Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN
A. AKREDITASI PUSKESMAS
1. Pengertian
Akreditasi adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independent
penyelenggaraan akreditasi yang ditetapkan oleh menteri setelah memenuhi standar
akreditasi (Menkes RI, 2015).
Akreditasi puskesmas adalah proses penilaian oleh komisi akreditasi atau
perwakilan di provinsi terhadap puskesmas untuk menilai apakah sistem manajemen
mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan upaya pokok sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Jadi yang menilai akreditasi puskesmas merupakan komisi yang
memang sudah dilatih khusus menjadi penilai apakah sebuah puskesmas lulus
akreditasi atau tidak (Yuwono, 2016).
Akreditasi puskesmas adalah pengakuan terhadap puskesmas yang diberikan
oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri
setelah dinilai bahwa puskesmas telah memenuhi standar pelayanan puskesmas
secara berkesinambungan.
2. Tujuan Akreditasi
Tujuan dari pengaturan akreditasi puskesmas menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No. 46 tahun (2015) adalah sebagai berikut
a. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
b. Meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat
dan lingkungannya, serta puskesmas sebagai institusi.
c. Meningkatkan kinerja puskesmas.
Berdasarkan penjabarannya tujuan umum dari akreditasi puskesmas adalah
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas. Tujuan khusus akreditasi adalah memacu
puskesmas untuk memenuhi standar yang ditetapkan, menetapkan strata akreditasi
puskesmas yang telah memenuhi standar yang ditentukan, memberikan jaminan
kepada petugas kesehatan bahwa pelayanan yang diberikan telah memenuhi standar
yang ditetapkan, memberikan jaminan kepada pelanggan atau masyarakat bahwa
pelayanan yang diberikan oleh puskesmas telah sesuai standar, terbinanya
puskesmas dalam rangka memperbaiki sistem pelayanan, mutu dan kinerja.
3. Dasar Hukum Pelaksanaan Akreditasi
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Kurun Tahun 2017 dengan nomor
100/C/IX/SK/PUSK-KK/II/2017 tentang sasaran-sasaran keselamatan pasien
Puskesmas Kurun yaitu pengurangan terjadinya risiko infeksi, maka semua petugas
Puskesmas Kurun wajib menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir. Tujuh langkah cuci tangan pakai sabun
(CTPS) harus dilaksanakan pada lima keadaan seperti : sebelum kontak dengan
pasien, setelah kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah kontak
dengan cairan tubuh pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
Elemen penilaian sasaran tersebut puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi
pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum
(a.I dari WHO patien Safety), puskesmas menerapkan program hand hygiene yang
efektif, dan kebijakan atau prosedur serta dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi yang berkaitan pelayanan
kesehatan.
Surat Keputusan Pimpinan Puskesmas Kurun Tahun 2017 dengan nomor
096/C/IX/SK/PUSK-KK/II/2017 tentang penyusunan indikator perilaku pemberi
pelayanan klinis yaitu mencuci tangan memakai sabun sebelum dan sesudah
tindakan, menggunakan APD pada waktu melakukan tindakan medis, menyapa
pasien dengan ramah, memberikan konseling atau penjelasan kepada pasien sebelum
tindakan, melakukan prinsip-prinsip pencegahan infeksi dengan melakukan
sterilisasi alat sesuai prosedur.
4. Konsep Akreditasi Puskesmas
a. Langkah-Langkah Persiapan Akreditasi Puskesmas
Puskesmas yang akan di akreditasi ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pelaksanaan penyiapan akreditasi dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh tim
pendamping akreditasi puskesmas yang ditunjuk dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Lokakarya di puskesmas minimal selama dua hari efektif untuk penggalang
komitmen dan pengenalan awal tentang standar dan istrumen akreditasi,
pembentukan panitia persiapan akreditasi puskesmas, dan pembentukan
kelompok kerja, yaitu kelompok kerja administrasi dan manajemen,
kelompok kerja upaya kesehatan masyarakat, dan kelompok kerja upaya
kesehatan perorangan.
2) Pendampingan di puskesmas berupa pelatihan pemahaman standar dan
instrumen yang di ikuti oleh seluruh karyawan puskesmas untuk memahami
secara rinci standar dan instrumen akreditasi puskesmas dan persiapan self
assesment.
3) Pelaksanaan self assesment oleh panitia persiapan akreditasi puskesmas.
4) Panitia persiapan akreditasi puskesmas melakukan pembahasan hasil self
assesment bersama tim pendamping akreditasi dan menyusun rencana aksi
untuk persiapan akreditasi.
5) Penyiapan dokumen akreditasi, dengan tahap :
a) Identifikasi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh standar
akreditasi.
b) Penyiapan tata naskah penulisan dokumen termasuk di dalamnya
pengendalian dokumen akreditasi yang meliputi pengaturan tentang
kewenangan pembuatan, pemanfaatan, dan penyimpanan dokumen
puskesmas.
c) Penyiapan dokumen akreditasi:
 Dokumen internal yang meliputi surat-surat keputusan, pedoman
mutu, pedoman-pedoman yang terkait dengan pelayanan, kerangka
acuan, standar prosedur operasional (SPO), dan rekam implementasi
atau dokumen sebagai bukti telusur.
 Dokumentasi eksternal yang perlu disediakan. Penyiapan dokemuen
sebagai regualasi internal tersebut membutuhkan waktu lebih kurang
4 bulan. Selama penyiapan dokumen dilakukan pendampingan lebih
kurang sampai 5 kali/ 2hari.
6) Penataan sistem manajemen dan sistem penyelenggaraan UKM dan UKP.
7) Setelah dokumen yang merupakan regulasi internal disusun, berikut dengan
program-program kegiatan yang direncanakan, maka dilakukan
implementasi sesuai dengan kebijakan, pedoman/panduan, prosedur dan
program kegiatan yang direncanakan. Pelaksanaan kegiatan implementasi
tersebut diperkirakan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 sampai 6 bulan,
dengan pendampingan 3 sampai 5 kali/2 hari.
8) Penilaian pra-sertifikasi oleh tim pendamping akreditasi, untuk mengetahui
kesiapan puskesmas untuk di usulkan dilakukan penilaian akreditasi.
9) Pengusulan puskesmas yang siap diakreditasi dilakukan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan rekomendasi hasil penilaian pra-
sertifikasi oleh tim pendamping akreditasi.
b. Standar Intrumen Akreditas Puskesmas
Akreditasi puskesmas tentang cuci tangan harus dilakukan sesuai dengan
standar akreditasi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, (2015) Untuk
penilaian akreditasi puskesmas tentang melakukan kebersihan tangan dibagian
Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) yaitu:
1) Tanggung jawab tenaga klinis Pada hal ini yang dinilai yaitu perencanaan,
monitoring, dan evaluasi mutu pelayanan klinis dan keselamatan menjadi
tanggung jawab tenaga yang bekerja di pelayanan klinis.
2) Pemahaman mutu pelayanan klinis Pada hal ini yang dinilai yaitu mutu
pelayanan klinis dan keselamatan dipahami dan didefinisikan dengan baik
oleh semua pihak yang berkepentingan.
3) Pengukuran mutu pelayanan klinis dan sasaran keselamatan pasien Pada hal
ini yang dinilai yaitu mutu pelayanan klinis dan sasaran keselamatan pasien
diukur, dikumpulkan, dan dievaluasi dengan tepat.
4) Peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien Pada hal ini yang
dinilai yaitu perbaikan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien
diupayakan, dievaluasi, dan dikomunikasikan dengan baik.
c. Standar Audit Internal Akreditasi
Audit internal adalah suatu proses penilaian yang dilakukan di dalam
suatu organisasi oleh auditor internal yang juga adalah karyawan yang bekerja
pada organisasi tersebut untuk kepentingan internal organisasi tersebut.
Auditor internal adalah karyawan puskesmas yang dipilih oleh kepala
Puskesmas untuk melakukan audit internal. Karyawan tersebut harus memiliki
kompetensi untuk melakukan audit internal. Auditor internal beperan sebagai
katalisator untuk mempercepat perubahan dalam upaya memastikan kebijakan
mutu yang ditetapkan dilaksankan dalam pelayanan, memberdayakan sistem
manajemen mutu, memperbaiki sistem pelayanan, dan meningkatkan kinerja
pelayanan.
Sesuai dengan standar akreditasi, audit internal harus direncanakan dan
dilaksanakan secara periodik. Maka kepala puskesmas perlu menetapkan siklus
suatu unit kerja akan di audit ulang, misalnya selang 3 bulan unit kerja tersebut
akan di audit ulang. Rencana program audit antara lain :
1) Tujuan audit
Tim audit harus menentukan tujuan audit, yaitu untuk melakukan penilaian
kinerja dibandingkan dengan standar tertentu.
2) Lingkup audit
Dalam rencana audit harus dijelaskan ruang lingkup audit, yaitu unit kerja
yang akan di audit.
3) Objek audit
Rencana audit juga harus menjelaskan apa saja yang akan di audit sebagai
objek audit.
4) Alokasi waktu
Kejelasan penjadwalan kegiatan.
5) Metode audit
Metode yang digunakan dalam kegiatan audit harus dijelakan dalam
rencana audit.
6) Persiapan audit
Persiapan auditor, penetapan kriteria audit, dan penyusunan instrumen
audit.
7) Jadwal program audit 1 tahun
Sesuai dengan persyaratan yang diminta dalam standar akreditasi,
puskesmas perlu menyusun rencana kegiatan audit selama 1 tahun, misal
pada bulan januari dilakukan audit untuk upaya kesehatan ibu dan anak,
maka pada bulan April dilakukan audit ulang untuk mengetahui kemajuan
yang sudah dilakukan.
Teknik audit dan pengumpulan data meliputi wawancara, mengamati
proses pelaksanaan kegiatan, meminta penjelasan kepada auditee, meminta
peragaan kepada auditee, memeriksa dan menelaah dokumen, memeriksa
dengan menggunakan instrumen daftar titik, mencari bukti-bukti, melakukan
pemeriksaan silang, mencari informasi dari sumber luar, menganalisa data dan
informasi, dan menarik kesimpulan.
Standar/kriteria audit adalah:
1) Standar sumber daya (SDM, sarana, dan prasarana).
2) SOP prioritas
3) Standar kinerja (SPM, standar kinerja klinis, kejadian insiden keselamatan
pasien, sasaran keselamatan pasien).
4) Standar akreditasi, misal : (PMKP) peningkatan mutu klinis dan
keselamatan pasien (Menkes RI, 2018)
Essensi/inti audit internal untuk mencapai tujuan dan memperoleh
manfaat tesebut, maka audit internal perlu dilaksanakan dengan pendekatan
sebagai berikut :
1) Proses interaktif : audit merupakan proses interaksi antara auditor dan
auditee, terjadi komunikasi timbal balik antara auditor dan auditee.
2) Kegiatan sistematis : direncanakan, dikoordinasikan, dilaksanakan, dan
dikendalikan secara efesien. Audit internal ini harus direncanakan dan
dikoordinasikan dengan pihak yang akan di audit. Audit internal bukanlah
inspeksi yang mendadak tetapi terencana dan harus diketahui oleh pihak
yang di audit. Pelaksanaannya dipandu dengan rencana audit yang lengkap
dengan tujuan, metoda dan perangkat audit yang telah disiapkan. Auditor
harus mengendalikan keseluruhan kegiatan audit agar sesuai dengan
rencana dan didokumentasikan dengan baik.
3) Audit internal dilaksanakan harus bermanfaat untuk melakukan perbaikan
yang berkesinambungan dalam penyedian pelayanan di fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP).
4) Audit internal dilakukan secara objektif berdasarkan buktibukti nyata tidak
boleh berdasarkan asumsi.
5) Audit intenal berpijak pada fakta dan kebenaran dari buktibukti yang nyata
di tempat kerja.
6) Melibatkan proses analisis/evaluasi/penilaian/pengujian. Bukti-bukti audit
dicocokan dengan kriteria audit yang digunakan untuk menilai kesesuaian
terhadap kriteria yang digunakan.
7) Dilaksanakan berdasarkan standar/kriteria tertentu. Sebelum melakukan
audit harus ditetapkan standar yang akan digunakan.
8) Merupakan kegiatan yang berulang. Dilakukan secara periodik untuk
menilai kemajuan dari suatu unit kerja.
9) Menghasilkan laporan. Seluruh laporan audit harus didokumentasikan dan
dilaporkan kepada kepala FKTP.
Proses pelaksanaan audit internal terdiri dari kegiatan untuk memastikan,
menilai, dan merekomendasi. Ketiga kegiatan ini dilakukan oleh auditor dengan
cara :
1) Telaah dokumen. Telaah dokumen dilakukan baik untuk menelaah regulasi
(kebijakan, SOP, pedoman/panduan). Yang disusun oleh organisasi/unit
kerja, dan dokumendokumen yang berupa rekam kegiatan.
2) Observasi. Auditor dapat melakukan observasi langsung kegiatan yang
dilakukan di tempat kerja.
3) Meminta penjelasan dari auditee. Auditor dapat melakukan wawancara,
meminta penjelasan atau klarifikasi pada auditee tentang kegiatan yang
dilakukan.
4) Meminta peragaan dilakukan oleh auditee. Jika diperlukan auditor dapat
meminta auditee untuk memperagakan kegiatan yang seharusnya dapat
dilakukan oleh auditee.
5) Membandingkan kenyataan dengan standar/kriteria. Auditor harus
membandingkan kenyataan dengan standar/kriteria audit yang sudah
ditetapkan.
6) Meminta bukti atas suatu kegiatan/transaksi. Auditor dapat meminta bukti-
bukti kegiatan transaksi yang dilakukan oleh auditee.
7) Pemeriksaan secara fisik terhadap fasilitas. Jika dalam lingkup audit
pemeriksaan fasilitas, maka auditor dapat melakukan pemeriksaan fisik
terhadap fasilitas maupun peralatan yang ada.
8) Pemeriksaan silang (cross-chek). Untuk meyakinkan kebenaran dari bukti
yang ada, auditor dapat melakukan verifikasi dengan pemeriksaan silang.
9) Mengakses catatan yang simpan auditee. Auditor harus diberi kewenangan
untuk akses terhadap catatan yang di simpan auditor terkait dengan kegiatan
pelayanan yang dilakukan.
10) Mewawancarai auditee. Proses interaksi auditee dilakukan melaui
wawancara.
11) Menyampaikan angket survei. Jika diperlukan auditor dapat menyampaikan
angket survei kepada auditee.
12) Menganalisis data. Semua bukti-bukti yang diperoleh dianalisis oleh auditor
dengan mencocokan dengan standar/kriteria untuk menarik kesimpulan
(Menkes RI, 2018).
Menurut Huang, (2014 ) menilai akurasi dari berbagai pendekatan hand
hygiene yaitu pemantauan langsung umumnya dianggap sebagai standar emas,
meskipun keterbatasan termasuk intensitas sumber daya. Jenis alat audit
kepatuhan kebersihan tangan yang digunakan penggunaan alat standard seperti
SOP enam langkah WHO.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi
seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau yang
dialaminya. Beberapa bentuk jawaban petanyaan atau pernyataan yang masuk
dalam kategori skala Likert adalah (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3)
setuju, dan (4) sangat setuju (Hidayat, 2014).
Kategori menurut Nursalam, (2013) hasil berupa persentase untuk
menilainya dibagi dengan katergori :
 Baik : ≥ 75% - 100%
 Kurang baik : < 75%

Anda mungkin juga menyukai