Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SONIALDI YANWAR PRATAMA

KELAS : XII MM 1
__________________________________________________________________

Judul buku : Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma


Pengarang : Idrus
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan Pertama : 1948
Halaman buku : 172 halaman

Buku ini merupakan salah satu karangan Idrus yang memuat kisah-kisah dari zaman revolusi dari
semenjak kedatangan Jepang tahun 1942 dan sesudah 17 Agustus 1945 serta periode antara bab
Corat-Coret di Bawah Tanah. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma merupakan kumpulan
cerita pendek, berjumlah 11 cerita pendek, dan satu naskah drama.
Bisa dibilang, kisah-kisah ini bisa dikategorikan sebagai karya sastra absurb, meski pesan-pesan
yang disampaikan oleh Idrus masih bisa teraba-raba. Dan membaca Dari Ave Maria ke Jalan
Lain ke Roma, kita dapat membaca latar belakang keadaan Indonesia menjelang dan sesudah
kemerdekaan, diceritakan dengan kalimat-kalimat panjang, namun tetap berisi dari setiap
kalimatnya.
Favorit saya dalam buku ini adalah kisah Ave Maria. Sebuah cerita yang sedikit mengenaskan
tapi terkadang terasa segar dibaca. Karya lainnya mengangkat ironi di masa perang, sebuah
kenangan yang perlu dibaca oleh generasi sekarang sebagai pelajaran. 
Judul: Pemburu
Judul Bahasa Inggris: The Hunter
Judul Asli: Kogoeru Kiba
Penulis: Asa Nonami
Penerjemah: Julanda Tantani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 2012

Novel detektif kebanyakan menuliskan kisah bagaimana seorang detektif mampu menyelesaikan
masalah dengan metode yang diluar dugaan pembaca, musuh yang tak bisa ditebak oleh pembaca
siapa dirinya, dan penjahat yang sebisa mungkin dekat dengan si tokoh detektif dan berusaha
mengecoh sang detektif agar kejahatannya tak bisa diungkap pelakunya. Berbeda dengan novel
detektif lainnya, Pemburu mengisahkan bagaimana detektif polisi Tokyo memecahkan
pembunuhan beruntun, diawali dengan terbunuhnya seseorang tak dikenal di restoran, dengan
cara tragis, terbakar sampai hangus.

Penyelidikan dilakukan oleh kepolisian dengan membentuk regu yang dibagi menjadi tim-tim
berpasangan 2 orang. Salah satunya adalah pasangan Takako Otomichi dan Tamotsu Takizawa.
Selaku detektif senior, Takizawa merendahkan kemampuan Takako, apalagi sosok Takako yang
berkelamin perempuan, menambah kesangsian Takizawa akan kemampuannya. Penelusuran
pelaku kejahatan dan motifnya terasa lamban. Di sinilah yang membedakan novel ini dengan
genre sejenis lainnya. Seolah-olah, penyelidikan dilakukan secara terstruktur namun tak ada
unsur detekftif yang menonjol yang membuat kasus cepat terselesaikan.

Novel ini lebih terasa humanisnya bagi saya, dimana kehidupan pribadi tokoh-tokohnya lebih
terasa kuat diangkat. Terasa sekali, seperti merasakan menonton sebuah dorama. Meski dalam
bentuk novel. Dan saya tak kecewa dengan buku ini, meski terus terang butuh makan waktu
lebih lama dari yang saya targetkan untuk membaca buku ini. Buat yang ingin membaca buku
ini, akan lebih asyik apabila bisa mengharapkan untuk mendapat informasi sisi lain  dari kisah
hidup detektif di Jepang.
Judul: Buku Latihan Tidur

Penulis: Joko Pinurbo

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 68 Halaman

Namanya mungkin Buku Latihan Tidur, tapi justru saya dibikin tidak bisa tidur karena senyum-
senyum membaca puisi-puisi di dalam buku ini. Menyenangkan sekali membaca puisi yang
jenaka, tapi sarat akan nilai moral yang dapat dijadikan cermin untuk refleksi diri.

Di dalam buku ini, salah satu puisi yang menggugah berjudul Kamus Kecil. Di dalam puisi ini
Jokpin menampilkan kepiawaiannya dalam berbahasa yang digunakannya untuk menyampaikan
makna yang dalam di dalam puisi ini

     Puisi yang bertajuk "Pemeluk Agama" adalah favorit saya, karena sang penulis begitu tengil
menggambarkan dialog antara Tuhan dengan hamba-Nya yang serius, yang justru sedang Ia
bercandai. Belum lagi penggunaan kata-kata sederhana yang dibolak-balik dan dimainkan
sedemikian rupa, semakin membuat saya tidak habis pikir sekaligus terkesan. Demikian halnya
dengan puisi yang berjudul "Jalan Tuhan" (puisi lainnya yang juga menjadi favorit saya), yang
sarat akan satire yang bernilai ketuhanan. Sepertinya orang-orang garis keras perlu membaca
puisi ini, karena sepertinya Tuhan tidak melulu dapat ditemukan di kitab suci. Ia bisa juga
ditemukan di karya sastra dengan penggambaran yang berbeda-beda, tergantung pengarangnya.
Tentu saja, puisi-puisi yang ditulis oleh Joko Pinurbo dalam buku ini ada banyak dan tidak kalah
bagusnya dengan dua puisi tadi. Dua yang tadi adalah salah dua yang saya favoritkan dari sekian
banyak puisi yang telah ia satukan dalam buku ini.

Anda mungkin juga menyukai