RONI ISMAIL
ronizihad@gmail.com
Program Studi Ilmu Pemerintahan
ABSTRAK
Karya Ilmiah ini dilakukan untuk melakukan pemetaan permasalahan penyaluran
bantuan sosial oleh pemerintah. Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos)
Terhadap Masyarakat Miskin di Desa Mekarsari Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut.
Dampak positif dari kebijakan pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin
seperti dapat memberikan perlindungan sosial melalui bedah rumah, membantu masyarakat
dalam bekerja untuk memberdayakan hidupnya, memberikan bantuan pengobatan secara
gratis, dan membantu korban bencana alam.
Sedangkan dampak negatif seperti mendidik hidup malas, rentan konflik, dan
mendidik hidup konsumtif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dari kebijakan
pemberian bantuan sosial seperti anggaran atau dana, koordinasi dengan bidang-bidang
tertentu, dan keaktifan masyarakat, lambatnya bantuan diterima oleh masyarakat dan tidak
tepat sasaran Permasalahan peyaluran bantuan sosial yang terjadi antara lain yaitu
masalah alokasi anggaran ditiap kementerian berbeda, masalah data penerima bantuan
yang tidak terintegrasi, dan masalah sistem penyaluran bantuan sosial tersebut. Implikasi
dari peneltian ini adalah dibutuhkan kerjasama, koordinasi dan harmonisasi antara
pemerintah pusat, daerah, dan lembaga swasta agar tepat sasaran, efektif dan efisien serta
didukung oleh sistem yang baik, terintegrasi, transparan dan akuntabilitas dalam penyaluran
bansos tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berbasis studi literatur, yaitu
metode riset yang berorientasi pada pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber
untuk dikembangkan menjadi suatu pengetahuan baru. hasil dari penelitian ini berupaya
memberikan gambaran mengenai dampak kebijakan pemberian bantuan sosial (bansos)
terhadap masyarakat miskin.
Kata kunci : Dampak Kebijakan, Pemberian Bantuan Sosial (Bansos)
Roni Ismail, Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Kepada Masyarakat
Miskin
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan yang tidak merata di negara-negara berkembang saat ini, termasuk
Indonesia meninggalkan permasalahan dengan tingginya angka kemiskinan. Kemiskinan
merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling
tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks
dan bersifat multidimensional. Kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang ditandai
dengan pengangguran, keterbelakangan dan keterpurukan. Masyarakat miskin lemah dalam
kemampuan berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi.
Seperti yang tercantum dalam (Pembukaan UUD 1945) dan secara lebih spesifik dimuat
dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 19,20,21
tentang Penanggulangan Kemiskinan yang isinya: “Penanggulangan kemiskinan merupakan
kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan
atau masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak
dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.
Kemiskinan dalam pengertian konvensional merupakan pendapatan (income) dari suatu
kelompok masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, seringkali
berbagai upaya pengentasan kemiskinan hanya berorientasi pada upaya peningkatan
pendapatan kelompok masyarakat miskin.
Keinginan masyarakat di era keterbukaan sekarang ini untuk mendapatkan pelayanan
publik yang professional dan berkualitas sudah menjadi tuntutan yang tak terelakkan bagi
pemerintah. Namun keinginan tersebut kadang tidak sesuai dengan harapan masyarakat
karena perilaku dari birokrat yang kadang berbelit-belit, lambat, mahal dan melelahkan, hal
ini menjadi ironi karena di sisi lain pemerintah sedang melakukan reformasi birokrasi. Dalam
rangka menjalankan dan memelihara fungsi pemerintahan daerah di bidang kemasyarakatan
dan kesejahteraan masyarakat, pemerintah daerah dapat menganggarkan pemberian bantuan
sosial kepada kelompok atau anggota masyarakat.
Kegiatan pemberian bantuan sosial tersebut merupakan wujud dari kebijakan sosial,
karena berupa pelayanan sosial yang dilaksanakan oleh pemerintah yang memberikan
dampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Peraturan kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah sosial ekonomi dan bantuan sosial
yang menyentuh langsung untuk meningkatkan derajat hidup masyarakat miskin masih
Roni Ismail, Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Kepada Masyarakat
Miskin
mengalami kendala di Desa Mekarsari Kecamatan Cibatu Garut, sehingga muncul beberapa
dampak baik dampak positif maupun dampak negative bagi semua belah pihak khususnya
bagi masyrakat miskin di Desa Mekarsari.
Roni Ismail, Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Kepada Masyarakat
Miskin
bantuan bencana alam. Karena itu, bantuan sosial mempunyai kontribusi yang akan diberikan
kepada manusia berupa dampak yang positif. Tujuan bantuan sosial adalah :
a. Perlindungan sosial, bertujuan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan
kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat agar kelangsungan hidupnya
dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
b. Pemberdayaan sosial, bertujuan untuk menjadikan seseorang atau kelompok masyarakat
yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya.
c. Jaminan sosial, bertujuan untuk menjamin penerima bantuan agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
d. Penanggulangan kemiskinan, merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang
dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai atau
mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak
bagi kemanusiaan.
Kriteria Penerima Bansos
Kriteria penerima Bansos adalah mereka yang berdomisili dalam wilayah administratif
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) yang bersangkutan serta memiliki identitas yang jelas.
Tujuan dari Bansos adalah menanggulangi kemiskinan, rehabilitasi sosial, perlindungan
sosial, pemberdayaan sosial, jaminan sosial dan penanggulangan bencana.
Tujuan Bansos dianggarkan untuk memberikan uang atau barang kepada keluarga miskin
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dikategorikan dalam keluarga
miskin. Bantuan diberikan secara selektif dan penggunaan anggarannya jelas. Menurut UU
Nomor 13 tahun 2011disebutkan: “Fakir miskin adalah orang yang tidak punya sumber mata
pencaharian atau punya sumber mata pencaharian tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasar secara layak untuk menghidupi diri dan keluarganya”. Penanganan fakir miskin adalah
upaya yang dilakukan oleh pemerintah, Pemkab atau masyarakat secara terarah, terpadu, dan
berkelanjutan dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan, pendampingan,
serta fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara. Sedangkan yang
disebut dengan kebutuhan dasar adalah kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan dan pelayanan sosial.
Sasaran penanganan fakir miskin ditujukan kepada perseorangan, keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2011 pasal 6 dan 7 disebutkan:
Roni Ismail, Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Kepada Masyarakat
Miskin
“Penanganan fakir miskin dilaksanakan dalam bentuk bantuan pangan dan sandang,
penyediaan pelayanan perumahan, kesehatan, pendidikan, kesempatan berusaha,
kesempatan bekerja, bantuan hukum dan pelayanan sosial. Penanganan fakir miskin
dilakukan melalui pemberdayaan lembaga kemasyarakatan, peningkatan kapasitas fakir
miskin, mengembangkan kemampuan dasar, kemampuan usaha, jaminan dan
perlindungan sosial untuk memberikan rasa aman bagi fakir miskin, kemitraan, kerja
sama antar pemangku kepentingan dan koordinasi antara lembaga dan pemerintah
daerah”
Lewis dalam Budi Rajab (2004:20) kemiskinan adalah ketidak cukupan seseorang untuk
bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan primernya, seperti pangan, sandang dan papan untuk
kelangsungan hidup dan meningkat posisi sosial ekonominya. Tetapi masalahnya adalah
sumber-sumber daya material yang dimiliki masyarakat miskin keadaanya sangat terbatas
hanya dapat digunakan untuk memepertahankan kehidupan fisiknya dan tidak
memungkinkan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan.
Indikator kemiskinan menurut Badan Pusat Stastik :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bamboo/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/suangai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali daam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Pendidikan tertinggi kepala-kepala rumah tangga yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD
atau hanya SD.
13. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000,
seperti:sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal
lainnya.
Roni Ismail, Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Kepada Masyarakat
Miskin
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tepatnya pada tanggal 1 juni 1979, para tojoh membuat surat permohonan persetujuan
pemekaran kepada Letnan Kolonel Iman Sulaeman ( Bupati Garut periode 1978 - 1983 ).
Tanggal 29 September 1980 pemekaran dari desa Sindangsuka Terlaksana .
a. Jenis Bantuan Sosial Pemerintah Desa Mekarsari Kecamatan Cibatu Garut Kepada
Masyarakat Miskin
Roni Ismail, Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Kepada Masyarakat
Miskin
April hingga Juni. Cara penyaluran dana dapat dilaksanakan dengan dua cara. Bagi mereka
yang memiliki rekening bank, uang akan ditransfer ke rekening. Sementara, uang akan
dikirim secara door to door bagi calon penerima yang tak memiliki rekening bank.
c. Kartu Sembako
Program ini dulunya disebut Bantuan Pangan Non Tunai dan sudah dilaksanakan sejak
2017. Program ini dilandaskan pada Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran
Bantuan Sosial Secara Non Tunai. Namun, sejak Februari 2020 ini program tersebut
berganti nama mejadi Kartu Sembako Murah. Pada masa pandemi ini, Pemerintah
menambah jumlah penerima manfaat menjadi 20 juta orang dari semula 15 juta. Untuk bisa
menjadi penerima manfaat, warga perlu melapor kepada RT/RW atau Aparatur Kelurahan.
Roni Ismail, Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Kepada Masyarakat
Miskin
Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan, pengaruh yang
mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul
dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan
sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. (KBBI Edisi ke 3,
2010).
Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setiap
keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak tersendiri, baik itu
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari
sebuah pelaksanaan pengawasan internal. Seorang pemimpin yang handal sudah selayaknya
bisa memprediksi jenis dampak yang akan terjadi atas sebuah keputusan yang akan diambil.
Dampak adalah akibat yang ditimbulkan dari suatu kegiatan baik direncanakan
maupun tidak direncanakan. Dampak merupakan suatu yang harus terjadi yang dapat
menyebabkan adanya perubahan yang diinginkan.
Dengan adanya Pemberian Bantuan Sosial Terhadap Masyarakat Miskin di
Desa Mekarsari Kecataman Cibatu Kabupaten Garut telah berdampak terhadap
lingkungan ataupun kepada masyarakat setempat. Dampak positif yang dapat dilihat dari
berbagai tujuan yang sejalan dengan Peraturan Bupati Garut tentang Pemberian Bantuan
Sosial yaitu:
a. Memberikan perlindungan sosial melalui bedah rumah
Kondisi rumah tidak layak huni adalah salah satu indikator kemiskinan. Dengan
menelisik masalah kesejahteraan masyarakat tersebut. Definisi perlindungan sosial menurut
Suharto (2006) adalah seperangkat kebijakan dan program kesejahteraan sosial yang
dirancang untuk mengurangi kemiskinan dan kerentanan (vulnerability) melalui perluasan
pasar kerja yang efisien, pengurangan resiko-resiko kehidupan yang senantiasa mengancam
manusia, serta penguatan kapasitas masyarakat dalam melindungi dirinya dari berbagai
bahaya dan gangguan yang dapat menyebabkan terganggunya atau hilangnya pendapatan. Di
dalam Undang-Undang Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang
kesejahtraan sosial menjelaskan bahwa perlindungan sosial adalah semua upaya yang
diarahkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial.
Perlindungan sosial, bertujuan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan
kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat agar kelangsungan hidupnya
dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal. Rumah merupakan kebutuhan dasar
Roni Ismail, Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Kepada Masyarakat
Miskin
manusia, yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Pada hakikatnya setiap warga masyarakat membutuhkan perumahan yang layak huni, namun
dalam kenyataannya pemenuhan kebutuhan rumah layak huni tersebut menjadi masalah bagi
sebagian masyarakat.
Berdasarkan kreteria yang digunakan oleh BPS, untuk mengukur kemiskinan bahwa
kondisi rumah yang tidak layak huni merupakan ciri utama untuk membedakan keluarga
miskin dan keluarga tidak miskin.
Atas dasar pemikiran tersebut diatas, penyediaan rumah layak huni atau pemugaran
rumah tidak layak huni dapat memberikan kontribusi terhadap upaya penurunan angka
kemiskinan. Bedah rumah mampu memberikan dampak yang baik terhadap kondisi
psikologis seseorang yang secara tidak langsung akan mendapatkan perlindungan sosial yang
dapat memberikan rasa aman, nyaman, betah, tentram, serta bermartabat. Tujuan, Sasaran
dan Karakteristik Program Bedah Rumah:
1. Tujuan
Untuk memenuhi kebutuhan dasar terutama perumahan sebagai tempat tinggal, melalui
peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dan perbaikan/rehabilitasi rumah tidak layak
huni (bedah rumah), sehingga keluarga miskin dapat menempati rumah yang layak huni
dalam lingkungan yang sehat dan sejahtera.
2. Sasaran Program
Sasaran program Bedah Rumah Tidak Layak Huni adalah keluarga rumah tangga miskin
dengan kriteria sebagai berikut :
a. Penduduk yang berdomisili di Desa Mekarsari yang memiliki KTP dan sudah menetap
secara terus menerus minimal 3 tahun.
b. Kepala keluarga yang tidak memiliki penghasilan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara layak.
c. Status tanah dan rumah yang ditempati adalah milik sendiri, dengan dibuktikan dengan
surat kepemilikan yang syah.
d. Kondisi rumah dalam bentuk rumah panggung/bilik
e. Atap rumah dalam kondisi rusak atau terbuat dari daun, dinding rumah dalam kondisi
rusak atau tidak layak dan lantai dalam keadaan rusak atau kondisi lantai dari tanah, serta
leas lantai kurang dari 8 m2 per-orang dan tidak memiliki MCK
Roni Ismail, Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Kepada Masyarakat
Miskin
“Salah satu bentuk Bansos di Desa ini yaitu, bedah rumah, ini yang dapat memberikan
perlindungan sosial misalnya ada warga yang menempati rumah tidak layak huni, jadi kami
membantu untuk membedah rumah sesuai dengan anggaran yang ada supaya dia dan
keluarganya bisa tinggal di tempat yang layak yang bisa terlindung dari panas matahari,
hujan ataupun angin kencang.”
Hal ini sejalan dengan pendapat salah seorang warga yang memperoleh bantuan bedah
rumah yang menyatakan bahwa:
“Alhamdulillah dengan adanya bedah rumah yang asanya rumah saya tidak layak
mendaji layak dan nyaman ditinggalin.” (Bu Wiwin, KP.Cikarag RT/RW 06/01).
2. Dampak Negatif
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dampak negatif adalah pengaruh kuat yang
mendatangkan akibat negatif. Dampak adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan,
mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti
atau mendukung keinginannya. dampak negatif adalah keinginan untuk membujuk,
meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar
Roni Ismail, Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Kepada Masyarakat
Miskin
mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang buruk dan menimbulkan akibat
tertentu.
selain berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, Bansos juga berdampak negatif bagi
masyarakat, meskipun pada dasarnya, dampak negatif yang diberikan tak sebesar dampak
positif yang ada. Beberapa dampak negatif dari Bantuan Sosial adalah sebagai berikut:
1. Mendidik hidup malas Pemberian Bantuan Sosial (BANSOS) akan membuat malas
penerimanya. Biasanya BANSOS akan memicu rasa malas bagi sebagian penerimanya.
Beberapa orang hanya tinggal menunggu tanpa bekerja.
2. Rentan konflik Pada umumnya, penyaluran Bansos ini rawan terhadap konflik. Hal ini
terjadi ketika bantuan tersebut tidak tepat sasaran, misalnya orang yang mampu menerima
bantuan tersebut, sementara orang yang benar-benar membutuhkan ternyata tidak
terdaftar sebagai warga penerima bantuan sosial
3. Mendidik hidup konsumtif Kata “konsumtif” (sebagai kata sifat; lihat akhiran –if) sering
diartikan sama dengan kata “konsumerisme”. Padahal kata yang terakhir ini mengacu
pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih
khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya
kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal.
Sesungguhnya perilaku hidup konsumsi memiliki banyak dampak negatifnya dari pada
dampak positifnya. Dampak negatif dari perilaku pola hidup konsumtif terjadinya pada
seseorang yang tidak memiliki keseimbangan antara pendapatan dengan pengeluarannya
(boros).
PENUTUP KESIMPULAN
Dampak kebijakan pemberian bantuan sosial (Bansos) terhadap masyarakat miskin di
Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo telah memberikan dampak positif
dan dampak negatif. Dampak positif dari pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat
miskin, dengan adanya bantuan sosial yaitu dapat (1) memberikan perlindungan sosial
melalui bedah rumah, (2) membantu masyarakat dalam bekerja untuk memberdayakan
hidupnya, (3) memberikan bantuan pengobatan secara gratis, dan (4) membantu korban
bencana alam. Sedangkan dampak negatif dari pemberian bantuan sosial yaitu dapat (1)
mendidik hidup malas (2) rentan konflik dan (3) mendidik hidup konsumtif.
Roni Ismail, Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Kepada Masyarakat
Miskin
DAFTAR PUSTAKA
Modul IPEM4560.44
http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/laporan_terkini_potensi/?
kodereg=3205260015&tahun=2015 Diakses 16 Mei 2022 Pkl 09.30
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/15806-Full_Text.pdf Diakses 16 Mei 2022 Pkl
09.30
http://scholar.unand.ac.id/31470/2/BAB%20I%20TA.pdf Diakses 16 Mei 2022 Pkl 09.30
file:///D:/RONI%20ISMAIL/karya%20ilmiah/Contoh%20Karya%20Ilmiah%20Non-
Penelitian.pdf Diakses 16 Mei 2022 Pkl 09.30
file:///C:/Users/MEKARSARI%20II/Downloads/995-Article%20Text-3442-1-10-
20200929.pdf
Roni Ismail, Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial (Bansos) Kepada Masyarakat
Miskin