1, 2022
BENCH BLASTING
Wahyuni Sarah Lisaholet 1, M. Fajri Nur Ihsan2, Ir. Suriyanto Bakri, S.T., M.T.3
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia
Makassar; Jl. Urip Sumoharjo KM 05, telp/fax (+62) 411 455666/ (+62) 411 455695
e-mail: yhunisyarah68@gmail.com
SARI
Pengeboran dan peledakan adalah salah satu kegiatan penambangan yang bertujuan untuk memberai
batuan guna mempermudah dan mempercepat proses pemuatan. Waktu edar pengeboran dapat
dihitung dengan cara menjumlahkan setiap bagian waktu dari setiap tahapan dalam
pemboran lubang ledak. Kegiatan pengeboran merupakan tahapan awal dari dilakukan aktivitas
peledakan. Tujuan dilakukan pengeboran adalah untuk menyediakan lubang ledak yang akan diisi
bahan peledak. Pada praktikum ini kita menghitung burden, space, stemming, subdrilling,
kedalaman lubang ledak, tinggi jenjang, panjang isian, loading density, jumlah lubang ledak, volume
dan power factor menggunakan kalkulator ilmiah, alat tulis menulis dan kertas hvs. Pertama-tama
kita mencari yang diketahui pada soal kemudian mengaplikasikannya ke rumus burden, space,
stemming, subdrilling, kedalaman lubang ledak, tinggi jenjang, panjang isian, loading density,
jumlah lubang ledak, volume dan power factor kemudian kita menggambar metode peledakannya.
Nilai yang di dapatkan perhitungan burden (7,64 m), space (7,64 m), stemming (5,73 m), subdrilling
(1,52 m), kedalaman lubang ledak (11,46 m), tinggi jenjang (9,94 m), panjang isian (5,73 m),
loading density (12.34 kg/m), jumlah lubang ledak (51 lubang ledak), volume (580,19 m3), jumlah
batuan terbongkar (68.056,28 kg) dan power factor (18,85 ton dan 0.05 kg/ton). Pada praktikum ini
kita mempelajari teknik peledakan pada tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Tujuan dari
praktikum bench blasting adalah untuk memahami prinsip peledakan jenjang, memahami macam
pola pengeboran dan peledakan, memahami rangkaian peledakan jenjang.
ABSTRACT
Drilling and blasting is one of the mining activities that aims to scatter rock to simplify and speed
up the loading process. Drilling cycle time can be calculated by adding up each part of the time of
each stage in blast hole drilling. Drilling activity is the initial stage of blasting activity. The purpose
of drilling is to provide a blast hole that will be filled with explosives. In this practicum, we calculate
burden, space, stemming, subdrilling, blast hole depth, ladder height, stuffing length, loading
density, number of blast holes, volume and power factor using scientific calculators, writing
instruments and HVS paper. First we look for what is known in the problem then apply it to the
formula for burden, space, stemming, subdrilling, blast hole depth, ladder height, stuffing length,
loading density, number of blast holes, volume and power factor then we draw the blasting method.
get the calculation of burden (7.64 m), space (7.64 m) , stemming (5.73 m), subdrilling (1.52 m),
blast hole depth (11.46 m), ladder height (9.94 m) , stuffing length (5.73 m), loading density (12.34
kg/m), number of blast holes (51 blast holes), volume (580.19 m3), amount of rock uncovered
(68.056,28 kg) and power factor (18,85 ton and 0.05 kg/ton). In this practicum, we study blasting
techniques in open pit and underground mines. The purpose of the bench blasting practicum is to
understand the principle of level blasting, understand the types of drilling and blasting patterns,
understand the series of level blasting.
Bench Blasting - 4
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022
PENDAHULUAN
Geometri peledakan adalah suatu rancangan jarak, ukuran dimensi dari lubang ledak yang
dibuat pada area pertambangan yang akan di ledakkan. Peledakan jenjang merupakan peledakan
yang memakai lubang bor vertikal atau hampir vertikal. Lubang bor diatur dalam satu deretan atau
beberapa deretan sejajar atau kearah bidang bebas (free face). Kondisi batuan dari satu tempat ke
tempat yang lain akan berbeda walaupun jenisnya sama. Hal ini disebabkan oleh proses genesa
batuan yang akan mempengaruhi karakteristik masa batuan secara fisik maupun mekanik. Perlu
diamati pula kenampakan struktur geologi, misalnya kekar retakan atau rekahan, sisipan (fissure)
dari lempung, dan bidang diskontinyu lainnya. Kondisi geologi semacam itu akan mempengaruhi
kemampu ledakan (blastability). Tentunya pada batuan yang relatif kompak dan tanpa di dominasi
struktur geologi tersebut diatas, jumlah bahan peledak yang diperlukan akan lebih banyak untuk
jumlah produksi tertentu dibanding batuan yang sudah ada rekahannya. Jumlah bahan peledak
tersebut dinamakan specific charge atau powder factor (PF) yaitu jumlah bahan peledak yang
dipakai per m3 atau ton produksi batuan (kg/m3 atau kg/ton). Dengan demikian kuat suatu batuan
pada daerah tertentu memerlukan PF yang tinggi agar kekuatan (strength) bahan peledak melampaui
kekuatan batuan. Kegiatan pengeboran dilakukan untuk menyediakan lubang ledak. Pola
pengeboran yang biasa diterapkan pada tambang terbuka adalah pola pengeboran segi empat adalah
pola pengeboran dengan penempatan lubang-lubang tembak antara baris satu dengan baris
berikutnya sejajar dan membentuk segi empat. Pola pengeboran segi empat yang mana panjang
burden dengan panjang spasi tidak sama besar disebut square rectangular pattern. Sedangkan pola
pemboran selang-seling adalah pola pemboran yang penempatan lubang ledak pada baris yang
berurutan tidak saling sejajar, dan untuk pola pengeboran selang-seling yang mana panjang burden
tidak sama dengan panjang spasi disebut staggered rectangular pattern. Pola peledakan merupakan
urutan waktu peledakan antara lubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya
ataupun antara lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan
berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan (Dedy Miswar,
2013).
TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan utama dilakukan pengeboran adalah untuk menyediakan lubang ledak yang akan diisi
bahan peledak.
Tujuan praktikum yaitu memahami prinsip peledakan jenjang, memahami macam pola
pengeboran dan peledakan, memahami rangkaian peledakan jenjang.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pola Pengeboran
Pola pengeboran yang biasa diterapkan pada tambang terbuka biasanya menggunakan dua
macam pola pengeboran yaitu:
a. Pola pengeboran segi empat (square pattern)
Pola pengeboran segi empat adalah pola pengeboran dengan penempatan lubang- lubang
tembak antara baris satu dengan baris berikutnya sejajar dan membentuk segi empat. Pola
pengeboran segi empat yang mana panjang burden dengan panjang spasi tidak sama besar
disebut square rectangular pattern.
b. Pola pengeboran selang-seling (staggered)
Pola pengeboran selang-seling adalah pola pengeboran yang penempatan lubang ledak
pada baris yang berurutan tidak saling sejajar, dan untuk pola pengeboran selang-seling yang
mana panjang burden tidak sama dengan panjang spasi disebut staggered rectangular pattern.
Dalam penerapannya, pola pengeboran sejajar adalah pola yang umum, karena lebih mudah
dalam pengerjaannya tetapi kurang bagus untuk meningkatkan mutu fragmentasi yang
diinginkan, maka penggunaan pola pengeboran selang-seling lebih efektif.
Bench Blasting - 5
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022
Bench Blasting - 6
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022
Bench Blasting - 7
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022
akan menghasilkan gelombang tarik yang sangat lemah dibawah kuat tarik batuan, sehingga batuan
dalam area burden tidak hancur. Besarnya burden tergantung karakteristik batuan.
b. Spacing merupakan jarak diantara lubang ledak dalam suatu baris yang sejajar dengan bidang
bebas (free face). Jika spacing terlalu besar akan menghasilkan fragmen yang tidak baik dan dinding
akhir yang ditinggalkan cenderung tidak rata, sebaliknya bila spacing terlalu kecil dari jarak burden
maka akan mengakibatkan tekanan sekitar stemming yang lebih dan mengbatkan gas hasil ledakan
dihamburkan ke atas atmosfer diikuti dengan suara bising (noise). Menentukan jarak spasi menurut
konya, didasarkan pada jenis detonator listrik yang digunakan dan beberapa besar nilai perbandingan
antara tinggi jenjang dan jarak burden. Bila perbandingan antara L/B lebih kecil dari 4 maka
digolongkan jenjang rendah dan bila lebih besar dari 4 digolongkan jenjang tinggi.
c. Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak diatas kolom isian bahan peledak.
Stemming yang terlalu pendek yang dapat mengakibatkan batu terbang (fly rock) dan suara ledakan
yang keras, sedangkan stemming yang terlalu panjang akan mengakibatkan retakan ke belakang
jenjang dan bongkah disekitar dinding jenjang. Secara tektonik jenjang stemming sama dengan
jenjang burden, agar tekanan ke arah bidang bebas atas dan samping seimbang.
d. Subdrilling merupakan lubang ledak yang berada dibawah garis lantai jenjang, yang berfungsi
untuk membuat lantai jenjang relatif rata setelah peledakan.
e. Waktu tunda, pemakaian detonator tunda dimaksudkan untuk mendapatkan perbedaan waktu
peledakan antara dua lubang ledak sehingga diperoleh secara beruntun. Pengaturan waktu ini dapat
diterapkan pada peledakan beruntun antar baris bahan ledak.
f. Jumlah bahan peledak yang digunakan dalam setiap lubang ledak ditentukan berdasarkan
loading density.
3. Konsep Peledakan
Kegiatan peledakan pada massa batuan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a. Membongkar atau melepaskan batuan (bahan galian) dari batuan induknya.
b. Memecah dan memindahkan batuan.
c. Membuat rekahan.
Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat pembongkar batuan dalam industri
pertambangan. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan sebagai barang yang berguna, disamping juga
merupakan barang yang berbahaya. Untuk itu dalam pelaksanaan pekerjaan peledakan harus hati-
hati sesuai dengan peraturan dan teknik-teknik yang diterapkan, sehingga pemanfaatannya lebih
efisien dan aman. Teknik peledakan yang dipakai tergantung dari tujuan peledakan dan pekerjaan
atau proses lanjutan setelah peledakan. Untuk mencapai pekerjaan peledakan yang optimum sesuai
dengan rencana, perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Karakteristik batuan yang diledakkan
b. Karakteristik bahan peledak yang digunakan
c. Teknik atau metode peledakan yang diterapkan
Suatu proses peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat lubang tembak yang diisi
dengan sejumlah bahan peledak dengan dua penerapan metode peledakan, geometri peledakan dan
jumlah bahan peledak yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
4. Persiapan Peledakan
Persiapan peledakan adalah semua kegiatan, baik teknis maupun tindakan pengamanan yang
ditujukan untuk dapat melaksanakan peledakan dengan aman dan berhasil. Persiapan peledakan
dapat dibagi atas beberapa bagian atau tahapan kerja diantaranya:
a. Pengamanan lapangan kerja selama pelaksanaan persiapan peledakan ini dimaksudkan untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan atau terjadinya kerusakan pada alat-alat tambang maupun
keamanan pekerja tambang.
b. Persiapan alat bantu peledakan, antara lain detonator, kabel pembantu, kabel utama, blasting
ohm meter dan blasting machine.
c. Pembuatan primer yang berfungsi untuk menghentakkan (shock) isian utama atau blasting
agent, sedangkan primer itu sendiri dihentakkan dengan detonator.
d. Pengisian lubang ledak; syarat pengisian lubang ledak adalah:
1. Periksa lebih dahulu keadaan lubang. Pemerikasaan ini dapat dilakukan dengan pantulan
sinar dari sepotong cermin atau tongkat kayu yang cukup panjang.
Bench Blasting - 8
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022
2. Waktu pengisian ke dalam lubang ledak harus hati-hati sehingga detonator atau leg wire
tidak terluka.
3. Hindari pemakaian leg wire yang terlalu pendek, namun kalau terpaksa sambungan-
sambungan harus diisolasi dengan baik.
4. Jangan memadatkan primer (tapping).
5. Diameter primer harus lebih kecil dari diameter lubang ledak. Bila waktu memasukkan
primer agak susah turunnya ke dalam lubang maka dapat dibantu atau didorong dengan
tongkat kayu secara perlahan-lahan.
6. Setelah primer telah sampai benar-benar didasar lubang maka bahan peledak dapat
dimasukkan. Bila memakai bahan peledak ANFO maka dilarang memadatkannya
7. Sehingga berat jenisnya bertambah. Pengisian bahan peledak, paling banyak dua per tiga
dari tinggi lubang ledak.
e. Stemming, syarat pengisian stemming adalah sebagai berikut:
1. Bahan stemming adalah tanah liat atau cutting pemboran.
2. Stemming harus dibuat cukup padat, untuk itu perlu dipadatkan (ditapping) dengan tongkat
kayu.
3. Stemming diusahakan bisa memperkecil suara peledakan.
f. Sistem rangkaian, dalam melakukan penyambungan detonator listrik ada empat cara atau
sistem rangkaian, antara lain:
1. Hubungan seri
Rangkaian yang disusun secara seri, arus dari sumber tenaga hanya melalui satu jalan.
Jumlah arus yang melalui setiap detonator adalah sama. Rangkaian seri sangat cocok untuk 4
meledakkan jumlah detonator yang tidak banyak, maksimum 50 buah atau tahanannya 100
ohm. Arus minimum untuk peledakan dalam rangkaian seri adalah 1,5 Ampere untuk DC dan
2,0 Ampere untuk AC.
2. Hubungan paralel
Dalam rangkaian paralel setiap cabang hanya berisi satu detonator; tahanan detonator
dalam rangkaian paralel adalah kecil dan yang terbesar adalah tahanan firing line. Salah satu
jalan untuk menambah total arus yang mengalir dalam setiap detonator adalah mengurangi
tahanan firing line. Caranya adalah dalam peledakan tersebut dipakai firing line dengan kawat
yang ukurannya lebih besar. Arus yang mengalir dalam rangkaian dibatasi 10 Ampere, apabila
terlalu besar akan terjadi arcing. Sedangkan arus minimum yang mengalir untuk setiap
detonator adalah 0,5 Ampere.
3. Rangkaian seri paralel
Pada rangkaian seri paralel, masing-masing seri dihubungkan satu dengan yang lainnya
dalam paralel. Rangkaian ini biasanya dipakai apabila jumlah detonator dalam peledakan lebih
dari 50 buah. Setiap seri dibatasi tidak lebih dari 40 detonator atau tahanan maksimumnya 100
ohm. Dalam rangkaian paralel-seri jumlah arus yang mengalir dalam firing line dibagi dalam
masing-masing seri yang diperhatikan bahwa tahanan di setiap seri adalah sama atau tahanan
satu seri mendekati serta sama dengan tahanan seri yang lainnya. Hal ini disebut series
balancing dan akan menjamin bahwa 5 total arus yang mengalir dalam firing line terbagi sama
pada setiap seri.
4. Hubungan seri pararel
Rangkaian seri pararel merupakan kebalikan dari rangkaian seri paralel dimana setiap
rangkaian paralel digabungkan dalam hubungan seri dengan sambungan paralel lainnya.
g. Penyambungan rangkaian
Dengan menggunakan detonator listrik maka harus diperhatikan hal-hal berikut:
1. Sambungan leg wire dengan kabel pembantu harus baik dan kuat.
2. Penyambungan rangkaian antara semua lubang ledak harus dilaksanakan secepatnya dan
ujung rangkaian diikat satu sama lain, sebelum dihubungkan dengan kabel utama.
3. Rangkaian harus dibuat rapi dan efektif, hindari kabel agar tidak kusut dan terlipat.
4. Sebelum rangkaian antara lubang ledak disambung dengan kabel utama, maka tahanan
listrik dan kesinambungan arus dari rangkaian harus di tes dengan blasting ohm meter.
Tahanan listrik rangkaian harus sesuai dengan perhitungan teoritis, namun dengan toleransi
10% dapat dianggap baik.
h. Setelah semuanya aman maka selanjutnya siap diledakkan dengan blasting machine.
Bench Blasting - 9
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022
Bench Blasting - 10
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022
k. Kofigurasi pola lubang peledakan, hal ini tergantung pada diameter lubang ledak, sifat-sifat
batuan, sifat-sifat bahan peledak, tinggi jenjang dan hasil yang diinginkan. Pada umumnya ada tiga
jenis pola peledakan yang sering diterapkan, yaitu pola persegi panjang (rectangular), pola bujur
sangkar (square), dan pola selang-seling (staggered).
Bench Blasting - 11
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022
dimaksudkan agar dalam peledakan terdapat bidang-bidang bebas. Pengaturan nomor delay
detonator ini dapat dibuat berdasarkan profil tumpukan material hasil peledakan yang di inginkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini
METODOLOGI
Pada praktikum ini kita menghitung burden, space, stemming, subdrilling, kedalaman lubang
ledak, tinggi jenjang, panjang isian, loading density, jumlah lubang ledak, volume dan power factor
menggunakan kalkulator ilmiah, alat tulis menulis dan kertas hvs.
Pertama-tama kita mencari yang diketahui pada soal kemudian mengaplikasikannya ke rumus
burden, space, stemming, subdrilling, kedalaman lubang ledak, tinggi jenjang, panjang isian,
loading density, jumlah lubang ledak, volume dan power factor kemudian kita menggambar metode
peledakannya.
Jawab
Diketahui:
KB standar : 30
GS bahan ledak :1.20 gr/cc
GS standar : 1.20 gr/cc
Density batuan : 2.3 ton/m3
Density batuan standar : 2.58 ton/m3
Detonasi bahan peledak (ve) : 5300 m/s
Density bahan peledak standar : 3600 m/s
Bench Blasting - 12
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022
Penyelesaian
1. Burden
B = Kb x De
39,3
KB = Kb x ∆𝐹1 x ∆𝐹2
= 30 x 1.03 x 2.16
= 66,74 m
∆𝐹1 = ( Density batuan standar) 1/3
(Density batuan)
= 2,58 1/3 = 1.03 m
2,3
B = Kb x De
39,3
= 66,74 x 4.5 = 7,64 m
39.3
• Spacing (S)
S = KS x B
= 1 X 7,64 = 7,64 m
• Stemming (T)
T = KT x B
= 0,76 x 7,64
= 5,73 m
• Subdrilling (J)
J = KJ x B
= 0.2 x 7,64
= 1,52 m
• Tinggi jenjang
L =H-J
= 11,46 – 1,52
= 9,94 m
Bench Blasting - 13
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022
• Panjang isian
PC = H –T
= 11,46 – 5,73 = 5,7 m
• Loading density
De = 0.508 x 20.25 x 1.2
= 12.34 kg/m
• Volume
V =BxSxL
= 7,64 x 7,64 x 9,94 = 580,19 m3
• Power factor
Pf = W E = PC x loading density x N
E = 5,73 x 12.34 x 51 = 3.606,11 kg
= 68,000
3606,11
= 18,85 ton
Pf = E
W
= 3606,11
,000
= 0.05 kg/ton
Pembahasan
Nilai yang di dapatkan perhitungan burden (7,64 m), space (7,64 m), stemming (5,73 m),
subdrilling (1.52 m), kedalaman lubang ledak (11,46 m), tinggi jenjang (9,94 m), panjang isian (5,73
m), loading density (12.34 kg/m), jumlah lubang ledak (51 lubang ledak), volume (580,19 m3),
jumlah batuan terbongkar (68.056,28 kg) dan power factor (18,85 ton dan 0.05 kg/ton).
Bench Blasting - 14
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022
Bench Blasting - 15
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022
KESIMPULAN
Pengeboran dan peledakan adalah salah satu kegiatan penambangan yang bertujuan untuk
memberai batuan guna mempermudah dan mempercepat proses pemuatan. Waktu edar pengeboran
dapat dihitung dengan cara menjumlahkan setiap bagian waktu dari setiap tahapan dalam pemboran
lubang ledak. Kegiatan pengeboran merupakan tahapan awal sebelum lakukan aktivitas peledakan.
Tujuan dilakukan pengeboran adalah untuk menyediakan lubang ledak yang akan diisi
bahan peledak. Kegiatan peledakan pada kegiatan penambangan tujuannya adalah untuk
melepaskan batuan dari batuan induknya agar menjadi fragmen-fragmen yang berukuran lebih kecil
sehingga memudahkan dalam pendorongan, pemuatan, pengangkutan dan konsumsi material pada
crusher yang terpasang. Pada praktikum ini kita mempelajari teknik peledakan pada tambang
terbuka dan tambang bawah tanah. Tujuan dari praktikum bench blasting adalah untuk memahami
prinsip peledakan jenjang, memahami macam pola pengeboran dan peledakan, memahami
rangkaian peledakan jenjang.
SARAN
Semoga kedepannya praktikum dapat dilakukan dengan baik dan maksimal sesuai dengan jumlah
mata acara yang sebenarnya dan dapat menambahkan lampu, AC, meja dan kursi pada ruangan
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Bench Blasting - 16