Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

1. Kegiatan Promosi Kesehatan di Dalam Gedung Puskesmas

Gambaran Kegiatan Promosi Kesehatan di Dalam Gedung

Puskesmas, dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini :

NO LOKASI KEGIATAN

Penyebaran informasi melalui media

poster, leaflet yang dipasang di depan

loket pendaftaran, adapun jenis informasi

yang disediakan, yaitu:

- Informasi yang menjadi isu pada saat

Tempat itu
1
Pendaftaran - Peraturan Kesehatan seperti larangan

merokok, larangan meludah

sembarangan, membuang sampah

pada tempatnya, dll

2 Poliklinik Petugas menjawab pertanyaan pasien

berkenaan dengan penyakitnya atau obat

yang harus ditelannya. Tetapi jika hal ini

Panduan Internal Promosi Kesehatan Puskesmas............ 12


belum mungkin dilaksanakan, maka

dapat dibuka klinik khusus bagi pasien

rawat jalan yang memerlukan konseling

(dirujuk ke bagian konseling)

Disediakan pula media promosi : lembar

balik, poster, gambar atau model anatomi

atau leaflet yang bisa dibawa pulang

Pasien.

Di pasang media poster, leaflet, media

3 Ruang Tunggu penyuluhan lain tentang penyakit dan

pencegahannya, dan kotak saran

a. Petugas menjawab pertanyaan Pasien

berkenaan dengan pelayanan yang

didapatkannya, jika belum mampu

dilimpahkan ke klinik khusus.

b. Memasang Poster atau disediakan


Ruang
leaflet tentang berbagai penyakit yang
4 Pelayanan KIA
menyerang bayi dan balita, resiko
dan KB
tinggi ibu hamil, bayi dan balita,

pentingnya pemeriksaan kehamilan

teratur, pentingnya tablet Fe bagi

Bumil, pentingnya imunisasi lengkap,

dll

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 13


a. Menggunakan lembar balik, gambar

atau foto

b. Penggunaan bahan bacaan

(Biblioterapi) dengan cara dipinjamkan

ke Pasien

c. Penyuluhan Kelompok bagi keluarga

Pasien, dengan metode yang bersifat

menghibur seperti permainan,

simulasi dan menggunakan media


Ruang Rawat
5 flipchart, poster atau standing banner,
Inap
laptop, LCD dan layar untuk

menayangkan gambar atau film. Di

Puskesmas Jetis masih belum ada

ruang rawat inap.

d. Pemanfaatan ruang tunggu dengan

pemasangan poster, penyediaan boks

leaflet.

e. Pendekatan keagamaan dengan

mengajak pasien untuk berdo’a.

6 Laboratorium Meningkatkan kesadaran pasien,

pengunjung dan para pengantarnya akan

pentingnya melakukan pemeriksaan

laboratorium melalui pemasangan poster

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 14


dan penyediaan leaflet.

a. Meningkatkan kesadaran tentang

manfaat obat generik, kedisiplinan dan

kesabaran dalam penggunaan obat

7 Kamar Obat sesuai petunjuk Dokter.

b. Pemasangan poster dan penyediaan

leaflet tentang informasi kesehatan

serta pemutaran tape recorder.

Penyampaian salam hangat dan ucapan


Tempat
8 selamat jalan semoga cepat sembuh dan
Pembayaran
bertambah sehat.

Layanan Konseling, misalnya pojok

9 Klinik Khusus PHBS, klinik gizi, sanitasi, konsultasi

remaja, dll

Promosi kesehatan dapat berupa

10 Tempat Parkir pemasangan baliho/Billboard atau

banner di area parkir

Jika memungkinkan mempromosikan

Tanaman Obat Keluarga (Toga) dan


11 Taman
karangkitri (jenis tanaman dan

kandungan gizinya)

Dipasang spanduk/Banner pada momen


12 Dinding
tertentu asaltidak merusak keindahan

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 15


Pagar pembatas Dipasang spanduk/banner pada momen

13 kawasan tertentu asal tidak merusak keindahan

Puskesmas pagar Puskesmas

Kantin/Kios di Ditampilkan pesan terkait konsumsi gizi

14 kawasan seimbang, dll bisa dalam bentuk

Puskesmas poster/banner

Pemasangan poster dan penyediaan


15 Tempat Ibadah
leaflet.

2. Kegiatan Promosi Kesehatan di Luar Gedung Puskesmas

a. Kunjungan rumah

Kunjungan rumah dilakukan petugas kesehatan

Puskesmas sebagai tindak lanjut dan upaya promosi kesehatan

di dalam gedung Puskesmas yang telah dilakukan kepada

pasien/keluarga. Terutama pasien/keluarga yang memiliki

masalah kesehatan cukup berat atau mereka yang sepakat

untuk melaksanakan langkah-langkah tindak lanjut di rumah

tangganya misal PHBS Rumah tangga.

b. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan dibedakan kegiatan penyuluhan

kelompok dan penyuluhan individu dengan tema dan sasaran

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 16


yang sudah ditentukan, seperti yang tampak pada tabel 4.2

berikut ini.

Tabel 4.2
Penyuluhan Kelompok Berdasarkan Materi

FREK/ SASARAN
NO MATERI
TH JUMLAH KELOMPOK
1 KIA dan KB 1X 1 MA
2 Gizi 35 X 35 Posyandu Balita
3 P2 6X 6 Desa Siaga
4 Kesling 6X 6 Desa Siaga
5 Narkoba, HIV/AIDS 4X 4 MTs/SMP/MA
6 KRR 1X 1 MA
7 Kesehatan Usila 3X 3 Posyandu Lansia
8 Kesgilut 1X 1 Puskesmas
9 Kesehatan Jiwa 6X 6 Desa Siaga
10 PHBS Rumah Tangga 35 X 35 Posyandu Balita
11 Lain-lain (PHBS Sekolah) 18 X 18 SD/SMP/MTs/MA
c. Pemberdayaan masyarakat dalam ber PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah

sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran

sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,

keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri

(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakat.

Ada 5 tananan PHBS yaitu :

1) PHBS tatanan rumah tangga

Kajian PHBS Rumah Tangga di Puskesmas Gantrung

dilaksanakan dengan menggunakan 10 indikator yaitu :

 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

 Bayi diberi ASI Eksklusif

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 17


 Balita ditimbang setiap bulan

 Menggunakan air bersih

 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

 Menggunakan jamban sehat

 Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

 Makan sayur dan buah setiap hari

 Melakukan aktivitas fisik setiap hari

 Tidak merokok di dalam rumah

2) PHBS tatanan instansi pendidikan

Institusi Pendidikan yang dimaksud adalah sekolah-sekolah

yang di kaji PBHS Sekolah di wilayah Kabupaten Madiun,

meliputi tingkat Sekolah Dasar (SD), SMP, dan SMA. Indikator

yang digunakan dalam pengkajian PHBS Institusi Pendidikan

ini terdiri dari delapan indikator, yaitu :

 Mencuci tangan dengan menggunakan air bersih,

mengalir dan menggunakan sabun

 Jajanan sehat dikantin sekolah

 Menggunakan jamban bersih dan sehat

 Olah raga yang teratur dan terukur

 Memberantas jentik di sekolah

 Tidak merokok di sekolah

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 18


 Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan

setiap 6 bulan

 Membuang sampah pada tempatnya.

3) PHBS tatanan instansi kesehatan

Pengkajian PHBS institusi Kesehatan di Puskesmas

Gantrung menggunakan 6 indikator, antara lain:

 Menggunakan air bersih

 Menggunakan jamban sehat

 Membuang sampah pada tempatnya

 Tidak merokok di tempat kerja

 Tidak meludah sembarangan

 Memberantas jentik nyamuk

4) PHBS tatanan tempat kerja

Pengkajian PHBS Tempat Kerja sama dengan

pengkajian PHBS Kesehatan dengan menggunakan 6

indikator diatas.

5) PHBS tatanan tempat-tempat umum termasuk PHBS

pondok pesantren.

Pengkajian PHBS tempat-tempat umum sama dengan

pengkajian PHBS institusi kesehatan dan Tempat kerja

dengan 6 indikator.

Sedangkan di Pondok Pesantren menggunakan 18

indikator, meliputi kebersihan perorangan, penggunaan air

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 19


bersih, kebersihan tempat wudhu, menggunakan jamban,

kebersihan asrama, kepadatan penghuni asrama,

kebersihan ruang belajar, kebersihan halaman, kader/santri

husada, kader terlatih, kegiatan kader, bebas jentik, garam

beryodium, makanan gizi dan seimbang, pemanfaatan

sarana yankes, tidak merokok, sadar aids dan menjadi

peserta dana sehat.

Pencapaian cakupan PHBS Pondok Pesantren masih

memerlukan banyak perhatian, hal ini dengan indikator yang

berjumlah 18 tersebut sangat sulit untuk dapat dicapai

dengan maksimal. Hasil pengkajian PHBS Pondok

Pesantren ada empat klasifikasi, dengan kriteria berdasarkan

jumlah jawaban ya dari 18 indikator PHBS, dengan kriteria

klasifikasi sebagai berikut :

 Klasifikasi I jika jawaban ya berjumlah 1-5,

 Klasifikasi II jika jawabab ya berjumlah 6–10

 Klasifikasi III jika jawaban ya berjumlah 11-15

 Klasifikasi IV jika jawaban ya berjumlah 16-18

d. Pembinaan Desa Siaga Aktif (Pengenalan kondisi desa,

Survey Mawas Diri, Musyawarah Masyarakat Desa,

Perencanaan Partisipatif, Intervensi, dll)

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 20


Desa / Kelurahan siaga aktif merupakan

pengembangan dari Desa Siaga. Menurut Kepmenkes RI No.

1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum

Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, terjadi

perkembangan desa siaga menjadi desa siaga aktif. Kriteria

Desa/Kelurahan siaga aktif yaitu 1) adanya forum

desa/kelurahan, 2) adanya kader pemberdayaan masyarakat/

kader kesehatan, 3) kemudahan akses pelayanan kesehatan

dasar, 4) posyandu dan UKBM lainnya aktif, 5) dukungan dana

untuk kegiatan kesehatan di desa/kelurahan, 6) peran serta

msyarakat dan organisasi kemasyarakatan, 7) peraturan kepala

desa atau peraturn bupati/walikota, dan 8) pembinaan PHBS di

rumah tangga.

Tujuan umum kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga

Aktif adalah untuk percepatan terwujudnya masyarakat desa

dan kelurahan yang peduli, tanggap, dan mampu mengenali,

mencegah serta mengatasi permasalahan kesehatan yang

dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya

meningkat.

Komponen Desa dan Kelurahan Siaga Aktif meliputi

pelayanan kesehatan dasar, pengembangan masyarakat

melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya

survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 21


penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan dan

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), melalui :

1) Pertemuan forum.

Kegiatan pertemuan forum yang dilaksanakan dalam

rangka promosi kesehatan untuk pemberdayaan

masyarakat bidang kesehatan diluar gedung Puskesmas

antara lain pada saat pertemuan forum Kader Posyandu

dan pertemuan-pertemuan kelompok potensial masyarakat

seperti pertemuan Desa Siaga, karang taruna, pertemuan

kelompok RT, RW, Dusun/Lingkungan, dll.

2). Survey Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah

Masyarakat Desa (MMD)

Kegiatan Survey Mawas Diri (SMD) dilakukan

dengan menyebar kuesioner SMD dengan masing-masing

Desa/kelurahan yang berbeda sesuai dengan kondisi

masalah di masing- masing Desa/Kelurahan. Dilanjutkan

dengan pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa

(MMD).

e. Pembinaan UKBM

Pembinaan UKBM dalam kegiatan Promosi Kesehatan meliputi

pembinaan Poskesdes, Posyandu Balita, Posyandu Lansia,

Posbindu PTM, Poskestren, Pos UKK, dll).

1) Poskesdes

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 22


Poskesdes adalah UKBM yang dibentuk di

Desa/Kelurahan dalam rangka menyediakan/mendekatkan

pelayanan kesehatan dasar, utamanya promotif dan

preventif bagi masyarakat desa dengan melibatkan kader

atau tenaga sukarela lainnya. Poskesdes merupakan syarat

utama dalam pembentukan Desa Siaga. Kader Poskesdes

sekurang-kurangnya berjumlah 2 orang, yang telah

mendapatkan pelatihan/sosialisasi tentang Poskesdes dan

Desa Siaga.

2) Posyandu Balita

Posyandu sebagai salah satu bentuk Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang

paling memasyarakat dewasa ini, yang dikelola dari, oleh,

dan untuk masyarakat. Posyandu dirasakan telah berperan

sangat penting dalam meningkatkan sasaran untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, seperti KIA, KB,

Immunisasi, Gizi serta Pencegahan dan Penanggulangan

Diare.

Dalam Pembinaan Posyandu Balita juga dilakukan

tela’ah kemandirian Posyandu Balita dengan menghasilkan

4 Strata, yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri,

dengan jumlah nilai skore yang sudah ditentukan.

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 23


3) Taman Posyandu

Taman Posyandu adalah adalah pengembangan

posyandu purnama atau mandiri yang diberi tambahan

layanan pengembangan anak usia dini (PAUD) dan bina

keluarga balita (BKB). Tujuan umum taman posyandu

adalah terselenggaranya pelayanan pengembangan anak

usia dini secara menyeluruh dan terpadu melalui

pengintregasian layanan (pos PAUD-Posyandu-BKB)

dalam memenuhi kebutuhan esensial anak menuju

terwujudnya anak indonesia yang sehat, cerdas, ceria dan

berakhlaq mulia.

4) Posyandu Lansia

Posyandu lansia merupakan salah satu bentuk

UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan

utuk masyarakat yang bertujuan untuk memberdayakan

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan

kepada lansia yang mengutamakan aspek promotif dan

prefentif.

5) Posbindu PTM

Posbindu PTM adalah singkatan dari Pos Pembinaan

Terpadu Penyakit Tidak Menular. Merupakan wadah peran

serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, pemantauan

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 24


dan tindak lanjut faktor resiko penyakit tidak menular

secara mandiri dan berkesinambungan.

Tujuan Posbindu PTM adalah untuk meningkatkan

peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan

dini faktor resiko PTM. Kegiatan ini dikembangkan sebagai

bentuk kewaspadaan dini, mengingat hamper semua faktor

resiko PTM tidak memberikan gejala pada yang

mengalaminya. Wadah kegiatan Posbindu PTM

diintegrasikan ke kegiatan masyarakat yang sudah aktif

berjalan baik antara lain Sekolah, tempat kerja maupun

lingkungan tempat tinggal dalam wadah Desa/Kelurahan

Siaga Aktif.

6) Poskestren

Poskestren adalah salah satu upaya untuk

mendekatkan pelayanan kesehatan bagi warga pondok

pesantren. Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan

poskestren ini diutamakan dalam kegiatan promotif dan

preventif, tanpa mengabaikan tindakan kuratif dan

rehabilitatif dengan binaan Puskesmas setempat.

Adanya poskestren di pondok pesantren

diharapkan pada santri dan para pengurus serta pengelola

pondok pesantren, tidak hanya mahir dalam aspek

pembangunan moral dan spiritual dengan intelektual yang

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 25


bernuansa agamis, namun dapat pula menjadi motivator

dan inovator dalam pembangunan kesehatan serta menjadi

teladan dalam berperilaku hidup bersih dan sehat bagi

masyarakat sekitarnya.

7) Pos UKK

Pengertian Pos UKK adalah bentuk operasional dari

Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer (PHC) di lingkungan

pekerja. Merupakan wadah dari serangkaian upaya

pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana, teratur

dan berkesinambungan yang diselenggarakan dari, oleh

dan untuk masyarakat pekerja. Pos UKK dibentuk dimana

terdapat kelompok masyarakat pekerja (diutamakan dari

pekerjaan sama). Pemberdayaan Pos UKK melalui 4

langkah, antara lain sosialisasi, MMD I, SMD dan MMD II.

8) Saka Bhakti Husada (SBH)

Saka Bakti Husada (SBH) adalah singkatan dari

Satuan Karya Pramuka Bakti Husada. Merupakan wadah

pengembangan pengetahuan, pembinaan ketrampilan,

penambahan pengalaman dan pemberian kesempatan

untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat dalam

bidang kesehatan serta mengembangkan lapangan

pekerjaan dibidang kewirausahaan. Di dalam Saka Bakti

Husada (SBH) terdapat beberapa Krida. Krida adalah

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 26


satuan terkecil dari Saka, sebagai wadah kegiatan

ketrampilan, pengetahuan dan teknologi tertentu. Masing-

masing krida mempunyai Syarat Kecakapan Khusus (SKK).

Ada enam Krida di dalam SBH, antara lain Krida bina

lingkungan sehat, krida bina keluarga sehat, krida

penanggulangan penyakit, krida bina gizi, krida bina obat

dan krida bina PHBS.

9) Tanaman Obat Keluarga (Toga)

Tanaman Obat Keluarga (Toga) adalah tanaman hasil

budidaya rumahan yang berkhasiat obat. Dari pengertian ini

keberadaan Toga sangat mendukung kesehatan terutama

pada tahap preventif sekaligus kuratif. Idealnya dalam

masyarakat harus ada TOGA percontohan baik di tingkat

Desa maupun Kecamatan sebagai motivator masyarakat

untuk mengembangkan di rumah masing-masing.

Sosialisasi Tanaman Obat Keluarga (Toga) selain

dilakukan oleh Petugas Kesehatan, juga gencar dilakukan

oleh Tim Penggerak PKK, mulai dari Dasa Wisma Sampai

TP. PKK Kabupaten, sekaligus kegiatan Pemanfaatan

Tanah Pekarangan (PTP) dengan tanaman obat keluarga

(TOGA).

Kegiatan Promosi Kesehatan diluar gedung Puskesmas

harus memperhatikan:

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 27


1. Potensi masyarakat dan kemitraan untuk upaya promosi

kesehatan

a. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

Ada beberapa LSM yang bermitra yaitu yayasan Bambu

Nusantara dalam penyuluhan HIV/AIDS dan Spektra dalam

kegiatan Posyandu Balita penyuluhan CTPS dan cara gosok

gigi yang benar.

b. Organisasi Profesi

Organisasi profesi bidang kesehatan di wilayah

Kabupaten Madiun, baik tingkat Kabupaten maupun

Kecamatan bermitra dalam kegiatan promosi kesehatan,

antara lain IDI, PGDI, IBI, PPNI, PPKMI, HAKLI. Kerjasama

organisasi profesi kesehatan dalam kapasitas lintas program di

Puskesmas. Selain itu juga ada organisasi profesi PGRI dan

IGTKI, yang bermitra dalam kegiatan Taman Posyandu.

Bentuk kemitraannya berupa penyuluhan dan pembinaan

masyarakat.

c. Organisasi Kepemudaan

Organisasi Kepemudaan yang bermitra dalam upaya

kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas Gantrung adalah

Karang Taruna yang ada di setiap Desa/Kelurahan dengan

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 28


bentuk kemitraan dalam rangka penyuluhan-penyuluhan

kesehatan dan kegiatan donor darah.

d. Organisasi Wanita

Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di wilayah

Kabupaten Madiun mulai dari Dasa Wisma sampai dengan TP.

PKK Kabupaten, selalu setia bermitra dalam kegiatan promosi

kesehatan di Kabupaten Madiun. Begitu juga dengan Dharma

Wanita Persatuan (DWP) dan Gabungan organisasi Wanita

(GOW). Bentuk kemitraannya adalah pembinaan masyarakat,

penyuluhan dan advokasi.

e. Organisasi Keagamaan

Organisasi keagamaan Muslimat, Fatayat, Asiyah dan

tokoh-tokoh agama di wilayah kerja Puskesmas Gantrung

Kecamatan KebonsariKabupaten Madiun bermitra dalam

kegiatan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan-

penyuluhan, pembinaan-pembinaan dan advokasi.

2. Jalur Promosi

Jalur promosi termasuk didalam metode komunikasi. Pada

prinsipnya, baik pemberdayaan, bina suasana, maupun advokasi

adalah proses komunikasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan

metode yang tepat dalam proses tersebut.Jalur Promosi

merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam

kegiatan promosi kesehatan baik di tingkat Dinas Kesehatan

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 29


maupun Puskesmas. Jalur promosi yang dimaksud antara lain

stasiun radio swasta atau Pemerintah, stasiun televisi swasta

maupun Pemerintah, Media massa cetak (Koran), Pameran, media

tradisional dan mobil unit.

3. Pengadaan atau Penggandaan Media Cetak dan Elektronik

Kegiatanpengadaan/penggandaan media cetak/elektronik

berupa pembuatan/penggandaan leaflet, poster, dan banner, atau

menerima distribusi dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Propinsi/Pusat.

B. METODE

Metode yang dimaksud dalam pelaksanaan kegiatan Promosi

Kesehatan adalah strategi yang dilakukan untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan Promosi Kesehatan di Puskesmas.

Sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi

Kesehatan dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor

1114/Menkes/SK/VII/2005 pedoman pelaksanaan Promosi Kesehatan

di Daerah, strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah :

1. Pemberdayaan

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 30


Pemberdayaan terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang

diselenggarakan Puskesmas harus memperhatikan kondisi dan

situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

2. Bina Suasana

Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan perilaku yang

diperkenalkan apabila lingkungan sosialnya (Keluarga, tokoh

panutan, kelompok pengajian, dll) mendukung.

3. Advokasi

Selama proses advokasi, perlu diperhatikan bahwa sasaran

advokasi hendaknya diarahkan/dipandu untuk menempuh

tahapan-tahapan :

a. Memahami/menyadari persoalan yang diajukan

b. Tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan

c. Mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam

berperan

d. Menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan

e. Menyampaikan langkah tindak lanjut

4. Dijiwai semangat Kemitraan

Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi,

prinsip-prinsip kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan

dikembangkan antara petugas kesehatan Puskesmas dengan

sasarannya (para pasien atau pihak lain) dalam pelaksanaan

pemberdayaan, bina suasana dan advokasi. Disamping itu,

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 31


kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk

meningkatkan efektifitas promosi kesehatan, petugas Puskesmas

harus bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, seperti misalnya

kelompok profesi, pemuka agama, LSM, Media massa dan lain-

lain.

Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan

dan dipraktikkan adalah (1) kesetaraan, (2) keterbukaan, dan (3)

saling menguntungkan. Terdapat tujuh landasan (dikenal dengan

sebitan tujuh saling) yang harus diperhatikan dan dipraktikkan

dalam mengembangkan kemitraan, yaitu : (1) Saling memahami

kedudukan, tugas dan fungsi, (2) Saling mengakui kapasitas dan

kemampuan, (3) Saling berupaya untuk membangun hubungan,

(4) Saling berupaya untuk mendekati (5) Saling terbuka terhadap

kritik/saran, serta mau membantu dan dibantu, (6) Saling

mendukung upaya masing-masing, (7) Saling menghargai upaya

masing-masing.

C. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

1. Penyusunan Perencanaan berdasarkan kebutuhan dan harapan

masyarakat, sertaprogram yang sudah ditentukan Dinas

Kesehatan Kabupaten dan

2. Pelaksanaan Kegiatan

3. Evaluasi Kegiatan

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 32


4. Identifikasi Masalah

5. Analisis Masalah

6. Menentukan Kegiatan Perbaikan Kegiatan Promosi Kesehatan

7. Melaksanakan Program Perbaikan Promosi Kesehatan

8. Pemantauan dan Evaluasi Program Promosi Kesehatan

Pedoman Internal Promosi Kesehatan Puskesmas Jetis 33

Anda mungkin juga menyukai