Anda di halaman 1dari 39

+ - +

+ - + - +
- + - + -
-
+ -
FI2203-FISIKA MODERN
08: Model Atom dan Persamaan
Schrodinger

Triyanta
Kelompok Keilmuan Fisika Teoretik Energi Tinggi (FTETi)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
+ - +
+ - + - +
- + - + -
- -
+
Model Atom
• Pemahaman tentang atom berkembang dari sejak jaman Yunani
sampai sekarang
• Pertama kali diperkenal oleh Democritus and Leucippus pada
abad ke lima sebelum Masehi: atom (𝛼𝜏𝑜𝜇𝑜𝜁) adalah obyek
sangat kecil yang yang tidak dapat dipecah menjadi bagian yang
lebih kecil.
• Model atom Dalton: semua materi terdiri atas hal-hal yang
sangat kecil yang disebutnya atom. (sama dengan Democritus,
saat itu inti dan elektron belum dikenal).

https://www.siyavula.com/read/science/grade-10/the-atom/04-the-atom-02 (20-02-2020)
• Model atom Thompson: setelah penemuan -
+ +
elektron oleh J.J. Thompson (1897) dipahami + - + -
bahwa atom bukan struktur terkecil. Atom +
-
terdiri atas electron-elektron negatif yang + - + -
mengapung dalam "sup" bermuatan positif, - -
+
mirip kismis dalam kue buah

• Model atom Rutherford: penemuan inti


membuat model atom berubah. Atom terdiri
atas obyek yang sangat kecil bermuatan listrik
positif (tapi memiliki kerapatan sangat tinggi)
yang dikelilingi elektron bermuatan negatif.
Dinamakan pula model planet
Model Atom Bohr
• Berdasarkan model atom Rutherford, atom terdiri atas inti
bermuatan listrik positif dan elektron-elektron bermuatan
listrik negatif
• Elektron bergerak mengitari inti
• Jika tidak ada pengaruh luar, elektron-elektron di dalam
atom tetap mengitari inti sepanjang masa.

inti
e
Menurut (elektrodinamika) klasik
• Muatan yang bergerak dengan percepatan memancarkan
energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik
• Elektron dalam atom bergerak dalam orbit melengkung
sehingga memiliki percepatan
• Maka selama pergerakannya, elektron melepaskan
energi.
• Pelepasan energi secara terus menerus menyebabkan
elektron kehabisan energi dan tidak mampu melawan
tarikan inti
→ elektron jatuh ke inti
→ atom tidak stabil e
inti

• Pada kenyataannya atom stabil


Teori atom Bohr
Atas dasar fakta:
• Elektron mengitari inti dalam keadaan stabil (stasioner)
• Spektrum atomik bersifat diskrit

Bohr mengajukan postulat (model atom Bohr)


1. Elektron dalam atom berada dalam keadaan stasioner
(tidak memancarkan gelombang elektromagnetik)
2. Elektron bergerak melingkar beraturan di bawah
pengaruh gaya Coulomb oleh inti
3. Momentum sudut elektron terkuantisasi menurut

h
L = n, n = 1,2,3,...,  =
2
4. Jika elektron berpindah orbit maka ia akan menyerap
atau memeancarkan gelombang elektromagnetik/foton
dengan frekuensi
E
f = E = E2 − E1
h

E2 E2

E E
e f = e f =
h h
E1 E1

absorpsi
radiasi

Model atom Bohr sesuai dengan spektrum emisi


hidrogen (Deret Lyman, Balmer, Paschen dll)
Energi elektron pada atom H:
1 2
𝑘𝑒 2
𝐸 = 𝐾 + 𝑈 = 𝑚𝑒 𝑣 −
2 𝑟 1 1
𝐸= 𝑚𝑒 𝑣 2 − 𝑚𝑒 𝑣 2 = − 𝑚𝑒 𝑣 2
2 2
Orbit melingkar: gaya Coulomb sebagai gaya sentripetal:
𝑘𝑒 2 𝑚𝑒 𝑣 2 𝑘𝑒 2
2
= → = 𝑚𝑒 𝑣 2
𝑟 𝑟 𝑟
𝑘𝑒 2 𝑛 2 ℏ2 𝑛 2 ℏ2
= → 𝑟𝑛 = = 0,53 𝑛2 Å
𝑟 𝑚𝑒 𝑟 2 𝑚𝑒 𝑘𝑒 2
Kuantisasi momentum sudut: 𝐿 = 𝑛ℏ
𝑛ℏ Jejari Bohr
𝐿 = 𝑟Ԧ × 𝑚𝑒 𝑣Ԧ → 𝐿 = 𝑚𝑒 𝑣𝑟 = 𝑛ℏ → 𝑣 = Radius orbit elektron terkuantisasi
𝑚𝑒 𝑟

𝑘𝑒 2 𝑚 𝑒 𝑣 𝑘𝑒 2
= 𝑚𝑒 𝑣 2 → 𝑘𝑒 2 = 𝑚𝑒 𝑣 2 → 𝑣𝑛 =
𝑟 𝑛ℏ 𝑛ℏ 2𝑒4
1 1 𝑘 13,6
𝐸 = 𝐸𝑛 = − 𝑚𝑒 𝑣 2 = − 𝑚𝑒 2 2 = − 2 eV
2 2 𝑛 ℏ 𝑛
ℏ2 𝑚𝑒 𝑘𝑒 2 /ℏ2 2 ℏ2 1 Energi terkuantisasi
𝐸=− =−
2𝑚𝑒 𝑛2 2𝑚𝑒 𝑎02 𝑛2
-1,5 eV
13,6
𝐸𝑛 = − eV
𝑛2

𝑛 𝑟𝑛 𝐸𝑛 E E
f = -3,4 eV f =
1 0,53 h h
-13,6
2 2,12 -3,4
3 4,77 -1,5 -13,6 eV
4 8,48 -0,9 0,53 Å
5 13,25 -0,5
6 19,08 -0,4
7 25,97 -0,3
2,12 Å
8 33,92 -0,2
9 42,93 -0,2
10 53 -0,1
−𝑒

4,77 Å
Transisi dari tingkat ke 𝒊 ke tingkat ke 𝒇

1 1
Δ𝐸 = |𝐸𝑓 − 𝐸𝑖 | = 13,6 − eV
𝑛𝑖2 2
𝑛𝑓

𝐸𝑖 > 𝐸𝑓 𝐸𝑖 < 𝐸𝑓
𝑛𝑖 > 𝑛𝑓 𝑛𝑖 < 𝑛𝑓
Δ𝐸 = ℎ𝜈 Δ𝐸 = ℎ𝜈
𝑛𝑓 𝑛𝑓

Emisi Absorpsi
Laser: light amplification by stimulated emission of radiation

e e
Stimulated
emmision

Stabil Tidak stabil Stabil


Ground Excited state Ground
state state

Stimulated emission dari banyak


atom yang koheren berinterferensi
konstruktif menghasilkan radiasi
berenergi tinggi
ℎ𝑐 1 1
Δ𝐸 = ℎ𝜈 = = 13,6 − 2 eV
𝜆 𝑛𝑖2 𝑛𝑓

1 13,6 eV 1 1 1 1 13,6 eV
= − = 𝑅𝐻 2 − 2 , RH = (konstanta Rydberg)
𝜆 ℎ𝑐 𝑛𝑖2 2
𝑛𝑓 𝑛𝑖 𝑛𝑓 ℎ𝑐

Deret Lyman: transisi emisi dari ni = 2,3,4, … ke nf = 1


1 1 1
= 𝑅𝐻 2 − 2
𝜆 1 𝑛𝑖
Nama 𝒏𝒇 𝒏𝒊
Deret Balmer: transisi emisi dari ni = 3,4,5, … ke nf = 2
1 1 1 Deret Lyman 1 2,3,4,…
= 𝑅𝐻 2 − 2
𝜆 2 𝑛𝑖 Deret Balmer 2 3,4,5,…
Deret Paschen 3 4,5,6,…
Deret Bracket 4 5,6,7,…
Deret Pfund 5 6,7,8,…
ℎ ℎ𝑟 ℎ𝑟𝑛 ℎ𝑟𝑛 2𝜋𝑟𝑛
𝜆= = → 𝜆𝑛 = = =
𝑝 𝐿 𝐿𝑛 𝑛ℏ 𝑛

Elektron yang berada pada keadaan ke 𝑛 memiliki panjang gelombang sama dengan keliling
orbitnya dibagi 𝑛.

𝑛=1 𝑛=2 𝑛=3 𝑛=4


Memperhitungkan gerak inti

Dalam pembahasan sebelumnya, elektron dalam atom H bergerak melingkar mengitari inti
(proton) dengan memandang inti diam. Pada kenyataanya inti dan elektron bergerak
mengitari titik pusat massa dari sistem elektron-inti. Gerak sistem dua partikel ini ekivalen
dengan gerak sebuah partikel bermassa

𝑚𝑀
𝑚 =
𝑚+𝑀
dengan 𝑚 massa elektron sedangkan 𝑀 massa inti. 𝑚′ dinamakan massa reduksi.
Dengan memperhatikan gerak inti, maka semua formulasi pada model atom hidrogen
dikoreksi dengan mengganti massa elektron 𝑚 dengan massa reduksi.

Dalam kasus atom hidrogen, penggantian massa dengan massa reduksi memberikan
koreksi yang tidak terlalu besar, tapi signifikan. Hal ini karena massa inti (proton) jauh lebih
besar dari massa elektron.
10−31 ×10−27 10000 10000
𝑚′ ≈ kg = 10−31 kg= m
10−31 +10−27 10001 10001
Koreksi besar terjadi dalam positronium, yaitu system seperti atom H tetapi intinya berupa
𝑚𝑚 𝑚
positron yang massanya sama dengan massa electron. Dalam kasus ini 𝑚′ = =
𝑚+𝑚 2
• Model atom Wilson-Sommerfeld
• Model atom Bohr hanya berlaku untuk atom H dan atom-atom seperti H
• Lintasan elektron dalam model Bohr hanya berbentuk lingkaran
• Struktur halus dari spektrum H tidak muncul dalam model Bohr
• Wilson dan Sommerfeld mencoba memperbaiki model atom Bohr dengan mencari
teori dasar yang dapat menerangkan kuantisasi momentum sudut yang dikemukakan
Bohr
• W-S membangun teori melalui formalisme Hamilton
• Di dalam formalisme ini dinamika elektron dalam atom diungkapkan dalam ruang
fasa (ruang koordinat-momentum) dalam bentuk persamaan Hamilton
• Kuantisasi momentum sudut diungkapkan sbb

ර 𝑝𝑖 𝑑𝑞𝑖 = 𝑛𝑖 ℎ
𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
• Postulat ini berlaku untuk semua gerak periodik (tidak hanya gerak melingkar)
• Postulat Bohr dapat diturunkan
• Dapat menjelaskan kuantisasi osilator harmonik
Partikel mengorbit dalam bidang orbit yang tetap →
momentum sudut tetap

Koordinat ර 𝑝𝑟 𝑑𝑟 = 𝑛𝑟 ℎ
ර 𝑝𝑖 𝑑𝑞𝑖 = 𝑛𝑖 ℎ polar 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 2𝜋 2𝜋
න 𝐿𝑑𝜃 = 𝑛𝜃 ℎ → 𝐿 න 𝑑𝜃 = 2𝜋𝐿 = 𝑛𝜃 ℎ
0 0

→ 𝑳 = 𝒏𝜽 ℏ Momentum sudut
terkuantisasi

Untuk orbit melingkar 𝑝𝑟 = 𝑚𝑟ሶ = 0 → 𝑛𝑟 = 0 → sesuai model Bohr


Untuk orbit eliptik 𝑝𝑟 = 𝑚𝑟ሶ ≠ 0 → 𝑛𝑟 ≠ 0 → kuantisasi "lebih kaya“
→ perluasan dari model Bohr
Untuk orbit eliptik, definisikan
𝑎 sumbu mayor
𝑏 sumbu minor
𝑎
‫ = 𝑟𝑑 𝑟𝑝 𝑒𝑑𝑜𝑖𝑟𝑒𝑝 𝑢𝑡𝑎𝑠ׯ‬2𝜋𝐿 𝑏
−1 Integral bernilai nol bila
𝑎 = 𝑏 (orbit lingkaran)

𝐿 = 𝑛𝜃 ℏ 𝑎 𝑛𝑟 𝑛𝑟 + 𝑛𝜃
𝑎 = +1=
𝐿 − 1 = 𝑛𝑟 ℏ 𝑏 𝑛𝜃 𝑛𝜃
𝑏
Rasio antara sumbu mayor dan sumbu
minor sama dengan rasio antara dua
bilangan bulat
→ orbit eliptik terkuantisasi
𝑎 𝑛𝑟 + 𝑛𝜃
=
𝑏 𝑛𝜃
𝒏𝒓 𝒏𝜽 𝒂
𝒃
0 1 1 lingkaran
2 1 lingkaran
3 1 lingkaran

1 1 2 Elips
2 2/3 Elips
3 3/4 Elips

𝑛 ≡ 𝑛𝑟 + 𝑛𝜃
Osilator harmonik (pegas)

1 2
1 2 1 2 1 2 1 2
1 2
Orbit dalam ruang
𝐸 = 𝑚𝑣 + 𝑘𝑥 = 𝑝 + 𝑘𝑥 → 𝑝 + 𝑥 = 1 fasa berbentuk elips
2 2 2𝑚 2 2𝑚𝐸 2𝐸/𝑘

𝑥 = 𝐴 sin 𝜔𝑡 → 𝑝𝑥 = 𝑚𝑣𝑥 = 𝑚𝐴𝜔 cos 𝜔𝑡

𝑇
ර 𝑝𝑥 𝑑𝑥 = 𝑛ℎ → 𝑛ℎ = න 𝑚𝐴𝜔 cos 𝜔𝑡 𝐴𝜔 cos 𝜔𝑡 𝑑𝑡
𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 0

1 𝑇
1 nh Amplitudo osilasi
= 𝑚𝐴 𝜔 න cos 2𝜔𝑡 + 1 𝑑𝑡 = 𝑚𝑇𝐴2 𝜔2 = 𝑚𝜋𝐴2 𝜔 → A =
2 2
terkuantisasi
2 0 2 𝑚𝜋𝜔

1 2 1 2 1 2 1 nh Energi osilator terkuantisasi


𝐸= 𝑝 + 𝑘𝑥 = 𝑘𝐴 = 𝑘 = 𝑛ℏ𝜔
2𝑚 2 2 2 𝑚𝜋𝜔
Model Atom

+ - +
+ - + - +
- + - + -
- -
+

1803 1804 1911 1926


John Dalton J.J. Thompson J.J. Thompson Erwin Schrodinger
1913
Niels Bohr

Model Kuantum
Persamaan Schrodinger
• Karena dapat berperilaku seperti gelombang maka partikel dapat dideskripsikan oleh
suatu fungsi gelombang.
• Agar menjamin keberadaan partikel di suatu wilayah tertentu (terlokalisasi) maka fungsi
gelombang tersebut harus bernilai nol di semua wilayah kecuali wilayah tertentu
tersebut.
• Mengingat fungsi gelombang paling sederhana adalah fungsi gelombang bidang (datar),
yaitu berbentuk exp(𝑖 𝑘𝑥 − 𝜔𝑡 ) , dan mengingat sembarang fungsi (yang baik) dapat
diuraikan melalui deret Fourier atau integral Fourier maka fungsi gelombang yang
merepresentasikan partikel dapat diungkapkan dalam bentuk (tinjau satu dimensi ruang)
1
Ψ 𝑥, 𝑡 = ∫ 𝑎 𝑘 𝑒 𝑖 𝑘𝑥−𝜔(𝑘)𝑡 𝑑𝑘
2𝜋
• Karena merupakan kombinasi fungsi-fungsi gelombang (bidang), fungsi gelombang bagi
partikel tersebut dinamakan paket gelombang
• Di dalam elektromagnetisme, besaran fisis dari gelombang elektromagnetik yang dapat
diukur adalah intensitas, yang ekivalen dengan nilai 𝐸 2 + 𝐵 2 . 𝐸 dan 𝐵
adalah amplitude dari gelombang elektromagnetik. Mengambil
2
analogi ini,
besaran-besaran fisis dari partikel berkaitan dengan Ψ .
• 𝐸 2 + 𝐵 2 adalah rapat energi.2
Karena energi sebanding dengan jumlah
partikel (identik) maka Ψ dapat diartikan sebagai rapat partikel (jumlah
partikel per satuan volume)
• Mengingat Ψ mereprsentasikan sebuah partikel, maka Ψ(𝑥, 𝑡) 2
diinterpretasikan sebagai rapat probabilitas menemukan sebuah partikel di titik
𝑥 pada saat 𝑡. (interpretasi Born).
• Maka probabilitas menemukan partikel dalam elemen wilayah 𝑑𝑥 adalah
Ψ(𝑥, 𝑡) 2 𝑑𝑥
• Probabilitas menemukan partikel

di seluruh ruang adalah
න Ψ(𝑥, 𝑡) 2 𝑑𝑥 < ∞
−∞
Nilai integral tsb harus berhingga agar makna probabilitas tetap terjamin (tidak ada nilai
probabilitas tak berhingga). Syarat Ψ agar nilai integral di atas berhingga dikatakan
syarat square-integrable. Ψ dengan nilai integral di atas sama dengan satu dinamakan
Ψ yang ternormalisasi.
• Namun ada kasus, karena idealisasi matematis saja, fungsi gelombang
tidak square-integrable: fungsi gelombang bidang
Ψ 𝑥, 𝑡 = 𝑒 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 /ℏ
Fungsi gelombang ini memberikan probabilitas yang sama di semua
titik (hal yang tidak realistik: lokasi partikel tak jelas)

• Karena konsep probabilitas maka nilai yang terukur dari suatu besaran
fisis 𝐴 adalah nilai rata-ratanya (dinamakan harga ekspektasi/nilai

harap), <𝐴>:
∫ Ψ∗ 𝑥, 𝑡 𝐴መ Ψ 𝑥, 𝑡 𝑑𝑥
< 𝐴መ >= 2 𝑑𝑥
∫ Ψ 𝑥, 𝑡 Nilai observabel
Klasik Modern/Kuantum
(tanda “ ෡ ” menyatakan observable fisis dalam teori
kuantum berupa operator (bentuk diferensial atau matriks) 𝑥 < 𝑥ො >
𝑝 < 𝑝Ƹ >
𝐸 < 𝐸෠ >
Kecepatan fasa dan kecepatan grup partikel
1
Paket gelombang: Ψ 𝑥, 𝑡 = ∫𝑎 𝑘 𝑒𝑖 𝑘𝑥−𝜔(𝑘)𝑡 𝑑𝑘
2𝜋

Tinjau gelombang hampir monokromatik (didominasi oleh gelombang dengan bilangan gelombang 𝑘0 ).
Uraian 𝜔 𝑘 di sekitar 𝑘0 (Uraian Taylor sampai orde pertama)
𝑑𝜔
𝜔 𝑘 ≈ 𝜔0 + 𝑘 − 𝑘 0 𝜔 ′ 𝑘 0 , 𝜔0 = 𝜔 𝑘 0 , 𝜔 ′ 𝑘0 = ቤ
𝑑𝑘 𝑘=𝑘
0

1 𝑘𝑥−𝜔0 𝑡− 𝑘−𝑘0 𝜔′ 𝑘0 𝑡
Ψ 𝑥, 𝑡 = ∫ 𝑎 𝑘 𝑒𝑖 𝑑𝑘
2𝜋
1 (𝑘−𝑘0 )𝑥− 𝑘−𝑘0 𝜔′ 𝑘0 𝑡
= 𝑒𝑖 𝑘0 𝑥−𝜔0 𝑡
∫ 𝑎 𝑘 𝑒𝑖 𝑑𝑘
2𝜋

Gelombang Kumpulan gelombang dengan


tunggal dengan laju 𝑣 = 𝜔′ 𝑘0 =
𝑑𝜔

𝜔 𝑑𝑘 𝑘=𝑘0
laju 𝑣 = 𝑘 0
0

Kecepatan fasa Kecepatan grup


𝜔 𝑑𝜔
1) 𝜔 = 𝑎𝑘 → 𝑣 = = 𝑎; 𝑣𝑔 = = 𝑎 kecepatan grup dan kecepatan fasa sama Non-
𝑘 𝑑𝑘
dispersif
𝜔 𝑏 𝑑𝜔
2) 𝜔 = 𝑎𝑘 + 𝑏 → 𝑣 = =𝑎 + ; 𝑣𝑔 = =𝑎
𝑘 𝑘 𝑑𝑘

Dispersif
3) 𝜔 tidak liner terhadap k
Frequency dispersion in groups of gravity waves on the
surface of deep water. The red square moves with
the phase velocity, and the green circles propagate
with the group velocity. In this deep-water case, the phase
velocity is twice the group velocity. The red square
overtakes two green circles when moving from the left to
the right of the figure.

https://en.wikipedia.org/wiki/Group_velocity
Propagation of a wave packet demonstrating a phase
velocity greater than the group velocity without dispersion.
Superposisi dua gelombang bidang (amplitude =1)

𝑓 𝑘𝑧 − 𝜔𝑡 = 𝑐𝑜𝑠 𝑘1 𝑧 − 𝜔1 𝑡 + 𝑐𝑜𝑠 𝑘2 𝑧 − 𝜔2 𝑡
𝑘1 + 𝑘2 𝜔1 + 𝜔2
𝑘ത = ,𝜔
ഥ=
Δ𝑘 Δ𝜔
ത − 𝜔𝑡) 2 2
= 2 cos 𝑧 − 𝑡 cos(𝑘𝑧 ഥ
2 2

Δ𝑘 = |𝑘1 − 𝑘2 |, Δ𝜔 = |𝜔1 − 𝜔2 |
Δ𝜔 𝜔
2 Δ𝜔 𝑣𝑓 =
𝑉𝑔 = = 𝑘ത
Δ𝑘 Δ𝑘 Kecepatan fasa
2
Kecepatan grup
(kecepatan selubung)
• Di dalam mekanika Newton, dinamika (gerak) partikel diungkapkan
oleh koordinat sebagai fungsi dari waktu: 𝑥 𝑡 (untuk gerak dalam
ruang satu dimensi). 𝑥 𝑡 tersebut merupakan solusi dari persamaan
Newton (hukum Newton):
𝑑2 𝑥 𝐹 𝑥
=
𝑑𝑡 2 𝑚
• Di dalam mekanika gelombang/fisika kuantum (mekanika
dengan partikel direpresentasikan oleh fungsi gelombang),
fungsi Ψ(𝑥, 𝑡) menggambarkan dinamika partikel. Maka
persamaan dinamikanya adalah persamaan diferensial bagi Ψ.
Persamaan ini dinamakan persamaan Schrodinger.
• Persamaan Schrodinger diperoleh dari bentuk umum paket
gelombang

1 1
Ψ 𝑥, 𝑡 = ∫𝑎 𝑘 𝑒 𝑖 𝑘𝑥−𝜔(𝑘)𝑡 = ∫ 𝑎 𝑝 𝑒𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 /ℏ 𝑝 = 𝑘ℏ
2𝜋 2𝜋ℏ 𝐸 = ℎ𝜈 = ℏ𝜔
• Kita turunkan paket gelombang terhadap posisi dan waktu dan hasilnya dikaitkan
dengan observabel fisis
(observabel fisis: besaran fisis yang dapat diukur)

1 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡
Ψ 𝑥, 𝑡 = ∫ 𝑑𝑝𝑎 𝑝 𝑒 ℏ Energi mekanik
2𝜋ℏ
𝜕Ψ 𝑥, 𝑡 𝑖 1 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 𝜕Ψ 𝑥, 𝑡 1 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡
=− ∫ 𝑑𝑝𝐸𝑎 𝑝 𝑒 ℏ → 𝑖ℏ = ∫ 𝑑𝑝 𝐸 𝑎 𝑝 𝑒 ℏ
𝜕𝑡 ℏ 2𝜋 𝜕𝑡 2𝜋ℏ

𝜕 2 Ψ 𝑥, 𝑡 1 𝑝2 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ℏ2 𝜕 2 Ψ 𝑥, 𝑡 1 𝑝2 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡
=− ∫ 𝑑𝑝 2 𝑎 𝑝 𝑒 ℏ →→ − = ∫ 𝑑𝑝 𝑎 𝑝 𝑒 ℏ
𝜕𝑥 2 2𝜋 ℏ 2𝑚 𝜕𝑥 2 2𝜋ℏ 2𝑚

ℏ2 𝜕 2 Ψ 𝑥, 𝑡 1 𝑝2 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡
→ − + 𝑉(𝑥)Ψ(𝑥, 𝑡) = ∫ 𝑑𝑝 + 𝑉(𝑥) 𝑎 𝑝 𝑒 ℏ
2𝑚 𝜕𝑥 2 2𝜋ℏ 2𝑚

Energi mekanik
Energi potensial
𝜕Ψ 𝑥, 𝑡 1 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡
𝑖ℏ = ∫ 𝑑𝑝 𝐸 𝑎 𝑝 𝑒 ℏ
𝜕𝑡 2𝜋ℏ

ℏ2 𝜕 2 Ψ 𝑥, 𝑡 1 𝑝2 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡
− 2
+ 𝑉(𝑥)Ψ(𝑥, 𝑡) = ∫ 𝑑𝑝 + 𝑉(𝑥) 𝑎 𝑝 𝑒 ℏ
2𝑚 𝜕𝑥 2𝜋ℏ 2𝑚

ℏ2 𝜕 2 Ψ 𝑥, 𝑡 𝜕Ψ 𝑥, 𝑡 Persamaan Schrodinger
− 2
+ 𝑉(𝑥)Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝑖ℏ bergantung waktu
2𝑚 𝜕𝑥 𝜕𝑡

ℏ2 𝜕 2 Ψ 𝑥 Persamaan Schrodinger
− 2
+ 𝑉(𝑥)Ψ(𝑥) = 𝐸Ψ 𝑥 tak bergantung waktu
2𝑚 𝜕𝑥
• Persamaan Schrodinger adalah persamaan diferensial
linear orde dua.

Setiap suku dari Diferensial tertinggi pada


persamaan Schrodinger persamaan Schrodinger
mengandung satu Ψ adalah diferensial orde
dua

Turunan
tertinggi:
turunan ℏ2 𝜕 2 Ψ 𝑥, 𝑡 𝜕Ψ 𝑥, 𝑡
kedua − 2
+ 𝑉(𝑥)Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝑖ℏ
2𝑚 𝜕𝑥 𝜕𝑡

Mengandung satu Ψ Mengandung satu Ψ Mengandung satu Ψ


• Karena persamaan Schrodinger adalah persamaan diferensial linear maka solusinya
memenuhi prinsip superposisi linear: Jika Ψ1 dan Ψ2 adalah solusi dari persamaan
Schrodinger maka kombinasi linearnya, yaitu Ψ ≡ 𝑎Ψ1 + bΨ2 , dengan 𝑎, 𝑏 sembarang
parameter konstan adalah juga solusi dari persamaan Schrodinger.

ℏ2 𝜕 2 Ψ1 𝜕Ψ1
𝑎 − 2
+ 𝑉 𝑥 Ψ1 = 𝑖ℏ
2𝑚 𝜕𝑥 𝜕𝑡
ℏ2 𝜕 2 Ψ2 𝜕Ψ2
𝑏 − 2
+ 𝑉 𝑥 Ψ2 = 𝑖ℏ
2𝑚 𝜕𝑥 𝜕𝑡
+
ℏ2 𝜕 2 (𝑎Ψ1 + bΨ2 ) 𝜕(𝑎Ψ1 + bΨ2 )
− 2
+ 𝑉(𝑥)(𝑎Ψ1 + bΨ2 ) = 𝑖ℏ
2𝑚 𝜕𝑥 𝜕𝑡
ℏ2 𝜕 2 Ψ 𝜕Ψ
→− 2
+ 𝑉(𝑥)Ψ = 𝑖ℏ
2𝑚 𝜕𝑥 𝜕𝑡
• Observabel fisis berbentuk operator

𝜕 1 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 𝜕 1 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡
𝑖ℏ Ψ 𝑥, 𝑡 = ∫ 𝑑𝑝 𝐸 𝑎 𝑝 𝑒 ℏ −𝑖ℏ Ψ 𝑥, 𝑡 = ∫ 𝑑𝑝 𝑝 𝑎 𝑝 𝑒 ℏ
𝜕𝑡 2𝜋ℏ 𝜕𝑥 2𝜋ℏ
energi momentum
operator operator

ℏ2 𝜕 2 1 𝑝2 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡
− 2
Ψ 𝑥, 𝑡 = ∫ 𝑑𝑝 𝑎 𝑝 𝑒 ℏ
2𝑚 𝜕𝑥 2𝜋ℏ 2𝑚
Energi
operator kinetik
Observabel fisis
posisi 𝑥ො = 𝑥 (𝑥, 𝑦, 𝑧)
momentum 𝜕 𝑝Ԧመ = −𝑖ℏ∇
𝑝Ƹ = −𝑖ℏ
𝜕𝑥
Energi kinetik ℏ2 𝜕 2 ℏ2 2
෡=−
𝐾 𝐾 ෡=− ∇
2𝑚 𝜕𝑥 2 2𝑚
Energi mekanik ℏ2 𝜕 2 ℏ2 2
𝐸෠ = − + 𝑉(𝑥) 𝐸෠ = − ∇ + 𝑉(𝑥)
2𝑚 𝜕𝑥 2 2𝑚
Momentum sudut ෠
𝐿 = 𝑟Ԧመ × 𝑝Ԧመ = −𝑖ℏ𝑟Ԧ × ∇

Tiga dimensi
Mekanika klasik (Newton) Mekanika kuantum
Persamaan dinamika 𝐹 𝑑2𝑥 ℏ2 𝜕 2 Ψ 𝑥, 𝑡 𝜕Ψ 𝑥, 𝑡
= − + 𝑉 𝑥 Ψ 𝑥, 𝑡 = 𝑖ℏ
𝑚 𝑑𝑡 2 2𝑚 𝜕𝑥 2 𝜕𝑡
Spesifikasi objek 𝐹 𝑉 𝑥
𝑚
syarat batas
kondisi awal
syarat awal
Solusi dinamika 𝑥(𝑡) Ψ 𝑥, 𝑡
Solusi dinamika menentukan 𝑚𝑑𝑥 1 𝜕
Momentum: 𝑝 = 𝑑𝑡
Momentum: < 𝑝 > = 𝐼 ∫ Ψ ∗ (−𝑖ℏ 𝜕𝑥)Ψ𝑑𝑥
nilai besaran-besaran fisis 1 𝑑𝑥 2 1 ℏ2 𝜕 2
Energi kinetik:< 𝐾 > = ∫ Ψ ∗ (− 2𝑚 𝜕𝑥 2)Ψ𝑑𝑥
Energi kinetik: 𝑚 𝐼
2 𝑑𝑡

dsb dsb

Persamaan dinamika mengandung potensial → persamaan


Schrodinger hanya berkaitan dengan sistem konservatif 𝐼 = ∫ Ψ ∗ Ψ𝑑𝑥
Contoh: tinjau fungsi gelombang: Ψ 𝑥, 𝑡 = 𝐴𝑒 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ℏ
, −∞ < 𝑥 < ∞

Ketidakpastian:
Fungsi tsb bernilai dari 𝑥 = −∞ sampai 𝑥 = ∞ sehingga Δ𝑥 = ∞
Momentum 𝑝 sebagai parameter dengan nilai tertentu sehingga Δ𝑝 = 0

Persamaan Schrodinger:
ℏ2 𝜕 2 Ψ 𝑥, 𝑡 𝜕Ψ 𝑥, 𝑡
− 2
+ 𝑉 𝑥 Ψ 𝑥, 𝑡 = 𝑖ℏ
2𝑚 𝜕𝑥 𝜕𝑡
𝑝2
→ +𝑉 𝑥 =𝐸
2𝑚
Harga ekspektasi:
∫ Ψ∗ 𝑥,𝑡 𝑥Ψ 𝑥,𝑡 𝑑𝑥 ∫ 𝐴∗ 𝑒 −𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ℏ 𝑥𝐴𝑒 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ℏ 𝑑𝑥
<𝑥 >= =
∫ Ψ 𝑥,𝑡 2 𝑑𝑥 ∫ Ψ 𝑥,𝑡 2 𝑑𝑥
∫ 𝐴∗ 𝑒 −𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ℏ (−𝑖ℏ𝑑/𝑑𝑝)𝐴𝑒 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ℏ 𝑑𝑥
=
∫ Ψ 𝑥, 𝑡 2 𝑑𝑥
𝑑 ∫ 𝐴∗ 𝑒 −𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ℏ 𝐴𝑒 𝑖 𝑝𝑥−𝐸𝑡 ℏ 𝑑𝑥 𝑑 ∫ Ψ 𝑥, 𝑡 2
𝑑𝑥
= −𝑖ℏ 2
= −𝑖ℏ 2 𝑑𝑥
=0
𝑑𝑝 ∫ Ψ 𝑥, 𝑡 𝑑𝑥 𝑑𝑝 ∫ Ψ 𝑥, 𝑡

∫ Ψ∗ 𝑥,𝑡 𝑝Ψ 𝑥,𝑡 𝑑𝑥 ∫ Ψ 𝑥,𝑡 2 𝑑𝑥


<𝑝>= = 𝑝 =𝑝
∫ Ψ 𝑥,𝑡 2 𝑑𝑥 ∫ Ψ 𝑥,𝑡 2 𝑑𝑥

∫ Ψ∗ 𝑥,𝑡 𝐸Ψ 𝑥,𝑡 𝑑𝑥 ∫ Ψ 𝑥,𝑡 2 𝑑𝑥


<𝐸 >= = 𝐸 =𝐸
∫ Ψ 𝑥,𝑡 2 𝑑𝑥 ∫ Ψ 𝑥,𝑡 2 𝑑𝑥

Anda mungkin juga menyukai