Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma.

1, 2022

BENCH BLASTING

Wahyuni Sarah Lisaholet 1, M. Fajri Nur Ihsan2, Ir. Suriyanto Bakri, S.T., M.T.3
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia
Makassar; Jl. Urip Sumoharjo KM 05, telp/fax (+62) 411 455666/ (+62) 411 455695
e-mail: yhunisyarah68@gmail.com

SARI

Pengeboran dan peledakan adalah salah satu kegiatan penambangan yang bertujuan untuk memberai
batuan guna mempermudah dan mempercepat proses pemuatan. Waktu edar pengeboran dapat
dihitung dengan cara menjumlahkan setiap bagian waktu dari setiap tahapan dalam
pemboran lubang ledak. Kegiatan pengeboran merupakan tahapan awal dari dilakukan aktivitas
peledakan. Tujuan dilakukan pengeboran adalah untuk menyediakan lubang ledak yang akan diisi
bahan peledak. Pada praktikum ini kita menghitung burden, space, stemming, subdrilling,
kedalaman lubang ledak, tinggi jenjang, panjang isian, loading density, jumlah lubang ledak, volume
dan power factor menggunakan kalkulator ilmiah, alat tulis menulis dan kertas hvs. Pertama-tama
kita mencari yang diketahui pada soal kemudian mengaplikasikannya ke rumus burden, space,
stemming, subdrilling, kedalaman lubang ledak, tinggi jenjang, panjang isian, loading density,
jumlah lubang ledak, volume dan power factor kemudian kita menggambar metode peledakannya.
Nilai yang di dapatkan perhitungan burden (7,64 m), space (7,64 m), stemming (5,73 m), subdrilling
(1,52 m), kedalaman lubang ledak (11,46 m), tinggi jenjang (9,94 m), panjang isian (5,73 m),
loading density (12.34 kg/m), jumlah lubang ledak (51 lubang ledak), volume (580,19 m3), jumlah
batuan terbongkar (68.056,28 kg) dan power factor (18,85 ton dan 0.05 kg/ton). Pada praktikum ini
kita mempelajari teknik peledakan pada tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Tujuan dari
praktikum bench blasting adalah untuk memahami prinsip peledakan jenjang, memahami macam
pola pengeboran dan peledakan, memahami rangkaian peledakan jenjang.

Kata kunci: Bench blasting, burden, spasi, pengeboran, peledakan.

ABSTRACT

Drilling and blasting is one of the mining activities that aims to scatter rock to simplify and speed
up the loading process. Drilling cycle time can be calculated by adding up each part of the time of
each stage in blast hole drilling. Drilling activity is the initial stage of blasting activity. The purpose
of drilling is to provide a blast hole that will be filled with explosives. In this practicum, we calculate
burden, space, stemming, subdrilling, blast hole depth, ladder height, stuffing length, loading
density, number of blast holes, volume and power factor using scientific calculators, writing
instruments and HVS paper. First we look for what is known in the problem then apply it to the
formula for burden, space, stemming, subdrilling, blast hole depth, ladder height, stuffing length,
loading density, number of blast holes, volume and power factor then we draw the blasting method.
get the calculation of burden (7.64 m), space (7.64 m) , stemming (5.73 m), subdrilling (1.52 m),
blast hole depth (11.46 m), ladder height (9.94 m) , stuffing length (5.73 m), loading density (12.34
kg/m), number of blast holes (51 blast holes), volume (580.19 m3), amount of rock uncovered
(68.056,28 kg) and power factor (18,85 ton and 0.05 kg/ton). In this practicum, we study blasting
techniques in open pit and underground mines. The purpose of the bench blasting practicum is to
understand the principle of level blasting, understand the types of drilling and blasting patterns,
understand the series of level blasting.

Keywords: Bench blasting, burden, space, drilling, blasting

Bench Blasting - 4
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022

PENDAHULUAN
Geometri peledakan adalah suatu rancangan jarak, ukuran dimensi dari lubang ledak yang
dibuat pada area pertambangan yang akan di ledakkan. Peledakan jenjang merupakan peledakan
yang memakai lubang bor vertikal atau hampir vertikal. Lubang bor diatur dalam satu deretan atau
beberapa deretan sejajar atau kearah bidang bebas (free face). Kondisi batuan dari satu tempat ke
tempat yang lain akan berbeda walaupun jenisnya sama. Hal ini disebabkan oleh proses genesa
batuan yang akan mempengaruhi karakteristik masa batuan secara fisik maupun mekanik. Perlu
diamati pula kenampakan struktur geologi, misalnya kekar retakan atau rekahan, sisipan (fissure)
dari lempung, dan bidang diskontinyu lainnya. Kondisi geologi semacam itu akan mempengaruhi
kemampu ledakan (blastability). Tentunya pada batuan yang relatif kompak dan tanpa di dominasi
struktur geologi tersebut diatas, jumlah bahan peledak yang diperlukan akan lebih banyak untuk
jumlah produksi tertentu dibanding batuan yang sudah ada rekahannya. Jumlah bahan peledak
tersebut dinamakan specific charge atau powder factor (PF) yaitu jumlah bahan peledak yang
dipakai per m3 atau ton produksi batuan (kg/m3 atau kg/ton). Dengan demikian kuat suatu batuan
pada daerah tertentu memerlukan PF yang tinggi agar kekuatan (strength) bahan peledak melampaui
kekuatan batuan. Kegiatan pengeboran dilakukan untuk menyediakan lubang ledak. Pola
pengeboran yang biasa diterapkan pada tambang terbuka adalah pola pengeboran segi empat adalah
pola pengeboran dengan penempatan lubang-lubang tembak antara baris satu dengan baris
berikutnya sejajar dan membentuk segi empat. Pola pengeboran segi empat yang mana panjang
burden dengan panjang spasi tidak sama besar disebut square rectangular pattern. Sedangkan pola
pemboran selang-seling adalah pola pemboran yang penempatan lubang ledak pada baris yang
berurutan tidak saling sejajar, dan untuk pola pengeboran selang-seling yang mana panjang burden
tidak sama dengan panjang spasi disebut staggered rectangular pattern. Pola peledakan merupakan
urutan waktu peledakan antara lubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya
ataupun antara lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan
berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan (Dedy Miswar,
2013).

TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan utama dilakukan pengeboran adalah untuk menyediakan lubang ledak yang akan diisi
bahan peledak.
Tujuan praktikum yaitu memahami prinsip peledakan jenjang, memahami macam pola
pengeboran dan peledakan, memahami rangkaian peledakan jenjang.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pola Pengeboran
Pola pengeboran yang biasa diterapkan pada tambang terbuka biasanya menggunakan dua
macam pola pengeboran yaitu:
a. Pola pengeboran segi empat (square pattern)
Pola pengeboran segi empat adalah pola pengeboran dengan penempatan lubang- lubang
tembak antara baris satu dengan baris berikutnya sejajar dan membentuk segi empat. Pola
pengeboran segi empat yang mana panjang burden dengan panjang spasi tidak sama besar
disebut square rectangular pattern.
b. Pola pengeboran selang-seling (staggered)
Pola pengeboran selang-seling adalah pola pengeboran yang penempatan lubang ledak
pada baris yang berurutan tidak saling sejajar, dan untuk pola pengeboran selang-seling yang
mana panjang burden tidak sama dengan panjang spasi disebut staggered rectangular pattern.
Dalam penerapannya, pola pengeboran sejajar adalah pola yang umum, karena lebih mudah
dalam pengerjaannya tetapi kurang bagus untuk meningkatkan mutu fragmentasi yang
diinginkan, maka penggunaan pola pengeboran selang-seling lebih efektif.

Bench Blasting - 5
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022

Gambar 1. Pola lubang bor


2. Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang – lubang bor dalam satu
baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara lubang bor yang satu dengan lubang
bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah
runtuhan material yang diharapkan. Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan membentuk
kotak.
b. Corner cut (echelon cut), yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu
sudut dari bidang bebasnya.
c. “V” cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk huruf
V.
Berdasarkan urutan waktu peledakan, maka pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan secara serentak
untuk semua lubang tembak.
b. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan dengan waktu tunda
antara baris yang satu dengan baris lainnya.

Gambar 2. Pola peledakan angle cut

Bench Blasting - 6
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022

Gambar 3. Pola peledakan V-cut

Gambar 4. Pola peledakan echelon

Gambar 5. Pola peledakan box cut


Geometri peledakan menurut Konya (1990) adalah sebagai berikut:
a. Burden merupakan jarak tegak lurus terpendek antara muatan bahan peledak dengan bidang
bebas yang terdekat atau kearah dimana batuan akan terlempar. Jarak burden yang terlalu kecil akan
menghasilkan bongkaran yang terlalu hancur dan tergeser jauh dari dinding jenjang dan
kemungkinan terjadinya batuan terbang yang sangat besar. Sedangkan jika jarak burden terlalu besar

Bench Blasting - 7
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022

akan menghasilkan gelombang tarik yang sangat lemah dibawah kuat tarik batuan, sehingga batuan
dalam area burden tidak hancur. Besarnya burden tergantung karakteristik batuan.
b. Spacing merupakan jarak diantara lubang ledak dalam suatu baris yang sejajar dengan bidang
bebas (free face). Jika spacing terlalu besar akan menghasilkan fragmen yang tidak baik dan dinding
akhir yang ditinggalkan cenderung tidak rata, sebaliknya bila spacing terlalu kecil dari jarak burden
maka akan mengakibatkan tekanan sekitar stemming yang lebih dan mengbatkan gas hasil ledakan
dihamburkan ke atas atmosfer diikuti dengan suara bising (noise). Menentukan jarak spasi menurut
konya, didasarkan pada jenis detonator listrik yang digunakan dan beberapa besar nilai perbandingan
antara tinggi jenjang dan jarak burden. Bila perbandingan antara L/B lebih kecil dari 4 maka
digolongkan jenjang rendah dan bila lebih besar dari 4 digolongkan jenjang tinggi.
c. Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak diatas kolom isian bahan peledak.
Stemming yang terlalu pendek yang dapat mengakibatkan batu terbang (fly rock) dan suara ledakan
yang keras, sedangkan stemming yang terlalu panjang akan mengakibatkan retakan ke belakang
jenjang dan bongkah disekitar dinding jenjang. Secara tektonik jenjang stemming sama dengan
jenjang burden, agar tekanan ke arah bidang bebas atas dan samping seimbang.
d. Subdrilling merupakan lubang ledak yang berada dibawah garis lantai jenjang, yang berfungsi
untuk membuat lantai jenjang relatif rata setelah peledakan.
e. Waktu tunda, pemakaian detonator tunda dimaksudkan untuk mendapatkan perbedaan waktu
peledakan antara dua lubang ledak sehingga diperoleh secara beruntun. Pengaturan waktu ini dapat
diterapkan pada peledakan beruntun antar baris bahan ledak.
f. Jumlah bahan peledak yang digunakan dalam setiap lubang ledak ditentukan berdasarkan
loading density.

3. Konsep Peledakan
Kegiatan peledakan pada massa batuan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a. Membongkar atau melepaskan batuan (bahan galian) dari batuan induknya.
b. Memecah dan memindahkan batuan.
c. Membuat rekahan.
Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat pembongkar batuan dalam industri
pertambangan. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan sebagai barang yang berguna, disamping juga
merupakan barang yang berbahaya. Untuk itu dalam pelaksanaan pekerjaan peledakan harus hati-
hati sesuai dengan peraturan dan teknik-teknik yang diterapkan, sehingga pemanfaatannya lebih
efisien dan aman. Teknik peledakan yang dipakai tergantung dari tujuan peledakan dan pekerjaan
atau proses lanjutan setelah peledakan. Untuk mencapai pekerjaan peledakan yang optimum sesuai
dengan rencana, perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Karakteristik batuan yang diledakkan
b. Karakteristik bahan peledak yang digunakan
c. Teknik atau metode peledakan yang diterapkan
Suatu proses peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat lubang tembak yang diisi
dengan sejumlah bahan peledak dengan dua penerapan metode peledakan, geometri peledakan dan
jumlah bahan peledak yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

4. Persiapan Peledakan
Persiapan peledakan adalah semua kegiatan, baik teknis maupun tindakan pengamanan yang
ditujukan untuk dapat melaksanakan peledakan dengan aman dan berhasil. Persiapan peledakan
dapat dibagi atas beberapa bagian atau tahapan kerja diantaranya:
a. Pengamanan lapangan kerja selama pelaksanaan persiapan peledakan ini dimaksudkan untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan atau terjadinya kerusakan pada alat-alat tambang maupun
keamanan pekerja tambang.
b. Persiapan alat bantu peledakan, antara lain detonator, kabel pembantu, kabel utama, blasting
ohm meter dan blasting machine.
c. Pembuatan primer yang berfungsi untuk menghentakkan (shock) isian utama atau blasting
agent, sedangkan primer itu sendiri dihentakkan dengan detonator.
d. Pengisian lubang ledak; syarat pengisian lubang ledak adalah:
1. Periksa lebih dahulu keadaan lubang. Pemerikasaan ini dapat dilakukan dengan pantulan
sinar dari sepotong cermin atau tongkat kayu yang cukup panjang.

Bench Blasting - 8
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022

2. Waktu pengisian ke dalam lubang ledak harus hati-hati sehingga detonator atau leg wire
tidak terluka.
3. Hindari pemakaian leg wire yang terlalu pendek, namun kalau terpaksa sambungan-
sambungan harus diisolasi dengan baik.
4. Jangan memadatkan primer (tapping).
5. Diameter primer harus lebih kecil dari diameter lubang ledak. Bila waktu memasukkan
primer agak susah turunnya ke dalam lubang maka dapat dibantu atau didorong dengan
tongkat kayu secara perlahan-lahan.
6. Setelah primer telah sampai benar-benar didasar lubang maka bahan peledak dapat
dimasukkan. Bila memakai bahan peledak ANFO maka dilarang memadatkannya
7. Sehingga berat jenisnya bertambah. Pengisian bahan peledak, paling banyak dua per tiga
dari tinggi lubang ledak.
e. Stemming, syarat pengisian stemming adalah sebagai berikut:
1. Bahan stemming adalah tanah liat atau cutting pemboran.
2. Stemming harus dibuat cukup padat, untuk itu perlu dipadatkan (ditapping) dengan tongkat
kayu.
3. Stemming diusahakan bisa memperkecil suara peledakan.
f. Sistem rangkaian, dalam melakukan penyambungan detonator listrik ada empat cara atau
sistem rangkaian, antara lain:
1. Hubungan seri
Rangkaian yang disusun secara seri, arus dari sumber tenaga hanya melalui satu jalan.
Jumlah arus yang melalui setiap detonator adalah sama. Rangkaian seri sangat cocok untuk 4
meledakkan jumlah detonator yang tidak banyak, maksimum 50 buah atau tahanannya 100
ohm. Arus minimum untuk peledakan dalam rangkaian seri adalah 1,5 Ampere untuk DC dan
2,0 Ampere untuk AC.
2. Hubungan paralel
Dalam rangkaian paralel setiap cabang hanya berisi satu detonator; tahanan detonator
dalam rangkaian paralel adalah kecil dan yang terbesar adalah tahanan firing line. Salah satu
jalan untuk menambah total arus yang mengalir dalam setiap detonator adalah mengurangi
tahanan firing line. Caranya adalah dalam peledakan tersebut dipakai firing line dengan kawat
yang ukurannya lebih besar. Arus yang mengalir dalam rangkaian dibatasi 10 Ampere, apabila
terlalu besar akan terjadi arcing. Sedangkan arus minimum yang mengalir untuk setiap
detonator adalah 0,5 Ampere.
3. Rangkaian seri paralel
Pada rangkaian seri paralel, masing-masing seri dihubungkan satu dengan yang lainnya
dalam paralel. Rangkaian ini biasanya dipakai apabila jumlah detonator dalam peledakan lebih
dari 50 buah. Setiap seri dibatasi tidak lebih dari 40 detonator atau tahanan maksimumnya 100
ohm. Dalam rangkaian paralel-seri jumlah arus yang mengalir dalam firing line dibagi dalam
masing-masing seri yang diperhatikan bahwa tahanan di setiap seri adalah sama atau tahanan
satu seri mendekati serta sama dengan tahanan seri yang lainnya. Hal ini disebut series
balancing dan akan menjamin bahwa 5 total arus yang mengalir dalam firing line terbagi sama
pada setiap seri.
4. Hubungan seri pararel
Rangkaian seri pararel merupakan kebalikan dari rangkaian seri paralel dimana setiap
rangkaian paralel digabungkan dalam hubungan seri dengan sambungan paralel lainnya.
g. Penyambungan rangkaian
Dengan menggunakan detonator listrik maka harus diperhatikan hal-hal berikut:
1. Sambungan leg wire dengan kabel pembantu harus baik dan kuat.
2. Penyambungan rangkaian antara semua lubang ledak harus dilaksanakan secepatnya dan
ujung rangkaian diikat satu sama lain, sebelum dihubungkan dengan kabel utama.
3. Rangkaian harus dibuat rapi dan efektif, hindari kabel agar tidak kusut dan terlipat.
4. Sebelum rangkaian antara lubang ledak disambung dengan kabel utama, maka tahanan
listrik dan kesinambungan arus dari rangkaian harus di tes dengan blasting ohm meter.
Tahanan listrik rangkaian harus sesuai dengan perhitungan teoritis, namun dengan toleransi
10% dapat dianggap baik.
h. Setelah semuanya aman maka selanjutnya siap diledakkan dengan blasting machine.

Bench Blasting - 9
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022

5. Parameter Rancangan Peledakan


Parameter rancangan peledakan merupakan hal yang sangat penting dalam perencanaan dan
pelaksanaan peledakan lapisan penutup, adapun parameter yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Ketinggian teras (bench height)
Ketinggian teras biasanya ditentukan oleh parameter dilapangan misalnya jangkauan oleh
peralatan bor dan alat gali-muat yang tersedia. Tinggi jenjang disesuaikan dengan kemampuan alat
bor dan diameter lubang, dimana jenjang yang rendah dipakai diameter lubang kecil sedangkan
diameter lubang bor besar utnuk jenjang yang tinggi. Penerapan tinggi jenjang dilapangan bervariasi,
tergantung dari posisi endapan bahan galian.
b. Diameter lubang ledak (hole diameter) untuk mencapai tingkat penyebaran energi yang baik
digunakan diameter lubang peledakan (mm) yang sebanding dengan ketinggian teras (m) dikalikan
8, atau didasarkan pada ketersediaan alat bor yang dipakai. Secara umum diameter lubang akan
sedikit lebih besar dari pada diameter mata bor yang mengakibatkan kepadatan pengisian lebih
tinggi.
c. Burden adalah jarak dari lubang peledakan ke bidang bebas yang terdekat. Penentuan burden
tergantung pada densitas batuan, densitas bahan peledak (bahan peledak yang digunakan), diameter
bahan peledak atau diameter lubang peledakan, dan fragmentasi yang 7 dibutuhkan. Peledakan
dengan jumlah row (baris) yang banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola peledakan
yang digunakan. Bila peledakan digunakan delay detonator dari tiap-tiap baris delay yang
berdekatan akan menghasilkan free face yang baru.
d. Spacing, adalah jarak diantara lubang tembak dalam baris (row) yang sama, tegak lurus terhadap
burden, baik untuk nomor delay yang sama maupun beda waktu delay. Distribusi energi optimum
diperoleh apabila jarak lubang sebanding dengan dimensi burden dikalikan 1,15 dan polanya
disusun dengan konfigurasi yang berselang-seling. Jika spacing lebih kecil dari pada burden,
cenderung mengakibatkan stemming injection yang lebih dini.
e. Stemming adalah penempatan material isian (cutting pemboran) diatas bahan peledak pada
lubang peledakan untuk menahan energi, mencegah terjadinya gelombang tekanan udara (air blast)
dan batuan melayang (flying rock) yang disebabkan tekanan gas-gas hasil ledakan. Ukuran stemming
secara umum dapat ditentukan dengan cara dimensi burden dikalikan dengan 0,7. Di lapangan,
biasanya material stemming yang digunakan adalah cutting pemboran, yang menjadi masalah adalah
pada saat musim hujan; untuk mengisi lubang ledak dengan material stemming, susah karena basah.
Lubang ledak yang basah membutuhkan material stemming yang lebih banyak untuk
pengungkungan energi bahan 8 peledak daripada lubang ledak yang kering, karenanya perlu
ditentukan pengungkungan relatif (relative confinement = RC) dari suatu bahan peledak sehingga
energi dapat tertahan dengan baik. Faktor pengungkungan relatif bersifat sangat spesifik terhadap
lokasi, tergantung pada kondisi geologi disekitar lubang peledakan. Secara umum pengungkungan
relatif harus lebih besar dari 1,4 untuk mencegah hilangnya energi yang terkungkung secara
berlebihan.
f. Subdrilling, merupakan jarak pemboran lubang peledakan yang berada di bawah dasar teras
(jenjang). Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan (toe) pada lantai, karena dibagian
ini merupakan tempat yang paling sukar diledakkan. Dengan demikian gelombang ledak yang
ditimbulkan pada lantai dasar jenjang akan bekerja secara maksimum. Peledakan dengan subdrilling
memberikan tegangan tarik yang cukup besar pada dasar jenjang, selain itu juga mengurangi
keterikatan dengan bagian lainnya yang menyebabkan bagian dasar mudah hancur dan tidak terjadi
tonjolan (toe). Secara umum panjang subdrilling dapat ditentukan paling tidak 0,3 - 0,5 kali panjang
burden.
g. Kedalaman lubang ledak, merupakan dimensi tinggi teras ditambahkan dengan dimensi
panjang subdrilling.
h. Volume hasil ledakan, merupakan dimensi burden (B) dikalikan dengan jarak lubang dalam
satu row yang sama (S) serta dikalikan dengan 9 ketinggian teras (H). Satuan volume hasil ledakan
dinyatakan dalam bank cubic metric (BCM), untuk mendapatkan volume dalam satuan Ton,
dikalikan dengan densitas batuan.
i. Kepadatan pengisian jumlah bahan peledak setiap satuan panjang, sama dengan 0,000785
dikalikan dengan densitas bahan peledak dikalikan dengan kuadrat diameter bahan peledak.
j. Blasting ratio, adalah jumlah berat bahan peledak setiap volume hasil ledakan. Penerapan
blasting ratio dilapangan jarang tepat karena pengaruh pengisian bahan peledak.

Bench Blasting - 10
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022

k. Kofigurasi pola lubang peledakan, hal ini tergantung pada diameter lubang ledak, sifat-sifat
batuan, sifat-sifat bahan peledak, tinggi jenjang dan hasil yang diinginkan. Pada umumnya ada tiga
jenis pola peledakan yang sering diterapkan, yaitu pola persegi panjang (rectangular), pola bujur
sangkar (square), dan pola selang-seling (staggered).

6. Hal-Hal yang Diperhatian Dalam Membuat Rancangan


a. Kepekaan lokasi
Kondisi lokasi di sekitar lokasi peledakan dalam hal prakiraan getaran dan tingkat getaran yang
diperbolehkan pada struktur terdekat.
b. Fragmentasi yang diperlukan.
c. Perpindahan tumpukan material hasil ledakan (muckpile). Arah perpindahan tergantung pada
jalur daya tahan paling kecil yang dapat ditelusuri energi bahan peledak, dimana rancangan
peledakan yang tepat (stemming yang baik, distribusi energi yang tepat, toe yang kecil, dan lain-
lain) dan urutan delay dapat mengendalikan arah dan tingkat perpindahan material hasil ledakan.
d. Pengendalian dinding
Interval delay yang terlalu singkat antara lubang dalam satu baris dan antar baris dapat
menyebabkan overbreak yang berlebihan.
e. Geologi
Batuan berlapis-lapis dengan kohesi terbatas dapat bergeser sehingga menyebabkan patahnya
bahan peledak. Sedangkan batuan besar yang banyak retakannya dapat mengalirkan gas bahan
peledak ke semua arah sehingga meningkatkan potensi terjadinya cut off. Batuan yang lunak
memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan perpindahan sehingga diperlukan waktu yang
lebih lama antara baris-baris untuk mengendalikan pecah yang berlebihan.
f. Kondisi Air
Batuan jenuh (lubang peledakan yang terisi air) dapat meneruskan tekanan air dari titik
peledakan ke daerah-daerah di sekitarnya (water hammer). Tekanan ini dapat menyebabkan
decoupling isi bahan peledak atau meningkatkan densitasnya sampai ke titik yang tidak
memungkinkan peledakan (deadpressed).
g. Bahan peledak yang digunakan
Produk bahan peledak dengan densitas yang lebih besar (> 1,25 g/cc) yang menggunakan udara
tersirkulasi untuk mengatur kepekaan, mudah terkena dead pressing dari peledakan lubang
peledakan yang berdekatan.
h. Sederhana
Rancangan yang rumit akan memerlukan waktu tambahan untuk menghubungkan dan
mengevaluasi rangkaian (dengan memeriksa penyambungan pada konfigurasi delay).
i. Biaya
Dengan meningkatnya tingkat kerumitan rancangan, biaya biasanya akan meningkat. Biaya ini
harus dipertimbangkan berdasarkan biaya modifikasi rancangan lain agar diperoleh efisiensi biaya.

7. Penyempurnaan Rancangan Peledakan


Untuk menyempurnakan rancangan peledakan, dapat dilakukan dengan merancang kembali
rangkuman data, tentang:
a. Jarak batu-batuan melayang (fly rock).
b. Fragmentasi yang dihasilkan.
c. Getaran dan airblast (getaran udara dari hasil peledakan) yang ditimbulkan.
d. Konfigurasi tumpukan tanah (muckpile).
e. Bahan peledak yang gagal meledak.
f. Sumber material oversize dan overbreak.
g. Biaya keseluruhan dari pemboran, peledakan dan penggalian.
h. Mengendalikan getaran.
i. Mencegah batu-batu melayang dan hilangnya energi melindungi lapisan bahan galian.

8. Distribusi Relatif Energi Bahan Peledak


Detonator yang digunakan adalah detonator listrik jenis tunda dimana arus listrik berfungsi
sebagai sumber energi. Pengaturan nomor delay detonator dapat disusun atau di atur sesuai nomor
delay detonator, dengan interval delay yang terkecil ke interval delay yang besar. Hal ini

Bench Blasting - 11
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022

dimaksudkan agar dalam peledakan terdapat bidang-bidang bebas. Pengaturan nomor delay
detonator ini dapat dibuat berdasarkan profil tumpukan material hasil peledakan yang di inginkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini

Gambar 6. Material hasil peledakan


Interval delay yang terlalu singkat antara lubang dalam satu baris dan antara baris dapat
menyebabkan over break < 25 milli second yang berlebihan. Jika delay antar lubang peledakan pada
baris belakang (Back Row) kurang dari 42 milli second (ms), bahan peledak dapat bereaksi bersama-
sama untuk menghancurkan dinding belakang (Back Wall). Interval delay antara baris yang terlalu
singkat < 35 milli second (ms) dapat menyebabkan terjadinya back break. Pada setiap detonator
listrik type delay tercantum nomor delaynya. Misalnya untuk merek “Himeji “ tertera nomor delay
yaitu selang peledakannya nol detik, nomor 1 selang waktu peledakan 1 x 0,025 milli second.
Demikian nomor delay selanjutnya. Peledakan banyak baris ( > 4 baris ) penggunaan interval delay
yang semakin lama di baris belakang akan mengakibatkan terbentuknya bidang bebas.

METODOLOGI

Pada praktikum ini kita menghitung burden, space, stemming, subdrilling, kedalaman lubang
ledak, tinggi jenjang, panjang isian, loading density, jumlah lubang ledak, volume dan power factor
menggunakan kalkulator ilmiah, alat tulis menulis dan kertas hvs.
Pertama-tama kita mencari yang diketahui pada soal kemudian mengaplikasikannya ke rumus
burden, space, stemming, subdrilling, kedalaman lubang ledak, tinggi jenjang, panjang isian,
loading density, jumlah lubang ledak, volume dan power factor kemudian kita menggambar metode
peledakannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Untuk mencapai target produksi batugamping 22.000 ton/tahun. Kb sebanyak 30, specific
grafity (SG) 120 gr/cc dengan menggunakan bahan peledak dabex73 dengan density bahan
peledaknya 3600 m/s, diameter lubang ledak 4,5 inch. Tentukan desain geometri, pemakaian bahan
peledak, produksi peledakan, power factor.

Jawab

Diketahui:
KB standar : 30
GS bahan ledak :1.20 gr/cc
GS standar : 1.20 gr/cc
Density batuan : 2.3 ton/m3
Density batuan standar : 2.58 ton/m3
Detonasi bahan peledak (ve) : 5300 m/s
Density bahan peledak standar : 3600 m/s

Bench Blasting - 12
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022

Diameter lubang ledak : 4.5 inch


Target produksi : 68,000 ton/thn
Ditanya :
Desain geometri ?
Pemakaian bahan peledak?
Produksi peledakan?
Power factor?

Penyelesaian
1. Burden
B = Kb x De
39,3
KB = Kb x ∆𝐹1 x ∆𝐹2
= 30 x 1.03 x 2.16
= 66,74 m
∆𝐹1 = ( Density batuan standar) 1/3
(Density batuan)
= 2,58 1/3 = 1.03 m
2,3

∆𝐹2 = ( SG emulsi x VOD)2


(SG standar x VOD standar)
= 1.20 x 53002 = 33708000 = 2,16 m
1.20 x 36002 15552000

B = Kb x De
39,3
= 66,74 x 4.5 = 7,64 m
39.3

• Spacing (S)
S = KS x B
= 1 X 7,64 = 7,64 m

• Stemming (T)
T = KT x B
= 0,76 x 7,64
= 5,73 m

• Subdrilling (J)
J = KJ x B
= 0.2 x 7,64
= 1,52 m

• Kedalaman lubang ledak


H = KH x B
= 1,5 x 7,64
= 11,46 m

• Tinggi jenjang
L =H-J
= 11,46 – 1,52
= 9,94 m

Bench Blasting - 13
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022

• Panjang isian
PC = H –T
= 11,46 – 5,73 = 5,7 m

• Loading density
De = 0.508 x 20.25 x 1.2
= 12.34 kg/m

• Jumlah lubang ledak


N= target produksi
B . spasi . tinggi jenjang . density batuan
= 68,000
7,64x 7,64 x 9,94 x 2.3
= 68.000
1334,41
= 50,9 = 51 lubang ledak

• Volume
V =BxSxL
= 7,64 x 7,64 x 9,94 = 580,19 m3

• Power factor
Pf = W E = PC x loading density x N
E = 5,73 x 12.34 x 51 = 3.606,11 kg
= 68,000
3606,11
= 18,85 ton

Pf = E
W
= 3606,11
,000
= 0.05 kg/ton

Pembahasan

Nilai yang di dapatkan perhitungan burden (7,64 m), space (7,64 m), stemming (5,73 m),
subdrilling (1.52 m), kedalaman lubang ledak (11,46 m), tinggi jenjang (9,94 m), panjang isian (5,73
m), loading density (12.34 kg/m), jumlah lubang ledak (51 lubang ledak), volume (580,19 m3),
jumlah batuan terbongkar (68.056,28 kg) dan power factor (18,85 ton dan 0.05 kg/ton).

Bench Blasting - 14
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022

Gambar 7. Hasil bench blasting

Bench Blasting - 15
Jurnal Praktikum, Laboratorium Peledakan, Ma. 1, 2022

KESIMPULAN
Pengeboran dan peledakan adalah salah satu kegiatan penambangan yang bertujuan untuk
memberai batuan guna mempermudah dan mempercepat proses pemuatan. Waktu edar pengeboran
dapat dihitung dengan cara menjumlahkan setiap bagian waktu dari setiap tahapan dalam pemboran
lubang ledak. Kegiatan pengeboran merupakan tahapan awal sebelum lakukan aktivitas peledakan.
Tujuan dilakukan pengeboran adalah untuk menyediakan lubang ledak yang akan diisi
bahan peledak. Kegiatan peledakan pada kegiatan penambangan tujuannya adalah untuk
melepaskan batuan dari batuan induknya agar menjadi fragmen-fragmen yang berukuran lebih kecil
sehingga memudahkan dalam pendorongan, pemuatan, pengangkutan dan konsumsi material pada
crusher yang terpasang. Pada praktikum ini kita mempelajari teknik peledakan pada tambang
terbuka dan tambang bawah tanah. Tujuan dari praktikum bench blasting adalah untuk memahami
prinsip peledakan jenjang, memahami macam pola pengeboran dan peledakan, memahami
rangkaian peledakan jenjang.

SARAN
Semoga kedepannya praktikum dapat dilakukan dengan baik dan maksimal sesuai dengan jumlah
mata acara yang sebenarnya dan dapat menambahkan lampu, AC, meja dan kursi pada ruangan
laboratorium.

UCAPAN TERIMA KASIH


Saya sangat berterima kasih kepada Kepala Laboratorium dan semua asisten laboratorium
peledakan yang telah memberikan bimbingan selama kegiatan berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Dedy Miswar. 2013. Kategori Dasar. Lampung


Djauhari Noor. 2010. Pengantar Geologi. Bogor.
Mauhammad Mursa Ban dan K, Erwo seoyono. 2010. Kartografi Dasar. Yogyakarta
Tim Asisten. 2022. Modul Pratikum Laboratorium Peledakan, Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Muslim Indonesia, Makassar

Bench Blasting - 16

Anda mungkin juga menyukai