Anda di halaman 1dari 11

LEMBAGA BANTUAN HUKUM

BANIE OKTAVIAN
Jl. Asia Afrika No. 88, Kota Bandung Telp/Fax : (022) 8740521
Email: banieoktavianlawfirm@gendok.com

2 Maret 1998

Kepada
KARAHA BODAS COMPANY
Jln Kumala Bangsa 3 BI 6 B
Bandung

Perihal : Penerapan dan/atau penggunaan Keputusan Presiden Nomor

39 Tahun 1997 pada tanggal 20 September 1997 tentang

penundaan proyek Karaha Bodas karena adanya gejolak

krisis moneter, Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 1997

pada tanggal 1 November 1997 tentang perintah untuk

melanjutkan proyek Karaha Bodas yang tertunda dan

Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1998 pada tanggal 10

Januari 1998 tentang penundaan proyek Karaha Bodas yang

tidak dapat dipastikan waktunya. Berdasarkan perjanjian

Joint Operation Contract antara Karaha Bodas Company dan

PT Pertamina pada tanggal ...........


LEMBAGA BANTUAN HUKUM
BANIE OKTAVIAN
Jl. Asia Afrika No. 88, Kota Bandung Telp/Fax : (022) 8740521
Email: banieoktavianlawfirm@gendok.com

LEGAL OPINION

UPAYA HUKUM ATAS PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN YANG

DIKELUARKAN PEMERINTAH INDONESIA YANG MENYEBABKAN KERUGIAN

PADA PROYEK PLTP KARAHA BODAS ANTARA KARAHA BODAS COMPANY

DAN PT PERTAMINA

Dengan hormat, merujuk pada pembicaraan Wakil Direktur Karaha Bodas Co. Jln Kumala

Bangsa 3 BI 6 B Bandung, dengan saya Haykal Kamil Prasetyo S.H, M.H selaku konsultan

Lembaga Bantuan Hukum Banie Oktavian pada tanggal 12 Februari 1998, perihal permintaan

pendapat segi hukum perdata sehubungan dengan akan dilakukannya perjanjian kerja sama

antara Karaha Bodas Co dengan PT Pertamina mengenai Proyek PLTP di Tasikmalaya, Jawa

Barat.

I. KASUS POSISI

Pada tanggal 28 November 1994, disepakati dua kontrak sebagai bagian dari Proyek

Karaha Bodas Company (KBC) dan PERTAMINA. Kedua kontrak tersebut adalah

1. Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract/ “JOC”)

Kontrak ini menetapkan bahwa Pertamina bertanggung jawab untuk mengelola

pengoperasian geothermal di dalam proyek karaha tersebut dan KBC bertindak

sebagai kontraktor yang diwajibkan mengembangkan energi geothermal berkapasitas

400 MW untuk membangun serta menjalankan fasilitas pembangkitan tenaga listrik

di wilayah Jawa Barat.


LEMBAGA BANTUAN HUKUM
BANIE OKTAVIAN
Jl. Asia Afrika No. 88, Kota Bandung Telp/Fax : (022) 8740521
Email: banieoktavianlawfirm@gendok.com

2. Kontrak Penjualan Energi (Energy Sales Contract/ “ESC”)

Pada tanggal yang sama PLN di satu pihak dan KBC serta Pertamina di lain pihak

menandatangani kontrak ESC yang menentukan bahwa PLN menyetujui untuk

membeli dari Pertamina tenaga listrik yang dihasilkan oleh fasilitas pembangkitan

tenaga listrik yang dihasilkan oleh KBC sebagai kontraktor dari Pertamina

berdasarkan JOC

Pada Tahun 1997 timbul krisis moneter dan menimpa Indonesia. International

Monetary Fund (IMF) meminta kepada pemerintah Republik Indonesia untuk meninjau

kembali proyek-proyek pembangunan. Selain itu harus diteliti lebih lanjut, apakah

pembayaran proyek dengan valuta asing US dollar masih dapat dipertahankan

Pada tanggal 20 September 1997 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan

Keputusan Presiden No. 39 Tahun 1997 atas saran International Monetary Fund (IMF).

Berdasarkan Kepres tersebut sebanyak 75 proyek ditunda termasuk Proyek Karahabodas

demi menanggulangi gejolak moneter yang melanda Indonesia.

Selanjutnya pada tanggal 1 November 1997 dikeluarkan Keputusan Presiden No. 47

Tahun 1997 yang berisi perintah agar beberapa proyek yang tertunda termasuk Proyek

Karahabodas. Maka KBC melanjutkan kembali aktivitas mengeksplorasi dan

mengembangkan proyek Karahabodas.

Namun, pada tanggal 10 Januari 1998, Keputusan Presiden No. 5 Tahun 1998

dikeluarkan, berisi tentang penundaan proyek karahabodas.


LEMBAGA BANTUAN HUKUM
BANIE OKTAVIAN
Jl. Asia Afrika No. 88, Kota Bandung Telp/Fax : (022) 8740521
Email: banieoktavianlawfirm@gendok.com

Karena dikeluarkannya Keppres No. 5 Tahun 1998, KBC mempertimbangkan bahwa

proyek karahabodas akan tertunda dalam jangka waktu yang tidak pasti, maka pada

tanggal 30 April 1998, KBC memberitahukan kepada Pertamina, PLN dan Pemerintah

Indonesia (Dept Pertambangan dan Energi) untuk mengadakan proses pemeriksaan di

Jenewa Swiss. bahwa mereka akan mengajukan suatu klaim kepada arbitrase berdasarkan

JOC dan ESC.

KBC mengajukan klaim kepada arbitrase Jenewa Swiss sebagaimana yang

disepakati oleh para pihak mengenai forum yang dipilih para pihak untuk menyelesaikan

sengketa dalam JOC. Dasar gugatan KCB terhadap pemerintah Indonesia yaitu pada

keikutsertaan Menteri Pertambangan dan Energi dalam menandatangani JOC dan ESC

II. PERMASALAHAN

Berdasarkan kronologi diatas, pemerintah Indonesia kurang memberikan kepastian

hukum yang baik bagi Penanam Modal Asing di Indonesia, terlebih dengan adanya kasus

krisis moneter sehingga membuat keuangan para Investor terombang – ambing.

Pada tahun 1997, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden

No. 39 Tahun 1997 atas saran International Monetary Fund (IMF). Berdasarkan Kepres

tersebut sebanyak 75 proyek ditunda termasuk Proyek Karahabodas demi menanggulangi

gejolak moneter yang melanda Indonesia.

Selanjutnya pada tanggal 1 November 1997 dikeluarkan Keputusan Presiden No. 47

Tahun 1997 yang berisi perintah agar beberapa proyek yang tertunda termasuk Proyek
LEMBAGA BANTUAN HUKUM
BANIE OKTAVIAN
Jl. Asia Afrika No. 88, Kota Bandung Telp/Fax : (022) 8740521
Email: banieoktavianlawfirm@gendok.com

Karahabodas. Maka KBC melanjutkan kembali aktivitas mengeksplorasi dan

mengembangkan proyek Karahabodas.

Namun, pada tanggal 10 Januari 1998, Keputusan Presiden No. 5 Tahun 1998

dikeluarkan, berisi tentang penundaan proyek karahabodas.

Karena dikeluarkannya Keppres No. 5 Tahun 1998, KBC mempertimbangkan bahwa

proyek karahabodas akan tertunda dalam jangka waktu yang tidak pasti, maka pada

tanggal 30 April 1998, KBC memberitahukan kepada Pertamina, PLN dan Pemerintah

Indonesia (Dept Pertambangan dan Energi) untuk mengadakan proses pemeriksaan di

Jenewa Swiss. bahwa mereka akan mengajukan suatu klaim kepada arbitrase berdasarkan

JOC dan ESC.

Dengan adanya ketidak pastian tersebut maka, upaya hukum apa yang seharusnya

dilakukan oleh Karaha Bodas Company untuk melindungi perusahaanya dari kerugian

yang dalam jangka panjang bisa menyebabkan kebangkrutan ?

III. PENJELASAN PANAS BUMI

1. Energi Geo (Bumi) thermal (panas) berarti memanfaatkan panas dari dalam bumi.

Indonesia termasuk dalam 5 negara yang paling banyak menghasilkan listrik

menggunakan enegri geothermal.


LEMBAGA BANTUAN HUKUM
BANIE OKTAVIAN
Jl. Asia Afrika No. 88, Kota Bandung Telp/Fax : (022) 8740521
Email: banieoktavianlawfirm@gendok.com

2. Rasio kelistrikan Indonesia - yaitu persentase rumah tangga Indonesia yang terhubung

dengan jaringan listrik - sekitar 80,38% pada akhir 2013, mengimplikasikan bahwa

masih ada sekitar 50 juta penduduk Indonesia yang tidak memiliki akses listrik.

Pemerintah Indonesia memiliki harapan-harapan tinggi untuk energi geothermal.

Indonesia memiliki cadangan-cadangan geothermal terbesar di dunia, karena itu

Pemerintah bertujuan meningkatkan peran energi geothermal sebagai penghasil listrik.

Karena permintaan energi meningkat tajam di Indonesia (negara dengan ekonomi

terbesar di Asia Tenggara) - karena pertambahan penduduk dikombinasikan dengan

ekspansi struktural ekonomi menyebabkan semakin bertambahnya jumlah kalangan

menengah dan juga pertumbuhan industrialisasi dan investasi-investasi baru

3. Sekitar 40% cadangan energi geothermal dunia terletak di bawah tanah Indonesia,

maka negara ini diperkirakan memiliki cadangan-cadangan energi geotermal terbesar

di dunia dan karena itu memiliki potensi tinggi untuk sumber energi terbarukan.

Namun, sebagian besar dari potensi ini belum digunakan. Saat ini, Indonesia hanya

menggunakan 4-5% dari kapasitas geothermalnya.


LEMBAGA BANTUAN HUKUM
BANIE OKTAVIAN
Jl. Asia Afrika No. 88, Kota Bandung Telp/Fax : (022) 8740521
Email: banieoktavianlawfirm@gendok.com

4. Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi atau disingkat PLTP. Keuntungan

menggunakan energi ini untuk menghasilkan listrik, antara lain: bersih, dapat

beroperasi pada suhu yang lebih rendah daripada PLTN, dan aman, bahkan energi

panasbumi adalah yang terbersih dibandingkan dengan nuklir, minyak bumi dan batu

bara. Pengeboran dilakukan di atas permukaan kantong uap di perut bumi, tepatnya, di

atas lapisan batuan yang keras di atas penggerak generator, hingga uap dari dalam

akan menyembur keluar.

Untuk membangkitkan listrik dengan panasbumi dilakukan dengan cara mengebor

tanah di daerah yang berpotensi untuk membuat lubang gas panas yang akan

dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap (boiler) sehingga uapnya bisa

menggerakkan turbin uap yang tersambung ke Generator. Panas bumi yang

mempunyai tekanan tinggi dapat langsung memutar turbin generator, setelah uap yang

keluar dibersihkan terlebih dahulu. Pembangkit listrik tenaga panas bumi termasuk

sumber energi terbarukan.

5. Pembangkit yang digunakan untuk mengkonversi fluida geotermal menjadi tenaga

listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plants lain yang

bukan berbasis geotermal, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak

generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Saat ini terdapat tiga

macam teknologi pembangkit panas bumi (geothermal power plants) yang dapat

mengkonversi panas bumi menjadi sumber daya listrik, yaitu dry steam, flash steam,

dan binary cycle. Ketiga macam teknologi ini pada dasarnya digunakan pada kondisi

yang berbeda-beda.
LEMBAGA BANTUAN HUKUM
BANIE OKTAVIAN
Jl. Asia Afrika No. 88, Kota Bandung Telp/Fax : (022) 8740521
Email: banieoktavianlawfirm@gendok.com

PLTP ini dibangun dengan bantuan dana dari Bank Dunia. Setiap jamnya, campuran

uap dan air yang dihasilkan mencapai 1200 ton. Dari 5 sumur produksi fluida 1.200

ton per jam bentuk campuran uap dan air panas. Dialirkan melalui sparaton. Uapnya

dipisahkan dari air. Uap yang dipisahkan 300 ton per jam, sisanya air panas. Uap yang

dihasilkan kemudian dialirkan melalui pipa. Pipa yang dibangun memang sengaja

berbentuk berbelok untuk mengatasi pemuaian. Uap inilah yang nantinya akan

menggerakkan turbin sehingga dapat menjadi pembangkit listrik.

IV. PENDAPAT SEGI HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1960 Tentang Pertambangan Minyak Dan Gas

Bumi

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 Tentang Perusahaan Pertambangan Minyak

Dan Gas Murni Negara

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja Pada

Pemurnian Dan Pengelolaan Minyak Dan Gas Bumi

4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1974 Tentang Pengawasan Pelaksanaan

Eksplorasi Dan Eksploitasi Minyak Dan Gas Bumi

5. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1985 Tentang Barang Yang Digunakan Untuk

Operasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi

6. Peratuan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1994 Tentang Pedoman Dan Syarat-Syarat

Kontrak Bagi Hasil Minyak Dan Gas Bumi


LEMBAGA BANTUAN HUKUM
BANIE OKTAVIAN
Jl. Asia Afrika No. 88, Kota Bandung Telp/Fax : (022) 8740521
Email: banieoktavianlawfirm@gendok.com

7. Izin Usaha Pertambangan (IUP) atas nama PT. Karaha Bodas oleh Presiden Republik

Indonesia No. 533.3/L-01/DPB-IDN/X/1994 tertanggal 11 September 1994;

8. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral SK.338/Men.ESDM/1994

tanggal 19 September 1994 tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) di

Area Karaha Bodas, Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat seluas

kurang lebih 1000 hektar;

9. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral SK.340/Men.ESDM/1994

tanggal 8 Oktober 1994 tentang Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

Pertambangan energi Panas Bumi (Geothermal) PT. Karaha Bodas Company,

Kegiatan Izin Usaha Pertambangan untuk Energi pada lahan di Karaha Bodas,

perbatasan antara Kabupaten Garut dan Tasikmalaya, Jawa Barat;

10. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral SK.341/Men.ESDM/1994

tanggal 9 Oktober 1994 tentang Pemberian Izin Lokasi Untuk Keperluan Pendirian

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Geothermal) di lokasi Karah Bodas

perbatasan antara Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat;

11. Lampiran V Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1997 tentang

Penangguhan/Pengkajian Kembali Proyek Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara,

Dan Swasta Yang Berkaitan Dengan Pemerintah/Badan Usaha Milik Negara tanggal

20 September 1997, Proyek – proyek badan usaha milik negara dan proyek-proyek

swasta yang berkaitan dengan pemerintah/badan usaha milik negara yang

ditangguhkan. Salah satunya PLTP Karaha dengan penanggung jawab Karaha Bodas

Co. LLG
LEMBAGA BANTUAN HUKUM
BANIE OKTAVIAN
Jl. Asia Afrika No. 88, Kota Bandung Telp/Fax : (022) 8740521
Email: banieoktavianlawfirm@gendok.com

12. Keputusan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1997 tentang Perubahan Status

Pelaksanaan Beberapa Proyek Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, Dan Swasta

Yang Berkaitan Dengan Pemerintah/Badan Usaha Milik Negara Yang Semula

Ditangguhkan Atau Dikaji Kembali yang menyatakan bahwa Proyek Karaha Bodas

yang semula di tangguhkan dapat dikerjakan kembali.

13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 Tentang Pencabutan

Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Perubahan Status Pelaksanaan

Beberapa Proyek Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara Dan Swasta Yang Berkaitan

Dengan Pemerintah/Badan Usaha Milik Negara Yang Semula Ditangguhkan Atau

Dikaji Kembali yang menyatakan bahwa Proyek PLTP Karaha bodas ditangguhkan

kembali sampai jangka waktu yang tidak ditentukan. Maka dalam hal ini Karaha

Bodas Company merasa dirugikan oleh PT Pertamina dan Pemerintah Indonesia atas

dikeluarkannya Keputusan Presiden tersebut.

14. Dalam perjanjian yang dibuat oleh Karaha Bodas Company dan PT Pertamina, atau

“Joint Operation Contract” yang selanjutnya disingkat menjadi JOC. Pasal .........

menyebutkan bahwa, jika ada perselihan maka akan diselesaikan dengan cara .............

15. Jumlah kerugian yang sudah di alami Karaha Bodas Company sebesar ..........., dalam

jangka waktu.......... yakni telah melampaui batas

V. KESIMPULAN
LEMBAGA BANTUAN HUKUM
BANIE OKTAVIAN
Jl. Asia Afrika No. 88, Kota Bandung Telp/Fax : (022) 8740521
Email: banieoktavianlawfirm@gendok.com

1. Bahwa perbuatan yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengeluarkan

Keputusan Presiden adalah semena mena. Karena tidak adanya kepastian hukum yang

menyebabkan timbulnya kerugian yang dimiliki oleh Karaha Boda Co.

2.

Anda mungkin juga menyukai