Anda di halaman 1dari 5

Catatan

Badan Pertanahan Nasional (disingkat BPN) merupakan lembaga pemerintah nonkementerian di


Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di anggota pertanahan secara
nasional, regional dan sektoral. BPN dahulu dikenal dengan sebutan Kantor Agraria. BPN diatur melalui
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2012.

Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo fungsi dan tugas dari organisasi Badan Pertanahan
Nasional dan Direktorat Jenderal Kelola Ruang Kementerian Pekerjaan Umum digabung dalam satu
lembaga kementerian yang bernama Kementerian Agraria dan Kelola Ruang. Atas perubahan ini sejak 27
Oktober 2014 Posisi Kepala BPN dijabat oleh Menteri Agraria dan Kelola Ruang yaitu Ferry Mursyidan
Baldan. Dan kemudian Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional dalam
Kabinet Kerja masa kerja, sejak tanggal 27 Juli 2016 – sekarang dijabat oleh Dr. Sofyan A Djalil, SH, MA,
MALD

Pada era 1960 sejak berlangsungnya Undang – Undang Pokok Agraria (UUPA) , Badan
Pertanahan Nasional merasakan beberapa kali pergantian penguasaan dalam hal ini kelembagaan.
tentunya masalah tersebut berpengaruh pada bagian pengambilan kebijakan. ketika dalam naungan
kementerian agraria sebuah kebijakan diproses dan ditindaklanjuti dari struktur Pimpinan Pusat sampai
pada tingkat Kantah, namun ketika dalam naungan Departemen Dalam Negeri hanya melalui Dirjen
Agraria sampai ketingkat Kantah. disamping itu secara kelembagaan Badan Pertanahan Nasional
merasakan peubahan struktur kelembagaan yang rentan saatnya sangat pendek.

 1960

Pada awal berlangsungnya UUPA, semua wujud peraturan tentang pertanahan termasuk Peraturan
Pemerintah masih di keluarkan oleh Presiden dan Menteri Muda Kehakiman. kebijakan itu ditempuh
oleh pemerintah karena pada saat itu Indonesia masih merasakan masa transisi.

 1965

Pada tahun 1965 agraria dipisah dan dibuat sebagai sbg lembaga yang terpisah dari naungan menteri
pertanian dan pada saat itu menteri agraria dipimpin oleh R.Hermanses. S.H

 1968

Pada tahun 1968 secara kelembagaan merasakan perubahan.pada saat itu dimasukan dalam anggota
departemen dalam negeri dengan nama direktorat jenderal agraria. selama periode 1968 – 1990 tetap
bertahan tanpa berada perubahan secara kelembagaan begitupula dengan peraturan yang diterbitkan.
aa

 1988 - 1990

pada periode ini kembali merasakan perubahan. lembaga yang menangani urusan agraria dipisah dari
departemen dalam negeri dan dibuat bentuk dijadikan lembaga non departemen dengan nama badan
pertanahan nasional yang kesudahan dipimpin oleh Ir.Soni Harsono dengan catur tertib pertanahannya.
pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal terbentuknya badan pertanahan
nasional.
 1990

pada periode ini kembali merasakan perubahan dijadikan menteri Negara agraria/badan pertanahan
nasional yang masih dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. pada saat itu penambahan kewenangan dan
tanggung jawab yang harus diemban oleh badan pertanahan nasional.

 1998

Pada tahun ini masih menggunakan format yang sama dengan nama Menteri Negara agraria/badan
pertanahan nasional.perubahan yang terjadi hanya pada puncuk pimpinan saja yakni Ir.Soni Harsono
ditukar dengan Hasan Basri Durin.

 2002 – 2006

tahun 2002 kesudahan merasakan perubahan yang sangat penting.pada saat itu badan pertanahan
nasional dibuat sebagai sbg lembaga Negara.kedudukannya sejajar dengan kementerian.pada awal
terbentuknya BPN RI dipimpin oleh Prof.Lutfi I.Nasoetion, MSc.,Ph.D

 2006 – 2012

pada tahun 2006 sampai 2012 BPN RI dipimpin oleh Joyo Winoto, Ph.D. dengan 11 kegiatan yang
dipekerjakan kebijakannya dalam kurun saat lima tahun tidak terjadi perubahan kelembagaan sehingga
tetap pada format yang sebelumnya.

 2012 - 2014

Pada tanggal 14 Juni 2012 Hendarman Supandji dilantik sbg Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia (BPN RI) menggantikan Joyo Winoto.

 2014 -2016

Pada pemerintahan Presiden Joko Widodo diciptakan Kementerian baru bernama Kementerian Agraria
dan Kelola Ruang Indonesia, sehingga sejak 27 Oktober 2014, Badan Pertahanan Nasional berada di
bawah naungan Menteri Agraria dan Kelola Ruang. Posisi Kepala BPN dijabat oleh Menteri Agraria dan
Kelola Ruang yang dijabat oleh F9erry Mursyidan Baldan

 2016 – Sekarang

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional dalam Kabinet Kerja masa kerja,
sejak tanggal 27 Juli 2016 – sekarang dijabat oleh Dr. Sofyan A Djalil, SH, MA, MALD

Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian ATR
menyelenggarakan fungsi:
1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang, infrastruktur
keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum keagrariaan/pertanahan, penataan
agraria/pertanahan, pengadaan tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan
tanah, serta penanganan masalah agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan tanah;
2. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
3. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agraria
dan Tata Ruang;
4. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
5. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Agraria dan
Tata Ruang di daerah; dan
6. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Sedangkan sesuai Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan
Pertanahan Nasional, BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, BPN
menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;


2. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan;
3. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah, dan
pemberdayaan masyarakat;
4. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan pengendalian
kebijakan pertanahan;
5. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah;
6. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan penanganan sengketa dan
perkara pertanahan;
7. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;
8. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;
9. pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan informasi di
bidang pertanahan;
10. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; dan
11. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan.

Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi BPN di daerah, dibentuk Kantor Wilayah BPN di provinsi dan
Kantor Pertanahan di kabupaten/kota.
11 Kegiatan yang dipekerjakan Kebijakan/Agenda Kerja

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPN mengadakan fungsi:

1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional.


2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta sertifikasi tanah secara
menyeluruh di seluruh Indonesia.
3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship).
4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana dunia dan daerah-
daerah konflik.
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik pertanahan di seluruh
Indonesia secara sistematis.
6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS), dan sistem pengamanan
dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.
7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala luhur.
9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan Pertanahan yang telah
dikuatkan.
10. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.
11. Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan Pertanahan.

Perpres 47 tahun 2020 Tentang Kementerian Kementerian Agraria dan Tata Ruang,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang terdiri atas:
1. Sekretariat Jenderal

2. Direktorat Jenderal Tata Ruang (Ditjen I)


3. Direktorat Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang (Ditjen II)
4. Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah (Ditjen III)
5. Direktorat Jenderal Penataan Agraria (Ditjen IV)
6. Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah dan Pengembangan Pertanahan (Ditjen V)
7. Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang (Ditjen VI)
8. Direktorat Jenderal Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan (Ditjen VII)

9. Inspektorat Jenderal

10. Staf Ahli Bidang Hukum Agraria dan Masyarakat Adat


11. Staf Ahli Bidang Reformasi Birokrasi
12. Staf Ahli Bidang Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Daerah
13. Staf Ahli Bidang Pengembangan Kawasan
14. Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi.
Diawali dari tahun 2005, pertanahan nasional dibangun dan dikembangkan atas dasar empat (4) prinsip
pengelolaan:

1. Pengelolaan pertanahan harus mampu berkonstribusi pada kesejahteraan masyarakat,


2. Pengelolaan pertanahan harus mampu berkonstribusi pada keadilan penguasaan dan
pemilikan tanah,
3. Pengelolaan pertanahan harus mampu berkonstribusi pada keberlanjutan sistem
kemasyarakatan dan Kebangsaan Indonesia,
4. Pengelolaan pertanahan harus mampu berkonstribusi pada harmoni social

Anda mungkin juga menyukai