Bab Ii Tinjauan Pustaka
Bab Ii Tinjauan Pustaka
Tabel 2.1. Penyakit Umum yang Ditularkan melalui Vektor dan Vektornya
Kejadian penyakit yang ditularkan melalui vektor (VBD) paling banyak terjadi di
daerah tropis dan subtropis. Peningkatan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui vektor
dapat diakibatkan karena urbanisasi (pembangunan) yang tidak terencana, implementasi
program pengendalian vektor yang tidak efisien karena kapasitas sumber daya manusia,
sumber daya alam, infrastruktur yang tidak memadai, pasokan air yang tidak efisien dan
pembuangan limbah yang tidak efektif. Dapat disimpulkan bahwa distribusi VBD
dipengaruhi oleh faktor demografis, lingkungan, dan sosial yang kompleks (Roiz.et.al, 2018).
2.2. Pesisir
2.2.1 Definisi Pesisir
Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara darat dan laut yang bagian lautnya
masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan, seperti sedimentasi dan aliran air tawar, dan bagian
daratannya masih dipengaruhi oleh aktivitas lautan seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin. Menurut GESAMP (2001) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai
wilayah daratan dan perairan yang dipengaruhi oleh proses biologis dan fisik dari perairan
laut maupun dari daratan, dan didefinisikan secara luas untuk kepentingan pengelolaan
sumber daya alam. Sehingga deliniasi wilayah pesisir ini dapat berbeda tergantung dari aspek
administratif, ekologis, dan perencanaan (Yonvitner, et. al, 2017).
Terdapat definisi wilayah pesisir dalam dua pendekatan, yaitu definisi scientific dan
definisi yang berorientasi pada kebijakan.
a. Menurut definisi scientific wilayah pesisir yang diibaratkan sebagai pita yang
terbentuk dari daratan yang kering dan ruang yang berbatasan dengan laut (air dan
tanah di bawah permukaan laut) dimana proses-proses dan pemanfaatan lahan yang
terjadi di daratan secara langsung mempengaruhi proses-proses dan pemanfaatan di
laut dan sebaliknya.
b. Definisi yang berorientasi pada kebijakan yang dikemukakan ada dua definisi yaitu:
1) Definisi wilayah pesisir mencakup daerah sempit sebagai pertemuan antara darat
dan laut yang berkisar antara ratusan dan beberapa kilometer, meluas dari darat
mencapai batas perairan menuju batas jurisdiksi nasional di perairan lepas pantai.
Definisi ini tergantung pada seperangkat issue dan faktor-faktor geografi yang
relevan pada setiap bentangan pesisir yang.
2) Manajemen wilayah pesisir melibatkan manajemen yang kontinu dari
pemanfaatan lahan di pesisir dan perairan beserta sumber daya yang ada dalam
areal yang sudah ditetapkan, dimana batas-batasnya ditetapkan secara politik
melalui perundang-undangan atau aturan yang ditetapkan oleh eksekutif
(Yonvitner, et. al, 2017).
Dari kedua definisi yang berorientasi politik tersebut pada tingkat kebijakan, batas-
batas wilayah pesisir didefinisikan dalam empat cara, yaitu (1) berdasarkan jarak yang tetap,
(2) berdasarkan jarak yang beragam, (3) berdasarkan pemanfaatan, dan (4) merupakan
perpaduan dari ketiga hal tersebut (Yonvitner, et. al, 2017).
Undang-Undang (UU) No. 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil menjelaskan bahwa wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di darat dan laut.
Peneliti Kay dan Alder menyatakan bahwa pesisir merupakan wilayah yang unik, karena
dalam konteks bentang alam, wilayah pesisir merupakan tempat pertemuan antara darat dan
laut. Menurut Dahuri, dkk (2013) wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara
daratan dan lautan. Dapat dilihat dari gambar 2.1 apabila ditinjau dari garis pantai
(coastalline), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas tegak lurus terhadap
garis pantai (cross-shore) (Lautetu.et.al, 2019).
Luas wilayah pesisir tergantung pada struktur geologi yang dicirikan oleh topografi
wilayah yang membentuk wilayah pesisir tersebut. Daerah pesisir sangat dipengaruhi oleh
perubahan iklim terutama akibat pemanasan global. Hal ini mengakibatkan meningkatnya
tinggi permukaan air laut, tinggi gelombang dan suhu air laut (Yonvitner, et. al, 2017).
Saat ini, penentuan batas-batas wilayah pesisir didunia berdasarkan pada tiga kriteria,
yaitu :
1. Garis linier secara arbitrer tegak lurus terhadap garis pantai (coastline atau
shoreline).
2. Batas-batas administratif dan hukum negara.
3. Karakteristik dan dinamika ekologis (biofisik) yakni atas dasar sebaran spasial dari
karakteristik alamiah (natural features) atau kesatuan prosesproses ekologis (seperti
aliran sungai, migrasi biota dan pasang surut) (Yonvitner, et. al, 2017).