Anda di halaman 1dari 30

“Langkah Awal Membangun Peradaban Islam”

(Pertemuan 2)

(Kajian Tafsir Tafsir Ma’arij al-tafakkur wadaqāiq al-tadabbur)


1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan!
2. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia,
4. yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Overview
1) Mukadimah
2) Tafsir dan Tadabbur
3) Hikmah dan Pedoman Amal
Nama Surat: Al-Alaq, Iqra, Al-qalam

Makna al-Alaq:
Jamak (plural) dari al alaqah (yang menggantung)

‫الدم المتجمد على شكل الدودة الصغيرة‬


Darah yang mengental/membeku dengan bentuk
cacing/bulat yang kecil (Tafsir Al-Munir)
❖ Surat Makkiyyah
❖ Surat Ke-96 : Terdiri dari 19 Ayat
❖ Ia merupakan surat ke-1 yang diturunkan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Allah subhaanahu wata’aala telah menyebutkan dalam surat (At-
tiin) bahwa Dia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sesempurna-sesempurnanya” dan ini menjelaskan tentang bentuk.
Dalam surat ini menjelaskan tentang bahannya. Dan dalam surat
ini Allah Subhaanahu wata’aala menjelaskan tentang keadaan hari
akhir menjelaskan secara lebih gamblang apa-apa yang disebutkan
dalam surat At-tiin (Tafsir Al-Munir)
Isi surat at-Tiin memperingatkan manusia, bahwa Allah
telah menciptakannya dengan sebaik-baiknya bentuk.
Tapi ia dapat dijatuhkan ke tempat yang serendah-
rendahnya.

Dan sebaliknya orang yang beriman mendapat tempat


yang mulia berupa pahala yang tiada terputus.

Apa kunci kesengsaraan manusia, dan apa kunci


kebahagiaan manusia? lebih dijelaskan dalam surat Al-
’Alaq
Munasabah dalam Tema Surat
)‫)موضوع السورة‬
Seruan untuk memperoleh ilmu dan menjadikan
Risalah Rabbaniyyah sebagai pedoman hidup dengan
wasilah-wasilah yang telah Rabb Pencipta berikan
untukManusia, untuk kebahagiaan di dunia dan di
akhirat (Ayat 1-5)
Penjelasan mengapa manusia harus menuntut ilmu
Dengan petunjuk Allah/Risalah Rabbaniyyah(Ayat 6-8)

Keadaan manusia dalam menjawab seruan Ini:


1. Beriman untuk dirinya
2. Beriman dan menyampaikan risalah
3. Mendustakan untuk dirinya
4. Mendustakan dan mencegah kebaikan

Balasan yang Allah sediakan

(Ayat 9-19)
2. Tafsir dan Tadabbur
“Pelajaran pertama ini mengandung
seruan untuk Memperoleh ilmu
dengan jalan-jalan yang Rabb
Pencipta telah siapkan untuk
manusia, yang dikuasakan padanya
untuk menggunakannya, dan
menunjukan Kepadanya bagaimana
caranya. Dan sarana yang terpenting
adalah membaca dari apa-apa yang
sudah ditulis Dari ilmu yang benar
dan bermanfaat bagi dunia Maupun
akhirat. Penulisan perolehan ilmiyyah
diperoleh Dengan aqal, atau panca
indra secara fisik maupun Batin, atau
dengan eksperimen, atau dari berita
yang benar dan terpercaya dari
wahyu Allah”.
“Dan ilmu yang paling mulia yang diserukan Al-qur’an adalah
ilmu-ilmu Diin, karena dia menunjukan kepada manusia jalan
kebahagiaan di dunia dan di negeri yang kekal. Dan petunjuknya
terhadap jalan kebahagiaan di dunia juga lebih baik untuk
kehidupan negeri yang fana, yaitu kehidupan dunia”.

“Al-qur’an menyeru juga kepada perolehan ilmu-ilmu yang


membantu memenuhi kebutuhan2 manusia dan kenyamanan
bagi manusia dalam kehidupan dunianya Dengan syarat
bimbingan petunjuk-petunjuk keimanan, dan mengharapkan
negeri Akhirat yang dikarunikan Allah kepada manusia sebagai
akibat dan buah yang bermanfaat, tanpa melupakan bagiannya
untuk dunia”.
Adalah perintah untuk mengatas namakan Rabb, menjadikan-Nya tujuan
dalam pembacaan-Nya, Menjadikannya Pembimbing dalam bacaannya
dan meminta tolong kepada-Nya.
Dan Ketika kita mengatakan bismillah, atau bismirrabbi, maka maksudnya
adalah seluruh sifat-sifat Allah, atau seluruh sifat-sifat Rabb yang terbaik
yang menunjukan kepada-Nya. Karena mufrad nakirah yang di lekatkan
pada yang ma’rifah berarti Ia adalah umum, maka dalam hal ini mencakup
seluruh nakirah yang dilekatkan kepada (mudhaf). Dengan kata lain
maksudnya adalah
Bi asmaaillahi atau Biasmaai Rabbi. Yaitu dengan setiap sifat-sifat terbaik
bagi Allah Atau bagi Rabb..
Allah memilih disini dari Nama-nama-Nya yang terbaik kata Rabb,
untuk memberikan kesan pendorong Hak Rabb yang menciptakan atas
hamba yang diciptakannya, ketundukan kepada rububiyyah Allah
secara terus menerus. Rabb nya lah yang telah mengkaruniakannya
pertolongan jika ia meminta untuk sampai pada ilmu-ilmu yang
bermanfaat di dunia dan akhirat.

(Allah telah menciptakan) Tidak disebutkan objek dari khalaqa,


maksudnya untuk mencakupkan seluruh makhluq yang ada
seluruhnya…
“Bacalah apa saja objek dalam kehidupan ini, sebagai lapangan ujian, untuk
memperoleh aneka pengetahuan dan ilmu diiniyyah dan duniawi,
pembacaaan yang disertai dengan mentafakkuri sifat-sifat Rabbmu yang
telah menciptakan setiap makhluk yang wujud ini..dan dari atsaar-atsaar
sifat-sifat-Nya penciptaan setiap makhluknya. Dan engkau sajalah satu-
satunya dari yang Allah ciptakan yang diseru untuk membaca . Bacalah
dengan meminta pertolongan kepada Allah yang telah membentangkan
karunia pemeliharaan-Nya kepadamu.
“Al’alaq: darah yang kental, atau beku. ‘alaqah adalah suatu tahapan dari
tahapan-tahapan pembentukan janin.

Setelah penjelasan bahwa Allah ‘azza wa Jalla telah menciptakan seluruh


makhluk yang ada, dalam ayat ini mengarahkan pandangan manusia
membaca dengan Nama Rabb nya yang telah menciptakan tahapan demi
tahapan dari penciptaan manusia, dan ia adalah tahapan ‘alaqah di mana
itulah keberadaan dirinya tatkala ia berada di Rahim ibunya.
“Terdapat pengulangan perintah membaca di ayat ini untuk menyadarkan
keperluan manusia untuk terus menerus membaca dalam kehidupannya.
Untuk memberi nutrisi kepada pemikirannya, hatinya, jiwanya dengan ilmu
pengetahuan, dan pemahaman-pemahaman yang benar.

Sesungguhnya jiwa manusia membutuhkan kepada bekal yang memenuhi


kebutuhan nutrisinya terhadap ilmu pengetahuan, agar hidupnya tetap
bermakna dan berkembang. Sebagaimana jasadnya membutuhkan
makanan, minuman dan udara untuk bernafas.
“Yang telah menjadikan berbagai wasilah untuk memperoleh ilmu
pengetahuan di antaranya adalah pena, maka dengan pena lah ditulis
berbagai ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pengamatan panca indra,
atau hasil dari pembacaan akal dengan mengoprasionalkan penalarannya,
atau dari berita yang benar (wahyu), maka ia menjadi alat untuk membaca.
Maka pembaca mengambil manfaat dari apa-apa yang ditulis sebelumnya.
Dan dapat menjadikan pengingat dengan membaca pengetahuan orang-
orang sebelumnya, akan tetapi mereka lupa”.
“Yang telah menyiapkan bagi manusia berbagai wasilah lainnya untuk
memperoleh ilmu, seperti penalaran panca indra kepada segala sesuatu,
dan penalaran aqal yang bertopang pada penggunaan prinsip-prinsip
pemikiran yang dijadikan Allah sebagai fitrah manusia. Yang dengannya
diistinbath (ditarik/disintesa) dan dikeluarkan dari kedalaman-
kedalamannya, dengan jalan melibatkan segala yang dicapai oleh naluri
baatiniyyahnya yang tidak dicapai oleh panca indranya.”
Hikmah dan Pedoman
Amal
Manusia dan Al-Qur’an
ْ
ْ‫اهب ُط ْوا م ْن َها َجم ْي ًعاۚ َفاَّما َيأت َيَّن ُك ْم من ْي ُه ًدى َف َمن‬ ْ َُْ
‫قلنا‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
“ Kemudian jika datang petunjuk-Ku َ ْ َّ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ ََ َ َ ُ َ َ
‫ت ِبع هداي فلا خوف علي ِهم ولا هم يحزنون وال ِذين‬
َّ ُ ٰ ْ َ َ ِٕ ٰۤ ُ َ ٰ ٰ ْ ُ ََّ َ ْ ُ َ َ
kepadamu, ” yakni di waktu dan zaman apa
َ‫النارۚ ُه ْم ف ْيها‬ ‫كفروا وكذبوا ِباي ِتنآ اولىك اصحب‬
pun petunjuk-Ku datang kepadamu wahai ِ ِ
sekalian makhluk, berupa seorang Rasul dan َ ْ ُ ٰ
sebuah kitab suci yang menunjukkan kalian ࣖ ‫خ ِلدون‬
kepada perkara yang mendekatkan kalian “Kami berfirman, “Turunlah kamu semua
kepada-Ku dan kepada ridha-Ku; maka dari surga! Lalu, jika benar-benar datang
barangsiapa di antara kalian yang mengikuti petunjuk-Ku kepadamu, siapa saja yang
petunjuk-Ku, yaitu dengan beriman kepada mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa
Rasul-Ku dan kitab-Ku lalu mengambil takut yang menimpa mereka dan mereka
petunjuk dari mereka, dan hal tersebut pun tidak bersedih hati.” (Sementara itu,)
direalisasikan dengan membenarkan segala orang-orang yang mengingkari dan
kabar-kabar para rasul dan kitab-kitab, dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka
menunaikan perintah-perintah dan menjauhi itulah penghuni neraka. Mereka kekal di
larangan-larangan (di dalamnya), “niscaya dalamnya”. (QS Al-Baqarah 38-39)
tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan
tidak pula mereka bersedih hati, ” (Tafsir As-
Sa’di)
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku.
(Thaha: 124)
Yaitu menentang perintah-Ku dan menentang apa
yang Kuturunkan kepada rasul-rasul-Ku, lalu ia
َّ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ َْ ً ْ َ َ ْ َ ْ َ َ
berpaling darinya dan melupakannya serta ‫ضكم ُ ِلبَعض َ َعدوۚف ِاما‬ َّ
‫ق ْال ُاه ِبطا ِمنها ج ِمي َعاۢ بع‬
ً ُ ْ
‫ل‬ ‫ض‬ َ
‫ي‬ ‫ا‬‫ل‬ ‫ف‬ َ
‫اي‬ ‫د‬ ‫ه‬ ‫ع‬َ ‫ب‬ َ ‫ات‬ ‫ن‬ ‫م‬َ ‫ف‬ ‫ە‬ ‫ى‬ ‫د‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬ ْ ‫َيأت َيَّنك‬
‫م‬
mengambil petunjuk dari selainnya. ِ
ً َ ْ َ َ َّ َ ْ ْ ِ
ِ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ِ ٰ ْ َ َِ َ
‫ن ِذك ِري ف ِان له م ِعيشة‬ ْ
ْ َ ‫و َل ْا ي ًشق َىْ ُومن ا ْع َر ْض ع‬
‫ضنكا َّونحش ُره َيوم ال ِق ٰي َم ِة اع ٰمى‬
Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit. (Thaha: 124)
“Dia (Allah) berfirman, “Turunlah
Yakni kehidupan yang sempit di dunia. Maka tiada
ketenangan baginya dan dadanya tidak lapang,
kamu berdua dari surga bersama-
bahkan selalu sempit dan sesak karena
sama. Sebagian kamu (Adam dan
kesesatannya; walaupun pada lahiriahnya ia
keturunannya) menjadi musuh bagi
hidup mewah dan memakai pakaian apa saja
yang lain. Jika datang kepadamu
yang disukainya, memakan makanan apa saja
petunjuk dari-Ku, (ketahuilah bahwa)
yang disukainya, dan bertempat tinggal di rumah
siapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
yang disukainya. Sekalipun hidup dengan semua
dia tidak akan sesat dan tidak akan
kemewahan itu, pada hakikatnya hatinya tidak
celaka. Siapa yang berpaling dari
mempunyai keyakinan yang mantap dan tidak
peringatan-Ku, maka sesungguhnya
mempunyai pegangan petunjuk, bahkan hatinya
baginya kehidupan yang sempit.
selalu khawatir, bingung, dan ragu. Dia terus-
Kami akan mengumpulkannya pada
menerus tenggelam di dalam keragu-raguannya.
hari Kiamat dalam keadaan buta.”
(QS Thaha: 123-124)
Hal inilah yang dimaksudkan dengan
penghidupan yang sempit. (Tafsir Ibnu Katsiir)
Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha: 124)

Ibnu Abbas mengatakan pula bahwa sesungguhnya bila ada suatu


kaum yang sesat, mereka berpaling dari kebenaran, padahal
kehidupan mereka makmur dan mudah lagi bersikap sombong; maka
itulah yang dinamakan kehidupan yang sempit. Dikatakan demikian
karena mereka memandang bahwa tidaklah Allah menentang prinsip
kehidupan mereka yang berburuk sangka kepada Allah dan
mendustakan-Nya. Apabila seorang hamba mendustakan Allah dan
berburuk sangka terhadap-Nya serta tidak percaya kepada-Nya, maka
kehidupannya menjadi keras, dan kehidupan yang keras inilah yang
dimaksud dengan kehidupan yang sempit dalam ayat ini.. (Tafsir Ibnu
Katsiir)
“Dan Al-Qur’an itu,” adalah al-Qur’an yang
agung dan dzikir yang bijak “adalah kitab yang
kami turunkan yang diberkati,” maksudnya, di
dalamnya terdapat kebaikan yang banyak dan
ilmu yang melimpah. darinya seluruh ilmu
bersumber dan darinyalan seluruh keberkahan
dikeluarkan. Tidak ada kebaikan kecuali Al-
Qur’an telah menyerukan dan mendorong
ْ‫َو ٰه َذا ك ٰتب َا ْن َز ْل ٰن ُه ُم ٰب َرك َفَّاتب ُع ْو ُه َوَّات ُقوا‬
kepadanya. Ia menyebutkan hikmah-hikmah
dan kemaslahatan yang mendorong kepadanya.
ِ ِ
Tidak ada keburukan kecuali ia telah َ ْ ُ َ ْ ُ ْ ُ َّ َ َ
melarangnya, memperingatkannya dan ‫لعلكم ترحمون‬
menjelaskan sebab-sebab yang “Dan Al-Quran itu adalah Kitab yang
menghindarkannya dari melakukannya dan kami turunkan yang diberkahi, Maka
akibat buruknya. “Maka ikutilah ia,” pada apa
ikutilah dia dan bertakwalah agar
yang diperintahan dan dilarang, bangunlah
perkara-perkara Diin-mu, baik yang usul
kamu diberi rahmat”. (QS Al-an’am :
maupun yang furu di atasnya. “Dan 155)
bertakwalah,” kepada Allah dan janganlah
menyelisihi perintahNya. “Agar kamu,” jika
mengikutinya “ diberi rahmat.” Penyebab
terbesar mendapatkan rahmat Allah adalah
mengikuti kitab ini dari segi ilmu dan
pengamalan (Tafsir as-Sa’di)
Ibnu Mas’ud radhiall aത hu ‘anhu, berkaitan
َ َ ini َ َّ
َ‫ َويحرم‬،‫َوالذ ْي َن ْفس ب ُ َيده إَّن َ َحَّق ت َل َاوته أ ْن َيحل َحلال ُه‬
َّ
dengan ُ ayat mengatakan,
ْ
ِ ِِ ‫ي‬
ْ
ْ‫يحر ُف ال َكل َم َ ِعن‬ َ ُ َ َ ُ ِ ُ َ َ ْ َ ِ َ ِ ِ ُ ِ َ ْ َ َِ ُ َ ِ َ َ
ِ ِ ْ ْ َ ‫ َو ْلا‬،َ ‫اهلل‬ ‫ ويقرأه َ كما أنزله‬،‫حرامه‬
َ ً ْ َ ُ ْ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ ٰ ْ ٰ َ ٰ َ ْ ََّ
َّ َ ْ ْ ُ ْ
‫ ولا يتأول ِمنه شيئا على غي ِر تأ ِوي ِل ِه‬،‫اض ِع ِه‬ ِ ‫مو‬ ‫ال ِذين اتينه ُم ال ِكت َب َيتلونه حق ِتل َاو ِته‬
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, ُ‫ك ُهم‬ َ ٰۤ ُ َ ُْ ْ َّ ْ َ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ٰۤ ُ
‫اول ِٕىك يؤ ِمنون ِبه ومن يكفر ِبه فاول ِٕى‬
sesungguhnya, (maksud dari) “‫تِ ََل َوتِ َِّه‬ َّ‫َحق‬ َ ْ ُ ْٰ
‫الخ ِسرون‬
(membacanya dengan bacaan yang sebenarnya)
“Orang-orang yang Telah kami berikan
adalah hendaklah seseorang menghalalkan Al Kitab kepadanya, mereka
yang dihalalkan oleh al-Qur’an, mengharamkan membacanya dengan bacaan yang
sebenarnya, mereka itu beriman
sesuatu yang diharamkan al-Qur’an, kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar
membacanya seperti halnya Allah kepadanya, Maka mereka Itulah orang-
orang yang rugi”. (QS Al-baqarah 2: 121)
menurunkannya, tidak mengubah perkataan
dari tempat-tempatnya, dan tidak
menakwilkan/menafsirkan sesuatu apa pun
darinya dengan selain penakwilannya
(Tafsir ath Thobariy 2/567)
AHLUL-QUR’AN SEBAGAI PENOPANG
PERADABAN ISLAM

Rasulullതah shallallതahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


َّ ُ ْ َ ُْ ْ ُ ْ َ ْ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َّ َ ُ َ َ ُ َ َّ َ َ ْ َّ َّ
َ
ِ ‫ أهل‬،‫آن‬
‫اهلل‬ ِ ‫ هم أهل القر‬:‫ من هم؟ قال‬،‫اهلل‬
ِ ‫ يا رسول‬:‫اس قالوا‬
ِ ‫هلل ُأ ُه ِلين ِمن الن‬
ِ ِ ‫ِإ َن‬
َّ
‫َوخاصته‬

“Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi ‘ahli’ Allâh”.


Para Sahabat Radhiyallahu anhum bertanya, “Wahai Rasûlullâh!
Siapakah mereka?’ Beliau shallall𝑎ത hu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Mereka adalah ahli al-Qur’an, (merekalah) ahli (orang-orang yang
dekat dan dicintai) Allâh dan diistimewakan di sisi-Nya”. (HR
Ahmad, 3/127; Ibnu Mâjah, 1/78; dan al-Hâkim, 1/743)
Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah berkata:
َ َ َ ْ َ ُ َ ُ ُ َ
ْ َ ْ َ ُ ُ ْ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ ُ ْ
‫يه و ِ َإ َن لم يحف َظوه عن ْ َظ َه ِر‬ِ ‫ف‬
ِ ‫أن هم العا ِلم َون ِْب ِه والع َ ِاملون ْ ِبما‬ ِ ‫الق ْر‬
َ ‫َأ ْهل‬
ْ
َ ‫يس م ْن أهله َوإن أق‬ َ ‫يه فل‬ َ َ َ
َ ‫ أَّما َم ْن حفظ ُه َول ْم َيف َه ْم ُه َول ْم َي ْع‬،‫قلب‬
‫ام‬ ِ
ِ ِ ِ ِ ‫ف‬
ِ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ب‬ِ ‫ل‬ ‫م‬ ِ
ْ َّ َ َ َ ُ َ ُ ُ
‫حروفه ِإقامة السه ِم‬

“Ahlul Qur’an adalah mereka yang memahami Al-Qur’an dan


mengamalkan isinya meski pun belum hafal di luar kepala.
Adapun yang telah hafal tapi tidak memahaminya dan tidak
mengamalkan isinya maka bukan termasuk Ahlul Qur’an
meskipun mampu memberdirikan huruf-hurufnya seperti
memberdirikan anak-anak panah”.
AL-QUR’AN SUMBER NILAI
PERADABAN ISLAM

ْ َ َ َ ْ ْ َ َّ
َ َْ َ ُ ْ َ َْ َ ٰ َ
Sesungguhnya kami telah menurunkan ‫ِانآ انزلنآ ِال َْيك ال ِكتب َِبالح ِ ُق ِلت ْحكم بين‬
kepadamu (wahai rasul), al-qur’an yang َْ َ ْ َ َ ُ‫َ ٰ َ ه‬ َّ
‫اس ِبمآ ارىك اهلل ولا تكن ِللخاۤى ِِٕنين‬ ِ ‫َالن‬
ً
‫خ ِص ْيما‬
berisi kebenaran,untuk memutuskan
perkara diantara manusia semuanya
melalui wahyu yang Allah wahyukan
kepadamu dan diperlihatkanNya “Sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu.Maka janganlah kamu menjadi Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi
bagi orang-orang yang berkhianat Muhammad) dengan hak agar kamu
(dengan menyembunyikan kebenaran) memutuskan (perkara) di antara manusia
sebagai pembela, gara-gara apa yang dengan apa yang telah Allah ajarkan
mereka perlihatkan kepadamu berupa kepadamu. Janganlah engkau menjadi
perkataaan yang tidak sejalan dengan penentang (orang yang tidak bersalah)
hakikat yang sebenarnya. (Al-Muyassar) karena (membela) para pengkhianat.
(QS An-Nisaa: 105)

Anda mungkin juga menyukai