NIM : 8196142001
1 Pendahuluan
Sel elektrokimia adalah suatu alat yang dapat memproduksi kerja listrik ke lingkungan.
Contoh, sel kering komersial adalah silinder bersegel dengan dua kuningan ysng dihubungkan
dengan terminal yang menonjol darinya. Salah satu terminal ditandai dengan tanda positif(plus),
sedang yang lain dengan tanda negatif (minus). Jika dua terminal dihubungkan ke suatu motor
kecil, elektron mengalir melalui motor dari kutub negatif ke kutub positif dari sel. Dihasilkan
kerja ke lingkungan dan reaksi kimia, reaksi sel, berlangsung di dalam sel. Dengan persamaan
(10.14), kerja listrik yang dihasilkan , Wel, lebih kecil atau sama dengan penurunan energi Gibbs
dari reaksi sel, -G.
W el ≤−ΔG (8.1)
Sebelum melanjutkan pembahasan remodinamik kita berhenti sejenak untuk melihat beberapa
hal mendasar tentang elektrostatik.
2 Definisi
Potensial listrik suatu titik di dalam ruang didefinisikan sebagai kerja yang dibutuhkan
untuk membawa satu satua muatan positif dari takterhingga, yang disitu potensial listriknya nol,
ke titik yang dimaksud tadi. Jadi jika adalah potensial listrik di titik itu dan W adalah kerja
yang diperlukan untuk membawa muatan Q dari takterhingga ke titik itu, maka
W
= Q (8.2)
Dengan cara yang sama, jika 1 dan 2 adalah potensial listrik dari dua titik dalam ruang , dan W 1
dan W2 adalah kuantitas yang berhubungan dengan kerja yang dibutuhkan untuk membawa
muatan Q ke titik titik ini, maka
W1 + W12=W2 (8.3)
dengan W12 adalah kerja untuk membawa Q dari titik 1 ke titik 2. Hubungan ini ada karena
medan listrik adalah kekal. Sehingga kerja dengan kuantitas yang sama harus dikeluarkan untuk
membawa Q ke titik 2, apakah dibawa secara langsung, W 2, atau pertama dibawa dulu ke titik 1
kemudian ke titik 2, W1 + W12, Oleh karena itu W12 = W2 – W1, dan dari persamaan (8.2),
W
12
2 - 1= Q (8.4)
Perbedaan potensial listrik antara dua titik adalah kerja yang dikeluarkan untuk membawa satu
satuan muatan positif dari titik 1 ke titik 2.
Untuk pemindahan sejumlah muatan tertentu, kita peroleh elemen kerja yang dikeluarkan
pada sistem.
W12 = -dWel = dQ,
dengan adalah beda potensial 2 - 1, dan dWel adalah kerja yang dihasilkan.
84
1
8.3 Potensial kimia Spesi Bermuatan
Kecenderungan melepas dari partikel bermuatan, suatu ion atau elektron, dalam suatu
fase bergantung pada potensial listrik pada fase tersebut. Jelasnya, jika kita menanamkan suatu
potensial listrik negatif yang besar pada sebatang logam, kecenderungan melepas dari partikel
negatif akan bertambah.Untuk menemukan hubungan antara potensial listrik dan kecenderungan
melepas, potensial kimia, kita perhatikan sistem dari dua bola M dan M ’ dari logam yang sama.
Misalnya potensial listrik mereka adalah dan ’.Jika kita memindahkan sejumlah elektron yang
membawa muatan, dQ,dari M ke M’, kerja yang dikeluarkan pada sistem dinyatakan oleh pers.
(8.4): -dWel = ( ’ - ) dQ. Kerja yang dihasilkan adalah dW el. Jika pemindahan dikerjakan secara
reversibel,maka dengan persamaan (10.13), kerja yang dihasilkan sama dengan penurunan energi
Gibbs sistem; dWel = - dG, sehingga
dG = ( ’- ) dQ.
Tetapi, dalam bentuk potensial kimia elektron, e, jika dn mol elektron dipindahkan, kita peroleh
dG = e’ – dn - e - dn
dn mol elektron membawa muatan negatif dQ = - F dn, dengan F adalah muatan per mol
elektron, F = 96.484,56 C/mol. Mengkombinasikan dua pers ini menghasilkan, setelah
pembagian oleh dn,
μ'e−−μe− =−F (φ' −φ )
yang setelah penataan ulang akan menjadi
μe−=μ'e−+Fφ'−Fφ
Misalnya e- adalah potensial kimia elektron dalam M jika adalah nol; maka e- = e-‘+ F’.
Kurangkan persamaan ini dari persamaan sebelumnya, kita peroleh
e-= e- - F (8.6)
Persamaan (8.6) adalah hubungan antara kecenderungan elektron melepas , e- dalam fase
dan potensial listrik dari fase . Kecenderungan melepas adalah fungsi linear dari . Ingat bahwa
persamaan (8.6) menunjukkan bahwa jika negatif ,e- lebih besar daripada jika positif.
Dengan alasan yang sama, itu dapat ditunjukkan bahwa untuk tiap spesi bermuatan dalam
fase
i = i + zi F (8.7)
dengan z i adalah muatan pada spesi. Untuk elektron, ze- = -1, sehingga persamaan (8.7) akan
tereduksi menjadi persamaan (8.6). Persamaan (8.7) membagi potensial kimia i spesi bermuatan
menjadi dua suku. Suku pertama, i adalah kontribusi kimia terhadap kecenderungan melepas.
Kontribusi kimia dihasilkan oleh lingkungan kimia yang di dalamnya terdapat spesi bermuatan,
dan besarnya sama dalam dua fase yang berkomposisi kimia sama karena hanya merupakan
fungsi T,p dan komposisi saja. Suku kedua, z iF adalah kontribusi elektrik terhadap
kecenderungan melepas; ia bergantung pada kondisi elektrik dari yang dimanifestasikan dalam
nilai . Karena menguntungkan untuk membagi potensial kimia menjadi dua kontribusi ini , i,
potensial elektrokimia, telah diajukan untuk menetapkan i sebagai potensial kimia biasa.
85
Elektron dalam logam
Di dalam bagian logam dari sistem kita kita tidak dapat mengabaikan potensial elektrik, karena
kita sering menbandingkan potensial listrik dari dua kawat yang berbeda yang berkomposisi
sama (dua ujung sel). Demikian juga, pada sebatang logam jelas bahwa pembagian potensial
kimia ke dalam ‘bagian kimia’ dan ‘bagian elektrik’ adalah sembarang, hanya dibenarkan oleh
keadaan mana yang lebih menguntungkan.Karena ‘bagian’ kimia dari kecenderungan melepas
timbul dari interaksi pada partikel bermuatan listrik yang menyusun tiap materi, tidak ada cara
untuk menentukan dalam suatu materi tertentu, mana yang merupakan bagian’kimia’ berakhir
dan bagian’listrik’ muai.
Untuk membuat sembarang pembagian i seenak mungkin, kita menetapkan bagian
‘kimia’ dari e- nilai uang paling menguntungkan, nol, dalam tiap logam. Sehingga dalam tiap logam, terdapat
aturan,
e- = 0 (8.8)
Kemudian, untuk elektron dalam tiap logam, persamaan(8.6) menjadi
e- = -F (8.9)
86
Partikel partikel bermuatan:
Bentuk umum mi =mi +zi Ff (8.7)
a) on ion dalam larutan berair faq=0
keadaan standart moH+=0 (8.13)
o
Bentuk umum mi =mi =mi + RT ln ai
b) Elektron dalam tiap logam
keadaan standart me-(SHE) = 0 atau fSHE = 0 (8.12)
bentuk umum me- = -Ff (8.9)
Lengkap Pt½H2(g,p=0,8)½H2SO4(aq,a=0,42)½Hg2SO4(s)½Hg(l)
Singkat Pt½H2½H2SO4(aq)½Hg2SO4(s)½Hg
87
antarmuka PtI½Zn dan Cu½PtII terbentuk kesetimbangan oleh lintasan elektron elektron bebas
yang melalui antarmuka tersebut.Kondisi kesetimbangan pada antarmuka ini adalah
me-(PtI) = me- (Zn) dan me- (Cu) = me- (PtII) (8.14)
Dengan menggunakan persamaan (8.9), kita peroleh
fI = fZn , fCu = fII (8.15)
dengan fI dan fII adalah potensial dua batang platinum dan fZn adalah potensial elektroda seng
yang kontak dengan larutan yang mengandung ion seng.Perbedaan potensial listrik dari sel
(potensial sel) didefinisikan oleh
e = fkanan - fkiri (8.16)
Untuk kasus ini, potensial sel adalah
e = fII - fI = fCu - fZn (8.17)
Perbedaan fII - fI dapat diukur karena itu adalah beda potensial antara dua fase yang memiliki
komposisi kimia yang sama (keduanya platina).
Kerja yang dihasilkan oleh sistem untuk menggerakkan elektron dari elektroda seng ke elktroda
tembaga adalah –Wel, yaitu
-Wel = Q(fII - fI) = -2Fe
Di sini persamaan (8.17) telah dipakai untuk fII - fI. Kerja yang dihasilkan adalah
Wel = 2Fe (8.19)
Menggunakan nilai ini dalam persamaan (8.1) untuk Wel akan menjadi
2Fe £ - DG (8.20)
dengan DG adalah perubahan energi Gibbs untuk reaksi sel.
Jika transformasi dilakukan secara reversibel, kerja yang dihasilkan setara dengan
penurunan energi Gibbs; Wel = -DG. Kemudia kita mempunyai,
2Fe = - DG, (8.21)
yang dengan memandang persamaan (8.18) menjadi
88
a
Zn2+
o
2F = -G - RT ln a 2+ Cu
Jika kedua elektroda ada dalam keadaan standart, aZn2+ = 1 dan aCu2+ = 1, potensial sel adalah
potensial sel standart, o. Sehingga, setelah kita membagi dengan 2F, persamaan menjadi
a
RT Zn 2+
= o - 2F ln a (8.22)
Cu 2 +
yang dengan persamaanNernst untuk sel. Persamaan ini menghubungkan potensial sel ke nilai
standart dan perbandingan aktifitas zat yang tepat dalam reaksi sel.
G = Go + RT ln Q (8.25)
89
dengan Q adalah hasilbagi dari aktifitas. Mengkombinasikan ini dengan persamaan (8.24), kita
peroleh
-nF = Go + RT ln Q
Potensial standart sel didefinisikan oleh
90
Gambar 8.2 Elektroda Hidrogen
Dengan f adalah fugasitas H2 dan aH+ adalah aktifitas ion hidrogen dalam larutan berair.Jadi
μ o +− 1 μ o 1
φ = H 2 H2 RT f 2 (8.28)
+
H / H2 F − F ln a H +
Jika fugasitas gas adalah satu, dan aktifitas H+ dalam larutan adalah satu, elektroda ada dalam
keadaan standart, dan potensialnya adalah potensial standart, oH+/H2. Misalkan f = 1dan aH+ = 1
dalam persamaan (8.28) kita peroleh
o 1 o
− μ
μH+ 2 H2 μo (8.30)
o
φ + = = H+
H /H2 F F
karena o H2 = 0, kurangkan persamaan (8.29) dari persamaan (8.28) menghasilkan
1
o RT f 2
(8.30)
φH+/ H=φH+/H 2− F ln a H+
yang merupakan persamaan Nernst untuk elektroda hidrogen; itu menghubungkan potensial
elektroda ke aH+ dan f. Sekarang elektron dalam platina pada elektroda hidrogen standart adalah
dalam keadaan standart tertentu. Kita pilih keadaan standart pada energi Gibbs nol untuk
elektron keadaan ini dalam SHE. Karena, dengan persamaan (8.9), e- = - F kita peroleh
e-(SHE) = 0 dan H+/H2 = 0 (8.31)
Energi Gibbs elektron dalam setiap logam diukur relatif terhadap elektroda hidrogen standart.
Penempatan dalam persamaan (8.31) menghasilkan energi Gibbs nol konvensional untuk ion ion
dalam larutan berair. Dengan menggunakan persamaan (8.31) dalam persamaan (8.29), kita
peroleh
o H+ = 0 (8.32)
Energi Gibbs standard untuk ion ion lain dalam larutan berair diukur relatif terhadap ion H +,
yang memiliki energi Gibbs standart sama dengan nol.
Persamaan Nernst, persamaan (8.30), untuk elektrode hidrogen menjadi
1
RT f 2
φ =− (8.33)
+
H / H2 F ln a H+
91
Ingat bahwa argumen pada logaritma adalah hasil bagi untuk fugasitas dan aktifitas untuk reaksi
elektroda jika adanya elektron diabaikan dalam penyusunan hasilbagi. Dari persamaan (8.33) kita
dapat menghitung potensial, relatif terhadap SHE, dari elektroda hidrogen yang disitu fH2 dan aH+
memiliki nilai sembarang.
92
Tabel 8.1 Potensial elektode standar pada suhu 25oC
Reaksi elektrode o/V
K+ + e- K -2,925
+ -
Na + e Na -2,714
- -
H2 + 2e 2H -2,25
3+ -
Al 3e Al -1,66
Zn(CN)42- + 2e-- Zn + 4CN- -1,26
2- -- -
ZnO2 + 2H2O + 2e Zn + 4OH -1,216
2+ -
Zn(NH3)4 + 2e Zn + 4NH3 -1,03
2- -- - -
Sn(OH)6 + 2e HsnO2 + H2O + 3OH -0,90
- -
Fe(OH)2 + 2e Fe + 2OH -0,877
2H2O + 2e- H2 + 2OH- -0,828
- -
Fe(OH)3 + 3e Fe + 3OH -0,77
2+ -
Zn + 2e Zn -0,763
- 2-
Ag2S + 2e 2Ag + S -0,69
Fe2+ + 2e- Fe -0,440
Bi2O3 + 3H2O + 6e- 2Bi + 6OH- -0,44
- 2-
PbSO4 + 2e Pb + SO4 -0,356
- - -
Ag(CN)2 + e Ag + 2CN -0,31
2+ -
Ni +2e Ni -0,250
AgI + e- Ag + I- -0,151
Sn2+ + 2e- Sn -0,136
2+ -
Pb +2e Pb -0,126
2+ -
Cu(NH3)4 + 2e Cu + 4NH3 -0,12
3+ -
Fe + 3e Fe -0,036
2H+ + 2e- H2 0,000
AgBr + e- Ag + Br- +0,095
- -
HgO(r) + H2O + 2e Hg + 2 OH +0,098
4+ - 2+
Sn + 2e Sn +0,15
- -
AgCl + e Ag + Cl +0,222
Hg2Cl2 + 2e- 2Hg + 2Cl- +0,2676
Cu2+ + 2e- Cu +0,337
+ -
Ag(NH3)2 + e Ag + 2NH3 +0,373
- 2-
Hg2SO4 + 2e 2Hg + SO4 +0,6151
3+ - 2+
Fe + e Fe +0,771
Ag+ + e- Ag +0,7991
O2 + 4H+ + 4e- 2H2O +1,229
2- + -
PbO2 + SO4 + 4H + 2e PbSO4 + 2H2O +1,685
+ -
O3 + 2H + 2e O2 + H2O +2,07
93
φ=φ − RT ln Q
o
(8.41)
nF
· Contoh 8.1 untuk elektroda ion tembaga/tembaga kita secara explisit mempunyai
(μoCu−μoCu2+ )
2F φoCu2+ /Cu = -Go = -
o
karena μCu = 0, ini menjadi
μo 2+ = 2F φo 2+
Cu Cu /Cu
karena φo 2+ = +0,337 V, kita mendapatkan :
Cu /Cu
μo 2+ = 2(96484 C/mol)(+0,337V) = 65,0 x 103 J/mol = 65,0 kJ/mol
Cu
Contoh 8.2 Untuk elektrode Sn4+/Sn2+ φoSn4+/ Sn2+ = 0,15 V; untuk elektrode Sn2+/Sn
φo 2+ = -0,136 V. Hitung μo 4 + , μo 2+ , dan φo 4+ .
Sn / Sn Sn Sn Sn / Sn
Reaksinya adalah :
Sn4+ + 4e- Sn
Kemudian
dan
o 3000 J /mol
φSn4+/ Sn = 4(96484 C /mol ) =0,008 V
nF (∂∂Tε ) =−(∂∂ΔGT ) = ΔS
p p
∂ε ΔS
= (8.42)
(∂T ) p nF
94
Jika sel tidak mengandung elektroda gas, maka karena perubahan entropi reaksi dalam larutan
seringkali kecil, kurang dari 50 J/K, koefisien suhu potensial sel biasanya setingkat 10 -4 sampai
10-5 V/K. Sebagai konsekuensinya, jika hanya peralatan rutin yang dipakai untuk mengukur
potensial sel dan koefisien suhu dicari, pengukuran yang meliputi kisaran suhu yang luas cukup
layak.
Nilai S tidak bergantung pada suhu adalah pendekatan yang bagus; dengan
mengintegralkan persamaan (8.42), antara suhu acuan To dan T, kita peroleh
Δ
ε=ε + S (T −T ) atau ε=ε o + ΔS (t−25) (8.43)
To nF o 25 C nF
dengan t dalam oC. Potensial sel adalah fungsi linear dari suhu.
Melalui persamaan (8.42), koefisien suhu dari potensial sel menghasilkan nilai S. Dari
ini dan nilai pada sembarang suhu kita dapat menghitung H untuk reaksi sel. Karena H =
G + TS, maka
[ (∂T )p ]
∂ε
ΔΗ=−nF ε −T (8.44)
sehingga dengan mengukur dan ( (∂ ε /∂T )P kita dapat memperoleh sifat sifat termodinamis
reaksi sel,G,H,S.
Contoh 8.3 Untuk reaksi sell
Hg2Cl2 (s) + H2 (1 atm) 2Hg(l) + 2H+ (a=1) + 2Cl-(a=1),
o
o298 = +0,2676 V dan (∂ ε /∂T )p = -3,19 x 10-4 V/K
karena n = 2,
Go = -2(96484 C/mol)(0,2676 V)(10-3 kJ/J) = -51,64 kJ/mol;
Ho = -2(96484 C/mol)[0,2676 V-298,15 K(-3,19 x 10-4 V/K)](10-3 kJ/J)
= -69,99 kJ/mol;
So = 2(96484 C/mol)(-3,19 x 10-4 V/K) = -61,6 J/K mol
95
8.11 Macam–macam Elektroda
Di sini kita akan menyebutkan beberapa jenis elektroda yang penting, dan memuat reaksi
setengah sel dan persamaan Nernst.
8.11.1 Elektroda Gas Ion
Elektroda gas ion terdiri dari suatu pengumpul elektron yang inert, seperti platina atau
grafit, kontak dengan gas dan ion yang larut. Elektroda H 2½H +, yang didiskusikan secara detail
dalam bab 8.8 adalah salah satu contoh. Contoh yang lain adalah elektroda klorin, Cl 2½Cl-
½grafit:
a2
- -
Cl2 (g) + 2e « 2 Cl (aq) o
φ=φ −
RT ln Cl − (8.46)
2F pCl 2
8.11.2 Elektroda Ion Logam- Logam
Elektroda yang terdiri dari sebatang logam yang dibenamkan dalam larutan yang
mengandung ion logam. Elektroda Zn2+½Zn dan Cu2+½Cu yang dijelaskan terdahulu adalah
contohnya.
o RT 1
Mn+ + ne- « M φ=φ − ln (8.47)
F aM n+
8.11.3 Elektroda Logam-Garam tak larut-Anion
Elektroda ini kadang kadang disebut ‘elektroda jenis kedua’. Ia terdiri dari sepotong
logam yang dibenamkan dalam larutan yang mengandung garam padat tak larut dari logannya
tersenut dan anion dari garamnya. Ada selusin elektroda jenis ini secara umum; kita sebutkan
contoh sedikit saja.
Elektroda Perak-Perak klorida. Cl-½AgCl(s)½Ag(s): gambar 8.3).
AgCl(s) + e- « Ag(s) + Cl-(aq) φ=φ − RT ln a −
o
(8.48)
F Cl
Aktifitas AgCl tidak muncul pada hasilbagi, karena AgCl adalah padatan murni. Karena
potensialnya sensitif terhadap konsentrasi ion klorida, hal ini dapat dipakai untuk mengukur
konsentrasinya. Elektroda Perak-Perak klorida adalah umumnya sering dipakai sebagai elektroda
acuan.
Sejumlah elektroda acuan yang umum adalah elektroda golongan merkuri.
Elektode Calomel. Sejumlah merkuri dilapisi oleh pasta kalomel (merkuro klorida) dan larutan
KCl.
φ=φo− RT ln a2 −
Hg2Cl2(s) + 2e- « 2Hg(i) + 2Cl-(aq)
2F Cl
Elektrode Mercuri-Merkuri Oksida. Sejumlah merkuri dilapisi oleh pasta merkuri oksida dan
larutan basa.
φ=φ − RT ln a2 −
o
HgO(s) + H2O 2e- « Hg(l) + 2OH- (aq)
2FOH
Elektode Mercuri-Merkuro sulfat. Sejumlah merkuri dilapisi dengan pasta merkurosulfat dan
larutan yang mengandung sulfat.
o
RT ln
- 2-
Hg2SO4(s) + 2e « 2Hg(l) + SO4 (aq) φ=φ − a 2−
2F SO4
96
8.3.4 Elektrode ”Oksidasi-Reduksi”
Setiap elektroda yang melibatkan oxidasi reduksi dalam operasinya, tetapi elektroda ini
memiliki bentuk superfluos yang terikat kepadanya. Suatu elektroda oxidasi reduksi memiliki pengumpul
logam inert, biasanya platina, dibenamkan dalam larutan yang mengandung dua soesi yang larut dalam keadaan
oksidasi yang berbeda. Suatu contoh adalah elektroda ion feri-fero (gambar 8.3)
a
o RT Fe2+
97
Langkah 1. Pilih spesi teroksidasi Fe3+ pada sisi reaktan sebagai reaksi setengah sell yang
pertama ; pilih spesi teroksidasi Sn 4+ pada sisi produk sebagai reaksi setangah sell kedua.
Reaksi-reaksi setengah sellnya adalah :
Fe3+ + e Fe2+ o= 0,771 V
Sn4+ + e Sn2+ o= 0,15 V
Langkah 2. Kalikan reaksi setengah sell pertama dengan 2 sehingga masing-masing akan
melibatkan jumlah electron yang sama.
Langkah 3. Kurangkan reaksi kedua dari yang pertama ; ini menghasilkan reksi asal.
Pengurangan potensial kedua dari yang pertama menghasilkan o. o = 0,771 – 0,15 = 0,62 V
Langkah 4. Karena n = 2, kita temukan :
o
nε 2(0,62V ) maka K = 1021
log10 K = 0,05916 V = 0,05916 V =21
Contoh 8.5 2MnO4- + 6H+ + 5H2C2O4 2Mn2+ + 8H2O + 10CO2
Reaksi setengah ini (pilih spesi teroksidasi, MnO4-, pada sisi reaktan untuk reaksi setengah
sell) MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O o= 1,51V;
2CO2 + 2H+ + 2e- H2C2O4 o= - 0,49V.
Kalikan koefisien reaksi pertama dengan 2, juga reaksi kedua dengan 5, kita peroleh :
2MnO4- + 16H+ + 10e- 2Mn2+ + 8H2O o= 1,51V;
10CO2 + 10H+ + 10e- 5H2C2O4 o= - 0,49V.
Dikurangkan, kita peroleh
2MnO4- + 6H+ + 5H2C2O4 2Mn2+ + 8H2O + 10CO2
o = 1,51 V – (-0,49V) = 2 V
karena n = 10,
10(2V )
log K= V =338 atau K = 10338
10 0,05916
Contoh 8.6 Cd + 4 NH3 Cd(NH3)42+
2+
Reaksi ini bukan reaksi oksidasi reduksi ; walaupun demikian itu mungkin saja
terdekomposisi menjadi dua buah reaksi setengah sell. Pilih Cd2+ sebagai spesi teroksidasi untuk
reaksi setengah sell pertama, akan kita sadari bahwa tidak ada spesi tereduksi yang sesuai.
Situasi yang sama muncul jika kita pilih Cd(NH3)42+ sebagai spesi teroksidasi untuk reaksi setengah sell
kedua. Kita ambil saja, kita masukan spesi tereduksi yang sama untuk kedua reaksi tersebut, logam cadmium
tampaknya pilihan yang logis. Sehingga reaksi-reaksi setengah sellnya adalah :
Cd2+ + 2e-Cd o = -0,40 V;
Cd(NH3)42+ + 2e- Cd + 4 NH3 o = -0,61 V
Dikurangkan , kita peroleh :
Cd2+ + 4 NH3 Cd(NH3)42+ o = -0,40 V - (-0,61 V) = +0,21 V
log K = 2(0,21V ) =7,1 atau K = 1,3 x 107
10 0,05916 V
ini merupakan konstanta stabilitas untuk ion kompleks
Contoh 8.7 Cu(OH)2 Cu2+ + 2OH-,
Cu(OH)2 + 2e- Cu + 2 OH-, o = - 0,224 V
Cu2+ + 2e- Cu, o = + 0,337 V
Dikurangkan, kita peroleh
Sehingga potensial elektroda standar adalah ukuran energi Gibbs molar standard suatu ion logam
relative terhadap ion hydrogen.
Logam-logam aktif seperti Zn, Na, atau Mg, memiliki potensial standard yang sangat
negative. Senyawa-senyawanya tak dapat direduksi oleh hydrogen, tetapi justru logam-logamnya
itu sendiri dapat dioksidasi oleh ion H + menghasilkan H2. Logam-logam mulia seperti Cu dan Ag
memiliki fo positif. Senyawa-senyawa logam ini sangat mudah direduksi oleh H 2; logam-
logamnya itu sendiri tidak teroksidasi oleh ion hydrogen. Karena potensial logam bergantung
kepada aktivitas ion logam dalam larutan, factor-faktor yang mempengaruhi aktivitas ion akan
memberikan pengaruh terhadap potensial elektroda. Untuk perak, persamaan Nernst adalah :
1
φAg+ /Ag =0,7991 V −(0,05916 V )log10 a
+
Ag
Selagi nilai aAg+ berkurang, nilaifAg+/Ag juga berkurang. Dengan menggunakan nilai yang
berbeda dari aAg+ dalam persamaan (8.52) kita peroleh:
Untuk setiap pengurangan aktifitas ion perak sebesar pangkat sepuluh, potensialnya anjlog
hingga 59,16mV.
Dibandingkan bila kita mengencerkan larutan untuk mengurangi aktifitas ion perak, jika
kita menambahkan zat pengendap – atau zat pengkompleks yang dengan kuat bergabung dengan
ion perak- sehingga baik aktifitas ion perak maupun potensial elektroda akan berkurang secara
drastis. Sebagai contoh, jika kita menambahkan cukup HCl ke dalam larutan AgNO 3 dalam
elektroda Ag+½Ag, tidak hanya untuk menyempurnakan pengendapan ion perak sebagai AgCl
tetapi juga untuk membawa aktifitas ion Clorida menjadi satu,elektroda akan dikonversi menjadi
elektroda standart Ag½AgCl½Cl-. Untuk elektroda ini kesetimbangannya adalah:
AgCl (s) + e- « Ag (s) + Cl- ; fo = 0,222 V
Potensial ini, jika kita menggunakan Persamaan Nernst untuk elektroda Ag +½Ag, berkaitan dengan
aktifitas ion perak yang diberikan oleh:
1
0,222 V =0,799V −( 0,05916 V )log10 atau a Ag +=1,8 x 10−10
a Ag+
Pada saat yang sama, kesetimbangan kelarutan harus dipenuhi. Sehingga
K =a a
AgCl (s) + e- « Ag (s) + Cl- ; sp Ag+ Cl−
a =1
Karena a Ag+=1,8×10−10 dan Cl− , kita simpulkan bahwa
K sp=aAg+ aCl− =1,8(10−10 )(1)=1,8×10−10
99
Hal itu mengikuti bahwa kita dapat menentukan konstanta hasil kali kelarutan untuk zat yang
sedikit larut dengan mengukur potensial standart dari sel elektrokimia yang bersesuaian.
(Bandingkan dengan contoh 8.6 dan 8.7 bab 8.12)
Dari alasan di atas dapat dilihat bahwa semakin stabil spesi yang berikatan dengan ion
perak, semakin rendah potensial elektroda perak. Sekelompok nilai 0 untuk berbagai pasangan
perak diberikan di Tabel 8.2. Dari nilai di Tabel 8.2, jelas bahwa ion iodida mengikat Ag + lebih
effektif daripada bromida atau clorida; AgI kurang dapat larut dibanding AgCl atau AgBr. Fakta
bahwa perak iodida- pasangan perak yang memiliki potensial negatif berarti bahwa perak
seharusnya larut dalam HI dengan membebaskan hidrogen. Hal ini berlangsung dalam
kenyataan, tetapi tindakan tersebut berhenti tepat pada waktunya karena lapisan tak larut AgI
yang terbentuk dan melindungi permukaan Ag dari serangan lebih lanjut.
Tabel 8.2
Pasangan o/V
Ag+ + e- Ag 0,7991
- -
AgCl (s) + e Ag (s) + Cl 0,2222
- -
AgBr (s) + e Ag (s) + Br 0,03
AgI (s) + e- Ag (s) + I- -0,151
-0,69
Ag2S (s) + e Ag (s) + S =
-
Zat yang membentuk komplek yang larut dengan ion logam juga menurunkan potensial
elektroda. Dua contoh adalah
Ag(NH3)2+ + e- Ag + 2NH3, o= +0,373 V;
- - -
Ag(CN)2 + e Ag + 2CN , o= -0,31 V.
Apakah logam itu mulia atau logam aktif bergantung pada lingkungannya. Biasanya perak
adalah logan mulia,dengan adanya ion iodida, sulfida, atau sianida, ia menjadi logam aktif (jika
kita memandang potensial nol sebagai garis pembagi antara logam aktif dan mulia.)
100
8.15 Reversibilitas
Dalam pembahasan tentang elektroda dan sel sebelumnya kita mengasumsikan secara
implisit bahwa elektroda atau sel berada dalam kesetimbangan terhadap transformasi kimia dan
listrik tertentu. Dengan definisi ini, elektroda atau sel semacam ini adalah reversibel . Untuk
mengkorelasikan nilai nilai potensial terukur dengan yang dihitung memakai persamaan Nernst,
nilai nilai terukur harus setimbang atau nilai nilai reversibel; pengukuran potensiometrik yang
didalamnya tidak ada arus yang dipindahkan dari sel idealnya diset untuk pengukuran potensial
reversibel.
Perhatikan sel, Pt½H2½H+½½Cu2+½Cu, yang kita diskusikan dalam bab 8.9 reaksi selnya
adalah
Cu2+ + H2 « 2H+ + Cu
Tembaga adalah elektroda positif dan platina adalah elektroda negatif. Anggap bahwa sel dalam
kesetimbangan dengan potensiometer ,seperti tampak pada gambar 8.5. Sekarang jika kita
menggerakkan pengaturan kontak,S, ke sebelah kana titik setimbang, yang akan membuat
tembaga lebih positif; Cu kemudian akan meninggalkan sebagai Cu2+ dan elektron akan
berpindah dari sebelah kanan ke kiri di rangkaian luar. Pada platina elektron akan bergabung
dengan H+ membentuk H2. Keseluruhan reaksi berlangsung dalam arah yang berlawanan dari
kanan ke kiri. Sebaliknya, jika pengatur kontak digerakkan ke kiri, elektron akan berpindah dari
kiri ke kanan di rangkaian luar; H2 akan terionisasi membentuk H+ dan Cu2+ akan tereduksi
sebagai tembaga. Dalam situasi ini sel memproduksi kerja, sedang pada siklus sebelumnya tadi
kerja dihilangkan.
Sel akan bersifat reversibel jika menggerakkan kontak potensiometer sedikit ke satu sisi
dari titik kesetimbangan dan kemudian ke sisi yang lain, membalikkan arus dan arah reaksi
kimia. Pada prakteknya, itu tak perlu menganalisa jumlah reaktan dan produk setelah tiap tiap
pengaturan untuk memastikan apakah reaksi berjalan seperti yang dikehendaki. Jika selnya
irreversibel, memindahkan potensiometer sedikit di luar kesetimbangan biasanya mengakibatkan
aliran arus yang cukup besar, sementara kebutuhan reversibilitas yaitu hanya aliran arus sedikit
jika ketidakseimbangan antara potensial adalah sedikit. Lebih jauh lagi, dalam sel yang
irreversibel, setelah sedikit pengusikan kesetimbangan dalam rangkaiannya, titik kesetimbangan
yang baru biasanya berbeda secara signifikan dari sebelumnya. Untuk alasan ini, sel irreversibel
menunjukkan suatu perilaku tak menentu (tak teratur) yang nyata dan seringkali tidak mungkin
membawa potensiometer ke kesetimbangan dengan sel semacam ini.
ε=ε + =εo + − RT ln 1
Ag / Ag Ag / Ag
o
pada suhu 25 C F aAg+
ε=εo +
/ Ag
+(0,05916 V )log10 a + (8.53)
Ag Ag
Jika larutan adalah larutan encer ideal, kita dapat mengganti aAg+ dengan m+ = m, molalitas
garam perak tersebut.Persamaan (8.53) akan menjadi
e = eoAg+/Ag + (0,05916V)log10 m
101
Dengan mengukur e pada beberapa nilai m dan mengeplot e terhadap log10m, garis lurus dengan
slop 0,05916 V akan diperoleh, seperti dalam Gambar 8.5(a). Intersep pada sumbu tegak, m =
1,adalah nilai eo. Bagaimanapun, kehidupan tidaklah begitu sederhana. Kita tidak dapat
mengganti aAg+ dengan m dan mengharapkan ketelitian dalam persamaan kita. Di dalam larutan
ionik, aktifitas ion dapat diganti dengan oleh aktifitas ionik rata rata a = g m . Jika larutan
hanya mengandung perak nitrat, maka m = m; dan persamaan (8.53) menjadi:
e = eoAg+/Ag + (0,05916V)log10 m + (0,05916V)log10 g..
Gambar 8.5 (a) Ketergantungan ‘ideal’ E pada m, (b) Alur untuk mencari Eo dengan ekstrapolasi
Jika pengukuran dilakukan pada larutan yang cukup encer sedemikian hingga hukum pembatas
Debye-Huckel, persamaan (7.82) adalah valid, maka
log10 g = -(0,5092 V kg1/2/mol1/2)m1/2,
dan kita dapat mereduksi persamaan menjadi:
e - (0,05916V)log10 m = eoAg+/Ag - (0,03012 V kg1/2/mol1/2)m1/2 (8.54)
Dari nilai nilai e dan m yang terukur, bagian kiri dari persamaan ini dapat dihitung. Bagian kiri
diplot terhadap m1/2; ekstrapolasi kurva ke m1/2 = 0 menghasilkan intersep yaitu sama dengan
eoAg+/Ag. Plot tersebut ditunjukkan secara skematik di gambar 8.6(b). Begitulah dengan metoda ini
nilai nilai eo yang teliti diperoleh dari nilai nilai e yang terukur pada tiap setengah sel.
8.17 Penentuan Aktivitas dan Koefisien Aktivitas Potensial Sel
Suatu kali nilai eo yang teliti diperoleh untuk suatu sel, kemudian pengukuran potensial
menghasilkan nilai koefisien aktifitas secara langsung. Perhatikan sel
Pt½H2(f = 1) ½H+,Cl-½AgCl½Ag
Reaksi sellnya adalah :
AgCl(s) + ½ H2(f = 1) « Ag + H+ + Cl-
Potensial sellnya adalah :
o RT )
ε=ε − ln ( a + a − (8.55)
F H Cl
Menurut persamaan (8.55), potensial sel tidak bergantung pada aktifitas ion individual tetapi
pada hasilkali aH+a Cl-. Jika hal itu dibalik tidak ada kuatitas yang dapat diukur yang
bergantung pada aktifitas ion individual. Konsekuensinya, kita mengganti hasilkali aH+aCl-
dengan a2. Sedang dalam HCl, m = m, kita dapatkan a2 = (g m)2 ; ini mereduksi persamaan
(8.55) menjadi:
e = eo - 2 RT ln m - 2 RT ln g (8.56)
F F
pada suhu 25oC
e = eo – (0,1183 V)log10 m – (0,1183)log10 g (8.57)
o
Setelah menentukan e dengan ekstrapolasi seperti dijelaskan dalam bab 8.16, kita lihat bahwa
nilai nilai e menentukan nilai nilai g pada setiap nilai m. Sebaliknya, jika nilai g diketahui pada
semua nilai m, potensial sel e dapat dihitung dari persamaan (8.56) atau (8.57) sebagai fungsi m.
102
Pengukuran potensial sel adalah metoda yang paling bermanfaat untuk memperoleh nilai
nilai aktifitas elektrolit. Secara eksperimen, paling tidak pada banyak kasus, jauh lebih mudah
untuk menanganinya daripada pengukuran sifat sifat koligatif. Hal itu memiliki keuntungan
tambahan yaitu dapat dipakai untuk daerah suhu yang luas. Walaupun potensial sel dapat diukur
dalam solven non air, kesetimbangan elektrodanya seringkali tidak mudah ditetapkan sehingga
kesulitan kesulitan eksperimentalnya lebih besar.
Gambar 8.6
Kita dapat menghitung potensial sel jika kita menganggap bahwa pada lintasan satu mol
muatan listrik melalui sel semua perubahan berlangsung reversibel. Kemudian potensial sel dinyatakan
sebagai:
−Fε=∑ ΔGi (8.58)
i
dengan å DGi adalah jumlah semua perubahan energi Gibbs dalam sel yang menyertai lintasan
satu mol muatan positif naik melalui sel. Perubahan energi Gibbs adalah :
elektroda bawah Ag(s) + Cl- (a1)® AgCl(s) + e-
elektoda atas AgCl(s) + e- ® Cl- (a2) + Ag(s)
perubahan netto di kedua elektroda Cl-(a1) ® Cl-(a2)
Selain itu, pada batas di kedua larutan sebagian t+ dari muatan dibawa oleh H+ dan sebagian t-
dibawa oleh Cl-. Fraksi t+ dan t- adalah bilangan transfer, atau bilangan transport, dari ion. Satu
103
mol muatan positif melintasi batas memerlukan bahwa t+ mol ion H+ bergerak naik dari larutan a1
ke larutan a2, dan t- mol Cl- bergerak turun dari a2 ke a1. Sehingga pada batas:
t+ H+ (a1) ® t+ H+ (a2) dan t - Cl- (a2) ® t – Cl- (a1)
Perubahan total dalam sel adalah jumlah perubahan pada elektroda dan pada batas:
t+ H+ (a1) + Cl- (a1) + t - Cl- (a2) ® t+ H+ (a2) + Cl- (a2) + t – Cl- (a1)
Jumlah fraksi fraksi harus satu, sehingga t- = 1 – t+. Dengan memakai nilai t- ini dalam persamaan,
setelah ditata ulang , tereduksi menjadi:
t+ H+ (a1) + t + Cl- (a1) ® t+ H+ (a2) + t + Cl- (a2 ) (8.59)
Reaksi sel (8.59) adalah transfer t+ mol HCl dari larutan a1 ke larutan a2. Perubahan energi Gibbs
total adalah :
G = t +[oH++RT ln(aH+)2+oCl-+RT ln (aCl-)2 - oH+ -RT ln (aH+)1 - oCl- - RT ln
(aCl-)1]
(
(a + a − )2 a )
H Cl ±2
DG = t + RT ln (a + a − ) = 2t + RT ln (a)
H Cl 1 ±1
karena aH+aCl- = a2.. Dengan menggunakan pers (8.58), kita peroleh potensial sel dengan pemindahan
(transference),
( a± )2
2t+ RT
εwt=− ln (8.60)
F (a± )1
Jika batas antara dua larutan tidak memberi kontribusi pada potensial sel, maka hanya
perubahan yang dikontribusikan oleh elektroda, yang adalah
Cl- (a1) ® Cl- (a2)
Nilai yang bersesuaian dari DG adalah
(a )
DG = moCl- + RT ln (aCl-)2 - moCl- - RT ln (aCl-)1 = RT ln ( a ±) 2 ,
±1
dengan aCl- telah diganti oleh aktifitas ionik rata rata a.. Sel ini tanpa pemindahan dan memiliki
potensial:
ε =− ΔG RT (a± )2
wot
F =− F ln (a± )1 (8.61)
Potensial total sel dengan pemindahan adalah sel tanpa pemindahan plus potensial ‘junction’, ej.
sehingga ewt = ewot + ej , jadi
ej = ewt - ewot (8.62)
gunakan persamaan (8.60) dan (8.61), menjadi
RT (a )
ej = (1 – 2t +) F ln ( a ±) 2 (8.63)
±1
Dari persamaan (8.63) jelas bahwa jika t+ mendekati 0,5 ; potensial’liquid junction’ kecil,relasi
ini benar hanya bila dua elektroda dalam sel menghasilkan dua ion dalam larutan. Dengan
mengukur potensial sel dengan dan tanpa pemindahan dimungkinkan untuk mengevaluasi ej dan
t+. Ingat, dengan membandingkan persamaan (8.60) dan (8.61) bahwa
ewt = 2t + ewot (8.64)
Trik (cara) dalam semua ini dapat untuk menetapkan batas yang jelas (tajam) sehingga
untuk memperoleh pengukuran ewt yang reprodusibel dan dapat untuk membangun sel yang
menghilangkan ej sehingga ewot dapat diukur. Ada beberapa cara yang cerdas untuk menetapkan
batas yang tegas antara dua larutan; bagaimanapun,itu tak akan dibicarakan di sini. Problem
kedua untuk menyusun sel tanpa batas cairan adalah lebih berkaitan dengan pembicaraan kita.
Sel konsentrasi tanpa pemindahan (yaitu, tanpa ‘liquid junction’) tampak dalam gambar
8.8. Sel terdiri atas dua sel seri, yang dapat disimbolkan dengan
Pt½H2(p) ½H+ , Cl-(a)1½AgCl½Ag Ag½AgCl½Cl-,H+ (a)2½H2(p)
½Pt Potensial adalah jumlah dari potensial dua sel secara terpisah:
104
e = [(AgCl/Ag) - (H+/H2)]1 + [(H+/H2) - (AgCl/Ag)]2
Gambar 8.7
Dengan menuliskan persamaan Nernst untuk tiap potensial,diperoleh
1 1
RT RT p2 RT p2 RT ln(
o
ε=φ − − ln (a − )+ F
ln (aH + )1
+− ln (aH + )2
−φ −+ a − ) ]
[ F ][ F F
2
AgCl / Ag /Cl Cl 1 AgCl / Ag / Cl Cl
( )
RT a H+ aCl− 2 2 RT ( a± )2
ε= ln = ln
( +
F a a −) F (a)
H Cl 1 ±1
105
aluminium teranodisasi. Dissolusi anodik suatu logam sangat penting dalam elektrorefining dan
elektromachining dari logam.
Proses yang menghasilkan tenaga berlangsung di dalam sel elektrokimia; proses ini
menyerap zat berenergi tinggi dan menghasilkan tenaga listrik. Dua peralatan yang penting
dideskripsikan di bab 8.21.
Sangat menarik untuk mengingat bahwa penemuan sel elektrokimia oleh Alessandro
Volta pada 1800 adalah, pada kenyataannya, suatu penemuan kembali. Akhir akhir ini,
penggalian arkeologis di Timur Dekat menemukan dengan penggalian itu semacam sel
elektrokimia yang didasarkan pada elektroda besi dan tembaga; peralatan tersebut diperkirakan
umurnya kira kira antara 300 sebelum masehi dan 300 AD. Juga terdapat bukti bukti dan
petunjuk bahwa, segera setelah awal 2500 sebelum masehi, penduduk Mesir mengetahui
bagaimana melapisi suatu benda.
Wel = -H (T T− T )
1
1
2
Jumlah kerja ini pada pokoknya lebih kecil (seringkali lebih kecil tiga sampai lima kali)
dibanding yang seharusnya bisa diperoleh secara elektrokimia dari reaksi yang sama. Jadi sel
elektrokimia menawarkan kemungkinan untuk produksi energi listrik yang effisien dari sumber
sumber kimia yang tidak akan dicapai secara ekual oleh alat lain.
106
Contoh yang lain adalah sel Edison dan sel Nikel-kadmium yang dapat diisi kembali dan
dipakai pada kalkulator dan lampu sorot.
3. Sel Bahan bakar. Sel bahan bakar seperti halnya sel primer ,dirancang menggunakan bahan-
bahan berenergi tinggi untuk menghasilkan tenaga(energi). Ada perbedaan dari sel primer
yaitu sel ini dirancang untuk menerima pasokan kontinyu dari bahan bakar, dan bahan bakar
tersebut adalah bahan bahan yang umumnya kita sebut sebagai bahan bakar, seperti
hidrogen,karbon,dan hidrokarbon. Akhirnya kita bahkan boleh berharap untuk memakai
arang dan petroleum.
Gambar 8.8
Kurva pada gambar 8.9 menunjukkan potensial sel versus waktu untuk berbagai sel
setelah hubungan ke suatu beban yang menggambarkan suatu densitas arus, i1. Reaksi elektroda
dalam sel A dan B sangat lambat dan tidak dapat mempertahankan aliran arus. Potensial sel
tersebut turun dengan cepat ke nol dan tenaga(energi), I, juga menuju nol. Kedua sel mula mula
menyediakan sedikit energi, tetapi sel tidak juga dapat dipakai menjadi sumber tenaga praktis.
Dengan kata lain, reaksi elektroda dalam sel C cukup cepat untuk menyimpan muatan pada
elektroda. Potensial sel turun sedikit tetapi kemudian tetap pada nilai yang relatif tinggi selama
beberapa waktu yang lama, jadi tenaga(energi), I, tersedia cukup. Jika arus yang lebih besar
digambarkan dari sel C (i2 i1), potensial turun sedikit lebih tetapi masih relatif tinggi. Bahkan di
107
dalam keadaan ini sel C adalah sumber energi yang praktis. Turunan yang cepat pada potensial
seperti pada akhir kurva C, menandai ausnya bahan bahan aktif, yaitu bahan bakar. Jika
didatangkan bahan bakar lagi, kurva akan tetap datar, dan sel akan melanjutkan penyediaan
tenaga.
Kita simpulkan bahwa jika sel dijadikan sumber energi praktis reaksi elektroda harus
cepat. Reaksi harus terjadi dengan cukup cepat sehingga potensial sel hanya turun sedikit di
bawah potensial rangkaian luarnya. Masalah dalam merencanakan sel bahan bakar untuk
membakar arang terletak dalam menemukan permukaan elektroda yang di atasnya reaksi yang
tepat akan berlangsung dengan cepat pada suhu yang layak. Dapatkah kita menciptakan katalis
yang tepat? Waktu yang akan bicara.
109
tabel 8.3 Sifat termodinamika reaksi sel bakar yang mungkin
o o o
−ΔG −ΔΗ −ΔG TΔS ε
Reaksi o
kJ /mol kJ /mol −ΔΗ kJ /mol V
H2 + ½ O2 H2O 237,178 285,830 0,83 -48,651 1,23
C+O2CO2 394,359 393,509 1,002 +0,857 1,02
C+½O2CO 137,152 110,524 1,24 26,628 1,42
CO + ½ O2 CO2 257,207 282,985 0,91 -25,77 1,33
CH4 + 2O2 CO2 + H2O 817,96 890,36 0,92 -72,38 1,06
CH3OH + 3/2 O2 CO2 + 2 H2O 702,36 726,51 0,97 --24,11 1,21
5306,80 5512,10 0,96 -205,19 1,10
C8H18 + 25/2 O2 8 CO2 + H2O
C2H5OH + O2 2 CO2 + 9 H2O 1325,36 1366,82 0,97 -41,36 1,15
LINK VIDEO
https://www.youtube.com/watch?v=y1XTNhGRU5Q
potensial elektroda
https://www.youtube.com/watch?v=TXC7gj8MBSc
soal potensial standart
https://www.youtube.com/watch?v=2GG26EY3JhY&t=58s
potensial sel standart
https://www.youtube.com/watch?v=D1jxu01fO_g
potensial reduksi standart
https://www.youtube.com/watch?v=JmhNuVr325Q