Anda di halaman 1dari 102

GAMBARAN SISTEM PENGELOLAAN REKAM

MEDIS DI RUMAH SAKIT LANCANG KUNING


PEKANBARU TAHUN 2008

SKRIPSI

Oleh
ZULHENRY
Nim : 06.01.3.031

PEMINATAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HANG TUAH PEKANBARU
2008
GAMBARAN SISTEM PENGELOLAAN REKAM
MEDIS DI RUMAH SAKIT LANCANG KUNING
PEKANBARU TAHUN 2008

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh
ZULHENRY
Nim : 06.01.3.031

PEMINATAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HANG TUAH PEKANBARU
2008
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan

Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKES) Hang Tuah Pekanbaru.

Pekanbaru, 13 September 2008

Pembimbing I Pembimbing II

(dr. Hoppy Dewanto, M. Kes) (Muhardi, M. Kom)

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

GAMBARAN SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS


DI RUMAH SAKIT LANCANG KUNING
PEKANBARU TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

ZULHENRY
06.01.3.031

Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi


Pada tanggal 14 September 2008 dan
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Ketua Penguji

( Dr Hoppy Dewanto M.Kes )

Penguji I Penguji II

(Dra Afrida Wahid M.Kes) (Drs Djamaris Djamal M.Kes)

Pekanbaru, 19 September 2008


Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKES Hang Tuah Pekanbaru

( Nopriadi, S.K.M, M.Kes )

ii
PERNYATAAN

Dengan ini Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

dan sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya/pendapat yang pernah

ditulis/diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Pekanbaru, 19 September 2008

Ttd

Zulhenry

iii
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN RUMAH SAKIT
Skripsi, September 2008

Zulhenry

Gambaran Sistem Pengelolaan Rekam Medis di Rumah Sakit Lancang


Kuning Pekanbaru Tahun 2008

INTI SARI

Di unit rekam medis rumah sakit Lancang Kuning petugas masih bekerja
merangkap sebagai operator dan admitting office atau pendaftaran rawat inap
sehingga pekerjaan pokok sebagai rekam medis sering terbengkalai. Sedangkan
dalam pengolahan data dan statistik rumah sakit masih dikerjakan secara manual
meskipun sudah mempunyai SIMRS karena SIMRS yang ada di rekam medis
hanya sebatas penginputan data pasien saja, sehinga semua ini mengakibatkan
terlambatnya petugas dalam menyajikan statistik kegiatan pelayanan rumah sakit
dan fungsi unit rekam medis yang diharapkan tidak bisa terlaksana sebagaimana
mestinya. Dan tujuan penelitian adalah mengetahui SDM, Sarana dan Prasarana,
kerjasama tim, Standar Operasional Prosedur dan alur rekam medis di rumah sakit
Lancang Kuning Pekanbaru tahun 2008.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, yang dilakukan di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru
mulai bulan Agustus 2008 dengan tujuan mendapatkan informasi tentang sistem
pengelolaan rekam medis. Informan utama adalah Direktur Rumah Sakit Lancang
Kuning, Koordinator rekam medis, petugas rekam medis, sedangkan informan
penunjang adalah perawat UGD, perawat rawat inap di Rumah Sakit Lancang
Kuning Pekanbaru.
Hasil penelitian adalah jumlah tenaga rekam medis memang kurang
mengingat beban kerja yang mereka lakukan merangkap sebagai operator,
pendaftaran pasien rawat inap dan sebagai pengolahan data dan statistik rumah
sakit, sedangkan jumlah mereka hanya 5 orang yang mana dinas per shift nya 1
orang dan ini tidak memungkinkan untuk petugas dalam menjalankan
kegiatannya. Untuk sarana dan prasarana di rekam medis masih kurang karena
komputer yang ada hanya 2 unit sedangkan dalam pelaksanaannya yang
dibutuhkan minimal 3 unit karena mereka mempunyai 2 loket pendaftaran yaitu
rawat inap dan poliklinik sedangkan 1 unit lagi untuk pengolahan data rekam
medis, kemudian SIMRS yang ada pemanfaatannya belum optimal karena masih
sebatas penginputan data pasien. Hubungan kerjasama tim dan antar unit sudah
terjalin dengan baik walaupun kadang-kadang terjadi selisih paham, tapi bisa
diatasi dengan cepat. Untuk SOP pada rekam medis sudah ada tapi belum
disahkan oleh pihak manajemen, karena dari pihak manajemen tidak ada
menanyakannya sehingga petugas tidak terlalu terpaku bekerja sesuai dengan SOP
yang ada, selain SOP rekam medis juga membuat job descrpition untuk masing-

iv
masing petugas tetapi petugas tidak menjalani sepenuhnya karena terfokus pada
operator telepon atau custumer service dan pendaftaran pasien rawat inap. Untuk
alur pasien sudah baik hanya alur rekam medis saja yang dinilai belum efektif
karena berkas pasien pulang lambat masuk ke rekam medis sehingga petugas
terkendala dalam pengolahan data.
Kesimpulannya Jumlah Sumber Daya Manusia rekam medis yang berjumlah 5
orang di nilai belum cukup dan efektif dalam pengelolaan rekam medis supaya
tercapainya tertib administrasi rumah sakit, dikarenakan petugas yang bertugas
per shift 1 orang kecuali shift pagi berjumlah 2 orang. Karena job yang
dibebankan kepada petugas selain job rekam medis juga merangkap sebagai
operator telepon dan pelayanan admitting atau pendaftaran pasien baik rawat inap
maupun poliklinik, sehingga job utama sering terbengkalai. Sarana dan Prasarana
di ruang rekam medis masih minim sehingga petugas tidak maksimal dalam
bekerja, karena jumlah komputer yang masih kurang yang hanya ada 2 buah
sedangkan minimal 3 buah yaitu untuk pendaftaran pasien rawat inap karena loket
pendaftarannnya berada jauh dari ruang rekam medis, untuk pendaftaran pasien
poliklinik harus ada 1 unit komputer jadi petugas tidak perlu mendaftarkan secara
manual dan satu unit komputer untuk pengolahan data dan pembuatan statistik
rumah sakit yang berada di ruang pengolahan. Kemudian SIMRS ruangan rekam
medis belum optimal dalam pemanfaatannya, serta rak penyimpanan rekam medis
perlu dibuat sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal kerjasama tim dan antar unit lain
tidak ada masalah atau kendala yang dapat menghambat pelayanan kesehatan
sehinga petugas dapat bekerja denga baik dan benar. Standar Operasional
Prosedur (SOP) di ruang rekam medis sudah ada dan di buat oleh petugas rekam
medis, tetapi belum disahkan oleh pihak manajemen karena tidak pernah
ditanyakan. Kemudian selain SOP rekam medis juga membuat job desctiption
masing-masing petugas sebagai pedoman dalam bekerja tetapi karena ada nya
penambahan tanggung jawab kepada petugas rekam medis yaitu merangkap
sebagai operator jadi petugas tidak terpaku pada SOP dan Job Description yang
ada. Alur rekam medis dalam hal ini untuk alur berkas rekam medis masih
berbelit sehingga petugas rekam medis dalam pembuatan sensus harian untuk
statistik rumah sakit tidak tepat pada waktnya.

Daftar Pustaka : 20 (1991-2008)


Kata Kunci : Sistem, Pengelolaan Rekam Medis

v
RIWAYAT HIDUP

Nama : Zulhenry Amd PK

Jenis Kelamin : Laki – laki

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Batu (KEPRI) / 11 Februari 1983

Agama : Islam

Tlp/Hp : (0761) 9034254 / 0819669420

Alamat : Perum. Gading Marpoyan Blok B2 No. 2 Pekanbaru.

Riwayat Pendidikan:

1. SD Negeri 015 Sawang Propinsi Kepulauan Riau Tahun 1989 – 1995.

2. MTsN Tanjung Batu Kundur Kepulauan Riau Tahun 1995 – 1998

3. SMK Pembangunan Bukittinggi Sumatera Barat Tahun 1998 - 2001

4. APIKES Dharma Landbouw Padang Sumatera Barat Tahun 2001 - 2004

5. STIKES Hang Tuah Pekanbaru Tahun 2006 – 2008.

Riwayat Pekarjaan

1. Staf rekam medis di RSAB Eria Bunda Tahun 2005

2. Staf rekam medis di RS Lancang Kuning Pekanbaru Tahun 2006 –

Sekarang

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah - Nya, sehingga penulis telah dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada

Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “ Gambaran Sistem Pengelolaan Rekam Medis Di

Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru Tahun 2008 “. Skripsi ini disusun

untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan pendidikan S1

Kesehatan Masyarakat di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Hang Tuah

Pekanbaru.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak dr. H. Zainal Abidin, MPH, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Hang Tuah Pekanbaru.

2. Bapak Nopriadi, SKM, M. Kes, selaku ketua Prodi IKM Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKES) Hang Tuah Pekanbaru.

3. Bapak dr. Himawan Prasetyo, MMR, selaku Direktur Rumah Sakit

Lancang Kuning Pekanbaru, yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru.

4. Bapak dr. Hoppy Dewanto, M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, memberikan

arahan dan masukan dari awal sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

vii
5. Bapak Muhardi M.Kom Selaku Pembimbing II

6. Ibu Dra Afrida Wahid M.Kes Selaku Penguji I

7. Bapak Drs Djamaris Djamal M.Kes Selaku Penuji II

8. Ayah, Ibu, Kakak, Adik, dan keluarga yang selalu memberikan dukungan,

semangat, dan do’a kepada penulis.

9. Teman – teman seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dan

memberikan motivasi kepada penulis.

Akhirnya penulis mempersembahkan skripsi ini dan penulis mohon maaf

jika dalam penulisan proposal skripsi ini terdapat kesalahan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan penyusunan proposal skripsi ini nantinya.

Pekanbaru, 14 September 2008

Penulis

(Zulhenry)

viii
DAFTAR ISI
HAL
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
PERNYATAAN ............................................................................................... iii
INTISARI .................................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian .................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Telaah Pustaka .......................................................................... 8
1. Pengertian Rumah Sakit ...................................................... 8
2. Fungsi Rumah Sakit ............................................................ 8
3. Pengertian Rekam Medis .................................................... 9
4. Tujuan Rekam Medis .......................................................... 10
5. Kegunaan Rekam Medis ..................................................... 11
6. Proses Penyelenggaraan Rekam Medis ............................... 11
a. Sistem Rekam Medis ....................................................... 11
b. Prosedur Rekam Medis ................................................... 14

ix
c. Proses Pengolahan Rekam Medis .................................... 15
d. Analisa ........................................................................... 24
e. Sistem Kearsipan Rekam Medis ...................................... 25
f. Penyusutan dan Penghapusan Rekam Medis ................... 28
7. Resiko Teknologi Komputer & Kerawanan Rekam Medis 30
8. Sistem Informasi ................................................................. 31
a. Pengertian Sistem ............................................................. 31
b. Model Umum Suatu Sistem ............................................. 31
c. Pengertian Informasi ........................................................ 32
d. Fungsi Informasi .............................................................. 32
9. Penggunaan Komputer dalam SIM ..................................... 32
10. Sumber Daya ....................................................................... 33
a. Sumber Daya Manusia ..................................................... 33
b. Sarana dan Prasarana ....................................................... 34
c. Prosedur Kerja (SOP) ....................................................... 34
B. Landasan Teori ......................................................................... 36
a. Alur Pasien Rawat Jalan .................................................. 36
b. Alur Dokumen Pasien Rawat Jalan ................................. 36
c. Alur Pasien Rawat Inap .................................................... 37
d. Alur Dokumen Pasien Rawat Inap ................................... 37
B. Kerangka Fikir ........................................................................... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian ................................................................ 39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 39
C. Subjek Penelitian ....................................................................... 39
D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional .......................... 40
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 40
F. Pengolahan Data ........................................................................ 41
G. Analisa Data .............................................................................. 42
H. Jadwal Penelitian ....................................................................... 43

x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .......................................................................................... 44
1. Gambaran Umum Rumah Sakit Lancang Kuning ................ 44
2. Karakteristik Informan .......................................................... 47
3. Hasil Wawancara .................................................................. 49
B. Pembahasan ............................................................................... 58
1. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 59
2. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................ 65
B. Saran .......................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL
Hal
TABEL 1. Jumlah Tenaga Rekam Medis Rumah Sakit Lancang Kuning

Pekanbaru Berdasarkan Pendidikan Tahun 2008 ………………. 5

TABEL 2. Karakteristik Kelompok Informan Utama .................................... 48


TABEL 3 Karakteristik Kelompok Informan Penunjang .............................. 49

xii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Alur Pasien Rawat Jalan ………………………………………... 36

Gambar 2. Alur Dokumen Pasien Rawat Jalan …………………………….. 36

Gambar 3. Alur Pasien Rawat Inap ………………………………………… 37

Gambar 4. Alur Dokumen Pasien Rawat Inap ……………………………... 37

Gambar 5. Kerangka Fikir …………………………………………………. 38

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara “Gambaran Sistem Pengelolaan Rekam Medis

di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru Tahun 2008

Lampiran 2. Matrik Wawancara Mendalam Informan Utama

Lampiran 3. Matrik Wawancara Mendalam Informan Penunjang

Lampiran 4. Struktur Organisasi Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru

Lampiran 5. Surat Pengantar Izin Penelitian di Rumah Sakit Lancang Kuning

Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian di Rumah Sakit Lancang Kuning

Lampiran 7. Lembar Konsultasi Skripsi.

xiv
“ Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang”

“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman


diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat dan Allah akan mengetahui apa yang kamu
kerjakan…”
(Al-Mujadalah:11)

Terima kasih Allah engkau berikan aku


Suatu kesempatan untuk meraih asa
Walaupun penuh rintangan dan cobaan
Semoga keberhasilan ini merupakan langkah awal
Dalam menelusuri jalan hidup yang masih panjang
Perjuangan dan harapan belumlah usai

Ku persembahkan……….
Karya kecilku ini untuk Ayahnda MAZNI dan Ibunda ANISMA
Setetes keringatmu adalah embun penyejuk dalam hidup ku
Cinta, kasih sayang dan doamu menghantarkanku menuju keberhasilan
Teruntuk kakakku ROZI serta abangku DODY
Pengorbanan, ikhtiar dan doamu adalah semangat bagiku

“Orangtua adalah orang yang serba kekurangan”


Dia kurang mampu mengingat beban hidup akibat perbuatan-perbuatan anaknya
Dia kurang semangat dalam mengumpulkan harta, sebab….
Semua miliknya adalah untuk anaknya
Dia kurang waktu untuk memperhatikan dirinya, sebab….
Seluruh waktunya adalah milik anaknya
Dan sisa waktunya adalah berdoa…berdoa…dan terus berdoa demi anaknya

Spesial thank’s to….


Kel. Amai di Bukittinggi yang men support me meskipun jauh tapi dekat dihati
Kel. Amak Kutaik di A15 No.4 meskipun dekat tapi supportnya menambah semangat
For all my friends,,,,at LANCANG KUNING HOSTPITAL thanx ya. Teman sejawat at
Rekam Medis LK “Keep Walking Even We Falling Down”…To Dolphin, Edhi Choy always
make me laugh more and more even sometime we feel so sad….and buat MARS Clubs
BemBeng, Khairul, V3, Mala, Elma, Edhy Ket, Tante (mery), Rini, Tati, Haris, Eva apik,
Re-rey ini bukan awal perpisahan. Thanx juga buat INDOSAT esp.Starone yang telah
menjembatani aku dengan dunia “LaIN”. And for “Not Forgetten Friends” CACING GILO.

Tiada kata yang ku lukiskan


Tiada rasa yang ku ungkapkan Henry Dunan
Hanya syukur yang amat dalam (200908)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan

dukungan Sistem Kesehatan Nasional yang tangguh. Di Indonesia, Sistem

Kesehatan Nasional (SKN) telah ditetapkan pada tahun 1982. SKN tersebut telah

berperan besar sebagai acuan dalam penyusunan Garis–garis Besar Haluan Negara

(GBHN) bidang kesehatan, penyusunan Undang–undang Nomor 23 Tahun 1992

tentang kesehatan, dan juga sebagai acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan,

pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan. Memasuki millenium

ketiga, indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yang

mendasar baik eksternal maupun internal yang perlu dipertimbangankan dalam

melaksanakan pembangunan nasional termasuk pembangunan kesehatan (Depkes

RI, 2004).

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat

profesi dan padat modal. Agar Rumah Sakit dapat melaksanakan fungsi dengan

baik, maka dirumah sakit harus memiliki sumber daya manusia, sarana dan

prasarana peralatan yang memadai serta dikelola secara profesional (Depkes RI,

2001).

Pengelolaan sumberdaya informasi secara efektif bagi organisasi asuhan

kesehatan sama pentingnya dengan menjaga informasi yang up to date. Informasi

adalah sumberdaya kritis yang perlu dipelihara dengan hati–hati sebagaimana

1
sumberdaya manusia, sumberdaya keuangan dan perlengkapan utama. Daya

organisasi untuk memberikan pelayanan yang bermutu tinggi dan cost effective

sebagian besar tergantung pada kemampuannya menyediakan informasi yang

akurat dan dapat dicapai. Konsep information resource management (IRM)

menganggap bahwa informasi adalah sumberdaya yang berharga yang harus

dikelola apa pun bentuknya atau dimana pun tempat penyimpanannya. Informasi

klinis menyokong diagnosis dan terapi, aktifitas perbaikan kinerja yang mengukur

dan memperbaiki mutu asuhan serta untuk riset medis dan perbaikan kesehatan

umum masyarakat. Informasi klinis yang akurat juga merupakan dasar bagi sistem

penggantian biaya. (Merida L, 2002)

Dalam era globalisasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada pasien sangat diutamakan dan merupakan hal yang penting. Pelayanan

yang didapatkan oleh pasien adalah pelayanan yang cepat, praktis dan

memungkinkan agar pasien tidak pindah ke tempat lain untuk mendapatkan

kepuasan yang lebih baik. Walaupun sebenarnya unit rekam medis merupakan

jenis pelayanan yang relatif sederhana tetapi perlu diperhatikan karena di unit ini

tempat mencatat dan menampilkan kembali data pasien sehingga sangat berperan

penting, ini berhubungan dengan kesan pertama dan rasa nyaman dalam proses

selanjutnya yang akan berlangsung (Sabarguna, 2004)

Semenjak masa pra kemerdekaan, rumah sakit di Indonesia sudah melakukan

pencatatan, hanya saja belum dilakukan dengan baik atau belum mengikuti sistem

informasi yang baik. Penataan masih tergantung selera pemimpin rumah sakit

(Direktorat Jendral Pelayanan Medis,1997).

2
Catatan medis merupakan dokumen hukum permanen yang harus berisi

informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis dan

pengobatan dan mencatat hasilnya. Tetapi karena dokumentasi di dalam catatan

medis dilakukan oleh berbagai penyedia layanan asuhan kesehatan seperti dokter,

perawat, terapis dan sebagainya dan karena dilakukan sebagai aktifitas kedua

setelah memberi asuhan pasien, dokumentasi tidak selalu selengkap dan setepat

yang dibutuhkan atau diinginkan. Seorang dokter yang sibuk bisa secara tidak

sengaja menulis catatan kemajuan pada catatan medis yang salah, seorang perawat

yang dipanggil untuk membantu pasien lalu lupa untuk mencatat obat yang

diberikan. Analisa yang teratur terhadap catatan medis harus dilakukan untuk

mengelola isinya supaya memenuhi tujuannya sebagai alat komunikasi informasi

asuhan pasien, sebagai bukti perjalanan penyakit dan pengobatannya untuk

berbagai review hukum, reimbursement dan evaluasi sejawat dan untuk mengisi

data klinis bagi aktifitas administratif, riset dan pendidikan. (Huffman, 1998).

Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1996 kepada

semua petugas kesehatan wajib untuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk

berkas rekam medis. Kemudian pada tahun 1992 dengan surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI No.034/BIRHUP/1972, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut

kewajiban untuk menyelenggarakan medical record (Direktorat Jendral Pelayanan

Medik,1997).

Dari studi pendahuluan di Rumah Sakit Lancang Kuning dalam pengelolaan

dan pengolahan data rekam medis masih menggunakan secara manual dalam

pembuatan laporan–laporan internal seperti laporan kunjungan pasien rawat inap,

3
rawat jalan, poliklinik dan kunjungan kamar operasi yang semuanya masih

dikerjakan secara manual. Sedangkan laporan external seperti RL1, RL2, RL2a dll

masih dikerjakan secara manual sehingga petugas agak lambat dalam

mengerjakannya. Di unit rekam medis Rumah Sakit Lancang Kuning dalam

menerapkan sistem rekam medis masih belum semuanya berjalan sesuai dengan

standar Depkes RI dalam bukunya yang berjudul Petunjuk Teknis Rekam Medis

tahun yang mana semuanya harus dilaksanakan demi tercapainya sistem rekam

medis yang baik dan benar juga untuk menuju akreditasi rumah sakit yang mana

rekam medis termasuk pelayanan dasar dalam akreditasi.

Pada Rumah Sakit Lancang Kuning, teknologi modern atau komputer yang

dimilikinya saat ini sudah sistem online dengan unit lain seperti Apotik, Keuangan

dan kasir. Penggunaan komputer atau SIM RS yang ada sekarang pada unit rekam

medis masih hanya sebatas pendaftaran dan penginputan data pasien rawat inap

sehingga pemanfaatannya dinilai belum optimal. Dan dari survey awal kepada

petugas rekam medis mengatakan job description mereka tidak jelas yang mana

menjadi tanggung jawab dan kejelasan job sebagai unit rekam medis. Dan pada

unit rekam medis di Rumah Sakit Lancang Kuning juga belum adanya ketetapan

petugas khusus untuk melakukan pengolahan data, pendaftaran, dan petugas di

ruang penyimpanan status agar mereka terfokus dengan pekerjaan masing–

masing.

Di unit rekam medis rumah sakit Lancang Kuning petugas masih bekerja

merangkap sebagai operator dan admitting office atau pendaftaran rawat inap

sehingga pekerjaan pokok sebagai rekam medis sering terbengkalai. Sedangkan

4
dalam pengolahan data dan statistik rumah sakit masih dikerjakan secara manual

meskipun sudah mempunyai SIMRS karena SIMRS yang ada di rekam medis

hanya sebatas penginputan data pasien saja, sehinga semua ini mengakibatkan

terlambatnya petugas dalam menyajikan statistik kegiatan pelayanan rumah sakit

dan fungsi unit rekam medis yang diharapkan tidak bisa terlaksana sebagaimana

mestinya.

Adapun jumlah tenaga rekam medis di RS Lancang Kuning adalah

TABEL 1 : Jumlah Tenaga Rekam Medis di Rumah Sakit Lancang Kuning


Pekanbaru Berdasarkan Pendidikan.

No Pendidikan Terakhir Jumlah

1 D III Rekam Medis 2 Orang

2 SLTA 3 Orang

Jumlah 5 Orang

Sumber : SDM Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran

Sistem Pengelolaan Rekam Medis di Rumah Sakit Lancang Kuning tahun 2008.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran tentang sistem pengelolaan rekam medis Rumah Sakit

Lancang Kuning tahun 2008

5
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran sistem pengelolaan rekam medis di Rumah

Sakit Lancang Kuning tahun 2008

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya Sumber Daya Manusia pada unit rekam medis di Rumah

Sakit Lancang Kuning pekanbaru tahun 2008.

b. Diketahuinya sarana dan prasarana pada unit rekam medis di Rumah

Sakit Lancang Kuning pekanbaru tahun 2008.

c. Diketahuinya hubungan kerjasama petugas rekam medis dengan unit

lain di ruangan Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru tahun 2008.

d. Diketahuinya Standar Operasional Prosedur (SOP) pada unit rekam

medis di Rumah Sakit Lancang Kuning pekanbaru tahun 2008.

e. Diketahuinya alur rekam medis di Rumah Sakit Lancang Kuning

Pekanbaru tahun 2008.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Menjadi wadah belajar bagi penulis khususnya melakukan penelitian

dibidang rekam medis.

2. Bagi Akademis

Bahan masukan untuk institusi pendidikan dalam hal pengembangan dan

peningkatan ilmu pengetahuan serta ketrampilan bagi mahasiswa.

6
3. Bagi Rumah Sakit

Dapat menjadi masukan untuk meningkatkan atau sebagai perbaikan

dalam pengelolaan rekam medis, terutama bagi pihak manajemen rumah

sakit sebagai bahan pertimbangan dalam rangka peningkatan mutu

pelayanan rumah sakit.

E. Keaslian Penelitian

Keterangan Penelitian Sekarang Saidatul Akmal (2007) Henny Maria Ulfa


(2007)
Topik Gambarab Sistem Tinjauan Proses Penyimpanan
Penelitian Pengelolaan Rekam Persiapan Akreditasi Berkas Rekam
Medis di Rumah Rekam Medis di RSUD Medis Pasien di
Sakit Lancang Bengkalis Grand Rumah Sakit Anak
Kuning Hospital dan Bersalin Eria
Bunda Pekanbaru
Desain Deskriftif Kualitatif Deskriftif Kualitatif Deskriftif Kualitatif
Variabel SDM, Saranan & SDM, Sarana fisik, Lokasi, Luas
Prasarana, SOP Perlengkapan dan Ruangan, Jumlah
Peralatan, metode rak Penyimpanan
standar operasional berkas rekam medis,
(SOP), Keuangan, Jumlah berkas
Informasi rekam medis
Subjek Wadir Yanmed, Direktur RSUD Petugas rekam
direktur RS, KA Bengkalis, Penanggung medis, KA rekam
Rekam Medis dan jawab rekam medis medis, direktur
Staf, Perawat. RSUD Bengkalis RSAB Eria Bunda
Pekanbaru
Tempat Rumah Sakit RSUD Bengkalis Grand RSAB Eria Bunda
Lancang Kuning Hospital Pekanbaru
Pekanbaru

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit merupakan suatu tempat dan juga sebuah fasilitas, sebuah

institusi, sebuah organisasi yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap,

ditambah dengan penjelasan lain.

Rumah Sakit juga merupakan suatu tempat bekerja tenaga kesehatan yang

berhubungan langsung dengan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan. Untuk

itu rumah sakit dapat dipandang bertanggung gugat atas kesalahan dan atau

kelalaian tenaga kesehatan yang bekerja di dalamnya (Aditama, 2002).

Sementara menurut SK Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992

menyatakan bahwa rumah sakit umum adalah merupakan rumah sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan

subspesialistik.

2. Fungsi Rumah Sakit

Menurut Milton Roemer dan Friedman dalam bukunya Doctors in hostpitals

yang dikutip oleh Aditama (2002) fungsi rumah sakit adalah :

a. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan

terapeutiknya.

b. Harus ada memiliki pelayanan rawat jalan.

8
c. Rumah Sakit juga bertugas untuk melakukan pendidikan pelatihan.

d. Rumah Sakit perlu melakukan penelitian dibidang kedokteran dan

kesehatan.

e. Bertanggung jawab untuk program pencegahan penyakit dan penyuluhan

kesehatan bagi populasi di sekitarnya,

3. Pengertian Rekam Medis

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia catatan medis (rekam

medis) adalah :

”Keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnesa,

penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medis

yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan

maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat” (Dirjen Yandmed, 1997)

Menurut APKIES IRIS Pada http://www.apkies.com/Iris.html (2000) Rekam

medis adalah suatu profesi yang sangat penting dalam masa-masa pembangunan

kesehatan yang mengandalkan profesionalisme, terutama ketika Undang-undang

Perlindungan Konsumen telah berjalan efektif. Kehadiran profesi ini telah

diperlukan karena tuntutan hukum telah semakin sering dilakukan terhadap dokter

dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Rekam Medis yang bermutu menurut Sanjoyo, R pada

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id adalah :

a. Akurat, menggambarkan proses dan hasil akhir pelayanan yang diukur

secara benar.

9
b. Lengkap, mencakup seluruh kekhusuan pasien dan sistem yang

dibutuhkan dalam analisis hasil ukuran.

c. Terpercaya, dapat digunakan dalam berbagai kepentingan.

d. Valid atau sah sesuai dengan gambaran proses atau produk hasil akhir

yang diukur.

e. Tepat waktu, dikaitkan dengan episode pelayanan yang terjadi.

f. Dapat digunakan untuk kajian, analisis dan pengambilan keputusan.

g. Seragam, batasan sebutan tentang elemen data yang dibakukan dan

konsisten penggunaanya di dalam maupun luar organisasi.

h. Dapat dibandingkan dengan standar yang disepakati dan diterapkan.

i. Terjamin kerahasiaannya

j. Mudah diperoleh melalui sistem komunikasi antar yang berwenang.

4. Tujuan Rekam Medis

Menurut Depkes RI (1997) adalah untuk menunjang tercapainya tertib

administrasi rumah sakit akan berhasil sebagaimana yang diharapkan.

Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar,

mustahil tertib administrasi rumah sakit akan berhasil sebagaimana yang

diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang

menentukan dalam upaya pelayanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit.

10
5. Kegunaan Rekam Medis

Kegunaan rekam medis dapat dilihat berbagai aspek. Secara umum kegunaan

rekam medis menurut Depkes RI, 1997 yaitu :

a. Sebagai alat komunikasi antar dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut

ambil bagian dalam memberikan pelayanan pengobatan, serta perawatan

terhadap pasien.

b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus

diberikan kepada seorang pasien.

c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan

penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung atau dirawat dirumah

sakit

d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi

terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.

6. Proses Penyelenggaraan Rekam Medis

Sistem penyelenggaraan rekam medis menurut buku Petunjuk Teknis Rekam

Medis, Depkes RI 1997 adalah :

a. Sistem Rekam Medis

1. Sistem Penamaan

Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas kepada

seorang pasien serta untuk membedakan anatara pasien satu dengan pasien

lainnya. Sehingga mempermudah / mempelancar didalam memberikan pelayanan

rekam medis kepada pasien yang datang berobat ke rumah sakit.

11
Dalam sistem penamaan rekam medis diharapkan :

a. Nama ditulis dengan huruf cetak dan mengikuti ejaan yang

disempurnakan.

b. Sebagai pelengkap bagi pasien perempuan diakhir nama lengkap ditambah

Ny atau Nn sesuai dengan statusnya.

c. Pencantuman titel selalu diletakkan sesudah nama lengkap pasien.

d. Perkataan tuan, saudara, bapak tidak dicantumkan dalam penulisan nama

pasien.

2. Sistem cara pemberian nomor (Numering System)

Ada tiga macam sistem pemberian nomor pasien masuk (admission

numbering system) yang umum dipakai yaitu :

a. Pemberian nomor cara seri (Serial Numbring System)

b. Pemberian nomor cara unit (Unit Numbring System)

c. Pemberian nomor cara seri unit (Serial Seri Unit Numbring System)

1). Pemberian nomor cara seri

Dengan sistem ini penderita mendapat nomor baru setiap

kunjungan ke rumah sakit, jika ia berkunjung lima kali maka ia

akan mendapatkan lima nomor yang berbeda.

2). Pemberian nomor cara unit

Sistem ini memberikan satu nomor rekam medis baik kepada

pasien pasien berobat jalan maupun pasien rawat inap. Pada saat

seorang penderita berkunjung pertama kali ke rumah sakit apakah

sebagai pasien rawat jalan atau rawat inap kepadanya diberikan

12
satu nomor (admitting number) yang akan dipakai selamanya untuk

kunjungan seterusnya. Sehingga rekam medis penderita tersebut

hanya tersimpan didalam berkas di bawah satu nomor.

3). Pemberian nomor seri unit

Sistem nomor ini merupakan sistesis antara sistem seri dan sistem

unit. Setiap pasien berkunjung ke rumah sakit kepadanya diberikan

satu nomor baru, tetapi rekam medisnya yang terdahulu

digabungkan dan disimpan dibawah nomor yang paling baru.

Satu rumah sakit biasanya membuat satu bank nomor, nomor–nomor disusun

dalam satu buku induk atau buku register yang mana diberikan kepada satu orang

yang khusus menangani distribusi nomor.

3. Cara Pembuatan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP)

Kartu indeks utama pasien adalah salah satu cara untuk menunjang

kelancaran pelayanan terhadap pasien. Karena apabila seorang pasien lupa

membawa kartu berobat maka KIUP akan membantu untuk mencarikan data

pasien yang diperlukan. Karena KIUP merupakan sumber data yang selamanya

harus disimpan, maka harus dibuat selengkapnya dan jelas. Dalam KIUP memuat

data identitas pasien harus dibuat terperinci dan lengkap antara lain :

a) Nama lengkap

b) Nomor rekam medis

c) Alamat

d) Nama ibu

e) Nama Ayah

13
f) Agama

g) Jenis kelamin

h) Umur

i) Status perkawinan

j) Tempat/tanggal lahir

k) Pekerjaan

l) Orang yang dihubungi bila terjadi sesuatu

m) Tanggal kunjungan poliklinik yang pertama

Ukuran kartu indeks pasien yang dianjurkan adalah 12,5 x 7,5 cm,

sedangkan untuk rumah sakit yang sangat banyak pasien rawat jalannya

dianjurkan menggunakan ukuran 4,25 x 7,5 cm.

Kegunaan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP) adalah kunci untuk

menemukan berkas rekam medis seorang pasien.

b. Prosedur Rekam Medis

Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik ataupun yang

akan dirawat adalah sebagian dari sistem prosedur pelayanan rumah sakit. Dapat

dikatakan bahwa disinilah pelayanan pertama kali yang diterima oleh seorang

pasien saat tiba di rumah sakit. Maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa di

dalam tata cara penerimaan inilah seorang pasien mendapatkan kesan baik

ataupun tidak baik dari pelayanan rumah sakit.

14
Pasien rumah sakit dapat dikategorikan sebagai pasien rawat jalan dan rawat

inap. Dilihat dari segi pelayanan rumah sakit pasien datang ke rumah sakit dapat

dibedakan menjadi :

1. Pasien yang dapat menunggu

a) Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian

b) Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat

2. Pasien yang harus segera ditolong (pasien gawat darurat)

Sedangkan menurut jenis kedatangan pasien dapat dibedakan menjadi :

1. Pasien baru adalah pasien yang pertama kali datang ke rumah sakit untuk

keperluan berobat.

2. Pasien lama adalah pasien yang pernah datang sebelumnya untuk keperluan

berobat.

c. Proses Pengolahan Rekam Medis

1. Perakitan (Assembling) Rekam Medis

a). Perakitan rekam medis pasien rawat jalan

1) Pembatas Poliklinik

2) Lembar dokumen pengantar

3) Lembaran poliklinik

4) Hasil pemeriksaan penunjang

5) Salinan resep

b). Perakitan rekam medis pasien rawat inap

1) Ringkasan (diisi oleh petugas RM)

15
2) Pembatas masuk

3) Ringkasan Masuk dan keluar

4) Surat dokumen pengantar

5) Instruksi dokter

6) Lembar konsultasi

7) Catatan perawat

8) Catatan perkembangan

9) Grafik suhu, nadi dan pernafasan

10) Hasil pemeriksaan laboratorium

11) Hasil pemeriksaan radiodiagnostik

12) Salinan resep

13) Resume / Laporan kematian

c). Perakitan rekam medis rawat inap untuk pasien bedah

1) Ringkasan

2) Pembatas masuk

3) Surat dokumen pengantar

4) Intruksi Pra/Pasca bedah

5) Laporan pembedahaan

6) Instruksi dokter

7) Catatatan Perkembangan

8) Lembar konsultasi

9) Catatan Perawat

10) Grafik suhu, nadi dan pernafasan

16
11) Hasil pemeriksaan laboratorium

12) Hasil pemeriksaan radiodiagnostik

13) Salinan resep

14) Resume / Laporan kematian

d). Perakitan rekam medis pasien rawat inap kasus kebidanan

1) Pembatas masuk

2) Ringkasan masuk dan keluar

3) Surat dokumen pengantar

4) Lembar obstetrik

5) Catatan persalinan

6) Lembaran bayi baru lahir

7) Instruksi dokter

8) Catatatan Perkembangan

9) Lembar konsultasi

10) Catatan Perawat

11) Grafik nifas (grafik ibu)

12) Pengawasan khusus

13) Hasil pemeriksaan laboratorium

14) Hasil pemeriksaan radiodiagnostik

15) Salinan resep

16) Resume / Laporan kematian

e). Perakitan rekam medis pasien rawat inap kasus bayi lahir

1) Pembatas masuk

17
2) Ringkasan masuk dan keluar

3) Riwayat kelahiran

4) Intruksi dokter

5) Catatan Perkembangan

6) Lembar konsultasi

7) Catatan perawat

8) Grafik bayi

9) Pengawasan khusus

10) Hasil pemeriksaan Laboratorium

11) Hasil pemeriksaan radiodiagnostik

12) Salinan resep

13) Resume / Laporan Kematian.

2. Koding (Coding)

Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf

atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data.

Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada didalam rekam medis harus diberi

kode dan selanjutnya di indeks agar memudahkan pelayanan pada penyajian

informasi untuk menunjang fungsi perencanaan, manajemen dan riset bidang

kesehatan.

Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization)

bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cedera, gejala dan

faktor yang mempengaruhi kesehatan.

18
Ketepatan dan kecepatan koding dari suatu diagnosis sangat tergantung

kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut yaitu :

a) Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis

b) Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode

c) Tenaga kesehatan lainnya

Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan

tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh

karenanya harus diagnosis yang ada dalam rekam medis diisi dengan lengkap dan

jelas seusai dengan arahan yang ada pada buku ICD 10.

Kelancaran dan kelengkapan pengisian rekam medis di unit rawat jalan

dan rawat inap atas kerjasama tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang ada

dimasing-masing unit kerja tersebut. Hal ini seperti dijelaskan pasal 3 dan 4

Permenkes RI No.794a/Menkes/Per/XII/1989 tentang rekam medis. Untuk

meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas rekam medis harus

membuat koding sesuai dengan klasifikasi yang tepat. Disamping kode penyakit

berbagai tindakan lain juga harus dikoding sesuai dengan klasifikasi masing–

masing.

a) Koding penyakit (ICD 10)

b) Pembedahan / Tindakan (ICDPIM)

c) Koding Obat–obatan

d) Laboratorium

e) Radiologi

f) Dokter (pemberi pelayanan)

19
g) Ala–alat

h) dan lain–lain

3. Indeksing

Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat

kedalam indeks–indeks. Didalam kartu indeks tidak boleh mencantumkan nama

pasien.

Jenis indeks yang dibuat :

a) Indeks pasien

b) Indeks penyakit (diagnosis dan Operasi)

c) Indeks obatan–obatan

d) Indeks dokter

e) Indeks kematian

1). Indeks pasien

Pengertian indeks pasien adalah satu kartu katalog yang berisi nama semua

pasien yang pernah berobat di rumah sakit.

Informasi yang ada didalam kartu ini adalah :

Halaman depan

a) Nama lengkap

b) Kelamin

c) Umur

d) Alamat

e) Tempat dan Tanggal Lahir

f) Pekerjaan.

20
Halaman belakang :

a) Tanggal masuk

b) Tanggal keluar

c) Dokter

d) Nomor rekam medis.

Kegunaan kartu indeks penderita adalah kunci untuk menemukan berkas

rekam medis seorang pasien.

2). Indeks penyakit (diagnosis) dan operasi

Pengertian indeks penyakit dan operasi adalah salah satu katalog yang

berisi kode penyakit dan kode operasi yang berobat di rumah sakit.

Informasi yang ada didalam kartu ini adalah :

a) Nomor kode

b) Judul, Bulan, Tahun

c) Nomor penderita

d) Jenis kelamin

e) Umur

Untuk indeks operasi ditambah : Dokter bedah, dokter anaestesi, hari pre

op dan post op, pasien meninggal / keluar (sembuh atau cacat).

Untuk indeks penyakit ditambah diagnosa lain, dokter lain, hari perawatan,

meninggal / keluar sembuh.

21
3). Indeks Dokter

Pengertian indeks dokter adalah satu kartu katalog yang berisi nama

dokter yang memberikan pelayanan medik kepada pasien. Kegunaan untuk

menilai pekerjaan dokter dan bukti pengadilan.

4). Indeks Kematian

Informasi yang ada dalam indeks kematian.

a) Nama penderita

b) Nomor rekam medis

c) Jenis kelamin

d) Umur

e) Kematian kurang dari sejam post operasi

f) Dokter yang merawat

g) Hari perawatan

h) Wilayah

Kegunaan indeks kematian : Statistik menilai mutu pelayanan dasar

menambah dan meningkatkan peralatan / tenaga.

4. Pelaporan Rumah Sakit

Pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan

untuk dapat menghasilkan laporan secara cepat, tepat dan akurat yang secara garis

besar jenis pelaporan rumah sakit dapat dibedakan menjadi 2 kelompok :

a. Laporan internal rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan rumah

sakit :

1) Pasien masuk rumah sakit

22
2) Pasien meninggal di rumah sakit diklasifikasikan menjadi pasien

meninggal kurang 48 jam, pasien meninggal lebi 48 jam, pasien

DOA.

3) Pembuatan LOS (lenght of stay)

4) Jumlah hari perawatan pasien rawat inap

5) Persentasi pemakaian tempat tidur (BOR)

6) Kegiatan persalinan.

7) Kegiatan Pembedahan dan tindakan medik lain yang

diklasifikasikan berdasarkan operasi besar, sedang dan kecil.

8) Kegiatan rawat jalan meliputi jumlah kunjungan pasien.

Sensus harian menjadi dasar dalam pelaksanaan pembuatan pelaporan

rumah sakit yang kegiatannya dihitung mulai jam 00.00 s/d 24.00 setiap harinya.

b. Pelaporan ekternal rumah sakit

Laporan eksternal rumah sakit ditujukan kepada Departemen

Kesehatan RI, Kanwil Depkes, Dinkes dati I. Pelaporan eksternal rumah sakit

dibuat sesuai dengan kebutuhan Deprtemen Kesehatan RI yang meliputi :

1) Data kegiatan rumah sakit (RL1)

2) Data keadaan morbiditas rumah sakit (RL2a)

3) Data keadaan morbiditas penyakit khusus pasien rawat inap

(RL2a1)

4) Data keadaan morbiditas pasien rawat jalan (RL2b)

5) Data keadaan morbiditas pasien penyakit khusus rawat jalan

(RL2b1)

23
6) Data individual morbiditas pasien rawat inap terdiri dari :

a) Pasien umum (RL2.1)

b) Pasien obstetrik (RL2.2)

c) Pasien baru lahir / lahir mati (RL2.3)

7) Data inventaris rumah sakit (RL3)

8) Data keadaan keterangan rumah sakit (RL4)

9) Data individual keterangan rumah sakit (RL4a)

10) Data peralatan rumah sakit (RL5)

d. Analisa

1. Analisa kualitatif dan kuantitatif

Agar diperoleh kulitas rekam medis yang optimal perlu dilakukan audit

dan analisis rekam medis dengan cara meneliti rekam medis yang dihasilkan oleh

staf medis dan para medis serta hasil–hasil pemeriksaan dari unit-unit penunjang

sehingga kebenaran penempatan diagnosa dan kelengkapan rekam medis dapat

dipertanggung jawabkan. Selain rumah sakit staf medis dapat terhindar dari

gugatan mal praktek.

` Proses analisa rekam medis ditujukan kepada dua hal :

a) Analisa kualitatif adalah analisa yang ditujukan kepada jumlah

lembaran–lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan

meliputi kelengkapan lembaran medis, paramedis dan penunjang medis.

Petugas akan menganalisa setiap berkas rekam medis yang diterima

24
apakah lembaran rekam medis yang seharusnya ada pada berkas seorang

pasien sudah ada atau belum.

b) Analisa kuantitatif adalah analisa yang ditujukan kepada mutu dan setiap

berkas rekam medis. Petugas akan meganalisa kualitas rekam medis

pasien sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Analisa kuantitatif

meliputi penelitian terhadap pengisian lembaran rekam medis baik oleh

staf medis, para medis dan penunjang medis lainnya. Ketidaklengkapan

dalam pengisian rekam rekam medis akan sangat mempengaruhi mutu

rekam medis, mutu rekam medis mencerminkan baik tidaknya mutu

pelayanan disuatu rumah sakit. Pembuatan resume bagi setiap pasien

yang dirawat merupakan cerminan mutu rekam medis serta layanan yang

diberikan oleh rumah sakit tertentu.

e. Sistem Kearsipan Rekam Medis

Sebelum menentukan suatu sistem yang akan dipakai perlu terlebih dahulu

mengetahui bentuk pengurusan penyimpanan yang dalam pengelolaan rekam

medis.

Ada dua cara pengurusan penyimpanan dalam penyelenggaraan rekam medis

yaitu :

1. Sentralilasi

Sentralisasi ini diartikan menyimpan rekam medis seorang pasien dalam

satu kesatuan baik catatan–catatan kunjungan poliklinik maupun catatan–catatan

25
selama pasien seorang pasien dirawat. Sistem ini disamping banyak kebaikannya

juga ada kekurangannya.

Kebaikannya :

a) Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan

penyimpanan rekam medis.

b) Mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk perlatan dan

ruangan.

c) Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah

distandarisasikan.

d) Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan.

e) Mudah menerapkan sistem unit record.

Kekurangannya :

a) Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat jalan

dan unit rawat inap.

b) Tempat penerimaan pasien harus bertugas 24 jam.

2. Desentralisasi

Dengan cara didesentralisasikan terjadi pemisahan antara rekam medis

poliklinik dengan rekam medis penderita dirawat. Rekam medis disimpan disatu

tempat penyimpanan, sedangkan rekam medis pasien dirawat disimpan di bagian

pencatatan medis.

Kebaikannya :

a) Efisiensi waktu, sehingga pasien mendapat pelayanan lebih cepat.

b) Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan.

26
Kekurangannya :

a) Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis.

b) Biaya yang diperlukan untuk peralatan dan ruangan lebih banyak.

3. Sistem penyimpanan

Penyimpanan menurut nomor yang sering dipraktekkan yaitu :

1) Sistem nomor langsung (Straight Numerical)

2) Sistem angka akhir (Terminal Digit)

3) Sistem angka tengah (Middle Digit)

a) Penyimpanan dengan nomor langsung adalah penyimpanan rekam

medis dalam rak penyimpanan secara berurut sesuai dengan

ururtan nomor. Misalnya 465023, 465024, 465025 dst.

b) Penyimpanan dengan sistem angka akhir lazim disebut terminal

digit filling system. Disini digunakan nomor–nomor dengan 6

angka yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok masing–masing

terdiri dari 2 angka. Angka pertama adalah kelompok 2 angka yang

terletak paling kanan, angka kedua adalah kelompok angka yang

terletak ditengah dan angka ketiga adalah kelompok 2 angka yang

terletak paling kiri.

c) Istilah yang dipakai adalah penyimpanan dengan sistem angka

tengah (middle digit filling system). Disini penyimpanan rekam

medis disusun dengan pasangan angka–angka sama halnya dengan

sistem angka akhir, namun angka pertama, kedua dan ketiga

berbeda letaknya dengan sistem angka akhir. Dalam hal ini angka

27
pertama terletak ditengah–tengah menjadi angka pertama, angka

yang terletak paling kiri menjadi kedua dan angka paling kanan

menjadi angka ketiga.

f. Penyusutan dan Penghapusan Rekam Medis

1. Penyusutan rekam medis

Penyusutan rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan arsip dari rak

penyimpanan dengan cara :

a) Memindahkan arsip rekam medis in aktif dari rak aktif ke rak in aktif

dengan cara memilah pada rak penyimpanan sesuai dengan tahun

kunjungan.

b) Memikrofilmkan berkas rekam medis in aktif sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

c) Memusnahkan berkas rekam medis yang telah dimikrofilm dengan

cara tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tujuan penyusutan arsip :

a) Mengurangi jumlah arsip rekam medis yang semakin bertambah

b) Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya tempat

penyimpanan berkas rekam medis yang baru.

c) Tetap menjaga kualitas pelayanan dengan mempercepat penyiapan

rekam medis jika sewaktu–waktu diperlukan.

28
d) Menyelamatkan arsip yang bernilai guna tinggi serta mengurangi yang

tidak bernilai guna / nilai guna rendah atau nilai gunanya telah

menurun.

2. Jadwal retensi arsip

Salah satu elemen yang diperlukan dalam penyusutan arsip adalah jadwal

retensi arsip (JRA). Jadwal retensi arsip merupakan daftar yang berisikan

sekurang–kurangnya jenis arsip dan jangka waktu penyimpanannya sesuai dengan

kegunaannya yang wajib dimiliki oleh setiap badan pemerintah sebagai pedoman

dalam penyusutan arsip. Untuk mejaga obyektifitas dalam menentukan nilai

kegunaan tersebut, sebaiknya JRA disusun oleh suatu kepanitiaan yang terdiri dari

unsur komite rekam medis dan unit rekam medis yang benar–benar memahami

kearsipan, fungsi dan nilai arsip rekam medis.

3. Pemusnahan arsip rekam medis

adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik arsip rekam medis.

Penghancuran harus dilakukan secara total dengan cara membakar habis,

mencacah atau daur ulang sehngga tidak dapat lagi dibaca.

Ketentuan pemusnahan rekam medis :

a) Dibentuk tim pemusnah arsip dengan surat keputusan direktur yang

beranggotakan sekurang–kurangnya ketatausahaan, unit

penyelenggaraan rekam medis, unit pelayanan dan komite medik.

b) Rekam medis mempunyai nilai guna tertentu tidak dimusnahkan tetapi

disimpan dalam jangka waktu tertentu.

29
c) Daftar arsip rekam medis yang akan dimusnahkan oleh tim pemusnah

dilaporkan kepada direktur rumah sakit dan Direkotrat Jendral

Pelayanan Medik Departemen Kesehetan RI.

d) Berita acara pemusnahan dikirim kepada pemilik rumah sakit dan

kepada Direkotrat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan

RI.

7. Resiko Teknologi Komputer dan Kerawanan Rekam Medis

a. Pengertian komputerisasi rekam medis berarti bahwa rekam medis dibuat

secara tertulis dalam bentuk asli ditulis tangan, atau ditulis dengan alat mesin tulis

atau alat komputer sepanjang tidak bertentangan dengan syarat profil kesehatan

pasien dalam rekam medis. Komputerisasi merupakan cara menulis rekam medis

dengan alat komputer dan tetap berresiko jika tidak memenuhi tiga syarat

pengadaan rekam medis yang rawan teradap pelanggaran HAM.

b. Apabila perangkat komputer dipakai sebagai alat tulis dalam membuat

rekam medis dengan tetap dijaga kemungkinan penyalahgunaan teknologinya

menurut hukum kesehatan dapat dibenarkan, sepanjang formulasi isi rekam medis

terdiri atas :

1) Memuat data atas diri pasien (describe partinent data regarding the

patient’s).

2) Memuat data catatan klinik (the clinical record).

30
c. Isi rekam medis mengandung ”confidential communication” dan

”privileged communication” dalam arti segala sesuatunya tetap menjadi hak

pasien (information about a patient, is confidential and should not be disclossed

withiut the patient’s permission) dan berarti pula petugas rekam medis dan staf

medis harus menjaganya dari pihak–pihak yang tidak berkepentingan. Oleh

karena itu segala komponen peralatan komputer antara lain password, disket dll

atau pada waktu komputer aktif atau online harus tetap terjaga dengan baik

pengamanannya.(Bambang. P, 2002).

8. Sistem Informasi

a. Pengertian Sistem

Sistem adalah sesuatu gugus komponen-komponen yang dirancang untuk

menyelesaikan suatu tujuan tertentu sesuai dengan rencana.

Dalam Eksiklopedia manajemen dijelaskan bahwa :

Sistem adalah suatu keseluruhan yang terjadi dari variabel yang

berinteraksi (Moekijat,1991)

b. Model Umum Suatu Sistem

Model umum suatu sistem adalah masukan, pengolahan dan keluaran.

Model ini dengan sendirinya dibuat sangat sederhana, sebab suatu sistem dapat

mempunyai beberapa masukan dan keluaran. Sistem itu berada dalam batas

tersebut dan lingkungan berada diluar batasnya.

31
c. Pengertian Informasi

Informasi adalah merupakan hasil dari pengolahan suatu data untuk suatu

tujuan tertentu guna membantu pembuatan suatu jenis keputusan (Curtis,1995-

Aris Wijaksono)

d. Fungsi Informasi

Sebelum mengetahui apa fungsi informasi, terlebih dahulu kita harus

mengetahui fungsi dari sistem informasi. Fungsi dari sistem informasi adalah

menambah pengetahuan atau mengurangi ketidakpastian pemakai informasi

(Moekijat,1991)

Informasi yang disampaikan kepada pemakai merupakan hasil data yang

dimasukkan kedalam pengelolaan yang dihasilkan suatu model keputusan. Akan

tetapi dalam kebanyakan pengambilan keputusan yang komplek, informasi hanya

apat menambah kemungkinan kepastian atau mengurangi bermacam-macam

keputusan.

Jadi fungsi informasi adalah memberikan suatu dasar kemungkinan untuk

menanggapi seleksi kepada pengambilan keputusan. Fungsi informasi tidak

mengarahkan pengambilan keputusan mengenai apa yang harus dilakukan, tetapi

mengurangi keanekaragaman dan ketidakpastian untuk mengambil suatu

keputusan yang baik (Moekijat,1991)

9. Penggunaan Komputer dalam SIM

Komputer dapat membaca data dalam waktu yang relatif singkat, menyimpan

jutaan sifat atau angka kemudian dapat diperoleh lagi dalam waktu seketika.

32
Melaksanakan bermacam-macam perhitungan yang sulit, memudahkan dalam

menulis surat, membuat gambar, kurva, grafik dan sebagainya.

Komputer tidak dapat memulai berfikir, membetulkan kesalahan sendiri atau

melakukan pengolahan yang sifat kreatif. Akan tetapi penentuan kesalahan yang

sifatnya rutin dapat memberi peringatan kepada operatornya mengenai kesalahan-

kesalahan yang terjadi.

10. Sumber Daya

Sumber unsur manajemen, kesiapan sumber daya baik kualitas maupun

kuantitas sangat diperlukan bagi kelangsungan suatu proses pelayanan di rumah

sakit, adapun sumber-sumber tersebut antara lain (SDM), dana, peralatan (Sarana

dan Prasarana) dan Prosedur Kerja (SOP). Selain itu juga harus diperhatikan

proses kerja yang akan berpengaruh langsung terhadap output yang dihasilkan

berupa pelayanan rumah sakit yang prima (Rasjid, 2003).

a. Sumber Daya Manusia

Manusia dapat diartikan sebagai sebuah konsep fakta, sebuah gagasan

/realitas, dan sebuah kelompok (genus)/individu. Sumber daya manusia atau

human resources adalah penduduk yang siap, mau dan mampu memberikan

sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasional (Ndraha, 1999)

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan ketramprilan melalui

pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2004).

33
Pelayanan kesehatan dituntut untuk mendapatkan memberikan pelayanan

yang canggih, efisien dan memuaskan untuk itu dilakukan usaha peningkatan

jumlah dan kualitas tenaga kesehatan dan peningkatan ilmu pengetahuan di

bidang kesehatan. Untuk itu sudah waktunya tenaga perekam medis

dikembangkan sesuai dengan kemajuan teknologi dalam penanganan sistem

informasi kesehatan mulai dari perencanaan, pengolahan hingga analisa statistik

(Hadisantoso, 2003).

b. Sarana dan Prasarana

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berimbas pada pelayanan

kesehatan, khususnya peralatan rumah sakit yang memenuhi standar seiring

dengan tuntutan masyarakat yang mengharapkan pelayanan prima yang

berorientasikan pada kebutuhan dan kepuasan pelanggan, dimana salah satu faktor

penunjangnya adalah ketersediaan sarana yang memadai pada setiap unit rumah

sakit (Rasjid, 2003).

c. Prosedur Kerja (SOP)

Pencatatan dan pengolahan data medis untuk menghasilkan informasi yang

akurat bagi pelayanan kesehatan hendaknya didasarkan pada standar dan pedoman

atau prosedur kerja (Wijono, 1997).

Prosedur kerja disusun oleh para pelaksana pelayanan di rumah sakit yang

mengacu kepada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, serta

ditetapkan oleh keputusan direktur rumah sakit, karena prosedur kerja merupakan

dokumen teknis operasional sebagai jabaran dari dokumen-dokumen kebijakan

yang dibuat oleh direktur reumah sakit(Rasjid, 2003).

34
Menurut Wijono (1997) prosedur kerja disusun untuk memberikan

petunjuk yang jelas pada langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

menyelesaikan kegiatan.

Untuk memperoleh kejelasan maka prosedur kerja/protap perlu :

1. Tertulis dan disusun berdasarkan peraturan-peraturan perundang-undangan

dan kebijakan yang ada.

2. Khusus prosedur kerja yang berkaitan dengan perijinan dan pelayanan

kepada masyarakat harus diinformasikan kepada masyarakat dan pihak-

pihak yang berkepentingan.

3. Skematik dengan menggunakan simbol-simbol tertentu.

4. Sederhana dan mudah dimengerti oleh semua pihak pengguna.

5. Menjamin kelancaran, ketepatan dan kecepatan. Jika perlu dilakukan

pelimpahan wewenang satu pintu atau pelayanan satu atap.

6. Dapat mencegah terjadinya biaya tinggi dan penyimpanan atau

penyalahgunaan.

35
B. Landasan Teori

a. Alur Pasien Rawat Jalan


Datang Sendiri
Dokter Praktek
TPPRJ
Ruj Puskesmas
Ruj. RS Lain
tidak
Pernah Berobat NO. MR
FOLLOW UP
RAWATAN ya

POLIKLINIK Ruj. RS Lain


R. INAP

PENDAFTARAN
PERJANJIAN PERLU BEROBAT ULANG PULANG
ya tidak

b. Alur Dokumen Pasien Rawat Jalan


TPPRJ
TPP UGD

tidak
NO. MR Sdh Ada No.MR
R. INAP
Dira
ya wat
Kontrol
POLIKLINIK Rawat Ulang
Nomor MR
Berobat Ulang
Pendidikan
Kantor/Ruangan Pengolahan Penelitian
Rekam Medis/Medical Record
Keperluan Lain

L P
2 1 e 3 4 5 i
Keleng Assembling/
n Indeks Indeks File
n
T
kapan Checking g Penyakit Nama j
L k a
a m
p

36
c. Alur Pasien Rawat Inap
Datang Sendiri
Dokter Praktek
TPPRI
Ruj Puskesmas
Ruj. RS Lain
tidak
Pernah Berobat NO. MR
FOLLOW UP
RAWATAN ya

RUANG RAWAT Ruj. RS Lain


INAP
POLIKLINIK

PENDAFTARAN
PERJANJIAN PERLU BEROBAT JALAN PULANG
POLIKLINIK ya tidak

d. Alur Dokumen Pasien Rawat Inap


Tempat Penerimaan
Pasien Rawat Inap

tidak
NO. MR Sdh Ada No.MR
Poliklinik
Kontr
ya ol
Copy Lembaran
Resume Keluar di Unit Rawat Inap Berobat Jalan
kirim ke RS Ruj.
Rawat Ulang
Pendidikan
Kantor/Ruangan Pengolahan Penelitian
Rekam Medis/Medical Record
Keperluan Lain

L
e P
2 1 3 4 5 i
n
Keleng T Assembling/ Indeks Indeks File n
kapan Checking g Penyakit/ Nama/
L k j
Operasi Dokter
a a
Sumber : Depkes RI 1997 m
p

37
C. Kerangka Teori

- Alur Rekam Medis Sistem Pengelolaan Infromasi Rekam


- SDM Rekam Medis Rekam Medis Medis dan Informasi
- Sarana & Prasarana Kesehatan
- SOP
- TeamWork

Input Proses Output

38
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif yang tujuan untuk mendeskrifsikan tentang sistem

pengelolan rekam medis di Rumah Sakit Lancang Kuning pekanbaru tahun 2008.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di bagian rekam medis Rumah Sakit Lancang

Kuning Pekanbaru. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan agustus tahun

2008.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Direktur Rumah Sakit Lancang Kuning 1 orang,

Koordinator rekam medis 1 orang, petugas rekam medis 4 orang, Perawat UGD 2

orang, perawat rawat inap 2 orang yang berjumlah 10 orang di Rumah Sakit

Lancang Kuning Pekanbaru.

39
D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur


1 Sumber Daya Manusia atau petugas yang Pedoman Wawancara
Manusia bekerja di ruang rekam medis wawancara mendalam
Rumah Sakit Lancang Kuning dengan
Pekanbaru pertanyaan

2 Sarana dan Tempat atau peralatan yang Pedoman Wawancara


Prasarana membantu petugas dalam wawancara mendalam
mengerjakan suatu dengan dan tabel
pekerjaannya di unit rekam pertanyaan observasi
Medis Rumah Sakit Lancang dan tabel
Kuning Pekanbaru. observasi
3. Standar Suatu aturan atau ketetapan Observasi Penelusuran
Operasional yang dibuat untuk Dokumen Dokumen
Prosedur menyamakan atau
menyetarakan suatu pekerjaan
agar sesuai dengan standar
teori yang terdapat di unit
rekam medis Rumah Sakit
Lancang Kuning Pekanbaru
4. Kerjasama Hubungan kerja antara unit
Pedoman Wawancara
rekam medis dengan unit lain
wawancara mendalam
di Rumah Sakit Lancang dengan dan tabel
Kuning Pekanbaru, misalnya
pertanyaan observasi
UGD, Rawat inap. dan tabel
observasi
5. Alur Rekam Langkah – langkah yang tabel Observasi
Medis ditempuh pasien agar observasi
terdokumentasi datanya pada
saat mendapat pelayanan di
Rumah Sakit Lancang Kuning

E. Instrumen Penelitian

Adapun intsrumen dalam penelitian yang digunakan adalah pedoman

wawancara mendalam kepada informan utama dan penunjang di Rumah Sakit

Lancang Kuning Pekanbaru.

40
F. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh langsung dari

responden melalui wawancara mendalam yang telah dipersiapkan sebelumnya,

serta dari observasi langsung dilapangan tentang gambaran sistem pengelolaan

rekam medis di Rumah Sakit Lancang Kuning pekanbaru.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang sudah ada di Rumah

Sakit Lancang Kuning. Pengolahan data dilakukan secara manual dan

komputerisasi dengan beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap orientasi; merupakan pengenalan lokasi, objek penelitian, situasi

dan kondisi lingkungan penelitian serta mempelajari peraturan-peraturan

yang berhubungan dengan rencana penelitian.

2. Tahap eksplorasi secara terfokus; dengan cara melakukan wawancara

mendalam terhadap informan berdasarkan pedoman wawancara yang telah

dipersiapkan.

3. Tahap observasi; pengamatan terhadap obyek penelitian dan upaya

pengecekan hasil atau temuan penelitian.

4. Tahap pengusulan alternatif pemecahan masalah, hasil temuan penelitian

dan tindakan koreksi.

Setelah data terkumpul dan diperiksa kelengkapannya, selanjutnya secara

manual data dikelompokkan menurut jenis penelitian, dengan alat bantu berupa

komputer data tersebut diolah dan diproses sehingga jadi informasi yang

bermanfaat bagi yang membutuhkan.

41
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu (Moleong, L.J, 2004). Untuk menjaga keabsahan

(Validasi) data yang dikumpulkan, dilakukan triangulasi. yaitu :

a. Triangulasi Sumber : dengan cara membandingkan dan mengecek balik

suatu informasi yang diperoleh melalui nara sumber yang berbeda yaitu

Direktur RS Lancang Kuning, Wadir YanMed, Koordinator Rekam Medis

dan Staf, Perawat UGD dan Rawat Inap.

b. Triangulasi Metode : Menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan

data yaitu yang didapat dari wawancara mendalam, pengkajian data dan

observasi langsung dilapangan.

G. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik analisa isi penelitian

dengan menggunakan hasil wawancara dengan informan atau temuan penelitian,

hasil observasi disertai tinjauan pustaka dan peraturan–peraturan yang berkaitan

dengan penelitian, untuk mengetahui sejauh mana terjadinya perbedaan antara

teori yang seharusnya dengan kenyataan yang ada sehingga akhirnya didapatkan

saran dan tindakan koreksi.

42
H. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept


1 Pembuatan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Perbaikan proposal
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan dan Analisa Data
6 Penulisan Skripsi
7 Ujian Skripsi

43
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru.

a. Sejarah Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru.

Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru merupakan rumah sakit swasta

dengan tipe C. Rumah Sakit Lancang Kuning ini merupakan pengembangan usaha

dari Paviliun Lancang Kuning yang berlokasi dijalan Ronggowarsito Ujung No.05

A Gobah - Pekanbaru, ibukota propinsi Riau dan mulai beroperasi mulai tanggal

29 April 2005. Rumah Sakit Lancang Kuning merupakan Rumah Sakit tipe C.

Bangunan Rumah Sakit ini mempunyai luas lantai 4500 m2 diatas lahan seluas

7500 m2. Gedung dari Rumah Sakit Lancang Kuning terdiri dari 3 (tiga) lantai

lengkap dengan berbagai ruang yang diperlukan seperti: PoliKlinik, UGD, Ruang

Rawat Inap, Rontgen, Laboratorium, Ruang Bedah, ICU, Farmasi, Administrasi

dan Gizi. Kapasitas Rawat Inap untuk berkapasitas mempunyai 105 tempat tidur.

Cakupan pelayanan adalah masyarakat di Pekanbaru dan wilayah sekitarnya.

Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru berada dibawah naungan

kepemilikan PT. MANTERA MEDIKA LESTARI, dimana mayoritas saham

dimiliki oleh YAYASAN PAVILIUN LANCANG KUNING (YAYASAN

SUBRANTAS SISWANTO) dan sebagian lainnya dimiliki oleh perorangan para

pensiun mantan pejabat serta para dokter. Rumah Sakit Lancang Kuning

Pekanbaru merupakan pengembangan usaha dari Paviliun Lancang Kuning yang

44
didorong pengalaman bertahun – tahun sejak didirikan pada tahun 1983 yang

selalu berusaha memberikan pelayanan yang cukup memuaskan bagi masyarakat

Riau. Memiliki lingkungan yang asri, tenang dan jauh dari kebisingan kota.

b. Struktur Organisasi Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru

Organisasi merupakan unit sosial atau pengelompokan manusia yang sengaja

dibentuk dengan pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Tujuan organisasi adalah keadaan yang dikehendaki pada masa yang

akan datang yang diupayakan oleh organisasi untuk dapat direalisasikan. Dengan

demikian tujuan tersebut menciptakan sejumlah pedoman bagi landasan kegiatan

organisasi. Disamping itu, tujuan organisasi juga berfungsi sebagai acuan yang

dapat di pergunakan oleh anggota organisasi maupun lingkungan diluar organisasi

untuk menilai performa organisasi.

Rumah Sakit Lancang Kuning dipimpin oleh seorang direktur yang

bertanggung jawab sepenuhnya terhadap seluruh karyawan yang bekerja di

Rumah Sakit tersebut. Direktur mempunyai tugas memimpin pengelolaan Rumah

Sakit dan memiliki wewenang untuk mewakili Rumah Sakit, baik intern maupun

ekstern dalam hubungan dengan pihak ketiga. Seorang direktur dibantu oleh wakil

direktur dalam menjalankan tugasnya.

Bagan struktur organisasi Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru dapat

dilihat di lampiran.

45
c. Fasilitas Pelayanan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tersedia di Rumah Sakit Lancang

Kuning Pekanbaru untuk saat ini adalah:

a. Pelayanan Unit Gawat Darurat / UGD 24 Jam

b. Pelayanan Rawat Jalan / Poliklinik

1) Poliklinik Dokter Umum

2) Poliklinik Dokter Spesialis:

Spesialis Anak, Spesialis Kandungan, Spesialis Penyakit Dalam,

Spesialis

Bedah Urologi, Spesialis Bedah dan Spesialis THT.

3) Pelayanan Rawat Inap

Dengan 105 tempat tidur terdiri dari: Ruang VIP Utama, Ruang VIP

Madya, Ruang VIP Standart, Ruang Perawatan Kelas I, Kelas II, Kelas

III, Ruang Isolasi Perawatan Bayi, Ruang Persalinan / Kebidanan dan

Ruang ICU.

4) Kamar Bedah / Operasi

2 kamar operasi mayor dan 1 kamar operasi minor.

5) Ruang ICU (Intensive Care Unit)

6) Farmasi

7) Laboratorium

8) Elektromedik

Seperti Rontgen, USG, dan EKG.

46
d. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru

1). Visi

Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru mempunyai Visi ”Mewujudkan

layanan kesehatan berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat Pekanbaru dalam

lingkungan yang nyaman dengan mengutamakan keramahan”.

2). Misi

a) Melakukan advokasi terhadap pemerintah daerah untuk senantiasa

mendapatkan pembinaan.

b) Membina kerja sama dengan organisasi profesi.

c) Menyelenggarakan manajemen yang Akuntabilitas dan transparan

dengan memanfaatkan jasa konsultan.

d) Melaksanakan rekruitmen ketenagaan secara selektif dengan prioritas

mengangkat tenaga profesional sebagai karyawan tetap.

e) Meningkatkan mutu SDM melalui pembinaan dan pelatihan.

3). Motto

Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru mempunyai Motto

”Kesembuhan anda adalah keutamaan kami”.

2. Karakteristik Informan

Karakteristik informan pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Informan berjumlah 10 orang, terdiri dari informan utama yaitu Direktur Rumah

Sakit Lancang Kuning 1 (satu) orang, Koordinator Rekam Medis 1 (satu) orang

dan pelaksanan tugas rekam medis 4 (empat) orang. Informan

47
penunjang/tambahan yaitu perawat UGD 2(dua) orang dan perawat rawat inap 2

(dua) orang. Informan utama mempunyai masa kerja antara 1 tahun sampai 20

tahun (terhitung sejak masih berbentuk paviliun Lancang Kuning) dan berusia

diantara 25 tahun sampai dengan 50 tahun. Sedangkan untuk informan penunjang

mempunyai masa kerja di Rumah Sakit Lancang Kuning antara 1 tahun sampai 3

tahun dan berusia diantara 25 tahun sampai 30 tahun.

a. Karakteristik kelompok informan utama

Informan utama yang memberikan informasi pada wawancara mendalam

berjumlah 6 orang dengan latar pendidikan S2 Manajemen Rumah Sakit, DIII

Rekam Medis dan SMA.

Tabel 2 : Karakteristik Kelompok Informan Utama

No Umur Jenis Pendidikan Lama JabatanKode


(Tahun) Kelamin Kerja Informan
1. 38 Laki-laki S2 MARS 3 Tahun
Direktur RS D1
Koordinator
2. 50 Perempuan SMEA 20 Tahun Rekam D2
Medis
Pelaksana
DIII Rekam
3. 25 Laki-laki 2,5 Tahun Rekam D3
Medis
Medis
Pelaksana
DIII Rekam
4. 25 Laki-laki 2,5 Tahun Rekam D4
Medis
Medis
Pelaksana
5. 41 Perempuan SMA 15 Rekam D5
Medis
Pelaksana
6. 30 Perempuan SMA 1 Tahun Rekam D6
Medis

48
b. Karakteristik Kelompok Informan Penunjang

Infoman tambahan/penunjang adalah perawat UGD 2 (dua) orang dengan

masa kerja antara 1 tahun sampai 2,5 tahun. Perawat rawat inap 2 (dua) orang

dengan masa kerja 1 tahun sampai 3 tahun yang semuanya berlatar pendidikan

DIII Perawat.

Tabel 3 : Karakteristik Kelompok Informan Penunjang

Umur Jenis Lama Kode


No Pendidikan Jabatan
(Tahun) Kelamin Kerja Informan
DIII Pelaksanan
1. 25 Perempuan 2,5 Tahun P1
Perawat UGD
DIII Pelaksana
2. 25 Laki-laki 1 Tahun P2
Perawat UGD
DIII PJ Rawat
3. 25 Perempuan 3 Tahun P3
Perawat Inap
DIII PJ Rawat
4. 31 Perempuan 3 Tahun P4
Perawat Inap

3. Hasil Wawancara

a. Infroman Utama

1. Sumber Daya Manusia rekam medis terhadap sistem pengelolaan rekam

medis.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan

utama seperti yang diungkapkan sebagai berikut :

(D1) : Memang SDM pada rekam medis masih minim sekali apalagi dengan

adanya penambahan tanggungjawab pekerjaan seperti untuk operator,

mungkin ini dikarenakan perusahaan masih terfokus pada penambahan SDM

di unit lain seperti perawat.

49
(D2) : Belum, sebab tenaga rekam medis bekerja 3 shift dengan jumlah SDM

5 orang dan merangkap sebagai operator.

(D3) : Belum, karena petugas rekam medis merangkap sebagai operator

telpon sedangkan dinas per shift 1 orang kecuali shift pagi 2 orang.

Sedangkan kegiatan rekam medis banyak yang harus dikerjakan.

(D4) : untuk rekam medis saya rasa tenaga yang dibutuhkan sudah cukup,

tapi beban kerja yang diberikan diluar kerja rekam medis seperti operator

menyebabkan tenaga yang dibutuhkan berkurang sehingga kerja direkam

medis lebih terfokus untuk pelayanan operator dan pendaftaran rawat inap,

sehingga kegiatan pada rekam medis terbengkalai karena alasan diatas tadi.

(D5) : Belum, karena rekam medis masih merangkap operator.

(D6) : Untuk jumlah tenaga rekam medis sudah memadai sebenarnya, tapi

karena ada penambahan tanggung jawab diluar job disc rekam medis

sehingga membuat terbengkalai pelaksanaan tugas-tugas rekam medis yang

bias dilaksanakan tepat waktu dan terperinci. Kesimpulannya tenaga

memadai, tapi pelaksanaan sistem rekam medis terbengkalai karena

penambahan job disc rekam medis.

2. Sarana dan Prasarana rekam medis terhadap sistem pengelolaan rekam

medis.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan

utama seperti yang diungkapkan sebagai berikut :

50
(D1) : Mengenai sarana dan prasarana di rekam medis kami sekarang lagi

mengusahakan untuk penambahan rak penyimpanan berkas sesuai dengan

kebutuhan. Untuk komputer saya rasa sudah memadai jumlahnya 2 unit

karena untuk pasien poliklinik kita belum banyak jadi saya rasa sudah

memadai.

(D2) : Belum memadai, karena kondisi rumah sakit lancang kuning yang

masih baru seharusnya mempunyai rak penyimpanan yang lebih efektif.

(D3) : Belum, karena rak penyimpanan berkas pasien tidak efektif untuk

penyimpanan sehingga berkas tidak teratur dan kerusakan fisik berkas sering

rusak. Dan ruang penyimpanan berkas banyak mengandung debu-debu yang

nantinya akan mengakibatkan penyakit bagi petugas yang bekerja diruangan

tersebut, sehingga perlu adanya pemisahan ruangan kerja/pengolahan data.

(D4) : Belum, adapun komputer yang ada direkam medis sebenarnya sudah

memadai untuk penyelenggaraan sistem rekam medis, tapi dalam pelaksanaan

komptuter yang ada digunakan hanya untuk keperluan keuangan dan farmasi

sedangkan untuk rekam medis cuma untuk menginputkan data pasien saja.

Dengan diberikan komputer rekam medis harusnya sudah bisa melaksanakan

rekam medis sistem komputerisasi seperti coding, dan berbagai pelaporan

yang dibutuhkan oleh rumah sakit dan dinas kesehatan, dan juga ruangan

yang tidak sesuai dengan kapasitas yang semestinya, kenyataanya ruangan

koordinator, pengolahan data, filling, input data pasien baru/lama terdapat

dalam satu ruangan yang bias dikatakan sangat kecil.

51
(D5) : Belum, karena ruangan terlalu sempit sehingga kegiatan pengolahan

data dan filling masih berada dalam satu ruangan.

(D6) : Komputer ada tapi tidak ada program rekam medis kerja jadi tidak

sistematis karena 2 kali kerja. Kesimpulan belum menunjang.

3. Hubungan Kerjasama petugas rekam medis dengan perawat terhadap sistem

pengelolaan rekam medis.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan

utama seperti yang diungkapkan sebagai berikut :

(D1) : Selama ini saya melihat gak ada masalah yang berarti.

(D2) : Bagus, selama ini tidak ada kendala dalam kegiatan rekam medis.

Sedangkan dengan unit lain memang kadang-kadang ada kendala tapi tidak

terlalu mengganggu lah.

(D3) : Baik dan tidak ada kendala yang mengganggu.

(D4) : Untuk kerjasama udah terjalin dengan baik dengan unit lain dan tidak

ada kendala yang menganggu sekali. Tapi kalau untuk individual kita tidak

tahu ada kendala atau tidak.

(D5) : Tidak, semuanya berjalan baik kok.

(D6) : Secara garis besar tidak ada kendala.

52
4. Standar Operasional Prosedur (SOP) rekam medis terhadap sistem rekam

medis

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan

utama seperti yang diungkapkan sebagai berikut :

(D1) : Untuk SOP rekam medis saya memang belum tahu ada atau tidak dan

saya tidak terlibat dalam pembuatannya, dan SOP rekam medis memang

belum disahkan karena saya tidak tahu ada atau enggaknya.

(D2) : ya, namun petugas belum dapat bekerja sesuai dengan SOP, sebab

tenaga yang sangat minim (SDM nya sangat kurang). tapi ada bagian yang

diluar cakupan rekam medis seperti sebagai operator.

(D3) : Sudah, tapi menurut saya belum disahkan oleh pihak manajemen atau

direktur rumah sakit dan selama ini tidak ada dari pihak manajemen atau

direktur untuk melihat dan mengesahkan SOP rekam medis. Sedangkan job

utama rekam medis sering terbengkalai.

(D4) : Sudah, ya

(D5) : Sudah, ya

(D6) : Tidak tahu.

5. Alur Rekam Medis terhadap sistem pengelolaan rekam medis

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan

utama seperti yang diungkapkan sebagai berikut :

(D1) : Untuk alur rekam medis saya rasa udah baik ya…karena tidak ada

masalah selama ini.

53
(D2) : Alur rekam medis disini kurang jelas dan sering berubah-ubah, apalagi

tentang alur pasien perusahaan sangat susah dan terlalu banyak.

(D3) : Alur rekam medis yang kurang jelas dan berbelit-belit apalagi kalau

pasien perusahan yang mau dirawat.

(D4) : Seperti sarana dan prasaran, tempat/lokasi kerja, alur kerja yang tidak

jelas

(D5) : Alur kerja rekam medis yang tidak jelas dan berbelit-belit

(D6) : Sistem program computer untuk rekam medis tidak tersedia jadi

pelaksanaan pekerjaan dlaksanakan sistem manual hingga keakuratan data

kurang, tingka kesulitan tinggi untuk dikerjakan.

b. Informan Penunjang

1. Sumber Daya Manusia rekam medis terhadap sistem pengelolaan rekam

medis.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan

penunjang.

a). Bagaimana menurut sdr/I dengan jumlah tenaga rekam medis yang ada,

apakah sudah memadai untuk pelaksanaan sistem rekam medis?

(P1) : Tidak, karena jumlah mereka sedikit dan dalam satu shif hanya

bekerja satu orang itupun merangkap operator.

(P2) : Belum memadai, dikarenakan sistem kerja rekam medis tidak

terfokus pada kerja rekam medis itu sendiri, melainkan masih

merangkap dengan operator.

54
(P3) : Sudah, tapi mereka masih kelabakan dalam bekerja karena masih

merangkap sebagai operator.

(P4) : Belum, karena keterbatasan dari rumah sakit dalam penerimaan

tenaga rekam medis yang baru.

b) Apakah menurut sdr/i tenaga rekam medis mempunyai kemampuan dan

pengetahuan dalam pelaksanaan sistem rekam medis?

(P1) : Ya, rata-rata tenaga rekam medis mempunyai pengalaman

memang dibidangnya.

(P2) : Sudah tetapi belum bisa dioptimalkan mungkin dikarenakan tidak

fokusnya/tidak jelasnya beban kerja yang diberikan oleh rumah sakit.

(P3) : Ya, karena beberapa orang mempunyai basic rekam medis nya.

(P4) : Masih belum meratanya kemampuan dan pengetahuan dalam

pelaksanaan rekam medis disuatu rumah sakit.

2. Sarana dan Prasarana rekam medis terhadap sistem pengelolaan rekam

medis.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan

penunjang.

a). Bagaimana menurut sdr/i tentang sarana dan prasarana diruang rekam

medis?

(P1) : Sudah cukup memadai.

(P2) : Sarana dan prasarana sangat kurang, kalo bisa tempat dan

sarana disediakan yang lebih memadai.

55
(P3) : Baik

(P4) : Belum memadai untuk ruangan rekam medis di rumah sakit

swasta.

b). Apakah menurut sdr/i ruangan pengolahan data dan penyimpanan berkas

perlu dilakukan pemisahan?

(P1) : Tdak, cukup satu ruangan saja kalau tempatnya dipisahkan sangat

menyulitkan anggota untuk bolak-balik mencari data dan berkas.

(P2) : Perlu, dikarenakan tempat penyimpanan file biar tidak

menganggu sistem kerja rekam medis, karena suasana ruangan

berpengaruh terhadap kerja karyawan itu sendiri.

(P3) : Ya, agar arsip/berkas tidak tercampur satu sama lain dan agar

petugas terhindar dari debu.

(P4) : perlu karena memudahkan untuk mencari data di suatu rumah

sakit.

3. Hubungan Kerjasama petugas rekam medis dengan perawat terhadap sistem

pengelolaan rekam medis.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan

penunjang penunjang.

a). Bagaimana menurut sdr/i tentang kerjasama antar petugas rekam medis

selama ini.

(P1) : Baik dan tidak ada masalah yang menganggu.

56
(P2) : Cukup baik, karena karyawan yangsatu dengan yang lainnya

saling melengkapi.

(P3) : Baik

(P4) : Belum terjalinnya kerjasama yang baik.

b). Bagaimana menurut sdr/i kerjasama petugas rekam medis dengan unit

lain

(P1) : Baik, selama ini tidak ada hal yang menganggu.

(P2) : Baik

(P3) : Baik

(P4) : Baik

4. Standar Operasional Prosedur (SOP) rekam medis terhadap sistem rekam

medis

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan

penunjang.

a). Menurut sdr/i kegiatan rekam medis selama ini masih dalam cakupan

sistem rekam medis?

(P1) : Tidak, karena rekam medis di rumah sakit lancang kuning

merangkap sebagai operator

(P2) : Tidak, karena sudah melampaui kegiatan yang harus dilaksanan

di rekam medis mislanya merangkap operator dan sering membantu

kegiatan lainnya

(P3) : Tidak ada

57
(P4) : Sebagian sudah sebagian belum ini terlihat dalam tidak ada

pembagian kerja direkam medis.

5. Alur Rekam Medis terhadap sistem pengelolaan rekam medis

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan

penunjang.

a) Menurut sdr/i hal-hal apa saja yang menghambat petugas rekam medis

dalam bekerja.

(P1) : Jumlah tenaga yang sedikit, mempunyai dua ruangan yang jauh,

merangkap operator, sistem kerja tidak efisien karena harus dua kali

kerja untuk menginputkan data dikomputer.

(P2) : Alur kerja yang masih belum jelas dan semraut, tempat/sarana

dan prasarana, tugas yang dibebankan harus merangkap operator.

(P3) : Tidak ada

(P4) : Sarana dan prasarana belum memadai, jumlah tenaga belum

merata dan alur kerja rekam medis yang belum jelas.

B. PEMBAHASAN

1. Keterbatasan Penelitian

a. Keterbatasan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian kualitatif,

kemungkinan dapat terjadi subyektivitas jawaban informan atau subyektivitas

peneliti dalam menginterpretasikan makna yang tersirat dari informasi, dan untuk

58
mengatasi hal tersebut dilakukan triangulasi sumber dengan mengambil informasi

Direktur, kepala rekam medis dan staf rekam medis sebagai informan utama, serta

perawat UGD dan perawat rawat inap sebagai informan penunjang.

Pada hakikatnya informasi yang didapat hanya berupa satu temuan dan

bukan mengejar suatu bukti, sehingga kualitas dari informasi yang didapat

tergantung dari seberapa jauh informan memiliki pemahaman dan keterlibatan

serta tingkat kejujuran dari informan dan objek penelitian.

b. Keterbatasan Waktu Pengumpulan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara

mendalam. Hal ini mengingat setiap informan memiliki kesibukan yang berbeda.

Wawancara mendalam dilakukan terhadap 10 informan, hal ini sudah cukup untuk

mewakili dan terbatasnya waktu untuk penelitian.

2. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Sumber Daya Manusia di Unit Rekam Medis

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar informan utama dan informan

penunjang mengatakan bahwa jumlah tenaga rekam medis memang kurang

mengingat beban kerja yang mereka lakukan merangkap sebagai operator,

admitting office atau pendaftaran pasien rawat inap dan sebagai pengolahan data

dan statistik rumah sakit, sedangkan jumlah mereka hanya 5 orang yang mana

dinas per shift nya 1 orang dan ini tidak memungkinkan untuk petugas dalam

menjalankan kegiatannya. Dari beberapa hasil wawancara dengan informan utama

59
mengatakan bahwa tugas pokok mereka sebagai tenaga rekam medis seperti untuk

pengolahan data dan statisitk rumah sakit sering tertinggal, ini dikarenakan

mereka lebih terfokus ke pelayanan pasien dan custumer service (operator

telepon).

Pelayanan kesehatan dituntut untuk mendapatkan memberikan pelayanan

yang canggih, efisien dan memuaskan untuk itu dilakukan usaha peningkatan

jumlah dan kualitas tenaga kesehatan dan peningkatan ilmu pengetahuan di

bidang kesehatan. Untuk itu sudah waktunya tenaga perekam medis

dikembangkan sesuai dengan kemajuan teknologi dalam penanganan sistem

informasi kesehatan mulai dari perencanaan, pengolahan hingga analisa statistik

(Hadisantoso, 2003).

b. Sarana dan Prasarana di Unit Rekam Medis

Dari wawancara kepada informan utama dan informan penunjang

mengatakan bahwa sarana dan prasarana di unit rekam medis masih belum cukup

misalnya dalam hal jumlah komputer yang ada hanya 2 unit, sedangkan dalam

pelaksanaannya komputer dibutuhkan minimal 3 unit yang mana untuk

pendaftaran pasien rawat inap yang lokasinya jauh dari ruangan rekam medis

yaitu berada dalam satu ruangan dengan UGD, kemudian untuk pendaftaran

pasien poliklinik komputer nya berada di ruangan pengolahan rekam medis

sehingga setiap ada pasien poliklinik petugas mendaftarkan secara manual yaitu

dengan penggunaan formulir data pasien, Setelah selesai baru petugas

menginputkan data ke komputer. Dalam pendaftaran pasien rawat inap atau

60
poliklinik petugas sudah menggunakan SIMRS yang telah di desain sesuai

kebutuhan masing-masing unit. Tetapi beberapa informan utama mengatakan

SIMRS yang ada sekarang dinilai belum efektif dan optimal dalam

pemanfaatannya dikarenakan SIMRS nya hanya sebatas penginputan data pasien

saja dan dinilai SIMRS saat ini hanya sebagai penunjang bagi unit lain seperti

apotik, keuangan dan kasir. Karena data yang diinputkan tadi tidak dapat di

buatkan laporan atau oupt put dari pelayanan kesehatan karena petugas

membuatnya masih secara manual, baik laporan internal maupun eksternal.

SIMRS merupakan suatu sistem informasi yang cakupannya luas (terutama

untuk rumah sakit tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi.

Oleh karena itu penerapan sistem yang dirancang harus dilakukan dengan memilih

pentahapan yang sesuai dengan kondisi masing-masing subsistem, atas dasar

kriteria dan prioritas yang ditentukan. Kesinambungan antara tahapan yang satu

dengan berikutnya harus tetap terjaga.(Sanjoyo, 2008)

Sedangkan menurut Mudick (1997) sebuah sistem informasi terdiri dari lima

komponen dasar, yaitu :

1. Memasukkan data kedalam sistemnya

2. Mengolah data tersebut (menyusun kembali data input dan arsip

penyimpanan serta catatan-catatan)

3. Menyediakan dan memelihara arsip-arsip penyimpanan

4. Mengembangkan prosedur-prosedur yang akan menentukan data mana

yang diperlukan dan kapan serta memberikan instruksi yang akan

diperlukan dan kapan serta dimana data tersebut dan untuk apa data itu

61
dipergunakan serta memberikan instruki yang harus diikuti oleh

pengolahannya.

5. Menyiapkan laporan outputnya.

Kemudian beberapa informan utama mengatakan ruangan rekam medis yang

kecil karena ruangan penyimpanan berkas dan pengolahan data masih berada

dalam satu ruangan, ini akan membahayakan bagi petugas pengolahan data karena

ruangan penyimpanan berkas banyak mengandung debu sehingga lama kelamaan

akan mengakibatkan suatu penyakit. Kemudian rak untuk penyimpanan berkas

masih kurang sehingga masih banyak berkas pasien yang diletakkan di atas lantai

ini akan mengakibatkan petugas sulit dalam retrieval berkas dan akan merusak

fisik berkas jika terlalu lama dibiarkan.

Ruang tempat penyimpanan arsip hendaklah selalu dalam keadaan bersih

dan kering agar arsip dapat aman dari berbagai jenis kerusakan. Dasar pikiran dari

pencegahan adalah menciptakan lingkungan dimana musuh-musuh arsip seperti

kutu buku, rayap, serangga, jamur, cahaya matahari dan lain-lain tidak leluasa

merusak fisik arsip. Pencegahan dapat dilakukan dengan pengaturan temperatur

kelembaban udara, polusi, penyimpanan yang benar, pengaturan cahaya matahari,

pengaturan penerangan buatan (lampu), pemeliharaan ruangan dan fumigasi.

(Amsyah : 2005)

c. Hubungan kerjasama tim dan petugas antar unit

Dari hasil wawancara kepada informan utama dan penunjang mengatakan

bahwa hubungan kerjasama tim dan antar unit lain tidak ada kendala atau baik-

62
baik saja meskipun kadang-kadang ada kendala yang tidak terlalu menganggu. Ini

berarti petugas rekam medis dalam menjalankan pekerjaan nya dilakukan dengan

seksama dan saling menajaga hubungan sesama dan antar unit. Karena jika terjadi

masalah akan mengakibatkan pelayanan kesehatan akan terhambat karena unit-

unit yang berada di suatu rumah sakit akan saling keterkaitan.

d. Standar Operasional Prosedur (SOP) Rekam Medis

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan utama dan penunjang

didapatkan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) sudah ada tapi tidak tahu

apakah sudah di sahkan oleh pihak manajemen atau belum, karena dari pihak

manajemen tidak ada menanyakan atau melihat SOP yang ada sekarang, jadi

petugas dalam bekerja tidak terlalu terpaku dengan SOP yang ada. Sedangkan

menurut (Wijono, 1997) Pencatatan dan pengolahan data medis untuk

menghasilkan informasi yang akurat bagi pelayanan kesehatan hendaknya

didasarkan pada standar dan pedoman atau prosedur kerja.

Kemudian dalam pembuatan SOP yang terlibat hanya petugas rekam medis

saja dan tidak ada dari pihak manajemen. Prosedur kerja disusun oleh para

pelaksana pelayanan di rumah sakit yang mengacu kepada peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku, serta ditetapkan oleh keputusan direktur

rumah sakit, karena prosedur kerja merupakan dokumen teknis operasional

sebagai jabaran dari dokumen-dokumen kebijakan yang dibuat oleh direktur

reumah sakit(Rasjid, 2003).

63
Selain SOP rekam medis juga membuat job description masing-masing

petugas rekam medis meskipun tidak semuanya dijalani karena petugas tadi

terfokus ke palayanan dan custumer service (operator).

e. Alur Rekam Medis

Dari hasil penelitian terhadap alur rekam medis masih dinilai kurang efektif,

misalnya dalam alur berkas rekam medis pasien pulang masih berbelit-belit

karena berkas pasien harus ke apotik untuk di inputkan obat kemudian berkas

pasien diserahkan ke kasir untuk dihitung setelah selesai berkas pasien di serahkan

ke bagian keuangan untuk di cross cek kembali. sehingga berkas kembali ke

rekam medis membutuhkan waktu yang lama, sementara petugas rekam medis

harus melakukan atau membuatkan sensus harian pasien berdasarkan berkas

rekam medis tadi untuk membuat laporan atau kegiatan pelayanan rumah sakit

tepat pada waktunya. Kemudian alur peminjaman berkas rekam medis dan

pengembaliannya tidak sesuai dengan SOP yang telah dibuat, dikarenakan petugas

yang bekerja per shif 1 orang dan kesibukan di bagian pendaftaran. Seharusnya

ada 1 orang petugas dalam ruang penyimpanan dan retrieval berkas agar jika suatu

saat terjadi kehilangan status bisa di lacak dengan menggunakan buku

peminjaman atau bon keluar berkas.

64
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran sistem

pengelolaan rekam medis di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru tahun

2008, maka penulis menyimpulkan bahwa SDM rekam medis, sarana dan

prasarana rekam medis, hubungan kerjasama, Standar Operasional Prosedur

(SOP) dan alur prosedur rekam medis dapat mempengaruhi sistem pengelolaan

rekam medis di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru. Hal ini dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Jumlah Sumber Daya Manusia rekam medis yang berjumlah 5 orang di

nilai belum cukup dan efektif dalam pengelolaan rekam medis supaya

tercapainya tertib administrasi rumah sakit, dikarenakan petugas yang

bertugas per shift 1 orang kecuali shift pagi berjumlah 2 orang. Karena job

yang dibebankan kepada petugas selain job rekam medis juga merangkap

sebagai operator telepon dan pelayanan admitting atau pendaftaran pasien

baik rawat inap maupun poliklinik, sehingga job utama sering

terbengkalai.

2. Sarana dan Prasarana di ruang rekam medis masih minim sehingga

petugas tidak maksimal dalam bekerja, karena jumlah komputer yang

masih kurang yang hanya ada 2 buah sedangkan minimal 3 buah yaitu

untuk pendaftaran pasien rawat inap karena loket pendaftarannnya berada

65
jauh dari ruang rekam medis, untuk pendaftaran pasien poliklinik harus

ada 1 unit komputer jadi petugas tidak perlu mendaftarkan secara manual

dan satu unit komputer untuk pengolahan data dan pembuatan statistik

rumah sakit yang berada di ruang pengolahan. Kemudian SIMRS ruangan

rekam medis belum optimal dalam pemanfaatannya, serta rak

penyimpanan rekam medis perlu dibuat sesuai dengan kebutuhan.

3. Dalam hal kerjasama tim dan antar unit lain tidak ada masalah atau

kendala yang dapat menghambat pelayanan kesehatan sehinga petugas

dapat bekerja denga baik dan benar.

4. Standar Operasional Prosedur (SOP) di ruang rekam medis sudah ada dan

di buat oleh petugas rekam medis, tetapi belum disahkan oleh pihak

manajemen karena tidak pernah ditanyakan. Kemudian selain SOP rekam

medis juga membuat job desctiption masing-masing petugas sebagai

pedoman dalam bekerja tetapi karena ada nya penambahan tanggung

jawab kepada petugas rekam medis yaitu merangkap sebagai operator jadi

petugas tidak terpaku pada SOP dan Job Description yang ada.

5. Alur rekam medis dalam hal ini untuk alur berkas rekam medis masih

berbelit sehingga petugas rekam medis dalam pembuatan sensus harian

untuk statistik rumah sakit tidak tepat pada waktnya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka didapatkan saran

1. Adanya penambahan petugas sebagai custumer service atau operator

telepon supaya petugas rekam medis terfokus pada kegiatan pokok rekam

66
medis dan petugas pendaftaran pasien rawat inap dan rawat jalan serta

adanya petugas di ruang penyimpanan sebagai pelayanan peminjaman

berkas dan filling. Sehingga hasil kerja di unit rekam medis lebih

maksimal.

2. Sarana dan prasarana ruang rekam medis hendaknya di penuhi misalnya

kebutuhan komputer dan pada SIM RS ruangan rekam medis mempunyai

out put dari kegiatan pelayanan kesehatan seperti dalam pembuatan

laporan statisitik rumah sakit dan pelaporan tidak lagi dibuat secara

manual.

3. Dalam hubungan kerjasama tim dan antar /unit lain tidak ada kendala dan

harus dipertahankan karena antar unit akan saling keterkaitan demi

tercapainya pelayanan yang optimal.

4. Standar Operasional Prosedur (SOP) hendaknya di buat ulang dengan

melibatkan jajaran terkait dan perlu segera disahkan oleh pihak

manajemen, agar petugas dapat bekerja sesuai dengan aturan baku dan

bekerja dengan tenang.

5. Sebaiknya alur dokumen rekam medis diperbaiki agar berkas rekam medis

tidak terlalau lama berada di luar rekam medis karena standar berkas

rekam medis pasien harus kembali ke unit rekam medis maksimal 2 x 24

jam setelah pasien pulang. Dan petugas rekam medis dapat melakukan

pembuatan sensus dengan segera dan pembuatan laporan statistik rumah

sakit dapat dilakukan dengan tepat waktu.

67
DAFTAR PUSTAKA

Aditama. (2002) Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi Kedua. Jakarta:


Universitas Indonesia.

Akmal, S (2007). Tinjauan Proses Persiapan Akreditasi Rekam Medis di RSUD


Bengkalis Grand Hospital, Pekanbaru

Amsyah, Z. (2005). Manajemen Kearsipan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

APKIES IRIS (2000), Rekam Medis


(http://www.apkies.com/Iris.html, diakses Juli 2008)

Boy S.Sabarguna. (2004) Pemasaran Rumah Sakit. Yogyakarta: Konsorsium RSI: 1-


21.

DepKes RI. (1997) Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di


Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan Medik

Depkes RI, (2004) Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di


Tingkat Provinsi, Kab/Kota serta Rumah Sakit, Jakarta: Direktorat Jendral
Pelayanan Medik.

Edna K Hufman terjemahan Erkadius. (1998) Health Information Management II.


Padang.

Hadisantoso, Dr. (2003), Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dibidang


Kesehatan Khususnya untuk Perekam Medis (Manajemen Informasi
Kesehatan) dalam menyonsong era globalisasi, Dalam makalah Seminar
Nasional Kongres Rakernas I-III (hlm.285-298), Jakarta: PORMIKI

Henny Maria Ulfa, (2007), Penyimpanan Berkas Rekam Medis Pasien di Rumah
Sakit Anak dan Bersalin Eria Bunda Pekanbaru, Pekanbaru

Moekijat, (1991 ), Pengantar Sistem Informasi Manajemen, Bandung

Moleong, L.J, (2004). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosda Karya


Merida L Johns terjemahan Erkadius. 2002. Health Information Management : An
Applied Approach AHIMA, Chicago

Notoatmodjo, (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rinaeka Cipta

Poernomo, B. (2002), Perlindungan Hukum Kesehatan Hak Milik Rekam Medis


Pasien dan Problem Komputerisasi, Yogyakarta: Diskusi Panel Nasional
Komputerisasi Rekam Medis Dipandang dari Perspektif Hukum.

Rasjid, M. (2003), Key indicator performance rumah sakit, Dalam Kumpulan


Materi TOT Jabatan Fungsional Perekam Medis (hlm. 1-15).
Jakarta:PORMIKI.

RSLK, (2008) Profile Rumah Sakit Lancang Kuning. Pekanbaru

Sanjoyo, R. (2008), Sistem Informasi Kesehatan


(http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id, diakses Juli 2008)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah, (2008). Panduan Skripsi Program
Sarjana (S1). Pekanbaru

Wijono, D. (1997). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Surabaya: Airlangga


Univerity Press
MATRIK WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN UTAMA
Jawaban Informan Utama
No Variabel
D1 D2 D3 D4 D5 D6
Pendidikan S2 SMEA DIII DIII SMA SMA
1 SDM Memang SDM Belum, sebab Belum, karena untuk rekam medis Belum, karena Untuk jumlah
pada rekam medis tenaga rekam petugas rekam medis saya rasa tenaga rekam medis tenaga rekam medis
masih minim medis bekerja 3 merangkap sebagai yang dibutuhkan masih sudah memadai
sekali apalagi shift dengan operator telpon sudah cukup, tapi merangkap sebenarnya, tapi
dengan adanya jumlah SDM 5 sedangkan dinas per beban kerja yang operator. karena ada
penambahan orang dan shift 1 orang kecuali diberikan diluar penambahan
tanggungjawab merangkap shift pagi 2 orang. kerja rekam medis tanggung jawab
pekerjaan seperti sebagai operator Sedangkan kegiatan seperti operator diluar job disc
untuk operator, rekam medis banyak menyebabkan rekam medis
mungkin ini yang harus tenaga yang sehingga membuat
dikarenakan dikerjakan. dibutuhkan terbengkalai
peruhasaan masih berkurang sehingga pelaksanaan tugas-
terfokus pada kerja direkam tugas rekam medis
penambahan medis lebih yang biasa
SDM di unit lain terfokus untuk dilaksanakan tepat
seperti perawat. pelayanan operator waktu dan
dan pendaftaran terperinci.
rawat inap, Kesimpulannya
sehingga kegiatan tenaga memadai,
pada rekam medis tapi pelaksanaan
terbengkalai karena sistem rekam medis
alas an diatas tadi. terbengkalai karena
penambahan job
disc rekam medis
2 Sarana dan Mengenai sarana Belum memadai, Belum, karena rak Belum, adapun Belum, karena Komputer ada tapi
Prasarana dan prasarana di karena kondisi penyimpanan berkas komputer yang ada ruangan terlalu tidak ada program
rekam medis rumah sakit pasien tidak efektif direkam medis sempit sehingga rekam medis kerja
kami sekarang Lancang Kuning untuk penyimpanan sebenarnya sudah kegiatan jadi tidak sistematis
lagi mengushakan yang masih baru sehingga berkas tidak memadai untuk pengolahan data karena 2 kali kerja.
untuk seharusnya teratur dan kerusakan penyelenggaraan dan filling masih Kesimpulan belum
penambahan rak mempunyai fisik berkas sering sistem rekam berada dalam menunjang.
penyimpanan penyimpanan file rusak. medis, tapi dalam satu ruangan
berkas sesuai yang lebih efektif pelaksanaan
dengan komptuter yang ada
kebutuhan. Untuk digunakan hanya
komputer saya untuk keperluan
rasa sudah keuangan dan
memadai farmasi sedangkan
jumlahnya 2 unit untuk rekam medis
karena untuk Cuma untuk
pasien poliklinik menginputkan data
kita belum pasien saja. Dengan
banyak jadi saya diberikan komputer
rasa sudah rekam medis
memadai. harusnya sudah bisa
melaksanakan
rekam medis sistem
komputerisasi
seperti coding, dan
berbagai pelaporan
yang dibutuhkan
oleh rumah sakit
dan dinas
kesehatan, dan juga
ruangan yang tidak
sesuai dengan
kapasitas yang
semestinya,
kenyataanya
ruangan
koordinator,
pengolahan data,
filling, input data
pasien baru/lama
terdapat dalam satu
ruangan yang bias
dikatakan sangat
kecil.
3 Kerjasama tim Selama ini saya Bagus, selama ini Baik dan tidak ada Untuk kerjasama Tidak, semuanya Secara garis besar
dan antar unit melihat gak ada tidak ada kendala kendala yang udah terjalin berjalan baik tidak ada kendala
masalah yang dalam kegiatan mengganggu. dengan baik dengan kok
berarti. rekam medis. unit lain dan tidak
Walaupun ada kendala yang
kadang-kadang menganggu sekali.
ada kendala tapi Tapi kalau untuk
tidak terlalu individual kita tidak
mengganggu lah. tahu ada kendala
atau tidak.
4 SOP Untuk SOP rekam ya, namun Sudah, tapi menurut Sudah, ya Sudah, ya Tidak tahu
medis saya petugas belum saya belum disahkan
memang belum dapat bekerja oleh pihak
tahu ada atau sesuai dengan manajemen atau
tidak dan saya SOP, sebab direktur rumah sakit
tidak terlibat tenaga yang dan selama ini tidak
dalam sangat minim ada dari pihak
pembuatannya, (SDM nya sangat manajemen atau
dan SOP rekam kurang). Dan ada direktur untuk
medis memang bagian yang melihat dan
belum disahkan diluar cakupan mengesahkan SOP
karena saya tidak rekam medis rekam medis.
tahu ada atau seperti sebagai
enggaknya operator
5 Alur Rekam Untuk alur rekam Alur rekam medis Alur rekam media Seperti sarana dan Alur kerja rekam Sistem program
Medis medis saya rasa disini kurang jelas yang kurang jelas dan prasaran, medis yang tidak komputer untuk
udah baik dan sering berbelit-belit apalagi tempat/lokasi kerja, jelas dan rekam medis tidak
ya…karena tidak berubah-ubah, kalau pasien alur kerja yang berbelit-belit tersedia jadi
ada masalah apalagi tentang perusahan yang mau tidak jelas pelaksanaan
selama ini. alur pasien dirawat. pekerjaan
perusahaan sangat dlaksanakan sistem
susah dan terlalu manual hingga
banyak keakuratan data
kurang, tingkat
kesulitan tinggi
untuk dikerjakan
MATRIK WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN PENUNJANG

Variabel Jawaban Informan Penunjang


No Kode P1 P2 P3 P4
Pendidikan D III D III D III D III
1. SDM Tidak, karena jumlah Belum memadai, Sudah, tapi mereka masih Belum, karena keterbatasan
mereka sedikit dan dalam dikarenakan sistem kelabakan dalam bekerja dari rumah sakit dalam
satu shif hanya bekerja kerja rekam medis karena masih penerimaan tenaga rekam
satu orang itupun tidak terfokus pada medis yang baru
merangkap operator kerja rekam medis itu
sendiri, melainkan
masih merangkap
dengan operator
2. Sarana & Prasarana Sudah cukup memadai. Sarana dan prasarana Baik, Belum memadai untuk
cukup satu ruangan saja sangat kurang, kalo ruangan rekam medis di
kalau tempatnya bisa tempat dan sarana rumah sakit swasta.
dipisahkan sangat disediakan yang lebih
menyulitkan anggota memadai, dikarenakan
untuk bolak-balik tempat penyimpanan
mencari data dan berkas file biar tidak
menganggu sistem
kerja rekam medis,
karena suasana ruangan
berpengaruh terhadap
kerja karyawan itu
sendiri
3. Kerjasama Tim Baik dan tidak ada Cukup baik, karena Baik Belum terjalinnya
masalah yang karyawan yangsatu kerjasama yang baik
menganggu dengan yang lainnya
saling melengkapi
4. SOP Tidak, karena rekam Tidak, karena sudah Tidak ada Sebagian sudah sebagian
medis di rumah sakit melampaui kegiatan belum ini terlihat dalam
lancang kuning yang harus dilaksanan tidak ada pembagian kerja
merangkap sebagai di rekam medis direkam medis
operator mislanya merangkap
operator dan sering
membantu kegiatan
lainnya
5. Alur Rekam Medis Jumlah tenaga yang Alur kerja yang masih Tidak ada Sarana dan prasarana
sedikit, mempunyai dua belum jelas dan belum memadai, jumlah
ruangan yang jauh, semraut, tempat/sarana tenaga belum merata dan
merangkap operator, dan prasarana, tugas alur kerja rekam medis
sistem kerja tidak efisien yang dibebankan harus yang belum jelas
karena harus dua kali merangkap operator.
kerja untuk
menginputkan data
dikomputer
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA TENTANG GAMBARAN SISTEM
PENGELOLAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT LANCANG
KUNING PEKANBARU TAHUN 2008

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran sistem pengelolaan rekam medis di rumah sakit

Lancang Kuning Pekanbaru tahun 2008.

Informan Utama (D1)

Pertanyaan Umum

Tanggal wawancara :

Unit Kerja :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

1. Bapak sebagai direktur RS Lancang Kuning, Apakah upaya yang dilakukan

utuk meningkatkan kualitas SDM di ruang rekam medis

2. Apakah semua SDM di rekam medis pernah diberikan pelatihan atau seminar

tentang rekam medis

3. Bagaimana menurut bapak dengan ruangan rekam medis saat ini, karena ruang

penyimpanan dan pengolahan data berada dalam satu ruang.


4. Apakah menurut bapak rekam medis sudah membuat SOP untuk pedoman

dalam bekerja.

Ya, Apakah bapak terlibat dalam pembuatannya

Tidak, Kenapa

5. Bagaimana menurut bapak kerjasama antar petugas rekam medis dan unit lain,

apakah ada kendala?


PEDOMAN WAWANCARA TENTANG GAMBARAN SISTEM
PENGELOLAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT LANCANG
KUNING PEKANBARU TAHUN 2008

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran sistem pengelolaan rekam medis di rumah sakit

Lancang Kuning Pekanbaru tahun 2008.

Informan Utama (D2)

Pertanyaan Umum

Tanggal wawancara :

Unit Kerja :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

1. Ibu sebagai kepala rekam medis, apakah menurut ibu jumlah tenaga rekam

medis sudah cukup dalam pelaksanaan sistem rekam medis

2. Apakah menurut ibu tenaga rekam medis yang ada mempunyai kemampuan

dan pengetahuan dalam pelaksanaan sistem rekam medis

3. Apakah dari pihak manajemen pernah mengikutkan atau memberikan

pelatihan tentang sistem rekam medis kepada tenaga rekam medis?

Pernah, berapa kali?


4. Apakah semua tenaga rekam medis pernah diberikan diklat tentang sistem

rekam medis

5. Bagaimana menurut ibu luas ruang rekam medis saat ini, apakah memadai?

6. Bagaimana dengan sarana dan prasarana di rekam medis, apakah sudah cukup

menunjang dalam penyelenggaraan sistem rekam medis, jika tidak mengapa?

7. Apakah pihak rumah sakit memperhatikan tentang kebutuhan sarana dan

prasarana di rekam medis?

8. Mengapa ruang pengolahan data dan ruang penyimpanan berkas tidak di

pisahkan, apakah itu nanti akan membahayakan petugas yang bekerja

didalamnya?

9. Apakah rekam medis sudah dibuatkan SOP nya? Jika ya, apakah petugas

sudah bekerja sesuai dengan SOP yang ada?

10. Siapa saja yang terlibat dalam pembuatan SOP rekam medis

11. Apakah kegiatan yang dilakukan masih dalam cakupan sistem rekam medis?

12. Bagaimana teamwork antar petugas rekam medis?

13. bagaiaman teamwork petugas rekam medis dengan unit lain?


PEDOMAN WAWANCARA TENTANG GAMBARAN SISTEM
PENGELOLAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT LANCANG
KUNING PEKANBARU TAHUN 2008

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran sistem pengelolaan rekam medis di rumah sakit

Lancang Kuning Pekanbaru tahun 2008.

Informan Utama (D3,D4,D5,D6)

Pertanyaan Umum

Tanggal wawancara :

Unit Kerja :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jabatan :

1. Apakah menurut sdr/I jumlah tenaga rekam medis yang ada sudah memadai

dalam pelaksanaan sistem rekam medis?

2. Apakah sdr/I pernah diberikan atau mengikuti pelatihan tentang rekam medis?

3. Hal-hal apas saja yang menghambat sdr/I dalam pelaksanaan sistem rekam

medis?

4. Bagaimana sarana dan prasarana yang ada direkam medis, apakah menurut

sdr/I telah memadai dalam menunjang penyelenggaraan sistem rekam medis?


5. Menurut sdr/I apakah ruang pengolahan data dan penyimpanan berkas perlu

adanya pemisahan?

6. Apakah SOP rekam medis sudah ada? Apakah sdr/I mengetahuinya?

7. Apakah sdr/I mengetahui job description anda?

8. Apakah sdr/I terlibat dalam pembuatan SOP rekam medis?

9. Apakah job atau kegiatan yang sdr/I lakukan semuanya masih dalam cakupan

sistem rekam medis?

10. Bagaimana kerjasama sdr/I antar sesama dan antar unit lain, apakah ada

kendala?
PEDOMAN WAWANCARA TENTANG GAMBARAN SISTEM
PENGELOLAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT LANCANG
KUNING PEKANBARU TAHUN 2008

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran sistem pengelolaan rekam medis di rumah sakit

Lancang Kuning Pekanbaru tahun 2008.

Informan Penunjang (P1,P2,P3,P4)

Pertanyaan Umum

Tanggal wawancara :

Unit Kerja :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Lama Kerja :

1. Bagaimana menurut sdr/I jumlah tenaga rekam medis yang ada, apakah sudah

memadai untuk pelaksanaan sistem rekam medis?

2. Apakah menurut sdr/I tenaga rekam medis mempunyai kemampuan dan

pengetahuan dalam pelaksanaan sistem rekam medis?

3. Menurut sdr/I hal-hal apa saja yang menghambat petugas rekam medis dalam

bekerja?

4. Bagaimana menurut sdr/I tentang sarana dan prasarana di ruang rekam medis?
5. Apakah menurut sdr/I ruang pengolahan data dan penyimpanan berkas perlu

dilakukan pemisahan?

6. Apakah menurut sdr/I kegiatan atau job tenaga rekam medis selama ini masih

dalam cakupan sistem rekam medis

7. Bagaimana menurut sdr/I tentang kerjasama antar petugas rekam medis

selama ini?

8. Bagaimana menurut sdr/I kerjasama petugas rekam medis dengan unit

lainnya?
Lembaran Observasi Sistem Pengelolaan Rekam Medis

No Variabel
1. Struktur Organisasi Rekam Medis
2. Daftar Dinas Petugas
3. Uraian Tugas Rekam Medis
4. SOP Rekam Medis
5. Pelaporan Rekam Medis
6. Komputer dan ATK
7. Team Work
8.

Anda mungkin juga menyukai