MAKALAH
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Ahmad Dandi (21382071050)
Nurul Iman Adianta (21382071068)
Ahmad Dhaifullah Al-Arifin (21382071073)
Wildatul Hasanah (21382072071)
FAKULTAS SYARI’AH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senentiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan judul “ Pengaruh Hukum Sebagai Pengatur Konflik
Sosial”.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ………………………………………………...……..…...…..10
B. Saran.............................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik sosial merupakan fenomena yang tak terhindarkan dalam kehidupan manusia,
terutama dalam masyarakat yang heterogen. Konflik semacam ini seringkali muncul sebagai
hasil dari perbedaan dalam nilai-nilai, pandangan, kepentingan, dan ketidaksetaraan dalam
distribusi sumber daya. Konflik sosial dapat mengancam stabilitas sosial, menghambat
perkembangan masyarakat, dan merusak hubungan antarindividu dan kelompok. Hukum
adalah suatu sistem aturan yang memiliki peran penting dalam menangani konflik sosial.
Hukum menciptakan kerangka kerja yang mengatur perilaku masyarakat dan memberikan
panduan tentang bagaimana menyelesaikan konflik dengan cara yang adil dan teratur. Dalam
banyak kasus, hukum menjadi fondasi bagi penyelesaian konflik, menguraikan hak dan
kewajiban pihak-pihak yang terlibat, serta menetapkan mekanisme penyelesaian sengketa.
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam pengaruh hukum dalam
menyelesaikan konflik sosial. Kami akan mengeksplorasi berbagai dimensi peran hukum
dalam mengatasi konflik sosial, mulai dari pengaturan hak-hak individu dan kelompok hingga
penerapan hukum dalam konteks sosial yang lebih luas. Selain itu, kami juga akan meninjau
1
peran lembaga-lembaga penegak hukum dan mekanisme alternatif dalam penyelesaian
konflik sosial.1
B. Rumusan Masalah
1. Untuk Memahami Apa arti mendasar dari Hukum dan Konflik Sosial.
2. Untuk Memahami Bagaimana Dasar Hukum Terkait dari Penanganan
Konflik Sosial.
3. Untuk Memahami Apa Saja Peran dan Penangan Hukum dalam Mengatur
Konflik Sosial.
1
Herlina Astri, “Penyelesaian Konflik Sosial Melalui Penguatan Kearifan Lokal”, E-Jurnal (Informasi
Sekretariat Jenderal DPR RI - Aspirasi Vol. 2No. 2, Desember 2011), 2
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti
bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Sedangkan Coser
mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan
terhadap status yang langka, kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dinetralisir
atau dilangsungkan atau dieliminir saingannya. 2
Berangkat dari pandangan Coser di atas, konflik tidak hanya dipahami sebagai
bentuk pertentangan terhadap nilai, diskriminasi, dan adanya sikap penindasan
(operession) terhadap kaum lemah (proliter). Akan tetapi, Coser melihat konflik juga
berhubungan dengan pengekangan aktualisasi diri.
Dalam pengertian lain, konflik adalah merupakan suatu proses sosial yang
berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling
menantang dengan ancaman kekerasan. Pengertian ini menitikberatkan pada konflik
sebagai bentuk sikap anarkis baik yang dilakukan secara verbal maupun non verbal. 3
2
Irving M.Zeitlin, “Memahami Kembali Sosiologi”, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press : 1998),
156
3
Dwi Narwoko, Bagong Suryanto, “Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan”, (Jakarta Kencana Prenada
Media Group : 2005), 68
3
kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih. Administratif hukum
digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum
internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari
perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan
bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih daripada dibandingkan dengan
peraturan tirani yang merajalela."
Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum dalam
masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarat berhak untuk memperoleh pembelaan
didepan hukum. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan atau ketetapan/
ketentuan yang tertulis ataupun yang tidak tertulis untuk mengatur kehidupan
masyarakat dan menyediakan sangsi untuk orang yang melanggar hukum. 4
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial adalah undang-
undang yang mengatur berbagai aspek terkait penanganan konflik sosial di Indonesia.
Undang-Undang ini dibentuk karena ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan penanganan konflik sosial di Indonesia masih bersifat parsial dan belum
komprehensif sesuai dengan dinamika dan kebutuhan hukum masyarakat. Hal ini
mengindikasikan perlunya undang-undang yang lebih khusus dan komprehensif untuk
mengatasi konflik sosial. Dasar hukum dari Undang-Undang ini adalah Pasal 18B ayat (2), Pasal
20, Pasal 21, Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28J Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. 5
4
Yuhelson, "Pengantar Ilmu Hukum", (Gorontalo, Ideas Publishing : 2017) , 4
5
Website Peraturan Pemerintah, Diakses Pada 23 Oktober 2023, https://peraturan.go.id/id/uu-no-7-
tahun-2012
4
Undang-Undang Penanganan Konflik Sosial ini mencakup beberapa pokok-pokok regulasi
utama:
Dalam Penanganan Konflik Sosial memiliki langkah positif dalam upaya pemerintah
Indonesia untuk lebih khusus dan komprehensif mengatasi konflik sosial. Hal ini menunjukkan
kebutuhan akan kerangka kerja hukum yang jelas dan terstruktur dalam menangani konflik
yang mungkin timbul dalam masyarakat. Dengan mengatur tahapan pencegahan,
5
penanganan saat terjadi, dan pemulihan pascakonflik, undang-undang ini memberikan
kerangka kerja yang komprehensif untuk penanganan konflik sosial.6
Norma sosial merujuk pada aturan perilaku yang diterima dalam masyarakat tertentu. Ini
adalah seperangkat norma yang mengatur interaksi sosial dan memberikan pedoman tentang
bagaimana individu dan kelompok seharusnya berperilaku dalam konteks budaya dan sosial
tertentu. Norma sosial bersifat tidak tertulis dan bisa sangat bervariasi dari satu budaya atau
komunitas ke budaya atau komunitas lainnya. Mereka didasarkan pada nilai-nilai, tradisi, dan
norma yang ada dalam masyarakat. Norma sosial berkembang dari interaksi sosial dan
seringkali memiliki sifat yang fleksibel, berubah seiring waktu, dan bisa berbeda di berbagai
konteks. Norma sosial bertujuan untuk memelihara ketertiban sosial dan stabilitas dalam
masyarakat dengan memberikan panduan tentang perilaku yang diharapkan. Mereka juga
mencerminkan nilai-nilai moral dan etika yang dianut oleh masyarakat tersebut. Norma sosial
dapat mencakup aspek-aspek seperti adat istiadat, etika, dan tata krama. Peran dalam
Penyelesaian Konflik Norma sosial memainkan peran dalam penyelesaian konflik dengan
memberikan panduan tentang bagaimana konflik harus ditangani. Misalnya, dalam beberapa
masyarakat, norma sosial mungkin menekankan pentingnya perdamaian, rekonsiliasi, atau
kompensasi sebagai cara untuk mengatasi konflik. Lembaga-lembaga penyelesaian konflik
tradisional seringkali mengikuti norma sosial dalam memutuskan sengketa.
Keadilan adalah prinsip moral dan etika yang berkaitan dengan pemberian hak yang adil
dan setara kepada semua individu. Ini mencakup prinsip kesetaraan, perlakuan adil, dan
distribusi yang adil dari sumber daya atau konsekuensi. konsep yang secara umum diterima
dalam banyak budaya dan sistem hukum di seluruh dunia. Meskipun ada perbedaan dalam
interpretasi dan aplikasi, ide dasar dari keadilan tetap berlaku universal.Prinsip keadilan
bertujuan untuk memastikan bahwa individu diperlakukan dengan benar dan tidak
didiskriminasi. Ini adalah dasar bagi sistem hukum formal untuk menilai konflik dan
6
Website Resmi DPR RI, Diakses pada Senin, 23 Oktober 2023
https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/267
6
memutuskan keputusan yang adil. Prinsip keadilan Juga sering digunakan dalam penyelesaian
konflik untuk menentukan bagaimana konflik harus diatasi dan bagaimana kompensasi atau
restitusi harus diberikan kepada pihak yang terkena dampak. Dalam penyelesaian konflik,
penting untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil dianggap adil oleh pihak-pihak
yang terlibat agar penyelesaian tersebut diterima dengan baik.
Konflik antarbudaya adalah situasi di mana konflik atau ketegangan terjadi antara dua
atau lebih kelompok atau individu yang mewakili budaya yang berbeda. Penyelesaian konflik
antarbudaya dapat menjadi tantangan, tetapi ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengatasi situasi ini:
1. Pemahaman dan Empati Antar Budaya: Salah satu langkah awal yang penting dalam
mengatasi konflik antarbudaya adalah upaya untuk memahami budaya, nilai, dan
norma sosial masing-masing pihak. Ini melibatkan pengembangan empati terhadap
perspektif budaya yang berbeda. Pemahaman ini dapat membantu menghindari
stereotip dan prasangka.
2. Dialog dan Komunikasi Antar Budaya: Membuka saluran komunikasi yang efektif
adalah kunci dalam mengatasi konflik antarbudaya. Melalui dialog terbuka, pihak-
pihak yang terlibat dapat saling berbicara, menyampaikan perasaan, kekhawatiran,
dan harapan mereka. Komunikasi yang efektif membantu mengurangi ketegangan
dan memungkinkan diskusi konstruktif.
3. Mediasi Antar Budaya : Mediasi adalah pendekatan yang melibatkan mediator
independen yang membantu pihak-pihak yang terlibat untuk mencapai kesepakatan.
Mediator biasanya memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya dan norma
yang terlibat dalam konflik. Ini membantu dalam mengedepankan dialog dan
mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak.
4. Pendidikan Antarbudaya: Mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang
budaya dan perbedaan budaya melalui pendidikan dan pelatihan dapat membantu
mengurangi konflik antarbudaya. Ini dapat mencakup program-program yang
mempromosikan pengertian budaya, kesadaran multikultural, dan apresiasi terhadap
keragaman budaya.
7
5. Resolusi Konflik Antar Budaya: Mencari nilai-nilai bersama atau prinsip-prinsip yang
diterima oleh semua pihak, terlepas dari budaya mereka, dapat membantu dalam
mencapai kesepakatan dan penyelesaian konflik, dan Melibatkan masyarakat dalam
upaya penyelesaian konflik antarbudaya dapat membantu dalam mengidentifikasi
solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat tersebut.
Dinamika sosial dan konflik memiliki keterkaitan yang erat dalam kehidupan masyarakat.
Dinamika sosial mencakup perubahan dan interaksi dalam masyarakat, sementara konflik
adalah hasil dari perbedaan pendapat, nilai, atau kepentingan yang dapat timbul akibat
dinamika sosial. Bagaimana kedua elemen ini berhubungan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Saat masyarakat mengalami perubahan sosial yang signifikan, seperti modernisasi, urbanisasi,
atau globalisasi, ini seringkali memicu konflik. Perubahan-perubahan ini dapat menciptakan
ketidakpastian, persaingan, dan konflik atas sumber daya atau nilai-nilai yang berubah.
Misalnya, ketika terjadi urbanisasi yang cepat, konflik atas lahan dan sumber daya perkotaan
bisa muncul.
Kesenjangan ekonomi dan sosial yang tajam dalam masyarakat dapat menyebabkan
ketegangan dan konflik. Orang yang merasa dianiaya atau kurang mendapatkan hak mereka
cenderung lebih cenderung mengambil tindakan atau terlibat dalam protes dan konfrontasi.
Ketidakpuasan dalam masyarakat, baik karena ketidakadilan, ketidaksetaraan, atau
kurangnya akses ke sumber daya, dapat memicu konflik sosial. Demonstrasi, protes, atau
tindakan kolektif seringkali merupakan respons terhadap ketidakpuasan ini. Perubahan
Budaya dan Nilai: Perubahan dalam nilai-nilai budaya, keyakinan, atau norma sosial dapat
memicu konflik budaya. Ketika masyarakat mengalami perubahan nilai-nilai yang dianut
secara tradisional, konflik antar-generasi atau antarbudaya dapat muncul.
8
etnis dan agama sering menghadapi konflik yang timbul dari perbedaan etnis atau agama. Ini
dapat melibatkan persaingan atas sumber daya, konflik budaya, atau kebijakan yang tidak adil
terhadap kelompok tertentu. Dinamika sosial dan konflik juga mencakup upaya-upaya untuk
menyelesaikan konflik dan mencapai transformasi sosial positif. Ini bisa melibatkan
perundingan, mediasi, atau upaya untuk mengatasi sumber-sumber konflik yang mendasari.7
7
Alfitra, “Konflik Sosial Dalam Masyarakat Modern”, (Wade Group, IKAPI : 2017), 217-220
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti
bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Sedangkan Coser
mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan
terhadap status yang langka, kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dinetralisir
atau dilangsungkan atau dieliminir saingannya. Hukum adalah sistem yang terpenting
dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan. dari bentuk
penyalahgunaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara
dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat
terhadap dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat
menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja penciptaan
hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara
perwakilan mereka yang akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau
kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur
persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan
peraturan atau tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi
hukum akan jauh lebih daripada dibandingkan dengan peraturan tirani yang
merajalela."
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial adalah undang-
undang yang mengatur berbagai aspek terkait penanganan konflik sosial di Indonesia.
Undang-Undang ini dibentuk karena ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan penanganan konflik sosial di Indonesia masih bersifat parsial dan belum
komprehensif sesuai dengan dinamika dan kebutuhan hukum masyarakat. Hal ini
mengindikasikan perlunya undang-undang yang lebih khusus dan komprehensif untuk
mengatasi konflik sosial. Dasar hukum dari Undang-Undang ini adalah Pasal 18B ayat (2), Pasal
10
20, Pasal 21, Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28J Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
1. Norma sosial
2. Keadilan
3. Konflik antarbudaya
Pemahaman dan Empati Antar Budaya
Dialog dan Komunikasi Antar Budaya
Mediasi Antar Budaya
Pendidikan Antarbudaya
Resolusi Konflik Antar Budaya:
4. Dinamika sosial dan konflik
B. SARAN
Dengan selesainya makalah ini yang kami susun kami sadar bahwa banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun kepenulisan nya. Maka kami selaku penulis
membutuhkan masukan, dan saran umtuk memperbaiki kekurangan kekurangan yang
ada dalam makalah ini. Semoga yang menulis dan yang membaca mendapatkan
manfaatnya amin ya robbal alamin.
11
DAFTAR PUSTAKA
Alfitra, “Konflik Sosial Dalam Masyarakat Modern”, (Wade Group, IKAPI : 2017).
Dwi Narwoko, Bagong Suryanto, “Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan”, (Jakarta
Kencana Prenada Media Group : 2005).
12