Tugas Etika Profesi Guru
Tugas Etika Profesi Guru
KELOMPOK 2 :
Pesan moral tentunya sering dijumpai di kelas dan sekolah saat guru berinteraksi dan
menunjukan tindakan tertentu kepada muridnya. Guru dapat menunjukkan pesan moral kepada
peserta didik melalui pilihan kurikulum yang dibuat dalam menyusun pelajran, keputusan
pedagogis yang dibuat, pertukaran nilai-nilai sosial dengan siswa lainnya, manajemen kelas,
pengevaluasian peserta didik dan lainnya. Contohnya seperti Gina dan Alan yang memilih bahan
dan metode pembelajaran untuk memberikan pesan moral yang tersirat pada peserta didik untuk
lebih menghargai kehidupan.
Lalu strategi pedagogis seperti menyatakan pendapat secara bergiliran dan kerja kelompok
skala kecil yang melatih kesabaran dan keberanian pada murid. Serta sebagai guru harus
memerhatikan siswa yang kurang aktif dan mendorong siswa tersebut agar lebih berani, serta
menjelaskan pembagian kelompok dan membuat keputusan secara adil dan mengevaluasi
permasalahan kelompok. Seperti contoh kasus pada Theresa yang memiliki masalah pada salah satu
muridnya karena berpisah dari sahabatnya saat pembagian kelompok. Lalu, Theresa memberi
pengertian dan penjelasan kepada siswa tersebut dan akhirnya siswa tersebut menjadi lebih terbuka
dan berani kepada peserta didik selain sahabatnya.
Sebagai seorang guru dalam memberikan pengarahan moral, tentu harus mau mendengarkan
dan memerhatikan pendapat peserta didik yang berbeda dengan yang lainnya. Dan tetap menghargai
pendapat tersebut. Guru juga harus membantu untuk menguasai suasana kelas agar tetap nyaman
dan kondusif bagi tiap peserta didik, dengan mengawasi dan membantu menyelesaikan
permasalahan yang terjadi di kelas.
Tentunya, bentuk pelanggaran tidak akan terelakkan dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti
contoh, Gina yang menjelaskan berbagai dampak pelanggaran pada siswa dan konsekuensinya. Dan
disinilah tugas seorang guru yaitu harus menyeimbangkan kebaikan dan keadilan bagi tiap peserta
didik dalam situasi apapun. Dan peserta didik dapat mengambil pesan moral dari tindakan tersebut
adalah sikap untuk selalu bersikap adil, berintegritas, berkomitmen, jujur dan hormat terhadap
segala keputusan orang lain dan resiko yang akan diambil.
Namun, perlakuan yang adil menurut guru dapat dilihat sebagai perlakuan yang berbeda bagi
para murid. Contohnya, dalam penelitian oleh Fallona para guru yang memperhatikan murid karena
membutuhkan perhatian lebih dan untuk bersikap adil akan dianggap memberi perlakuan yang
berbeda bagi para murid. Sesuai dengan perkataan Nucci yaitu dalam mempraktikkan keadilan
kepada orang lain, tentu memungkinkan seseorang untuk tidak mempraktikkan kesetaraan pada
orang lain.
Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sebagai guru tentu penting untuk menjaga
komunikasi tetap berjalan dua arah yang salah satu caranya dengan menjaga kontak mata denan
murid. Seperti Theresa yang meminta maaf karena belum melakukan kontak mata pada muridnya,
dan Shannon yang menyejajarkan dirinya dengan mata murid-muridnya. Lalu, penting juga untuk
menjaga martabat siswa dan tidak mempermalukan murid di depan murid lainnya. Seperti Sean,
yang tidak memerdulikan siapa yang bersiul ketika di dalam kelas dan langsung menegur perbuatan
tanpa tahu siapa orangnya. Guru juga harus menjadi orang yang dipercaya oleh murid dengan
menjadi konsisten dan peka terhadap situasi-situasi emosional yang terjadi pada peserta didik dan
kuncinya adalah memperlakukan peserta didik sebagaimana kita ingin diperlakukan. Dan juga
menghargai dan menghormati pendapat, ide, perasaan, nilai-nilai peserta didik yang disalurkan
dalam berbagai kegiatan di kelas dan akan berdampak positif bagi nilai profesionalisme guru dan
kepercayaan serta rasa hormat dari para murid.
RESUME :
Pesan moral umunya dapat kita temukan di kelas dan sekolah pada saat guru berinteraksi dan
menunjukan tindakan tertentu kepada muridnya. Dalam hal pelanggaran yang dilakukan oleh
murid, kita dapat melakukan tindakan awal yaitu menjelaskan berbagai dampak pelanggaran pada
siswa dan konsekuensinya. Lalu, seorang guru juga harus menyeimbangkan kebaikan dan keadilan
bagi tiap peserta didik dalam situasi apapun. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghormati tiap
individu secara bermartabat tanpa terpengaruh oleh factor pribadi, serta pemberian dan penilaian
tugas yang adil dan merata.
Guru juga harus menjadi orang yang dipercaya oleh murid dengan menjadi konsisten dan peka
terhadap situasi-situasi emosional yang terjadi pada peserta didik dan kuncinya adalah
memperlakukan peserta didik sebagaimana kita ingin diperlakukan. Apabila seorang guru berhasil
melakukan hal-hal di atas, menurut saya peserta didik dapat mengambil pesan moral dari tindakan
kita yaitu menjadi pribadi yang bersikap adil, berintegritas, berkomitmen, jujur dan hormat terhadap
segala keputusan orang lain dan resiko yang akan diambil.
Saat pengetahuan etis akan dikonseptualisasikan sebagai dasar untuk rasa profesionalisme yang
diperbarui dalam mengajar, maka seorang guru perlu menyadari sifat moral dari apa yang mereka
lakukan.
Perasaan intuitif sebagai orang yang bermoral harus dibawa ke dalam peran mengajar agar
dapat mempengaruhi tindakan dan interaksi.
● Jackson, Boostrom, dan Hansen berpendapat bahwa guru umumnya tidak menyadari kekuatan
moral dari tindakan mereka .
● David Hansen mengacu pada kebiasaan cara guru bertindak; tidak sepenuhnya sadar diri akan
perilaku mereka sebagai ekspresi yang baik, mereka memberlakukan kualitas yang tertanam
dalam diri tentang makna moral 'tidak diinginkan' dan 'tidak disengaja'.
● Buzzelli dan Johnston, yang sama-sama berpendapat bahwa guru memang memiliki rasa moral,
kesadaran yang mendalam tentang signifikansi moral dari pilihan mereka, merujuk pada
penyimpangan dalam kesadaran sebagai 'titik buta dalam kemampuan kita untuk memahami
moral dalam situasi'.Mereka merekomendasikan penanaman persepsi moral secara
terus-menerus di pihak semua guru, baik yang baru maupun yang berpengalaman.
Kesadaran diri yang salah dari guru yang tidak memiliki pengetahuan etis paling jelas
terungkap dalam situasi di mana pesan moral yang tertanam adalah negatif. Hal tersebut
menunjukkan bahwa guru tidak merefleksikan kehidupan profesional mereka secara etis.
Sebagai contoh, Kenneth Strike menggambarkan tanggapan yang dia terima dari para guru
terhadap sebuah artikel yang dia tulis di mana dia berargumen bahwa, di dalam kelas, hukuman
kelompok pada dasarnya tidak adil. Sebagian besar reaksi gagal untuk mengatasi masalah ini
dalam arti etis sama sekali dan sebaliknya, berfokus pada hal itu sebagai masalah efektivitas
strategis teknik manajemen kelas. Strike menulis, 'Guru tidak menilai keinginan dari tujuan yang
dicari. Mereka tidak menilai cara yang mereka sukai dengan standar keadilan apa pun.
Strike dan Ternasky menyimpulkan dalam diskusi mereka tentang etika profesional, yaitu
'Sebagai keterampilan moral, pengajaran tidak hanya menuntut guru memperlakukan siswa
mereka secara adil dan dengan hormat. Ini juga akan mengharuskan guru memahami
kompleksitas lanskap etika.
Kesimpulannya:
Aspek penting dari agensi moral dibingkai oleh karakter atau cara guru itu sendiri sebagai
orang bermoral yang rasa intuitifnya terhadap keadilan, kebaikan, kejujuran, rasa hormat, dan
prinsip-prinsip etika terkait lainnya tertanam dalam praktik profesional mereka. Namun,
pesan-pesan moral yang diungkapkan dan ditunjukkan oleh para guru tersebut bukan hanya
perluasan yang sembarangan dari sifat pribadi guru. Bagi banyak orang, tingkat kesadaran diri
dan pertanyaan diri bergabung untuk meningkatkan niat sadar guru untuk menghormati dalam
mengajarkan prinsip-prinsip yang sangat mereka hargai. Guru yang menghargai bahwa peran
mereka adalah salah satu signifikansi moral dan memahami bagaimana hak mereka
mempengaruhi dalam tindakan dan reaksi rutin yang membantu untuk menentukan pengetahuan
etis dalam mengajar.