Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ambar Wati

NPM : 201745500072

Mata kuliah : Perkembangan Arsitektur Nusantara

Konsep Sakral Dan Profan Dalam Penataan Bangunan Pada Masa Kini

Arsitektur di Indonesia selalu berhubungan dengan kebudayaan dan agama


yang dimana masyarakat setiap daerahnya memiliki kemampuan, kreatifitas dan
latar belakang yang berbeda yang mempengaruhi keberagaman arsitektur yang
berbeda yang mencerminkan kebudayaan daerah atau tata nilai yang dianutnya.

Membahas masalah sakral dan profan, sakral adalah istilah yang sering
dihubungkan dengan keagamaan ataupun sesuatu yang berhubungan dengan
tradisi. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, sakral adalah sesuatu yang suci atau
keramat. Sakral juga digunakan untuk menjelaskan tentang suatu benda, tokoh,
aktivitas dan lain – lain. Profan merupakan segala urusan atau wilayah setiap hari.
Hal – hal yang basa, tak disengaja dan pada umuumnnya adalah sesuatu yang
ridak penting.. menurut kamus besr bahasa indonesia, profan tidak berssangkutan
dengan agama aatau tujuan keagamaan, lawan sakral, tidak suci karena tercemar,
kotor dan lain – lain

Seiring berjalannya waktu dan pengaruh globalisasi Indonesia banyak


mengalami kemajuan moderen dalam bidang pembangunnannya. Namun budaya
budaya atau ajaran nenek moyang sudah mulai menghilang sedikit demi sedikit
dan tergantikan oleh budaya barat. Dalam penataan ruang antara desa pedalaman
dan kota juga sangat berbeda.

Pada masyarakat pedalaman sering kali masih menganut ajaran nenek


moyangnya yang menggunakan konsep sakral dan profan seperti dicontohkan
pada Desa Wae Rebo : Desa Wae Rebo adalah dusun terpencil di Kabupaten
Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. didesa ini hanya terdapat 7 buah
rumah

pada gambar diatas terlihat tata bangunannya yang dimana 7 buah rumah
mengelilingi batu lingkaran, batu lingkaran itu bernama Compang (pusat aktifitas
warga untuk mendekatkan diri dengan alam, leluhur dan tuhan).

Tak hanya penataan bangunannya, pada penataan ruang dalam rumahnya juga
mengikuti konsep sakral dan profan, dimana bagian sakral terletak di puncak
rumah dan profan yang bersifat umum (publik) berada di paling bawah

Untuk penataan bangunan pada perkotaan sudah tidak menggunakan konsep


sakral dan profan, kenapa? Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan masyarakat
indonesia sudah memiliki rencana tata ruang wilayah (wilayah) yang berfungsi
sebagai menetapkan atau pengaturan fungsi tata guna lahan. Sekarang ini jumlah
masyarakat indonesia sudah sangat berkembangn dan lahan kosong sudah tidak
banyak tersedia, jika ada lahan tersebut digunakan sebagai tempat permukiman
atau perekonomian.

Indonesia sangat beragam, konsep sakral dan profan masih berlaku untuk desa –
desa maupun pedalaman karena mereka masih mengikuti budaya dan ajaran dari
nenek moyang mereka, sedangkan pada perkotaan umumnya sudah tidak
mengikutinya karena penaruh budaya luar, keterbatasan lahan dan juga mata
pencarian masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai