Anda di halaman 1dari 8

Dipol Listrik

Fenomena yang mirip dengan atom magnetic dijumpai pula pada assembli momen dipol
listrik. Misalkan kita memiliki sejumlah atom atau molekul sejenis yang masing – masing
memiliki momen dipol 𝑝⃗. Didalam assembli tersebut kita berikan medan listrik E. kita ingin
mencari berapa momen dipole rata-rata yang dimiliki atom/molekul. Untuk kemudahan kita juga
mengasumsikan beberapa sifat berikut ini :
i. Tidak ada interaksi antara sesama dipole. Interaksi hanya terjadi antara dipole dengan
medan listrik luar.

ii. Tiap dipole hanya boleh mengambil salah satu dari dua arah orientasi, yaitu searah medan
listrik dan berlawanan arah dengan medan listrik.

Energy interaksi antara dipole dengan medan listrik adalah :

U = -𝑝⃗ . 𝐸⃗
= - pE cos ϴ

dengan ϴ adalah sudut antara momen dipole dengan medan listrik. Jika dipole searah
medan maka energy interaksinya adalah

𝑈↑ = - pE
Dan jika berlawanan medan maka energy interaksinya adalah :

𝑈↓ = pE
Tampak bahwa bentuk ungkapan energy sama persis dengan yang kita jumpai pada atom
magnetic yang telah kita bahas di sub bab 1. Dengan demikian, pencarian momen dipole total
persis sama dengan saat kita mencari momen magnetic total, hanya dengan mengganti variable -
variabel yang ekivalen sebagai berikut

p↔μ
E↔B
dengan melakukan pergantian tersebut akhirnya kita dapatkan momen dipole rata-rata atom
menjadi :

𝑝̅ = p tanh [𝑝𝐸 𝑘𝑇]


Aplikasi Distribusi Maxwell-Boltzman dalam Hopping
Tinjau konduktivitas suatu material ionik. Ion-ion dalam material semacam ini
menempati posisi yang tetap. Ion-ion tersebut tidak dapat bergerak bebas seperti pada atom zat
cair atau gas. Tetapi ketika material tersebut ditempatkan di antara dua elektroda dan diberi beda
potensial maka ada arus yang mengalir dalam material.

Karena ion-ion berada pada lokasi yang tetap dan sulit bergerak maka kita dapat
menggap bahwa masing-masing ion terkurung dalam lembah potensial seperti diilustrasikan
pada gambar di bawah ini:

Gambar. 1 Ion-ion dalam material ionik terkurung dalam lembah potensial

Tinggi bukit potensial mencerminkan energi ikat yang dimiliki ion-ion. Makin tinggi
bukit potensial maka akan makin kuat ion-ion terikat pada tempatnya. Namun,meskipun posisi
ion terikat pada tempat masing-masing,ion-ion masih memiliki peluang untuk berpindah lokasi
ke tempat lain dengan cara meloncati bukit potensial. Peristiwa ini disebut Hopping.
PEMBAHASAN

Untuk menjelaskan fenomena hopping, lihat dua ion bertetangga pada gambar yang
diilustrasikan di bawah ini.

Gambar. 2 Dua ion bertetanggan dalam material ionik

Tinggi bukit potensial adalah Uo. Ion dapat meloncati bukit potensial jika memiliki
energi qUo dengan q muatan efektif ion. Berdasarkan statistik Maxwell-Boltzmann, peluang ion
memiliki energi qUo adalah:

P=C e−q U o /kT


(1)

Dengan C adalah faktor penormalisasi.

Ion kiri dan kanan dapat dilihat memiliki bukit potensial yang sama tingginya. Peluang
ion kiri meloncat ke kanan adalah:

P+¿=C e −q U o /kT
(2)¿

Dan peluang ion kanan meloncat ke kiri adalah

P−¿=C e −qU o /kT


(3)¿

Karena ke dua peluang tersebut sama maka secara total tidak ada loncatan ion netto ke
kiri maupun ke kanan. Akibatnya, tidak ada arus dalam bahan.
Pada material diberi medan listrik E ke arah kanan. Pemberian medan ini menyebabkan
potensial pada tiap titik dalam material mengalami perubahan. Titik yang berada pada posisi x
mengalami perubahan potensial sebesar V(x)= - Ex. Akibatnya adanya medan tersebut, tinggi
bukit potensial yang diamati dua ion menjadi berbeda seperti diilustrasikan gambar di bawah ini:

Gambar. 3 Bukit potensial mengalami distorsi ketika diberi medan listrik

Jika dimisalkan jarak dua ion berdekatan adalah d maka kita dapatkan hasil berikut ini:

i). Potensial pada posisi ion sebelah kiri menjadi

U 1=V ( x )=−E x (4 )

ii). Potensial pada posisi ion sebelah kanan menjadi

U 2=V ( x +d )=−E ( x +d )=−E x −Ed (5)

iii).Tinggi bukit potensial menjadi

( d2 )=U – E ( x+ d2 )=U −E − Ed2 (6)


U b ( x )=U o – V x+ o o x

iv). Tingkat bukit potensial terhadap posisi ion kiri adalah


∆ U 1 =U b−U 1= U o−E x − ( Ed
2 )−(−E x −Ed )=U o−
Ed
2
(7)

iv). Tinggi bukit potensial terhadap posisi ion kanan adalah

∆ U 2=U b−U 2= U o−E x − ( Ed


2 ) Ed
−(−E x −Ed )=U o + ( 8)
2

Berdasarkan potensial-potensial di atas maka kita dapatkan hasil lanjut berikut ini:

i). Probabilitas ion kiri meloncat ke kanan adalah:

P −q ∆U 1 /kT
−q(U o −
Ed
2
)/kT
+¿=C e =C e (9)¿

ii). Probabilitas ion kanan meloncat ke kiri adalah

P −q∆ U2 /kT
−q( Uo +
Ed
)/ kT
2
−¿=C e =C e (10)¿

iii). Selisih probabilitas ion meloncat dari kiri ke kanan adalah

∆ P=P+¿− P −¿(11)¿ ¿

¿Ce
−q U 0 / kT
( e qEd /2 kT −e−qEd /2 kT ) (12)

(
− q U 0+
qEd
2
/ kT ) ( qEd /kT )
¿C e e −1 (13)

Jika dianggap bukit potensial sangat tinggi sehingga |qU n|≫|qEd / 2| maka kita dapat
mengaproksimasikan qU n+ qEd/2 ≅ q U o. Dengan aproksimasi ini maka persamaan (13) menjadi
:

(e )
−q U 0 qEd
kT kT
∆ P≅C e −1 (14)

Kerapatan arus yang mengalir di dalam material sebanding dengan selisih probabilitas
diatas atau J ∝ ∆ P , sehingga bisa kita tulis
(e )
−q U 0 qEd
kT kT
J ( T , E )=J 0 e −1 (15)

Jika medan yang diterapkan tidak terlalu besar yaitu jika terpenuhi qEd ≪ kT maka
−qU /kT qEd
aproksimasi e ≈1+ dapat kita lakukan. Dengan aproksimasi tersebut maka persamaan
kT
(15) dapat disederhanakan menjadi:

−q U 0
qEd
J (T , E) ≈ J 0 e kT
(16)
kT

Arus listrik memiliki hubungan antara kerapatan arus dan medan yaittu,

J=σE(17)

Dengan σ disebut kondukvitas listrik. Dengan membandingkan persamaan (16) dan (17)

Dapat diungkapkan kondukvitas listrik pada medan rendah untuk material ionik sebagai

−q U 0
kT qEd
σ ≈ J0 e
kT

−σ n
e /kT (18)
T a

J n qd
Denganσ n= dan E a=q U nBesaran Ea dikenal dengan nama energi aktivasi.
k

Dalam eksperiment, biasanya konduktivitas ditampilkan dalam grafik konduktivitas skala


logaritmik terhadap kebalikan suhu. Jika kita ambil logaritmik dua sisi persamaan (18) maka kita
dapatkan

( ) ()
1 E0 1
ln σ =lnσ n+ ln − (19)
T k T
1
Gambar 4 adalah bentuk kurva ln σ sebagai fungsi . Bentuk kurva semacam ini sering
T
−Ea
dijumpai dalam eksperimen. Kemiringan kurva adalah sekaligus menentukan energi
k
aktivasi.

1
Gambar 4 : Bentuk kurva konduktivitas dalam skala logaritmik terhadap
T
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Agus. Fisika Statistik. 2007. Yogyakarta; Gava Media.


Utari, Setiya & Suhendi, Endi. Fisika Statistik, Diktak Perkuliahan Fisika Statistik. 2005.
Bandung,

Dr.Eng. Mikrajuddin Abdullah, M.Si. Pengantar Fisika Statistik untuk Mahasiswa. 2009.
Bandung,

http://septikoaji.blogspot.com/2012/07/aplikasi-statistik-maxwell-boltzmann.html
https://text-id.123dok.com/document/6qmee757z-aplikasi-statistik-maxwell-boltzmann-
pengantar-fisika-statistik-mikrajuddin.html

Anda mungkin juga menyukai