Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol dan Otomasi (SNIKO) 2015 ISBN : 978-602-72059-0-1 ; ISSN : 2461-1441

Bandung, Indonesia, 10-11 Desember 2015

Desain Sepatu Berpiezoelektrik Sebagai Sistem Pemanen Energi


dari Aktivitas Berjalan Manusia
1,2Reza Raditya Pratama, 1,2Muhammad Faizal Sofyan &1,2Estiyanti Ekawati
1Program Studi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Indonesia
2Pusat Teknologi Instrumentasi dan Otomasi, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Indonesia
rezaraditya39@gmail.com, m.faizalsofyan@gmail.com, esti@instrument.itb.ac.id

Abstrak menghasilkan energi listrik dari aktivitas berjalan


manusia. Studi tersebut mengembangkan dua
Sepatu berpiezoelektrik merupakan salah satu teknologi purwarupa sol sepatu berpiezoelektrik. Purwarupa
yang dikembangkan untuk memanfaatkan potensi pertama terbuat dari multilayer PVDF film dan
aktivitas berjalan manusia sebagai sumber energi sturuktur plastik yang dirancang untuk diletakkan
terbarukan. Sistem sepatu berpiezoelektrik pada studi
ini terdiri dari integrasi antara konfigurasi piezoelektrik
di bawah tumit, sedangkan purwarupa kedua
dengan konverter yang diletakan di dalam sol sepatu. dirancang sebagai insole yang terbuat dari flexible
Studi ini telah melalui beberapa tahap desain dan tahap silicone rubber dan dua multilayer PVDF film. Lebih
uji untuk memeroleh sistem yang tepat untuk memanen banyak energi listrik yang dapat dihasilkan oleh
energi dari aktivitas berjalan manusia. Pada penelitian purwarupa pertama, sedangkan purwarupa kedua
ini, diseleksi delapan desain konfigurasi piezoelektrik, lebih nyaman digunakan.
dengan variasi tipe piezoelektrik, jenis dan ketebalan
material insole, jenis konverter dan jenis kapasitor Paper ini melaporkan penelitian yang
penyimpan muatan listrik. Pemilihan desain mengadaptasi pendekatan Zhou dan You [2] pada
dilaksanakan melalui beberapa tahap uji. Tahap uji desain sol sepatu berpiezoelektrik yang terdiri dari
tersebut meliputi uji langkah kaki, uji menggunakan konfigurasi piezoelektrik dan konverter yang
impact hammer, dan uji konverter. Sistem terpilih dirancang untuk diletakkan pada bagian midsole
berdasarkan tiga tahap uji tersebut terdiri dari di dalam sol sepatu, sehingga lebih nyaman
konfigurasi piezoelektrik K7520BP2 dengan 3mm Eva-
dikenakan. Penelitian ini juga menggunakan
foam Angin sebagai insole, dan konverter MB39C811.
Tegangan terukur pada kapasitor 10mF yaitu 1,65Volt
bahan piezoelektrik PZT yang lebih ekonomis
ketika diberi masukan berfrekuensi 2Hz selama 20 dibandingkan dengan PVDF. Namun untuk
menit sehingga total muatan listrik tersimpan yaitu mengatasi sifat bahan PZT yang lebih rapuh,
16,5mC. diperlukan konfigurasi material yang mampu
Kata Kunci: sepatu berpiezoelektrik; sumber energi melindungi bahan PZT agar bertahan lama.
terbarukan; aktivitas berjalan manusia.
Pada penelitian ini, dilakukan seleksi terhadap
delapan buah desain sol, dengan pilihan variasi
1 Pendahuluan tipe piezoelektrik PZT (K7520BP2 dan audio
generik), jenis dan ketebalan material penyusun
Dewasa ini, energi listrik merupakan kebutuhan sol (Eva-foam Angin dan Eva-foam Keras), jenis
pokok manusia untuk dapat melaksanakan konverter (MB39C811 dan LTC3588-1), serta jenis
aktivitas sehari-hari. Hal tersebut menyebabkan kapasitor sebagai media penyimpanan
peningkatan konsumsi listrik setiap tahun. Di (kapasitansi 0,1mF, 1mF, dan 10mF). Pemilihan
Indonesia, konsumsi listrik per kapita pada tahun desain dilaksanakan melalui beberapa tahap uji.
2011 mencapai 679,70kWh. Konsumsi listrik yang Tahap uji tersebut meliputi uji langkah kaki, uji
terus meningkat ini harus diimbangi dengan pukul menggunakan impact hammer, dan uji
ketersediaan sumber energi listrik baru dan efisiensi konverter.
terbarukan.
Aktivitas manusia sehari-hari berpotensi 2 Metode Perancangan
menghasilkan daya yang dapat digunakan sebagai
sumber energi. Contohnya adalah aktivitas Umumnya, piezoelektrik bermaterial PVDF lebih
berjalan [1]. Fakta itu memicu penelitian mengenai sering diaplikasikan untuk memanfaatkan potensi
bahan piezoelektrik sebagai modul pemanen aktivitas berjalan manusia pada sepatu
energi yang memanfaatkan aktivitas manusia. berpiezoelektrik karena fleksibilitasnya, tetapi
Salah satunya adalah Zhao dan You [2], yang piezoelektrik yang digunakan pada studi ini yaitu
mengembangkan sepatu berpiezoelektrik untuk piezoelektrik berbahan PZT karena lebih mudah

8
Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol dan Otomasi (SNIKO) 2015 ISBN : 978-602-72059-0-1 ; ISSN : 2461-1441
Bandung, Indonesia, 10-11 Desember 2015

didapatkan. Piezoelektrik berbahan PZT lebih kaku Tabel 1 Spesifikasi Struktur Sol Sepatu Berpiezoelektrik
dan lebih mudah patah, sehingga diperlukan
konfigurasi untuk mengatasi sifat tersebut tetapi Struktur Sol Jenis Sol Ketebalan
tetap mampu memanfaatkan potensi aktivitas
berjalan manusia sebagai sumber energi Eva-foam Angin atau 3mm atau
Insole
Eva-foam Keras 6mm
terbarukan.
Midsole Eva-foam Keras 10mm
Konfigurasi yang dirancang pada studi ini, adalah
konfigurasi piezoelektrik yang diletakkan pada Outsole Sol Karet 12mm
bagian midsole di dalam sol sepatu. Konfigurasi
tersebut dilengkapi dengan push button pada
bagian atas piezoelektrik sehingga tekanan ketika
pengguna berjalan lebih terpusat pada bagian
tengah piezoelektrik. Push button yang digunakan
pada konfigurasi piezoelektrik terbuat dari
material insole yang merupakan salah satu
material penyusun struktur sol sepatu.
Terdapat dua tipe piezoelektrik yang diseleksi
untuk digunakan, yaitu piezoelektrik pemanen
energi K7520BP2 dan piezoelektrik audio generik.
Terdapat pula beberapa jenis material yang
diseleksi untuk digunakan sebagai material
penyusun struktur sol sepatu, seperti pada Tabel
1. Pengaruh ketebalan material penyusun bagian
insole akan diuji untuk menentukan konfigurasi
piezoelektrik terbaik dan yang paling tepat untuk Gambar 1 (a) Susunan Bahan Konfigurasi K7520BP2
memanen energi dari aktivitas berjalan manusia. (b) Skema Konfigurasi K7520BP2 (c) Tampak Samping
Konfigurasi K7520BP2
Konfigurasi piezoelektrik terbaik ditentukan
melalui uji langkah kaki dan uji menggunakan
impact hammer. Setelah konfigurasi piezoelektrik
telah ditentukan, sistem sepatu berpiezoelektrik
yang mengintegrasikan konfigurasi piezoelektrik
terbaik dengan konverter diuji performanya
melalui uji konverter. Sistem berkinerja terbaik
dipilih sebagai sistem yang paling tepat untuk
memanfaatkan potensi aktivitas berjalan manusia
sebagai sumber energi terbarukan pada penelitian
ini.

2.1 Konfigurasi Piezoelektrik


Gambar 2 (a) Konfigurasi Bahan Konfigurasi
Pada studi ini, dua tipe piezoelektrik (K7520BP2 Piezoelektrik Audio Generik (b) Skema Konfigurasi
dan audio generik) dan dua jenis material Piezoelektrik Audio Generik
penyusun insole dengan ketebalan yang
divariasikan merupakan materi penyusun Masing-masing konfigurasi diilustrasikan oleh
konfigurasi piezoelektrik di dalam sol sepatu. Gambar 1 (konfigurasi K7520BP2) dan Gambar 2
Desain konfigurasi piezoelektrik dengan dua tipe (konfigurasi audio generik). Pada konfigurasi
piezoelektrik yang berbeda disesuaikan dengan K7520BP2, piezoelektrik K7520BP2 dijepit
tipe piezoelektrik tersebut, sedangkan desain dengan akrilik pada kedua ujungnya serta
struktur sol ditetapkan berdasarkan struktur sol ditambahkan ruang kosong di bawah piezoelektrik
sepatu konvensional yang terdiri dari tiga lapisan K7520BP2 untuk memaksimalkan defleksi pada
sol sepatu, yaitu insole, midsole, dan outsole. piezoelektrik.
Konfigurasi piezoelektrik diletakkan pada bagian Pada konfigurasi piezoelektrik audio generik, tidak
tumit sepatu berpiezoelektrik untuk memeroleh terdapat ruang kosong di bawah piezoelektrik
gaya maksimal dari aktivitas berjalan manusia [3]. karena piezoelektrik tipe ini membutuhkan
Setiap konfigurasi piezoelektrik dilengkapi dengan bantalan untuk membantunya kembali ke posisi
push button berukuran 1mm x 1mm x 3mm pada semula setelah terdefleksi.
bagian atas piezoelektrik.

9
Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol dan Otomasi (SNIKO) 2015 ISBN : 978-602-72059-0-1 ; ISSN : 2461-1441
Bandung, Indonesia, 10-11 Desember 2015

Skema konfigurasi piezoelektrik pada Gambar 1 2.2 Pengujian


(b) dan Gambar 2 (b) menunjukkan penambahan
massa insole (MEI) akan mengurangi efek dari gaya Pengujian diawali dengan uji langkah kaki yang
yang diberikan manusia ketika berjalan. Elastisitas bertujuan untuk mengetahui tegangan listrik yang
material insole juga akan memengaruhi defleksi dihasilkan oleh konfigurasi uji ketika diberikan
pada piezoelektrik. Defleksi pada piezoelektrik gaya berupa pijakan kaki manusia dengan berat
berkurang ketika nilai konstanta pegas material 65kg (Gambar 3). Konfigurasi piezoelektrik yang
insole (KEI) semakin besar. diletakkan pada bagian midsole di dalam sol
sepatu dihubungkan pada osiloskop digital
Kontribusi parameter-parameter yang terlibat pada sehingga terukur tegangan keluaran konfigurasi
proses terdefleksinya piezoelektrik oleh piezoelektrik ketika penguji melangkahkan
persamaan 1 (konfigurasi K7520BP2) dan kakinya.
persamaan 2 (konfigurasi audio generik) yang
didasarkan pada pemodelan piezoelektrik sebagai
akselerometer [4]. Arti parameter yang ditampilkan
pada persamaan 1 dan persamaan 2 dapat diikuti
pada nomenklatur.

(1)

Gambar 3 Pelaksanaan Uji Langkah Kaki

(2)

Terdapat delapan buah desain konfigurasi


piezoelektrik dengan variasi pada jenis dan
ketebalan insole yang ditunjukkan oleh Tabel 2.
Tabel 2 Pilihan Desain Konfigurasi Piezoelektrik Gambar 4 Pelaksanaan Uji Menggunakan Impact
Hammer

Nomor Tipe Jenis Tebal


Konfigurasi Piezoelektrik Insole Insole
1 Eva-foam 3mm
2 Angin 6mm
K7520BP2
3 Eva-foam 3mm
4 Keras 6mm
5 Eva-foam 3mm
6 Piezoelektrik Angin 6mm
Audio
7 Generik Eva-foam 3mm Gambar 5 Pelaksanaan Uji Konverter
8 Keras 6mm
Pengujian tahap kedua adalah uji pukul
Konfigurasi piezoelektrik tersebut diseleksi melalui
menggunakan impact hammer yang bertujuan
dua tahap uji untuk membuktikan hipotesis yang
untuk mengukur tegangan listrik yang dihasilkan
didasarkan pada persamaan 1 dan persamaan 2.
oleh konfigurasi uji ketika diberikan gaya oleh
impact hammer (Gambar 4). Pada percobaan
tahap kedua, baik konfigurasi uji maupun impact

10
Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol dan Otomasi (SNIKO) 2015 ISBN : 978-602-72059-0-1 ; ISSN : 2461-1441
Bandung, Indonesia, 10-11 Desember 2015

hammer terhubung dengan osiloskop digital material insole mengurangi tegangan keluaran
sehingga baik tegangan keluaran konfigurasi konfigurasi piezoelektrik, dengan perkecualian
piezoelektrik maupun gaya yang diberikan oleh pada konfigurasi piezoelektrik audio generik
impact hammer dapat diukur. Gaya impact dengan insole jenis Eva-foam Keras.
hammer diukur dengan cara mengalikan tegangan
Tabel 3 Data Uji Langkah Kaki
keluaran impact hammer ketika dipukulkan
dengan nilai sensitivitas instrumen tersebut.
Nomor Tegangan Keluaran (Volt)
Pengujian tahap ketiga adalah uji konverter yang Konfigurasi
bertujuan untuk mengetahui besarnya tegangan Min Maks Rata-rata
listrik yang dihasilkan oleh kapasitor setelah 1 15,60 35,60 26,40
menampung muatan listrik dari sistem sepatu
berpiezoelektrik (Gambar 5). Sistem sepatu 2 10,40 20,40 16,52
berpiezoelektrik merupakan integrasi dari 3 14,00 19,20 16,32
konfigurasi piezoelektrik yang memiliki tegangan
4 8,80 18,40 12,17
keluaran terbaik berdasarkan hasil uji
menggunakan impact hammer dengan konverter. 5 6,00 30,40 15,11
Pada pengujian ini, sistem sepatu berpiezoelektrik
6 8,00 18,00 12,05
yang terhubung dengan kapasitor dipukul dengan
frekuensi yang disesuaikan dengan langkah cepat 7 10,40 24,00 16,21
manusia oleh impact hammer selama periode
8 14,40 32,00 23,53
waktu tertentu. Pada waktu yang sama dengan
pemberian gaya impact hammer pada sistem
sepatu berpiezoelektrik, tegangan pada kapasitor
diukur setiap 10 detik.

3 Hasil dan Diskusi


Realisasi masing-masing konfigurasi piezoelektrik
ditunjukkan pada Gambar 6 (konfigurasi
K7520BP2) dan Gambar 7 (konfigurasi audio
generik).
(a)

Gambar 6 Realisasi Konfigurasi K7520BP2 (a)


Konstruksi K7520BP2 (b) Konfigurasi K7520BP2 di
dalam Sol

(b)

Gambar 7 Realisasi Konfigurasi Piezoelektrik Audio


Generik (a) Tampak Atas (b) Tampak Samping

Berdasarkan data uji langkah kaki pada Tabel 3,


penambahan ketebalan insole, yang sebanding (c)
dengan penambahan massa insole (MEI),
berpengaruh pada tegangan keluaran konfigurasi Gambar 8 Hasil Uji Impact Hammer (a) Tegangan Listrik
piezoelektrik. Konfigurasi piezoelektrik nomor 1 Keluaran K7520BP2 (b) Tegangan Keluaran
sampai 6 menunjukkan penambahan ketebalan

11
Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol dan Otomasi (SNIKO) 2015 ISBN : 978-602-72059-0-1 ; ISSN : 2461-1441
Bandung, Indonesia, 10-11 Desember 2015

Piezoelektrik Audio Generik (c) Perbandingan Tegangan berperforma terbaik yang paling tepat untuk
Keluaran antar Dua Tipe Piezoelektrik memanen energi dari aktivitas berjalan manusia.

Berdasarkan uji impact hammer, penambahan Performa sistem sepatu berpiezoelektrik terpilih
ketebalan insole dan variasi jenis material insole kemudian diuji dengan cara dihubungkan dengan
berpengaruh terhadap tegangan keluaran kapasitor yang nilai kapasitansinya divariasikan.
konfigurasi piezoelektrik. Variasi jenis material Pengujian ini menghasilkan tegangan terukur pada
insole menentukan parameter massa insole (MEI) kapasitor 0,1mF sebesar 4,80Volt setelah 180
dan parameter konstanta pegas insole (KEI). Nilai detik; tegangan terukur pada kapasitor 1mF
konstanta pegas material yang lebih besar mencapai 4,80Volt setelah 300 detik; dan
mengindikasikan bahwa material yang digunakan tegangan terukur pada kapasitor 10mF mencapai
lebih kaku. Gambar 8 (a) dan (b) menunjukkan 1,65Volt setelah 20 menit. Hal tersebut konsisten
tegangan listrik yang dihasilkan konfigurasi dengan prinsip kerja kapasitor, yaitu kapasitor
dengan insole Eva-foam Angin bernilai lebih besar berkapasitansi besar membutuhkan waktu lebih
dibandingkan tegangan listrik yang dihasilkan lama untuk mencapai tegangan terukur tertentu
pada konfigurasi dengan insole Eva-foam Keras. ketika dibandingkan dengan kapasitor
Konfigurasi nomor 1 (piezoelektrik K7520BP2 berkapasitansi lebih kecil.
dengan insole Eva-foam Angin dan ketebalan 3 Karena itu, sistem sepatu berpiezoelektrik yang
mm) dan konfigurasi nomor 5 (piezoelektrik audio dipilih yaitu sistem dengan kapasitor
generik dengan insole berjenis Eva-foam Angin dan berkapasitansi 10mF karena kapasitor
ketebalan 3 mm) menghasilkan tegangan listrik berkapasitansi besar mampu menyimpan muatan
terbesar. Ketika tegangan keluaran konfigurasi lebih besar. Sistem sepatu berpiezoelektrik
piezoelektrik nomor 1 dan 5 dibandingkan tersebut mampu menyimpan muatan listrik
(Gambar 8 (c)), tegangan listrik yang dihasilkan sebesar 16,5mC ketika mendapat masukan
konfigurasi nomor 1 lebih konsisten pada rentang berfrekuensi 2Hz selama 20 menit yang setara
pemberian gaya impact hammer. dengan 2400 langkah kaki manusia.
Pada pelaksanaan uji konverter, terdapat lima
konfigurasi yang menggabungkan piezoelektrik,
yang menghasilkan tegangan keluaran terbaik
berdasarkan hasil uji impact hammer, dengan
konverter sebagaimana ditunjukkan Tabel 4.
Tabel 4 Variasi Sistem Sepatu Berpiezoelektrik

Sistem Sepatu Nomor Jenis


Berpiezoelektrik Konfigurasi Konverter
(a)
A 1 LTC 3588-1
B MB39C811
C 5 LTC 3588-1
D MB39C811
E 1* MB39C811
Sistem sepatu berpiezoelektrik E menggunakan
konfigurasi piezoelektrik nomor 1 termodifikasi.
Konfigurasi nomor 1 hanya memanfaatkan satu
sisi piezoelektrik K7520BP2 sebagai masukan (b)
konverter MB39C811, sedangkan konfigurasi Gambar 9Hasil Uji Konverter (a) Tegangan Terukur Pada
nomor 1 termodifikasi memanfaatkan kedua sisi Kapasitor 0,1mF untuk Setiap Sistem (b) Tegangan
piezoelektrik K7520BP2 sebagai masukan untuk Terukur Pada Kapasitor Ketika Mendapat Tegangan
konverter MB39C811. Masukan dari Konfigurasi Piezoelektrik K7520BP2 yang
Memanfaatkan Kedua Sisinya Sebagai Masukan untuk
Setiap sistem menghasilkan tegangan terukur Konverter MB39C811 dengan Insole Berjenis Eva-foam
berbeda pada kapasitor 0,1mF setelah 180 detik. Angin dan Tebal 3mm.
Berdasarkan Gambar 9 (a), tegangan terukur pada
kapasitor 0,1mF terbesar didapatkan dari sistem
sepatu berpiezoelektrik E sehingga sistem tersebut
ditetapkan sebagai sistem sepatu berpiezoelektrik

12
Seminar Nasional Instrumentasi, Kontrol dan Otomasi (SNIKO) 2015 ISBN : 978-602-72059-0-1 ; ISSN : 2461-1441
Bandung, Indonesia, 10-11 Desember 2015

4 Kesimpulan MEI = massa insole

Sistem sepatu berpiezoelektrik yang terdiri dari MEM = massa midsole


integrasi konfigurasi piezoelektrik K7520BP2, MPZ = massa piezoelektrik
yang memanfaatkan kedua sisinya sebagai XEI = defleksi pada insole
masukan untuk konverter MB39C811 dengan
XEM = defleksi pada midsole
insole berjenis Eva-foam Angin dan tebal 3mm
telah didesain pada studi ini. Sistem tersebut XPZ = defleksi pada piezoelektrik
dipilih sebagai sistem berperforma terbaik serta ẊEI = diferensiasi defleksi pada insole
yang paling tepat untuk memanen energi dari terhadap waktu
aktivitas berjalan manusia karena kemampuannya ẊEM = diferensiasi defleksi pada midsole
untuk menyimpan muatan listrik sebesar 16,5mC terhadap waktu
pada kapasitor 10mF ketika mendapat masukan ẊPZ = diferensiasi defleksi pada
berfrekuensi 2Hz selama 20 menit yang setara piezoelektrik terhadap waktu
dengan 2400 langkah kaki manusia. ẌEI = diferensiasi ẊEI terhadap waktu
ẌEM = diferensiasi ẊEM terhadap waktu
5 Ucapan Terima Kasih ẌPZ = diferensiasi ẊPZ terhadap waktu
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih 7 Daftar Pustaka
kepada Program Kreativitas Mahasiswa 2015
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah [1] T. Starner, “Human-powered wearable
membantu pendanaan penelitian ini. computing,” IBM Syst. J., vol. 35, no. 3.4, pp.
618–629, 1996.
[2] J. Zhao and Z. You, “A shoe-embedded
6 Nomenklatur piezoelectric energy harvester for wearable
sensors,” Sensors, vol. 14, no. 7, pp. 12497–
BEI = konstanta redaman insole 12510, 2014. (references)
BEM = konstanta redaman midsole [3] D. Lieberman, M. Venkadesan, A. I. Daoud,
and W. A. Werbel, “Biomechanics of Foot
BPZ = konstanta redaman piezoelektrik Strikes and Applications to Running Barefoot
F = Gaya or in Minimal Footwear,” Harv. Univ., 2010., in
press.
K EI = konstanta pegas insole [4] K. Ogata and Y. Yang, Modern Control
K EM = konstanta pegas midsole Engineering 5th Edition,Prentice Hall, 2010.
K PZ = konstanta pegas piezoelektrik

13

Anda mungkin juga menyukai