Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HUKUM KEBIJAKAN PUBLIK

“Para Aktor dalam Furmulasi Kebijakan serta Hukum dan Penyelesaian konflik
Hukum ”

DOSEN PENGAMPU:

Dr.Hj.SALMI,SH,.MH.

Disusun oleh kelompok 1:


MUTIARA SELVYNA PUTRI (21.023.74.201.017)

ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO

2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga para penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
"Para Aktor dalam Furmulasi Kebijakan serta Hukum dan Penyelesaian konflik
kebijakan” . Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas dari Ibu, Karya tulis ini
diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi penulis
sendiri.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.SALMI,.SH,.MH. Selaku dosen mata
kuliah hukum kebijakan publik yang sudah mempercayakan tugas ini kepada para
penulis, sehingga sangat membantu para penulis untuk memperdalam pengetahuan
pada bidang studi yang sedang ditekuni.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi
kesempurnaan dari makalah ini.

Palopo, 20 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A.Latar Belakang......................................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah................................................................................................................................4
C.Tujuan...................................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
A. Aktor dalam Furmulasi Kebijakan........................................................................................................5
B.Hukun dan Penyelesaian Konflik Hukum..............................................................................................5
BAB III..........................................................................................................................................................8
PENUTUP.....................................................................................................................................................8
KESIIMPULAN..........................................................................................................................................8
SARAN......................................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................9

3
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Hukum adalah pelembagaan aturan. Ketika masyrakat menyadari bahwa kekuasaan setiap

individu perlu dikontrol oleh hukum maka hak dan berkewajiban tidak ditentukan oleh yang

berkuasa, melainkan oleh yang diakui bersama suatu kebenaran. Jejak kekerasan dalam

hukum selalu terlupakan oleh perjalanan waktu dan tersembunyikan oleh berbagai fiksi tentang

moralitas penegakan hukum. Akibatnya, kita sering tidak mengenali lagi kekerasan yang

diproduksi oleh berbagai produk hukum dan menganggapnya sebagai sebuah hal yang wajar,

bahkan tidak jarang menganggapnya sebagai sebuah hal yang wajar, bahkan tidak jarang

mengagnggapnya sebagai keharusan moral dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.

Sebagai contoh tindakan /penganiayaan dan pembunuhan yang dilakukan dalam berbagai

peristiwa main hakim sendiri atau konflik diberbagai daerah justru sering memperoleh dukungan

dan pengesahan dari lingkungan masyarakat sekitar. Akibatnya, ketika aparat keamanan

mengambil tindakan hukum terhadap pelakunya, masyarakat justru memberikan reaksi balik

dengan menuntut pembebesan pelaku dan menyerang aparat kemanan. Sepertinya kekerasan

merupakan keharusan moral yang harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah atau

konflik.

B.Rumusan Masalah

a. Apa saja actor dalam furmulasi Kebijakan ?

b. Bagaimana hukum dan penyelesian konflik hukum?

C.Tujuan

a.Mengtahui actor dalam furmulasi Kebijakan

b.Mengetahui bagaiamana hukum dan penyelesian konflik hukum

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aktor dalam Furmulasi Kebijakan

Aktor formulasi adalah orangorang maupun kelompok-kelompok yang terlibat dalam

suatu proses kebijakan publik dan memiliki pengaruh terhadap kebijakan tersebut. Kajian

terhadap para aktor dalam formulasi kebijakan sangatlah penting. Baik dalam negara maju

maupun sedang berkembang, para aktor merupakan penentu isi kebijakan dan pemberi

warna dinamika tahap-tahap proses kebijakan. Bahkan para ilmuwan politik memberikan

penekanan khusus pada aktor-aktor ketika menganalisis proses kebijakan, termasuk para

Lasswellian yang menekankan pada who gets what (Grumm dalam Greenstein dan Polsby,

1975) Lester dan Stewart dalam Kusumanegara (2010) memberikan pendapat bahwa aktor

perumus kebijakan terdiri dari:

a) Agensi Pemerintah

b) Kantor Kepresidenan

c) Konggres

d) Kelompok Kepentingan.

Menurut Moore (dalam Anggara, 2014: 187), secara umum aktor yang terlibat dalam

perumusan kebijakan publik, yaitu

a) Aktor state ( Aktor Negara )

b) Aktor private (Aktor Swasta ), dan

c) Aktor masyarakat (civil society).

5
B. Hukum dan Penyelesaian Konflik Hukum

Fungsi hukum adalah menertibkan pemecahan konflik-konflik. Yaitu jika seseorang mengklaim

bahwa kepentingan-kepentingannya telah diganggu oleh orang lain. Tugas pengadilan adalah

untuk membuat suatu putusan yang akan mencegah konflik dan gangguan .Sering

dikemukakan bahwa pembicaraan tentang hukum barulah dimulai jika terjadi suatu konflik

antara dua pihak yang kemudian diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga.Munculnya hukum

berkaitan dengan suatu bentuk penyelesaian konflik yang bersifat netral dan tidak memihak.

Dalam hal ini, hukum diidentikkan dengan Negara. Dlam masyarakat terdapat aturan-aturan

yang bersifat memaksa terhadap warga masyarakatnya; tentang bagaiman warga yang harus

bertindak jika terjadi konflik, umpamanya jika ternak dicuri, dan orang menyangka bahwa salah

seorang dari suku tersebut yang telah melakukannya.Jelas terlihat adanya hubungan yang erat

antara hukum dan konflik. Oleh karena pada masyarakat manapun tak mungkin dapat

mengelakkan terjadinya konflik tentang pembagian barang-barang yang ada di dalam

masyarakat. konflik tentang kekuasaan atau konflik tentang janji-janji yang harus ditepati, konflik

tentang cara-cara di mana kerugian yang diderita harus diberi ganti kerugian, dan sebagainya,

maka salah satu bentuk penyelesaiannya adalah melalui pengadilan Tugas hakim di dukung

oleh tenaga-tenaga terdidik di bidang hukum serta pranata-pranata khusus yang bertalian

dengan hukum yang memiliki personal yang mengurusi semua jenis bahan yang dibutuhkan di

bidang hukum untuk menghasilkan putusan hukum.

- Upaya Penyelesaian Konflik Hukum

Penyelesaian konflik merupakan konsep mengenai beragam cara dan upaya yang ditempuh

untuk memecahkan suatu konflik. Sebuah pihak dapat melakukan penyelesaian konflik dengan

berkomunikasi secara aktif mengenai motif terjadinya konflik dan melakukan negosiasi dengan

pihak berkonflik.

6
Istilah penyelesaian konflik dapat digunakan bergantian dengan penyelesaian sengketa, di

mana proses hukum melalui arbitrase dan pengadilan sangat dibutuhkan. Konsep dari

penyelesaian masalah dapat pula mencakup segala upaya penyelesaian masalah tanpa

kekerasan dari pihak berkonglik untuk mencapai penyelesaian yang efektif.

1. Mediasi

Selama ini, kita sering mendengar istilah mediasi, namun pernahkah kalian bertanya-tanya apa

itu mediasi dalam sosiologi?

Jadi, mediasi merupakan cara penyelesaian konflik yang melibatkan bantuan pihak ketiga

(bersifat netral) sebagai penengah (kasih anjuran).

Contoh mediasi yakni ketika Dini yang ketahuan mencuri kue di toko, tetapi ia tidak dituntut oleh

pemilik toko ke ranah hukum karena ditengahi oleh Pak Joko.

2. Arbitrase

Pengendalian konflik dengan cara arbitrase berarti menyelesaikan konflik dengan bantuan

pihak ketiga (bersifat netral) yang bertindak sebagai pemberi keputusan. Keputusan-keputusan

yang dibuat disertai dengan perjanjian tertulis dari pihak yang berkonflik.

Contoh arbitrase yakni ketika wasit mengganjar kartu merah untuk Rano pasca keributannya

dengan Aldo. Di sini, wasit bertindak sebagai pihak ketiga yang netral. Selain itu, keputusan

wasit juga bersifat mutlak dan harus dipatuhi.

3. Adjudikasi

Adjudikasi merupakan cara penyelesaian konflik melalui jalur pengadilan (sidang). Contoh

adjudikasi yakni ketika hakim memutuskan hak asuh anak diberikan kepada sang istri setelah

perceraian.

7
4. Kompromi

Upaya penyelesaian konflik sosial selanjutnya adalah dengan cara kompromi. Kompromi adalah

bentuk penyelesaian konflik dengan adanya upaya masing-masing pihak untuk mengurangi

tuntutan.

Contoh kompromi adalah ketika Mia terlibat kecelakaan dengan Diana, lalu mereka pun saling

menuntut ganti rugi. Namun, pada akhirnya mereka saling mengikhlaskannya.

5. Konsiliasi

Konsiliasi adalah bentuk penyelesaian konflik dengan adanya upaya mempertemukan pihak

yang berkonflik. Contoh konsiliasi yaitu ketika Pak RT memanggil Budi dan Damar setelah

rebutan lahan parkir.

6. Koersi

Koersi merupakan bentuk akomodasi dengan menggunakan ancaman, baik fisik maupun

psikologis agar pihak lain bertindak sesuai yang diharapkan. Contoh koersi yakni ketika polisi

menggunakan gas air mata sebagai upaya menghentikan demonstrasi yang ricuh.

7. Stalemate

Apa itu stalemate? Stalemate adalah situasi di mana ketika kedua belah pihak yang berkonflik

memiliki kekuatan yang seimbang sehingga konflik terhenti pada titik tertentu.

Contoh stalemate yakni berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat vs Uni Soviet,

hingga konflik Korea Utara dan korea selatan

8
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Aktor formulasi adalah orangorang maupun kelompok-kelompok yang terlibat dalam suatu

proses kebijakan publik dan memiliki pengaruh terhadap kebijakan tersebut.

Di dalam masyarakat modern sekarang ini, tidak semua konflik yang muncul dalam situasi

sosial yang beraneka ragam ini diajukan oleh pihak yang bersengketa ke depan pengadilan.

Banyak konflik baik yang berskala kecil maupun besar diselesaikan dengan cara-cara tersendiri

di luar pengadilan.

SARAN

Dalam proses formulasi kebijakan harus dijelaskan posisi masing-masing aktor, baik aktor yang

berasal dari unsure pemerintah maupun aktor dari masyarakat dan Dalam pembuatan suatu

kebijakan diperlukan model yang tepat yang dapat digunakan. Salah satu model yang dikenal

dalam alternatif kebijakan yaitu model inkremental.

DAFTAR PUSTAKA

9
https://media.neliti.com/media/publications/136294-ID-analisis-peran-aktor-dalam-formulasi-
keb.pdf https://media.neliti.com/media/publications/284678-penyelesaian-konflik-dalam-conflict-
syst-3d3d5c42.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai