Anda di halaman 1dari 4

DIBUTUHKAN RESOLUSI KONFLIK DI PAPUA

DISERTASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat S – 3


Doktor Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :
YUVENSIUS KAREYAU
NPM : 14020119520034

PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN


ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2022
Pengantar

Konflik selalu saja berujung ada pihak yang memperoleh sesuatu baik berupa uang dan
jabatan dan lain lain. tetapi banyak pihak kehilangan rasa aman, kerugian nyawa manusia dan
harta. 

Resolusi konflik adalah suatu proses analisis dan penyelesaian  masalah yang
mempertimbangkan kebutuhan kebutuhan individu dan kelompok seperti identitas dan
pengakuan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan.

Dalam menyikapi kondisi di Papua, dimana kita semua adalah korban, menurut saya, saat ini
kita harus pisahkan antara Konflik Politik dan Konflik Sosial. Terkait dengan Konflik Sosial
telah dibuat Undang - Undang No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
sedangkan terkait Konflik Politik telah diatur dalam UU No 21 Tahun 2001, UU No 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM.

Konflik Politik

Terkait dengan situasi hari ini di Papua memang konfliknya bukan hanya konflik sosial tetapi
juga konflik politik antara papua dan jakarta terkait distorsi sejarah tentang integrasi politik
masuknya Papua sebagai bagian NKRI.

Dan juga adanya Pelanggaran HAM yang terjadi sejak tahun 1961 yang bellum diselesaikan
sesuai amanat UU No 21 Tahun 2001,UU No 21 Tahun 2001, UU No 39 Tahun 1999 dan
UU No 26 Tahun 2000.

Menurut saya ini PR Pemerintah Pusat yang harus dikerjakan segera dengan cara duduk
bersama antara Pemerintah Pusat dengan Papua yang dimediasi pihak ketiga sama dengan
yang dilakukan untuk Aceh di Helsinky .

Konflik Sosial

Penanganan Konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan
terencana dalam situasi dan peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi
Konflik yang  mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik, dan pemulihan pasca
konflik.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik


Sosial, dalam Pasal 3, Penanganan Konflik bertujuan:  

a. menciptakan kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, damai, dan sejahtera; 

b. memelihara kondisi damai dan harmonis dalam hubungan sosial kemasyarakatan; 

c. meningkatkan tenggang rasa dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat dan


bernegara;

d. memelihara keberlangsungan fungsi pemerintahan; melindungi jiwa, harta benda,


serta sarana dan prasarana umum;

e. memberikan pelindungan dan pemenuhan hak korban; dan

f. memulihkan kondisi fisik dan mental masyarakat serta sarana dan prasarana umum.                            

Konflik dapat bersumber dari: 

permasalahan yang berkaitan dengan politik, ekonomi, dan sosial budaya;  

perseteruan antar umat beragama dan/atau antarumat beragama, antarsuku, dan antaretnis; 

sengketa batas wilayah desa, kabupaten/kota, dan/atau provinsi; 

sengketa sumber daya alam antarmasyarakat dan/atau antarmasyarakat dengan pelaku usaha;
atau distribusi sumber daya alam yang tidak seimbang dalam masyarakat. 

Bagian Ketiga, Mengembangkan Sistem Penyelesaian Perselisihan Secara Damai  Pasal 8 (1)
Penyelesaian perselisihan dalam masyarakat dilakukan secara damai. (2) Penyelesaian secara
damai sebagaimana dimaksud mengutamakan  musyawarah untuk mufakat. (3) Hasil
musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengikat para pihak. 

Sesuai dengan konsep penanganan konflik sosial maka di Papua hari ini diperlukan adanya
Pemulihan Pasca Konflik dengan program Rekonsiliasi sebagai bagian dari penanganan
konflik yang dimulai dengan adanya Dialog antar orang papua dan juga orang papua dengan
orang non papua dari berbagai elemen antara lain: Pemerintah, DPRP, MRP, Pemprov Papua
dan Pemkab/Pemkot, Polda Papua, Kodam, BIN, LSM, Mahasiswa, Aktivis, Perempuan dan
lembaga Adat, KNPB, memetakan permasalahan dari masing - masing pihak kemudian
dirumuskan rekomendasi dari masing - masing pihak kemudian dirumuskan rencana
tindaklanjut bersasma yang harus dijaga dan dilaksanakan.

Penutup

Terkait dengan Konflik Sosial perlu dibentuk Tim Penanganan Konflik Sosial sesuai dengan
UU No 7 Tahun 2012 oleh Pemerintah Provinsi Papua dan segera  dibuat program
penanganan konflik baru.

Anda mungkin juga menyukai