Anda di halaman 1dari 8

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI

BENIH LOBSTER (30/ PID.TPK/ 2021/ PT DKI.)

ROHADATUL AISY, DHEA MALIKA ALEA CASTA

Rohadatulaisy31@gmail.com dan daleacasta@gmail.com

[Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta]

[Jl. Bagindo Aziz Chan By Pass Aie Pacah, Padang, Sumatera Barat 25586]

ABSTRAK

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dampak serta upaya hukum, seperti
pertanggungjawaban hukum terhadap para pelaku tindak pidana korupsi. Metode penulisan yang
digunakan adalah metode Normatif. Korupsi merupakan suatu Tindakan yang bersifat
menguntungkan diri sendiri dimana keuntungannya yang tidak sesuai dengan hak dan
kewajibannya. Dampak yang ditimbulkan dari tindak pidana korupsi benih lobster menimbulkan
kerugian yang cukup besar bagi negara serta masyarakat para petani benih lobster. Upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi yang harus dilakukan adalah meningkatkan moral,
kesadaran serta menambahkan hukuman yang lebih berat seperti memiskinkan pelaku tindak
pidana korupsi. Dengan menambahkan hukuman tersebut, diharapkan dapat memberikan efek
jera serta rasa takut terhadap, baik itu para pelaku ataupun yang berniat melakukan tindak pidana
korupsi sehingga dapat meminimalisir tindak pidana korupsi.

Kata kunci : Pertanggungjawaban, Tindakan, pelaku korupsi.

ABSTRACT

This writing aims to determine the impact and legal remedies, such as legal responsibility for the
perpetrators of corruption. The writing method used is the normative method. Corruption is an
act that is self-beneficial where the benefits are not in accordance with the rights and
obligations. The impact of the criminal act of corruption of lobster seeds causes considerable
losses to the state and the community of lobster seed farmers. Efforts to eradicate corruption
that must be done are to increase morale, awareness and add more severe penalties such as
impoverishing perpetrators of corruption. By adding this punishment, it is hoped that it will
provide a deterrent effect and fear for both the perpetrators and those who intend to commit a
criminal act of corruption so as to minimize corruption.

Keywords: Accountability, Action, perpetrators of corruption.

A.PENDAHULUAN

Tindak pidana korupsi merupakan salah satu penyimpangan terhadap keuangan dan
perekonomian negara yang harus diantisipasi sedini dan seminimal mungkin untuk
menyelamatkan negara dari penyimpangan yang dilakukan berdasarkan pengoperasian
kekuasaan. Yang menyebabkan terjadinya beberapa penyelewengan yang disebabkan
penyalahgunaan kekuasaan. Dengan diantisipasi sedini dan seminimal mungkin penyimpangan
dan penyalahgunaan kekuasaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan roda perekonomian dan
pembangunan sehingga dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, dan akan membawa dampak
baik bagi masyarakat serta negara kita Indonesia.1

Fenomena yang terjadi saat ini menganggap bahwa korupsi merupakan suatu hal yang
bisa dimaklumi, padahal korupsi merupakan suatu tindak pidana yang berdampak besar bagi
negara serta menyangkut banyak aspek di Negara kita ini seperti halnya dalam bidang
perekonomian serta ideology dan menyangkut hak asasi, dan tindak pidana korupsi merupakan
suatu kasus yang sangat sulit untuk diberantas. Kendala yang dihadapi dalam pemberantasannya
dapat kita lihat dari hukuman yang didapat dari pelaku korupsi sangat minim dikarenakan
hukuman yang ia dapatkan tidak sebanding dengan tindakan korupsi yang menyebabkan
kerugian yang sangat besar dan berefek bagi pembangunan Indonesia yang lambat.2

Korupsi di Indonesia sudah marak sejak sebelum kemerdekaan hingga era reformasi,
budaya ini didorong karena motif kekuasaan dan kekayaan. Perilaku korup sudah dimiliki
Sebagian besar para bangsawan pada zaman kerajaan, Sebagian besar juga korupsi
dilatarbelakangi oleh sikap tidak jujur dan selalu ingin mendapatkan keuntungan dari hak dan
kekuasaan yang dimiliki.Korupsi dapat terjadi dengan dasar lemahnya keimanan, kurangnya
moral, dan tingginya pendidikan tidak menjamin seseorang dapat terhindar dari perilaku korup.
Korupsi terjadi karena adanya kesempatan dan kekuasaan. Tak sedikit dari orang-orang yang
berperan penting dalam penegakan tersebut yang justru memanfaatkan situasi yang dimiliki
untuk melakukan tindakan penyelewengan dan mengkhianati amanah yang sudah diberikan. 3

1
https://danangsucahyo.blogspot.com/2013/01/peranan-jaksa

2
https://id.scribd.com/doc/22509544/Fenomena-Korupsi-r

3
https://latifahips3.blogspot.com/2016/04/optimalisasi-pencegahan
Dewasa ini korupsi merupaka sebuah penyakit social yang sudah menjangkau berbagai
kalangan baik itu dari kalangan rakyat samapai para petinggi di negara ini, bahkan tindak pidana
korupsi yang paling banyak terjadi yakni terjadi diruang lingkup pejabat tinggi negara serta para
pemimpin yang seharusnya menjadi panutan serta mengelolah daerah maupun negaranya
dengan baik, banyaknya para pemimpin seperti Bupati, Walikota, maupun Mentri yang terjaring
kasus korupsi, sepertihalnya kasus korupsi yang menjerat salah satu bapak Mentri Perikanan dan
Kelautan kita kabinet Indonesia Maju terkait kasus korupsi penerimaan hadiah atau janji terkait
perizinan tambak, yang seharusnya seorang mentri yang menjadi pembantu presiden dalam
mengurus negara malah melakukan Tindakan yang lagi-lagi memberikan dampak kerugian
ekonomi yang besar serta sudah melanggar ideologi yaitu tindak pidana korupsi dan dilakukan
oleh salah satu Mentri negri kita ini Indonesia.4

Disini penulis sangat tertarik untuk membahas lebih detail lagi mengenai kasus korupsi
yang dilakukan oleh bapak mentri kita serta ingin mengetahui lebih dalam lagi bagaimana bentuk
pertanggung jawaban atas tindak pidana korupsi yang telah dilakukan oleh bapak mentri kita ini,
terlebih lagi penulis sempat membaca salah satu kalimat yang dilontarkan oleh bapak mentri kita
dalam sebuah artikel (Kompas.com) yakni “ saya merasa tidak bersalah dan saya tidak punya
wewenang terhadap itu”.

Lalu berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam tulisan ini adalah bagaimanakah
pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana benih lobster?

A. PEMBAHASAN

1. Pertanggungjawaban Pidana

Dalam membuktikan suatu tindak pidana agar mendapatkan pertanggungjawaban dari si


pelaku, secara teoritis ada dua sistem yakni, sitem monisme yang memandang bahwa seseorang
yang telah melakukan perbuatan pidana sudah pasti dapat di pidana kalau perbuatannya itu telah
memenuhi unsur-unsur rumusan delim tanpa harus melihat apakah dia memepunyai kesalahan
atau tidak. Sedangkan sistem dualism merupakan sistem yang memandang bahwa untuk
menjatuhi pidana terdapat dua tahap, yang pertama harus melihat apakah perbuatan tersebut telah
memenuhi unsur-unsur deli kapa bila sudah terpenuhi tahapan selanjutnya apakah kesalahnnya
beserta pelaku dapat dipertanggungjawabkan, apabila pelaku tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan, walaupun sudah memenuhi unsur-unsur deli kia harus dilepaskan dari
segala tuntutan hukum.5(Mahfud web dot id)

Menurut salah satu pendapat ahli Simos, yang menjadi dasar pertanggungjawaban
terhadapa pidna yakni kesalahan yang ada pada jiwa pelaku dalam hubungannya dangan

5
pustaka.unpad.ac.id
kelakuannya yang dapat dipidana serta berdasarkan perbuatannya tersebut sipelaku dapat dicela,
dan untuk mencapai tersebut harus ada hal yang ditentukan terlebih dahulu dari si pelaku :

 Hubungan kejiwaan antara pelaku dan hal yang ditimbulkannya.

 Kemampuan nya untuk bertanggungjawab

 Dolus dan Culpa kesalahan yang diperbuatnya merupakan unsur sebjektif dari tindak
pidana.

(info hukum.com)

I. Dasar pertimbangan Hakim

Sebelum seorang hakim memberikan putusan atau menjatuhkan putusannya, hakim terleb
ih dahulu akan melakukan musyawarah untuk menentukan putusan apa yang akan diberikannya t
erhadap si pelaku pidana. Dalama musyawarah tersebut hakim akan mempertimbangkan setiap h
al yang terkait dengan suatau perkara yang akan diputusnya. Dalam Pasal 1 ayat (1,2,3) UU no 8
tahun 2009 hal tersebut dijelaskan:

1. Suatau putusan diambil berdasrkan permusyawaratan yang dilakukan hakim dan sifat
nya rahasia.

2. Dalam persidangan setiap hakim wajib menyampaikam pertimbangannya secara tertul


is terhadap perkara yang akan diputusnya, perkara yang sedang diperiksa dan bagian
yang tidak akan terpisahkan.

3. Jika tidak dicapai kesepakatan (munfakat) yang bulat dalam sidang permusyawaratan,
pendapat hakim yang berbeda tersebut wajib dan harus dimuat dalam dalam putusan.

Sebelum menjatuhkan putusannya terdapat 2 hal yang harus dipertimbangkan:

1. pertimbangan tentang fakta, apakah terdakwa benar-benar melakukan suatu perbuat


an yang dituduhkan kep adanya.

2. selanjutnya pertimbangan tentang hukumnya, apakah perbuatan terdakwa tersebut


merupakan suatu tindak pidana dan terbukti bersalah.6

II. Dasar perimbangan hakim

Untuk menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana pada dasarnya hakim
menggunakan beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangannya yakni:

1. Pertimbangan yang bersifat yuridis dan pertimbamgan yang bersifat non yuridis
6
https://www.academia.edu/29705429/HUKUM_ACARA_PIDANA
2. Hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan.

Kedudukan seorang hakim dalam memutuskan suatu perkara yang memilikki tugas mengadili
serta memutuskan perkara seorang hakim harus memilkki sifat yang benar-benar adil, tanpa
memihak kepada siapapun serta berdasrkan fakta-fakta kebenaran yang ada dalam perkara. Oleh
sebab itu obyektifa seorang hakim dalam mengadilli suatu perkara, tanggung jawab seorang
hakim terhadap putusannya serta kebebasan hakim dalam mengadilli suatu perkara harus sangat
diperhatikan sebaik mungkin supaya keputuisa yang diambilnya benar-benar berdasarkan fakta
kebenaran yang tertera dalam pembuktian perkara.

III. Tindak pidana korupsi benih lobster

Belum lama tahun 2020, salah seorang bapak mentri kita mentri perikanan dan kelautan terje
rat kasus suap dan sudah didakwa bahwa beliau menerima suap sebesar USD 77 ribu dan RP. 2.6
25.587.250 oleh timjaksa penuntut umum pada komisi pemberantasan korupsi (KPK). Kasusu pe
nyuapan tersebut terkait dengan izin ekspor benih lobster (BBL) tau benur di (KKP) mentri kelau
tan dan perikanan. Jaksa menyampaikan bahwa bapak mentri kita menerima uang sejumblah US
D 77 ribu dar pemilik PT A. Bapak mentri kita menrima uang tersebut melalui jalur yakni, denga
n inisial (AM), yaitu sekretaris pribadinya, dan (SR) yang merupakan staf khusu mentri dan waki
l ketua Tim Uji Tuntas Perizinan Usaha Perikanan Budidaya Lobster. Tujuan pemberian suap ter
sebut dilakukan agar bapak mentri mempercepat proses persetujuan pemberian izin budidaya dan
izin ekspor BBL kepada PT A.7

IV. Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku pidana tindak korupsi benih lobster

Majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta telah menjatuhkan hukuman kepada mantan mentr
i kelautan dan perikanan 5 tahun penjara beserta denda sebanyak Rp. 400 jt dan subsider 6 bulan.
Majelis hakim menyatakan bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan
tindak pidana korupsi yang dilakukan secara Bersama-sama, tutur kata ketua Majelis Hakim, saat
membacakan putusan terhadap bapak mentri perikanan dan kelautan di dalam8 persidangan yang
digelar secara daring pada kamis, (15/7/2021).

Didalam persidangan tersebut majelis hakim, selain pidana penjara dan denda tetapi juga
menjatuhkan pidana berupa kewajiban membayar uang ganti sebesar Rp. 9.778. 447.219. serta u
ang berjumblah USS 77.000 dan hal tersebut berdasarkan penghitungan uang yang telah dikemba
likan. Apabila uang pengganti tersebut tidak dibayarkan dalam waktu sebulan setelah putusan be
rkekuatan hukum tetap, maka harta benda si terdakwa akan disita untuk menutuppi uang penggan
ti tersebut. Dan ketentuannya apabila harta benda tidak mencukuppi untuk membayar uang peng
ganti, maka si terdakwa harus dihukum pidana badan selama dua tahun. Dan majelis hakim juga
mencabut hak politik dari terdakwa. Majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta telah menjatuhka
n hukuman kepadak terdakwa 5 tahun penjara beserta dengan denda sejumblah Rp. 400 jt dan su
7
https://jateng.suara.com/read/2022/06/09/180500/bicara
8
https://123dok.com/article/penerapan-hukum-majelis-hakim
bsider 6 bulan. Dan vonis tersebut sesuai dengan tuntutan jaksa penuntut Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).

Dalam menjatuhkan vonis terhadapa terdakwa, majelis hakim mempertimbangan sejumla


h hal untuk hal memberatkan, Majelis hakim menilai bahwa perbuatan terdakwa tidak mendukun
g program pemerintahan dalam hal pemberantasan KKN. “Terdakwa selaku peneylenggara negar
a pembantu presiden yaitu mentri tidak memberikan teladan yang baik,” ungkapan Hakim. Dan d
alam hal yang meringankan, majelis hakim menyampaikan bahwa sang terdakwa bersikap sopan
dalam persidangan, belum pernah dihukum dan sebgian asset telah disita.

Berikut perjalanan dari kasus korupsi benih lobster.

1. Dituntut 5 tahun penjara.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuntut pelaku divonis 5
tahun penjara. “Menuntut, menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama
5 tahun dan denda Rp400 juta subsider 6 bulan kurungan,” kata jaksa Ronald Worotikan ketika
membacakan surat tuntutan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) di Jakarta Pusat,
Selasa 29 Juni 2021.

2. Divonis 9 tahun penjara

Pengadilan Tinggi DKI Jakarta memperberat vonis pelaku menjadi 9 tahun penjara pada 21
Oktober 2021. Hukuman itu ditambah denda sebesar Rp400 juta subsider 6 bulan kurungan,
membayar uang pengganti sejumlah Rp9.687.457.219 dan 77 ribu dolar AS serta pencabutan
untuk dipilih dalam jabatan publik selama 3 tahun. pelaku kemudian mengajukan kasasi pada 18
Januari 2022.

3. Dipotong hukuman menjadi 5 tahun penjara

Mahkamah Agung memutuskan memotong lama waktu hukuman pidana mantan Menteri
Kelautan dan Perikanan itu menjadi 5 tahun dari yang sebelumnya 9 tahun penjara. Juru bicara
Mahkamah Agung Andi Samsan Nganro mengatakan, hukuman pidana pelaku penjara selama 5
tahun dan denda sebesar Rp400 juta. “Ketentuan bila denda tidak dibayar, maka diganti dengan
pidana kurungan selama 6 bulan,” katanya, Rabu, 9 Maret 2022.9

Pencabutan hak untuk dipilih dalam jabatan publik selama 3 tahun pun dikurangi menjadi 2
tahun saja.

1. Alasan hukuman pelaku dikurangi

Putusan kasasi pada 7 Maret 2022 oleh majelis yang terdiri atas 3 anggota yaitu Sofyan Sitompul
selaku ketua majelis, Gazalba Saleh, dan Sinintha Yuliansih Sibarani. Ada sejumlah hal yang

9
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/312029/berikut
dipertimbangkan majelis kasasi sebagai alasan mengurangi vonis. pelaku sudah bekerja dengan
baik dan memberi harapan besar kepada masyarakat khususnya nelayan.

Menurut hakim, pelaku mencabut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
56/PERMEN-KP/2016 tanggal 23 Desember 2016, dan menggantinya dengan Permen Kelautan
dan Perikanan Nomor 12/PERMEN-KP/2020. “Tujuan adanya semangat untuk memanfaatkan
benih lobster guna kesejahteraan masyarakat, yaitu ingin memberdayakan nelayan karena lobster
di Indonesia sangat besar,” kata hakim.

Lebih lanjut dalam pertimbangannya, hakim kasasi menyebut Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 12/PERMEN-KP/2020 mensyaratkan pengekspor mendapat benur dari
nelayan kecil. “Jelas perbuatan terdakwa tersebut untuk menyejahterakan masyarakat khususnya
nelayan kecil,” kata hakim10

2.Pengurangan hukuman pelaku absurd.

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Kurnia Ramadhana menilai alasan pemotongan
masa hukuman pelaku itu sesuatu yang absurd. “ICW melihat hal meringankan yang dijadikan
alasan Mahkamah Agung untuk mengurangi hukuman pelaku benar-benar absurd,” kata Kurnia
kepada Tempo, pada Rabu, 9 Maret 2022.

Menurut Kurnia, hukuman 5 tahun sangat janggal. Sebab, hanya 6 bulan lebih berat
dibandingkan dengan staf pribadi Edhy, Amiril Mukminin. “Terlebih, dengan kejahatan korupsi
yang ia lakukan, Edhy juga melanggar sumpah jabatannya sendiri,” tutur Kurnia.11

B. KESIMPULAN

Pada kasus tindak pidana korupsi pelaku mendapat pencabutan hak untuk dipilih dalam jabatan
publik selama dua taun terhitung sejak terdakwa selesai menjalani pidana pokok. Dengan tujuan
adanya semangat untuk memanfaatkan benih lobster guna kesejahteraan masyarakat yaitu ingin
memberdayakan nelayan karena lobster di Indonesia sangat besar.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.mahfudh.web.id/2018/05/pertanggung-jawaban-pidana.html

10
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/312029/berikut
11
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/search.html?q="
https://123dok.com/article/dasar-pertimbangan-hakim-dalam-menjatuhkan-pidana.6zko988y

http://eprints.ums.ac.id/70624/11/Nasbuk%20Paling%20Benar.pdf

https://sugalilawyer.com/dasar-pertimbangan-hakim-menjatuhkan-putusan/

Prastiwi, Devira. (2020). “Deretan Menteri Era Jokowi Terjerat Kasus Korupsi.
Liputan6”.https://www.liputan6.com/n ews/read/4427838/deretan-menteri-erajokowi-terjerat-kasus-
korupsi.

Sinuhaji, Julkifli. (2020). PikiranRakyat.com. 5 Kasus Korupsi yang Mencuri Perhatian Sepanjang 2020,
Mulai Jaksa Pinangki Hingga Mensos Juliari. https://www.pikiranrakyat.com/nasional/pr-011148547/5-
kasus-korupsi-yang-mencuri-perhatiansepanjang-2020-mulai-jaksa-pinangkihingga-mensos-juliari

Anda mungkin juga menyukai