magna Charta. Dokumen ini berisi tentang pembatasan hak-
hak raja, dan penghapusan hak raja untuk mengutus pasukan sesuka hatinya.
[20] Hingga muncullah pandangan tentang Persamaan Hak dihadapan hukum
(Equality before the law), pandangan inilah yang mendorong munculnya Negara
Hukum dan Negara Demokrasi.[21]
3.       Kemunculan Bill of Right kemudian dilanjutkan dengan adanya Deklarasi
Kemerdekaan Amerika Serikat (The American Declaration of Independence) pada 04
Juli 1776 M, yang diantaranya terdiri dari Persamaan, bahwa setiap manusia dimuka
bumi ini terlahir dalam keadaan sama, bebas, dan mempunyai hak atas hidup dan
memperoleh penghidupan yang layak dan berhak atas kebahagiannya.[22]
4.       Deklarasi kemerdekaan Amerika gaungnya sampai ke Prancis, hingga
muncullah Declaration des Droits de l’Homme et du Citoyen atau Declaration of the
Rights of Man and of the Cityzen di Prancis pada 04 Agustus 1776 M, yang intinya
mencakup lima hak-hak dasar manusia, yaitu; Propiete, Liberte, Egalite, Securite, dan
Resistence a l’opression.[23]Deklarasi ini lahir pada awal kemunculan Revolusi
Prancis, dengan tiga hak dasar manusia Liberte, Egalite, Fraternite.[24]
5.       Puncak dari perkembangan Hak Asasi Manusia adalah dengan disahkannya Universal
Declaration of Human Rightoleh PBB pada 10 Desember 1948, yang menetapkan hak-
hak dasar manusia dan asas kebebasan, persamaan, kepemilikan harta benda, hak untuk
menikah, hak untuk bekerja, dan kebebasan beragama yang termasuk didalamnya
kebebasan untuk pindah agama.[25]
Fokus utama dari HAM, pada awal kemunculannya adalah dalam ranah Hukum dan
Politik saja. Namun pada perkembangannya berkembang merambah keranah Sosial,
Ekonomi, Politik dan Pendidikan. Dan pada tahap selanjutnya yang merupakan tindak lanjut
dari apa yang ada sebelumnya, yang menggabungkan antara hak Ekonomi, Sosial, Politik dan
Hukum dalam suatu wadah yang disebut The Right of Development, namun yang terjadi
adalah ketidak seimbangan antara hak yang satu dan yang lainnya. Dan pada tahap yang
keempat, muncullah deklarasi HAM untuk region Asia yang disebut dengan Declaration of
The Duties of Asia, pada tahun 1983.[26]
 
Asas Hak Asasi Manusia dalam Islam
Islam adalah agama yang sempurna yang menyentuh segala aspek kehidupan
manusia, didalamnya terdapat hukum-hukum poilitik, tata negara, ekonomi, sosial, dan lain
sebagainya dari sisi kehidupan manusia.[27] Dari pada itulah, umat islam dalam kehidupan
sehari-harinya selalu berlandaskan pada dua sumber utama yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, yang
terkandung didalamnya konsep-konsep Hak Asasi Manusia,[28] yang diantaranya; Hak
Hidup (Al-Isra’: 33), Hak Untuk Mendapatkan Pekerjaan dan Bekerja (Al-Baqarah: 188, An-
Nisa: 29 dan 32, dan surah Al-Jumu’ah: 1), Hak Atas Kehormatan (An-Nur: 27, Al-Hujurat:
11 dan 12), Hak Untuk Mengemukakan Pendapat (An-Nisa: 59), Hak Kebebasan Beragama
dan Toleransi Beragama (Al-A’raf: 33, Al-Baqarah: 256, Al-An’am: 108, Yunus: 99, Al-
Ankabut: 46, dan surah Al-Mumtahanah: 8), Hak Persamaan di Muka Hukum (An-Nisa: 58)
dan Hak Bebas dari Rasa Takut (Al-Maidah: 32).
Inilah prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia yang terdapat di dalam kitab suci Al-
Qur’an. Dan dalam Islam ada lima asas-asas yang mendasari Hak Asasi Manusia, yaitu; [29]
a. Tauhid,
b. Manusia Berasal dari Satu Nenek Moyang yaitu Adam,
c. Da’wah kepada akhlak yang mulia,
d. Penghormatan Islam kepada Manusia,
e. Kehalifahan manusia didunia.
Selain itu ada dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan Hak Asasi
Manusia dalam Islam, yaitu;[30]
a. Hak-hak asli manusia yang sudah atau telah ditentukan dalam Islam untuk setiap
manusia.
b. Yang kedua ialah hak-hak yang diberikan oleh Islam kepada segelintir golongan atau
orang tertentu, dan dalam keadaan tertentu pula. Seperti, hak-hak khusus bagi orang
yang bukan Islam, hak-hak untuk perempuan, hak-hak anak dan lain sebagainya.
Maka, dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pemikiran Hak Asasi
Manusia terdapat suatu prinsip yang sangat penting dan fundamental, yang mempunyai artian
yang sangat luas dan memiliki penafsiran yang berbeda-beda antara satu negara dan negara
lain, bahkan bisa perbedaan itu juga bisa disebabkan oleh adanya perbedaan ideologi antar
individu bahkan antar negara dan agama.
Dan dalam hubungannya dengan Dunia Islam, dapat kita simpulkan pemikiran hak
asasi manusia ala barat menjadi tiga pokok permasalahan, yaitu; adanya perbedaan yang
sangat mencolok antara faham ketuhanan dan faham filsafat yunani yang bebas, dan
keuniversalan Hak Asasi Manusia dan Universalitas Islam, juga antara kebebasan yang di
usung oleh Hak Asasi Manusia dan kebebasan ala Islam.
Adanya perbedaan ini tidak lain dikarenakan Islam tidak mengakui Hak-hak Asasi
Manusia secara keseluruhan, Islam hanya mengakui adanya Hak Asasi Manusia jika itu
sesuai dengan ajaran Islam dan menolak yang lainnya yang tidak sesuai dengan syari’at
Islam.
Dan yang terpenting adalah, dikeluarkannya Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), menjadi penyebab dikeluarkannya Deklarasi Hak Asasi
Manusia yang bersandar kepada Syari’at Islam.
 
Piagam Madinah
Kelahiran Piagam Madinah tidakla lepas dari adanya hijrah Nabi Muhamad SAW dari
Makkah ke Madinah, dan merupakan kepanjangan dari dua perjanjian sebelumnya yaitu
bai’at aqabah 1 dan 2. Dan setelah hijrahnya Nabi ke Madinah, maka muncullah masyarakat
Islam yang damai, tentram dan sejahtera di Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad
SAW, yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar, dan beberapa kabilah arab dari Yahudi dan
kaum musyrik Madinah.[31] Dan setelah itu, maka Madinah menjadi pusat bagi kegiatan
keislaman dan perkembangan dunia Islam.[32]
Dengan tercapainya kesepakatan antar kaum di Madinah, maka semakin heterogenlah
masyarakat yang menduduki Madinah. Selain itu, perjanjian ini juga menjadi sangat penting
bagi diri Nabi sendiri. Piagam madinah ini secara tidak langsung menunjukkan kapasitas
Nabi sebagai seorang pemimpin dan politikus yang ulung, ditandai dengan[33];
a.       Keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyatukan umat Islam dalam satu panji,
yaitu Islam, dengan mengabaikan perbedaan suku, ras dan kabilah. Dan
menyatukan hati semua kaum muslimin dalam satu perasaan.
b.      Menjadikan agama sebagai alasan yang paling kuat, sebagai pengerat antar umat
mengalahkan hubungan antar keluarga.
c.       Bahwa ikatan yang terbangun atas dasar agama terdapat didalamnya hak-hak atas
setiap individu, dan tercapainya kedamaian dan ketentraman umat.
d.      Adanya kesamaan hak antara kaum muslimin dan yahudi dalam hal maslahat
umum, dan dibukannya pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja yang ingin
memeluk agama Islam dan melindungi hak-hak mereka.
Pagam madinah sendiri terdiri dari 70 pasal, dan ditulis dalam 4 tahapan yang
berbeda. Pada penulisan pertama terdapat 28 pasal, yang didalamnya mengatur hubungan
antara kaum muslimin sendiri. Pada penulisan yang kedua ada 25 pasal yang mengatur
hubungan antara umat Islam dan Yahudi. Dan penulisan yang ketiga terjadi setelah terjadinya
perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-2 Hijrah, yang merupakan penekanan atau pengulangan
dari pasal pertama dan kedua. Sedangkan pada tahap yang keempat ini hanya terdapat 7 pasal
dan mengatur hubungan antara kabilah yang memeluk Islam.[34]
 
Periwayatan Piagam Madinah
            Ibnu Katsir meriwayatkan dalam Bidayahnya dari Muhammad ibnu Ishak dengan
tanpa sanad, beliau berkata (Rasulullah SAW telah menulis sebuah perjanjian antara kaum
Muhajirin dan Anshar, dan juga Yahud; Bismilah hirrahman nirrahim, ini perjanjian dari
Muhammad SAW dengan Muslimin dan Mu’minin dari Kuraisy dan Yastrib, dan siapa saja
yang mengikuti mereka…).[35]
            Selain itu ada juga riwayat lain yang meriwayatkan Piagam Madinah ini, yaitu dari
Imam Ahmad, dari Afan, dari Hamad bin Salamah, dari Asim Al-Ahwal, dari Anas bin
Malik; Rasulullah SAW membuat sebuah perjanjian antara Muhajirin dan Anshar dirumah
Anas bin Malik. Dan telah diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad, Bukhori, Muslim, dan Abu
Daud dari berbagai sumber, dari Asim bin Sulaiman, dari Anas bin Malik. Beliau berkata,
Rasulullah SAW telah mengadakan perjanjian antara Quraisy dan Anshar dirumahku. Selain
itu, Imam Ahmad berkata, telah berkata kepada kita Nasr bin Baab, dari Hajjaj, dia berkata;
Suraij telah berkata kepada kita, dari Abad, dari Hajjaj, dari Umar bin Syuaib, dari Ayahnya,
dari Kakeknya; Sesungguhnya Rasulullah SAW telah mengadakan perjanjian antara
Muhajirin dan Anshar…[36]
Inilah sekilas tentang periwayatan Piagam Madinah yang diriwayatkan oleh beberapa
perawi dan ahli hadist terkemuka, yang merupakan undang-undang negara pertama di dunia,
yang dibuat oleh Nabi Muhammad SAW.
 
Teks Piagam Madinah
            Berikut ini adalah teks Piagam Madinah yang ditulis pada tahap pertama yang terdiri
dari 18 pasal;[37]
1.      Umat Islam adalah umat yang satu, berdiri sendiri dalam bidang akidah, politik,
sosial, dan ekonomi, tidak tergantung pada masyarakat lain.
2.      Warga umat ini terdiri atas beberapa komunitas kabilah yang saling tolong-menolong.
3.      Semua warga sederajat dalam hak dan kewajiban. Hubungan mereka didasarkan pada
persamaan dan keadilan.
4.      Untuk kepentingan administratif, umat dibagi menjadi sembilan komunitas; satu
komunitas muhajirin, dan delapan komunitas penduduk Madinah lama. Setiap
komunitas memiliki system kerja sendiri berdasarkan kebiasan, keadilan, dan
persamaan.
5.      Setiap komunitas berkewajiban menegakkan keamanan internal.
6.      Setiap kominitas diikat dalam kesamaan iman. Antara warga satu komunitas dan
komunitas lain tidak diperkenankan saling berperang; tidak boleh membunuh dalam
rangka membela orang kafir, atau membela orang kafir dalam memusuhi warga
jomunitas muslim.
7.      Umat Islam adalah umat Allah yang tidak terpecah belah.
8.      Untuk memperkuat persaudaraan dan hubungan kemanusiaan diantara umat Islam,
warga muslim menjadi pelindung bagi warga muslim lainnya.
9.      Orang Yahudi yang menyatakan setia terhadap masyarakat Islam harus dilindungi.
Mereka tidak boleh dianiaya dan diperangi.
10.  Stabilitas umat adalah satu. Satu komunitas berparang, semuanya berperang.
11.  Apabila satu komunitas berperang maka komunitas lain wajib membantu.
12.  Semua warga wajib menegakkan akhlak yang mulia.
13.  Apabila ada golongan lain yang bersekutu dengan Islam dalam berperang, maka umat
Islam harus saling tolong-menolong dengan mereka.
14.  Oleh karena orang Kuraisy telah mengusir Muhajirin dari Mekah, maka penduduk
Madinah, muasrik sekalipun, tidak boleh bersekutu dengan mereka dalam hal-hal
yang dapat membahayakan penduduk muslim Madinah.
15.  Jika ada seorang muslim membunuh muslim lain secara sengaja, maka yang
membunuh itu harus diqisas (dihukum setimpal), kecuali ahli waris korban
berkehendak lain. Dalam hal ini seluruh umat Islam harus bersatu.
16.  Orang yang bersalah harus dihukum. Warga lain tidak boleh membelanya.
17.  Jika terjadi konflik atau perselisihan yang tidak dapat dipecahkan dalam musyawarah,
maka penyelesaiannya diserahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
18.  Semua kesalahan ditanggung sendiri. Seorang tidak diperkenankan
mempertanggungjawabkan kesalahan teman (sekutu)-nya.
 
Hak Asasi Manusia Dalam Piagam Madinah
            Perjuangan panjang masyarakat barat dalam menegakkan Hak Asasi Manusia yang
ditandai dengan munculnya Magna Charta hingga Universal Declaration of Human Right,
ternyata telah terlebih dahulu di dahului umat Islam, yaitu dengan adanya Piagam Madinah
yang menjadi tonggak awal berdirinya Negara Islam di bawah panji Islam.
            Piagam Madinah, yang merupakan piagam tertulis pertama di dunia ini telah
meletakkan dasar-dasar Hak Asasi Manusia yang berlandaskan Syari’at Islam. Pada awal
pembukaan Piagam Madinah telah disebutkan bahwa semua manusia itu adalah umat yang
satu, yang dilahirkan dari sumber yang sama, jadi tidak ada perbedaan antara seorang dengan
orang lain dalam segala hal. Namun dalam islam ada satu hal yang membuat seorang
dianggap lebih tinggi derajatnya dimata Allah, yaitu kadar imannya, jadi bukan dilihat dari
warna kulit, suku, ras, Negara dan jenis kelaminnya, namun kadar iman seseorang itu yang
membedakannya dengan orang lain.
          Selain adanya persaman hak diantara setiap manusia, Piagam Madinah juga
mengakomodasi adanya kebebasan (yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan yang
masih dalam ruang lingkup syari’ah) yang berbeda dengan kebebasan yang terdapat dalam
undang-undang lain pada masa sekarang ini, yang mengedepankan hawa nafsu manusia
daripada ketentuan syari’at.
            Dalam masalah kebebasan ini, yang dengannya terjaminlah segala kemaslahatan
manusia dari segala bentuk penindasan, ketakutan, dan perbudakan. Selain itu, kebebasan
juga menjadikan manusia seperti apa yang dikehendaki Allah SWT, sebagai khalifah Allah di
bumi ini dan hambanya sekaligus.[38]
            Dari uraian diatas dapat diambil sebuah kesimpulan, bahwa Hak Asasi Manusia yang
dimaksud oleh Piagam Madinah adalah Persamaan antara setiap individu manusia dalam
segala segi kehidupan bermasyarakat, dan juga kebebasan manusia dalam beragama dan
hormat-menghormati antar pemeluk agama, Hak-hak politik yang di tandai dengan adanya
persamaan hak antara setiap manusia di muka hukum dan social politik.
 
Asas Hak Asasi Manusia dalam Piagam Madinah
            Hikmah dari kemanusiaan yang ada dalam Islam adalah; Persaudaraan, Kebebasan
dan Persamaan.[39] Dan Islam, menyeru kepada ketiganya itu, menempatkannya dalam
gambaran yang nyata, dan melindunginya dengan akidah dan syari’atnya dengan kuat,
dengan tidak hanya mencantumkannya dalam hukum-hukumnya sebagai syair-syair, bahkan
Islam telah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari para umatnya.[40]
            Ada dua asas yang sangat mendasar dalam Piagam Madinah, yang tidak terdapat di
Negara manapun kecuali Negara yang didirikan dengan dasar agama, pertama, kebebasan
beragama, kedua, adalah asas yang mendasari adanya pemikiran kemanusiaan dan
persaudaraan, asas yang melindungi persamaan hak dan persamaan kewajiban atas segenap
individu dari seluruh warga Negara.[41]
            Pada hakikatnya Piagam Madinah itu mempunyai empat rumusan utama, yang
merupakan inti dari keseluruhan pasal yang ada, yaitu;
a.       Persatuan umat Islam dari berbagai kabilah menjadi umat yang satu.
b.      Menumbuhkan sikap toleransi dan tolong-menolong antara komunitas masyarakat
yang baru.
c.       Terjaminnya kemanan dan ketentraman Negara, dengan diwajibkannya setiap
individu untuk membela Negara.
d.      Adanya persamaan dan kebebasan bagi semua pemeluk agama, dalam kehidupan
sehari-hari bersama masyarakat muslim.
            Dari sini, dapat disimpulkan bahwa Hak Asasi Manusia yang terkandung dalam
Piagam Madinah adalah;
1.      Persamaan,
2.      Kebebasan beragama,
3.      Hak Ekonomi,
4.      Dan Hak hidup.
 
Aplikasi Hak Asasi Manusia dalam Piagam Madinah
Persamaan Hak.
Islam adalah agama kemanusiaan, asas dari kemanusiaan ini dalam Islam adalah
penghormatannya terhadap manusia melebihi dari pada yang lainnya, tanpa melihat
perbedaan warna kulit, ras, suku, jenis kelamin dan kasta. Dalam surah Al-Hujurat ayat 13
diterangkan bahwa, Allah menciptakan semua manusia bebeda-beda dan bersuku bangsa
bukanlah untuk saling menindas, saling menghina, dan saling menjatuhkan. Tapi, perbedaan
ini ditujukan semata-mata agar semua manusia saling mengenal antara yang satu dengan yang
lainnya, dan saling melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing.
            Tak terbantahkan lagi, bahwa dalam Islam semua manusia bersaudara, mereka adalah
anak dari satu ayah dan satu ibu yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Ini sebagai mana yang
telah diterangkan Allah dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat yang pertama.
            Sebagai contoh nyata, dapat kita lihat pada masa Rasulullah, yaitu pada waktu hijrah
dari Mekah ke Madinah. Kaum Anshar yang pada saat itu menerima kedatangan saudaranya
Muhajirin dengan tangan terbuka, dan bahkan diantara mereka ada yang memberikan
sebagian hartanya untuk menolong saudaranya yang meninggalkan semua harta bendanya
demi menjaga keutuhan iman mereka dari rongrongan kaum musrik Mekah.
            Maka, dengan hangatnya sambutan Anshar atas saudara mereka Muhajirin yang
berhijrah demi agama dari Mekah ke Madinah inilah yang menjadikan mereka (Anshar)
sebagai suritauladan yang sangat baik dalam penegakan Hak Asasi Manusia dalam Islam
dengan tidak membedakan status sosial yang ada, mereka dengan suka rela menolong saudara
mereka seiman yang sedang mempertahankan iman mereka.
 
Hubungan Antara umat Islam dan Yahudi
            Pada hakekatnya hijrah Nabi ke Madinah adalah suatu peristiwa yang sangat besar,
dan ini telah didahului oleh hijrah yang lain, seperti halnya hijrah Nabi ke Thaif. Nabi sendiri,
memilih Madinah sebagai tujuan hijrah bukan atas kemauan beliau sendiri, namun
merupakan sebuah petunjuk dari Allah kepada Nabi untuk berhijrah ke Madinah.
            Setelah hijrahnya Nabi ke Madinah, kebanyakan dari wahyu yang beliau terima juga
bukan lagi berkenaan dengan masalah syari’at, namun telah didominasi oleh isu-isu yang
berkenaan dengan kemanusiaan dan kemasyarakatan. Yang tentunya mendukung posisi Nabi
pada saat itu sebagai seorang pemimpin sebuah Negara yang baru lahir itu.
            Selain golongan Anshar dan Muhajirin yang mendiami Madinah, namun disana telah
banyak hidup golongan-golongan dari kaum Yahidi yang jumlahnya mencapai ratusan
kabilah yang tersebar di sekitar kota Madinah, untuk itulah Nabi Muhammad SAW membuat
suatu perjanjian yang saling melindungi hak-hak masing-masing dan demi tercapainya
kedamaian di bumi Madinah, yang desebut dengan Piagam Madinah. Inilah yang menjadi
dasar hubungan antara golongan Islam dengan Yahudi di Madinah.
            Sebagai contoh yaitu, adanya kesamaan hak antara kaum Muslimin dan Yahudi dalam
pembiayaan perang dengan Kuraisy dan dalam menjalin hubungan dengan Kuraisy.
 
Kesimpulan
            Pembahasan yang menyangkut masalah Hak Asasi Manusia sangatalah luas dan akan
terus berkembang seiring dengan peradaban yang dicapai manusia, dari isu yang paling
sederhana sampai pada tahapan yang sangat kompleks.
            Selain itu, Piagam Madinah yang menjadi tonggak sejarah penyebaran Islam di
Madinah dan berdirinya negara Islam di dunia. Dan tak dipungkiri bahwa Piagam Madinah
yang ternyata adalah suatu piagam atau perjanjian tertulis pertama yang dibuat manusia
sepanjang sejarah hidupnya.
            Dalam pembahasan ini (Hak Asasi Mansia Dalalam Piagam Madinah), dapat
disimpulkan akan konsep Hak Asasi Manusia yang diusung Piagam Madinah dan asas Hak
Asasi Manusia dalam Piagam Madinah.
            Jadi konsep Hak Asasi Manusia dalam Piagam Madinah adalah,
1.      Manusia adalah sama, dalam segala kehidupan bermasyarakat.
2.      Adanya hak hidup bagi setiap individu manusia.
3.      Kebebasan beragama bagi setiap pemeluk agama.
4.      Adanya persamaan hak bagi setiap orang dimuka hukum dan diranah politik.
            Keempatnya itu sesuai dengan konsep Hak Asasi Manusia yang dirumuskan oleh
barat, namun apa yang telah dirumuskan Piagam Madinah (Islam) ini telah terlebih dahulu
dirimuskan 14 abad sebelum barat merumuskannya. Yaitu dengan adanya hak hidup, yang
dapat kita lihat dengan adanya diyat sebagai pengganti qishas. Dan juga adanya persamaan
diantara setiap manusia, ini karena manusia itu berasal dari satu ayah yaitu Adam AS, dan
persamaan disini berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Dan dalam kebebasan beragama,
dan hormat-menghormati antar pemeluk agama terwujud dalam kebebasan berkeyakinan dan
kebebasan dalam menjalankan ibadah. Dan dalam persamaan hak dalam lingkup politik, atas
semua warga masyarakat hak untuk mendaaptkan rasa aman, terbebas dari penganiayaan.
            Dan Asas Hak Asasi Manusia dalam Piagam Madinah adalah;
Semua umat islam adalah umat yang satu, tidak ada perbedaan antara mereka.
a.       Kekeluargaan (ukhuwah islamiyah).
b.      Persamaan.
c.       Kebasan.
d.      Kehidupan bertetangga.
e.       Keadilan.
f.        Musyawarah.
g.       Penegakkan hukum dan keadilan.
h.       Kebebasan beragama dan menjalankan ibadah.
i.         Membela tanah air.
j.        Amar ma’ruf nahy munkar.
k.      Kepemimpinan.
l.         Dan asas takwa dan ketaatan.
            Dan asas Hak Asasi Manusia yang di usung Piagam Madinah yang sesuai dengan asas
Hak Asasi Manusia terkini adalah Kebebasan, Kekeluargaan, dan Persamaan diantara semua
manusia.

Anda mungkin juga menyukai